• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. ANALISA HASIL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4. ANALISA HASIL PENELITIAN"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

139

4.1. Definisi dan Pengertian Anime

Anime secara umum adalah sebuah istilah yang dipakai untuk

menunjukkan suatu karya film animasi buatan Jepang. Istilah anime sebenarnya adalah kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu animation. Hal ini disebabkan bangsa Jepang memiliki kecenderungan untuk memenggal kata-kata dari bahasa asing yang dianggap terlalu panjang untuk diucapkan. Sehingga kata

animation kemudian disingkat menjadi anime yang dirasa lebih mudah diucapkan. Selain anime, juga dikenal istilah Japanimation, yaitu bahasa slang yang merupakan singkatan dari Japan Animation. Namun istilah ini sudah tidak begitu populer seperti ketika digunakan pertama kalinya pada awal diperkenalkannya

anime di luar Jepang.

Berikut ini adalah definisi anime menurut beberapa sumber : 1. Menurut The American Heritage: 104

“Anime is a style of animation developed in Japan, characterized by stylized colorful art, futuristic settings, violence, and sex.

[Japanese, short for anim shon, animation, from English animation.]

(Anime adalah sebuah gaya animasi yang berkembang di Jepang,

digambarkan dengan warna-warna indah, seting yang futuristik, kekerasan, dan seks).

2. Menurut Merriam-Webster Online:105

“A style of animation originating in Japan that is characterized by stark colorful graphics depicting vibrant characters in action-filled plots often with fantastic or futuristic themes.”

(Yaitu sebuah gaya animasi yang berasal dari Jepang dan digambarkan oleh lukisan karakter bersemangat dengan warna-warna dalam alur cerita aksi dan sering fa ntastik atau tema futuristik).

104

Dictionary.com, <http://dictionary.reference.com/search?q=anime>, 22 Februari 2003 105

Merriam-Webster Online, <http://www.m-w.com/cgi-bin/dictionary/anime.html>, 22 Februari 2003

(2)

3. Menurut Dr. Susan Napier:

Anime adalah sebutan/istilah yang diberikan oleh negara lain untuk menunjukkan suatu karya sebagai film animasi Jepang. Tetapi di negara Jepang sendiri, seluruh karya film animasi akan disebut sebagai anime, terlepas apakah karya tersebut berasal dari Jepang maupun negara lain. Jadi film animasi buatan Walt Disney sekalipun akan tetap disebut anime

di Jepang.106

4.2. Jenis-Jenis Anime

4.2.1. TV Series, Movie, dan OVA/OAV

Berdasarkan format media yang digunakan, anime dibedakan menjadi tiga jenis yaitu, TV Series (anime versi serial televisi), OVA (anime versi video) dan Movie (anime versi film layar lebar).107

1. TV Series adalah sebutan untuk format serial anime yang ditayangkan di media televisi. Anime TV Series memiliki jangkauan

target audience yang lebih luas, dan umumnya mengadaptasi dari cerita manga. Contohnya seperti Ranma ½, Meitantei Conan, Ayashi no Ceres, One Piece, Great Teacher Onizuka, dan Megami Kohousei. Ukuran standar untuk anime TV Series adalah 26 episode atau kurang lebih setengah tahun. Episode TV Series ditayangkan sekali setiap minggunya dengan durasi 30 menit. Tetapi belakangan ini jumlahnya mulai mengalami penurunan, kini beberapa anime TV Series lebih cenderung tampil hanya 13 episode saja. Contohnya seperti Vandread, Serial Experiment Lain dan Jubei Chan~The Ninja Girl. Dilihat dari segi grafis, kualitas gambar anime TV Series kurang begitu bagus. Namun belakangan ini kualitas TV Series mulai mengalami peningkatan, seperti penggunaan CG (Computer Graphic) pada anime Tenku no Escaflowne dan Serial Experiment Lain. 2. OVA (Original Video Animation) atau OAV (Original Animated

Video) adalah format anime yang dibuat untuk home video atau koleksi pribadi. Anime jenis ini tidak ditayangkan di televisi.

106

Susan J. Napier, Op. cit., hal. 3 107

Chris Heilman, “What is Anime”, The Anime Powerhouse, <http://www.tapanime.com/info/what.html>, 03 Maret 2003

(3)

Biasanya OVA dibuat dalam format VHS, Laser Disc atau DVD.108 Dilihat dari segi grafis, kualitas gambar OVA lebih bagus daripada

anime TV Series. Selain itu cerita pada OVA lebih berwariasi dan cenderung lebih singkat. Suatu OVA dapat berupa prolog, side story

atau singkatnya plot cerita alternatif dari serial anime populer. Desain karakter pada OVA seringkali berbeda dengan TV Series-nya. Selain adaptasi dari TV Series, cerita OVA dapat pula merupakan kisah original.

Pada umumnya OVA dibuat setelah muncul anime TV Series-nya. Namun ada juga karena sukses dengan OVA maka kemudian dilanjutkan dengan TV Series seperti pada anime Tenchi Muyo dan Kiyuketsuki Miyu.109

3. Movie adalah versi film layar lebar dari anime. Kualitas penyajiannya lebih baik dibandingkan TV Series maupun OVA, hal ini dikarenakan

budget yang dikeluarkan juga lebih besar. Cerita dalam Movie

biasanya berupa side story dari suatu anime yang terkenal atau populer. Contohnya adalah serial Dragon Ball dan ketiga belas Movie-nya, Macross: Do You Remember Love, Tenchi Muyo the Movie: Tenchi in Love, Ranma ½: Big Trouble in Nekonglong China.110

Anime Movie juga dapat berupa cerita original dengan karakter

original. Contohnya seperti Ao no Roku Go (Blue Submarine No. 6), Sen to Chihiro no Kamikakushi, atau Jin Roh: the Wolf Brigade.

4.2.2. Shoujo dan Shounen Anime

Dalam perkembangannya, terdapat banyak sekali jenis-jenis anime baik berdasarkan genre, usia, maupun segmentasi target audience dan lain sebagainya. Namun secara umum anime dibagi ke dalam dua kategori utama, yaitu shoujo dan

shounen.

108

“Prelude: Anime”, Loc. cit., hal. 3 109

Angel’s Room, Oops Vol. 2, 1999, hal.20 110 Ibid

(4)

1. Shoujo anime

Shoujo merupakan istilah dari bahasa Jepang yang secara harafiah berarti “anak perempuan (young girl)”. Kata shoujo yang juga dieja dengan shojo atau

shôjo, tertulis sebagai “? ? ” dan dalam hur uf hiragana111 sebagai “? ? ? ? ? ”. Dalam konteks anime, istilah shoujo digunakan untuk menunjukkan jenis anime

yang diperuntukkan kepada anak perempuan.112

Yaitu kepada kelompok anak perempuan usia remaja. Dan pada umumnya lebih banyak menonjolkan perkembangan karakter serta menampilkan cerita dengan unsur drama, komedi, dan romance. Tipikal dari shoujo anime ini adalah anak perempuan sebagai karakter utama dengan alur cerita yang berfokus pada kisah percintaan dan kehidupan mereka sehari- hari. Contoh anime yang termasuk kategori shoujo adalah Fushigi Yuugi (Gbr. 4.1), Shoujo Kakumei Utena (Gbr. 4.2), dan Marmalade Boy.

Gbr. 4.1 Fushigi Yuugi, Watase Yuu, 1995, Pierrot

Sumber: “Fushigi Yuugi”, Animonster Vol. 20, Bandung: P.T. Megindo Tunggal Sejahterah, Oktober 2000, hal. 07

111

Di Jepang dikenal 3 macam huruf. Pertama adalah huruf hiragana, yang dipakai untuk melambangkan bunyi dan bentuknya sangat sederhana. Kedua adalah huruf katakana, yang lebih digunakan untuk menyebutkan kata-kata serapan dari bahasa asing, seperti bahasa Inggris. Ketiga adalah huruf kanji, yang diambil dari huruf Cina hanya berbeda dalam pengucapannya.

112

(5)

Gbr. 4.2 Shoujo Kakumei Utena, Saitou Chiho, 1997, J.C. Staff

Dalam shoujo anime terdapat subgenre khusus yang dikenal dengan

magical girls (mahou shoujo), yaitu seorang atau sekelompok anak perempuan yang biasanya bertindak sebagai pahlawan dengan menggunakan mystical power

atau magic dalam aksinya. Contoh anime populer subgenre ini seperti Bishoujo Senshi Sailor Moon (Gbr. 4.3) dan Ai Tenshi Densetsu Wedding Peach.

Bishoujo Senshi Sailor Moon, Takeuchi Naoko, 1992, Toei

Gbr. 4.3 Shoujo Anime Subgenre Magical Girls

(6)

Untuk target audience yang lebih dewasa, shoujo anime adakalanya mengandung unsur- unsur roman percintaan yang tidak umum. Seperti adanya unsur shounen-ai (roman antara sesama laki- laki) dan shoujo-ai (roman antara sesama perempuan) yang akhir-akhir ini banyak dikisahkan. Shounen-ai dan

shoujo-ai termasuk genre dalam shoujo anime yang walaupun belakangan ini juga dijumpai dalam shounen anime. Salah satu daya tarik utama dari genre ini terutama karena adanya karakter-karakter bishounen113 dan bishoujo114 yang terutama disukai oleh audience perempuan.

2. Shounen anime

Shounen merupakan istilah yang berasal dari bahasa Jepang yang berarti “anak laki- laki (boy)”. Disebut juga dengan kata shonen, tertulis sebagai “? ? ” dan sebagai “? ? ? ? ? ” dalam huruf hiragana. Sama halnya dengan shoujo, istilah shounen juga digunakan dalam konteks anime. Namun istilah tersebut digunakan sebagai sebutan jenis anime yang lebih dikhususkan untuk anak laki-laki.115

Jenis anime yang ditujukan untuk target audience kelompok anak laki-laki usia remaja ini ceritanya berkisar hal- hal yang digemari atau disukai laki-laki- laki-laki. Yaitu seperti lebih banyak menampilkan cerita action dan adegan perkelahian daripada nuansa romantis. Tema yang paling digemari adalah kisah petualangan (adventure), fantasi, komedi, sports, dan science fiction seperti giant robots. Contoh dari jenis shounen anime ini seperti Blade of the Immortal, Dragon Ball

series (Gbr. 4.4), Slam Dunk, Rurouni Kenshin (Gbr. 4.5), Hunter X Hunter, atau Gundam Wing.

113

Bishounen adalah istilah dari bahasa Jepang yang berarti anak laki-laki cantik (beautiful boy) 114

Bishoujo adalah istilah dari bahasa Jepang yang berarti anak perempuan cantik (beautiful girl) 115

“Shounen”, Wikipedia Encyclopedia, <http://www.wikipedia.org/wiki/Shounen>, 01 Maret 2003

(7)

Gbr. 4.4 Dragon Ball Z, Toriyama Akira, 1989-1996

(8)

Dengan adanya pengkategorian jenis anime ini bukan berarti sebuah

anime hanya dapat dinikmati oleh target audience tertentu saja. Dalam

perkembangannya banyak dijumpai anak laki- laki yang menggemari shoujo anime

dan demikian pula sebaliknya anak perempuan menggemari shounen anime. Contohnya seperti Rurouni Kenshin, Gundam Wing, atau Saint Seiya yang sebenarnya dikategorikan sebagai shounen anime ternyata banyak digemari oleh kaum perempuan. Anime seperti Bishoujo Senshi Sailor Moon atau Marmalade Boy yang dikategorikan sebagai shoujo anime bahkan mampu menarik perhatian kaum laki- laki.

Selain shounen, juga dikenal istilah seinen. Seinen berarti “remaja (youth)”. Seinen anime biasanya diperuntukkan untuk target audience anak laki-laki yang lebih dewasa, yaitu pemuda yang berkisar antara usia 18 hingga 25 tahun. Meskipun demikian seinen anime dapat digolongkan ke dalam kategori

shoujo maupun shounen. Cerita seinen anime umumnya berkisar seputar hobby atau pekerjaan yang ditampilkan secara lebih realistis untuk menarik perhatian

target audience. Dalam seinen anime tidak terlalu menonjolkan violence atau

sexual seperti terdapat pada shoujo dan shounen anime. Sehingga target audience

dari seinen anime ini tergantung pada topik atau tema cerita yang ditampilkan. Contoh yang termasuk seinen anime seperti, Golgo 13 (Gbr. 4.6) yang bercerita tentang seorang agen rahasia, atau Offside yang bercerita tentang dunia olahraga sepak bola.

Gbr. 4.6 Golgo 13

(9)

4.3. Karakteristik Anime

Secara umum, karakteristik anime adalah suatu ciri khas yang sangat unik dan jarang ditemui dalam film animasi lainnya. Yaitu seperti gaya visual, teknik sinematografi, seiyuu (dubber), soundtrack, genre, plot atau storyline, dan kebiasaan-kebiasaan yang umumnya terdapat dalam anime.

4.3.1. Gaya Penggambaran (drawing style/visual style)

Anime merupakan suatu bentuk animasi yang unik dan menarik. Yang membedakan antara anime dengan film animasi lainnya terletak pada bagaimana gaya penggambaran/drawing style. Bahkan gaya gambar tersebut sudah menjadi standarisasi bagi sebagian besar pembuatan anime di Jepang. Adapun ciri khas gaya gambar anime yang membedakannya dengan gaya gambar film animasi non Jepang adalah sebagai berikut:

a. Penggambaran Bentuk dan Garis yang Sederhana b. Penggambaran Bentuk Wajah dan Mata Besar c. Penggambaran Bentuk dan Warna Rambut d. Penggambaran Bentuk Tubuh

e. Common Trends: Exaggeration/Dramatisasi, Emotion Icons, Unsur Budaya

4.3.1.1. Penggambaran Bentuk dan Garis yang Sederhana

Gaya penggambaran dalam anime adalah dengan menggunakan bentuk dan garis yang sederhana. Gambar-gambar dengan bentuk dan garis sederhana tersebut merupakan bentuk abstrak yang mewakili bentuk aslinya, yaitu dengan memusatkan kepada detail tertentu. Menurut McCloud, penyederhanaan tersebut merupakan bentuk penegasan yang dikenal dengan istilah ikonik116 (iconic).117

Hal ini didasarkan oleh penelitian para psikolog diyakini bahwa seseorang mengidentifikasikan dirinya dalam alam pikiran mereka sendiri dalam

116

Ikon merupakan tanda yang memiliki hubungan kemiripan dengan acuannya/bentuk aslinya. Menurut Scott McCloud dalam bukunya berjudul Understanding Comic, meyebutkan bahwa dunia komik merupakan dunia ikon, dimana berlaku juga dalam dunia anime. Gambar-gambar yang disebut dengan istilah ikon tersebut digunakan untuk me wakili konsep, gagasan, dan filosofi. 117

Scott McCloud, Understanding Comic, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2001, hal. 29-30

(10)

bentuk sederhana atau secara ikonik tanpa terlalu banyak detail. Jadi dengan melihat suatu karakter anime dengan bentuk ikonik yang sederhana akan membuat seseorang lebih mudah mengenali karakter tersebut secara lebih mendalam atau bahkan menghubungkan dirinya sendiri dengan karakter tersebut dan situasi yang diciptakan dalam anime. Dimana memungkinkan audience menjadikan diri mereka sebagai salah satu tokoh karakter dan seakan-akan memasuki dunia fantasi dari anime. Sehingga secara alam bawah sadar dapat menimbulkan ketertarikan seseorang terhadap anime tersebut. Hal ini dikenal sebagai masking effect, yang menjadi ciri khas gaya dari anime dan manga.118 Penyederhanaan ini meliputi bentuk dan garis proporsi wajah, bentuk tubuh, dan lain sebagainya.

Salah satu kelebihan dari gaya gambar anime adalah penggunaan bentuk dan garis sederhana untuk melambangkan bentuk-bentuk yang lebih rumit. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa bentuk yang sederhana lebih mudah ditangkap atau dikenali oleh audience daripada bentuk yang rumit dan terlalu banyak detail.119 Kekuatan istimewa yang dimiliki oleh anime adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian audience pada suatu gagasan, dimana anime bukan hanya sekedar cara penggambarannya tetapi juga bagaimana cara audience

melihatnya.120

4.3.1.2. Penggambaran Bentuk Wajah dan Mata Besar

Salah satu yang menjadi daya tarik anime yang membedakan dengan film animasi lainnya adalah ciri khas gaya visualnya. Terutama yaitu adanya karakter-karakter bermata besar dalam anime yang menjadi ciri khas Jepang. Penggambaran bentuk wajah dalam wajah karakter anime secara umum memiliki persamaan. Tipikalnya adalah bentuk wajah yang digambarkan menggunakan bentuk dasar segitiga terbalik dan yang paling menonjol dari adalah mata yang besar.

Penggambaran mata yang besar ini merupakan pengaruh dari gaya gambar Tezuka Osamu, yang dikenal oleh masyarakat Jepang dan khususnya

118

Scott McCloud, Op. cit, hal. 43 119

Tatsu Maki, How to Draw and Create Manga Volume 1, Bandung: P.T. Megindo Tunggal Sejahtera, 2001, hal. 6

(11)

dalam dunia anime dan manga sebagai “Walt Disney of Japan” dan “God of

Manga”. Gaya gambar tersebut dipelopori oleh Tezuka lewat karakter Atom

(Tetsuwan Atom) yang memberikan pengaruh besar terhadap gaya visual anime

dan manga dimana masih dapat dilihat sampai sekarang.Dengan menggambarkan mata besar, Tezuka ingin dapat menampilkan secara maksimal bagaimana kondisi emosi atau perasaan dari suatu karakter.

Mata sebagai jendela jiwa, merupakan salah satu bagian tubuh manusia yang diyakini dapat memperlihatkan bagaimana emosi dan perasaan seseorang secara fisik. Animator menggambarkan bentuk mata yang besar bertujuan untuk memperkuat ekspresi emosional dari sebuah tokoh karakter sehingga dapat dengan jelas terlihat apakah karakter tersebut bahagia, marah, sedih, terkejut, terharu, tertawa, bingung, berpikir, menggoda, dan berbagai ekspresi lainnya. Filosofi gaya visual ini masih diyakini dan digunakan oleh mangaka dan animator Jepang. Selain daripada bentuk yang besar, warna mata dari karakter anime juga bervariasi. Seperti penggunaan warna-warna yang tidak umum dijumpai. Namun karena adanya kebebasan dan imajinasi berekspresi maka dalam anime banyak terdapat karakter bermata coklat, merah, biru, hijau, kuning, atau bahkan ungu. Warna mata dari karakter anime juga didesain untuk dapat mewakili bagaimana kepribadian karakter tersebut meskipun tidak berlaku pada setiap karakter.

Ciri gaya visual ini bila ditinjau dan didukung oleh kekuatan industri animasi Jepang merupakan suatu bentuk keuntungan memiliki kelebihan tersendiri. Penggambaran karakter dengan mata besar tersebut telah mampu mempesona dan menarik perhatian audience baik di Jepang sendiri maupun di seluruh dunia sehingga mampu menciptakan trend gaya visual khas negeri sakura tersebut. Bahkan di Jepang sendiri, akan banyak menuai protes jika penggambaran mata tokoh karakter diperkecil.

Children, especially, seem to be attracted to cartoon characters with big eyes, and in Japan young girls complain if artists draw them smaller.”121

121

Frederik L. Schodt, Manga! Manga! The World of Japanese Comics , New York: Kodansha International USA Ltd, 1983, hal. 92

(12)

Bentuk mata yang besar dan bulu mata lentik biasanya digunakan untuk menampilkan ekspresi karakter-karakter anime yang kawaii122. Untuk menggambarkan karakter yang serius maka penggambaran mata dibuat dengan lebih ramping dan tipis atau lebih kecil.123 Mata kecil dari karakter anime dimana tidak banyak menampilkan emosi biasanya memberikan kesan dingin atau berbahaya. Penggambaran mata kecil terkadang digunakan untuk karakter-karakter jahat atau antagonis untuk memperkuat kesan tidak bersahabat.124

Penggambaran mata dengan gaya realis seperti halnya dalam Perfect Blue dan Akira dibuat untuk menghindari fenomena ‘big eyes’ yang identik dengan anime. Hal ini karena tema cerita yang diangkat umumnya ingin lebih menampilkan setting dan storyline yang realistik.

122

Kawaii merupakan istilah dari bahasa Jepang yang berarti manis (cute) atau menggemaskan (adorable). Istilah kawaii umumnya digunakan untuk karakter-karakter dalam shoujo anime, ditujukan untuk sesuatu yang lucu atau manis.

123

“Term Paper on Anime”, <http://www.shokoku.i-p.com/anime.html>, 25-02-2003 124

Frank Sanchez, “Anime Fundamentals”, <http://www.animeinfo.org/animeu/core101.html>, 18 Februari 2003

(13)
(14)

4.3.1.3. Penggambaran Bentuk dan Warna Rambut

Salah satu gaya gambar yang menonjol dari anime adalah penggambaran bentuk dan warna rambut yang unik dan bervariasi. Penggambaran bentuk dan warna rambut dari karakter anime pada dasarnya bertujuan untuk dapat membedakan antara satu karakter dengan karakter lainnya. Dalam anime, seringkali dijumpai bentuk desain karakter yang konsisten. Seperti gambar desain yang serupa atau sama pada semua karakter laki- laki demikian juga pada semua karakter perempuan. Sehingga secara fisik semua karakter untuk laki- laki dan karakter untuk perempuan saling memiliki kemiripan.

Contohnya adalah karakter-karakter dari anime Bishoujo Senshi Sailor Moon (Gbr. 4.8) dimana menampilkan desain karakter yang mirip satu satu sama lain, seperti Tsukino Usagi dan Minako Ai. Maka dari itu penggambaran bentuk dan warna rambut yang berbeda untuk masing- masing karakter akan mempermudah audience untuk dapat mengenali mereka dengan keunikan tersebut. Untuk membedakan keduanya maka untuk karakter Tsukino Usagi dibuat rambut dengan dua sanggul kecil dibagian sisi kiri dan kanan, sedangkan untuk karakter Minako Ai dibuat rambut yang terurai yang diikat dengan pita. Meskipun keduanya digambarkan dengan rambut berwarna pirang yang panjang namun audience dapat membedakannya dari bentuk rambut masing- masing.

(15)

Bishoujo Senshi Sailor Moon

Gbr. 4.8 Penggambaran Bentuk dan Warna Rambut Pada Karakter yang Saling Mirip

Sumber: Pretty Soldier Sailor Moon – Genkashu Vol. 2, Jakarta: P.T. Gramedia, 1996

Bentuk rambut dari karakter anime juga sangat beragam di sini imajinasi dari seorang desain karakter memainkan peranan penting dalam menciptakan berbagai bentuk yang unik. Bahkan seringkali dijumpai bentuk rambut yang mengalami exaggeration, yaitu digambarkan lebih besar dibandingkan dengan proporsi ukuran normal. Seperti yang tampak dijumpai dalam Dragon Ball karya Toriyama Akira, Sailor Moon karya Takeuchi Naoko, Magic Knight Rayearth karya Clamp, atau Saint Seiya karya Kurumada Masami.

(16)

Hikaru no Go (TV Series), Obata Ken dan Hotta Yumi, 2001-2003, Pierot

Gbr. 4.9 Penggambaran Bentuk dan Warna Rambut

Warna-warna yang digunakan oleh karakter-karakter anime tersebut juga sangat bervariasi. Seperti halnya dengan warna mata pada karakter anime, animator memiliki kebebasan dan imajinasi dalam penggunaan warna yang tidak terbatas. Seperti rambut berwarna kuning, hijau, ungu, oranye, merah, biru, merah muda, abu-abu, atau bahkan putih. Penggunaan warna-warna tersebut adakalanya bertujuan untuk menonjolkan personality suatu karakter.

Seperti rambut berwarna pirang dari karakter Tsukino Usagi dan Minako Ai dimana sesuai dengan kepribadian mereka yang ceria dan supel. Atau rambut berwarna putih dari karakter Sesshoumaru (Gbr. 4.10) dari anime Inuyasha yang menampakkan kesan dingin dan tidak bersahabat. Rambut berwarna merah

(17)

biasanya lebih cenderung menampilkan kepribadian yang kuat dan berani seperti karakter Nakajima Youko dari anime Juuni Kokki.

Sesshoumaru (Inuyasha)

Gbr. 4.10 Penggambaran Warna Rambut yang Menampilkan Kepribadian

4.3.1.4. Penggambaran Bentuk Tubuh

Dalam anime, penggambaran bentuk tubuh karakter seringkali dibuat secara tidak proporsional. Secara umum banyak dijumpai bentuk tubuh karakter

anime yang mengalami proses elongasi (pemanjangan) dan digambarkan dengan tubuh yang ramping. Bangsa Jepang secara umum menganggap bahwa penggambaran tubuh dengan kaki yang panjang merupakan bentuk yang ideal yaitu diibaratkan seperti bentuk tubuh seorang model. Oleh karena itu bentuk tubuh yang demikian banyak dijumpai pada karakter anime dimana merupakan bentuk refleksi dari obsesi bangsa Jepang yang pada umumnya memiliki bentuk tubuh yang pendek.

Proporsi tubuh yang jangkung tersebut biasanya dihasilkan dari elongasi pada bagian kaki dimana digambarkan dengan sangat jenjang. Proporsi tubuh semacam ini merupakan bentuk yang dianggap mewakili segala ras dari seluruh dunia. Elongasi bentuk dalam penggambaran postur tubuh juga terlihat pada bagian lengan.125

Ciri-ciri bentuk tubuh yang terkesan jangkung dan ramping umumnya adalah: leher yang panjang dan ramping, bahu sempit, dada sempit, pinggang

125

A Society for The Study of Manga Techniques, How To Draw Manga: Developing Shoujo Manga Techniques , Tokyo: Japan Publications Trading Co., Ltd., 1999, hal. 18

(18)

kecil, bentuk torso yang panjang, bentuk lengan yang ramping tanpa menonjolkan otot yang berlebihan, serta bentuk kaki yang panjang dan ramping.126 Ciri-ciri ini umumnya lebih banyak dijumpai pada karakter perempuan meskipun demikian elongasi bentuk tubuh juga seringkali dipakai pada karakter laki- laki.

Gbr. 4.11 Penggambaran Bentuk Tubuh yang Mengalami Elongasi Sumber: Pretty Soldier Sailor Moon – Genkashu Vol. 2, Jakarta: P.T. Gramedia, 1996

126

Hikaru Hayashi, Go Office, Techniques for Drawing Female Manga Characters , Tokyo: Graphic-sha Publishing Co.,Ltd., 1998, hal. 17

(19)

4.3.1.5.Common Trends

Common Trends merupakan kebiasaan-kebiasaan yang umumnya

terdapat dalam anime. Diantaranya seperti: a. Exaggeration/Dramatisasi

Exaggeration atau dramatisasi banyak dijumpai dalam anime yang ditampilkan sebagai selingan atau bahkan merupakan bagian dari cerita. Namun tidak semua anime menampilkan unsur dramatisasi. Animator Jepang mampu menampilkan dramatisasi ekspresi wajah (Gbr. 4.12) maupun perilaku karakter (Gbr. 4.13) secara efektif, yang meskipun dibuat dalam bentuk sederhana namun tetap dapat menimbulkan kesan lucu.

Dramatisasi tidak hanya dijumpai pada anime-anime komedi atau parodi saja namun juga seringkali ditampilkan dalam cerita drama atau dalam tema serius sekalipun. Dengan adanya dramatisasi membuat jalan cerita menjadi lebih menarik dan segar dimana tidak selalu menampilkan keadaan serius dengan menambahkan selingan unsur humor sebagai ‘bumbu’ dari cerita itu sendiri. Dramatisasi menekankan pada kondisi emosional yang ditampilkan secara berlebihan sehingga audience dapat dengan mudah menangkap bagaimana perasaan dari karakter tersebut melalui ekspresi wajah maupun perilakunya.

(20)

(21)

Sumber: “Fushigi Yuugi”, Animonster Vol. 20, Bandung: P.T. Megindo Tunggal Sejahterah, Oktober 2000, hal. 6-7

Gbr. 4.13 Dramatisasi Perilaku atau Gerak

Selain ekspresi wajah maupun gerak tingkah laku, juga dikenal dramatisasi bentuk tubuh. Dramatisasi bentuk tubuh yang sering digunakan adalah bentuk shortasi, yaitu gaya penggambaran yang mengalami proses pemendekan. Shortasi merupakan bentuk kebalikan dari elongasi.

Bentuk shortasi merupakan gaya yang pertama kalinya banyak digunakan dalam anime. Pada masa awal anime, hampir semua karakter digambarkan mengalami shortasi bentuk tubuh. Gaya yang diadaptasi dari film animasi Amerika khususnya pengaruh dari Walt Disney ini digunakan untuk menampilkan kesan kekanakan. Yaitu menekankan pada nilai humor yang ditampilkan melalui model-model karakter.127

127 Ono Kosei, Loc.cit.

(22)

Saat ini di Jepang, gaya shortasi telah mengalami perkembangan yang lebih ekstrem sehingga menghasilkan bentuk dramatisasi yang dikenal dengan istilah Super Deformed (SD). Karakter yang dibuat dalam bentuk SD digambarkan bertubuh cebol dengan kepala besar untuk menampilkan kesan mungil dan lucu. Ukuran tangan dan kaki yang pendek disesuaikan dengan ukuran tubuh yang sangat kecil atau cebol. SD banyak digunakan pada karakter normal dan serius yang tiba-tiba berubah menjadi bentuk mini dan lucu dimana merupakan versi parodi dari karakter itu sendiri.

Pada umumnya terdapat tiga macam proporsi yang digunakan dalam penggambaran SD. Yaitu dengan proporsi perbandingan, 1 : 5, 1 : 4, dan 1 : 3. Untuk proporsi perbandingan 1 : 5 adalah ukuran tinggi tubuh sama dengan 4 kali panjang kepala, dalam proporsi 1 : 4 adalah ukuran tinggi tubuh sama dengan 3 kali panjang kepala, sedangkan proporsi 1 : 3 adalah ukuran tinggi tubuh sama dengan 2 kali panjang kepala.128

Megami Kohousei (Candidate for Goddess)

(23)

Ah! Megami Sama (Ah! My Goddess)

Gbr. 4.14 Perbandingan Bentuk Tubuh Normal dan Super Deformed

b. Emotion Icons

Emotion Icons merupakan petunjuk visual yang digunakan untuk

menyampaikan emosi tertentu. Dimana setiap ikon mewakili jenis emosi tertentu yang sering digunakan untuk menampilkan perasaan dari karakter. Beberapa contoh ikon seperti: sweat drop (tetesan keringat) untuk menunjukkan emosi kegelisahan atau kekhawatiran,

nose bleed (mimisan) yang cenderung mengacu pada orientasi

seksual yang menandakan adanya pikiran pervert, bulging vein

(pembuluh darah yang menonjol) menunjukkan makna

intensity/ketegangan, atau ikon hati yang menunjukkan rasa suka, dan lain sebagainya.129

129

Tipatat Chennavasin, Understanding Anime ,

(24)

(25)

c. Unsur Budaya

Salah satu yang seringkali terlihat dalam anime adalah adanya penampakan unsur budaya khas Jepang. Penampakan unsur budaya ini dapat dilihat dari busana, dekorasi rumah, kuil, makanan, lingkungan, festival atau perayaan tradisional, mitos, sejarah, perlengkapan atau atribut, dan lain sebagainya.

(26)

4.3.2. Seiyuu/Voice Actor

Dalam anime, voice actor atau dikenal juga dengan istilah dubber ini memegang peranan yang cukup penting. Tidak hanya anime saja, melainkan dalam semua film animasi dimana tugas seorang voice actor adalah bagaimana menghidupkan suatu karakter secara nyata. Seperti bagaimana karakter suara yang sesuai dengan kepribadian karakter tersebut, atau bagaimana menyuarakan ekspresi karakter dalam berbagai macam emosi atau keadaan.

Di Jepang, istilah voice actor yang berperan sebagai pengisi suara dalam

anime disebut dan dikenal dengan istilah seiyuu. Tanpa peran penting seiyuu, suatu anime dengan storyline, action, dan dengan desain karakter maupun iringan musik yang luar biasa bagus sekalipun hanya akan tampak sebagai rangkaian gambar bergerak saja.130 Seiyuu seakan-akan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari industri anime di Jepang, studio-studio anime mempekerjakan

seiyuu sebagai pengisi suara untuk banyak karakter. Seiyuu dituntut bekerja secara profesional, yaitu tidak hanya sekedar sebagai pengisi suara karakter saja tetapi juga mampu menghayati karakter yang sedang diperankannya. Seorang seiyuu

sesungguhnya seperti layaknya seorang aktor/artis film namun perbedaannya adalah lebih difokuskan kepada menghidupkan penghayatan karakter dengan keahlian permainan suara.

Seorang seiyuu yang berbakat mampu memerankan berbagai macam karakter, contohnya seperti Ohtani Ikue yang berperan sebagai seiyuu Pikachu dari anime Pokémon dan juga sebagai seiyuu Meruru dari anime Tenkuu no Escaflowne.131 Banyak juga dari seiyuu selain berbakat dalam voice acting juga memiliki keahlian dalam bernyanyi atau bahkan seorang penyanyi.132 Seperti halnya Tange Sakura yang berperan dalam seiyuu Sakura Kinomoto dari anime

Card Captor Sakura, yaitu dimana dia juga bernyanyi untuk theme song anime

tersebut. Beberapa seiyuu bahkan adapula yang mengeluarkan album lagunya sendiri atau merupakan bagian dari pop group.

130

“Anime 101: Seiyuu (Voice Talent)”, AnimeNfo, <http://www.animenfo.com/anime101.php>, 20 Februari 2003

131

“Glossary of Anime and Manga Terms”, Black Moon,

<http://www.theblackmoon.com/Gloss/agloss2.html>, 10 Februari 2003 132

“Otaku Dictionary”, AnimeInfo.org, <http://www.animeinfo.org/odiction2.html>, 25 Februari 2003

(27)

Pemilihan seiyuu benar-benar melalui seleksi yang ketat untuk dapat menyuarakan suatu karakter. Untuk karakter anime laki- laki tidaklah selalu disuarakan oleh seiyuu laki- laki juga, banyak sekali dijumpai karakter laki- laki disuarakan oleh seiyuu perempuan Contohnya seperti karakter Edogawa Conan dari anime Meitantei Conan yang disuarakan oleh seorang seiyuu perempuan, yaitu Takayama Minami. Lainnya seperti karakter Himura Kenshin dari anime

Rurouni Kenshin oleh seiyuu Suzukaze Mayo, dan karakter Tsukishiro Yukito dari anime Card Captor Sakura oleh seiyuu Ogata Megumi.

Profesi seiyuu termasuk usaha bisnis yang kompetitif di Jepang. Hal ini dikarenakan untuk memperoleh dan mempertahankan seiyuu-seiyuu yang memiliki kualitas tinggi.133 Jadi hanya orang-orang tertentu yang memiliki bakat, kemampuan, atau keahlian untuk dapat menjadi seiyuu. Dari seiyuu-seiyuu anime

yang ada banyak diantara menjadi bintang besar dan terkenal, yaitu seperti Hayashibara Megumi, Ogata Megumi, Tange Sakura, Seki Tomokazu, Yuki Hiro, dan lain sebagainya. Bahkan di Jepang terdapat sekolah khusus seiyuu yang bertujuan untuk menghasilkan seiyuu-seiyuu yang berkualitas.

Hayashibara Megumi, Ayanami Rei Mitsuishi Kotono, Tsukino Usagi

Seki Tomokazu, Hidaka Ken Takayama Minami, Edogawa Conan Gbr. 4.17 Para Seiyuu Pada Berbagai Karakter

Sumber: “Best Features: 20 Best Seiyuu”, Animonster Vol. 25, P.T. Megindo Tunggal Sejahtera, Bandung, Maret 2001, hal. 73

133

“Char Glossary: Anime Terms”, <http://www.geocities.com/cryptochrome/char/glossary.htm>, 30 April 2003

(28)

4.3.3. Soundtrack

Selain dari segi gaya visual, penokohan karakter, jalan cerita, salah satu daya tarik tersendiri dari anime adalah soundtrack lagunya. Pemilihan lagu untuk

soundtrack sebuah anime dilakukan melalui suatu proses yang panjang dan dikerjakan dengan seksama sehingga dihasilkan musik yang sesuai dengan image

dan tema cerita. Uniknya musik dalam anime sebagian besar dikerjakan oleh komposer ternama seperti Hisaishi Joe, Kanno Youko, Uematsu Nobuo, Mizoguchi Hajime, atau Kajiura Yuki, serta dinyanyikan oleh penyanyi profesional yang digarap seperti layaknya pembuatan album.

Berbicara mengenai anime memang tidak dapat dipisahkan dengan J Pop (Japanese Pop). Uniknya, makna J Pop sendiri menjadi agak ranc u karena ada kata ‘pop’ tersebut. Ternyata yang dimaksud dengan ‘pop’ pada kata J Pop itu bukanlah aliran musik pop melainkan musik yang populer. Termasuk juga aliran musik rock.134 Tetapi kini ada kecenderungan masyarakat untuk membedakan antara aliran musik pop dan rock. Untuk jenis musik yang cenderung pop disebut dengan istilah J Pop sedangkan untuk jenis musik rock lebih dikenal dengan istilah J Rock. Artis J Pop yang dikenal masyarakat adalah seperti Ayumi Hamasaki, Utada Hikaru, Speed, Namie Amuro, Kur aki Mai atau Noriko Sakai. Sedangkan artis J Rock antara lain seperti L’arc~en~ciel, Glay, Dir en Grey, X Japan, Luna Sea, Laputa, Pierot, Malice Mizer, dan masih banyak lagi.

Karena seperti yang telah disebutkan di atas bahwa salah satu daya tarik utama dari anime adalah soundtrack lagunya. Adakalanya juga suatu anime

menjadi terkenal dikarenakan kepopuleran lagu- lagu soundtrack-nya. Perjalanan musik Jepang sendiri memang penuh lika- liku. Pada dekade 1970-an musik Jepang lebih dipacu oleh lagu- lagu soundtrack, hal ini akibat pengaruh perkembangan anime maupun dorama135 di masa itu. Lalu kemudian mulai tampil lebih variatif dengan populernya alat musik elektronis. Hingga kemudian pada dekade 1980-an mulai muncul istilah J Pop dan J Rock yang dikenal dan dipakai hingga saat ini.

134

“Mending J Pop daripada Boyband”, Deteksi, Jawa Pos, 22 April 2001, hal.19 135

Dorama adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut serial drama televisi buatan Jepang.

(29)

4.3.4. Genre dan Storyline

Salah satu yang menjadi daya tarik dimana merupakan ‘jiwa’ dari anime

adalah tema yang diangkat serta bagaimana cara penyampaian storyline atau alur cerita. Banyaknya variasi tema cerita yang diangkat merupakan salah satu faktor kesuksesan anime. Anime tidak hanya menampilkan suatu genre tertentu saja namun juga seringkali menggabungkan beberapa genre sekaligus sehingga cerita tidak terlihat monoton dan menarik untuk ditonton.

Melalui anime, para animator mampu menampilkan tema yang sangat beragam, mulai dari mengangkat cerita kehidupan sehari-hari, tema olahraga yang dikemas dengan unsur drama atau komedi, parodi, kisah fantasi dengan menggabungkan unsur sejarah, hingga kepada kisah tentang hewan.

Anime mampu menampilkan storyline mulai dari kisah yang sederhana dan ringan hingga kepada kisah yang kompleks dan berat. Ide- ide yang sederhana dikemas dan diramu sedemikian rupa sehingga tetap terasa mengesankan dan menarik. Melalui anime, dapat dilihat bagaimana bangsa Jepang menampilkan impian atau obsesi mereka miliki. Kekompleks-an storyline tampaknya sudah identik dengan anime dimana menarik perhatian audience, seperti menampilkan unsur kemanusiaan, menyerukan pesan-pesan moral, lebih jujur menampilkan tentang realita. Dalam menampilkan keadaan yang realistis seringkali dijumpai unsur kekerasan, bahasa kasar, bahkan unsur seksual. Hal inilah yang membedakan anime dengan film kartun, karena anime dapat menyentuh target audience dari berbagai kalangan usia bukan saja sebagai tontonan anak-anak saja.

Seringkali dijumpai anime mengangkat tema tentang kisah batas yang kabur antara realitas, mimpi, maupun dunia virtual seperti yang diangkat dalam Serial Experiment Lain (SE Lain). Yaitu menampilkan unsur dekonstruksi, kesan gelap dan emosi yang mendalam, dimana menekankan pada unsur eksistensi dari si karakter utamanya. Dalam kisah ini ditampilkan beragam konsep, seperti tentang Tuhan, pengaruh teknologi, berbagai teori dan prinsip-prinsip ilmiah. Tema serupa juga tampak dalam anime Movie berjudul Perfect Blue dengan genre

psycho-thriller. Melalui Perfect Blue, audience diajak untuk mengenal lebih dekat tentang sisi kejiwaan karakter.

(30)

Crayon Shinchan Gundam Wing

Perfect Blue Happy Lesson

Serial Experiment Lain Meitantei Conan Gbr. 4.18 Berbagai Jenis Tema dan Genre

(31)

4.4. Periodisasi Perkembangan Anime di Indonesia

4.4.1. Pada Periode 1980-1989

Periode Judul Format Genre

Babylon Tower/Babiru Nisei Video Science Fiction

Candy Candy Video Drama Romance

Captain Giking/Daiku Maryu Gaiking Video Mecha

Cartoon Special Show 18/Technopolis 21C Video Science Fiction

Cyborg 009 Video Science Fiction

Galvion/Cho Kosoku Galvion Mecha

God Sigma/Uchuu Taitei God Sigma Video Mecha

Gordion the Warrior and Polymar/Toushi

Gordion Video Mecha

Goshogun/Sengoku Majin Go shogun Video Mecha

Grand Prix/Mashin Hayabusha Video Sport-Racing

Hurricane Polymar Video Mecha

Ikkyu San Video Drama-Comedy

JEEG the Steel Robot/Kotetsu Jeeg Video Mecha

Jody and Wodderwing/Koshika Monogatari Video Drama

Lulu the Flower Angel/Hana no ko Run Run Video Magical Girls

Red Shadow/Mazinger Z Video Mecha

Shogun Geta/Getta Robo Getta Robo G

Getta Robo Go

Video Mecha

S p a c e k e t e e r s / S F S e i y u k i S t a r z i n g e r Video Science Fiction

Star Blazers/Uchuu Senkan Yamato Video Science Fiction

Voltus V/ C h o d e n j i M a s h i n V o l t e s V Video Mecha

Wonder Six/Ginga Shippuu Sasuraiger Video Mecha

Kum-Kum/Wanpaku Omukashi Kum-Kum TV Drama-Comedy

Macross/Chojiku Yosai Macross Mecha

Marine Boy/Ganbare! Marine Kid TV Fantasy

Minky Momo TV Magical Girls

1980-1989

Thunderbirds 2086/ Kagaku Kyujo -tai

T e c h n o V o y a g e r TV Science Fiction

(32)

Berawal dari serial Goggle V, Ultraman hingga anime klasik seperti Voltus V (Gbr. 4.19), Macross, Gundam bahkan dorama klasik Oshin, sedikit demi sedikit masyarakat Indonesia mulai diperkenalkan kepada bentuk dan jenis hiburan yang berasal dari Jepang (J Entertainment). Pertama kali anime masuk di Indonesia adalah sekitar awal tahun 1980-an yang langsung menjadi trend di masyarakat. Hal ini disebabkan karena anime-anime pada masa tersebut merupakan pelopor dari eksistensi anime di Indonesia. Yaitu untuk pertama kalinya masyarakat mengenal anime, yang sama sekali berbeda dengan film- film animasi buatan Amerika atau Eropa Barat yang sebelumnya merajai dominasi film animasi di Indonesia. Masyarakat memandang anime sebagai suatu bentuk hiburan baru yang unik dan menarik sehingga dengan cepat meraih popularitas.

Audience anime di Indonesia pada masa tersebut terutama adalah anak-anak.

(33)

Pada periode tersebut anime beredar dalam bentuk format video cassette

yang muncul seiring dengan populernya mesin video Beta.136 Dan yang sangat berperan besar dalam peredaran dan perkembangan anime pada saat itu adalah Trio Video Tara, yaitu sebagai satu-satunya distributor resmi anime di Indonesia.

Anime yang masuk di Indonesia terutama adalah judul-judul yang dibuat dan populer di Jepang pada era 1970-an. Yaitu anime genre science fiction yang banyak menampilkan cerita dengan mecha Super Robot, seperti Voltus V, God Sigma, Captain Giking (Gbr. 4.20), Getta Robo, atau Star Blazers. Selain genre

science fiction, di Indonesia juga terdapat anime dengan genre komedi seperti Doraemon, genre magical girls seperti Lulu the Flower Angel, atau genre drama romance seperti Candy-Candy (Gbr. 4.21) dan lain sebagainya.

Gbr. 4.20 Captain Giking

Sumber: <http://www.animindo.net/anime/gaiking.htm>

Gbr. 4.21 Candy-Candy

Sumber: <http://www.animated-movies.net/Anime.html>

(34)

TVRI sebagai satu-satunya stasiun televisi di Indonesia pada masa itu juga turut berperan dengan menayangkan anime. Dimulai dengan ditayangkannya

anime Kum-Kum (Wanpaku Omukashi Kum-Kum), sejak saat itu secara perlahan

tapi pasti animo masyarakat terhadap anime mulai tumbuh.

Gbr. 4.22 Kum-Kum

Sumber: “Dominasi Jepang Setelah Kum-Kum”, Animix Vol. 01, Jakarta: P.T. Widya Citralikita Uyana, April 2002, hal. 26

Tahun-tahun selanjutnya perjalanan hidup anime mengalami pasang surut dan sempat vakum seiring dengan berakhirnya era mesin video Beta pada akhir tahun 1980-an.137 Hal ini juga dikarenakan stasiun televisi lebih banyak memberikan jam tayangnya untuk animasi buatan Amerika atau Eropa yang dianggap lebih mudah memperoleh popularitas. Trend anime kemudian mulai memudar dan sedikit demi sedikit ditinggalkan dan masyarakat beralih ke sesuatu yang lebih populer pada saat itu. Tetapi bagi para penggemar anime sesungguhnya yang tidak hanya sekedar mengikuti trend, masih tetap eksis walaupun hanya sebagai kelompok minoritas diantara dominasi film- film Amerika terutama produksi Disney.

137 Ibid

(35)

4.4.2. Pada Periode 1990-1999

Periode Judul Format Genre

Born To Cook/Mr. Ajikko TV Cooking

BT’X TV Action-Adventure

Curious Play/Fushigi Yuugi TV Shoujo-Romance

Dash Yankuro TV Sport

Doraemon TV Comedy

Dragon Ball TV Action-Adventure

Kojiro/Fuma no Kojiro TV Action-Adventure

Lady Oscar/Versailles no Bara TV Drama-Romance

Magic Girls/Miracle Girls TV Magical Girls

Magic Knight RayEarth/Mahou Kishi

RayEarth TV Action-Adventure

Ninja si Bayang Merah/Kamen no Ninja

Akakage TV Action-Adventure

Ninja Hattori/Ninja Hattori-kun TV Adventure

Ninja Rantaro/Nintama Rantaro TV Adventure

P-man/Pa man TV Adventure

P a t l a b o r / K i d o u K e i s a t s u P a t l a b o r TV Mecha-Action

Ranma ½ TV Romance-Comedy

Ronin Warriors/Yoroiden Samurai Troopers TV Action-Adventure

Sailor Moon/Bishojo Senshi Sailor Moon TV Magical Girls

Saint Seiya TV Action-Adventure

S h u l a t o / T e n k u S e n k i S h u r a t o TV Action-Adventure

T i m e Q u e s t / T i m e T r a v e l T o n d e ke m a n ! TV Comedy

T o k y o B a b y l o n ( O V A ) TV Drama

W e d d i n g P e a c h / A i T e n s h i D e n s e t s u

W e d d i n g P e a c h TV Magical Girls

Youko so Youko/Idol Tenshi Youkoso Youko TV Shoujo-Drama

Zenki/ Kishin Douji Zenki TV Action-Adventure

Excel Saga Video Comedy-Parody

Ne on Genesis Evangelion/Shinseiki

Evangelion Video

Action-Drama-Psychology

Pokémon Video Adventure

Slayers Video Comedy-Fantasy

1990-1999

Y u u Y u u H a k u s h o Video

Action-Adventure-Fantasy

(36)

Anime mulai kembali eksis di Indonesia pada awal tahun 1990-an, yaitu seiring dengan bermunculan stasiun-stasiun televisi baru seperti RCTI disusul kemudian oleh SCTV dan Indosiar. Stasiun-stasiun televisi tersebut mulai gencar menayangkan sejumlah judul anime yang kemudian menjadi hits atau populer terutama oleh target audience anak-anak, diantaranya seperti Doraemon, Saint Seiya (Gbr. 4.23), Sailor Moon (Gbr. 4.24), Magic Girls, Magic Knight Rayearth, Born to Cook, Dragon Ball, Shulato, dan masih banyak judul lainnya yang pernah ditayangkan oleh stasiun televisi sehingga secara tidak langsung mendukung perkembangan anime di Indonesia.

(37)

Gbr. 4.24 Sailor Moon

Sumber: Pretty Soldier Sailor Moon Animation Album 2, Jakarta: P.T. Elex Media Komputindo, hal. 10

Anime Doraemon (Gbr. 4.25) mulai diperkenalkan kepada masyarakat

Indonesia sejak tahun 1991 yang ditayangkan oleh RCTI. Kisah serial Do raemon yang menampilkan kehidupan sehari- hari dari karakter Doraemon, Nobita, dan kawan-kawannya ini menjadi sangat populer dikalangan anak-anak bahkan orang dewasa. Hal ini karena meskipun dengan cerita yang sederhana karena memang ditujukan untuk target audience anak-anak, namun ditampilkan secara menarik sehingga serial ini sampai sekarang mampu bertahan hingga selama lebih dari 11 tahun sejak pertama kali penayangannya. Diperkuat oleh penelitian yang dilakukan pada bulan April 1994 di empat kota besar, meliputi Jakarta, Medan, Surabaya, dan Semarang, Majalah Vista TV edisi Juni 1994 menyebutkan bahwa Doraemon merupakan program televisi terpopuler untuk anak-anak.138

138

Saya Shiraishi, “Doraemon Merambah Dunia”, Kompas Cyber Media , 02 Juni 2000, <http://www.kompas.com/kompas%2Dcetak/0006/02/dikbud/dora30.htm>, 30 April 2003.

(38)

Gbr. 4.25 Doraemon

Sumber: “On Stage Special: Doraemon”, Animonster Vol. 22, Bandung: P.T. Megindo Tunggal Sejahterah, Desember 2000, hal. 27

Meskipun belum dapat mengalahkan dominasi film- film animasi Amerika namun dapat dikatakan dengan ditayangkannya anime-anime tersebut merupakan suatu pernyataan bahwa anime masih dapat berkembang dan diterima oleh masyarakat. Hal ini tentu saja mendapat respon positif serta merupakan sesuatu yang menggembirakan bagi para otaku139 di Indonesia.

Kemudian karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, anime pun berada dalam kondisi kritis. Hal ini dapat dilihat dari jumlah jam tayang anime di televisi yang mulai menunjukkan penurunan, dimana juga sempat memunculkan kekhawatiran dari para otaku bahwa sekali lagi perjala nan hidup anime berakhir sampai di situ saja.140

Hingga akhirnya pada akhir tahun 1990-an anime mulai kembali

booming dan menjadi trend karena adanya ‘demam’ Pokémon (Pocket Monster) yang melanda Indonesia. Siapa yang tidak ingat dengan nama Pokémon? Pokémon adalah salah satu nama dagang paling kontroversial di dunia belakangan

139

Otaku adalah suatu istilah yang diambil dari bahasa Jepang dan sebenarnya memiliki arti “rumah”. Dalam kultur Jepang, istilah otaku memiliki pengertian yang negatif yaitu dalam konsteks anti sosial dimana seseorang hanya mementingkan objek obsesinya. Namun dalam konteks komunitas anime, istilah otaku digunakan untuk mendeskripsikan seseorang yang ‘mengabdikan’ dirinya sebagai penggemar sejati anime atau manga (a “hardcore” or knowledgeable anime fan).

(39)

ini. Mulai dari jasanya dalam mempopulerkan Game Boy, sistem gamehandheld

terlaris di dunia. Hingga mendapatkan penghargaan lewat tokoh Pikachu yang dinobatkan sebagai salah satu figur paling berpengaruh di dunia. Disusul kemudian kesuksesan versi manga, serial anime, dan anime Movie yang bahkan meraih sukses besar di Amerika.

Trend anime ini juga didukung dengan munculnya distributor resmi yang berusaha memenuhi kebutuhan otaku akan masuknya lebih banyak anime di Indonesia. Sejak tahun 1999, P.T. Ardya Insani Internasional yang dikenal dengan Tora Home Entertainment selaku pemegang lisensi anime di Indonesia, bekerja sama dengan pihak Animation International Ltd. (AI) yang merupakan distributor

anime dari studio-studio ternama di Jepang. Dengan adanya kerjasama tersebut, pihak Tora berhasil mendapatkan ijin resmi untuk mendistribusikan sejumlah

anime-anime populer seperti Neon Genesis Evangelion (Shin Seiki Evangelion), Curious Play (Fushigi Yuugi), Flame of Recca (Recca no Honou), Clamp School, Macross, dan lain sebagainya yang beredar dalam bentuk VCD.141

141

“On Stage Special: Neon Genesis Evangelion”, Animonster Vol. 25, Bandung: P.T. Megindo Tunggal Sejahtera, Maret 2001, hal. 18

(40)

4.4.3. Pada Periode 2000-2003

Periode Judul Format Genre

Asari Chan TV & Video Comedy

Akazukin Chacha TV & Video Adventure-Comedy

Beyblade/ B a k u t e n S h o o t B a y b l a d e TV & Video Sport-Adventure

Bl ue S ub M a ri ne 6 ( Mo v i e ) TV & Video Science Fiction

Bubu ChaCha/Norimono Oukoku!

BuBu ChaCha TV & Video Adventure

C a p t a i n T s u b a s a , C a p t a i n T s u b a s a 2 TV & Video Sport-Soccer

Card Captor Sakura

Card Captor Sakura the Movie (Movie) TV & Video

Adventure-Romance-Comedy

Crayon Shinchan TV & Video Comedy

Crush Gear TV & Video Sport

Detective Conan/Meitantei Conan TV & Video Detective

Digimon Adventure Digimon Adventure 02 Digimon Tamers Digimon Frontier Digimon Adventure 03

TV & Video Adventure

Flame of Recca/Rekka no Honou TV & Video Action-Adventure

G u n d a m W i n g TV & Video Drama-Action-Mecha

Hamtaro/Hamutaro TV & Video

H u n t e r X H u n t e r TV & Video Adventure

Inuyasha TV & Video

Adventure-Romance-Comedy

I s a m i ’ s I n c r e d i b l e S h i n s h e n

Squad/Tobe! Isami TV & Video Adventure-Comedy

Jin Roh: The Wolf Brigade (Movie) TV & Video Drama

Kinnikuman TV & Video Comedy

Meteor Garden/Hana Yori Dango TV & Video Drama-Romance

Mushrambo TV & Video Action-Adventure

Nube/Jigoku Sensei Nube TV & Video Horor-Comedy

Offside TV & Video Sport

One Piece TV & Video Adventure

Pokémon TV & Video Adventure

S a k u r a W a r s / S a k u r a T a i s e n TV & Video Action-Adventure

Samurai X/Rurouni Kenshin TV & Video Action-Romance

Shaman King TV & Video Action-Fantasy

Slam Dunk TV & Video Sport-Comedy

S h o o t / A o k i D e n s e t s u S h o o t TV & Video Sport-Romance 2000-2003

(41)

Periode Judul Format Genre

A z u m a n g a Daioh Video Comedy

Chobit Video Romance-Echi

Cicchana Yukitsuki Sugar Video Romance-Comedy

C o w b o y B e b o p Video Action-Adventure

Final Fantasy: The Spirit Whitin Video Fantasy

Final Fantasy Unlimited Video Fantasy

Fruit Basket Video Drama-Comedy

Full Metal Panic! Video Action-Adventure

Gensoumaden Saiyuki Video Action-Adventure-Comedy

G h o s t i n t h e S h e l l Video Action

Gravitation Video Drama-Romance

Great Teacher Onizuka (GTO) Video Drama-Comedy

Gundam Seed Video Drama-Action-Mecha

.Hack Video Action-Adventure

Hellsing Video Action

Hikaru no Go Video Sport-Drama

J u u n i K o k k i Video Adventure-

Naruto Video Action

Noir Video Action

O n e g a i T e a c h e r Video Romance

Perfect Blue Video Triller-Psycology

Pitaten Video Romance-Comedy

R a h x e p h o n Video Mecha

S a i n t S e i y a : H a d e s ( O V A ) Video Action-Adventure

s.CRY.ed Video Action-Adventure

S e n t o C h i h i r o n o K a m i k a k u s h i

( M o v i e ) Video Drama -Adventure

Serial Experiment Lain Video Science Fiction

S i s t e r P r i n c e s s Video Drama -Romance

Tennis no Oujisama Video Sport-Drama

2000-2003

Vandread, Vandread 2nd Stage Video Action-Romance

(42)

Anime mulai kembali meraih kesuksesan besar setelah stasiun televisi SCTV membuat gebrakan baru dengan program Animax-nya menayangkan anime

Rurouni Kenshin yang diubah dengan judul Samurai X (Gbr. 4.26). Kisah seorang samurai pengembara ini menjadi demikian populer sehingga anime mengalami ‘kebangkitan’ kembali ya ng masih berlangsung sampai dengan saat ini. Serial

anime Pokémon (Gbr. 4.27) misalnya, ditayangkan pada jam tayang utama di

SCTV dan termasuk yang pertama di Indonesia untuk tayangan film animasi. Hal ini merupakan suatu bukti nyata terhadap pengakuan keberadaan anime di Indonesia, karena melalui tayangan-tayangan tersebut sekali lagi masyarakat diperkenalkan bahwa sesungguhnya anime bukanlah sekedar hiburan untuk anak-anak saja. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan audience yang lebih dewasa juga semakin menyukai film- film animasi buatan negeri Sakura tersebut.

Gbr. 4.26 Samurai X (Rurouni Kenshin)

(43)

Selain itu tayangan anime juga tampak mulai mendominasi tayangan film- film animasi di sejumlah stasiun televisi. Dunia anime di Indonesia memasuki babak baru dalam perkembangannya yang dianggap signifikan. Hampir setiap hari ditayangkan serial anime-anime populer, beberapa diantaranya seperti Samurai X, Sakura Wars, Dual!, Popolocrois (Gbr. 4.28), dan Pokemon oleh SCTV; Card Captor Sakura (Gbr. 4.29) dan Fushigi Yuugi oleh TPI; Crayon Shinchan oleh RCTI; Meitantei Conan dan Inuyasha oleh Indosiar. Genre anime

yang ditayangkan juga lebih beragam jika dibandingkan dengan anime-anime

yang masuk pada periode 1980. Menyusul kesuksesan Pokémon, mulai gencar ditayangkan anime-anime dimana memiliki tema karakter yang serupa, yaitu seperti Digimon series (Gbr. 4.30) maupun Monster Farm.

Gbr. 4.28 Popolocrois Gbr. 4.29 Card Captor Sakura

(44)

Selain televisi, anime mulai mencoba merambah bioskop, yaitu dengan menayangkan Doraemon the Movie. Anime Movie dengan judul Daichohen Doraemon, “Nobita no Taiyo o Densetsu” atau yang diterjemahkan sebagai Doraemon Petualangan, “Legenda Raja Matahari” (Gbr. 4.31) ini ditayangkan mulai pada tanggal 29 Juni 2001. Film Doraemon ini merupakan anime versi layar lebar atau anime Movie pertama di Indonesia.142 Anime ini mengisahkan petualangan Doraemon bersama Nobita dan kawan-kawannya di negeri Mayana. Negeri ini terinspirasi oleh Maya, sebuah kerajaan kuno di Amerika Tengah yang lenyap secara misterius sebelum kedatangan para penakluk Spanyol. Di sana Doraemon dan kawan-kawan membantu Pangeran Tio dalam menghadapi Redina, seorang penyihir jahat.143

Gbr. 4.31 Legenda Raja Matahari, Doraemon Movie, 2001

Sumber: “Doraemon the Movie, Legenda Dewa Matahari”, Aninonster Vol. 29, Bandung: P.T. Megindo Tunggal Sejahtera, Juli 2001, hal. 48

Menariknya, versi manga dari anime ini baru saja diterbitkan oleh P.T. Elex Media Komputindo144 dengan judul yang sama, sebagai seri ke-20 Doraemon Petualangan. Penayangan anime dan penerbitan manga yang nyaris bersamaan ini sepertinya bukan kebetulan. Apalagi anime ini mengalami sulih suara yang dikerjakan oleh tim dari serial Doraemon di RCTI. Semua ini tampaknya dibuat

142

“Anime Akhirnya Hadir di Layar Bioskop Kita”, Jawa Pos Online, <www.jawapos.co.id>, 19 Agustus 2001

143

“On Stage Special: Doraemon the Movie”, Animonster vol. 22, Bandung: P.T. Megindo Tunggal Sejahtera, Desember 2000, hal. 28

144

P.T. Elex Media Komputindo merupakan salah satu perusahaan pemegang lisensi dan distributor resmi untuk penerbitan manga di Indonesia.

(45)

untuk memperingati 30 tahun kisah Doraemon dan 10 tahun keberadaan Doraemon di Indonesia. Meskipun tidak mengalami sukses yang luar biasa, namun dengan penayangan Doraemon tersebut boleh dibilang sebagai langkah awal. Setelah ini, para penggemar anime boleh optimis terhadap keberadaan

anime di bioskop Indonesia. Dan sudah waktunya layar bioskop menayangkan

anime untuk target audience usia remaja ke atas. Judul-judul anime legendaris seperti Akira, Ghost in the Shell, Grave of Fireflies, dan Macross Plus sudah sangat dinantikan.145 Terlebih lagi setelah kemenangan Sen to Chihiro no Kamikakushi yang mendapatkan Academy Award sebagai film animasi terbaik pada bulan Maret yang lalu.

Kini hampir di sebagian besar stasiun televisi menayangkan anime. Bahkan beberapa diantaranya mempunyai program khusus untuk tayangan anime. Seperti yang dilakukan oleh stasiun televisi baru, TV7, sebagai salah satu anak perusahaan Gramedia, menayangkan program khusus anime setiap hari Senin hingga Jumat pada sore hari. Kini, anime tidak hanya dapat dinikmati pada setiap hari Minggu pagi saja seperti yang terjadi sebelumnya, bahkan dapat dijumpai tayangan anime yang diputar setiap harinya selama seminggu. Jumlah tayangan

anime di televisi sampai sudah tidak terhitung lagi karena begitu besar antusiasme pihak stasiun televisi untuk saling berlomba-lomba memanfaatkan mo men trend anime ini. Seperti terobosan yang dilakukan Trans TV dalam menayangkan anime

Movie dengan tema yang cukup ‘berat’ pada jam tayang utama (prime time), yaitu Blue Submarine No. 6(Gbr. 4.32) dan Jin Roh: the Wolf Brigade (Gbr. 4.33).

Gbr. 4.32 Blue Submarine No. 6 (Ao no Roku Go), Movie

(46)

Gbr. 4.33 Jin Roh: the Wolf Brigade, Movie

Pada periode 2000 ini, kepopuleran anime sudah begitu sangat luar biasa sampai kepada kondisi yang sulit dibayangkan sebelumnya. Semenjak akhir tahun 1990-an yang berlanjut hingga tahun 2000-an ini, jalur peredaran anime di Indonesia lebih banyak melalui rental maupun toko anime dalam format VCD/DVD. Hal ini semakin bertumbuh seiring dengan menjamurnya komunitas

anime di Indonesia. Sehingga dengan demikian para otaku di Indonesia dapat terus mengikuti perkembangan anime terbaru yang sedang diputar atau digemari di Jepang. Kini jauh lebih mudah untuk mencari dan mendapatkan berbagai macam judul anime, bahkan para otaku dapat menikmati tontonannya hanya dalam jangka waktu beberapa minggu setelah penayangannya di Jepang. Diantaranya seperti Wolf’s Rain (Gbr. 4.34), Saint Seiya: Hades Chapter (Gbr. 4.35), Ghost in the Shell: Stand Alone Complex, Junni Kokki, dan lainnya yang saat ini masih terus ditayangkan oleh televisi-televisi Jepang.

(47)

Gbr. 4.34 Wolf’s Rain, TV Series

(48)

4.5. Fenomena Anime di Indonesia

4.5.1. Anime dan Trend

Tidak dapat disangkal bahwa anime mempunyai kaitan yang erat dengan

trend. Berkat adanya trend anime, secara tidak langsung memiliki pengaruh terhadap eksistensi dan perkembangan anime di Indonesia. Untuk masyarakat umumnya lebih banyak mengikuti apa saja yang sedang menjadi trend terbaru, atau yang dikenal dengan istilah trend trap. Jadi secara umum ‘pengenalan’ masyarakat terhadap anime terjebak pada trend yang biasanya bersifat temporer.

Seperti yang tampak ketika fenomena Pokémon melanda Indonesia, yaitu dimana banyak orang begitu menjadi tergila- gila pada segala hal yang ‘berbau’ Pokémon terutama pada sosok karakter Pikachu yang lucu. Anime-nya yang terlebih dahulu terkenal ketika beredar dalam bentuk format VCD tersebut kemudian menjadi salah satu jud ul yang paling populer di Indonesia.

Terutama setelah anime Movie-nya berjudul Myuutsuu no Gyakushuu (di Amerika dikenal dengan judul: Pokémon the First Movie) ditayangkan di bioskop-bioskop di Indonesia. Booming Pokémon ini kemudian menjadi suatu

trend yang fenomenal pada tahun 2000 yang lalu. Melihat kesuksesan Pokémon tersebut maka SCTV melihat peluang bagus untuk menayangkan anime pada jam tayang utama/prime time yang mendapat respon positif dari masyarakat. Kenyataan bahwa anime dianggap sebagai suatu trend baru yang melanda Indonesia ini juga dapat dilihat seperti munculnya ‘demam’ Shinchan yang menghebohkan pada beberapa waktu lalu dimana sempat menjadi perdebatan paling kontroversial.

Sedangkan untuk kalangan otaku, pada dasarnya tidak terpengaruh atau hanya sekedar mengikuti pada apa yang menjadi trend atau fenomena di masyarakat. Perkembangan trend anime di kalangan otaku Indonesia lebih mengacu atau terpengaruh oleh trend anime yang sedang berlangsung di Jepang. Dengan kata lain, anime yang sedang digemari atau populer di Jepang umumnya juga populer di kalangan otaku. Terlebih lagi setelah para otaku di Indonesia kini dapat dengan mudah mendapatkan anime-anime terbaru yang sedang ditayangkan

(49)

di Jepang hanya berselang waktu beberapa minggu saja melalui peredaran anime fansub146.

Pada tahun 1980-an, trend anime untuk pertama kalinya mulai melanda Indonesia dimana disebabkan karena pengaruh dari maraknya trend anime yang terjadi di Amerika. Anime-anime dengan genre mecha seperti Voltus V, Goshogun, atau Godsigma menjadi populer pada masa tersebut. Namun maraknya

anime yang populer seiring dengan era mesin video Beta tersebut kemudian mulai semakin memudar. Sebuah trend umumnya bersifat temporer sehingga selalu mengalami pergantian pasang surut. Suatu ketika anime tidak begitu dikenal atau dianggap ‘kuno’ dan suatu ketika pula menjadi begitu digemari sebagai sebuah

trend baru. Pada awal tahun 1990-an, anime kembali menjadi sebuah trend ketika bermunculan stasiun-stasiun televisi baru dan mulai menyiarkan anime di layar kaca, diantaranya seperti Doraemon, Sailor Moon, dan Saint Seiya. Anime-anime

tersebut mencapai sukses besar dan menjadi tontonan yang sangat dinantikan oleh

target audience anak-anak pada masa tersebut. Menjelang pertengahan tahun 1990-an, trend anime mulai kembali pudar dan hanya bertahan pada kalangan penggemar atau otaku saja.

Anime kemudian sekali lagi mulai terekspose setelah maraknya

peredaran VCD anime bootleg(bajakan) pada akhir tahun 1990-an. Fenomena ini didukung oleh banyaknya publikasi majalah yang bermunculan dengan menawarkan anime-manga sebagai tema utama. Majalah- majalah tersebut seperti Animonster, AnimeInfo, Anima, Oops, Animix dan masih banyak lainnya ini memanfaatkan momen trend anime tersebut dimana sekaligus ingin turut membantu perkembangan anime di Indonesia. Dan sejak saat itu, booming anime

mulai semakin terasa dan masih berlangsung hingga saat ini. Hal ini dapat dilihat dengan menjamurnya komunitas-komunitas anime yang kini semakin berani menyerukan kecintaan mereka terhadap anime.

Momen trend anime yang sedang terjadi di Indonesia ini, juga didukung oleh sejumlah stasiun televisi dengan menayangkan lebih banyak anime. Bahkan

146

Fansub merupakan pembuatan versi subtitle anime yang dikerjakan baik oleh perorangan maupun lembaga tidak resmi. Sebenarnya tujuan anime fansub adalah untuk memperkenalkan

anime-anime yang belum atau yang tidak memiliki subtitle, meskipun termasuk kegiatan ilegal namun sifatnya tidak komersial karena dibuat oleh fans dan didistribusikan hanya untuk fans.

(50)

pada sejumlah stasiun televisi mempunyai program khusus anime. Trans TV sebagai stasiun televisi baru di Indonesia, melihat trend anime yang sedang berkembang di Indonesia, yaitu dengan menayangkan anime-anime populer seperti Ninku, Trigun, atau Flame of Recca. Bahkan Trans TV pernah menjanjikan sebagai stasiun televisi yang paling banyak menaya ngkan anime. Yang patut digarisbawahi adalah penayangan anime Movie dengan tema ‘berat’ seperti Blue Submarine No. 6 dan Jin-Roh: the Wolf Brigade. Serta rencana penayangan anime yang dapat dikategorikan sebagai anime konstroversial, seperti Love Hina dan Neon Genesis Evangelion.147

Gbr. 4.36 Love Hina, TV Series

Berkat adanya trend ini tentunya merupakan hal yang menggembirakan bagi sebagian besar kalangan otaku di Indonesia. Karena hampir tiap harinya dapat dijumpai sejumlah tayangan anime. Judul-judul anime tertentu yang tidak terduga kemunculannya justru dijumpai tampil di layar televisi.

147

“Selamat Datang, Trans TV!”, Animonster Vol. 34, Bandung: P.T. Megindo Tunggal Sejahterah, Desember 2001, hal. 47

(51)

4.5.2. Stereotype Tentang Anime

Pada awalnya film animasi memang lebih banyak dibuat untuk menghibur anak-anak karena dunia animasi diyakini dekat dengan dunia dan alam pikiran anak-anak yang penuh dengan fantasi. Sehingga tidak salah kalau masyarakat beranggapan bahwa film animasi tersebut dianggap sebagai konsumsi atau hiburan untuk anak-anak, yang kemudian lebih sering disebut dengan istilah kartun. Kesan tersebut juga diperkuat oleh sejumlah perusahaan animasi besar dengan memproduksi beragam film animasi yang memang ditujukan untuk anak-anak. Seperti yang dilakukan oleh stasiun televisi di Amerika, yaitu dengan menayangkan program acara berjudul Saturday Morning Cartoons dimana merupakan sebuah blocking untuk film kartun pada setiap hari Sabtu yang berlangsung mulai dari periode tahun 1967-1991.

Bahkan sejak awal, Walt Disney tampaknya telah mengambil semacam komitmen bahwa film- film animasi produksinya dapat disaksikan oleh semua kalangan. Mengutip pendapat dari salah satu staf produksi Disney Studio, bahwa film animasi dibuat tidak hanya untuk anak saja tetapi juga bagi sifat anak-anak yang ada pada setiap orang. Hal ini diutarakan setelah melihat kegagalan film animasi The Black Cauldron (1985) yang sejak semula ditargetkan untuk

target audience kalangan remaja. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa film animasi kartun dimana konsumen utamanya adalah anak-anak lebih sukses dan diterima oleh pasar di Amerika dibandingkan film animasi untuk kalangan yang lebih dewasa. Namun uniknya film- film tersebut yaitu meskipun dibuat untuk

target audience anak-anak sekaligus berhasil menarik perhatian semua kalangan baik remaja dan dewasa. Contohnya seperti Mickey Mouse, Tom & Jerry, Monsters Inc., Beauty and the Beast, Toy Story, dan masih banyak lainnya.

Persepsi bahwa animasi sebagai suatu bentuk hiburan yang bersifat kekanak-kanakan timbul dari pengaruh bentuk dan sejarah perkembangan serta dukungan kuat dari beberapa perusahaan animasi di dunia. Contohnya seperti yang berpengaruh besar adalah Disney Studio, yaitu seperti yang telah disebutkan di atas bahwa film animasi di Amerika khususnya lebih banyak dibuat untuk

Gambar

Tabel 4.1 Judul-Judul Anime yang Masuk di Indonesia Pada Periode 1980-1990
Tabel 4.2 Judul-Judul Anime yang Masuk di Indonesia Pada Periode 1990-2000
Tabel 4.3 Judul-judul anime yang masuk di Indonesia pada periode 2000-2003

Referensi

Dokumen terkait

Halmahera Utara dari hasil pengamatan menunjukan siswa kurang memiliki minat saat pembelajaran berlangsung diantranya tidak fokus terhadap penjelasan guru, memilih melakukan

Hal tersebut bisa terlihat dari misi pembangunan nasional itu sendiri yang terdiri dari delapan misi dan pendidikan karakterlah misi pertama dalam merealisasikan

Sumber : Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta Nomor 16 Tahun 2018 tentang Upah Minimum Sektor

( Pejabat Penasihat Undang- Undang, Negeri Melaka ) v.. Nombor Kes Plaintif / Pemohon Defendan Kand Pendengaran Jenis Pendengaran Waktu Keputusan Giliran No. ). MDSA

Untuk perhitungan hasil dalam pengembangan sistem digunakan skala likert sebagai metode pengukuran, dengan rencana perhitungan yaitu menentukan skala jawaban beserta

Variasi nilai suhu, salinitas, kecerahan, kekeruhan, konduktivitas (DHL) dan j umlah zat padat terlarut (TDS) masih baik untuk kehidupan dan perkembangan terumbu

dapat dilihat pada Peta Rencana Blok Pemanfaatan Ruang Perkotaan Temon sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.b. Paragraf

Menurut Indriantoro (1993) dalam Septi (2010) menyatakan bahwa ketika suatu tujuan atau standar yang dirancang secara partisipatif disetujui, maka karyawan akan