BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Tinjauan Tentang Orang Tua a) Pengertian Orang Tua
Orang tua menurut Wahib (2015) orang tua adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu bapak dan ibu. Karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani anak, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian adalah hasil dari ajaran orang tuanya tersebut. Sehingga orang tua memegang peranan penting dan amat berpengaruh atas pendiidkan anak. Orang tua menurut Nasetion (Nisa:2015) merupakan:
“setiap orang yang bertanggung jawab di dalam keluarga disebut sebagai bapak ibu”.
Orang tua merupakan orang pertama yang di kenal anak. Melalui orang tua anak mendapatkan kesan-kesan pertama di dunia,dan orang tualah yang membimbing tingkah laku anak (Mardiyah,2015:112).
b) Peran Orang tua
Di era globalisasi, orang tua di tuntut untuk menyadari bahwa sumber nilai-nilai moral yang diupayakan kepada anaknya perlu disadarkan kepada sumber nilai yang memiliki kebenaran mutlak. Peranan orang tua semakin jelas dan penting terutama
dalam penanaman sikap dan nilai atau norma-norma hidup bertetangga dan bermasyrakat, pengembangan bakat dan minat setara pembinaan bakat dan kepribadian.
Berikut peranan orang tua menurut Yusuf LN (2011:39) didalam keluarga terutama terhadap anak :
(1) Pendidikan
Keluarga merupakan lingkungan pendiidkan pertama dan utama bagi anak. Fungsi pendidikan menyangkut penanaman, pembimbingan agama, budaya ketrampilan. Orangtua berperan sebagai pendidik sebab dalam pekerjaannya tidak hannya mengajar, tetapi juga melatih ketrampilan anak, terutama sekali melatih sikap mental anak12. Maka dalam hal ini, orang tua harus dan mampu bertanggung jawab untuk menemukan bakat dan minat anak, sehingga anak diasuh dan dididik, baik langsung oleh orangtua atau melalui bantuan orang lain, seperti guru, sesuai dengan bakat dan minat anak sendiri, sehingga anak dapat memperoleh prestasi belajar secara lebih optimal.
(2) Perlindungan
Berfungsi sebagai pelindung bagai para anggota keluarga dari gangguan, ancaman atau kondisi yang menimbulkan ketidak nyamanan. perlindungan yang bisa dan biasa diberikan orang tua kepada anak-anaknya terdiri atas perlindungan terhadap kesehatan anak-anaknya, perlindungan terhadap keamanan anakanaknya, dan perlindungan terhadap jaminan kesejahteraan bagi anakanaknya.
Perlindungan yang diberikan oleh orang tua kepada anakanaknya tersebut bersifat naluriah. Orang tua sebagai pelindung disini disebutkan bahwa orang yang selalu melindungi anaknya ketika dimana pun berada.
(3) Rekreatif
Orng tua harus diciptakan sebagai lingkungan yang memberikan kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan penuh semnagat bagi anggotanya. Hubungan komunikasi yang tidak kaku, makan bersama, bervenkgkarama bersama dan sebagainya.
(4) Keagamaan
Penanaman nilai-nilai agama kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar. orang tua berkuajiban mengajar, membimbing atau membiasakan anggotanya untuk mempelajari atau mengamalkan agama yang dianutnya. Anak yang memiliki kenyakinan yang kuat terhadap Tuhan akan memiliki mental yang sehat, yakni mereka akan terhindar dari beban psikologis dan mampu menyesuaikan dirinya secara harmonis dan berpartisipasi dalam mensejahterakan masyrakat.
c) Pola Hubungan Orang Tua
Terdapat beberapa bentuk perhatian orang tua terhadap anak yang masing-masing mempunyai pengaruh tersendiri terhadap kepribadian anak.
Bentuk pola hubungan orang tua menurut Lickona (2013:42-43), yaitu: 1. Orang Tua Otoritatif
Para orang tua yang otoritatif merupakan yang paling efektif dalam menuntut kepatuhan dari anak-anak mereka, tetapi memberikan penalaran yang jelas atas ekspetasi mereka itu agar anak dapat menghayati penalaran moralnya dan bertindak secara bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri.
2. Orang Tua Permisif
Orang tua yang permisif yang enggan membuat aturan dan mengajarkan tata tertib yang berlaku.
3. Orang Tua Otoliter
Orang tua yang otoliter terlalu mengekang tetapi tidak memberikan alasan logis dibalik peraturan dan kepatuhan yang diinginkan) kurang berhasil dalam membesarkan anak yang dapat mengendalikan diri dan bertanggung jawab secara sosial. Kualitas perhatian orang tua adalah alat prediksi terbaik untuk mengetahui apakah nantinya anak-anak akan bermasalah dengan hukum atau tidak.
Menurut david (Shochib:2010) mengategorikan keluarga sebagai keluarga seimbang, keluarga kuasa, keluarga protetktif, keluarga kacau, keluarga simbolis.
Keluarga seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh keharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, ayah dengan anak,serta ibu dengan anak. Keluarga kuasa lebih menekankan kekuasaan dari pada relasi. Orang tua sebagai bos dan pengawas tertinggi. Kelauarga protektif lebih menekankan pada tugas dan saling menyadari perasaan satu sama lain. Sikap orang tua lebih menekankan pada perlindungan dan perhatian.
Keluarga kacau adalah keluarga kurang teratur dan selalu mendua. Keluarga ini cenderung timbul konflik dan kurang peka dalam memenuhi kebutuhan anak. Keluarga
simbolis dicirikan oleh orientasi dan perhatian keluarga yang kuat bahwkan hampir seluruhnya terpusat pada anak.
d) Pendidikan Keluarga
Kelaurga sebagai pendidik menurut kodratnya adalah pendidik pertama dan utama, karena secara kodratnya anak manusia dilahirkan oleh orang tuanya (Ibunya) dalam keadaan tidak berdaya. Hanya dengan pertolongan dan layanan orang tua bayi itu dapat hidup dan berkembang makin dewasa (Hasbullah,2005:8). Menurut Sunarto (2008:193) mengatakan bahwa:
“Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anak dan remaja. Pendidikan keluarga lebih menekankan pada aspek moral atau pembentukan kepribadian daripada pendidikan untuk menguasi ilmu pegetahuan”. Keluarga yang utuh memberikan peluang besar bagi anak untuk membangun kepercayaan terhadap kedua oranag tuanya, yang merupakan unsur esensial dalam membantu nak untuk memilki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. Kepercayaan dari orang tua yang dirasakan oleh anak akan mengakibatkan arahan, bimbingan dan bantuan orang tua yang di berikan kepada anak dan menyatu dan memudahkan anak untuk menangkap makna dari upaya yang dilakukan (Scochib,2010:18).
Hubungan orang tua dengan anaknya dalam hubungan edukatif, mengandung dua unsur dasar, yaitu:
1) Unsur kasih sayang pendidik terhadap anak
2) Unsur kesadaran dan tanggung jawab dari pendidik untuk menuntun perkembangan anak (Hasbullah,2005:8).
Fungsi keluarga menurut Oqbum (Ahmadi,2007:108).,yaitu:
“fungsi kasih sayang, fungsi ekonomi, fungsi pendidikan, fungsi perlindungan, fungsi reklerasi, fungsi status keluarga, fungsi agama”.
Tujuan utama keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya (Hasbullah,2005:38).
2. Tinjauan Tentang Kenakalan Remaja a. Pengertian Remaja
Menurut Hurlock (Hartinah,2008:57-58) remaja dalam Bahasa aslinya disebut
adolescence, berasal dari Bahasa adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Menurut zakiah dalam Masdudi (2012:62) remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut Salzman dalam (Yusuf LN, 2014: 184) mengemukakan,
“masa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantungan terhadap orang tua kearah kemandirian, minat-minat seksual dan isu-isu moral”.
Secara umum ciri-ciri remaja menurut Hartinah (2008:71-72) sebagai berikut : 1) Pertumbuhan fisik yang sangat pesat
2) Fase remaja merupakan fase mencari identitas diri
3) Remaja menginginkan kebebasan emosional dari orang tua 4) Pada masa remaja berekembang rasa ingin tahu yang tinggi b. Pengertian Kenakalan Remaja
Menurut Dr. Fuad Hasan merumuskan kenakalan remaja perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja, yang bilamana dilakukan oleh orang dewasa merupakan tindakan kejahatan (Sudarsono,1991:11).
Kenakalan remaja merujuk pada berbagai perilaku, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial (seperti berbuat onar), status pelanggaran (melarikan diri dari rumah), hingga tindakan kriminal (seperti pencurian) (Santrock,2007:255). Jadi kenakalan remaja merupakan sebauah perilaku kenakalan yang dilakuakan oleh remaja yang keluar dari norma-norma masyarakat yang hanya mementingkan egonya saja.
Remaja masih menjadi tanggung jawab orang tuanya kalau ia melanggar hukum pidana. Tingkah laku mereka yang melanggar hukum itu belum disebut kejahatan melaikan hanya disebut sebagai kenakalan. Kalau ternyata kenakalan anak itu sudah membahayakan masyarakat dan patut dijatuhi hukuman oleh negara, dan orang tuanya ternyata tidak mampu mendidik anak itu lebih lanjut, maka anak itu menjadi tanggung jawab negara dan dimasukkan ke dalam Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak (Sarwono,2011:6-7).
Menurut Jesen dalam (Sarwono,2011:256) membagi kenakalan remaja menjadi empat jenis:
1) Kenakalan remaja yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, pemerkosaan, pembunuhan,dan lain-lain.
2) Kenakalan yang menimbulkan korban materi:perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain-lain.
3) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat.
4) Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai siswa dengan cara membolos sekolah.
c. Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja
Anak-anak remaja yang melakukan kejahatan itu pada umumnya kurang memiliki kontrol diri atau justru menyelahgunakankontrol diri tersebut, dan suka menegakan standar tingkah laku sendiri, di samping meremehkan keberadaban orang lain. Kejahatan yang mereka lakukan itu pada umunya siserrtai unsur-unsur mental dengan motif-motif subyektif, yaitu untuk mencapai satu obyek tertentu dengan sisertai kekerasan kekerasan dan agresi. Pada umunya anak-anak muda tadi sangat egoistis dan sukka sekali menyalahgunakan atau melebih-lebihkan haga dirinya
Adapun motif yang mendorong mereka melakukan tindak kejahatan dan kedursilaan itu antara lain:
1) Untuk memuaskan kecenderungan keserakahan 2) Meningkatkan agresvitas dan dorongan seksual
3) Salah asuh dan salah didik orang tua sehingga anak menjadi manja dan lemah mentalnya
4) Hasrat untuk berkumpul dengan kawan senasib dan sebayanya dan keasikaan untuk meniru-niru
6) Konflik batin sendiri dan kemudian menggunakan mekanisme pelarian diri serta pembelaan diri yang irrasional
Kesseluruhan jumlah tindak kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak remaja itu tidak dapat diketahui dengan tepat karena kasus yang dilaporkan kepada polisi dan diajukan ke pengadilan sangat terbatas sekali. Hanya proporsi yang sangat kecil saja dari jumlah kejahatan itu bisa diketahui atau dilapokan, biasanya jumlah tindak kriminal yang sangat mencolok dimata umum. Kejahatan kecil pada umunya tidak dilaporkan, karena orang enggan berurusan denga polisi atau pihak berwajib (Kartono,2011:9).
Menurut Willis (1986:61) ada beberapa penyebab tingkah laku kenakalan remaja antara lain:
1) Faktor dari diri anak sendiri
a. Lemahnya kemampuan pengawasan diri terhadap lingkungan. b. Kurangnya kemampuan penyesuaiaan diri terhadap lingkungan. 2) Faktor dari lingkungan keluarga
(1) Anak kurang mendapat kasih sayang dan perhatian orang tua. (2) Lemahnya keadaan ekonomi orang tua.
(3) Kebiasaan hidup keluarga yang kurang harmonis 3) Faktor lingkungan masyrakat
a. Masyarakat yang kurang memperoleh pendidikan. b. Pengaruh norma-norma baru dari luar.
d. Wujud perilaku kenakalan
Kejahatan merupakan produk konstribusi mental serta emosi yang sangat labil dan defektif, sebagai akibat dari proses pengkondisian lingkungan buruk terhadap pribadi anak, yang dilakukan oleh anak muda tanggung usia, puber. Wujud perilaku kenakalan remaja adalah:
1) Perilaku ugal-ugalan, brandalan, urakan yang mengacukan ketentraman sekitar. 2) Perkelahian antargang, antarkelopok, anatarsekolah, antar suku.
3) Membolos sekolah lalu bersembunyi di tempat-tempat kecil sambal melakukan eksperimen bermacam-macam kedurjanaan
4) Kriminalitas remaja antara lain berupa perbuatan mengancam, intimindasi, intimindasi, memeras, mencopet, mencuri
B. Kerangka Berfikir
Peran Orang Tua
Observasi
Wawancara
Dokuentasi
Studi literatur
Pendidikan
Perlindungan
Rekreatif
Keagamaan
Kepala Desa
Kepolisian
Sektor
Binangun
Orang Tua
Remaja
Diharapkan dapat menjadi remaja yang
baik
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
C. Hasil Penelitian Sebelumnya yang Relevan
1. Hasil Penelitian Siti Rohisoh (2011) dengan Judul Pengaruh Pertahtian Orang Tua terhadap Kenakalan Remaja di MTs Walisongo Sidowangi Kajogran Kabupaten Magelang
Pengaruh perhatian orang tua terhadap kenakalan remaja di MTs Walisongo Sidowangi Kajoran Magelang diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Perhatian orang tua di MTs Walisongo Sidowangi Kajoran Magelang dalang kategori tinggi, yaitu dalam hal motifasi, menghargai , perhatian dan penanaman kedisiplinan dengan hasil prosentase sebesar 90%,dalam kategori sedang sebanyak 5% dan dalam kategori rendah sebanyak 5%. Berdasarkan hasil penelitian diatas penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa mayoritas siswa MTs Walisongo merasakan perhatian orang tua itu ada dan tinggi dirasakan .
(1) Berdasarkan analisis kenakalan remaja pada siswa MTs Walisongo , diperoleh hasil 3.33 % dalam kategori tinggi, 20% dalam kategori sedang dan 76.66 % berada kategori rendah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa mayorits siswa MTs Walisongo tingkat kenakalanya rendah.
(2) Berdasarkan analisis kenakalan remaja pada siswa MTs Walisongo , diperoleh hasil 3.33 % dalam kategori tinggi, 20% dalam kategori sedang dan 76.66 % berada kategori rendah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa mayorits siswa MTs Walisongo tingkat kenakalanya rendah.
(3) Setelah dilakukan analisis diperoleh rxy = 0.728 lebih dari nilai “r” Product moment pada taraf signifikan 5 % adalah 0.250 pada taraf 1 % adalah 0.325 ini menunjukan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara perhatian orang tua terhadap kenakalan remaja di MTs Walisongo Sidowangi Kajoran Magelang.
2. Hasil Penelitian Firman Alif (2016) dengan Judul Peran Orang Tua dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja (Studi Kasus di Desa Karanganyar Rt 04/ Rw 01Purbalingga)
Perlu adanya peran orang tua dimana orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama.Orang tua harus bisa melaksanakan fungsinya sebagai orang tua, orang tua tidak hanya mengajarkan saja tetapi mencontohkan atau melaksanakannya, sebagai orang tua harus menjalankan dan sebagai contoh yang baik untuk anak-anaknya.Sebagai orang tua harus bisa memberikan “pitutur, uwur, dan sembur”.Yang dinamakan pitutur yaitu selalu memberikan solusi, selalu memberikan masukan kepada anak, yang jelas masukan yang positif.Sebagai orang tua harus bisa melihat polah tingkah dan karakter anak dan selalu menjadi teman dan sahabat agar bisa saling mengisi, mengerti, dan jujur atau transparan. Orang tua harus memberikan dan mengarahkan pendidikan agama kepada anak-anaknya karena, pendidikan agama berkaitan erat dengan pendidikan akhlak, keutamaankeutamaan akhlak dalam masyarakat islam adalah akhlak dan keutamaan yang diajarkan oleh agama.
Di dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti mengenai peran orang tua dalam mencegah kenakalan remaja. Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan studi deskriptif, dimana akan mencari tahu bagimana peran orang tua dalam mencegah kenkalan remja di Desa Binangun, Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap.
Dipilihnya Desa Binangun, Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap sebagai tempat penelitian karena peneliti melihat banyaknya kenakalan yang dilakukan oleh remaja setempat, seperti minum-minuman keras, merokok dll. Peneliti nantinya akan menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode observasi, wawancara, dokumentasi dan studi literature.