• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLEMIK SEPUTAR HADIS AHAD (BAGIAN I)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLEMIK SEPUTAR HADIS AHAD (BAGIAN I)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

POLEMIK SEPUTAR HADIS

AHAD (BAGIAN I)

Mukadimah

ﻪﻟآ ﻠﻋو ﻦﻴﻣﻷا ﻪﻟﻮﺳر ﻠﻋ مﻼﺴﻟاو ةﻼﺼﻟاو ﻦﻴﻤﻟﺎﻌﻟا بر ﻪﻟ ﺪﻤﺤﻟا

ﺪﻌﺑ ﺎﻣأ ,ﻦﻳﺪﻟا مﻮﻳ ﻟإ ﻢﻫاﺪﻬﺑ يﺪﺘﻫا ﻦﻣو ﻦﻳﺮﻫﺎﻄﻟا ﻪﺑﺎﺤﺻأو

Ikhwah yang dirahmati oleh Allah, salah satu karakteristik ahlu al-sunnah wa al-jamaah dalam manhajul istidlal(1) adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Syekh Nashir bin Abdul Karim al-Aql dalam sebuah risalahnya, yaitu bahwa:

ًادﺎﺣآ نﺎﻛ نإو ،ﻪﺑ ﻞﻤﻌﻟاو ﻪﻟﻮﺒﻗ ﺐﺟو ﻪﻟا لﻮﺳر ﺔﻨﺳ ﻦﻣ ﺢﺻ ﺎﻣ ﻞﻛ

ﺎﻫﺮﻴﻏو ﺪﺋﺎﻘﻌﻟا ﻓ

artinya: seluruh yang sahih dari hadis Rasulullah wajib untuk diterima dan diamalkan baik yang berkaitan dengan akidah ataupun selainnya, meski hadis tersebut adalah hadis Ahad(2).

Hal ini merupakan bukti nyata dari ketaatan yang sempurna kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, dan sebagai aplikasi ungkapan cinta kita yang murni kepada beliau. Tentunya, hal ini merupakan implementasi nyata bagi syahadat yang senantiasa terlafal dalam lisan basah kita “Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah“.

Sebuah bait syair dengan sangat fasih terlantunkan,

ﻊﻴﻄﻣ ﺐﺤﻳ ﻦﻤﻟ ﺐﺤﻤﻟا نﺈﻓ ﻪﺘﻌﻃﻷ ﺎﻗدﺎﺻ ﻚﺒﺣ نﺎﻛ ﻮﻟ

“Seandainya cintamu sejati, niscaya engkau akan mematuhinya, sesungguhnya sang pecinta akan patuh kepada yang dicintai.”(3)

(2)

manhaj ahlu al-sunnah -terkhusus berkaitan dengan hadis-hadis

Nabi-sarat menghiasi kitab para ulama kita dari masa ke masa, namun sangat disayangkan, ternyata sangat banyak dari kalangan kaum muslimin yang buta tentang hal ini. Mereka mudah terperangkap ke dalam jaring-jaring iblis dalam masalah ini sehingga ditolaklah sunah-sunah Nabi dan dikritiklah hadis-hadis yang tidak sinkron dengan logika mereka (menurut sangkaan mereka). Jika kita tilik secara umum, maka para pengingkar hadis bisa dibagi menjadi dua fraksi:

Pertama, golongan yang mengingkari seluruh hadis Rasulullah, menolak

untuk berhujah dengan sunah bahkan melecehkannya, merasa cukup dengan Al-Qur’an sebagai satu-satunya referensi otentik, dan biasanya mereka masyhur dengan julukan qur’aniyyun atau inkar al-sunnah. Untuk kelompok ini, alangkah indahnya jika kita hadiahkan sebuah atsar dari tabiin yang mulia, Hasan al-Bashri rahimahullah,

ﻦﻣ ﻞﺟر لﺎﻘﻓ ،ﻪﺑﺎﺤﺻأ ﻪﻌﻣو ﺎﺴﻟﺎﺟ نﺎﻛ ،ﻦﻴﺼﺣ ﻦﺑ ناﺮﻤﻋ نأ

ﻮﻟ ﺖﻳأرأ :لﺎﻘﻓ ،ﺎﻧﺪﻓ ،ﻪﻧدا :ﻪﻟ لﺎﻘﻓ :لﺎﻗ ،نآﺮﻘﻟﺎﺑ ﻻإ ﺎﻧﻮﺛﺪﺤﺗ ﻻ :مﻮﻘﻟا

ﺎﻌﺑرأ ﺮﻬﻈﻟا ةﻼﺻ ﻪﻴﻓ ﺪﺠﺗ ﺖﻨﻛأ نآﺮﻘﻟا ﻟإ ﻚﺑﺎﺤﺻأو ﺖﻧأ ﺖﻠﻛو

ﺖﻠﻛو ﻮﻟ ﺖﻳأرأ ،ﻦﻴﺘﻨﺛا ﻓ أﺮﻘﺗ ،ﺎﺛﻼﺛ بﺮﻐﻤﻟاو ﺎﻌﺑرأ ﺮﺼﻌﻟا ةﻼﺻو

فاﻮﻄﻟاو ﺎﻌﺒﺳ ﺖﻴﺒﻟﺎﺑ فاﻮﻄﻟا ﺪﺠﺗ ﺖﻨﻛأ نآﺮﻘﻟا ﻟإ ﻚﺑﺎﺤﺻأو ﺖﻧأ

اﻮﻠﻌﻔﺗ ﻻإ ﻪﻟاو ، ﻢﻧﺈﻓ ﺎﻨﻋ اوﺬﺧ مﻮﻗ يأ : لﺎﻗ ﻢﺛ ، ةوﺮﻤﻟاو ﺎﻔﺼﻟﺎﺑ

ﻦﻠﻀﺘﻟ

artinya: bahwa Imran bin Hushain bekumpul dengan para sahabatnya, lalu seseorang mengatakan kepada beliau, “Jangan engkau ajarkan sesuatu kepada kami kecuali Al-Qur’an saja!” Beliaupun memanggilnya kemudian berkata, “Tahukah engkau, seandainya engkau hanya belajar dari Al-Qur’an saja, apakah engkau akan mengetahui bahwa salat Zuhur empat rakaat, salat Asar empat rakaat dan shalat Magrib tiga rakaat dengan membaca ayat Al-Qur’an di dua rakaat pertama? Tahukah engkau, jika seandainya engkau hanya mengambil Al-Qur’an saja sebagai dalil, apakah engkau akan mengetahui bahwa jumlah tawaf di Ka’bah tujuh kali, dan jumlah sai juga tujuh kali?” Kemudian beliau mengatakan, “Wahai kaum, belajarlah dari kami! Jika tidak, maka niscaya kalian akan

(3)

tersesat.”(4)

Duhai, sebuah hujah kokoh keluar dari lisan yang sarat ilmu, seorang sahabat yang mulia, Imran bin Hushain. Beliau mampu mematahkan syubhat lemah dari seseorang yang terkungkung nafsu, sekaligus mengukuhkan sebuah paradigma bahwa Al-Qur’an dan sunah bak dua mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Dan dengarkan pula perkataan dari seorang ulama rabbani, Ayub al-Sakhtiyani rahimahullah, agar kemudian kita menjauhi pemikiran sesat ini,

ﻢﻠﻋﺎﻓ ، نآﺮﻘﻟا ﻦﻣ ﺎﻨﺛﺪﺣو اﺬﻫ ﻦﻣ ﺎﻨﻋد : لﺎﻘﻓ ﺔﻨﺴﻟﺎﺑ ﻞﺟﺮﻟا ﺖﺛﺪﺣ اذإ

ﻞﻀﻣ لﺎﺿ ﻪﻧأ

“Jika engkau mengabari seseorang dengan hadis, kemudian dia mengatakan, ‘Jaauhkanlah kami dari hadis dan bicaralah engkau dari Al-Qur’an saja!’, ketahuilah bahwa orang tersebut sesat dan

menyesatkan.”(5)

Duhai, seandainya mereka –para inkar al-sunnah– menyadari bahwa pengingkaran terhadap sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada hakikatnya adalah perpanjangan dari pengingkaran terhadap Al-Qur’an. Pasalnya, kitab suci tersebut sarat dengan perintah untuk mencintai, mengagungkan dan memuliakan serta mengikuti sunah Nabi Muhammad

shallallahu ‘alaihi wasallam. Beberapa contoh dari ayat tersebut:

اﻮﻬَﺘْﻧﺎَﻓ ﻪْﻨﻋ ﻢﻛﺎﻬَﻧ ﺎﻣو هوُﺬُﺨَﻓ لﻮﺳﺮﻟا ﻢﻛﺎَﺗآ ﺎﻣو

“Dan apa yang diperintahkan Rasul kepada kalian maka terimalah, dan apa yang dilarang oleh beliau maka tinggalkanlah.”(6).

ﻪﻟا عﺎﻃأ ﺪﻘﻓ لﻮﺳﺮﻟا ﻊﻄﻳ ﻦﻣ

“Barangsiapa yang menaati Rasul itu, maka sesungguhnya dia telah menaati Allah.”(7).

(4)

“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasulullah dan taatilah para pemimpin kalian.”(8).

Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika Imam Syafii rahimahullah menukil ijmak umat untuk mengagungkan sunah Nabi kita yang tercinta, beliau mengatakan,

نأ ﻪﻟ ﻦﻳ ﻢﻟ ﻪﻟا لﻮﺳر ﺔﻨﺳ ﻪﻟ ﺖﻧﺎﺒﺘﺳا ﻦﻣ نأ ﻠﻋ نﻮﻤﻠﺴﻤﻟا ﻊﻤﺟأ

سﺎﻨﻟا ﻦﻣ ﺪﺣأ لﻮﻘﻟ ﻪﻋﺪﻳ

“Telah tegak ijmak kaum muslimin bahwa barang siapa yang telah jelas baginya sunah Nabi, maka tidak boleh baginya untuk meninggalkan sunah tersebut karena (mengikuti, pent.) perkataan salah seorang manusia (ulama).”(9).

Kedua, golongan yang menolak hadis Ahad, baik memungkirinya secara

mutlak dalam masalah akidah dan hukum-hukum fikih, maupun meninggalkannya dalam masalah akidah saja. Kelompok inilah yang akan kita bahas dalam risalah kecil ini. Semoga Allah mencurahkan taufik-Nya kepada kami sehingga bisa membahas masalah ini dengan sebaik mungkin.

Untuk memudahkan pemaparan, kami akan membagi pembahasan ini dalam beberapa poin: pertama: Definisi Hadis Ahad, kedua: Dalil Tentang Kehujahan Hadis Ahad, dan ketiga: Menjawab Syubhat. Inilah poin-poin yang akan kami bahas. Semoga Allah menjadikan makalah yang sederhana ini bermanfaat bagi kami dan bagi seluruh kaum muslimin.

Pertama: Definisi Hadis Ahad

Jika kita ingin mengetahui definisi Hadis Ahad, maka akan lebih mudah jika kita mengenal definisi Hadis Mutawatir terlebih dahulu, karena Hadis Ahad merupakan antonim dari Hadis Mutawatir. Hadis Mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi dalam setiap tingkatan rawi, sehingga mustahil bagi mereka untuk bersepakat dalam kedustaan, dan sumber pengambilan beritanya adalah panca indera dan bukan dugaan

(5)

belaka(10).

Ikhwah yang dirahmati oleh Allah, jika kita perhatikan definisi Hadis

Mutawatir di atas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa syarat dari hadis mutawatir ada empat:

Jumlah perawinya banyak, sehingga mustahil bagi mereka untuk 1.

bersepakat dalam dusta;

Sumber hadisnya bukan dari dugaan belaka; 1.

Sumber periwayatannya adalah panca inder. Contohnya, saya 2.

mendengar atau saya melihat:

Semua syarat ini terpenuhi dalam setiap tingkatan sanad. 3.

Contoh Hadis Mutawatir adalah sabda Nabi Muhammad,

ِرﺎﱠﻨﻟا ﻦﻣ هَﺪﻌْﻘﻣ اﻮﺒَﺘﻴْﻠَﻓ اًﺪﻤﻌَﺘﻣ َﻠﻋ بَﺬﻛ ﻦﻣ

“Barang siapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka hendaklah dia menyiapkan tempat duduknya di neraka.”(11).

Inilah pemaparan yang sangat ringkas tentang definisi Hadis Mutawatir. Apabila kita telah memahami definisi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk sebuah Hadis Mutawatir, maka akan mudah bagi kita untuk mengetahui tentang hakikat Hadis Ahad. Definisi dari ulama terkait hadis Ahad sangatlah beragam, namun perbedaan definisi para ulama kita dalam masalah ini -pada umumnya- adalah perbedaan dalam konteks redaksi saja, adapun subtansinya maka berujung pada makna yang serupa, definisi inti dari Hadis Ahad adalah:

ﺔﻋﺎﻤﺠﻟا ﻪﺗور نإو ﻢﻠﻌﻟا ﻪﺑ ﻊﻘﻳ ﻢﻟو ، ﺮﺗاﻮﺘﻟا ﺔﻔﺻ ﻦﻋ ﺮﺼﻗ ﺎﻣ

artinya: hadis yang tidak sampai pada derajat mutawatir, dan belum memberikan faedah ilmu (yakin), meski diriwayatkan oleh jumlah yang banyak (selama tidak sampai pada derajat mutawatir)(12).

(6)

Hadis Ahad terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

Hadis Garib 1.

Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi saja(13). Contohnya,

ىﻮَﻧ ﺎﻣ ٍئِﺮﻣا ﻞﻟ ﺎﻤﱠﻧاو ،ِتﺎﻴّﻨﻟﺎِﺑ لﺎﻤﻋﻻا ﺎﻤﱠﻧا

amalan tergantung dengan niatnya, dan sesungguhnya setiap manusia akan mendapatkan pahala selaras dengan niatnya.”(14)

Hadis Aziz 2.

Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh dua orang perawi dalam setiap tingkatan sanadnya(15). Contohnya,

هِﺪَﻟوو هِﺪﻟاو ﻦﻣ ﻪﻴَﻟا ﺐﺣا َنﻮﻛا ﱠﺘﺣ ﻢﻛُﺪﺣا ﻦﻣﻮﻳ ﻻ

“Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga mencintai aku melebihi cintanya atas bapaknya dan anaknya.”(16)

Hadis Masyhur 3.

Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau bahkan lebih dalam setiap tingkatan sanad, selama belum sampai pada derajat mutawatir(17). Contohnya,

ﺾِﺒْﻘﻳ ﻦَﻟو ، ِدﺎﺒﻌْﻟا ﻦﻣ ﻪﻋِﺰَﺘْﻨﻳ ، ﺎﻋاﺰﺘْﻧا ﻢْﻠﻌْﻟا ﺾِﺒْﻘﻳ ﻻ ﻪﻟا ﱠنا

ءﺎﻤَﻠﻌْﻟا ِﺾﺒَﻘِﺑ ﻢْﻠﻌْﻟا

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dari hamba-Nya, akan tetapi mencabut ilmu dengan wafatnya ulama.”(18)

Inilah sedikit penjelasan tentang hadis Ahad beserta pembagiannya. Kesimpulannya adalah bahwa Hadis Ahad merupakan hadis yang belum mencapai derajat mutawatir meski diriwayatkan oleh beberapa perawi dalam setiap tingkatan sanadnya.

(7)

Footnote:

(1) Metode pengambilan dalil

(2) Mujmal Ushul Ahlis Sunnah Wal Jamaah fil I’tiqad

(3) Mukhtashar Syu’abul Iman karya al-Qazwini hal 30

(4) Al-Kifayah Fi Ilmi Ar-Riwayah karya al-Khathib al-Baghdadi (1/27)

(5) al-Kifayah Fi Ilmi Ar-Riwayah karya al-Khathib al-Baghdadi (1/29)

(6) Q.S. al-Hasyr, ayat 7

(7) Q.S. an-Nisa, ayat 80

(8) Q.S. an-Nisa, ayat 59

(9) I’lamul Muwaqqi’in (2/282)

(10) Lihat: al-Hadits ad-Dha’if wa Hukmu al-Ihtijaji Bihi karya Dr. Abdul Karim al-Khudhair (hal 26).

(11) H.R. Bukhari, Muslim dan yang lainnya.

(12) al-Kifayah fi Ilmi ar-Riwayah karya Khathib al-Baghdadi (hal 31)

(13) Lihat: al-Hadits al-Dhaif wa Hukmu al-Ihtijaji Bihi karya Syekh Abdul Karim Khudhair (hal. 37)

(14) H.R. Bukhari dan Muslim

(15) al-Hadits al-Dhaif wa Hukmu al-Ihtijaj Bihi karya Syekh Abdul Karim Khudhair (hal.35)

(16) H.R. Bukhari dan Muslim

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Harapan konsumen yang menggunakan paket data internet tidak hanya fokus terhadap fitur dan harga, akan tetapi pelanggan melihat dari kualitasnya juga, seperti apa

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa Wahyu Bongka Alias Rezky dalam mewujudkan terjadinya tindak pidana perdagangan orang tidak dilakukan

Yang menjadi perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya ialah metode untuk perolehan data yakni selain dengan menggunakan Citra Quickbird, digunakan juga video CCTV

Keterbatasan waktu, alat dan bahan dalam pembelajaran biologi yang menjadi penghambat kegiatan praktikum di ruang laboratorium, oleh sebab itu dengan menggunakan laboratorium

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Keragaman genetik antar jenis nilam yang dibudidayakan oleh petani di Pasaman Barat berdasarkan marka molekuler RAPD, dan

Hal ini dilakukan agar kualitas obyek wisata menjadi semakin baik dan wisatawan yang berkunjung dengan usaha yang tidak mudah dapat memperoleh imbalan kepuasan, baik yang

Dalam percobaan ini digunakan biji buah pala karena minyak pala yang dihasilkan dari penyulingan, mengandung trimiristin yang tidak banyak tercampur dengan ester lain yang

c. Lampiran jika diperlukan, seperti: foto/dokumentasi, data dan informasi lainnya yang mendukung isi tulisan. Naskah, mulai dari Pendahuluan sampai dengan Kesimpulan dan Saran,