BAB 1
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah
Manajemen Risiko (Risk Management) menjadi dasar dalam pengelolaan bank-bank Manajemen Risiko (Risk Management) menjadi dasar dalam pengelolaan bank-bank sejak akhir tahun 90-an dan semakin populer penggunaannya sejak awal milenium baru ini sejak akhir tahun 90-an dan semakin populer penggunaannya sejak awal milenium baru ini te
terurutatama ma sesejajak k didipeperkrkenenalalkakannnnya ya kokonsnsep ep BaBasesel l II II ololeh eh KoKomimite te BaBasesel l dadari ri BaBank nk fofor r International Settlement (BIS). Dalam konsep baru tersebut identifikasi dan penghitungan International Settlement (BIS). Dalam konsep baru tersebut identifikasi dan penghitungan risiko untuk keperluan penetapan kebutuhan modal minimum bank dirubah dari ketentuan risiko untuk keperluan penetapan kebutuhan modal minimum bank dirubah dari ketentuan yan
yang g susudah dah dibdiberlerlakuakukan kan sejsejak ak 1981988 8 (acc(accord ord 1981988) 8) dimdimana ana risrisiko iko untuntuk uk penpenghighituntungangan kebutuhan modal minimum bank sudah harus memperhitungkan risiko pasar serta risiko kebutuhan modal minimum bank sudah harus memperhitungkan risiko pasar serta risiko operasional, selain risiko kredit. Dasar semuanya adalah identifikasi Risiko, kalkulasi Risiko, operasional, selain risiko kredit. Dasar semuanya adalah identifikasi Risiko, kalkulasi Risiko, pemantauan Risiko dan Pengendalian Risiko yang lebih lanjut dikenal sebagai Manajemen pemantauan Risiko dan Pengendalian Risiko yang lebih lanjut dikenal sebagai Manajemen
Risiko dalam perbankan. Risiko dalam perbankan.
Bank Indonesia (2003), menjelaska
Bank Indonesia (2003), menjelaskan n tentantentang g pengepengertian rtian ManajeManajemen men RisikRisiko o yaituyaitu serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. Sedangkan yang memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. Sedangkan yang dimak
dimaksud dengan “Risiko” adalah sud dengan “Risiko” adalah potenpotensi si terjadterjadinya suatu inya suatu peristperistiwa iwa (event(event) ) yang dapatyang dapat menimbulkan kerugian bank.
menimbulkan kerugian bank.
Menurut Bank Indonesia (2003), sesungguhnya risiko saat ini merupakan potensi Menurut Bank Indonesia (2003), sesungguhnya risiko saat ini merupakan potensi kerug
kerugian ian di di waktu mendatangwaktu mendatang. . Karena itu Karena itu sangasangat t perlu diperhatperlu diperhatikan ikan dan diperhitudan diperhitungkanngkan.. Menurut Arens (2003), materialitas dan risiko merupakan
konsep-Menurut Arens (2003), materialitas dan risiko merupakan konsep- konsep fundamental yangkonsep fundamental yang sifatnya penting dalam perencanaan audit dan dalam perancangan atas pendekatan audit yang sifatnya penting dalam perencanaan audit dan dalam perancangan atas pendekatan audit yang akan dipergunakan.
akan dipergunakan.
Walaupun tidak senyata sebagaimana penetapan biaya dan hasil (tangible cost & Walaupun tidak senyata sebagaimana penetapan biaya dan hasil (tangible cost & revenue), penghitungan risiko dalam kegiatan perbankan akan semakin diperlukan dan akan revenue), penghitungan risiko dalam kegiatan perbankan akan semakin diperlukan dan akan semakin luas penggunaannya
semakin luas penggunaannya Dalam Lampiran I,
Dalam Lampiran I, Bank IndonesiBank Indonesia a (2003(2003), ), dijeladijelaskan bahwa skan bahwa penerapenerapan pan manajmanajemenemen ri
pe
pengangawaswasan an banbank. k. BagBagi i perperbanbankankan, , penpeneraperapan an manmanajeajemen men risrisiko iko dapdapat at menmeningingkatkatkankan shareholder value, memberikan gambaran kepada pengelola bank mengenai kemungkinan shareholder value, memberikan gambaran kepada pengelola bank mengenai kemungkinan kerugian bank di masa datang, meningkatkan metode dan proses pengambilan keputusan kerugian bank di masa datang, meningkatkan metode dan proses pengambilan keputusan yan
yang g sissistimtimatisatis, , yanyang g diddidasaasarkarkan n padpada a ketketersersediediaan aan infinformormasiasi, , digdigunaunakan kan sebsebagaagai i dasdasar ar peng
pengukurukuran an yang lebih yang lebih akuraakurat t mengmengenai kinerja enai kinerja bankbank, , digudigunakan untuk menilai nakan untuk menilai risiko yangrisiko yang melekat pada instrumen atau kegiatan usaha bank yang relatif komplek serta menciptakan melekat pada instrumen atau kegiatan usaha bank yang relatif komplek serta menciptakan infrastruktur manajemen risiko yang kokoh dalam rangka meningkatkan daya saing bank. infrastruktur manajemen risiko yang kokoh dalam rangka meningkatkan daya saing bank. Bagi otoritas pengawasan bank, penerapan manajemen risiko akan mempermudah penilaian Bagi otoritas pengawasan bank, penerapan manajemen risiko akan mempermudah penilaian terhadap kemungkinan kerugian yang dihadapi bank yang dapat mempengaruhi permodalan terhadap kemungkinan kerugian yang dihadapi bank yang dapat mempengaruhi permodalan bank dan sebagai salah satu dasar penilaian dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan bank dan sebagai salah satu dasar penilaian dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan bank.
bank.
Esensi dari penerapan manajemen risiko adalah kecukupan prosedur dan metodologi Esensi dari penerapan manajemen risiko adalah kecukupan prosedur dan metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha bank tetap dapat terkendali (manageable) pada pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha bank tetap dapat terkendali (manageable) pada batas
batas/limit yang /limit yang dapat diterima dapat diterima serta menguntuserta menguntungkan bank. ngkan bank. Namun demikian mengingatNamun demikian mengingat perbedaan kondisi pasar dan struktur, ukuran serta kompleksitas usaha bank, maka tidak perbedaan kondisi pasar dan struktur, ukuran serta kompleksitas usaha bank, maka tidak terdapat satu sistem manajemen risiko yang universal untuk seluruh bank, sehingga setiap terdapat satu sistem manajemen risiko yang universal untuk seluruh bank, sehingga setiap ba
bank nk harharus us memmembanbangun gun sissistem tem manmanajemajemen en risrisiko iko sessesuai uai dendengan gan funfungsi gsi dan dan orgorganianisassasii manajemen risiko pada bank.
manajemen risiko pada bank.
Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak diperkirakan (unanticipated) yang berdampak diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak diperkirakan (unanticipated) yang berdampak ne
negagatitif f teterhrhadadap ap pependndapapatatan an dadan n pepermrmododalalan an babanknk. . UnUntutuk k dadapapat t memenenerarapkpkan an prprososeses manajemen risiko, maka pada tahap awal bank harus secara tepat mengidentifikasi risiko manajemen risiko, maka pada tahap awal bank harus secara tepat mengidentifikasi risiko dengan cara mengenal dan memahami seluruh risiko yang sudah ada (inherent) maupun yang dengan cara mengenal dan memahami seluruh risiko yang sudah ada (inherent) maupun yang mun
mungkigkin n timtimbul bul dardari i bisbisnis nis barbaru u banbank, k, termtermasuasuk k risrisiko iko yanyang g berbersumsumber ber dardari i perperusausahaahaann terk
terkait ait dan dan afiafilialiasi si lailainnynnya. a. MenMenuruurut t AreArens ns (20(2003)03), , cara cara utautama ma yanyang g dipdipergergunaunakan kan oleolehh Audit
Auditor or untuk mempertuntuk mempertimbanimbangkan risiko gkan risiko yang ada yang ada dalam perencandalam perencanaan aan audit adalah audit adalah melalumelaluii penerapan model risiko audit yang terdiri dari 4 komponen yaitu risiko deteksi terencana penerapan model risiko audit yang terdiri dari 4 komponen yaitu risiko deteksi terencana (planned detection risk), risiko akseptibilitas audit (acceptable audit risk), risiko inheren (planned detection risk), risiko akseptibilitas audit (acceptable audit risk), risiko inheren (inherent risk) dan risiko pengendalian (control risk).
(inherent risk) dan risiko pengendalian (control risk). Me
Menunururut t TaTaswswan an (2(200006)6), , bibisnsnis is adadalaalah h beberbrbagagi i ririsisiko ko bubukakan n hahanynya a beberbrbagagii keu
dalam bisnis perbankan ketika ingin mencapai return yang tinggi maka berhadapan dengan risiko yang tinggi. Hal lain yang
Bank Indonesia telah mewajibkan bank komersial untuk menerapkan manajemen risiko sebagai bagian dari penilaian kinerja bank. Para komisaris dan direktur bank diwajibkan memiliki sertifikat manajemen risiko yang dikeluarkan oleh Badan Sertifikasi Manajemen Risiko. Sertifikat ini menunjukkan bahwa hanya orang-orang yang memahami manajemen risiko saja yang pantas menduduki komite manajemen risiko. Di satu sisi, bank komersial juga berkepentingan untuk mengelola risiko yang lebih baik. Penyadaran akan pengelolaan risiko untuk mencapai tujuan bisnis perbankan sangat tinggi saat ini. Praktisi perbankan menyadari bahwa pencapaian return tertentu pada risiko minimal atau pencapaian return maksimal pada risiko tertentu bisa dilakukan bila risiko dikelola dengan baik. Dengan penilaian risiko yang jelas, akan memudahkan justifikasi manajemen, apakah bank yang bersangkutan dalam kondisi risiko tinggi, sedang atau rendah. Disamping itu pihak bank dapat mengendalikan tingkat risiko yang wajar, terarah, terintegrasi dan berkesinambungan melalui sistem manajemen risiko yang dapat memberikan peringatan dini (early warning system).
Berdasarkan teori fenomena di atas, maka penulis ingin lebih mempelajari dan memahami mengenai “Apa saja Konsep dan Jenis Dalam Manajemen Risiko?”.
BAB 2
PERMASALAHAN
Risiko yang dialihkan meliputi : kemungkinan kerugian material yang dapat dinilai dengan uang yang dialami nasabah, sebagai akibat terjadinya suatu peristiwa yang mungkin/belum pasti akan terjadi (Uncertanity of Occurence & Uncertainty of Loss).
Manajemen risiko merupakan salah satu hal paling penting dari strategi perusahaan. Reputasi yang dibentuk dengan susah payah selama bertahun-tahun dapat musnah dalam sekejap melalui insiden seperti skandal korupsi atau tuduhan melakukan perusakan lingkungan hidup. Kejadian-kejadian seperti itu dapat menarik perhatian yang tidak diinginkan dari penguasa, pengadilan, pemerintah dan media massa. Membentuk suatu budaya kerja yang "mengerjakan sesuatu dengan benar", baik itu terkait dengan aspek tata
kelola perusahaan, sosial, maupun lingkungan--yang semuanya merupakan komponen CSR-- pada perusahaan dapat mengurangi risiko terjadinya hal-hal negatif tersebut.
Adapun permasalahan dalam pembuatan makalah ini adalah : 1. Apa saja konsep-konsep yang terdapat dalam manajemen risiko ? 2. Apa saja jenis-jenis manajemen risisko ?
3. Bagaimana metode-metode yang digunakan dalam pengendalian manajemen risiko ? 4. Bagaimana tahapan kebijakan dan tahapan di dalam manajemen resiko ?
BAB 3
PEMBAHASAN
Tahap-tahap yang dilalui oleh perusahaan dalam mengimplementasikan manajemen risiko adalah mengidentifikasi terlebih dahulu risiko-risiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan, setelah mengidentifikasi maka dilakukan evaluasi atas masing-masing risiko
ditinjau dari severity (nilai risiko) dan frekuensinya. Tahap terakhir adalah pengendalian risiko. Dalam tahap pengendalian risiko dibedakan menjadi 2 yakni pengendalian fisik (risiko dihilangkan, risiko diminimalisir) dan pengendalian finansial (risiko ditahan, risiko ditransfer).
Menghilangkan risiko berarti menghapuskan semua kemungkinan terjadinya kerugian misalnya dalam mengendarai mobil di musim hujan, kecepatan kendaraan dibatasi maksimum 60 km/jam. Meminimasi risiko dilakukan dengan upaya-upaya untuk meminimumkan kerugian misalnya dalam produksi, peluang terjadinya produk gagal dapat dikurangi dengan pengawasan mutu (quality control). Menahan sendiri risiko berarti menanggung keseluruhan atau sebagian dari risiko, misalnya dengan cara membentuk cadangan dalam perusahaan untuk menghadapi kerugian yang bakal terjadi (retensi sendiri). Sedangkan pengalihan/transfer risiko dapat dilakukan dengan memindahkan kerugian/risiko yang mungkin terjadi kepada pihak lain, misalnya perusahaan asuransi.
3.1 Konsep-konsep yang terdapat dalam manajemen risiko
Dijelaskan Darwin, adalah konsep manajemen yang meng-customize layanan untuk mayoritas pelanggan. Artinya, perusahaan akan diarahkan untuk lebih cerdas memilih segmen yang pertumbuhan bisnisnya cepat, berskala besar, dengan suatu proses yang dapat distandardisasi, sehingga harga jual lebih murah dan perusahaan menjadi kompetitif di pasar. Kemunculan konsep ini diawali dengan penelitian model bisnis Southwest sejak 15 tahun lalu. Kendati begitu, menurut Darwin, konsep ini pun bisa diterapkan di bisnis lainnya. Alasannya, konsep ini muncul karena ada kebutuhan memahami segmen pelanggan yang ingin dilayani kebutuhannya dan menyesuaikan produk tersebut, sehingga mereka hanya membayar atas servis yang dipakainya, tidak termasuk servis yang tidak dipakainya. Di Tanah Air, Darwin menilai, konsep SC telah dipraktikkan Lion Air. Maskapai penerbangan ini dilihatnya berhasil membidik pelanggan yang hanya butuh terbang dengan selamat, tanpa butuh servis macam-macam di bandara ataupun di udara.
Adapun TBS, menurut Darwin, adalah konsep untuk menstandardisasi proses bisnis, sehingga utilisasi aset bisa optimal. Ini memang mulanya lebih banyak dipraktikkan di bidang manufacturing. Jadi, ada pemisahaan business stream antara produk A, B, atau C, misalnya. TBS terinspirasi dari kalangan pabrikan/perakit di Cina yang membentuk dan fokus ke beberapa grup produk, sehingga biaya produksinya jadi murah. TBS dilatarbelakangi
kesadaran adanya kebutuhan segmen pelanggan yang berbeda-beda, sehingga business stream untuk melayaninya juga berbeda-beda. Darwin meramalkan kedua konsep itu akan hot di Tanah Air karena tingginya kebutuhan meningkatkan daya saing perusahaan saat pasar Indonesia diliberalisasi dan persaingan bebas terjadi.
3.2 Jenis-jenis manajemen risiko
Risiko adalah hal yang tidak akan pernah dapat dihindari pada suatu kegiatan / aktivitas yang idlakukan manusia, termasuk aktivitas proyek pembangunan dan proyek konstyruksi. Karena dalam setiap kegiatan, seperti kegiatan konstruksi, pasti ada berbagai
ketidakpastian (uncertainty). Faktor ketidakpastian inilah yang akhirnya menyebabkan timbulnya risiko pada suatu kegiatan. Para ahli mendefinisikan risiko sebagai berikut :
1. Risiko adalah suatu variasi dari hasil – hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu pada kondisi tertentu (William & Heins, 1985).
2. Risiko adalah sebuah potensi variasi sebuah hasil (William, Smith, Young, 1995).
3. Risiko adalah kombinasi probabilita suatu kejadian dengan konsekuensi atau akibatnya (Siahaan, 2007).
Risiko adalah buah dari ketidakpastian, dan tentunya ada banyak sekali faktor – faktor ketidakpastian pada sebuah proyek yang tentunya dapat menghasilkan berbagai macam risiko. Risiko dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam menurut karakteristiknya, yaitu lain:
1. Risiko berdasarkan sifat
a. Risiko Spekulatif (Speculative Risk), yaitu risiko yang memang sengaja diadakan, agar dilain pihak dapat diharapkan hal – hal yang menguntungkan. Contoh: Risiko yang disebabkan dalam hutang piutang, membangun proyek, perjudian, menjual produk, dan sebagainya.
b. Risiko Murni (Pure Risk), yaitu risiko yang tidak disengaja, yang jika terjadi dapat menimbulkan kerugian secara tiba – tiba. Contoh : Risiko kebakaran, perampokan, pencurian, dan sebagainya.
2. Risiko berdasarkan dapat tidaknya dialihkan a. Risiko yang dapat dialihkan,
yaitu risiko yang dapat dipertanggungkan sebagai obyek yang terkena risiko kepada perusahaan asuransi dengan membayar sejumlah premi. Dengan demikian kerugian tersebut menjadi tanggungan (beban) perusahaan asuransi.
yaitu semua risiko yang termasuk dalam risiko spekulatif yang tidak dapat dipertanggungkan pada perusahaan asuransi.
3. Risiko berdasarkan asal timbulnya
a. Risiko Internal, yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Misalnya risiko kerusakan peralatan kerja pada proyek karena kesalahan operasi, risiko kecelakaan kerja, risiko mismanagement, dan sebagainya.
b. Risiko Eksternal, yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau lingkungan luar perusahaan. Misalnya risiko pencurian, penipuan, fluktuasi harga, perubahan politik, dan sebagainya.
Selain macam – macam risiko diatas, Trieschman, Gustavon, Hoyt, (2001), juga mengemukakan beberapa macam risiko yang lain, diantaranya :
1. Risiko Statis dan Risiko Dinamis (berdasarkan sejauh mana ketidakpastian berubah karena perubahan waktu)
a. Risiko Statis. Yaitu risiko yang asalnya dari masyarakat yang tidak berubah yang berada dalam keseimbangan stabil. Risiko statis dapat bersifat murni ataupun spekulatif. Contoh risiko spekulasi statis : Menjalankan bisnis dalam ekonomi stabil. Contoh risiko murni statis : Ketidakpastian dari terjadinya sambaran petir, angin topan, dan kematian secara acak (secara random).
b. Risiko Dinamis. Risiko yang timbul karena terjadi perubahan dalam masyarakat. Risiko dinamis dapat bersifat murni ataupun spekulatif. Contoh sumber risiko dinamis : urbanisasi, perkembangan teknologi, dan perubahan undang – undang atau perubahan peraturan pemerinta h.
2. Risiko Subyektif dan Risiko Obyektif a. Risiko Subyektif
Risiko yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang yang mengalami ragu – ragu atau cemas akan terjadinya kejadian tertentu.
Probabilita penyimpangan aktual dari yang diharapkan (dari rata - rata) sesuai pengalaman.
3.3 Metode pengendalian manajemen risiko Jenis jenis metode pengelolaan antara lain : 1. Asumsi( Retensi )
2. Transfer 3. Kombinasi
4. Pencegahan kerugian
5. Menghindari Pengetahuan dan penelitian
Ada lima strategi alternatif untuk menangani risiko, yaitu : 1. Menghindari risiko
2. Mencegah risiko dan mengurangi kerugian 3. Meretensi risiko
4. Mentransfer risiko 5. Asuransi
1. Menghindari risiko
Menghindari risiko merupakan strategi yang sangat penting, strategi ini merupakan strategi yang umum digunakan untuk menangani risiko. Dengan menghindari risiko, kontraktor dapat mengetahui bahwa perusahaannya tidak akan mengalami kerugian
akibat risiko yang telah ditafsir. Di sisi lain, kontraktor juga akan kehilangan sebuah peluang untuk mendapatkan keuntungan yang mungkin didapatkan dari asumsi risiko
tersebut.
Contohnya : seorang kontraktor yang ingin menghindari risiko politik dan finansial berkaitan dengan proyek pada negara dengan kondisi politik yang tidak stabil, dapat menolak melakukan tender proyek pada negara tersebut. Namun demikian, apabila kontraktor tersebut menolak untuk melakukan tender, maka kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dari proyek tersebut juga ikut menghilang.
2. Mencegah risiko dan mengurangi kerugian
Alternatif strategi yang kedua adalah mencegah risiko dan mengurangi kerugian. Strategi ini secara langsung mengurangi potensi risiko kontraktor dengan 2 cara, yaitu :
1. Mengurangi kemungkinan terjadinya risiko.
2. Mengurangi dampak finansial dari risiko, apabila risiko tersebut benar – benar terjadi.
Contohnya : pemasangan alarm atau alat anti – maling pada peralatan di
proyek, akan mengurangi kemungkinan terjadinya pencurian. Sebuah gedung yang dilengkapi dengan sprinkler system, akan mengurangi dampak finansial, apabila gedung tersebut mengalami kebakaran.
3. Meretensi risiko
Retensi risiko telah menjadi aspek penting dari manajemen risiko ketika perusahaan menghadapi risiko proyek. Retensi risiko adalah perkiraan secara internal, baik secara
utuh maupun sebagian, dari dampak finansial suatu risiko yang akan dialami oleh perusahaan. Dalam mengadopsi strategi retensi risiko ini, perlu dibedakan antara 2 jenis retensi yang berbeda.
1. Retensi risiko yang terencana (planned) adalah asumsi yang secara sadar dan sengaja dilakukan oleh kontraktor untuk mengenali atau mengidentifikasi risiko. Dengan strategi seperti itu, risiko dapat ditahan dengan berbagai cara, tergantung pada filosofi, kebutuhan khusus, dan juga kapabilitas finansial dari kontraktor itu sendiri.
2. Retensi risiko yang tidak terencana (unplanned) terjadi ketika kontraktor tidak mengenali atau mengidentifikasi kberadaan dari suatu risiko dan secara tidak sadar mengasumsi kerugian yang akan muncul.
4. Mentransfer risiko
Pada dasarnya, transfer risiko dapat dilakukan, melalui negosiasi, kapanpun kontraktor menjalani perencanaan kontraktual dengan banyak pihak seperti pemilik, subkontraktor ataupun supplier material dan peralatan. Transfer risiko bukanlah asuransi. Biasanya, transfer risiko ini dilakukan melalui syarat atau pasal – pasal dalam kontrak seperti : hold – harmless aggrement dan klausul jaminan atau penyesuaian kontrak. Karakeristik esensial dari transfer risiko ini adalah dampak dari suatu risiko, apabila risiko tersebut benar – benar terjadi, ditanggung bersama atau ditanggung secara utuh oleh pihak lain selain kontraktor.
Contohnya : penyesuaian pada harga penawaran, dimana kompensasi ekstra akan diberikan kepada kontraktor apabila terjadi perbedaan kondisi tanah pada suatu proyek.
Asuransi menjadi bagian penting dari program manajemen risiko, baik untuk sebuah organisasi ataupun untuk individu. Asuransi juga termasuk di dalam strategi transfer risiko, dimana pihak asuransi setuju untuk menerima beban finansial yang muncul dari adanya kerugian. Secara formal, asuransi dapat didefinisikan sebagai kontrak persetujuan antara 2 pihak yang terkait yaitu : pengasuransi (insured) dan pihak
asuransi (insurer). Dengan adanya persetujuan tersebut, pihak asuransi (insurer) setuju untuk mengganti rugi kerugian yang terjadi (seperti yang tercantum dalam kontrak) dengan balasan, pengasuransi (insured) harus membayar sejumlah premi tiap periodenya.
Supaya proses manajemen risiko dapat berlajan secara lancar, proses pengkomunikasian risiko yang terjadi pada suatu proyek, harus dilakukan dengan lancar pula.
Karena pentingnya informasi risiko ini, maka manajemen informasi juga berperan sangat penting untuk kelangsungan proses manajemen risiko. Manajemen informasi dapat digunakan sebagai basis dari segala buku text mengenai komunikasi dalam organisasi. Ruang lingkup manajemen informasi pada program manajemen risiko :
1. Komunikasi risiko
Proses pengkomunikasian informasi (dalam hal ini, risiko) yang mengalir dari dan menuju ke manajer risiko.
2. Sistem informasi manajemen risiko
Penggunaan teknologi masa kini yang dapat membantu jalannya proses manajemen informasi dalam rangka melakukan manajemen risiko pada suatu proyek.
3. Proses pelaporan manajemen risiko
Isi dan bentuk formal dari proses pelaporan risiko yang dilakukan oleh pihak – pihak yang terkait dalam proses manajemen risiko.
4. Sistem alokasi sumber daya
Dalam pelaksanaannya, manajemen risiko juga membutuhkan system manajemen kontrak, yaitu suatu proses untuk mengatur semua perkara mengenai kontrak, seperti : penawaran, asuransi, dan sebagainya. William, Smith, Young (1995), memaparkan bahwa, manajemen kontrak
harus dapat menguasai atau menangani, setidaknya 4 hal, yaitu :
1. Mengatur hubungan dan kontrak – kontrak dengan agen asuransi dan broker.
2. Mempersiapkan dokumen atau kontrak penawaran untuk layanan jasa pihak ketiga. 3. Mengatur dokumen dan sertifikat asuransi.
4. Memberikan garansi atau menjamin rencana pembiayaan risiko dengan pihak ke tiga.
Seorang manajer risiko, juga harus dapat berperan dalam manajemen atau pengawasan klaim. Apabila suatu kejadian yang tidak diinginkan terjadi pada suatu proyek, dan pihak kontraktor mengajukan klaim pada perusahaan asuransi, manajer risiko mempunyai tanggungjawab untuk bernegosiasi dengan utusan dari pihak asuransi dan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan klaim tersebut.
Ada beberapa macam klaim yang harus ditangani oleh manajer risiko, antara lain : 1. Klaim yang berkaitan dengan properti
Klaim yang terjadi apabila ada suatu kerugian pada suatu proyek dan kontraktor mengajukan klaim pada pihak asuransi.
2. Klaim pertanggungjawaban atau klaim dari pihak ketiga
Klaim yang terjadi akibat kecelakaan yang dialami oleh pihak ketiga (misalnya : konsumen jatuh di tempat parkir yang licin).
3. Klaim yang berkaitan dengan sumber daya manusia
Klaim yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan pekerja dalam sebuah perusahaan.
Untuk mengetahui seberapa berhasil, manajemen risiko yang telah dijalankan, perlu dilakukan suatu proses untuk memonitor dan mengkaji ulang program manajemen risiko yang telah dijalankan. Dengan adanya proses pemantauan dan penkajian ulang ini, kontraktor dapat mengetahui sejauh manaproses manajemen risiko yang telah dijalankan. Selain itu, dengan proses tersebut, kontraktor dapat melihat kesalahan – keslahan atau kekurangan – kekurangan yang terjadi selama proses manajemen risiko, sehingga kontraktor dapat memperbaiki kekurangannya dan tidak melakukan kesalahan untuk yang kedua kalinya.
Untuk melakukan proses pemantuan kegiatan manajemen risiko, beberapa hal harus dilakukan :
1. Pemantauan secara terus - menerus
Pemantauan akan proses manajemen risiko yang dijalankan harus dilakukan secara terus – menerus, sehingga terdapat kesinambungan antara data – data yang didapatkan.
2. Audit program
Proses audit program manajemen risiko harus dijalankan untuk memverifikasi sistem pemantauan dan pelaporan berkala. Audit program dapat digunakan sebagai evaluasi untuk manajer risiko dan fungsi manajemen risiko, serta menyediakan masukan yang obyektif untuk pengembangan program.
3.4 Tahapan kebijakan dan prosedur dalam manajemen risiko
1. Statement kebijakan manajemen risiko
Perusahaan harus menyusun statement kebijakan manajemen risiko yang berisi tentang misi dan tujuan dari program manajemen risiko.
Perusahaan sebaiknya menyusun sebuah organisasi atau departemen khusus, yang menangani masalah manajemen risiko.
3. Manual (rencana kegiatan)
Perusahaan sedianya menyiapkan rencana kegiatan operasional manajemen risiko, yang menjelaskan mengenai prosedur, metode, dan juga kegiatan – kegiatan yang akan dilakukan untuk program manajemen risiko.
tahapan manajemen risiko yang dikemukakan oleh Al Bahar dan Crandall (1990), dengan sedikit modifikasi, sehingga menjadi sebagai berikut :
1. Identifikasi dan Analisa Risiko 2. Respon manajemen
3. Administrasi system.
Identifikasi dan Analisa Risiko
Tahapan pertama dalam proses manajemen risiko adalah tahap identifikasi risiko. Identifikasi risiko merupakan suatu proses yang secara sistematis dan terus menerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko atau kerugian terhadap kekayaan, hutang, dan personil perusahaan. Proses identifikasi risiko ini mungkin adalah proses yang terpenting, karena dari proses inilah, semua risiko yang ada atau yang
mungkin terjadi pada suatu proyek, harus diidentifikasi.
Adapun proses identifikasi harus dilakukan secara cermat dan komprehensif, sehingga tidak ada risiko yang terlewatkan atau tidak teridentifikasi. Dalam pelaksanaannya, identifikasi risiko dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain:
a. Brainstorming b. Questionnaire
d. Scenario analysis
e. Risk assessment workshop f. Incident investigation g. Auditing
h. Inspection i. Checklist
j. HAZOP (Hazard and Operability Studies) k. dan sebagainya
Adapun cara – cara pelaksanaan identifikasi risiko secara nyata dalam sebuah proyek, adalah :
1. Membuat daftar bisnis yang dapat menimbulkan kerugian.
2. Membuat checklist kerugian potensial. Dalam checklist ini dibuat daftar kerugian dan peringkat kerugian yang terjadi.
3. Membuat klasifikasi kerugian.
a. Kerugian atas kekayaan (property).
• Kekayaan langsung yang dihubungkan dengan kebutuhan untuk mengganti kekayaan yang hilang atau rusak.
• Kekayaan yang tidak langsung, misalnya penurunan permintaan, image perusahaan, dan sebagainya.
b. Kerugian atas hutang piutang, karena kerusakan kekayaan atau cideranya pribadi orang lain.
c. Kerugian atas personil perusahaan. Misalnya akibat kematian, ketidakmampuan, usia tua, pengangguran, sakit, dan sebagainya.
3.5 Pendekatan sistematis dalam manajemen risiko
Pendekatan sistematis mengenai manajemen resiko terdiri dari : 1. Identifikasi Resiko
Langkah yang utama dan paling penting dalam menghadapi resiko adalah dengan mengidentifikasikannya. Banyak pembuat keputusan meyakini bahwa prinsip yang baik dalam manajemen resiko berasal dari tahap identifikasi daripada tahap analisa.
Hal ini dikarenakan identifikasi resiko mencakup perincian pemeriksaan strategi proyek, melalui resiko potensial mana yang bisa ditemukan dan kemungkinan
disusunnya respon. 2. Dampak dan Frekuensi
Untuk mengetahui seberapa besar dampak dan frekuensi dari identifikasi resiko, yang harus dilakukan adalah dengan pengumpulan data untuk proses manajemen risiko. Data bisa diperoleh melalui database perusahaan, namun apabila tidak bisa didapat dari database, bisa juga diambil dari pengalaman masa lalu.
Data yang diambil merupakan sebuah asumsi prosentase atas sebuah resiko yang dapat terjadi dalam sebuah item pekerjaan yang diangggap beresiko.
Hal ini bertujuan untuk menentukan seberapa besar dampak yang dapat diakibatkan dan mengetahui frekuensi terjadinya resiko yang telah teridentifikasi tersebut.
3. Penanganan Resiko
Penanganan resiko adalah elemen terakhir dalam pendekatan manajemen resiko berupa sebuah atau serangkaian tindakan yang menjadi bagian dari para pembuat keputusan untuk menangani segala resiko yang ada. Berbagai cara penanganan yang mungkin dilakukan oleh kontraktor rumah sehat sederhana adalah:
▪ Asuransi
▪ Menunda proyek
▪ Menentukan sistem rekruitmen dan seleksi pekerja
▪ Membuat jadwal dan biaya dalam plan and control yang jelas dan sesuai
▪ Memasukkan klausa yang sesuai dalam tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan keterlambatan untuk rencana kontingensi di dalam kontrak
▪ Mengadopsi program safety control, manajemen sistem, pengawasan dan pencegahan yang sesuai
▪ Memasukkan kondisi di dalam kontrak untuk tingkat polusi, dan sebagainya ▪ Mengalihkan pekerjaan ke subkontraktor
▪ Menyediakan/stok kebutuhan material terlebih dahulu dan menyimpannya ▪ Memperbaiki segala kerusakan atas komplain yang diterima.
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Tahap-tahap yang dilalui oleh perusahaan dalam mengimplementasikan manajemen risiko adalah mengidentifikasi terlebih dahulu risiko-risiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan, setelah mengidentifikasi maka dilakukan evaluasi atas masing-masing risiko ditinjau dari severity (nilai risiko) dan frekuensinya. Tahap terakhir adalah pengendalian risiko. Dalam tahap pengendalian risiko dibedakan menjadi 2 yakni pengendalian fisik (risiko dihilangkan, risiko diminimalisir) dan pengendalian finansial
(risiko ditahan, risiko ditransfer).
Menghilangkan risiko berarti menghapuskan semua kemungkinan terjadinya kerugian misalnya dalam mengendarai mobil di musim hujan, kecepatan kendaraan dibatasi maksimum 60 km/jam. Meminimasi risiko dilakukan dengan upaya-upaya untuk
meminimumkan kerugian misalnya dalam produksi, peluang terjadinya produk gagal dapat dikurangi dengan pengawasan mutu (quality control). Menahan sendiri risiko berarti menanggung keseluruhan atau sebagian dari risiko, misalnya dengan cara
membentuk cadangan dalam perusahaan untuk menghadapi kerugian yang bakal terjadi (retensi sendiri). Sedangkan pengalihan/transfer risiko dapat dilakukan dengan memindahkan kerugian/risiko yang mungkin terjadi kepada pihak lain, misalnya perusahaan asuransi.
4.2 Saran
Makalah ini memang jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami meminta saran dari para pembaca. Kami mohon maaf atas ketidaksempurnaan makalah yang kami buat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Susilo, Leo J. dan Victor Riwu Kaho.2010. Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000. Ppm Manajemen. Jakarta.
Vedpuriswar, A.V, P. Madhav, dan N. V. Chowdary. 2001. A strategic approach to Enterprise Risk Management. Icfaian School of Management. Hyderabad.
Herman Darmawi, Manajemen Risiko
Sentanoe K, Manajemen Risiko dan Asuransi
Razif, M. 2002. Analisis Resiko Lingkungan: Kumpulan Materi Kuliah. FTSP Jurusan Teknik Lingkungan ITS, Surabaya.