• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme pendistribusian surplus underwriting kepada peserta asuransi kebakaran :studi pada pt.asuransi umum bumiputra 1967 unit syariah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mekanisme pendistribusian surplus underwriting kepada peserta asuransi kebakaran :studi pada pt.asuransi umum bumiputra 1967 unit syariah"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

(STUDI PADA PT. ASURANSI UMUM BUMIPUTERAMUDA 1967

UNIT SYARIAH)

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Ke Fakultas Syariah dan Hukum Guna Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Di susun Oleh :

Humaidi

NIM : 105046201716

PROGRAM STUDI MUAMALAT KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

MEKANISME PENDISTRIBUSIAN SURPLUS UNDERWRITING KEPADA

PESERTA ASURANSI KEBAKARAN

(STUDI PADA PT. ASURANSI UMUM BUMIPUTERAMUDA 1967 UNIT

SYARIAH)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

Oleh :

Humaidi NIM: 105046201716

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Ahmad Mukri Aji, M.A Hendra Pertaminawati, M.A

KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Assalammu’alaikum. Wr. Wb.

Segala puji serta syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang telah menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling sempurna. Di antara salah satu kesempurnaan Nya adalah Dia karuniakan manusia pikiran dan kecerdasan, Shalawat dan salam kita sanjungkan kepada pemimpin revolusioner umat Islam sedunia tiada lain yakni, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahababat dan umatnya yang selalu berpegang teguh hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi yang penulis lakukan bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan karya-karya besar yang lebih dahulu ada, karena masih banyak kekurangan, baik dalam penyusunan kata-kata maupun dalam penyajian analisisnya. Namun penulis telah berusaha dengan semaksimal mungkin dalam proses penulisan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis betul-betul menyadari adanya rintangan dan ujian, namun pada akhirnya selalu ada jalan kemudahan. Tentunya tidak terlepas dari beberapa pihak yang sepanjang penulisan skripsi ini banyak membantu dalam memberikan bimbingan dan masukan yang berharga kepada penulis guna penyempurnaan skripsi ini.

(4)

Dengan demikian dalam kesempatan yang berharga ini penulis ingin mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih tiada terhingga kepada berbagai pihak yang secara langsung telah membantu penulis, diantaranya:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, M.M. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bimbingan serta arahan baik secara langsung maupun tidak langsung selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr.Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Prodi Muamalat dan H. Ah. Azharuddin Latif, M.Ag, M.H, selaku Sekretaris Prodi Muamalat.

3. Dr. H. Ahmad Mukri Adji,M.A dan Hendra Pertaminawati,M.A, selaku dosen pembimbing penulis yang tidak kenal lelah meluangkan waktu dan memberikan arahan, masukan dan kritikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh dosen Dosen Asuransi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, serta karyawan-karyawan dan staf perpustakaan yang telah memfasilitasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Saiful Hadi, selaku Head Of Finance dan HRD PT. Asuransi BumiputeraMuda 1967 Unit Syariah. Yang telah banyak memberikan informasi dan masukan berharga dalam proses penyusunan skripsi penulis. 6. Teristimewa buat Ayahanda H.Husaini dan Ibunda tercinta Hj.Romlah.

Terima kasih atas segala doanya, kesabaran, jerih payah dan pengorbanan

(5)

iii

doa, sungguh jasamu tiada tara dan tak akan pernah terbalaskan.

7. Kepada Kakak-Kakakku Huriyah, Hairuddin, Hardiansyah dan Hilwani serta Adik-adikku Hanif dan Hafidz. Terima kasih atas dukungan moril yang diberikan.

8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2005/2006 Faukultas Syariah dan Hukum Konsentrasi Asuransi Syariah yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya selama penulis belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga persahabatan kita terjalin hingga rambut memutih.

Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya serta menjadi amal baik kita di sisi Allah SWT, Akhirnya, semoga setiap bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Amin yaa Rabbal al- ‘alamien.

Wasallamu’alaikum. Wr. Wb.

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………...i

DAFTAR ISI………. iv

DAFTAR TABEL……….... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...………. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...……….. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... ...………. 7

D. Metode Penelitian ...……….……….. . 8

E. Tinjauan Pustaka Terdahulu …...………. 9

F. Kerangka Teori dan Konsep ...……...……… 12

G. Sistematika Penulisan ………..……….. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Underwriting ………... 16

1. Pengertian dan Tujuan Underwriting ...………. 16

2. Proses dan Keputusan Underwriting ………... 22

3. Surplus Underwriting ……….... 27

B. Asuransi Kebakaran ……….. 29

1. Pengertian Asuransi Kebakaran ……… 29

(7)

BAB III TINJAUAN UMUM PT. ASURANSI UMUM BUMIPUTERAMUDA 1967 UNIT SYARIAH

A. Sejarah Singkat Perusahaan ……… 40

B. Visi dan Misi Perusahaan ………. 41

C. Struktur Organisasi Perusahaan ……….. 42

D. Ruang Lingkup Kegiatan Perusahaan ………...45

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Metode Perhitungan Dana Surplus Underwriting Kepada Peserta Asuransi Kebakaran ……….. 48

B. Pengalokasian Dana Surplus Underwriting Perusahaan Asuransi PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 Syariah ………. 52

C. Mekanisme Pendistribusian Surplus Tabarru Kepada Peserta Asuransi Kebakaran ………. 53

D. Perkembangan Dana Surplus Underwriting Perusahaan PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 Unit Syariah Pada Peserta ……… 57

(8)

vi BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………. 64 B. Saran ……… 65

DAFTAR PUSTAKA

(9)

A. Latar Belakang

Di tengah kebangkitan kembali ekonomi syariah yang mengacu kepada kaidah-kaidah syariat Islam, dunia asuransi juga mulai mereposisi diri dalam melakukan aktivitasnya agar sesuai dengan syariah. Akan tetapi, belum ada format baku Asuransi Syariah yang disusun untuk dijadikan sebagai pedoman operasional perusahaan. Hal tersebut tidak menjadi masalah, karena dinamisnya dunia Islam yang memungkinkan siapapun untuk menyusun format Asuransi Syariah berdasarkan pemahaman fiqh-fiqh muamalat sesuai dengan nash-nash yang jelas dalam al-quran dan diperkuat oleh hadits-hadits shahih, ijma’ para ulama sampai ijtihad orang perorangan.

Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim, telah mendirikan lembaga-lembaga keuangan yang operasionalnya berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dewan Syariah Nasional juga telah menargetkan pada tahun 2010 seluruh asuransi konvensional di Indonesia harus memiliki unit syariah.1

Asuransi Syariah yang mulai beroperasi di Indonesia sejak tahun 1994, ditandai dengan munculnya Asuransi Takaful Indonesia. Yang menjadi landasan beroperasinya perusahaan tersebut saat itu hanyalah kebijakan

1 Abdul Ghoni dan Erny Arianty, Akuntansi Asuransi Syariah; Antara Teori dan Praktik, (Jakarta: INSCO Consulting, 2007), h. V.

(10)

2

Departemen Keuangan saja, hal ini dikarenakan tidak ada satu pun Undang-Undang yang mengatur operasional Asuransi Syariah.

Dengan demikian, Asuransi Syariah tidak hanya bersaing antar perusahaan Asuransi Syariah semata, namun juga bersaing dengan perusahaan asuransi konvensional. Setiap perusahaan Asuransi Syariah harus mencari strategi untuk menjaring nasabah sebanyak mungkin dan menjadikan dirinya sebagai market leader.2

Hukum bilangan besar pada hakikatnya menjadi dasar di bidang usaha perasuransian. Sebab, dalam usaha perasuransian terjadi proses dimana ketidakmungkinan peramalan kejadian terhadap kasus individu diganti dengan kemampuan untuk meramal kejadian atau kerugian secara kolektif sejumlah kasus. Oleh karena itu, perusahaan asuransi selalu berupaya untuk mengembangkan dan membuat produk yang inovatif agar dapat memperbanyak nasabahnya dengan estimasi terhadap kemungkinan terjadinya kerugian yang diderita nasabah akan semakin tepat. Selain produk yang inovatif, perusahaan juga harus menawarkan premi yang wajar agar mampu bersaing dengan perusahaan asuransi lain dalam menarik minat peserta (tertanggung).

Perusahaan Asuransi Syariah bertumpukan pada konsep tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan (wa ta’awanu alal birri wattaqwa). Selain memberikan perlindungan, perusahaan juga menjadikan semua peserta (pemegang polis asuransi) sebagai keluarga besar yang saling menanggung

2

(11)

satu sama lain terhadap musibah yang dialami peserta lain. Ta’awun merupakan inti dari konsep Takaful, dimana antara satu peserta dengan peserta lainnya saling menanggung risiko. Yakni, melalui mekanisme dana Tabarru’ dengan akad yang benar yaitu aqd Takafuli atau Aqd Tabarru’. 3

Salah satu jenis produk asuransi umum atau kerugian yang memiliki frekuensi klaim kecil namun memiliki tingkat severity (dampak kerugian) yang cukup besar adalah asuransi kebakaran. Asuransi kebakaran merupakan salah satu produk asuransi yang memberikan perlindungan terhadap kerugian dan atau kerusakan sebagai akibat terjadinya kebakaran yang disebabkan percikan api, sambaran petir, ledakan dan kejatuhan pesawat terbang berikut risiko yang ditimbulkannya. Jaminan risiko-risiko tambahan, dengan dikenakan tambahan premi untuk kerugian atau kerusakan yang diakibatkan terhadap risiko-risiko antara lain; Bencana Alam (Gempa bumi, banjir, letusan gunung berapi), Huru- hara atau kerusuhan, Gangguan usaha atau kerugian yang diakibatkan kebakaran dan terbakar sendiri untuk stok barang.

Menurut ketentuan DAI (Dewan Asuransi Indonesia), risiko asuransi kebakaran digolongkan menjadi 3 (tiga) kelas. Masing-masing kelas memiliki risiko yang berbeda sesuai dengan karakteristik bangunan atau rumah. Apabila rumah/bangunan yang akan diasuransikan mempunyai tetangga disebelah kiri atau kanan atau belakang yang okupasi/penggunaannya berisiko lebih tinggi, maka rumah/bangunan tersebut akan dikenakan tarif sesuai dengan risiko yang dimilikinya.

3

(12)

4

Dalam dunia asuransi yang harus diperhatikan ialah penentuan tarif permi (rate making), karena hal tersebut akan menentukan besarnya premi yang akan diterima. Tarif atau premi yang diterapkan harus bisa menutupi claim (risiko) serta biaya-biaya asuransi lainnya, dan termasuk keuntungan

(fee) yang diharapkan oleh perusahaan. Kedudukan perusahaan Asuransi Syariah dalam transaksi asuransi kerugian adalah sebagai pemegang amanah sekaligus pengelola dana premi (kontribusi/tabarru'). Asuransi syariah menginvestasikan dana tabarru' yang terkumpul dari kontribusi peserta kepada instrument investasi yang dibenarkan oleh syara’. Perusahaan Asuransi Syariah yang dalam hal ini bertindak sebagai Mudharib berkewajiban untuk membayar klaim apabila ada salah satu peserta yang mengalami musibah. Selain itu, perusahaan juga berkewajiban menjaga dan menjalankan amanah yang diembannya secara adil, transparan dan profesional.

Dalam mengelola dana peserta yang terkumpul pada kumpulan dana tabarru’, mudharib (perusahaan) diawasi secara teknis dan operasional oleh

komisaris. Dan secara syar’i diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS), agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah. Hal ini karena transaksi-transaksi yang berlaku pada asuransi syariah sangat khusus jika dibanding dengan asuransi konvensional.4

Pada akhir tahun, perusahaan menghitung selisih antara jumlah premi yang terkumpul dengan total klaim yang dibayarkan. Selisih tersebut dalam dunia asuransi dinamakan sebagai surplus underwriting.

4

(13)

Asuransi kebakaran merupakan salah satu produk yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi kerugian. Dalam asuransi kerugian, kontribusi atau premi terdiri dari dana tabarru’ dan ujrah. Dana tabarru’ yang terkumpul dikelola seoptimal mungkin oleh perusahaan. Apabila pada akhir periode, perusahaan Asuransi Syariah memiliki surplus dari dana tabarru’ tersebut, maka ada beberapa kebijakan perusahaan dalam mengalokasikan surplus underwriting (tabarru’) tersebut.

Menurut fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) nomor 53 tahun 2006, surplus underwriting yang diperoleh dapat diberlakukan sebagai dana

cadangan tabarru’, atau dibagikan kepada peserta dan atau perusahaan berdasarkan nisbah yang telah disepakati.5 Apabila salah satu peserta asuransi kebakaran tidak mengajukan klaim selama masa pertanggungan dan dalam kondisi risiko yang sama, disamping itu peserta tersebut berniat untuk memperpanjang masa pertanggungan asuransinya, dan apabila jumlah premi yang diperoleh perusahaan melebihi total klaim yang terjadi dalam suatu periode, maka sudah selayaknya perusahaan mengalami Surplus Underwriting. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh

bagaimana metode perhitungan Surplus Underwriting dan pendistribusiannya kepada peserta asuransi kebakaran tersebut dalam skripsi yang berjudul:

”Mekanisme Pendistribusian Surplus Underwriting Kepada Peserta Asuransi Kebakaran”.

5

(14)

6

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa alasan atau latar belakang penulis memilih judul tersebut. Latar belakang penulis memilih judul tersebut adalah sebagai berikut:

1. Surplus underwriting dapat diperlakukan sebagai dana cadangan tabarru’ bagi perusahaan dan atau dibagikan kepada peserta dan perusahaan.

2. Asuransi kebakaran termasuk salah satu produk asuransi kerugian yang tingkat pengajuan klaimnya lebih rendah dibandingkan asuransi kendaraan bermotor.

3. Surplus Underwriting memiliki peran penting dalam perkembangan

perusahaan Asuransi Syariah serta menjaga kinerja keuangan perusahaan agar tetap stabil.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pada umumnya asuransi kebakaran memiliki frekuensi klaim yang lebih rendah dibandingkan dengan asuransi kendaraan bermotor. Oleh karena itu, surplus underwriting (surplus tabarru’) pada asuransi kebakaran bisa menjadi salah satu harapan perusahaan untuk memperoleh penghasilan di luar pendapatan premi. Dengan demikian, penulis membatasi masalah yang akan diteliti pada Surplus Underwriting dan mekanisme pendistribusiannya kepada peserta asuransi kebakaran yang berlaku pada PT. Asuransi BumiputeraMuda 1967 cabang Syariah (BUMIDA SYARIAH).

(15)

1. Bagaimana metode perhitungan Surplus Underwriting pada asuransi kebakaran?

2. Bagaimana perusahaan mengalokasikan surplus underwriting (surplus tabarru’)?

3. Bagaimana Mekanisme Pendistribusian surplus underwriting kepada peserta asuransi kebakaran?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perusahaan mengalokasikan surplus underwriting (surplus tabarru’).

2. Mengetahui metode perhitungan Surplus Underwriting kepada peserta asuransi kebakaran.

3. Mengetahui mekanisme pendistribusian surplus inderwriting kepada peserta asuransi kebakaran.

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, sebagai wahana untuk mengaplikasikan teori-teori yang telah diperoleh selama studi di Perguruan Tinggi dengan aplikasi dan praktik yang nyata.

(16)

8

3. Bagi Jurusan Asuransi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan akademisi sehingga dapat menambah keilmuan tentang Surplus Underwriting dan mekanisme pendistribusian Surplus Underwriting kepada peserta asuransi kebakaran.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan merupakan perpaduan antara penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research) yakni penelitian yang mengumpulkan data-data di lapangan.

2. Data Penelitian

a. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif berupa aplikasi surplus underwriting dan mekanisme pendistribusiannya kepada

peserta asuransi kebakaran pada PT. Asuransi Umum BumiputraMuda 1967 cabang syariah (BUMIDA SYARIAH) dengan menggunakan kata-kata dan kalimat.

b. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1) Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab dengan karyawan atau

(17)

2) Dokumenter, yaitu mengumpulkan data-data mengenai aplikasi surplus underwriting dan mekanisme pendistribusiannya kepada

peserta asuransi kebakaran pada PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 cabang syariah (BUMIDA SYARIAH).

3. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Teknik pengolahan dan analisa data menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis temuan-temuan yang diperoleh secara sistematis. Dimana penulis berusaha menggambarkan permasalahan secara rinci dengan didasari pada data-data, fakta-fakta, sifat-sifat hubungan antar fenomena yang diselidiki untuk kemudian dianalisis lebih jauh agar dapat diambil suatu kesimpulan yang valid.

Sedangkan teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

E. Tinjauan Pustaka Terdahulu

(18)

10

Untuk menghindari kesamaan terhadap suatu objek penelitian serta menghindari anggapan plagiasi terhadap karya tertentu, maka perlu dilakukan tinjauan pustaka terhadap kajian yang terdahulu.

Adapun skripsi tersebut adalah:

Sri Susanti, 2003 dengan judul skripsi “ Faktor-faktor yang mempengaruhi Premi Asuransi Jiwa ditinjau dari Aspek hukum Islam (Studi Kasus Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga)”. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, Muamalah, Asuransi Syariah, 2003. Penulis menyimpulkan dalam skripsi tersebut hanya membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi premi pada PT. Asuransi Takaful Keluarga, seperti mortalita, biaya, dan investasi, kemudian ditinjau dari segi hukum Islam. Perbedaannya dengan skripsi yang akan dilakukan oleh penulis adalah penulis meneliti tentang Mekanisme perhitungan Surplus Underwriting pada asuransi kebakaran pada PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 cabang syariah (BUMIDA SYARIAH), dan bagaimana perusahaan mengalokasikan dana surplus underwriting tersebut.

(19)

premi yang dibayarkan oleh nasabah dan manfaat yang akan didapatkannya ketika klaim atau habis kontrak. Perbedaannya dengan skripsi yang akan diteliti oleh penulis adalah mekanisme perhitungan Surplus Underwriting serta pendistribusiannya kepada peserta asuransi kebakaran pada PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda1967 cabang syariah (BUMIDA SYARIAH), apakah ada kebijakan dari perusahaan yang lebih adil bagi seorang nasabah yang memenuhi kriteria aktuaria.

Hairul Efendi, 2005 dengan judul skripsi ” Proses Underwriting Asuransi Jiwa dan Penerapannya (Studi Kasus Pada PT. AJB Bumiputera 1912 Divisi Syariah)”. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, Muamalah, Asuransi Syariah, 2005. Dapat disimpulkan dalam Skripsi tersebut menjelaskan mengenai proses underwriting pada PT. AJB Bumiputera 1912 Divisi Syariah, dalam melakukan penyeleksian dan penilaian risiko, sampai akhirnya dapat mengambil keputusan apakah peserta atau pemohon dapat diterima dengan memenuhi beberapa persyaratan atau ditolak. Perbedaannya dengan skripsi yang akan dilakukan oleh penulis adalah penulis meneliti tentang surplus underwriting pada perusahaan PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 cabang Syariah (BUMIDA SYARIAH) dalam produk asuransi kerugian kebakaran. Dan mekanisme pendistribusian surplus underwriting kepada peserta asuransi kebakaran.

(20)

12

Syariah Tripakarta). Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, Muamalah, Asuransi Syariah, 2006. Skripsi ini menjelaskan peran underwriter dalam penentuan tingkat risiko. Dengan adanya kegiatan seleksi risiko perusahaan dapat terhindar dari kerugian financial akibat kesalahan seleksi risiko. Peran underwriter sebelum menetapkan besarnya premi asuransi CAR (contractors all risk) ditetapkan berdasarkan jenis pekerjaan calon peserta asuransi dengan

memperhitungkan tempat dan kondisi bangunan, semakin besar juga premi yang harus dibayar, begitu juga sebaliknya perbedaannya dengan skripsi yang akan dilakukan oleh penulis adalah penulis meneliti mekanisme pendistribusian dana surplus underwriting yang ada pada PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 cabang syariah (BUMIDA SYARIAH) kepada peserta asuransi kebakaran.

F. Kerangka Teori Dan Konsep

Premi asuransi adalah harga per unit asuransi atas proteksi yang dijamin di dalam polis6 atau dapat juga disebut sebagai pembayaran dari tertanggung kepada penanggung sebagai imbalan jasa atas pengalihan risiko kepada penanggung.

Dalam hal penetapan tarif premi, perusahaan harus dapat memastikan bahwa konsumen dapat membayar premi sesuai dengan profile risikonya, premi yang terkumpul cukup untuk membayar klaim yang terjadi dan dapat menutupi biaya operasional perusahaan, dan yang terpenting besarnya premi

6

(21)

wajar dan bersaing. Hal ini bertujuan agar dapat memberikan kesan pelayanan yang positif untuk para nasabah dan ataupun para calon nasabah.

Dengan demikian penulis menggmbarkan dalam bentuk kerangka konsep, seperti di bawah ini:

Premi Asuransi Kerugian (Asuransi Kebakaran)

Tabarru’ Ujroh

Dalam asuransi kerugian, premi terpecah menjadi dua komponen yaitu tabarru' dan ujroh. Dana yang masuk ke dalam rekening tabarru' akan dikelola oleh perusahaan seoptimal mungkin. Apabila jumlah klaim yang

Surplus Underwriting

Total Premi > Beban Klaim + Beban Reasuransi (Total beban klaim Asuransi kerugian (kendaraan / kebakaran)

Perusahaan Cadangan Tabarru’ Peserta

(22)

14

diajukan oleh peserta tidak begitu besar, perusahaan dapat memperoleh surplus underwriting. Senada dengan itu, asuransi kebakaran sebagai salah

satu produk asuransi kerugian yang memiliki frekuensi klaim lebih rendah dibandingkan dengan Asuransi Kendaraan Bermotor, dan cukup memberikan peluang yang besar akan terciptanya surplus underwriting.

Surplus Underwriting tersebut akan dialokasikan untuk dana cadangan

tabarru', dan atau dibagikan kepada perusahaan dan peserta (tertanggung).

Dalam hal pengalokasian surplus underwriting, perusahaan cenderung memprioritaskan pada dana cadangan tabarru'. Disamping itu, perusahaan juga membagikan surplus underwriting tersebut kepada peserta sesuai dengan nisbah yang telah disepakati.

Setiap perusahaan memiliki kebijakan masing-masing dalam membagikan Surplus Underwriting kepada peseta (tertanggung). Salah satu pilihannya adalah dengan mentransfer Surplus Underwriting tersebut ke rekening peserta.

Jika risiko yang dimiliki oleh peserta tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, di samping itu, Surplus Underwriting yang diperolehnya cukup besar, maka perusahaan bisa mempertimbangkan kembali premi peserta asuransi kebakaran yang berlaku.

G. Sistematika Penulisan

(23)

masalah, tujuan dan manfaat penelitian,Metode Penelitian, Tinjauan Penelitian Terdahulu, kerangka teori dan kerangka konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II. Pada bab ini, penulis memuat tinjuan pustaka dengan membahas teori-teori yang terkait dengan Underwriting dan mekanisme pendistribusian dana Surplus Underwriting kepada peserta asuransi kebakaran. Serta pengertian asuransi kebakaran dan ruang lingkup asuransi kebakaran.

BAB III. Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum mengenai perusahaan yang akan dijadikan penelitian bagi penulis yaitu PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda cabang syariah (BUMIDA SYARIAH) 1967. Di dalam gambaran umum ini penulis menggambarkan tinjauan umum perusahaan, sejarah singkat mengenai perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisai perusahaan dan ruang lingkup kegiatan perusahaan.

BAB IV. Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang ada di perusahaan, diantaranya; perkembangan dana surplus underwriting perusahaan asuransi PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 unit syariah (BUMIDA SYARIAH), metode perhitungan surplus underwriting asuransi kebakaran, dan mekanisme pendistribusian surplus underwriting kepada peserta asuransi kebakaran.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Underwriting

1. Pengertian dan Tujuan Underwriting

a. Pengetian Underwriting

Underwriting yang bisa disebut juga dengan risk selection,

adalah suatu fungsi manajemen risiko asuransi yang bertugas atas

seleksi dan klasifikasi risiko yang dimiliki oleh calon tertanggung

perorangan maupun kumpulan. Dengan kata lain, underwriting adalah

memaksimalkan laba melalui penerimaan distribusi risiko yang

diperkirakan akan mendatangkan laba. Tanpa underwriting yang

efisien, perusahaan asuransi tidak akan mampu bersaing.1 Sedangkan orang yang mengevaluasi berbagai risiko serta menentukan diterima

tidaknya surat permohonan asuransi disebut dengan Underwriter.

Dalam asuransi konvensional, underwriting dilakukan untuk

memilih mana objek risiko yang ditanggung dan mana yang tidak. Ini

berarti seorang underwriter akan membuat suatu penilaian berdasarkan

semua risiko yang diajukan kepada perusahaan, yang diperkirakannya

secara kolektif akan menguntungkan. Kemudian underwriter juga akan

menentukan besarnya premi dan nilai deductible dan lain-lain. Yang

sepadan dengan nilai antisipasi klaim dari tertanggung, biaya

manajemen dan akuisisi.

1

Darmawi Herman, Manajemen Asuransi, (Bumi Aksara,2000), h. 31-32.

(25)

Dalam Asuransi Syariah memiliki perbedaan pada konsep

dasarnya, ada prinsip saling memikul risiko diantara sesama orang atau

peserta asuransi. Sehingga antara satu dengan lainnya menjadi penanggung

atas risiko yang lainnya. Semua ini dilakukan atas dasar tolong menolong

dalam kebaikan, dimana masing-masing mengeluarkan dana / sumbangan /

derma (tabarru’) yang disepakati bersama nilainya untuk menanggung

risiko tersebut. Sesuai dengan firman Allah SWT

)

ةﺪﺋﺎﻤﻟا

/

:

(

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa dan jangan tolong-menolonglah kamu dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS. 5 (al-Maa’idah) :2)

Suksesnya perusahaan asuransi membutuhkan usaha

pendistribusian biaya dan manfaat yang seadil mungkin di antara peserta

asuransi. Mempertahankan keadilan diantara para pemegang polis adalah

pekerjaan penanggung (underwriter) yang harus mengklasifikasikan dan

menentukan tarif masing-masing kemungkinan kerugian.

Dalam melakukan proses penerimaan risiko atau penyeleksian

(26)

18

perusahaan asuransi untuk menerima atau menolak suatu penutupan

risiko.2

Pertama, kemungkinan menderita kerugian (chance of loss).

Sering disebut dengan probilita atau kemungkinan menderita kerugian dari

sejumlah objek tertentu. Underwriter pada umumnya meramalkan

kemungkinan menderita kerugian ini berdasarkan apa yang terjadi di masa

lalu.

Kedua, tingkat risiko (degree of risk). Yaitu, ketidakpastian atas

kerugian pada masa datang yang biasanya sulit untuk diramalkan. Tingkat

risiko ini seringkali dicampuradukkan dengan kemungkinan menderita

kerugian, tetapi keduanya mempunyai perbedaan pokok. Misalnya, suatu

hal yang tidak mempunyai kemungkinan menderita kerugian (probilitas

nol), maka secara teoritis tingkat risikonya juga nol. Tetapi, hal tersebut

tidak berlaku, tingkat risiko kemungkinana masih tetap ada sebagai akibat

dari situasi yang berbeda.

Ketiga, hukum bilangan besar (law of large number). Makin

banyak objek yang mempunyai risiko yang sama atau hampir sama, akan

mekin bertambah baik bagi perusahaan asuransi. Hal ini disebabakan

penyebaran risiko-risiko akan lebih luas. Sehingga, secara sisitematis

kemungkinan menderita kerugian dapat diramalkan dengan lebih baik.

Dengan demikian, underwriting adalah proses yang dengannya

pengelola Asuransi Syariah mempertimbangkan dan menentukan apakah

2

(27)

akan menerima partisipasi ganti rugi yang dibuat pemohon dan

menentukan syarat-syarat yang akan ditentukan. Dengan kata lain,

underwriting adalah proses menyeleksi risiko dan mengklasifikasinya

sesuai dengan tingkat insurability (dapat ditanggungnya). Proses ini

meliputi penolakan atas risiko-risiko yang dapat diterima (unacceptable),

sehingga dapat ditentukan tarif yang sesuai. Underwriting disebut juga

seleksi risiko yakni proses penaksiran dan penggolongan tingkat risiko

yang terdapat pada seseorang calon peserta. Berdasarkan tingkat risiko,

suatu permohonan dapat diterima atau ditolak. Yang bertanggung jawab

terhadap penerimaan atau penolakan permohonan asuransi berdasarkan

penaksiran risiko ini dinamakan underwriter.3

b. Tujuan Underwriting

Tujuan underwriting adalah menyeleksi dan mengklasifikasikan

calon tertanggung sesuai tingkat risikonya masing-masing untuk menjadi

bagian dari portofolio perusahaan dan menentukan kondisi khusus seperti

ekstra premi karena kesehatan atau pengecualian sesuai dengan tingkat

risiko yang akan menjadi bagian dari portofolio. Seorang tertanggung yang

memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi, harus membayar premi

pertanggungan yang lebih tinggi pula.

Underwriter Asuransi Syariah mempunyai tujuan yang sangat

berbeda. Konsep dasarnya adalah memberikan skema pembagian risiko

yang proporsional dan adil diantara para peserta yang secara relatif

3

(28)

20

homogen. Dengan dasar pemikiran ini, melalui Asuransi Syariah

diharapkan para peserta tolong menolong satu sama lain disertai dengan

adanya perlindungan yang sifatnya mutual, maka semua peserta akan

merasa aman dan menikmati perlindungan yang mereka butuhkan.

Dalam membuat taksiran risiko dan penetapan calon tertanggung

kedalam kelompok-kelompok risiko, sasaran underwriter perusahaan

adalah menyetujui dan menerbitkan polis yang: adil bagi nasabah

equitable to the client”, dapat dijual oleh agen “deliverable by the agent

dan menguntungkan perusahaan “profitable to the company”.4 Pada kenyataannya tidak semua calon tertanggung setelah diseleksi oleh seorang

underwriter berada dalam keadaan stabil seperti yang diasumsikan oleh

aktuaris. Karena perlu ada seleksi-seleksi lanjutan untuk mengetahui

apakah calon tertanggung mempunyai risiko-risiko yang sesuai dengan

tarif atau manfaat yang diterima ketika terjadi klaim.

Md. Azmi Abu Baker dalam tulisannya Family Takaful Plan :

Concept, Operation and Underwriting, membagi tujuan dari Underwriting

dalam asuransi syariah kedalam dua bagian.5

Pertama, ensure rate adequacy’ memastikan kecukupan rate

premi’. Rate kontribusi Asuransi Syariah harus cukup, mengingat

keuntungan yang dijanjikan berdasarkan produk-produk perusahaan.

4

Richard Bailey, Underwriting Dalam Perusahaan Asuransi Jiwa dan Kesehatan. (Jakarta: Yayasan Dharma Bumiputera, 2005), h. 143.

5

Azmi Abu Bakar, Family Takaful Plan: Concept, Operation and Underwriting

(29)

Ketidakcukupan rate akan mengarah ke problem keuangan yang berat jika

tidak bahkan kebangkrutan.

Kedua, equity ‘keadilan’. Rate yang dibebankan untuk ganti rugi

harus seimbang bagi peserta. Keadilan berarti membebankan setiap peserta

sejumlah uang sepadan dengan resiko-resiko yang dibawanya ke Asuransi

Syariah. Dengan kata lain, tidak ada sumbangan yang tidak adil yang

muncul dari setiap kelas peserta oleh kelas peserta lain.

Allah berfirman dalam Al-Qur’anul-Karim tentang keseimbangan

dan keadilan, baik dalam berprilaku sehari-hari dalam konteks ibadah dan

akhlak, maupun dalam konteks muamalah atau bisnis (tijarah),

)

ةﺪﺋﺎﻤﻟا

/

:

(

Artinya: “Hai orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adilah, karena adil itu lebih dekat dengan taqwa. Dan bertawakalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. 5 (al-Maa’idah) :8)

(30)

22

Artinya: “Dan demikian pula kami telah menjadikan kamu sekalian umat yang pilihan (adil dan seimbang) agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul menjadi saksi pula atas perbuatanmu.” (QS. 2 (al-Baqarah) :143).

Jadi tujuan utama underwriting adalah untuk melindungi

perusahaan terhadap seleksi yang merugikan. Lebih luas lagi dapat

dikatakan bahwa tujuan underwriting adalah menjamin ganti rugi yang

dikeluarkan atas dasar terms and conditions dan pada rate kontribusi

asuransi syariah dengan maksud merefleksikan secara akurat tingkat risiko

yang diberikan kepada perusahaan.

Istilah underwriting yang digunakan dalam bisnis asuransi syariah,

selengkapnya meliputi dua elemen pokok.

1) seleksi; yaitu proses dimana perusahaan mengevaluasi proposal

individu mengenai ganti rugi untuk menentukan tingkat risiko yang

disajikan pemohon.

2) klasifikasi; yaitu proses menetapkan peserta pada kelompok individu

yang secara tepat memiliki kesamaan probabilitas kerugian yang

diperkirakan6

2. Proses dan Keputusan Underwriting

a. Proses Underwriting

6

(31)

Untuk melakukan proses underwriting yang efektif, underwriter

harus mengumpulkan sebanyak mungkin informasi tentang pokok-pokok

asuransi dalam batas-batas waktu dan biaya memperoleh data tambahan.

Desk underwriter mengolah exposure yang telah diusulkan oleh agen.

Underwriter dapat menerima calon nasabah sepanjang memenuhi

persyaratan underwriting yang ditetapkan perusahaan. Apabila suatu risiko

ditolak, hal ini disebabkan underwriter merasa bahwa hazard yang

berhubungan dengan risiko terlalu tinggi sehingga tarif juga akan terlalu

tinggi.7

Tanggung jawab perusahaan asuransi terhadap para nasabahnya

adalah memberikan layanan customer service yang baik dalam segala

aspek. Apabila seorang nasabah mengajukan permintaan pertanggungan

baru, penembahan rider untuk pertanggungan yang sudah berjalan, atau

berinteraksi dengan perusahaan asuransi dalam cara apapun, maka nasabah

tersebut mengharapkan dan layak untuk mendapatkan tanggapan yang

cepat, benar, tegas dan bijaksana dari perusahaan asuransi. Begitu pula

halnya bilamana seorang agen meminta informasi atau hal lainnya, maka

harus dilaksanakan dengan cara yang cepat, benar, tegas dan bijaksana.8 Proses underwriting diawali dengan kegiatan prospecting dan

penjualan yang dilakukan agen menggambarkan proses seleksi risiko.

Proses ini sering disebut field underwriting. Field underwriting terjadi

bilamana agen mengumpulkan informasi mengenai calon peserta dan

7

Darmawi Herman, Manajemen Asuransi (Jakarta: Bumi Aksara,2001), ed. Ke-II, h. 33-34.

8

(32)

24

memprediksi kelas risiko yang akan diterima. Para agen merupakan

informan awal/dasar dalam proses underwriting, karena mereka

berhubungan langsung dengan calon peserta / nasabah asuransi. Sehingga

para agen harus mampu menguasai prinsip-prinsip dan pedoman-pedoman

underwriting. Berikut beberapa proses underwriting yang harus dipenuhi

yang dilakukan oleh tertanggung kepada penanggung:

1) Surat Permintaan

Setiap penutupan asuransi yang diajukan oleh tertanggung, harus

dilakukan dengan surat permintaan yang disampaikan secara tertulis

kepada penanggung. Surat ini biasanya disediakan oleh perusahaan

asuransi. Surat permintaan ini menjadi dasar diterbitkannya dan

menjadi bagian tak terpisahkan dari polis yang akan diterbitkan.

Penutupan asuransi yang didasarkan pada permintaan lisan saja dapat

menjadi sumber terjadinya kesalahpahaman pada saat terjadi peristiwa

yang menimbulkan kerugian.

2) Analisis Risiko

Segera setelah surat permintaan asuransi yang diajukan oleh

tertanggung diterima, penanggung menganalisis objek pertanggungan,

yatu apakah permintaan asuransi diterima atau tidak. Jika diterima,

kondisi apa yang akan diterapkan, termasuk berapa premi yang harus

dibayar. Dalam tahap analisis ini, penanggung sangat dipengaruhi

(33)

3) Penerbitan Polis

Apabila permintaan asuransi diterima, penanggung segera menerbitkan

polis yang akan menjadi akad kontrak asuransi antara tertanggung dan

penanggung. Isi polis akan terdiri dari hal-hal berikut.

a) Iktisar pertanggungan dan tanda tangan penanggung.

b) Pernyataan penanggung.

c) Risiko yang dijamin.

d) Pengecualian pertanggungan.

e) Kondisi pertanggungan.

Polis hanya ditandatangani oleh penanggung. Tertanggung telah

menandatangani perjanjian pada saat penandatanganan surat

permintaan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari polis.

Biasanya polis ditandatangani tanpa nama yang siap melakukan tanda

tangan. Hal ini terjadi karena yang bertanggung jawab atas isi kontrak

dalam polis adalah perusahaan, bukan penandatanganan polis.

b. Keputusan Underwriting

Keputusan-keputusan underwriting yang bijaksana sangat penting

untuk memastikan bahwa suatu perusahaan asuransi tetap memiliki

kemampuan keuangan yang kuat dan mampu untuk memenuhi tanggung

jawabnya untuk membayar klaim yang sah. Apabila suatu perusahaan

asuransi menerima begitu banyak risiko yang meragukan tanpa melakukan

penyesuaian premi yang memadai, maka perusahaan asuransi tersebut

(34)

26

Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkanoleh

underwriter asuransi Tanggung Jawab Hukum sebelum memberikan

jaminan asuransi.

1) Reputasi calon peserta.

2) Sifat dan kualitas produk.

3) Status calon peserta.

4) Exposure terhadap nasabah perorangan dan nasabah korporasi.

5) Klaim yang pernah diajukan.

6) Volume ekspor.

7) Kondisi penjualan.

8) Luasnya jaminan asuransi.

9) Nilai jaminan asuransi.9

Jika suatu perusahaan asuransi tidak bisa menerima risiko yang

cukup layak dengan tingkat premi yang layak pula, maka perusahaan

asuransi tersebut tidak akan memperoleh keuntungan underwriting adalah

salah satu fungsi utama yang membentuk sekumpulan kegiatan yang

dikenal sebagai new business. New business (bisnis baru) adalah istilah

umum yang digunakan untuk menjelaskan semua kegiatan yang diperlukan

untuk memasarkan asuransi, mengajukan surat permintaan asuransi,

menyelidiki dan mengevaluasi risiko-risiko yang terkait dengan surat

permintaan asuransi tersebut, serta menerbitkan dan mengirimkan

polis-polis asuransi.

9

Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik Upaya

(35)

Dengan tujuan tersebut diatas, maka peran underwriter Asuransi

Syariah diantaranya adalah sebagai berikut.

1) Menetapkan risiko yang relatif homogen dalam suatu kelompok

peserta atau tertanggung.

2) Menetakan ruang lingkup perlindungan yang dibutuhkan oleh peserta

atau calon peserta dalam kelompok tersebut.

3) Menetapkan estimasi biaya secara keseluruhan yang dibutuhkan untuk

memberikkan perlindungan kepada peserta tersebut.

4) Mendistribusikan skema kontribusi yang proporsional dan adil yang

selayaknya menjadi beban dari setiap peserta.

3. Surplus Underwriting

Dalam kamus asuransi, surplus adalah jumlah aktiva melebihi passive.

Dalam reasuransi, juga bagian dari jumlah bruto asuransi ceding company

(perusahaan yang menyerahkan) atas risiko yang tinggal sesudah

mengurangkan retention atau tahanan yang ditentukan oleh ceding

company.10 Dan Underwriting adalah proses menyeleksi risiko dan

mengklasifikasinya sesuai dengan tingkat insurability (dapat ditanggungnya),

sehingga dapat ditentukannya tarif yang sesuai.

Sedangkan surplus underwriting itu sendiri adalah hasil pengurangan

dari premi bersih/netto akhir tahun dikurangi dengan total jumlah klaim yang

terjadi. Apabila hasil dari pengurangan tersebut positif, maka perusahaan

10

(36)

28

akan mengalami surplus. Dan apabila hasil dari pengurangan tersebut negatif,

maka perusahaan akan mengalami devisit.

Pada asuransi konvensional sebagaimana lazimnya semua industri

asuransi, keuntungan yang diperoleh dari surplus underwriting, komisi

reasuransi, dan hasil investasi, dalam satu tahun (untuk asuransi kerugian)

adalah keuntungan perusahaan, dan menjadi milik perusahaan yang kelak

dalam RUPS akhir tahun dibagikan kepada pemegang saham atau

dikembalikan lagi kepada perusahaan sebagai penyertaan modal.

Dalam asuransi jiwa, keuntungan yang sebagian besar diperoleh dari

hasil investasi, baik investasi melalui deposito bank, maupun instrument

investasi lainnya, termasuk direct investment, semuanya menjadi keuntungan

perusahaan, dan dibagikan kepada pemegang saham secara proporsional pada

akhir tahun atau dikembalikan lagi ke perusahaan dalam bentuk penyertaan

modal.

Profit (laba) pada asuransi syariah untuk asuransi kerugian, yang

diperoleh dari surplus underwriting, komisi reasuransi, dan hasil investasi,

bukan seluruhnya menjadi milik perusahaan sebagaimana mekanisme yang

ada pada asuransi konvensional. Tetapi, dilakukan bagi hasil (

al-mudharabah) antara perusahaan dengan peserta sebagaimana yang telah

diperjanjikan atau menjadi akad diawal ketika baru masuk asuransi syariah.

Berkenaan dengan ini Allah SWT. Berfirman dalam QS. al-Maidah [5]: 1

)

ةﺪﺋﺎﻤﻟا

/

:

(37)

Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu…..” (QS. 5 (al-Maidah) : 1)

)

ءﺎﺴﻨﻟا

/

:

(

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan apabila kamu menetapkan

hukum diantara manusia, hendaklah dengan adil…”(QS. 4

(an-Nisa) : 58)

Besarnya bagi hasil sangat tergantung kondisi perusahan. Semakin

sehat dan besar profit yang diperoleh perusahan, semakin besar pula porsi

bagi hasil yang dibagikan kepada peserta. Skim bagi hasil (50:50, 60:40,

70:30, 80:20, atau 90:10) biasanya dievaluasi setiap periode tertentu misalnya

2 atau 3 tahun sekali manakala perusahan mengalami perubahan yang cukup

signifikan (untung atau rugi).11

B. Asuransi Kebakaran

1. Pengertian Asuransi Kebakaran

Produk Asuransi Syariah dipahami sebagai suatu model jaminan

(proteksi) yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan Asuransi Syariah untuk

ditawarkan kepada masyarakat luas agar ikut serta berperan sebagai

anggota (peserta) dari sebuah perkumpulan pertanggungan yang secara

materi mendapatkan keamanan bersama.

11

(38)

30

Dalam landasan ekonomi Islam (Syariah), segala hal yang dapat

memberikan mashlahah diperbolehkan dan segala hal yang memberikan

mudhorot dilarang karena akan mengganggu Dien atau agama, jiwa, akal

dan kemashlahatan umat. Oleh karena itu, mengantisipasi risiko yang akan

terjadi dimasa yang akan datang adalah diperbolehkan bahkan dianjurkan

sebagaimana Rasulullah nyatakan bahwa yang dimaksud dengan tawakal

kepada Allah bukanlah pasrah dengan membiarkan unta tanpa diikat

namun yang disebut tawakal adalah mengusahakan menjaga segala sesuatu

(misal harta) sesuai dengan kemampuan. Jika ternyata hal tersebut hilang,

maka mungkin itu adalah takdir Allah sehingga diperlukan sikap tawakal

kepada Allah setelah dilakukan usaha. Namun jika belum ada usaha, lalu

pasrah membiarkan harta terancam berbagai risiko maka berarti usaha

belum dimaksimalkan.

Segala musibah dan bencana yang menimpa manusia merupakan

qadha dan qadar Allah. Namun, manusia atau perusahaan wajib berikhtiar

memperkecil risiko finansial yang timbul, salah satunya dengan cara

menabung atau menyisihkan dana. Akan tetapi, upaya tersebut sering kali

tidak memadai, mengingat jumlah risiko yang ditanggung lebih besar dari

yang diperkirakan.

)

ﺮﺸﺤﻟا

/

:

(39)

Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendak setiap diri memerhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.

59 (Al-Hasyr) : 18)

Asuransi kerugian adalah asuransi yang menjamin kerugian atau

kerusakan pada harta benda atau kepentingan yang secara langsung

disebabkan oleh kebakaran, petir, ledakan, dan kejatuhan pesewat.12

Dengan demikian objek pertanggungan dari asuransi kebakaran pada

prinsipnya adalah harta benda dan atau kepentingan yang tertimpa

kerugian atau kerusakan sebagai akibat langsung dari suatu kebakaran,

tersambar petir, ledakan, kejatuhan pesawat terbang dan asap, yang terjadi

karena kecelakaan (tidak sengaja).

Asuransi kebakaran merupakan suatu jenis pertanggungan yang

memberikan jaminan terhadap risiko-risiko yang disebabkan karena adanya

suatu peristiwa kebakaran ataupun segala sesuatu yang dapat disamakan

dengan kebakaran terhadap barang-barang yang dipertanggungkan.13

Di Negara Indonesia perusahaan yang “khusus” mengatur mengenai

kebakaran belum ada, akan tetapi dikombinasikan dengan asuransi lainnya

yaitu yang terdapat dalam asuransi kerugian. Asuransi kebakaran bertujuan

untuk mengganti kerugian yang disebabkan oleh kebakaran. Asuransi

kerugian adalah asuransi yang menjamin atas kerugian atau kerusakan pada

12

Djojosoedarso Soeisno, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko Asuransi, (Jakarta: PT Salemba Emban Patria, 1999), edisi revisi, h. 143.

13

(40)

32

harta benda atau kepentingan yang secara langsung disebabkan oleh :

kebakaran, petir, ledakan, kejatuhan pesawat terbang.14

Asuransi kebakaran diatur dalam pasal 287-298 KUHD,15 yang mengatur tentang isi polis, dasar ganti rugi asuransi dan lain-lain. Untuk dapat

memahami ketentuan dalam tarif dan Polis Standar Kebakaran Indonesia

maupun klausula standarnya dengan baik, dapat dilihat pada pasal-pasal

tersebut. Menurut pasal 290 KUHD asuransi kebakaran adalah pertanggungan

yang menjamin kerugian / kerusakan atas harta benda ( harta tetap dan harta

bergerak ) yang disebabkan oleh kebakaran, yang terjadi karena api sendiri

atau api dari luar, karena udara buruk, kurang hati-hati, kesalahan atau

perbuatan tidak pantas dari pelayan tertanggung, tetangga, musuh, perampok

dan apa saja dan dengan cara bagaimanapun sebagai sebab timbulnya

kebakaran.

Sampai saat ini, hal-hal mengenai asuransi kebakaran di Indonesia

diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 287-298

dan merupakan produk hukum zaman kolonial Belanda, pengatur didalam

pasal-pasal tersebut mungkin sebagian besar masih relevan dengan kondisi

dan situasi sekarang namun pada prinsipnya masih diperlukan

klausula-klausula yang lebih lengkap dan sampai saat ini produk hukum untuk

melengkapinya belum ada. Oleh sebab itu polis asuransi kebakaran yang

merupakan perjanjian antara penanggung dengan tertanggung mempunyai

14

Abbas Salim, Prinsip-Prinsip Asuransi, (Jakarta : PT Raja Grafindu Persada, 1996), edisi revisi, h. 15.

15

(41)

fungsi penting dalam praktek asuransi kebakaran khususnya, menyangkut

hal-hal yang sesuai dengan perkembangan asuransi saat ini dan perkembangan

bentuk, fungsi dan tekhnologi objek pertanggungan.16

Sedangkan pengertian lain asuransi kebakaran adalah asuransi yang

menjamin atas risiko yang timbul atas sesuatu yang terbakar yang seharusnya

tidak terbakar secara tidak sengaja atau tiba-tiba sepanjang menyangkut

kepentingan tertanggung yang telah membayar sejumlah premi tertentu

kepada penanggung yang diikat dalam suatu kontrak yang disebut polis.

Objek pertanggungan dalam asuransi kebakaran dapat berupa

benda-benda tidak bergerak seperti bangunan, rumah, pabrik dan lain-lain. Serta

benda-benda bergerak yang terdapat didalam atau menjadi bagian dari benda

tetap objek asuransi yang bersangkutan.

Dari uraian diatas terlihat bahwa ada 3 (tiga) unsur yang terlibat dalam

suatu sistem asuransi secara umum, kebakaran khususnya yaitu : Penanggung,

tertanggung dan objek pertanggungan. Disamping itu ada unsur yang melekat

kepada atau sebagai akibat hubungan antara unsur-unsur diatas yaitu risiko

yang melekat pada objek pertanggungan, polis yang merupakan bentuk

hubungan hukum antara penanggug dengan tertanggung, serta premi yang

merupakan konsekuensi hubungan hukum penanggung dengan tertanggung.

2. Pengertian Kebakaran

Kebakaran ialah proses oksidasi disertai panas yang meningkat

sehingga terbit api berlidah. Karat, panas saja dan hangusnya barang belum

16

(42)

34

bisa dikatakan atau merupakan kebakaran. Kebakaran yang ditutup asuransi

adalah yang membakar barang yang tidak dimaksudkan untuk dibakar dan

terjadi secara kebetulan bagi tertanggung.

Definisi kebakaran menurut Pedoman Standar Kebakaran Indonesia

(PSKI) adalah kebakaran yang terjadi karena api sendiri, tidak berhati-hati,

kesalahan / kejahatan pelayan sendiri, tetangga, musuh, perampokkan dan

lain-lain. Apapun sebutannya / karena sebab-sebab lain yang tidak diketahui

termasuk akibat kebakaran yang terjadi karena benda lain yang berdekatan.

Dengan demikian definisi kebakaran adalah terbakarnya sesuatu benda

yang berada diluar tempat pembakaran, dan benda tersebut berada dalam

situasi dan waktu yang tidak memerlukan proses pembakaran.

3. Ruang Lingkup Asuransi Kebakaran

Sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Dewan Asuransi

Indonesia (DAI) dan memperhatikan Kelas Konstruksi, Okupasi

(Penggunaan) serta lokasi dari objek yang akan diasuransikan17. Konstruksi kelas I:

a. Bangunan dengan dinding luar tahan api, seperti batu, besi dan semen.

b. Konstruksi berkerangka baja yang diselubungi dan tahan api.

c. Beratap keras seperti genteng, batu tulis, logam, seng,atau asbes.

Konstruksi kelas II:

17

(43)

a. Bangunan beratap keras dengan dinding luar dari bahan konstruksi dari

bahan tidak mudah terbakar, kerangka baja, atau kayu, diisi dengan batu

atau kaca.

b. Konstruksi baja atau beton bertulang dengan dilapisi panel tidak mudah

terbakar.

Risiko Berdampingan adalah bila rumah / bangunan yang akan

diasuransikan mempunyai tetangga disebelah kiri atau kanan atau belakang

yang okupasi / penggunaannya berisiko lebih tinggi, maka rumah / bangunan

tersebut akan dikenakan tarif sesuai dengan risiko yang lebih tinggi.

Dalam asuransi kebakaran jaminan yang diberikan secara umum dapat

dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu:

a. Physical loss (direct)

Jaminan diberikan terhadap kerugian / kerusakan pisik secara langsung

(direct) atas objek yang dipertanggungkan yang disebabkan oleh

bahaya-bahaya yang dijamin dalam polis (baik jaminan pokok maupun

perluasannya).

b. Financial loss

Jaminan yang diberikan terhadap kerugian keuangan yang dialami

tertanggung akibat kerusakan pisik atas objek yang dipertanggungkan.

Kerugian pisik yang terjadi secara tidak langsung mengakibatkan

tertanggungnya usaha tertanggung sehingga menimbulkan kerugian

(44)

36

Dalam asuransi kerugian dalam produk kebakaran premi ditentukan

berdasarkan pada rate atau tarif. Yang membedakan besaran atau tinggi

rendahnya rate/tarif adalah: okupasi (penggunaan bangunan/property yang

hendak diasuransikan dipergunakan sebagai apa?) apakah hanya sebagai

rumah tinggal atau kantor/toko/warung/gudang/pabrik dan sebagainya. 18 Sebagai contoh : bangunan dengan okupasi sebagai rumah tinggal

tentunya rate/tarif lebih murah dari pada okupasi sebagai warung/toko/pabrik

maupun gudang.

Rate atau tarif dalam hal asuransi kebakaran (fire/property)

perhitungannya berdasarkan permil/per 1000 bukannya persen/per 100.

Nilai pertanggungan adalah : sejumlah nilai taksiran atas bangunan

dan barang-barang yang hendak diasuransikan dan apabila terjadi musibah

atau kecelakaan maka akan diganti maksimal senilai harga pertanggungan

tersebut.

Rumusannya adalah: Nilai Pertanggungan (sum insured) dikalikan (X)

dengan rate/tarif (rate), dan dari hasil perkaliannya disebut sebagai premi.19 Untuk menaksir/menilai isi barang dagangan adalah : harga beli barang

yanng diperdagangkan tersebut pada waktu normal dan tidak terlalu

berlebihan menaksirnya karena apabila berlebihan (over insured), maka akan

menybabkan premi menjadi lebih tinggi atau mahal dan sebaliknya juga

jangan terlalu rendah (under insured) karena ingin bayar premi lebih rendah.

Tetapi sebaliknya masukkan nilai pertanggungan untuk barang dagangan atau

18

ibid

19

(45)

bangunan maupun mesin-mesin secara wajar. Karena apabila terjadi klaim,

maka nilai penggantian (ganti rugi) akan dihitung secara wajar/aktual (“ganti

rugi dan bukan ganti untung”).20

Ada beberapa risiko yang dikecualikan atau tidak ditanggung oleh

perusahaan asuransi yang disebabkan oleh kebakaran.

a. Secara langsung disebabkan oleh:

1) Kebakaran atau ledakan dari api yang timbul sendiri (self-combustion)

atau hubungan arus pendek (short circuit) atau sifat dari barang itu

sendiri (inherent vice).

2) Pencurian atau kehilangan pada saat dan setelah terjadinya peristiwa

yang diasuransikan.

b. Secara langsung atau tidak langsung disebabkan oleh atau akibat dari:

1) Kesengajaan tertanggung, kesengajaan pelayan atau karyawan

tertanggung atau perbuatan yang disengaja oleh orang lain atas

perintah tertanggung.

2) Kebakaran hutan, semak, alang-alang dan gambut. Perang,

penyerbuan, aksi musuh asing, permusuhan atau kegiatan yang

menyerupai suasana perang, (baik dengan pernyataan perang maupun

tidak).

3) Reaksi nuklir termasuk tetapi tidak tidak terbatas pada radiasi nuklir,

ionisasi, fusi, fisi atau pencemaran radioaktif, tanpa memandang

20

(46)

38

apakah itu terjadi di dalam atau di luar bangunan utama di mana

disimpan harta benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan.

Kemudian ada beberapa harta benda dan atau kepentingan yang juga

dikecualikan/tidak ditanggung dalam asuransi kebakaran, kecuali bila harta

benda dan atau kepentingan tersebut secara tegas dinyatakan lain dalam

ikhtisar pertanggungan.21 Harta benda dan atau kepentingan yang tidak dijamin tersebut antara lain :

a. Barang-barang orang lain yang disimpan dan atau dititipkan atas dasar

kepercayaan atau atas dasar komisi.

b. Logam mulia, perhiasan, batu permata atau batu mulia.

c. Barang antik atau barang seni.

d. Segala macam naskah, rencana, gambar atau desain, pola, model atau

tuangan dan cetakan.

e. Efek, obligasi, saham atau segala macam surat berharga dan dokumen,

perangko, materai dan pita cukai, uang kertas dan uang logam, buku-buku

usaha dan catatan-catatan sistem komputer.

Dalam polis asuransi kebakaran, ada beberapa jenis polis asuransi

kebakaran. Diantaranya:

Jenis Polis Asuransi Kebakaran:

a. Berdasarkan objek Pertanggungan

1) Polis Kebakaran Iindustri

21

(47)

Polis Kebakaran Industri, Polis ini menanggung kerugian/kerusakan

yang diakibatkan oleh risiko-risiko pokok atas bangunan industri,

perlengkapan dan peralatan, bahan-bahan baku, bahan-bahan

pembantu dan sebagainya.

2) Polis Kebakaran Non Industri

Polis Kebakaran Non Industri, Polis ini menanggung

kerugian/kerusakan yang diakibatkan oleh risiko-risiko pokok atas

berbagai kepentingan, yang terdiri dari harta tetap (harta yang tidak

bisa dipindah-pindahkan) dan harta bergerak (harta yang bisa

dipindah-pindahkan).

b. Berdasarkan Penilaian Harga Pertanggungan

1) Polis Penilaian

Polis Penilaian, polis ini merupakan polis yang harga

pertanggungannya ditentukan berdasarkan penilaian yang disetujui

oleh penanggung dan tertanggung, yang dinilai dengan berpedoman

kepada harga jual atau harga pasar objek pertanggungan itu.

2) Polis Tanpa Penilaian

Polis Tanpa Penilaian, Polis ini merupakan polis yang harga

pertanggungannya ditentukan berdasarkan harga pembelian atau biaya

pembangunan dikurangi dengan penyusutan yang wajar.

(48)

40

Polis Pemulihan Nilai, polis ini menanggung gedung atau bangunan

bersama isinya. Yang dimaksud dengan isinya adalah peerlengkapan

dan peralatan gedung atau bangunannya itu.

c. Jenis Lainnya

1) Polis Deklarasi

(49)

UNIT SYARIAH (BUMIDA SYARIAH )

A. Sejarah Singkat Perusahaan1

PT. Asuransi Umum Bumiputeramuda 1967 Unit Syariah (disingkat Bumida Syariah) memperoleh izin pendirian sejak 19 Februari 2004, sesuai dengan surat keputusan Menteri Keuangan RI No. Kep-075/KM.6/2004. Secara resmi beroperasi sejak bulan April 2004. Induknya sendiri, PT ASURANSI Umum Bumiputeramuda 1967 atau Bumida Bumiputera, memperoleh ijin operasi dari Direktorat Lembaga Keuangan, Direktorat Jenderal Moneter Dalam Negeri, Departemen Keuangan Republik Indonesia No. KEP.350/DJM/111.3/71973 tanggal 24 Juli 1973.

Bumida Bumiputera didirikan atas ide pengurus AJB Bumiputera 1912, sebagai induk perusahaan, yang diwakili oleh Dra. H.I.K. Suprakto dan Mohamad S. Hasyim, MA sesuai dengan akte No.7 tanggal 8 Desember 1967 dari Notaris Raden Soerojo Wongsowidjojo, SH yang berkedudukan di Jakarta dan diumumkan dalam tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 15 tanggal 20 Februari 1970.

Bumida Syariah merupakan bagian kelompok bisnis AJB Bumiputera 1912, yang secara khusus bergerak di bidang asuransi umum/kerugian syariah.

1 http/www.bumida.co.id

(50)

41

Induknya sendiri merupakan perusahaan yang mempelopori industri asuransi di Indonesia.

B. Visi dan Misi Perusahaan2

1. Visi

Tumbuh & Berkembang Menjadi Perusahaan yang Lebih Sehat & 10 Besar Asuransi Umum

2. Misi

Mewujudkan Organisasi yang Prima, Bisnis yang Berkualitas, dan Sinergi yang Terpadu dengan Bumiputera Group

3. Nilai-Nilai Dasar

a. Berkualitas

Membangun SDM merupakan kunci pokok eksistensi dan kelanjutan perkembangan Perusahaan ke depan. Dengan SDM yang berkualitas; Perusahaan mampu menghadirkan kualtias produk dan pelayanan terbaik, serta memiliki komitmen yang tinggi untuk menjaga integritas dan moralitas usaha menuju Good Coporate Governance.

b. Dipercaya

Komitmen yang tinggi untuk membangun SDM berkualitas, inovasi dan diferensiasi produk, pelayanan yang optimal dengan dukungan teknologi informasi yang andal, diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan dan loyalitas stake holder terhadap Perusahaan.

2

(51)

4. Falsafah Dasar

a. Idealisme

Senantiasa memelihara semangat dan nilai-nilai kejuangan bangsa dalam upaya meningkatkan martabat dan kesejahteraan bangsa melalui asuransi.

b. Kebersamaan

Senantiasa memelihara dan meningkatkan nilai-nilai nasionalisme dan kejuangan dengan semangat kebersamaan menghadapi era globalisasi, melalui upaya sinergi dan optimalisasi manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

c. Profesionalisme

Memiliki kemampuan mengelola bisnis asuransi umum secara profesional, dengan dukungan SDM yang berwawasan dan berpengetahuan luas, didukung dengan keterampilan tinggi serta senantiasa memberikan pelayanan prima kepada nasabah.

C. Struktur Organisasi Perusahaan 3

Dewan Pengawas Syariah

Ketua : H. Endy M. Astiwara, MA, AAAI-J, FIIS Anggota : DR. KH. Surahman Hidayat, MA

DR. KH. Ahzami Samiun Jazuli, MA

3

(52)

43

Kantor Pusat

Divisi Syariah :

Gedung B Lantai 4

Jl. Wolter Monginsidi No. 43 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12180

Telp. : 021-7234847, 7234849 Fax. : 021-72787952

Email : syariah@bumida.co.id Website : http://www.bumida.co.id

Kepala Divisi Syariah : Hj. Nurhayati, SE, AAAI-K

Kabag Teknik Syariah : Fahmi Basyah, ST, AAI-K, AIIS Kabag Keuangan & SDM Syariah : Drs. Saiful Hadi

Kabag Pemasaran Syariah : Drs. M. Nasyubun, AAAI-K, AIIS

Kantor Cabang Syariah

Cabang Syariah Jakarta

Lantai 1 Gedung B

Jl. Wolter Monginsidi No. 43 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12180, Telp. : 021-7268039, 72800904

Fax. : 021-7243624

Email: syariah_jakarta@bumida.co.id

(53)

Kasie Teknik : Yeny Triana, AAAI-K, AIIS Kasie Keuangan : Kusumaningdyah Rousstia, SPT Kasie Pemasaran : Dwi Wijayanto

Cabang Syariah Depok

Jl. Margonda Raya No. 304 C Depok, Jawa Barat

Telp. : 021-77202357, 77203457 Fax. : 021-77213432 Email: syariah_depok@bumida.co.id

Kepala Cabang : Irman Mahin

Kasie Teknik, Keuangan, Personalia : Landung Eko Hardiono Kasie Pemasaran : Rochmat Suhadak

Cabang Syariah Surabaya

Gedung Bumiputera Lantai 3 Jl. Pucang Anom Timur No. 64 Surabaya, 60282

Telp. : 031-5026486, 5026487 Fax. : 031-5026484

Email: syariah_surabaya@bumida.co.id

Kepala Cabang : Agus Muharto Kasie Teknik, Keuangan, Personalia : M. Alghani

Cabang Syariah Bandung

Gedung Bumiputera Lantai 3

(54)

45

Cilember, Cimahi, 50422 Telp. : 022-6647905 Fax. : 022-6647906

Email: syariah_bandung@bumida.co.id

Kepala Cabang : Fachreza Alfatah Staff : Andri Safdar

D. Ruang Lingkup Kegiatan Perusahaan4

1. Struktur Kepemilikan / Permodalan

Kepemilikan Perusahaan sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseoraan Terbatas dimiliki oleh; AJB Bumiputera 1912 99,8% dan PT Eurasia Wisata 0,2%.

Struktur permodalan Perusahaan telah dipenuhi, sesuai ketentuan modal disetor minimum yang dipersyaratkan dalam UU No. 2 Tahun 1992, dari Rp 25.000.000.000 menjadi Rp 100.000.000.000.

Untuk Bumida Syariah, sejak tahun 2007 modal disetor yang dipisahkan dari modal induknya telah mencapai Rp 10.000.000.000, dan akan terus ditingkatkan seiring dengan dikeluarkannya PP No. 39 Tahun 2009.

Kepercayaan dan loyalitas stake holder terhadap Perusahaan akan menghasilkan manfaat yang saling menguntungkan, bukan hanya dinikmati oleh share holder, tetapi juga oleh pemegang polis, karyawan dan semua pihak yang berkepentingan terhadap Perusahaan.

4

(55)

2. Penghargaan Perusahaan

a. Tahun 2002

1) The Big Five Trusted in Fire Insurance 2002 (Versi Majalah Kapital).

2) The Big Five Trusted in Motor Vehicle Insurance 2002 (Versi Majalah Kapital).

3) The Big Five Trusted in Health Insurance 2002 (Versi Majalah Kapital).

b. Tahun 2003

1) The Most Valuable Brand in Fire Insurance 2003 (Versi Majalah SWA Sembada).

c. Tahun 2005

1) Sertifikasi ISO 9001 : 2000 Sejak Maret 2005.

2) Asuransi Umum Terbaik Tahun 2005 (Versi Majalah Investor) Tahun 2005.

3) Asuransi Umum Sangat Bagus Tahun 2005 (Versi Majalah

InfoBank). d. Tahun 2008

1) Sertifikasi Pemeringkatan PEFINDO Peringkat BBB+.

2) Asuransi Umum Syariah Terbaik 2008 (Versi Majalah Investor). 3) Asuransi Umum Syariah Terbaik ke-2 2008 (Versi KARIM

(56)

47

3. Produk

a. Produk Andalan: 1) Sehat koe 2) Mobil koe 3) Siswa koe 4) Rumah koe 5) Motor Koe 6) Karyawan Koe

b. Produk Standart dan Modifkasi: 1) Asuransi Kesehatan

2) Asuransi Pengangkutan Barang 3) Asuransi Kendaraan Bermotor 4) Asuransi Peralatan Elektronik 5) Asuransi Uang

6) Asuransi Pekerjaan Konstruksi 7) Asuransi Kebakaran

(57)

KEPADA PESERTA ASURANSI KEBAKARAN

A. Metode Perhitungan Surplus Underwriting Asuransi Kebakaran

Penelitian ini diawali dengan melakukan pengumpulan data kelas

bisnis asuransi kebakaran pada PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967

Unit Syariah. Risk and Loss Profile Asuransi Kebakaran PT. Asuransi Umum

BumiputeraMuda 1967 Unit Syariah selama 5 tahun terakhir yaitu tahun

2005-2009 yang berisi RumahKoe yang ditanggung (exposure), jumlah premi yang

diterima dan jumlah klaim yang dibayarkan kepada peserta.1

Data risk and loss profile ini sangat penting dalam melakukan

perhitungan surplus underwriting, karena sebelum melakukan perhitungan

surplus underwriting perusahaan melakukan perhitungan tarif premi. Dengan

data inilah seorang aktuaris memiliki pengetahuan yang luas tentang risiko

dan kerugian yang pernah terjadi sebelumnya. Dengan informasi tersebut,

maka aktuaris dapat memperkirakan risiko dan kerugian yang mungkin terjadi

di masa mendatang. Dari informasi tersebut, maka akan dapat diestimsi berapa

tarif yang ditetapkan dimasa mendatang berdasarkan data yang ada.

Suatu perusahaan tidak bisa menetapkan tarif premi yang tidak

didasarkan pada data risk and loss profile. Bila suatu perusahaan melakukan

hal demikian, maka akan bertentangan dengan Peraturan Menteri Keuangan

1

Fitria Dewianty,”Metode Pehitungan Tarif Premi Asuransi Kendaraan Bermotor Berdasarkan Experience” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008), h.68-69.

(58)

49

No. 74 tahun 2007 karena dianggap mengabaikan data statistik dan izin

operasi perusahaan tersebut dapat dicabut. Bila suatu perusahaan mengabaikan

data statistik, hal ini akan sangat berbahaya bagi perusahaan tersebut dan bagi

para nasabah. Hal ini dikarenakan, asuransi merupakan bisnis yang mengelola

risiko. Risiko itu tidak dapat kita ketahui sebelum risiko itu terjadi, maka

untuk dapat mengukur risiko yang mungkin muncul dimasa mendatang adalah

dengan melihat kejadian sebelumnya, yaitu data tentang risiko dan kerugian

yang pernah terjadi. Dengan begitu, maka akan dapat diestimasi

kerugian-kerugian yang mungkin akan muncul dimasa mendatang.2

Berdasarkan keputusan Dewan Asuransi Indonesia, tarif untuk asuransi

telah ditetapkan berdasarkan kelasnya masing-masing. Untuk kelas I, rumah

tinggal tarifnya 0,05 permil. Kelas II sebesar 0,87 permil. Kelas III sebesar

1,16 permil. Misalnya, harga rumah dinilai seharga 100 juta dikali tarif permil,

hasil inilah yang harus dibayar oleh nasabah. Karena yang membedakan

besaran atau tinggi rendahnya rate/tarif adalah okupasi (penggunaan

bangunan/property yang hendak diasuransikan dipergunakan sebagai apa?)

apakah hanya sebagai rumah tinggal atau kantor/toko/gudang/pabrik dan

sebagainya. Bangunan dengan okupasi sebagai rumah tinggal tentunya

rate/tarif lebih murah dari pada okupasi sebagai toko/pabrik maupun gudang,

2

(59)

rate atau tarif dalam hal asuransi kebakaran perhitungannya berdasarkan

permil/per 1000 bukannya persen/per 100. 3

Jika suatu perusahaan tidak mendasarkan tarif preminya pada data

statistik dan hanya mengejar keuntungan semata, maka ketika terjadi klaim

dikhawatirkan tarif premi yang ditetapkan tidak cukup untuk membayar

klaim-klaim yang terjadi dimasa mendatang. Hal ini akan mengancam

eksistensi perusahaan dan nasabah pun akan dirugikan karena klaimnya tidak

dibayarkan. Oleh karena itulah pendasaran perhitungan tarif premi pada data

statistik adalah sangat penting. Islam sangat melarang mendatangkan b

Gambar

Tabel 4.17

Referensi

Dokumen terkait