(STUDI PADA PT. ASURANSI UMUM BUMIPUTERAMUDA 1967
UNIT SYARIAH)
SKRIPSI
Skripsi Ini Diajukan Ke Fakultas Syariah dan Hukum Guna Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Di susun Oleh :
Humaidi
NIM : 105046201716
PROGRAM STUDI MUAMALAT KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
MEKANISME PENDISTRIBUSIAN SURPLUS UNDERWRITING KEPADA
PESERTA ASURANSI KEBAKARAN
(STUDI PADA PT. ASURANSI UMUM BUMIPUTERAMUDA 1967 UNIT
SYARIAH)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
Humaidi NIM: 105046201716
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Ahmad Mukri Aji, M.A Hendra Pertaminawati, M.A
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Assalammu’alaikum. Wr. Wb.
Segala puji serta syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang telah menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling sempurna. Di antara salah satu kesempurnaan Nya adalah Dia karuniakan manusia pikiran dan kecerdasan, Shalawat dan salam kita sanjungkan kepada pemimpin revolusioner umat Islam sedunia tiada lain yakni, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahababat dan umatnya yang selalu berpegang teguh hingga akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi yang penulis lakukan bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan karya-karya besar yang lebih dahulu ada, karena masih banyak kekurangan, baik dalam penyusunan kata-kata maupun dalam penyajian analisisnya. Namun penulis telah berusaha dengan semaksimal mungkin dalam proses penulisan skripsi ini.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis betul-betul menyadari adanya rintangan dan ujian, namun pada akhirnya selalu ada jalan kemudahan. Tentunya tidak terlepas dari beberapa pihak yang sepanjang penulisan skripsi ini banyak membantu dalam memberikan bimbingan dan masukan yang berharga kepada penulis guna penyempurnaan skripsi ini.
Dengan demikian dalam kesempatan yang berharga ini penulis ingin mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih tiada terhingga kepada berbagai pihak yang secara langsung telah membantu penulis, diantaranya:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, M.M. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bimbingan serta arahan baik secara langsung maupun tidak langsung selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr.Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Prodi Muamalat dan H. Ah. Azharuddin Latif, M.Ag, M.H, selaku Sekretaris Prodi Muamalat.
3. Dr. H. Ahmad Mukri Adji,M.A dan Hendra Pertaminawati,M.A, selaku dosen pembimbing penulis yang tidak kenal lelah meluangkan waktu dan memberikan arahan, masukan dan kritikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh dosen Dosen Asuransi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, serta karyawan-karyawan dan staf perpustakaan yang telah memfasilitasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. Saiful Hadi, selaku Head Of Finance dan HRD PT. Asuransi BumiputeraMuda 1967 Unit Syariah. Yang telah banyak memberikan informasi dan masukan berharga dalam proses penyusunan skripsi penulis. 6. Teristimewa buat Ayahanda H.Husaini dan Ibunda tercinta Hj.Romlah.
Terima kasih atas segala doanya, kesabaran, jerih payah dan pengorbanan
iii
doa, sungguh jasamu tiada tara dan tak akan pernah terbalaskan.
7. Kepada Kakak-Kakakku Huriyah, Hairuddin, Hardiansyah dan Hilwani serta Adik-adikku Hanif dan Hafidz. Terima kasih atas dukungan moril yang diberikan.
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2005/2006 Faukultas Syariah dan Hukum Konsentrasi Asuransi Syariah yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya selama penulis belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga persahabatan kita terjalin hingga rambut memutih.
Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya serta menjadi amal baik kita di sisi Allah SWT, Akhirnya, semoga setiap bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Amin yaa Rabbal al- ‘alamien.
Wasallamu’alaikum. Wr. Wb.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………...i
DAFTAR ISI………. iv
DAFTAR TABEL……….... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...………. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...……….. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... ...………. 7
D. Metode Penelitian ...……….……….. . 8
E. Tinjauan Pustaka Terdahulu …...………. 9
F. Kerangka Teori dan Konsep ...……...……… 12
G. Sistematika Penulisan ………..……….. 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Underwriting ………... 16
1. Pengertian dan Tujuan Underwriting ...………. 16
2. Proses dan Keputusan Underwriting ………... 22
3. Surplus Underwriting ……….... 27
B. Asuransi Kebakaran ……….. 29
1. Pengertian Asuransi Kebakaran ……… 29
BAB III TINJAUAN UMUM PT. ASURANSI UMUM BUMIPUTERAMUDA 1967 UNIT SYARIAH
A. Sejarah Singkat Perusahaan ……… 40
B. Visi dan Misi Perusahaan ………. 41
C. Struktur Organisasi Perusahaan ……….. 42
D. Ruang Lingkup Kegiatan Perusahaan ………...45
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Metode Perhitungan Dana Surplus Underwriting Kepada Peserta Asuransi Kebakaran ……….. 48
B. Pengalokasian Dana Surplus Underwriting Perusahaan Asuransi PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 Syariah ………. 52
C. Mekanisme Pendistribusian Surplus Tabarru Kepada Peserta Asuransi Kebakaran ………. 53
D. Perkembangan Dana Surplus Underwriting Perusahaan PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 Unit Syariah Pada Peserta ……… 57
vi BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………. 64 B. Saran ……… 65
DAFTAR PUSTAKA
A. Latar Belakang
Di tengah kebangkitan kembali ekonomi syariah yang mengacu kepada kaidah-kaidah syariat Islam, dunia asuransi juga mulai mereposisi diri dalam melakukan aktivitasnya agar sesuai dengan syariah. Akan tetapi, belum ada format baku Asuransi Syariah yang disusun untuk dijadikan sebagai pedoman operasional perusahaan. Hal tersebut tidak menjadi masalah, karena dinamisnya dunia Islam yang memungkinkan siapapun untuk menyusun format Asuransi Syariah berdasarkan pemahaman fiqh-fiqh muamalat sesuai dengan nash-nash yang jelas dalam al-quran dan diperkuat oleh hadits-hadits shahih, ijma’ para ulama sampai ijtihad orang perorangan.
Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim, telah mendirikan lembaga-lembaga keuangan yang operasionalnya berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dewan Syariah Nasional juga telah menargetkan pada tahun 2010 seluruh asuransi konvensional di Indonesia harus memiliki unit syariah.1
Asuransi Syariah yang mulai beroperasi di Indonesia sejak tahun 1994, ditandai dengan munculnya Asuransi Takaful Indonesia. Yang menjadi landasan beroperasinya perusahaan tersebut saat itu hanyalah kebijakan
1 Abdul Ghoni dan Erny Arianty, Akuntansi Asuransi Syariah; Antara Teori dan Praktik, (Jakarta: INSCO Consulting, 2007), h. V.
2
Departemen Keuangan saja, hal ini dikarenakan tidak ada satu pun Undang-Undang yang mengatur operasional Asuransi Syariah.
Dengan demikian, Asuransi Syariah tidak hanya bersaing antar perusahaan Asuransi Syariah semata, namun juga bersaing dengan perusahaan asuransi konvensional. Setiap perusahaan Asuransi Syariah harus mencari strategi untuk menjaring nasabah sebanyak mungkin dan menjadikan dirinya sebagai market leader.2
Hukum bilangan besar pada hakikatnya menjadi dasar di bidang usaha perasuransian. Sebab, dalam usaha perasuransian terjadi proses dimana ketidakmungkinan peramalan kejadian terhadap kasus individu diganti dengan kemampuan untuk meramal kejadian atau kerugian secara kolektif sejumlah kasus. Oleh karena itu, perusahaan asuransi selalu berupaya untuk mengembangkan dan membuat produk yang inovatif agar dapat memperbanyak nasabahnya dengan estimasi terhadap kemungkinan terjadinya kerugian yang diderita nasabah akan semakin tepat. Selain produk yang inovatif, perusahaan juga harus menawarkan premi yang wajar agar mampu bersaing dengan perusahaan asuransi lain dalam menarik minat peserta (tertanggung).
Perusahaan Asuransi Syariah bertumpukan pada konsep tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan (wa ta’awanu alal birri wattaqwa). Selain memberikan perlindungan, perusahaan juga menjadikan semua peserta (pemegang polis asuransi) sebagai keluarga besar yang saling menanggung
2
satu sama lain terhadap musibah yang dialami peserta lain. Ta’awun merupakan inti dari konsep Takaful, dimana antara satu peserta dengan peserta lainnya saling menanggung risiko. Yakni, melalui mekanisme dana Tabarru’ dengan akad yang benar yaitu aqd Takafuli atau Aqd Tabarru’. 3
Salah satu jenis produk asuransi umum atau kerugian yang memiliki frekuensi klaim kecil namun memiliki tingkat severity (dampak kerugian) yang cukup besar adalah asuransi kebakaran. Asuransi kebakaran merupakan salah satu produk asuransi yang memberikan perlindungan terhadap kerugian dan atau kerusakan sebagai akibat terjadinya kebakaran yang disebabkan percikan api, sambaran petir, ledakan dan kejatuhan pesawat terbang berikut risiko yang ditimbulkannya. Jaminan risiko-risiko tambahan, dengan dikenakan tambahan premi untuk kerugian atau kerusakan yang diakibatkan terhadap risiko-risiko antara lain; Bencana Alam (Gempa bumi, banjir, letusan gunung berapi), Huru- hara atau kerusuhan, Gangguan usaha atau kerugian yang diakibatkan kebakaran dan terbakar sendiri untuk stok barang.
Menurut ketentuan DAI (Dewan Asuransi Indonesia), risiko asuransi kebakaran digolongkan menjadi 3 (tiga) kelas. Masing-masing kelas memiliki risiko yang berbeda sesuai dengan karakteristik bangunan atau rumah. Apabila rumah/bangunan yang akan diasuransikan mempunyai tetangga disebelah kiri atau kanan atau belakang yang okupasi/penggunaannya berisiko lebih tinggi, maka rumah/bangunan tersebut akan dikenakan tarif sesuai dengan risiko yang dimilikinya.
3
4
Dalam dunia asuransi yang harus diperhatikan ialah penentuan tarif permi (rate making), karena hal tersebut akan menentukan besarnya premi yang akan diterima. Tarif atau premi yang diterapkan harus bisa menutupi claim (risiko) serta biaya-biaya asuransi lainnya, dan termasuk keuntungan
(fee) yang diharapkan oleh perusahaan. Kedudukan perusahaan Asuransi Syariah dalam transaksi asuransi kerugian adalah sebagai pemegang amanah sekaligus pengelola dana premi (kontribusi/tabarru'). Asuransi syariah menginvestasikan dana tabarru' yang terkumpul dari kontribusi peserta kepada instrument investasi yang dibenarkan oleh syara’. Perusahaan Asuransi Syariah yang dalam hal ini bertindak sebagai Mudharib berkewajiban untuk membayar klaim apabila ada salah satu peserta yang mengalami musibah. Selain itu, perusahaan juga berkewajiban menjaga dan menjalankan amanah yang diembannya secara adil, transparan dan profesional.
Dalam mengelola dana peserta yang terkumpul pada kumpulan dana tabarru’, mudharib (perusahaan) diawasi secara teknis dan operasional oleh
komisaris. Dan secara syar’i diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS), agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah. Hal ini karena transaksi-transaksi yang berlaku pada asuransi syariah sangat khusus jika dibanding dengan asuransi konvensional.4
Pada akhir tahun, perusahaan menghitung selisih antara jumlah premi yang terkumpul dengan total klaim yang dibayarkan. Selisih tersebut dalam dunia asuransi dinamakan sebagai surplus underwriting.
4
Asuransi kebakaran merupakan salah satu produk yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi kerugian. Dalam asuransi kerugian, kontribusi atau premi terdiri dari dana tabarru’ dan ujrah. Dana tabarru’ yang terkumpul dikelola seoptimal mungkin oleh perusahaan. Apabila pada akhir periode, perusahaan Asuransi Syariah memiliki surplus dari dana tabarru’ tersebut, maka ada beberapa kebijakan perusahaan dalam mengalokasikan surplus underwriting (tabarru’) tersebut.
Menurut fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) nomor 53 tahun 2006, surplus underwriting yang diperoleh dapat diberlakukan sebagai dana
cadangan tabarru’, atau dibagikan kepada peserta dan atau perusahaan berdasarkan nisbah yang telah disepakati.5 Apabila salah satu peserta asuransi kebakaran tidak mengajukan klaim selama masa pertanggungan dan dalam kondisi risiko yang sama, disamping itu peserta tersebut berniat untuk memperpanjang masa pertanggungan asuransinya, dan apabila jumlah premi yang diperoleh perusahaan melebihi total klaim yang terjadi dalam suatu periode, maka sudah selayaknya perusahaan mengalami Surplus Underwriting. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh
bagaimana metode perhitungan Surplus Underwriting dan pendistribusiannya kepada peserta asuransi kebakaran tersebut dalam skripsi yang berjudul:
”Mekanisme Pendistribusian Surplus Underwriting Kepada Peserta Asuransi Kebakaran”.
5
6
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa alasan atau latar belakang penulis memilih judul tersebut. Latar belakang penulis memilih judul tersebut adalah sebagai berikut:
1. Surplus underwriting dapat diperlakukan sebagai dana cadangan tabarru’ bagi perusahaan dan atau dibagikan kepada peserta dan perusahaan.
2. Asuransi kebakaran termasuk salah satu produk asuransi kerugian yang tingkat pengajuan klaimnya lebih rendah dibandingkan asuransi kendaraan bermotor.
3. Surplus Underwriting memiliki peran penting dalam perkembangan
perusahaan Asuransi Syariah serta menjaga kinerja keuangan perusahaan agar tetap stabil.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pada umumnya asuransi kebakaran memiliki frekuensi klaim yang lebih rendah dibandingkan dengan asuransi kendaraan bermotor. Oleh karena itu, surplus underwriting (surplus tabarru’) pada asuransi kebakaran bisa menjadi salah satu harapan perusahaan untuk memperoleh penghasilan di luar pendapatan premi. Dengan demikian, penulis membatasi masalah yang akan diteliti pada Surplus Underwriting dan mekanisme pendistribusiannya kepada peserta asuransi kebakaran yang berlaku pada PT. Asuransi BumiputeraMuda 1967 cabang Syariah (BUMIDA SYARIAH).
1. Bagaimana metode perhitungan Surplus Underwriting pada asuransi kebakaran?
2. Bagaimana perusahaan mengalokasikan surplus underwriting (surplus tabarru’)?
3. Bagaimana Mekanisme Pendistribusian surplus underwriting kepada peserta asuransi kebakaran?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui perusahaan mengalokasikan surplus underwriting (surplus tabarru’).
2. Mengetahui metode perhitungan Surplus Underwriting kepada peserta asuransi kebakaran.
3. Mengetahui mekanisme pendistribusian surplus inderwriting kepada peserta asuransi kebakaran.
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, sebagai wahana untuk mengaplikasikan teori-teori yang telah diperoleh selama studi di Perguruan Tinggi dengan aplikasi dan praktik yang nyata.
8
3. Bagi Jurusan Asuransi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan akademisi sehingga dapat menambah keilmuan tentang Surplus Underwriting dan mekanisme pendistribusian Surplus Underwriting kepada peserta asuransi kebakaran.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan merupakan perpaduan antara penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research) yakni penelitian yang mengumpulkan data-data di lapangan.
2. Data Penelitian
a. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif berupa aplikasi surplus underwriting dan mekanisme pendistribusiannya kepada
peserta asuransi kebakaran pada PT. Asuransi Umum BumiputraMuda 1967 cabang syariah (BUMIDA SYARIAH) dengan menggunakan kata-kata dan kalimat.
b. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1) Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab dengan karyawan atau
2) Dokumenter, yaitu mengumpulkan data-data mengenai aplikasi surplus underwriting dan mekanisme pendistribusiannya kepada
peserta asuransi kebakaran pada PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 cabang syariah (BUMIDA SYARIAH).
3. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Teknik pengolahan dan analisa data menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis temuan-temuan yang diperoleh secara sistematis. Dimana penulis berusaha menggambarkan permasalahan secara rinci dengan didasari pada data-data, fakta-fakta, sifat-sifat hubungan antar fenomena yang diselidiki untuk kemudian dianalisis lebih jauh agar dapat diambil suatu kesimpulan yang valid.
Sedangkan teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka Terdahulu
10
Untuk menghindari kesamaan terhadap suatu objek penelitian serta menghindari anggapan plagiasi terhadap karya tertentu, maka perlu dilakukan tinjauan pustaka terhadap kajian yang terdahulu.
Adapun skripsi tersebut adalah:
Sri Susanti, 2003 dengan judul skripsi “ Faktor-faktor yang mempengaruhi Premi Asuransi Jiwa ditinjau dari Aspek hukum Islam (Studi Kasus Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga)”. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, Muamalah, Asuransi Syariah, 2003. Penulis menyimpulkan dalam skripsi tersebut hanya membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi premi pada PT. Asuransi Takaful Keluarga, seperti mortalita, biaya, dan investasi, kemudian ditinjau dari segi hukum Islam. Perbedaannya dengan skripsi yang akan dilakukan oleh penulis adalah penulis meneliti tentang Mekanisme perhitungan Surplus Underwriting pada asuransi kebakaran pada PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 cabang syariah (BUMIDA SYARIAH), dan bagaimana perusahaan mengalokasikan dana surplus underwriting tersebut.
premi yang dibayarkan oleh nasabah dan manfaat yang akan didapatkannya ketika klaim atau habis kontrak. Perbedaannya dengan skripsi yang akan diteliti oleh penulis adalah mekanisme perhitungan Surplus Underwriting serta pendistribusiannya kepada peserta asuransi kebakaran pada PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda1967 cabang syariah (BUMIDA SYARIAH), apakah ada kebijakan dari perusahaan yang lebih adil bagi seorang nasabah yang memenuhi kriteria aktuaria.
Hairul Efendi, 2005 dengan judul skripsi ” Proses Underwriting Asuransi Jiwa dan Penerapannya (Studi Kasus Pada PT. AJB Bumiputera 1912 Divisi Syariah)”. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, Muamalah, Asuransi Syariah, 2005. Dapat disimpulkan dalam Skripsi tersebut menjelaskan mengenai proses underwriting pada PT. AJB Bumiputera 1912 Divisi Syariah, dalam melakukan penyeleksian dan penilaian risiko, sampai akhirnya dapat mengambil keputusan apakah peserta atau pemohon dapat diterima dengan memenuhi beberapa persyaratan atau ditolak. Perbedaannya dengan skripsi yang akan dilakukan oleh penulis adalah penulis meneliti tentang surplus underwriting pada perusahaan PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 cabang Syariah (BUMIDA SYARIAH) dalam produk asuransi kerugian kebakaran. Dan mekanisme pendistribusian surplus underwriting kepada peserta asuransi kebakaran.
12
Syariah Tripakarta). Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, Muamalah, Asuransi Syariah, 2006. Skripsi ini menjelaskan peran underwriter dalam penentuan tingkat risiko. Dengan adanya kegiatan seleksi risiko perusahaan dapat terhindar dari kerugian financial akibat kesalahan seleksi risiko. Peran underwriter sebelum menetapkan besarnya premi asuransi CAR (contractors all risk) ditetapkan berdasarkan jenis pekerjaan calon peserta asuransi dengan
memperhitungkan tempat dan kondisi bangunan, semakin besar juga premi yang harus dibayar, begitu juga sebaliknya perbedaannya dengan skripsi yang akan dilakukan oleh penulis adalah penulis meneliti mekanisme pendistribusian dana surplus underwriting yang ada pada PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 cabang syariah (BUMIDA SYARIAH) kepada peserta asuransi kebakaran.
F. Kerangka Teori Dan Konsep
Premi asuransi adalah harga per unit asuransi atas proteksi yang dijamin di dalam polis6 atau dapat juga disebut sebagai pembayaran dari tertanggung kepada penanggung sebagai imbalan jasa atas pengalihan risiko kepada penanggung.
Dalam hal penetapan tarif premi, perusahaan harus dapat memastikan bahwa konsumen dapat membayar premi sesuai dengan profile risikonya, premi yang terkumpul cukup untuk membayar klaim yang terjadi dan dapat menutupi biaya operasional perusahaan, dan yang terpenting besarnya premi
6
wajar dan bersaing. Hal ini bertujuan agar dapat memberikan kesan pelayanan yang positif untuk para nasabah dan ataupun para calon nasabah.
Dengan demikian penulis menggmbarkan dalam bentuk kerangka konsep, seperti di bawah ini:
Premi Asuransi Kerugian (Asuransi Kebakaran)
Tabarru’ Ujroh
Dalam asuransi kerugian, premi terpecah menjadi dua komponen yaitu tabarru' dan ujroh. Dana yang masuk ke dalam rekening tabarru' akan dikelola oleh perusahaan seoptimal mungkin. Apabila jumlah klaim yang
Surplus Underwriting
Total Premi > Beban Klaim + Beban Reasuransi (Total beban klaim Asuransi kerugian (kendaraan / kebakaran)
Perusahaan Cadangan Tabarru’ Peserta
14
diajukan oleh peserta tidak begitu besar, perusahaan dapat memperoleh surplus underwriting. Senada dengan itu, asuransi kebakaran sebagai salah
satu produk asuransi kerugian yang memiliki frekuensi klaim lebih rendah dibandingkan dengan Asuransi Kendaraan Bermotor, dan cukup memberikan peluang yang besar akan terciptanya surplus underwriting.
Surplus Underwriting tersebut akan dialokasikan untuk dana cadangan
tabarru', dan atau dibagikan kepada perusahaan dan peserta (tertanggung).
Dalam hal pengalokasian surplus underwriting, perusahaan cenderung memprioritaskan pada dana cadangan tabarru'. Disamping itu, perusahaan juga membagikan surplus underwriting tersebut kepada peserta sesuai dengan nisbah yang telah disepakati.
Setiap perusahaan memiliki kebijakan masing-masing dalam membagikan Surplus Underwriting kepada peseta (tertanggung). Salah satu pilihannya adalah dengan mentransfer Surplus Underwriting tersebut ke rekening peserta.
Jika risiko yang dimiliki oleh peserta tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, di samping itu, Surplus Underwriting yang diperolehnya cukup besar, maka perusahaan bisa mempertimbangkan kembali premi peserta asuransi kebakaran yang berlaku.
G. Sistematika Penulisan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian,Metode Penelitian, Tinjauan Penelitian Terdahulu, kerangka teori dan kerangka konsep, dan sistematika penulisan.
BAB II. Pada bab ini, penulis memuat tinjuan pustaka dengan membahas teori-teori yang terkait dengan Underwriting dan mekanisme pendistribusian dana Surplus Underwriting kepada peserta asuransi kebakaran. Serta pengertian asuransi kebakaran dan ruang lingkup asuransi kebakaran.
BAB III. Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum mengenai perusahaan yang akan dijadikan penelitian bagi penulis yaitu PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda cabang syariah (BUMIDA SYARIAH) 1967. Di dalam gambaran umum ini penulis menggambarkan tinjauan umum perusahaan, sejarah singkat mengenai perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisai perusahaan dan ruang lingkup kegiatan perusahaan.
BAB IV. Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang ada di perusahaan, diantaranya; perkembangan dana surplus underwriting perusahaan asuransi PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 unit syariah (BUMIDA SYARIAH), metode perhitungan surplus underwriting asuransi kebakaran, dan mekanisme pendistribusian surplus underwriting kepada peserta asuransi kebakaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Underwriting
1. Pengertian dan Tujuan Underwriting
a. Pengetian Underwriting
Underwriting yang bisa disebut juga dengan risk selection,
adalah suatu fungsi manajemen risiko asuransi yang bertugas atas
seleksi dan klasifikasi risiko yang dimiliki oleh calon tertanggung
perorangan maupun kumpulan. Dengan kata lain, underwriting adalah
memaksimalkan laba melalui penerimaan distribusi risiko yang
diperkirakan akan mendatangkan laba. Tanpa underwriting yang
efisien, perusahaan asuransi tidak akan mampu bersaing.1 Sedangkan orang yang mengevaluasi berbagai risiko serta menentukan diterima
tidaknya surat permohonan asuransi disebut dengan Underwriter.
Dalam asuransi konvensional, underwriting dilakukan untuk
memilih mana objek risiko yang ditanggung dan mana yang tidak. Ini
berarti seorang underwriter akan membuat suatu penilaian berdasarkan
semua risiko yang diajukan kepada perusahaan, yang diperkirakannya
secara kolektif akan menguntungkan. Kemudian underwriter juga akan
menentukan besarnya premi dan nilai deductible dan lain-lain. Yang
sepadan dengan nilai antisipasi klaim dari tertanggung, biaya
manajemen dan akuisisi.
1
Darmawi Herman, Manajemen Asuransi, (Bumi Aksara,2000), h. 31-32.
Dalam Asuransi Syariah memiliki perbedaan pada konsep
dasarnya, ada prinsip saling memikul risiko diantara sesama orang atau
peserta asuransi. Sehingga antara satu dengan lainnya menjadi penanggung
atas risiko yang lainnya. Semua ini dilakukan atas dasar tolong menolong
dalam kebaikan, dimana masing-masing mengeluarkan dana / sumbangan /
derma (tabarru’) yang disepakati bersama nilainya untuk menanggung
risiko tersebut. Sesuai dengan firman Allah SWT
⌧
)
ةﺪﺋﺎﻤﻟا
/
:
(
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa dan jangan tolong-menolonglah kamu dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS. 5 (al-Maa’idah) :2)
Suksesnya perusahaan asuransi membutuhkan usaha
pendistribusian biaya dan manfaat yang seadil mungkin di antara peserta
asuransi. Mempertahankan keadilan diantara para pemegang polis adalah
pekerjaan penanggung (underwriter) yang harus mengklasifikasikan dan
menentukan tarif masing-masing kemungkinan kerugian.
Dalam melakukan proses penerimaan risiko atau penyeleksian
18
perusahaan asuransi untuk menerima atau menolak suatu penutupan
risiko.2
Pertama, kemungkinan menderita kerugian (chance of loss).
Sering disebut dengan probilita atau kemungkinan menderita kerugian dari
sejumlah objek tertentu. Underwriter pada umumnya meramalkan
kemungkinan menderita kerugian ini berdasarkan apa yang terjadi di masa
lalu.
Kedua, tingkat risiko (degree of risk). Yaitu, ketidakpastian atas
kerugian pada masa datang yang biasanya sulit untuk diramalkan. Tingkat
risiko ini seringkali dicampuradukkan dengan kemungkinan menderita
kerugian, tetapi keduanya mempunyai perbedaan pokok. Misalnya, suatu
hal yang tidak mempunyai kemungkinan menderita kerugian (probilitas
nol), maka secara teoritis tingkat risikonya juga nol. Tetapi, hal tersebut
tidak berlaku, tingkat risiko kemungkinana masih tetap ada sebagai akibat
dari situasi yang berbeda.
Ketiga, hukum bilangan besar (law of large number). Makin
banyak objek yang mempunyai risiko yang sama atau hampir sama, akan
mekin bertambah baik bagi perusahaan asuransi. Hal ini disebabakan
penyebaran risiko-risiko akan lebih luas. Sehingga, secara sisitematis
kemungkinan menderita kerugian dapat diramalkan dengan lebih baik.
Dengan demikian, underwriting adalah proses yang dengannya
pengelola Asuransi Syariah mempertimbangkan dan menentukan apakah
2
akan menerima partisipasi ganti rugi yang dibuat pemohon dan
menentukan syarat-syarat yang akan ditentukan. Dengan kata lain,
underwriting adalah proses menyeleksi risiko dan mengklasifikasinya
sesuai dengan tingkat insurability (dapat ditanggungnya). Proses ini
meliputi penolakan atas risiko-risiko yang dapat diterima (unacceptable),
sehingga dapat ditentukan tarif yang sesuai. Underwriting disebut juga
seleksi risiko yakni proses penaksiran dan penggolongan tingkat risiko
yang terdapat pada seseorang calon peserta. Berdasarkan tingkat risiko,
suatu permohonan dapat diterima atau ditolak. Yang bertanggung jawab
terhadap penerimaan atau penolakan permohonan asuransi berdasarkan
penaksiran risiko ini dinamakan underwriter.3
b. Tujuan Underwriting
Tujuan underwriting adalah menyeleksi dan mengklasifikasikan
calon tertanggung sesuai tingkat risikonya masing-masing untuk menjadi
bagian dari portofolio perusahaan dan menentukan kondisi khusus seperti
ekstra premi karena kesehatan atau pengecualian sesuai dengan tingkat
risiko yang akan menjadi bagian dari portofolio. Seorang tertanggung yang
memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi, harus membayar premi
pertanggungan yang lebih tinggi pula.
Underwriter Asuransi Syariah mempunyai tujuan yang sangat
berbeda. Konsep dasarnya adalah memberikan skema pembagian risiko
yang proporsional dan adil diantara para peserta yang secara relatif
3
20
homogen. Dengan dasar pemikiran ini, melalui Asuransi Syariah
diharapkan para peserta tolong menolong satu sama lain disertai dengan
adanya perlindungan yang sifatnya mutual, maka semua peserta akan
merasa aman dan menikmati perlindungan yang mereka butuhkan.
Dalam membuat taksiran risiko dan penetapan calon tertanggung
kedalam kelompok-kelompok risiko, sasaran underwriter perusahaan
adalah menyetujui dan menerbitkan polis yang: adil bagi nasabah
“equitable to the client”, dapat dijual oleh agen “deliverable by the agent”
dan menguntungkan perusahaan “profitable to the company”.4 Pada kenyataannya tidak semua calon tertanggung setelah diseleksi oleh seorang
underwriter berada dalam keadaan stabil seperti yang diasumsikan oleh
aktuaris. Karena perlu ada seleksi-seleksi lanjutan untuk mengetahui
apakah calon tertanggung mempunyai risiko-risiko yang sesuai dengan
tarif atau manfaat yang diterima ketika terjadi klaim.
Md. Azmi Abu Baker dalam tulisannya Family Takaful Plan :
Concept, Operation and Underwriting, membagi tujuan dari Underwriting
dalam asuransi syariah kedalam dua bagian.5
Pertama, ensure rate adequacy’ memastikan kecukupan rate
premi’. Rate kontribusi Asuransi Syariah harus cukup, mengingat
keuntungan yang dijanjikan berdasarkan produk-produk perusahaan.
4
Richard Bailey, Underwriting Dalam Perusahaan Asuransi Jiwa dan Kesehatan. (Jakarta: Yayasan Dharma Bumiputera, 2005), h. 143.
5
Azmi Abu Bakar, Family Takaful Plan: Concept, Operation and Underwriting
Ketidakcukupan rate akan mengarah ke problem keuangan yang berat jika
tidak bahkan kebangkrutan.
Kedua, equity ‘keadilan’. Rate yang dibebankan untuk ganti rugi
harus seimbang bagi peserta. Keadilan berarti membebankan setiap peserta
sejumlah uang sepadan dengan resiko-resiko yang dibawanya ke Asuransi
Syariah. Dengan kata lain, tidak ada sumbangan yang tidak adil yang
muncul dari setiap kelas peserta oleh kelas peserta lain.
Allah berfirman dalam Al-Qur’anul-Karim tentang keseimbangan
dan keadilan, baik dalam berprilaku sehari-hari dalam konteks ibadah dan
akhlak, maupun dalam konteks muamalah atau bisnis (tijarah),
⌧
☺
☺
)
ةﺪﺋﺎﻤﻟا
/
:
(
Artinya: “Hai orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adilah, karena adil itu lebih dekat dengan taqwa. Dan bertawakalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. 5 (al-Maa’idah) :8)
22
Artinya: “Dan demikian pula kami telah menjadikan kamu sekalian umat yang pilihan (adil dan seimbang) agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul menjadi saksi pula atas perbuatanmu.” (QS. 2 (al-Baqarah) :143).
Jadi tujuan utama underwriting adalah untuk melindungi
perusahaan terhadap seleksi yang merugikan. Lebih luas lagi dapat
dikatakan bahwa tujuan underwriting adalah menjamin ganti rugi yang
dikeluarkan atas dasar terms and conditions dan pada rate kontribusi
asuransi syariah dengan maksud merefleksikan secara akurat tingkat risiko
yang diberikan kepada perusahaan.
Istilah underwriting yang digunakan dalam bisnis asuransi syariah,
selengkapnya meliputi dua elemen pokok.
1) seleksi; yaitu proses dimana perusahaan mengevaluasi proposal
individu mengenai ganti rugi untuk menentukan tingkat risiko yang
disajikan pemohon.
2) klasifikasi; yaitu proses menetapkan peserta pada kelompok individu
yang secara tepat memiliki kesamaan probabilitas kerugian yang
diperkirakan6
2. Proses dan Keputusan Underwriting
a. Proses Underwriting
6
Untuk melakukan proses underwriting yang efektif, underwriter
harus mengumpulkan sebanyak mungkin informasi tentang pokok-pokok
asuransi dalam batas-batas waktu dan biaya memperoleh data tambahan.
Desk underwriter mengolah exposure yang telah diusulkan oleh agen.
Underwriter dapat menerima calon nasabah sepanjang memenuhi
persyaratan underwriting yang ditetapkan perusahaan. Apabila suatu risiko
ditolak, hal ini disebabkan underwriter merasa bahwa hazard yang
berhubungan dengan risiko terlalu tinggi sehingga tarif juga akan terlalu
tinggi.7
Tanggung jawab perusahaan asuransi terhadap para nasabahnya
adalah memberikan layanan customer service yang baik dalam segala
aspek. Apabila seorang nasabah mengajukan permintaan pertanggungan
baru, penembahan rider untuk pertanggungan yang sudah berjalan, atau
berinteraksi dengan perusahaan asuransi dalam cara apapun, maka nasabah
tersebut mengharapkan dan layak untuk mendapatkan tanggapan yang
cepat, benar, tegas dan bijaksana dari perusahaan asuransi. Begitu pula
halnya bilamana seorang agen meminta informasi atau hal lainnya, maka
harus dilaksanakan dengan cara yang cepat, benar, tegas dan bijaksana.8 Proses underwriting diawali dengan kegiatan prospecting dan
penjualan yang dilakukan agen menggambarkan proses seleksi risiko.
Proses ini sering disebut field underwriting. Field underwriting terjadi
bilamana agen mengumpulkan informasi mengenai calon peserta dan
7
Darmawi Herman, Manajemen Asuransi (Jakarta: Bumi Aksara,2001), ed. Ke-II, h. 33-34.
8
24
memprediksi kelas risiko yang akan diterima. Para agen merupakan
informan awal/dasar dalam proses underwriting, karena mereka
berhubungan langsung dengan calon peserta / nasabah asuransi. Sehingga
para agen harus mampu menguasai prinsip-prinsip dan pedoman-pedoman
underwriting. Berikut beberapa proses underwriting yang harus dipenuhi
yang dilakukan oleh tertanggung kepada penanggung:
1) Surat Permintaan
Setiap penutupan asuransi yang diajukan oleh tertanggung, harus
dilakukan dengan surat permintaan yang disampaikan secara tertulis
kepada penanggung. Surat ini biasanya disediakan oleh perusahaan
asuransi. Surat permintaan ini menjadi dasar diterbitkannya dan
menjadi bagian tak terpisahkan dari polis yang akan diterbitkan.
Penutupan asuransi yang didasarkan pada permintaan lisan saja dapat
menjadi sumber terjadinya kesalahpahaman pada saat terjadi peristiwa
yang menimbulkan kerugian.
2) Analisis Risiko
Segera setelah surat permintaan asuransi yang diajukan oleh
tertanggung diterima, penanggung menganalisis objek pertanggungan,
yatu apakah permintaan asuransi diterima atau tidak. Jika diterima,
kondisi apa yang akan diterapkan, termasuk berapa premi yang harus
dibayar. Dalam tahap analisis ini, penanggung sangat dipengaruhi
3) Penerbitan Polis
Apabila permintaan asuransi diterima, penanggung segera menerbitkan
polis yang akan menjadi akad kontrak asuransi antara tertanggung dan
penanggung. Isi polis akan terdiri dari hal-hal berikut.
a) Iktisar pertanggungan dan tanda tangan penanggung.
b) Pernyataan penanggung.
c) Risiko yang dijamin.
d) Pengecualian pertanggungan.
e) Kondisi pertanggungan.
Polis hanya ditandatangani oleh penanggung. Tertanggung telah
menandatangani perjanjian pada saat penandatanganan surat
permintaan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari polis.
Biasanya polis ditandatangani tanpa nama yang siap melakukan tanda
tangan. Hal ini terjadi karena yang bertanggung jawab atas isi kontrak
dalam polis adalah perusahaan, bukan penandatanganan polis.
b. Keputusan Underwriting
Keputusan-keputusan underwriting yang bijaksana sangat penting
untuk memastikan bahwa suatu perusahaan asuransi tetap memiliki
kemampuan keuangan yang kuat dan mampu untuk memenuhi tanggung
jawabnya untuk membayar klaim yang sah. Apabila suatu perusahaan
asuransi menerima begitu banyak risiko yang meragukan tanpa melakukan
penyesuaian premi yang memadai, maka perusahaan asuransi tersebut
26
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkanoleh
underwriter asuransi Tanggung Jawab Hukum sebelum memberikan
jaminan asuransi.
1) Reputasi calon peserta.
2) Sifat dan kualitas produk.
3) Status calon peserta.
4) Exposure terhadap nasabah perorangan dan nasabah korporasi.
5) Klaim yang pernah diajukan.
6) Volume ekspor.
7) Kondisi penjualan.
8) Luasnya jaminan asuransi.
9) Nilai jaminan asuransi.9
Jika suatu perusahaan asuransi tidak bisa menerima risiko yang
cukup layak dengan tingkat premi yang layak pula, maka perusahaan
asuransi tersebut tidak akan memperoleh keuntungan underwriting adalah
salah satu fungsi utama yang membentuk sekumpulan kegiatan yang
dikenal sebagai new business. New business (bisnis baru) adalah istilah
umum yang digunakan untuk menjelaskan semua kegiatan yang diperlukan
untuk memasarkan asuransi, mengajukan surat permintaan asuransi,
menyelidiki dan mengevaluasi risiko-risiko yang terkait dengan surat
permintaan asuransi tersebut, serta menerbitkan dan mengirimkan
polis-polis asuransi.
9
Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik Upaya
Dengan tujuan tersebut diatas, maka peran underwriter Asuransi
Syariah diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Menetapkan risiko yang relatif homogen dalam suatu kelompok
peserta atau tertanggung.
2) Menetakan ruang lingkup perlindungan yang dibutuhkan oleh peserta
atau calon peserta dalam kelompok tersebut.
3) Menetapkan estimasi biaya secara keseluruhan yang dibutuhkan untuk
memberikkan perlindungan kepada peserta tersebut.
4) Mendistribusikan skema kontribusi yang proporsional dan adil yang
selayaknya menjadi beban dari setiap peserta.
3. Surplus Underwriting
Dalam kamus asuransi, surplus adalah jumlah aktiva melebihi passive.
Dalam reasuransi, juga bagian dari jumlah bruto asuransi ceding company
(perusahaan yang menyerahkan) atas risiko yang tinggal sesudah
mengurangkan retention atau tahanan yang ditentukan oleh ceding
company.10 Dan Underwriting adalah proses menyeleksi risiko dan
mengklasifikasinya sesuai dengan tingkat insurability (dapat ditanggungnya),
sehingga dapat ditentukannya tarif yang sesuai.
Sedangkan surplus underwriting itu sendiri adalah hasil pengurangan
dari premi bersih/netto akhir tahun dikurangi dengan total jumlah klaim yang
terjadi. Apabila hasil dari pengurangan tersebut positif, maka perusahaan
10
28
akan mengalami surplus. Dan apabila hasil dari pengurangan tersebut negatif,
maka perusahaan akan mengalami devisit.
Pada asuransi konvensional sebagaimana lazimnya semua industri
asuransi, keuntungan yang diperoleh dari surplus underwriting, komisi
reasuransi, dan hasil investasi, dalam satu tahun (untuk asuransi kerugian)
adalah keuntungan perusahaan, dan menjadi milik perusahaan yang kelak
dalam RUPS akhir tahun dibagikan kepada pemegang saham atau
dikembalikan lagi kepada perusahaan sebagai penyertaan modal.
Dalam asuransi jiwa, keuntungan yang sebagian besar diperoleh dari
hasil investasi, baik investasi melalui deposito bank, maupun instrument
investasi lainnya, termasuk direct investment, semuanya menjadi keuntungan
perusahaan, dan dibagikan kepada pemegang saham secara proporsional pada
akhir tahun atau dikembalikan lagi ke perusahaan dalam bentuk penyertaan
modal.
Profit (laba) pada asuransi syariah untuk asuransi kerugian, yang
diperoleh dari surplus underwriting, komisi reasuransi, dan hasil investasi,
bukan seluruhnya menjadi milik perusahaan sebagaimana mekanisme yang
ada pada asuransi konvensional. Tetapi, dilakukan bagi hasil (
al-mudharabah) antara perusahaan dengan peserta sebagaimana yang telah
diperjanjikan atau menjadi akad diawal ketika baru masuk asuransi syariah.
Berkenaan dengan ini Allah SWT. Berfirman dalam QS. al-Maidah [5]: 1
)
ةﺪﺋﺎﻤﻟا
/
:
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu…..” (QS. 5 (al-Maidah) : 1)
⌧
☺
☺
)
ءﺎﺴﻨﻟا
/
:
(
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan apabila kamu menetapkan
hukum diantara manusia, hendaklah dengan adil…”(QS. 4
(an-Nisa) : 58)
Besarnya bagi hasil sangat tergantung kondisi perusahan. Semakin
sehat dan besar profit yang diperoleh perusahan, semakin besar pula porsi
bagi hasil yang dibagikan kepada peserta. Skim bagi hasil (50:50, 60:40,
70:30, 80:20, atau 90:10) biasanya dievaluasi setiap periode tertentu misalnya
2 atau 3 tahun sekali manakala perusahan mengalami perubahan yang cukup
signifikan (untung atau rugi).11
B. Asuransi Kebakaran
1. Pengertian Asuransi Kebakaran
Produk Asuransi Syariah dipahami sebagai suatu model jaminan
(proteksi) yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan Asuransi Syariah untuk
ditawarkan kepada masyarakat luas agar ikut serta berperan sebagai
anggota (peserta) dari sebuah perkumpulan pertanggungan yang secara
materi mendapatkan keamanan bersama.
11
30
Dalam landasan ekonomi Islam (Syariah), segala hal yang dapat
memberikan mashlahah diperbolehkan dan segala hal yang memberikan
mudhorot dilarang karena akan mengganggu Dien atau agama, jiwa, akal
dan kemashlahatan umat. Oleh karena itu, mengantisipasi risiko yang akan
terjadi dimasa yang akan datang adalah diperbolehkan bahkan dianjurkan
sebagaimana Rasulullah nyatakan bahwa yang dimaksud dengan tawakal
kepada Allah bukanlah pasrah dengan membiarkan unta tanpa diikat
namun yang disebut tawakal adalah mengusahakan menjaga segala sesuatu
(misal harta) sesuai dengan kemampuan. Jika ternyata hal tersebut hilang,
maka mungkin itu adalah takdir Allah sehingga diperlukan sikap tawakal
kepada Allah setelah dilakukan usaha. Namun jika belum ada usaha, lalu
pasrah membiarkan harta terancam berbagai risiko maka berarti usaha
belum dimaksimalkan.
Segala musibah dan bencana yang menimpa manusia merupakan
qadha dan qadar Allah. Namun, manusia atau perusahaan wajib berikhtiar
memperkecil risiko finansial yang timbul, salah satunya dengan cara
menabung atau menyisihkan dana. Akan tetapi, upaya tersebut sering kali
tidak memadai, mengingat jumlah risiko yang ditanggung lebih besar dari
yang diperkirakan.
☺
☺
)
ﺮﺸﺤﻟا
/
:
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendak setiap diri memerhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.
59 (Al-Hasyr) : 18)
Asuransi kerugian adalah asuransi yang menjamin kerugian atau
kerusakan pada harta benda atau kepentingan yang secara langsung
disebabkan oleh kebakaran, petir, ledakan, dan kejatuhan pesewat.12
Dengan demikian objek pertanggungan dari asuransi kebakaran pada
prinsipnya adalah harta benda dan atau kepentingan yang tertimpa
kerugian atau kerusakan sebagai akibat langsung dari suatu kebakaran,
tersambar petir, ledakan, kejatuhan pesawat terbang dan asap, yang terjadi
karena kecelakaan (tidak sengaja).
Asuransi kebakaran merupakan suatu jenis pertanggungan yang
memberikan jaminan terhadap risiko-risiko yang disebabkan karena adanya
suatu peristiwa kebakaran ataupun segala sesuatu yang dapat disamakan
dengan kebakaran terhadap barang-barang yang dipertanggungkan.13
Di Negara Indonesia perusahaan yang “khusus” mengatur mengenai
kebakaran belum ada, akan tetapi dikombinasikan dengan asuransi lainnya
yaitu yang terdapat dalam asuransi kerugian. Asuransi kebakaran bertujuan
untuk mengganti kerugian yang disebabkan oleh kebakaran. Asuransi
kerugian adalah asuransi yang menjamin atas kerugian atau kerusakan pada
12
Djojosoedarso Soeisno, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko Asuransi, (Jakarta: PT Salemba Emban Patria, 1999), edisi revisi, h. 143.
13
32
harta benda atau kepentingan yang secara langsung disebabkan oleh :
kebakaran, petir, ledakan, kejatuhan pesawat terbang.14
Asuransi kebakaran diatur dalam pasal 287-298 KUHD,15 yang mengatur tentang isi polis, dasar ganti rugi asuransi dan lain-lain. Untuk dapat
memahami ketentuan dalam tarif dan Polis Standar Kebakaran Indonesia
maupun klausula standarnya dengan baik, dapat dilihat pada pasal-pasal
tersebut. Menurut pasal 290 KUHD asuransi kebakaran adalah pertanggungan
yang menjamin kerugian / kerusakan atas harta benda ( harta tetap dan harta
bergerak ) yang disebabkan oleh kebakaran, yang terjadi karena api sendiri
atau api dari luar, karena udara buruk, kurang hati-hati, kesalahan atau
perbuatan tidak pantas dari pelayan tertanggung, tetangga, musuh, perampok
dan apa saja dan dengan cara bagaimanapun sebagai sebab timbulnya
kebakaran.
Sampai saat ini, hal-hal mengenai asuransi kebakaran di Indonesia
diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 287-298
dan merupakan produk hukum zaman kolonial Belanda, pengatur didalam
pasal-pasal tersebut mungkin sebagian besar masih relevan dengan kondisi
dan situasi sekarang namun pada prinsipnya masih diperlukan
klausula-klausula yang lebih lengkap dan sampai saat ini produk hukum untuk
melengkapinya belum ada. Oleh sebab itu polis asuransi kebakaran yang
merupakan perjanjian antara penanggung dengan tertanggung mempunyai
14
Abbas Salim, Prinsip-Prinsip Asuransi, (Jakarta : PT Raja Grafindu Persada, 1996), edisi revisi, h. 15.
15
fungsi penting dalam praktek asuransi kebakaran khususnya, menyangkut
hal-hal yang sesuai dengan perkembangan asuransi saat ini dan perkembangan
bentuk, fungsi dan tekhnologi objek pertanggungan.16
Sedangkan pengertian lain asuransi kebakaran adalah asuransi yang
menjamin atas risiko yang timbul atas sesuatu yang terbakar yang seharusnya
tidak terbakar secara tidak sengaja atau tiba-tiba sepanjang menyangkut
kepentingan tertanggung yang telah membayar sejumlah premi tertentu
kepada penanggung yang diikat dalam suatu kontrak yang disebut polis.
Objek pertanggungan dalam asuransi kebakaran dapat berupa
benda-benda tidak bergerak seperti bangunan, rumah, pabrik dan lain-lain. Serta
benda-benda bergerak yang terdapat didalam atau menjadi bagian dari benda
tetap objek asuransi yang bersangkutan.
Dari uraian diatas terlihat bahwa ada 3 (tiga) unsur yang terlibat dalam
suatu sistem asuransi secara umum, kebakaran khususnya yaitu : Penanggung,
tertanggung dan objek pertanggungan. Disamping itu ada unsur yang melekat
kepada atau sebagai akibat hubungan antara unsur-unsur diatas yaitu risiko
yang melekat pada objek pertanggungan, polis yang merupakan bentuk
hubungan hukum antara penanggug dengan tertanggung, serta premi yang
merupakan konsekuensi hubungan hukum penanggung dengan tertanggung.
2. Pengertian Kebakaran
Kebakaran ialah proses oksidasi disertai panas yang meningkat
sehingga terbit api berlidah. Karat, panas saja dan hangusnya barang belum
16
34
bisa dikatakan atau merupakan kebakaran. Kebakaran yang ditutup asuransi
adalah yang membakar barang yang tidak dimaksudkan untuk dibakar dan
terjadi secara kebetulan bagi tertanggung.
Definisi kebakaran menurut Pedoman Standar Kebakaran Indonesia
(PSKI) adalah kebakaran yang terjadi karena api sendiri, tidak berhati-hati,
kesalahan / kejahatan pelayan sendiri, tetangga, musuh, perampokkan dan
lain-lain. Apapun sebutannya / karena sebab-sebab lain yang tidak diketahui
termasuk akibat kebakaran yang terjadi karena benda lain yang berdekatan.
Dengan demikian definisi kebakaran adalah terbakarnya sesuatu benda
yang berada diluar tempat pembakaran, dan benda tersebut berada dalam
situasi dan waktu yang tidak memerlukan proses pembakaran.
3. Ruang Lingkup Asuransi Kebakaran
Sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Dewan Asuransi
Indonesia (DAI) dan memperhatikan Kelas Konstruksi, Okupasi
(Penggunaan) serta lokasi dari objek yang akan diasuransikan17. Konstruksi kelas I:
a. Bangunan dengan dinding luar tahan api, seperti batu, besi dan semen.
b. Konstruksi berkerangka baja yang diselubungi dan tahan api.
c. Beratap keras seperti genteng, batu tulis, logam, seng,atau asbes.
Konstruksi kelas II:
17
a. Bangunan beratap keras dengan dinding luar dari bahan konstruksi dari
bahan tidak mudah terbakar, kerangka baja, atau kayu, diisi dengan batu
atau kaca.
b. Konstruksi baja atau beton bertulang dengan dilapisi panel tidak mudah
terbakar.
Risiko Berdampingan adalah bila rumah / bangunan yang akan
diasuransikan mempunyai tetangga disebelah kiri atau kanan atau belakang
yang okupasi / penggunaannya berisiko lebih tinggi, maka rumah / bangunan
tersebut akan dikenakan tarif sesuai dengan risiko yang lebih tinggi.
Dalam asuransi kebakaran jaminan yang diberikan secara umum dapat
dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu:
a. Physical loss (direct)
Jaminan diberikan terhadap kerugian / kerusakan pisik secara langsung
(direct) atas objek yang dipertanggungkan yang disebabkan oleh
bahaya-bahaya yang dijamin dalam polis (baik jaminan pokok maupun
perluasannya).
b. Financial loss
Jaminan yang diberikan terhadap kerugian keuangan yang dialami
tertanggung akibat kerusakan pisik atas objek yang dipertanggungkan.
Kerugian pisik yang terjadi secara tidak langsung mengakibatkan
tertanggungnya usaha tertanggung sehingga menimbulkan kerugian
36
Dalam asuransi kerugian dalam produk kebakaran premi ditentukan
berdasarkan pada rate atau tarif. Yang membedakan besaran atau tinggi
rendahnya rate/tarif adalah: okupasi (penggunaan bangunan/property yang
hendak diasuransikan dipergunakan sebagai apa?) apakah hanya sebagai
rumah tinggal atau kantor/toko/warung/gudang/pabrik dan sebagainya. 18 Sebagai contoh : bangunan dengan okupasi sebagai rumah tinggal
tentunya rate/tarif lebih murah dari pada okupasi sebagai warung/toko/pabrik
maupun gudang.
Rate atau tarif dalam hal asuransi kebakaran (fire/property)
perhitungannya berdasarkan permil/per 1000 bukannya persen/per 100.
Nilai pertanggungan adalah : sejumlah nilai taksiran atas bangunan
dan barang-barang yang hendak diasuransikan dan apabila terjadi musibah
atau kecelakaan maka akan diganti maksimal senilai harga pertanggungan
tersebut.
Rumusannya adalah: Nilai Pertanggungan (sum insured) dikalikan (X)
dengan rate/tarif (rate), dan dari hasil perkaliannya disebut sebagai premi.19 Untuk menaksir/menilai isi barang dagangan adalah : harga beli barang
yanng diperdagangkan tersebut pada waktu normal dan tidak terlalu
berlebihan menaksirnya karena apabila berlebihan (over insured), maka akan
menybabkan premi menjadi lebih tinggi atau mahal dan sebaliknya juga
jangan terlalu rendah (under insured) karena ingin bayar premi lebih rendah.
Tetapi sebaliknya masukkan nilai pertanggungan untuk barang dagangan atau
18
ibid
19
bangunan maupun mesin-mesin secara wajar. Karena apabila terjadi klaim,
maka nilai penggantian (ganti rugi) akan dihitung secara wajar/aktual (“ganti
rugi dan bukan ganti untung”).20
Ada beberapa risiko yang dikecualikan atau tidak ditanggung oleh
perusahaan asuransi yang disebabkan oleh kebakaran.
a. Secara langsung disebabkan oleh:
1) Kebakaran atau ledakan dari api yang timbul sendiri (self-combustion)
atau hubungan arus pendek (short circuit) atau sifat dari barang itu
sendiri (inherent vice).
2) Pencurian atau kehilangan pada saat dan setelah terjadinya peristiwa
yang diasuransikan.
b. Secara langsung atau tidak langsung disebabkan oleh atau akibat dari:
1) Kesengajaan tertanggung, kesengajaan pelayan atau karyawan
tertanggung atau perbuatan yang disengaja oleh orang lain atas
perintah tertanggung.
2) Kebakaran hutan, semak, alang-alang dan gambut. Perang,
penyerbuan, aksi musuh asing, permusuhan atau kegiatan yang
menyerupai suasana perang, (baik dengan pernyataan perang maupun
tidak).
3) Reaksi nuklir termasuk tetapi tidak tidak terbatas pada radiasi nuklir,
ionisasi, fusi, fisi atau pencemaran radioaktif, tanpa memandang
20
38
apakah itu terjadi di dalam atau di luar bangunan utama di mana
disimpan harta benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan.
Kemudian ada beberapa harta benda dan atau kepentingan yang juga
dikecualikan/tidak ditanggung dalam asuransi kebakaran, kecuali bila harta
benda dan atau kepentingan tersebut secara tegas dinyatakan lain dalam
ikhtisar pertanggungan.21 Harta benda dan atau kepentingan yang tidak dijamin tersebut antara lain :
a. Barang-barang orang lain yang disimpan dan atau dititipkan atas dasar
kepercayaan atau atas dasar komisi.
b. Logam mulia, perhiasan, batu permata atau batu mulia.
c. Barang antik atau barang seni.
d. Segala macam naskah, rencana, gambar atau desain, pola, model atau
tuangan dan cetakan.
e. Efek, obligasi, saham atau segala macam surat berharga dan dokumen,
perangko, materai dan pita cukai, uang kertas dan uang logam, buku-buku
usaha dan catatan-catatan sistem komputer.
Dalam polis asuransi kebakaran, ada beberapa jenis polis asuransi
kebakaran. Diantaranya:
Jenis Polis Asuransi Kebakaran:
a. Berdasarkan objek Pertanggungan
1) Polis Kebakaran Iindustri
21
Polis Kebakaran Industri, Polis ini menanggung kerugian/kerusakan
yang diakibatkan oleh risiko-risiko pokok atas bangunan industri,
perlengkapan dan peralatan, bahan-bahan baku, bahan-bahan
pembantu dan sebagainya.
2) Polis Kebakaran Non Industri
Polis Kebakaran Non Industri, Polis ini menanggung
kerugian/kerusakan yang diakibatkan oleh risiko-risiko pokok atas
berbagai kepentingan, yang terdiri dari harta tetap (harta yang tidak
bisa dipindah-pindahkan) dan harta bergerak (harta yang bisa
dipindah-pindahkan).
b. Berdasarkan Penilaian Harga Pertanggungan
1) Polis Penilaian
Polis Penilaian, polis ini merupakan polis yang harga
pertanggungannya ditentukan berdasarkan penilaian yang disetujui
oleh penanggung dan tertanggung, yang dinilai dengan berpedoman
kepada harga jual atau harga pasar objek pertanggungan itu.
2) Polis Tanpa Penilaian
Polis Tanpa Penilaian, Polis ini merupakan polis yang harga
pertanggungannya ditentukan berdasarkan harga pembelian atau biaya
pembangunan dikurangi dengan penyusutan yang wajar.
40
Polis Pemulihan Nilai, polis ini menanggung gedung atau bangunan
bersama isinya. Yang dimaksud dengan isinya adalah peerlengkapan
dan peralatan gedung atau bangunannya itu.
c. Jenis Lainnya
1) Polis Deklarasi
UNIT SYARIAH (BUMIDA SYARIAH )
A. Sejarah Singkat Perusahaan1
PT. Asuransi Umum Bumiputeramuda 1967 Unit Syariah (disingkat Bumida Syariah) memperoleh izin pendirian sejak 19 Februari 2004, sesuai dengan surat keputusan Menteri Keuangan RI No. Kep-075/KM.6/2004. Secara resmi beroperasi sejak bulan April 2004. Induknya sendiri, PT ASURANSI Umum Bumiputeramuda 1967 atau Bumida Bumiputera, memperoleh ijin operasi dari Direktorat Lembaga Keuangan, Direktorat Jenderal Moneter Dalam Negeri, Departemen Keuangan Republik Indonesia No. KEP.350/DJM/111.3/71973 tanggal 24 Juli 1973.
Bumida Bumiputera didirikan atas ide pengurus AJB Bumiputera 1912, sebagai induk perusahaan, yang diwakili oleh Dra. H.I.K. Suprakto dan Mohamad S. Hasyim, MA sesuai dengan akte No.7 tanggal 8 Desember 1967 dari Notaris Raden Soerojo Wongsowidjojo, SH yang berkedudukan di Jakarta dan diumumkan dalam tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 15 tanggal 20 Februari 1970.
Bumida Syariah merupakan bagian kelompok bisnis AJB Bumiputera 1912, yang secara khusus bergerak di bidang asuransi umum/kerugian syariah.
1 http/www.bumida.co.id
41
Induknya sendiri merupakan perusahaan yang mempelopori industri asuransi di Indonesia.
B. Visi dan Misi Perusahaan2
1. Visi
Tumbuh & Berkembang Menjadi Perusahaan yang Lebih Sehat & 10 Besar Asuransi Umum
2. Misi
Mewujudkan Organisasi yang Prima, Bisnis yang Berkualitas, dan Sinergi yang Terpadu dengan Bumiputera Group
3. Nilai-Nilai Dasar
a. Berkualitas
Membangun SDM merupakan kunci pokok eksistensi dan kelanjutan perkembangan Perusahaan ke depan. Dengan SDM yang berkualitas; Perusahaan mampu menghadirkan kualtias produk dan pelayanan terbaik, serta memiliki komitmen yang tinggi untuk menjaga integritas dan moralitas usaha menuju Good Coporate Governance.
b. Dipercaya
Komitmen yang tinggi untuk membangun SDM berkualitas, inovasi dan diferensiasi produk, pelayanan yang optimal dengan dukungan teknologi informasi yang andal, diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan dan loyalitas stake holder terhadap Perusahaan.
2
4. Falsafah Dasar
a. Idealisme
Senantiasa memelihara semangat dan nilai-nilai kejuangan bangsa dalam upaya meningkatkan martabat dan kesejahteraan bangsa melalui asuransi.
b. Kebersamaan
Senantiasa memelihara dan meningkatkan nilai-nilai nasionalisme dan kejuangan dengan semangat kebersamaan menghadapi era globalisasi, melalui upaya sinergi dan optimalisasi manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
c. Profesionalisme
Memiliki kemampuan mengelola bisnis asuransi umum secara profesional, dengan dukungan SDM yang berwawasan dan berpengetahuan luas, didukung dengan keterampilan tinggi serta senantiasa memberikan pelayanan prima kepada nasabah.
C. Struktur Organisasi Perusahaan 3
Dewan Pengawas Syariah
Ketua : H. Endy M. Astiwara, MA, AAAI-J, FIIS Anggota : DR. KH. Surahman Hidayat, MA
DR. KH. Ahzami Samiun Jazuli, MA
3
43
Kantor Pusat
Divisi Syariah :
Gedung B Lantai 4
Jl. Wolter Monginsidi No. 43 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12180
Telp. : 021-7234847, 7234849 Fax. : 021-72787952
Email : syariah@bumida.co.id Website : http://www.bumida.co.id
Kepala Divisi Syariah : Hj. Nurhayati, SE, AAAI-K
Kabag Teknik Syariah : Fahmi Basyah, ST, AAI-K, AIIS Kabag Keuangan & SDM Syariah : Drs. Saiful Hadi
Kabag Pemasaran Syariah : Drs. M. Nasyubun, AAAI-K, AIIS
Kantor Cabang Syariah
Cabang Syariah Jakarta
Lantai 1 Gedung B
Jl. Wolter Monginsidi No. 43 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12180, Telp. : 021-7268039, 72800904
Fax. : 021-7243624
Email: syariah_jakarta@bumida.co.id
Kasie Teknik : Yeny Triana, AAAI-K, AIIS Kasie Keuangan : Kusumaningdyah Rousstia, SPT Kasie Pemasaran : Dwi Wijayanto
Cabang Syariah Depok
Jl. Margonda Raya No. 304 C Depok, Jawa Barat
Telp. : 021-77202357, 77203457 Fax. : 021-77213432 Email: syariah_depok@bumida.co.id
Kepala Cabang : Irman Mahin
Kasie Teknik, Keuangan, Personalia : Landung Eko Hardiono Kasie Pemasaran : Rochmat Suhadak
Cabang Syariah Surabaya
Gedung Bumiputera Lantai 3 Jl. Pucang Anom Timur No. 64 Surabaya, 60282
Telp. : 031-5026486, 5026487 Fax. : 031-5026484
Email: syariah_surabaya@bumida.co.id
Kepala Cabang : Agus Muharto Kasie Teknik, Keuangan, Personalia : M. Alghani
Cabang Syariah Bandung
Gedung Bumiputera Lantai 3
45
Cilember, Cimahi, 50422 Telp. : 022-6647905 Fax. : 022-6647906
Email: syariah_bandung@bumida.co.id
Kepala Cabang : Fachreza Alfatah Staff : Andri Safdar
D. Ruang Lingkup Kegiatan Perusahaan4
1. Struktur Kepemilikan / Permodalan
Kepemilikan Perusahaan sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseoraan Terbatas dimiliki oleh; AJB Bumiputera 1912 99,8% dan PT Eurasia Wisata 0,2%.
Struktur permodalan Perusahaan telah dipenuhi, sesuai ketentuan modal disetor minimum yang dipersyaratkan dalam UU No. 2 Tahun 1992, dari Rp 25.000.000.000 menjadi Rp 100.000.000.000.
Untuk Bumida Syariah, sejak tahun 2007 modal disetor yang dipisahkan dari modal induknya telah mencapai Rp 10.000.000.000, dan akan terus ditingkatkan seiring dengan dikeluarkannya PP No. 39 Tahun 2009.
Kepercayaan dan loyalitas stake holder terhadap Perusahaan akan menghasilkan manfaat yang saling menguntungkan, bukan hanya dinikmati oleh share holder, tetapi juga oleh pemegang polis, karyawan dan semua pihak yang berkepentingan terhadap Perusahaan.
4
2. Penghargaan Perusahaan
a. Tahun 2002
1) The Big Five Trusted in Fire Insurance 2002 (Versi Majalah Kapital).
2) The Big Five Trusted in Motor Vehicle Insurance 2002 (Versi Majalah Kapital).
3) The Big Five Trusted in Health Insurance 2002 (Versi Majalah Kapital).
b. Tahun 2003
1) The Most Valuable Brand in Fire Insurance 2003 (Versi Majalah SWA Sembada).
c. Tahun 2005
1) Sertifikasi ISO 9001 : 2000 Sejak Maret 2005.
2) Asuransi Umum Terbaik Tahun 2005 (Versi Majalah Investor) Tahun 2005.
3) Asuransi Umum Sangat Bagus Tahun 2005 (Versi Majalah
InfoBank). d. Tahun 2008
1) Sertifikasi Pemeringkatan PEFINDO Peringkat BBB+.
2) Asuransi Umum Syariah Terbaik 2008 (Versi Majalah Investor). 3) Asuransi Umum Syariah Terbaik ke-2 2008 (Versi KARIM
47
3. Produk
a. Produk Andalan: 1) Sehat koe 2) Mobil koe 3) Siswa koe 4) Rumah koe 5) Motor Koe 6) Karyawan Koe
b. Produk Standart dan Modifkasi: 1) Asuransi Kesehatan
2) Asuransi Pengangkutan Barang 3) Asuransi Kendaraan Bermotor 4) Asuransi Peralatan Elektronik 5) Asuransi Uang
6) Asuransi Pekerjaan Konstruksi 7) Asuransi Kebakaran
KEPADA PESERTA ASURANSI KEBAKARAN
A. Metode Perhitungan Surplus Underwriting Asuransi Kebakaran
Penelitian ini diawali dengan melakukan pengumpulan data kelas
bisnis asuransi kebakaran pada PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967
Unit Syariah. Risk and Loss Profile Asuransi Kebakaran PT. Asuransi Umum
BumiputeraMuda 1967 Unit Syariah selama 5 tahun terakhir yaitu tahun
2005-2009 yang berisi RumahKoe yang ditanggung (exposure), jumlah premi yang
diterima dan jumlah klaim yang dibayarkan kepada peserta.1
Data risk and loss profile ini sangat penting dalam melakukan
perhitungan surplus underwriting, karena sebelum melakukan perhitungan
surplus underwriting perusahaan melakukan perhitungan tarif premi. Dengan
data inilah seorang aktuaris memiliki pengetahuan yang luas tentang risiko
dan kerugian yang pernah terjadi sebelumnya. Dengan informasi tersebut,
maka aktuaris dapat memperkirakan risiko dan kerugian yang mungkin terjadi
di masa mendatang. Dari informasi tersebut, maka akan dapat diestimsi berapa
tarif yang ditetapkan dimasa mendatang berdasarkan data yang ada.
Suatu perusahaan tidak bisa menetapkan tarif premi yang tidak
didasarkan pada data risk and loss profile. Bila suatu perusahaan melakukan
hal demikian, maka akan bertentangan dengan Peraturan Menteri Keuangan
1
Fitria Dewianty,”Metode Pehitungan Tarif Premi Asuransi Kendaraan Bermotor Berdasarkan Experience” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008), h.68-69.
49
No. 74 tahun 2007 karena dianggap mengabaikan data statistik dan izin
operasi perusahaan tersebut dapat dicabut. Bila suatu perusahaan mengabaikan
data statistik, hal ini akan sangat berbahaya bagi perusahaan tersebut dan bagi
para nasabah. Hal ini dikarenakan, asuransi merupakan bisnis yang mengelola
risiko. Risiko itu tidak dapat kita ketahui sebelum risiko itu terjadi, maka
untuk dapat mengukur risiko yang mungkin muncul dimasa mendatang adalah
dengan melihat kejadian sebelumnya, yaitu data tentang risiko dan kerugian
yang pernah terjadi. Dengan begitu, maka akan dapat diestimasi
kerugian-kerugian yang mungkin akan muncul dimasa mendatang.2
Berdasarkan keputusan Dewan Asuransi Indonesia, tarif untuk asuransi
telah ditetapkan berdasarkan kelasnya masing-masing. Untuk kelas I, rumah
tinggal tarifnya 0,05 permil. Kelas II sebesar 0,87 permil. Kelas III sebesar
1,16 permil. Misalnya, harga rumah dinilai seharga 100 juta dikali tarif permil,
hasil inilah yang harus dibayar oleh nasabah. Karena yang membedakan
besaran atau tinggi rendahnya rate/tarif adalah okupasi (penggunaan
bangunan/property yang hendak diasuransikan dipergunakan sebagai apa?)
apakah hanya sebagai rumah tinggal atau kantor/toko/gudang/pabrik dan
sebagainya. Bangunan dengan okupasi sebagai rumah tinggal tentunya
rate/tarif lebih murah dari pada okupasi sebagai toko/pabrik maupun gudang,
2
rate atau tarif dalam hal asuransi kebakaran perhitungannya berdasarkan
permil/per 1000 bukannya persen/per 100. 3
Jika suatu perusahaan tidak mendasarkan tarif preminya pada data
statistik dan hanya mengejar keuntungan semata, maka ketika terjadi klaim
dikhawatirkan tarif premi yang ditetapkan tidak cukup untuk membayar
klaim-klaim yang terjadi dimasa mendatang. Hal ini akan mengancam
eksistensi perusahaan dan nasabah pun akan dirugikan karena klaimnya tidak
dibayarkan. Oleh karena itulah pendasaran perhitungan tarif premi pada data
statistik adalah sangat penting. Islam sangat melarang mendatangkan b