• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3. Surplus Underwriting

perusahaan Asuransi Syariah serta menjaga kinerja keuangan perusahaan agar tetap stabil.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pada umumnya asuransi kebakaran memiliki frekuensi klaim yang lebih rendah dibandingkan dengan asuransi kendaraan bermotor. Oleh karena itu, surplus underwriting (surplus tabarru’) pada asuransi kebakaran bisa menjadi salah satu harapan perusahaan untuk memperoleh penghasilan di luar pendapatan premi. Dengan demikian, penulis membatasi masalah yang akan diteliti pada Surplus Underwriting dan mekanisme pendistribusiannya kepada peserta asuransi kebakaran yang berlaku pada PT. Asuransi BumiputeraMuda 1967 cabang Syariah (BUMIDA SYARIAH).

Adapun perumusan masalah yang akan diteliti terdiri dari hal-hal berikut ini:

1. Bagaimana metode perhitungan Surplus Underwriting pada asuransi kebakaran?

2. Bagaimana perusahaan mengalokasikan surplus underwriting (surplus tabarru’)?

3. Bagaimana Mekanisme Pendistribusian surplus underwriting kepada peserta asuransi kebakaran?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perusahaan mengalokasikan surplus underwriting (surplus tabarru’).

2. Mengetahui metode perhitungan Surplus Underwriting kepada peserta asuransi kebakaran.

3. Mengetahui mekanisme pendistribusian surplus inderwriting kepada peserta asuransi kebakaran.

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, sebagai wahana untuk mengaplikasikan teori-teori yang telah diperoleh selama studi di Perguruan Tinggi dengan aplikasi dan praktik yang nyata.

2. Bagi Perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong dan meningkatkan produksi pada asuransi kerugian syariah untuk mendapatkan surplus underwriting yang optimal.

8

3. Bagi Jurusan Asuransi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan akademisi sehingga dapat menambah keilmuan tentang Surplus Underwriting dan mekanisme pendistribusian Surplus Underwriting kepada peserta asuransi kebakaran.

D. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan merupakan perpaduan antara penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research) yakni penelitian yang mengumpulkan data-data di lapangan.

2. Data Penelitian

a. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif berupa aplikasi surplus underwriting dan mekanisme pendistribusiannya kepada peserta asuransi kebakaran pada PT. Asuransi Umum BumiputraMuda 1967 cabang syariah (BUMIDA SYARIAH) dengan menggunakan kata-kata dan kalimat.

b. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1) Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab dengan karyawan atau pejabat dari perusahaan asuransi yang berkenaan dengan penelitian ini.

2) Dokumenter, yaitu mengumpulkan data-data mengenai aplikasi surplus underwriting dan mekanisme pendistribusiannya kepada peserta asuransi kebakaran pada PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 cabang syariah (BUMIDA SYARIAH).

3. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Teknik pengolahan dan analisa data menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis temuan-temuan yang diperoleh secara sistematis. Dimana penulis berusaha menggambarkan permasalahan secara rinci dengan didasari pada data-data, fakta-fakta, sifat-sifat hubungan antar fenomena yang diselidiki untuk kemudian dianalisis lebih jauh agar dapat diambil suatu kesimpulan yang valid.

Sedangkan teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

E. Tinjauan Pustaka Terdahulu

Setelah membuka daftar skripsi tahun sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa belum ada skripsi yang membahas mengenai Mekanisme Perhitungan Surplus Underwriting Dan Mekanisme Pendistribusian Terhadap Peserta Asuransi Kebakaran. Belum ada yang membahas mengenai perubahan. Namun, ada beberapa skripsi yang membahas mengenai Underwriting dan tarif premi.

10

Untuk menghindari kesamaan terhadap suatu objek penelitian serta menghindari anggapan plagiasi terhadap karya tertentu, maka perlu dilakukan tinjauan pustaka terhadap kajian yang terdahulu.

Adapun skripsi tersebut adalah:

Sri Susanti, 2003 dengan judul skripsi “ Faktor-faktor yang mempengaruhi Premi Asuransi Jiwa ditinjau dari Aspek hukum Islam (Studi Kasus Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga)”. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, Muamalah, Asuransi Syariah, 2003. Penulis menyimpulkan dalam skripsi tersebut hanya membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi premi pada PT. Asuransi Takaful Keluarga, seperti mortalita, biaya, dan investasi, kemudian ditinjau dari segi hukum Islam. Perbedaannya dengan skripsi yang akan dilakukan oleh penulis adalah penulis meneliti tentang Mekanisme perhitungan Surplus Underwriting pada asuransi kebakaran pada PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 cabang syariah (BUMIDA SYARIAH), dan bagaimana perusahaan mengalokasikan dana surplus underwriting tersebut.

Yuniarti Rukmita, 2004 dengan judul skripsi “Perbandingan Penghitungan Premi (Produksi) Pada Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional (Studi Kasus Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga).” Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, Muamalah, Asuransi Syariah, 2004. Dapat disimpulkan bahwa skripsi tersebut membandingkan penghitungan premi yang dibayarkan nasabah dan manfaatnya antara PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT. Prudential. Kemudian skripsi ini memaparkan ilustrasi perhitungan

premi yang dibayarkan oleh nasabah dan manfaat yang akan didapatkannya ketika klaim atau habis kontrak. Perbedaannya dengan skripsi yang akan diteliti oleh penulis adalah mekanisme perhitungan Surplus Underwriting serta pendistribusiannya kepada peserta asuransi kebakaran pada PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda1967 cabang syariah (BUMIDA SYARIAH), apakah ada kebijakan dari perusahaan yang lebih adil bagi seorang nasabah yang memenuhi kriteria aktuaria.

Hairul Efendi, 2005 dengan judul skripsi ” Proses Underwriting Asuransi Jiwa dan Penerapannya (Studi Kasus Pada PT. AJB Bumiputera 1912 Divisi Syariah)”. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, Muamalah, Asuransi Syariah, 2005. Dapat disimpulkan dalam Skripsi tersebut menjelaskan mengenai proses underwriting pada PT. AJB Bumiputera 1912 Divisi Syariah, dalam melakukan penyeleksian dan penilaian risiko, sampai akhirnya dapat mengambil keputusan apakah peserta atau pemohon dapat diterima dengan memenuhi beberapa persyaratan atau ditolak. Perbedaannya dengan skripsi yang akan dilakukan oleh penulis adalah penulis meneliti tentang surplus underwriting pada perusahaan PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 cabang Syariah (BUMIDA SYARIAH) dalam produk asuransi kerugian kebakaran. Dan mekanisme pendistribusian surplus underwriting kepada peserta asuransi kebakaran.

Wawan Sofwan, 2006 dengan judul skripsi ”Peran Underwriter Dalam Menyeleksi Risiko Guna Menentukan Tarif Premi Contractors All Risk (CAR) Pada Produk Asuransi Rekayasa Syariah” (Studi Kasus Perusahaan Asuransi

12

Syariah Tripakarta). Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, Muamalah, Asuransi Syariah, 2006. Skripsi ini menjelaskan peran underwriter dalam penentuan tingkat risiko. Dengan adanya kegiatan seleksi risiko perusahaan dapat terhindar dari kerugian financial akibat kesalahan seleksi risiko. Peran underwriter sebelum menetapkan besarnya premi asuransi CAR (contractors all risk) ditetapkan berdasarkan jenis pekerjaan calon peserta asuransi dengan memperhitungkan tempat dan kondisi bangunan, semakin besar juga premi yang harus dibayar, begitu juga sebaliknya perbedaannya dengan skripsi yang akan dilakukan oleh penulis adalah penulis meneliti mekanisme pendistribusian dana surplus underwriting yang ada pada PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 cabang syariah (BUMIDA SYARIAH) kepada peserta asuransi kebakaran.

F. Kerangka Teori Dan Konsep

Premi asuransi adalah harga per unit asuransi atas proteksi yang dijamin di dalam polis6 atau dapat juga disebut sebagai pembayaran dari tertanggung kepada penanggung sebagai imbalan jasa atas pengalihan risiko kepada penanggung.

Dalam hal penetapan tarif premi, perusahaan harus dapat memastikan bahwa konsumen dapat membayar premi sesuai dengan profile risikonya, premi yang terkumpul cukup untuk membayar klaim yang terjadi dan dapat menutupi biaya operasional perusahaan, dan yang terpenting besarnya premi

6

Hotbonar Sinaga, Membangun Asuransi Membangun Indonesia, (Jakarta: Intrans, 2004), h. 37

wajar dan bersaing. Hal ini bertujuan agar dapat memberikan kesan pelayanan yang positif untuk para nasabah dan ataupun para calon nasabah.

Dengan demikian penulis menggmbarkan dalam bentuk kerangka konsep, seperti di bawah ini:

Premi Asuransi Kerugian (Asuransi Kebakaran)

Tabarru’ Ujroh

Dalam asuransi kerugian, premi terpecah menjadi dua komponen yaitu tabarru' dan ujroh. Dana yang masuk ke dalam rekening tabarru' akan dikelola oleh perusahaan seoptimal mungkin. Apabila jumlah klaim yang

Surplus Underwriting

Total Premi > Beban Klaim + Beban Reasuransi (Total beban klaim Asuransi kerugian (kendaraan / kebakaran)

Perusahaan Cadangan Tabarru’ Peserta

14

diajukan oleh peserta tidak begitu besar, perusahaan dapat memperoleh surplus underwriting. Senada dengan itu, asuransi kebakaran sebagai salah satu produk asuransi kerugian yang memiliki frekuensi klaim lebih rendah dibandingkan dengan Asuransi Kendaraan Bermotor, dan cukup memberikan peluang yang besar akan terciptanya surplus underwriting.

Surplus Underwriting tersebut akan dialokasikan untuk dana cadangan tabarru', dan atau dibagikan kepada perusahaan dan peserta (tertanggung). Dalam hal pengalokasian surplus underwriting, perusahaan cenderung memprioritaskan pada dana cadangan tabarru'. Disamping itu, perusahaan juga membagikan surplus underwriting tersebut kepada peserta sesuai dengan nisbah yang telah disepakati.

Setiap perusahaan memiliki kebijakan masing-masing dalam membagikan Surplus Underwriting kepada peseta (tertanggung). Salah satu pilihannya adalah dengan mentransfer Surplus Underwriting tersebut ke rekening peserta.

Jika risiko yang dimiliki oleh peserta tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, di samping itu, Surplus Underwriting yang diperolehnya cukup besar, maka perusahaan bisa mempertimbangkan kembali premi peserta asuransi kebakaran yang berlaku.

G. Sistematika Penulisan

BAB I. Bab ini berisi tentang latar belakang penulis mengangkat tema yang akan dibahas dalam skripsi, perumusan masalah dan pembatasan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian,Metode Penelitian, Tinjauan Penelitian Terdahulu, kerangka teori dan kerangka konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II. Pada bab ini, penulis memuat tinjuan pustaka dengan membahas teori-teori yang terkait dengan Underwriting dan mekanisme pendistribusian dana Surplus Underwriting kepada peserta asuransi kebakaran. Serta pengertian asuransi kebakaran dan ruang lingkup asuransi kebakaran.

BAB III. Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum mengenai perusahaan yang akan dijadikan penelitian bagi penulis yaitu PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda cabang syariah (BUMIDA SYARIAH) 1967. Di dalam gambaran umum ini penulis menggambarkan tinjauan umum perusahaan, sejarah singkat mengenai perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisai perusahaan dan ruang lingkup kegiatan perusahaan.

BAB IV. Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang ada di perusahaan, diantaranya; perkembangan dana surplus underwriting perusahaan asuransi PT. Asuransi Umum BumiputeraMuda 1967 unit syariah (BUMIDA SYARIAH), metode perhitungan surplus underwriting asuransi kebakaran, dan mekanisme pendistribusian surplus underwriting kepada peserta asuransi kebakaran.

BAB V. Bab ini berisi kesimpulan dan saran atas penelitian yang dilakukan oleh penulis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Underwriting

1. Pengertian dan Tujuan Underwriting a. Pengetian Underwriting

Underwriting yang bisa disebut juga dengan risk selection, adalah suatu fungsi manajemen risiko asuransi yang bertugas atas seleksi dan klasifikasi risiko yang dimiliki oleh calon tertanggung perorangan maupun kumpulan. Dengan kata lain, underwriting adalah memaksimalkan laba melalui penerimaan distribusi risiko yang diperkirakan akan mendatangkan laba. Tanpa underwriting yang efisien, perusahaan asuransi tidak akan mampu bersaing.1 Sedangkan orang yang mengevaluasi berbagai risiko serta menentukan diterima tidaknya surat permohonan asuransi disebut dengan Underwriter.

Dalam asuransi konvensional, underwriting dilakukan untuk memilih mana objek risiko yang ditanggung dan mana yang tidak. Ini berarti seorang underwriter akan membuat suatu penilaian berdasarkan semua risiko yang diajukan kepada perusahaan, yang diperkirakannya secara kolektif akan menguntungkan. Kemudian underwriter juga akan menentukan besarnya premi dan nilai deductible dan lain-lain. Yang sepadan dengan nilai antisipasi klaim dari tertanggung, biaya manajemen dan akuisisi.

1

Darmawi Herman, Manajemen Asuransi, (Bumi Aksara,2000), h. 31-32.

Dalam Asuransi Syariah memiliki perbedaan pada konsep dasarnya, ada prinsip saling memikul risiko diantara sesama orang atau peserta asuransi. Sehingga antara satu dengan lainnya menjadi penanggung atas risiko yang lainnya. Semua ini dilakukan atas dasar tolong menolong dalam kebaikan, dimana masing-masing mengeluarkan dana / sumbangan / derma (tabarru’) yang disepakati bersama nilainya untuk menanggung risiko tersebut. Sesuai dengan firman Allah SWT

)

ةﺪﺋﺎﻤﻟا

/

:

(

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa dan jangan tolong-menolonglah kamu dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS. 5 (al-Maa’idah) :2)

Suksesnya perusahaan asuransi membutuhkan usaha pendistribusian biaya dan manfaat yang seadil mungkin di antara peserta asuransi. Mempertahankan keadilan diantara para pemegang polis adalah pekerjaan penanggung (underwriter) yang harus mengklasifikasikan dan menentukan tarif masing-masing kemungkinan kerugian.

Dalam melakukan proses penerimaan risiko atau penyeleksian risiko (underwriting) terdapat tiga konsep penting yang menjadi dasar bagi

18

perusahaan asuransi untuk menerima atau menolak suatu penutupan risiko.2

Pertama, kemungkinan menderita kerugian (chance of loss). Sering disebut dengan probilita atau kemungkinan menderita kerugian dari sejumlah objek tertentu. Underwriter pada umumnya meramalkan kemungkinan menderita kerugian ini berdasarkan apa yang terjadi di masa lalu.

Kedua, tingkat risiko (degree of risk). Yaitu, ketidakpastian atas kerugian pada masa datang yang biasanya sulit untuk diramalkan. Tingkat risiko ini seringkali dicampuradukkan dengan kemungkinan menderita kerugian, tetapi keduanya mempunyai perbedaan pokok. Misalnya, suatu hal yang tidak mempunyai kemungkinan menderita kerugian (probilitas nol), maka secara teoritis tingkat risikonya juga nol. Tetapi, hal tersebut tidak berlaku, tingkat risiko kemungkinana masih tetap ada sebagai akibat dari situasi yang berbeda.

Ketiga, hukum bilangan besar (law of large number). Makin banyak objek yang mempunyai risiko yang sama atau hampir sama, akan mekin bertambah baik bagi perusahaan asuransi. Hal ini disebabakan penyebaran risiko-risiko akan lebih luas. Sehingga, secara sisitematis kemungkinan menderita kerugian dapat diramalkan dengan lebih baik.

Dengan demikian, underwriting adalah proses yang dengannya pengelola Asuransi Syariah mempertimbangkan dan menentukan apakah

2

Salusra Satria, Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi Kerugian di Indonesia-Dengan Analisis Risiko Keuangan “Early Warning System”, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI,1994), h. 19-20.

akan menerima partisipasi ganti rugi yang dibuat pemohon dan menentukan syarat-syarat yang akan ditentukan. Dengan kata lain,

underwriting adalah proses menyeleksi risiko dan mengklasifikasinya

sesuai dengan tingkat insurability (dapat ditanggungnya). Proses ini meliputi penolakan atas risiko-risiko yang dapat diterima (unacceptable), sehingga dapat ditentukan tarif yang sesuai. Underwriting disebut juga seleksi risiko yakni proses penaksiran dan penggolongan tingkat risiko yang terdapat pada seseorang calon peserta. Berdasarkan tingkat risiko, suatu permohonan dapat diterima atau ditolak. Yang bertanggung jawab terhadap penerimaan atau penolakan permohonan asuransi berdasarkan penaksiran risiko ini dinamakan underwriter.3

b. Tujuan Underwriting

Tujuan underwriting adalah menyeleksi dan mengklasifikasikan calon tertanggung sesuai tingkat risikonya masing-masing untuk menjadi bagian dari portofolio perusahaan dan menentukan kondisi khusus seperti ekstra premi karena kesehatan atau pengecualian sesuai dengan tingkat risiko yang akan menjadi bagian dari portofolio. Seorang tertanggung yang memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi, harus membayar premi pertanggungan yang lebih tinggi pula.

Underwriter Asuransi Syariah mempunyai tujuan yang sangat

berbeda. Konsep dasarnya adalah memberikan skema pembagian risiko yang proporsional dan adil diantara para peserta yang secara relatif

3

Sonny Dwi Harsono, Manajemen Badan Usaha Asuransi (Jakarta: Yayasan Pengembangan Ilmu Asuransi Jakarta Insurance Institute, 1993), h.22.

20

homogen. Dengan dasar pemikiran ini, melalui Asuransi Syariah diharapkan para peserta tolong menolong satu sama lain disertai dengan adanya perlindungan yang sifatnya mutual, maka semua peserta akan merasa aman dan menikmati perlindungan yang mereka butuhkan.

Dalam membuat taksiran risiko dan penetapan calon tertanggung kedalam kelompok-kelompok risiko, sasaran underwriter perusahaan adalah menyetujui dan menerbitkan polis yang: adil bagi nasabah “equitable to the client”, dapat dijual oleh agen “deliverable by the agent” dan menguntungkan perusahaan “profitable to the company”.4 Pada kenyataannya tidak semua calon tertanggung setelah diseleksi oleh seorang

underwriter berada dalam keadaan stabil seperti yang diasumsikan oleh

aktuaris. Karena perlu ada seleksi-seleksi lanjutan untuk mengetahui

apakah calon tertanggung mempunyai risiko-risiko yang sesuai dengan tarif atau manfaat yang diterima ketika terjadi klaim.

Md. Azmi Abu Baker dalam tulisannya Family Takaful Plan : Concept, Operation and Underwriting, membagi tujuan dari Underwriting dalam asuransi syariah kedalam dua bagian.5

Pertama, ensure rate adequacy’ memastikan kecukupan rate

premi’. Rate kontribusi Asuransi Syariah harus cukup, mengingat keuntungan yang dijanjikan berdasarkan produk-produk perusahaan.

4

Richard Bailey, Underwriting Dalam Perusahaan Asuransi Jiwa dan Kesehatan. (Jakarta: Yayasan Dharma Bumiputera, 2005), h. 143.

5

Azmi Abu Bakar, Family Takaful Plan: Concept, Operation and Underwriting

Ketidakcukupan rate akan mengarah ke problem keuangan yang berat jika tidak bahkan kebangkrutan.

Kedua, equity ‘keadilan’. Rate yang dibebankan untuk ganti rugi harus seimbang bagi peserta. Keadilan berarti membebankan setiap peserta sejumlah uang sepadan dengan resiko-resiko yang dibawanya ke Asuransi Syariah. Dengan kata lain, tidak ada sumbangan yang tidak adil yang muncul dari setiap kelas peserta oleh kelas peserta lain.

Allah berfirman dalam Al-Qur’anul-Karim tentang keseimbangan dan keadilan, baik dalam berprilaku sehari-hari dalam konteks ibadah dan akhlak, maupun dalam konteks muamalah atau bisnis (tijarah),

)

ةﺪﺋﺎﻤﻟا

/

:

(

Artinya: “Hai orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adilah, karena adil itu lebih dekat dengan taqwa. Dan bertawakalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. 5 (al-Maa’idah) :8)

22

Artinya: “Dan demikian pula kami telah menjadikan kamu sekalian umat yang pilihan (adil dan seimbang) agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul menjadi saksi pula atas perbuatanmu.” (QS. 2 (al-Baqarah) :143).

Jadi tujuan utama underwriting adalah untuk melindungi perusahaan terhadap seleksi yang merugikan. Lebih luas lagi dapat dikatakan bahwa tujuan underwriting adalah menjamin ganti rugi yang dikeluarkan atas dasar terms and conditions dan pada rate kontribusi asuransi syariah dengan maksud merefleksikan secara akurat tingkat risiko yang diberikan kepada perusahaan.

Istilah underwriting yang digunakan dalam bisnis asuransi syariah, selengkapnya meliputi dua elemen pokok.

1) seleksi; yaitu proses dimana perusahaan mengevaluasi proposal individu mengenai ganti rugi untuk menentukan tingkat risiko yang disajikan pemohon.

2) klasifikasi; yaitu proses menetapkan peserta pada kelompok individu yang secara tepat memiliki kesamaan probabilitas kerugian yang diperkirakan6

2. Proses dan Keputusan Underwriting a. Proses Underwriting

6

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General); Konsep dan Sistem Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 186.

Untuk melakukan proses underwriting yang efektif, underwriter harus mengumpulkan sebanyak mungkin informasi tentang pokok-pokok asuransi dalam batas-batas waktu dan biaya memperoleh data tambahan.

Desk underwriter mengolah exposure yang telah diusulkan oleh agen.

Underwriter dapat menerima calon nasabah sepanjang memenuhi

persyaratan underwriting yang ditetapkan perusahaan. Apabila suatu risiko ditolak, hal ini disebabkan underwriter merasa bahwa hazard yang berhubungan dengan risiko terlalu tinggi sehingga tarif juga akan terlalu tinggi.7

Tanggung jawab perusahaan asuransi terhadap para nasabahnya adalah memberikan layanan customer service yang baik dalam segala aspek. Apabila seorang nasabah mengajukan permintaan pertanggungan baru, penembahan rider untuk pertanggungan yang sudah berjalan, atau berinteraksi dengan perusahaan asuransi dalam cara apapun, maka nasabah tersebut mengharapkan dan layak untuk mendapatkan tanggapan yang cepat, benar, tegas dan bijaksana dari perusahaan asuransi. Begitu pula halnya bilamana seorang agen meminta informasi atau hal lainnya, maka harus dilaksanakan dengan cara yang cepat, benar, tegas dan bijaksana.8

Proses underwriting diawali dengan kegiatan prospecting dan penjualan yang dilakukan agen menggambarkan proses seleksi risiko. Proses ini sering disebut field underwriting. Field underwriting terjadi bilamana agen mengumpulkan informasi mengenai calon peserta dan

7

Darmawi Herman, Manajemen Asuransi (Jakarta: Bumi Aksara,2001), ed. Ke-II, h. 33-34.

8

24

memprediksi kelas risiko yang akan diterima. Para agen merupakan informan awal/dasar dalam proses underwriting, karena mereka berhubungan langsung dengan calon peserta / nasabah asuransi. Sehingga para agen harus mampu menguasai prinsip-prinsip dan pedoman-pedoman underwriting. Berikut beberapa proses underwriting yang harus dipenuhi yang dilakukan oleh tertanggung kepada penanggung:

1) Surat Permintaan

Setiap penutupan asuransi yang diajukan oleh tertanggung, harus dilakukan dengan surat permintaan yang disampaikan secara tertulis kepada penanggung. Surat ini biasanya disediakan oleh perusahaan asuransi. Surat permintaan ini menjadi dasar diterbitkannya dan menjadi bagian tak terpisahkan dari polis yang akan diterbitkan. Penutupan asuransi yang didasarkan pada permintaan lisan saja dapat menjadi sumber terjadinya kesalahpahaman pada saat terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian.

2) Analisis Risiko

Segera setelah surat permintaan asuransi yang diajukan oleh tertanggung diterima, penanggung menganalisis objek pertanggungan, yatu apakah permintaan asuransi diterima atau tidak. Jika diterima, kondisi apa yang akan diterapkan, termasuk berapa premi yang harus dibayar. Dalam tahap analisis ini, penanggung sangat dipengaruhi keputusannya oleh keterangan tertulis yang disampaikan.

3) Penerbitan Polis

Apabila permintaan asuransi diterima, penanggung segera menerbitkan polis yang akan menjadi akad kontrak asuransi antara tertanggung dan penanggung. Isi polis akan terdiri dari hal-hal berikut.

a) Iktisar pertanggungan dan tanda tangan penanggung. b) Pernyataan penanggung.

c) Risiko yang dijamin.

d) Pengecualian pertanggungan. e) Kondisi pertanggungan.

Polis hanya ditandatangani oleh penanggung. Tertanggung telah menandatangani perjanjian pada saat penandatanganan surat permintaan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari polis. Biasanya polis ditandatangani tanpa nama yang siap melakukan tanda tangan. Hal ini terjadi karena yang bertanggung jawab atas isi kontrak dalam polis adalah perusahaan, bukan penandatanganan polis.

b. Keputusan Underwriting

Keputusan-keputusan underwriting yang bijaksana sangat penting untuk memastikan bahwa suatu perusahaan asuransi tetap memiliki

Dokumen terkait