METODE ALOKASI SURPLUS UNDERWRITING DANA
TABARRU
’
PADA ASURANSI KERUGIAN SYARIAH
(Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
EUIS LIA KARWATI
NIM : 106046201729
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
METODE
ALOKASI,SUftPT, AS UNDERWMNNG
DANA
,TABARR{T
PADA ASURANSI
KERUGIAN SYARIAH
(Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk memenuhi Salah Satu SyaratMencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
EUIS
LIA KARWATI
MM.106046201729
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
I
Pembimbing trFahmi Basyah, ST, MM, AAIK, AIIS, QIP
NIP. 150370 227
KONSENTRASI ASURANSI
SYARIAH
PROGRAM STUDI
MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH
DAN
HUKUM
UIN
SYARIF
HIDAYATULLAH
,*ror,
yang berjudul Metode Alokasi surplus underwriting Dana Tabarru pada Asuransi Kerugian syariah (studi padaunit
syariahpr.
Asuransi umumBumiputera Muda 1967), telah diujikan dalam sidang munaqi$yah Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal23 luni 2011. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana program
strata
I
(sl)
pada Program studi Muamalat @konomi Islam)Panitia
Ujian
MunaqasyahKetua
:
Dr. Euis Amalia, M.AgNrP. 1 97 I 07 0t 1998032002
:
Mu'min Rouf, M.ANIP. 1 97004161997031004
Pembimbing
I
: Fahmi Basyah, ST,
MM, AAIK,Pembimbing
II:
Abdurrauf, Lp, M.ANrP. t50370227
Penguji t Dr. Euis Amalia, M.Ag NIP. I 97 10701 1998032002
Dr. H. Supriyadi Ahmad, M.A NIP. 19581 128199403 1001 Sekretaris
Jakarta,23 Juni2017
zDr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM l 9550505 I 9820310t2
ABSTRAK
Euis Lia Karwati : 106046201729. Metode Alokasi Surplus Underwriting
Dana Tabarru’ Pada Asuransi Kerugian Syariah (Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967). Skripsi. Konsentrasi Asuransi Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Untuk mengetahui tingkat surplus underwriting dana tabarru’ periode tahun 2009 dan tahun 2010 pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967; (2) Untuk mengetahui ketentuan yang digunakan dalam alokasi surplus underwriting dana tabarru’ pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967; (3) Mengetehuiperan surplus underwriting dana tabarru’ pada profit perusahaan Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, jenis penelitian yang digunakan merupakan perpaduan antara penelitian kepustakaan (library research) danpenelitianlapangan (field research) yakni penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Data primer yang digunakan dalam bentuk laporan keuangan Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 periode 2009-2010, company profile, serta hasi lwawancara pribadi. Data sekunder bersumber dari buku-buku, website, penelitian terdahulu, dan sumber-sumber tertulis lainnya.
Kesimpulan ini secara singkat adalah (1) Berdasarkan perhitungan surplus underwriting tahun 2009 dan tahun 2010 mengalami surplus underwriting dana tabarru’ yang sangat signifikan sebesar 88,45%. (2) berdasarkan PMK No. 18 dan Fatwa DSN-MUI No.53 pengalokasian surplus dana tabarru’ ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan perusahaan yang telah disetujui oleh DPS dan calon peserta pada saat menandatangani pernyataan akad, komposisinya yaitu sebesar 30% untuk peserta, 67,5% untuk pengelola dan 2,5% untuk cadangan.(3) Profit perusahaan diperoleh dari Pendapatan pengelola yaitu : Penerimaan Ujrah, Penerimaan Alokasi Surplus Tabarru, Hasil investasi dana Pengelola serta Bagi Hasil investasi pengelolaan dana Tabarru. Selanjutnya dikurangi beban-beban yang harus dibayar yaitu :Beban Pemasaran, Beban Umum, Beban Administrasi, Komisi, UjrahReasuransi, Beban lain-lain. Selisih yang terjadi akan diperoleh Profit Pengelola.
Kata kunci : Alokasi surplus Underwriting dana tabarru’, Asuransi Kerugian, Unit Syariah PT Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi
ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salahsatu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah lakafia.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisanini
telah saya cantumkansesuai dengan ketentuan yang berlaku
di
Universitas islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.
3.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya ataumerupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, l0 Juni 201 I
METERAI TEMPEL PAlix r!!er6rN rtNcs/ TGL 2A
3C411
E)14$-\I!,u'59t:4tl
6ww_w
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur, penulis panjatkan kepada Dzat yang maha mengetahui
semua yang ada dibumi dan dilangit, baik yang zahir dan yang bathin. Dialah
pemilik alam semesta ini Allah SWT. Yang berkat taufiq, hidayah dan inayah-Nya
penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada baginda alam, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga,
sahabatnya hingga akhir zaman nanti.
Banyak sekali rintangan serta hambatan yang penulis rasakan dalam penulisan
skripsi ini, namun Alhamdulillah berkat pertolongan Allah SWT dan bantuan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga akhirnya
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Ibu Euis Amalia, M.Ag. Ketua Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan
Hukum dan Bapak Mu’min Rouf, S.Ag, MA, selaku Sekretaris Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum.
3. Bapak Fahmi Basyah, ST, MM, AAIK, AIIS, QIP, dan Bapak Abdurrauf Lc,
MA. selaku Dosen Pembingbing
4. Bapak Drs. Saiful Hadi, pihak Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera
Muda 1967 yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan segala ilmu
pengetahuan, arahan dan sarannya, serta telah bersedia memberikan data-data
vii masa perkuliahan.
6. Kedua orang tua penulis yang terhormat Bapak Aos G. Muttaqin dan Ibu Eti
Rohayati, terima kasih atas cinta dan kasih sayang, serta mendidik penulis
dengan segala curahan hati dan doa restu yang diberikannya serta segala upaya
dan jerih payahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan berbagai jenjang
pendidikan sampai terselesaikannya skripsi ini. Kakak (A’udung, A’aay, Teh Oop, Teh Tia) Adik (Ina, Mia, Ikbal) Ponakan Ku Ahmad Shahibul Wafa,
terima kasih atas doa dan motivasinya.
7. Orang-orang terdekat penulis Yaya, Ida, Bunyati, Novi, Sopyan, Eli you are
the best friends, hanya ucapan terima kasih atas segala kebaikan yang kalian
berikan yang telah memberikan nasehat serta bantuan dan itu sangat berarti
bagi penulis dan setiap kenangan bersama kalian tak akan kulupakan.
8. My Dear yang selalu memberikan semangat dan motivasinya disaat rasa jenuh
datang dalam pembuatan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dorongan, semangat dan motivasi dalam kehidupan penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada
semua pihak atas seluruh bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada
penulis dalam menyusun skripsi ini semoga Allah SWT senantiasa memberikan
sinar terang kepada seluruh hambanya dan semoga aktifitas penulis selalu
diberkahi-Nya dan diberikan hidayah-Nya. Akhir kata, penulis skripsi ini
tentunya masih banyak kekurangan, namun semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua kalangan.
Jakarta, 10 Juni 2011
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN MUNAQASYAH ... iii
ABSTRAK ... iv
LEMBAR PERNYATAAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan dan Manfaat penelitian ... 9
D. Review Studi Terdahulu ... 10
E. Kerangka Teori dan Kerangka konsep ... 12
F. Metode Penelitian ... 14
G. Sistematika Penulisan ... 17
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG ASURANSI SYARIAH A. Konsep Asuransi Syariah ... 19
1. Pengertian Asuransi Syariah ... 19
2. Landasan Hukum Asuransi Syariah ... 22
3. Prinsip Dasar Asuransi Syariah ... 26
B. Konsep Dana Tabarru ... 28
1. Pengertian Dana Tabarru ... 28
2. Landasan Hukum Penggunaan Dana Tabarru ... 30
ix
Asuransi Umum Syariah ... 38
D. Surplus Dana Tabarru dan Mekanisme Pendistribusiannya ... 42
BAB III GAMBARAN UMUM UNIT SYARIAH PT. ASURANSI UMUM BUMI PUTERA MUDA 1967 A. Sejarah Singkat ... 46
B. Visi Misi ... 48
C. Struktur Organisasi ... 50
D. Struktur Permodalan ... 52
E. Produk-Produk ... 53
F. Produk Standar Syariah ... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Perhitungan Surplus Underwriting Dana Tabarru Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 ... 63
B. Ketentuan Dalam Alokasi Surplus DanaTabarru ... 68
C. Pengalokasian Surplus Dana Tabarru Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 ... 72
D. Peran Surplus Underwriting Dana Tabarru Pada Peningkatan Profit Perusahaan ... 79
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 82
DAFTARA PUSTAKA ... 84
x
[image:10.612.115.538.57.429.2]DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Perasuransian 2005-2009 ... 1
Tabel 4.1 Perhitungan Surplus Underwriting Dana Tabarru’ Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Tahun 2009 ... 65
Tabel 4.2 Perhitungan Surplus Underwriting Dana Tabarru’ Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Tahun 2010 ... 66
Tabel 4.3 Pengalokasian Surplus Dana Tabarru’ Tahun 2009 ... 73 Tabel 4.4 Pengalokasian Surplus Dana Tabarru’ Tahun 2010 ... 74 Tabel 4.5 Contoh perhitungan insentif surplus bagian peserta dari tahun buku
2009 yang akan berlaku untuk polis-polis yang jatuh tempo pada
tahun 2010 ... 75
Tabel 4.6 Contoh perhitungan insentif surplus bagian peserta dari tahun buku
2010 yang akan berlaku untuk polis-polis yang jatuh tempo pada
xi 1. Daftar Pertanyaan Wawancara
2. Hasil Wawancara
3. Laporan Surplus Underwriting Dana Tabarru’ Per 31 Desember 2009 dan 2010
4. Laporan Perhitungan Perubahan Dana Tabarru’ 5. Laporan Neraca Dana Tabarru’
6. Peraturan Mentri Keuangan Nomor. 18/PMK.010/2010 Tentang
Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha
Reasuransi Dengan Prinsip Syariah
7. Surat Kesediaan Menjadi Pembimbing Skripsi
8. Surat Mohon Data / Wawancara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan bisnis ekonomi yang berbasis syariah di Indonesia di mulai
dengan berdirinya Bank Muamalah Indonesia (BMI) pada tahun 1991, yang
kemudian diikuti pembukaan windows-windows syariah pada bank konvensional.
Lembaga keuangan syariah merupakan sektor yang paling besar pengaruhnya
dalam aktivitas perekonomian masyarakat modern, dimana sumua pihak
membutuhkan lembaga ini sebagai pelantara atau media dalam pengelolaan dana
masyrakat. Jumlah perusahaan perasuransian mengalami perkembangan seperti
[image:12.612.125.532.127.672.2]yang terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1.11
PERTUMBUHAN JUMLAH PERUSAHAAN PERASURANSIAN 2005 – 2009
No Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009
1 Asuransi Jiwa / Life Insurance 51 51 46 45 46 a. Swasta Nasional / National Private 35 35 29 27 28 b. Patungan / Joint Venture 16 16 17 18 18 2 Asuransi Kerugian / Non Life Insurance 97 97 94 90 89 a. Swasta Nasional / National Private 78 78 73 70 69 b. Patungan / Joint Venture 19 19 21 20 20
3 Reasuransi / Reinsurance 4 4 4 4 4
a. Swasta Nasional / National Private 4 4 4 4 4
b. Patungan / Joint Venture - - - - -
4 Penyelenggara Program Asuransi Sosial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
2 2 2 2 2
5 Penyelenggara Asuransi untuk PNS dan TNI / POLRI 3 3 3 3 3 6 Jumlah / Total (1 s.d. 5) / (1 to 5) 157 157 149 144 144 7 Pialang Asuransi / Insurance Brokers 134 143 146 141 142 8 Pialang Reasuransi / Reinsurance Brokers 21 23 23 21 22 9 Penilai Kerugian Asuransi / Loss Adjusters 30 33 27 27 28 10 Konsultan Aktuaria / Actuarial Consultants 28 30 30 28 29 11 Agen Asuransi / Insurance Agents 6 7 8 10 14 12 Jumlah / Total (7 s.d. 11) / (7 to 11) 219 236 234 227 235 13 Jumlah / Total (1 s.d. 11) / (1 to 11) 376 393 383 371 379
1
Seiring dengan pertumbuhan perbankan syariah yang cukup pesat dan
menjanjikan, lembaga keuangan non bank juga tumbuh dan berkembang salah
satunya asuransi syariah, asuransi dalam literatur keislaman lebih banyak
bernuansa sosial daripada bernuansa ekonomi atau profit oriented (keuntungan
bisnis). Hal ini dikarenakan oleh aspek tolong menolong yang menjadi dasar
utama dalam menegakan praktik asuransi dalam islam. Maka, tatkala konsep
asuransi tersebut dikemas dalam sebuah organisasi perusahaan yang berorientasi
kepada profit, akan berakibat pada penggabungan dua visi yang berbeda yaitu,
visi sosial yang menjadi landasan utama dan visi ekonomi yang merupakan
landasan periferal.2
tentunya kehadiran lembaga keuangan ini sangat dibutuhkan bagi
masyarakat (muslim) di Indonesia. Sementara sebagian masyarakat muslim di
Indonesia belum memilki kesadaran mengenai perlunya berasuransi. Hal ini
disebabkan karena berbagai faktor seperti belum meratanya pendapatan
masyarakat, pandangan yang di generalisasi secara teologis bahwa asuransi
bertentangan dengan syariat islam juga sikap masyarakat yang belum berorientasi
pada perencanaan atau proteksi atas resiko yang mungkin terjadi dimasa depan.
Asuransi merupakan salah satu sarana yang mutlak yang diperlukan untuk
menyeleksi persoalan umum masyarakat dengan cara kerja sama timbal balik,
asuransi syariah ini merupakan satu kebutuhan dasar manusia, karena kecelakaan
dan konsekuensi financialnya yang memerlukan santunan, asuransi merupakan
2
3
hal yang universal, kematian mendadak, cacat, penyakit, kebakaran, banjir, badai,
tenggelam dan kecelakaan-kecelakaan yang bersangkutan dengan transportasi,
serta kerugian financial yang disebabkannya, tidaklah tergantung pada tindakan
suka rela ataupun jenis pekerjaan dan sebagainya.
Pada intinya manusia dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) dalam
menghadapi atau menjalankan pola kehidupan. Oleh karena itu, keberadaan
perusahaan asuransi syariah diperlukan guna menanggulangi atau meminimalisir
kerugian akibat peristiwa yang di alami manusia.
Dalam kegiatan bisnis asuransi segala sesuatu diarahkan untuk memproteksi
keadaan dimasa mendatang yang belum pasti terjadi atas sebuah risiko yang
berkaitan dengan nilai aktivitas ekonomi seseorang. Menghadapi masa yang akan
datang (future time) merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri oleh manusia,
walaupun dalam wujudnya keadaan yang akan terjadi dimasa mendatang itu
belum jelas realitanya. Ini dikarenakan kenyataan dari kehidupan manusia
berjalan secara linier yang terikat oleh masa lalu, masa sekarang dan masa yang
akan datang. Seseorang tidak akan dapat memastikan apakah dia masih hidup atau
masih dalam keadaan sehat dimasa satu minggu kedepan? Atau apakah keadaan
harta seseorang akan tetap terhindar dari musibah atau bencana?
Dalam hal ini manusia hanya dapat merencanakan dan memprediksi kejadian
dimasa yang akan datang, sedang kepastian (certainty) hanya ada di tangan Tuhan
Yang Kuasa atas segalanya. Darisini manusia dituntut untuk membaca (qira’ah)
peristiwa-peristiwa yang telah lalu. Dengan kejadian yang telah lalu manusia
dapat mengukur dan mengkaji bagaimana seharusnya dia melangkah ke depan
dengan membawa pengharapan yang lebih baik.3
Upaya untuk mengatasi sifat alamiah yang berwujud sebagai suatu keadaan
yang tidak pasti tadi, antara lain dilakukan oleh manusia dengan cara menghindari
atau melimpahkannya kepada pihak-pihak lain diluar dirinya sendiri.
Perusahaan asuransi syariah bersaing dengan perusahaan asuransi syariah
lainnya dalam penyediaan perlindungan asuransi. Dan setiap sistem ekonomi
bekerja menurut prinsip yang sama, yaitu “motif ekonomi” bahwasannya tiap-tiap
orang atau masyarakat akan berusaha mencapai hasil yang sebesar-besarnya
dengan harga yang serendah-rendahnya dan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya Pesaing bisa kita jadikan sebagai sumber inspirasi dalam
memperbaiki kinerja manajemen perusahaan sehingga menjadikan perusahaan
selalu lebih profesional. pesaing dapat mendorong kita bekerja lebih kreatif dalam
menghasilkan produk ataupun jasa dengan bekerja secara lebih efisiensi dan
efektif.4
Tujuan berbisnis yang benar adalah menghasilkan produk ataupun jasa yang
dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya dengan kualitas terbaik, dan harga
3
Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Historis, Teoritis dan Praktis, hal. 93.
4
5
terjangkau bagi masyarakat sebagai konsumennya.5
Secara umum pelaturan perasuransian syariah pada dasarnya sama dengan
yang berlaku pada asuransi konvensional, terutama yang berkenaan dengan ihwal
administrasi dan system pelaporannya. Tetapi yang membedakan dalam setiap
kegiatan muamalah, termasuk asuransi syariah, tata cara dan operasinya harus
berlandaskan pada Al-Quran dan Hadist Nabi SAW. Prinsip-prinsip tersebut tidak
boleh dilanggar . oleh karena itu, salah satu ketentuan Al-Quran dan Hadist Nabi
yang menjadi landasan setiap kegiatan yang bersifat muamalah harus
menghindarkan unsur-unsur berikut, yaitu gharar, mayisir, dan riba sebagai
gantinya islam selalu menekankan setiap bentuk usaha, suka sama suka dan
kebersamaan dalam menghadapi resiko.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam mekanisme pengelolaan dana pada
asuransi syariah terdapat alokasi distribusi dana yaitu dana tabarru’ dan dana
saving, dimana pos-pos dana tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam melakukan manajemen asuransi syariah.
Akad yang mendasari kontrak asuransi kerugian syariah adalah akad
tabarru’. Dalam akad ini, pihak pemberi dengan ikhlas memberikan sesuatu
dalam bentuk kontribusi/premi tanpa ada keinginan untuk menerima apapun dari
orang yang menerima kontribusi/premi tersebut.
Akad tabarru’ pada asuransi syariah dan reasuransi adalah semua bentuk
akad yang dilakukan dalam bentuk hibah dengan tujuan kebajikan dan tolong
5
menolong antar peserta bukan untuk tujuan komersial6
Dalam hal ini, dana tabarru’ merupakan kumpulan dari premi tabarru’
(sejumlah uang yang diserahkan pemegang polis atau peserta asuransi, yang
secara tulus ikhlas dan tidak untuk diminta kembali, yang ditujukan untuk tolong
menolong) yang mana perusahaan itu berkewajiban untuk mengelola dana
tabarru’, melalui aktifitas investasi dan perusahaan mendapat ujrah (fee) atas
pengelolaan dana tersebut.
Oleh karena itu, dana tabarru’ disimpan dalam satu rekening khusus dimana
apabila ada yang mendapat musibah, dana klaim yang diberikan adalah dari
rekening dana tabarru’ yang sudah diniatkan oleh semua peserta untuk
kepentingan tolong menolong.
Salah satu prinsip dasar pada asuransi syariah ialah prinsip saling
melindungi dari berbagai kesusahan, para peserta asuransi syariah setuju untuk
saling melindungi dari musibah, kesusahan, bencana dan sebagainya terutama
melalui penghimpunan dana tabarru’ melalui perusahaan yang diberi
kepercayaan untuk itu, yang imblasnya kepada masyarakat luas termasuk
masyarakat non asuransi.
Dengan adanya dana tabarru’ ini dari peserta asuransi syariah maka semua
dana untuk menanggung resiko dihimpun oleh para peserta sendiri. Premi yang
terkumpul dari peserta (pemegang polis) merupakan milik peserta setelah
6
7
dikurangi pembiayaan dan fee (ujrah) perusahaan. Sebab pada hakikatnya
perusahaan hanya bertindak sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya
dengan akad wakalah dalam kaitan ini al wakalah bil ujrah.7
Wakalah bil ujrah merupakan pemberian kuasa dari peserta kepada
perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dengan pemberian ujrah (fee)
dan dapat diterapkan pada produk asuransi yang mengandung unsur tabungan
(saving) maupun unsur tabarru’ (non saving).8
Oleh karena dana-dana yang terhimpun dan digunakan oleh dan dari peserta
tersebut harus dikelola dengan secara baik, untuk itu peserta memberi kuasa
kepada perusahaan asuransi untuk bertindak sebagai operator yang bertugas
mengelola dana-dana tersebut secara baik
Dalam hal ini, yang menjadi potensi permasalahan adalah ketika dana
tabarru’ tersebut menggelembung seperti balon yang disebabkan karena dana
tabarru’ akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah premi dan
hasil investasi, sedangkan klaim yang dibayarkan dari dana tabarru’ kepada
peserta lebih sedikit dari jumlah keseluruhan dana tabarru’, maka yang terjadi
adanya surplus dalam pengelolaan dana tabarru’ yang kita pahami sebagai
surplus underwriting dengan didasarkannya kontrak asuransi syariah (kerugian)
atas akad tabarru’, perusahaan tidak diharuskan memberikan sesuatu kepada
peserta. Namun, apabila perusahaan akan memberikan sesuatu berupa bonus atau
7
Muhammad Amin Suma, Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional; teori, system, aplikasi dan pemasaran (Ciputat: Kholam Pusdishing, 2006), hal. 61.
8
hadiah sebagai tanda terima kasih, itu diperbolehkan asal tidak dijadikan sebagai
keharusan.9 Oleh karena itu, bagi hasil karena surplus dana tabarru’ bukan
merupakan kewajiban bagi pengelola karena dana tabarru’ adalah dana yang di
ikhlaskan hanya untuk mendapatkan pahala dan ridha Allah SWT.
Lalu bagaimana perusahaan mengelola dana tabarru’ yang terhimpun dari
dana peserta? Dan bagaimana metode perhitungan yang dilakukan oleh
perusahaan?
Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mempelajari dan karena
itu penulis merasa tertarik mengangkat sebuah judul:
Metode Alokasi Surplus Underwriting Dana Tabarru’ pada Asuransi
Kerugian Syariah (Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967)
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini tidak meluas serta
menjaga kemungkinan penyimpangan dalam penelitian skripsi maka dalam
penulisan ini penulis memfokuskan dan mambatasi pembahasannya pada
hal-hal berikut : Metode alokasi surplus dana tabarru’ dibatasi pada ketentuan
dalam pembagian surplus dana tabarru‟ serta praktik yang dilakukannya pada
asuransi syariah general umum di Unit Syariah PT. Asuransi Umum
9
9
Bumiputera Muda 1967, data yang diteliti dibatasi hanya pada tahun
2009-2010.
2. Perumusan Masalah
Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana tingkat surplus underwriting dana tabarru’ pada Unit Syariah
PT. Asuransi umum Bumiputera Muda 1967 periode 2009 dan 2010 ?
b. Bagaimana ketentuan dalam pembagian surplus underwriting dana
tabarru’ ?
c. Bagaimana surplus underwriting dana tabarru’ memberikan
sumbangannya kepada profit perusahaan ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dengan adanya semua perumusan masalah diatas, diharapkan adanya suatu
kejelasan yang dijadikan tujuan bagi penulis dalam skripsi ini.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat surplus underwriting dana tabarru’ pada periode
2009 dan 2010
2. Untuk mengetahui ketentuan yang digunakan dalam pembagian surplus dana
tabarru’
3. Untuk mengetahui peran surplus dana tabarru’ pada profit perusahaan
Terkait dengan tujuan diatas, maka penulis ini memiliki manfaat bagi:
alokasi surplus dana tabarru’ pada asuransi syariah
2. Fakultas : Penelitian ini menambah khazanah ilmu pengetahuan dan
sebagai bahan referensi bagi mahasiswa, staf pengajar dan
yang lainnya.
3. Perusahaan : Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu
acuan atau masukan dalam metode alokasi surplus dana
tabarru’. Dan diharapkan metode yang dilakukan dalam
mengalokasikan surplus dana tabarru’ akan lebih baik
dimasa mendatang.
4. Masyarakat : Merupakan sumber referensi dan saran pemikiran bagi
kalangan akademisi dan praktisi di dalam menunjang
penelitian selanjutnya yang akan bermanfaat sebagai bahan
perbandingan bagi penelitian yang lain.
D. Review Studi Terdahulu
Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan terhadap beberapa sumber
kepustakaan, penulis menyimpulkan bahwa apa yang menjadi masalah pokok
dalam penelitian ini tampaknya sangat penting
Adapun kajian pustaka dalam penelitian ini dengan melihat beberapa
penelitian skripsi:
1. Perspektif Hukum Islam terhadap Aplikasi Dana Tabarru di PT Asuransi
Mubarakah (Jakarta, Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN
11
Penelitian ini membahas tentang perspektif hukum islam terhadap aplikasi
dana tabarru’ di PT Asuransi Syariah Mubarakah, bagaimana aplikasi dana
tabarru’ dari segi pengumpulan, pengelolaan dan penggunaanya, serta apakah
ketiga aplikasi tersbut tidak bertentangan dengan hukum islam dan telah
sesuai dengan apa yang telah termaktub dalam fatwa DSN.
2. Tinjauan Ekonomi Islam terhadap Pengelolaan Dana Tabarru pada PT
Asuransi BRIngin Life Syariah, Ainun Najiebah, 102046225363 (Jakarta,
Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah,
2006).
Penelitian yang dilakukan oleh saudari Ainun yaitu membahas tentang konsep
ekonomi islam terhadap dana tabarru’, serta mekanisme pengelolaan dana
tabarru’ pada PT Asuransi BRIngin Life
3. Konsep Dana Tabarru Operasional dan Aplikasinya pada Asuransi syariah
(Tinjauan terhadap Praktek Takaful Keluarga) (Jakarta, Jurusan Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2003).
Penelitian ini membahas tentang konsep serta pengelolaan dana tabarru’ dan
bagaimana operasional dana tabarru’ pada Asuransi Takaful Keluarga.
Sedangkan penelitian yang akan penulis lakukan mengenai metode
alokasi surplus dana tabarru’ pada asuransi syariah general umum yaitu di
PT Asuransi Bumiputera Muda 1967. Penulis akan membahas tentang
metode perhitungan yang dilakukan dalam alokasi surplus dana tabarru’,
ketentuan dalam pembagian surplus dana tabarru’ dan praktik yang
E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
1. Kerangka Teori
Pada perusahaan asuransi syariah dana premi yang masuk merupakan
dana peserta setelah dikurangi fee (ujrah) perusahaan atas jasa pengelolaan
dana premi. Ketika terjadi klaim, perusahaan tidak lagi mengeluarkan dana
apapun yang berasal dari kas perusahaan karena penggantian klaim diambil
dari dana tabungan peserta (tabarru’)10
Dari dana tabarru’ pada asuransi kerugian apabila terjadi surplus dana
tabarru’ dibagikan baik kepada peserta maupun ke perusahaan pada setiap
periodenya dengan besaran prosentase (nisbah) yang telah disepakati
perusahaan dan nasabah diawal perjanjian.
Penetapan besaran pembagian surplus dana tabarru’ tergantung kepada
secara kolektif, regulator atau kebijakan manajemen.11
a. Seluruh surplus sebagai cadangan dana tabarru’
b. Sebagian sebagai cadangan dana tabarru’ dan sebagian lainnya
didistribusikan kepada peserta
c. Sebagian sebagai cadangan dana tabarru’, sebagian di distribusikan
kepada peserta, dan sebagian lainnya didistribusikan kepada entitas
pengelola.
10
Muhammad Amin Suma, Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional; teori, system, aplikasi dan pemasaran, (Ciputat: Kholam Pusdishing, 2006), hal. 68.
11
13
Landasan teori dari penelitian ini adalah metode alokasi surplus dana
tabarru’ yang meliputi metode perhitungan yang dilakukan, ketentuan
pembagian serta praktek yang dilakukan dalam alokasi surplus dana tabarru’?
2. Kerangka Konsep
Aliran Dana pada Asuransi Kerugian Syariah
Pada perusahaan asuransi syariah dana premi yang diterima oleh
perusahaan asuransi syariah akan dipisah ke dana pengelola (ujrah) dan dana
tabarru’. Dana pengelola (ujrah) itu digunakan untuk biaya akuisisi (biaya
agen, diskon, bomus, hadiah, dan kain-lain), biaya operasional (biaya
administrasi, biaya pemasaran, dan lain-lain). Ujrah reasuransi (ujrah R/A) dan
margin ujrah. Sedangkan dana tabarru’ digunakan untuk membayar klaim,
Kontribusi premi
Dana Tabarru
Beban Tabarr u
Surplus Tabarru
Cadangan Dana Tabarru
Bagian Peserta Ujrah Investasi
Hasil Investasi
Bagian Pendapatan Operator (perusahaan)
Deposit o
membayar R/A, dan lain-lain, dari dana tabarru tersebut, perusahaan akan
mendapatkan surplus tabarru’ yang dialokasikan untuk perusahaan, cadangan
dana tabarru’ dan peserta asuransi syariah.
F. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian
deskriftif, yaitu metode penelitian yang data-datanya dinyatakan dalam bentuk
kata-kata atau kalimat. metode penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yaitu
yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal yang
seperti apa adanya, sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang
situasi-situasi dilapangan apa adanya.
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah Unit Syariah PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967 yang berlokasi di Jl. Wolter Mongonsidi No. 63
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 12180, penulis beralasan memilih PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Unit Syariah karena perusahaan ini
salah satu perusahaan yang mengalami perkembangan keuangan yang baik
dan dari tahun ke tahun selalu mengalami perkembangan.
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
15
diperoleh dalam bentuk angka pada sebuah laporan keuangan perusahaan
asuransi syariah. Kualitatif karena data-data yang diperoleh berdasarkan
buku-buku, majalah, koran, kajian pustaka terdahulu, serta artikel yang
dikumpulkan penulis dan berhubungan dengan permasalahan dalam
pembahasan skripsi ini.
4. Jenis data dan sumber data
Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis sumber
data yaitu:
a. Sumber data primer
Data yang diperoleh langsung dari Unit Syariah PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967
b. Sumber data sekunder
Merupakan sumber dari buku-buku, majalah, website, penelitian
terdahulu, dan sumber-sumber tertulis lainnya yang mengandung
informasi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
4. Tekhnik pengumpulan data
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka dalam pengumpulan
data skripsi ini, penulis menggunakan penelitian sebagai berikut:
a. Penelitian kepustakaan (library research)
Yaitu dengan mengumpulkan data-data yang diambil dari buku-buku,
jurnal, artikel, majalah dan internet yang mendukung serta berkaitan
b. Penelitian lapangan (field research)
Yaitu penulis mengumpulkan data secara langsung ke tempat objek
penelitian. Teknik pengumpulan data dengan melalui dua cara, yaitu :
1) Observasi, yaitu dengan observasi ke Unit Syariah PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda 1967 untuk mendapatkan data yang valid
bagi penelitian ini.
2) Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab dengan pihak yang terlibat
dengan penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
5. Teknik analisa data
Data-data yang telah terkumpul, kemudian diklasifikasikan menjadi dua
yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data-data kualitatif
berupa kata-kata atau simbol, untuk selanjutnya dilakukan content analysis
(riset dokumen), karena pengumpulan data dan informasi akan dilakukan
melalui pengurusan arsip dan dokumen.
Setelah semua data terkumpul dan telah dilakukan content analysis,
maka penulis melanjutkan tahap analisis dengan menggunakan metode
deskriftif analysis. Pada tahap ini, data disimpulkan dan dianalisis sedemikian
rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat
digunakan untuk menjawab persoalan dalam penelitian ini. Dalam
menganalisis Alokasi surplus Dana Tabarru yang didapat perusahaan dengan
metode perhitungan surplus dana tabarru’, data yang digunakan adalah
17
selama tahun berakhir yaitu 2009-2010.
6. Teknik penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah
menggunakan buku pedoman penulisan skripsi fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini asalah
sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka,
kerangka teori dan kerangka konsep, metode penelitian serta sistematika
penulisan.
BAB II Landasan Teori, bab ini membahas tentang konsep asuransi syariah,
pengertian asuransi syariah, landasan hukum asuransi syariah, prinsip
dasar asuransi syariah, mekanisme operasional asuransi syariah. Konsep
dana tabarru, pengertian dana tabarru, landasan hukum dana tabarru,
mekanisme pengelolaan dana tabarru, tujuan dan manfaat dana tabarru‟ Implementasi akad tabarru dan wakalah bil ujrah pada asuransi umum
syariah, surplus dana tabarru dan mekanisme pendistribusiannya
BAB III Gambaran Umum Unit Syariah PT Asuransi Umum Bumiputera
Umum Bumipuetra Muda 1967 produk yang dihasilkan, serta kinerja PT
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967
BAB IV Hasil Penelitian, Bab ini membahas tentang metode yang digunakan
dalam alokasi surplus dana tabarru‟ oleh perusahaan asuransi syariah, ketentuan pembagian dalam alokasi surplus dana tabarru serta praktik
yang dilakukannya.
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Asuransi Syariah
1. Pengertian Asuransi Syariah
Dalam literatur arab (fikih islam), asuransi dikenal dengan sebutan “
al-takaful” dan al-tadhamun. Secara literal, al-takaful artinya “pertanggungan yang berbalasan,” atau hal “saling menanggung”, sedangkan at-tadhamun secara harfiah berarti “solidaritas” atau hal saling menanggung hak/kewajiban
yang berbalasan.
Sebutan lain bagi asuransi/takaful ialah at-ta’min. Kata ini terambil dari
akar kata amina, artinya aman, tenang dan tentram. Maksud kata aman disini
ialah ketenangan jiwa dan hilangnya rasa takut/was-was. Asuransi itu
dinamakan at-ta’min disebabkan pemegang polis sedikit banyak telah merasa
aman begitu ia mengikatkan dirinya sebagai anggota/nasabah sebuah asuransi.
Dengan menjadi anggota asuransi, paling tidak secara teoritis yang
bersangkutan merasa terhindar atau paling sedikit terkurangi rasa cemas akan
menanggung beban berat manakala terjadi sesuatu terhadap diri dan atau harta
bendanya.1
Husain Hamid Hisan mengatakan bahwa asuransi adalah sikap ta‟awun
yang telah diatur dengan sistem yang sangat rapih antara sejumlah besar
1
manusia. Semuanya telah siap mengantisipasi suatu peristiwa jika sebagian
mereka mengalami peristiwa tersebut, maka semuanya saling menolong dalam
menghadapi peristiwa tersebut, dengan sedikit pemberian (derma) yang
diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan pemberian (derma) tersebut,
mereka dapat menutupi kerugian-kerugian yang dialami oleh peserta yang
tertimpa musibah.2
Ahli fiqh kontemporer Wahhab Az-Zuhaili mendefinisikan asuransi
dalam dua bentuk yaitu At-Ta’min At-Tawuni (asuransi tolong menolong) dan
At-Ta’min biqist sabit (asuransi dengan pembagian tetap). Sedangkan Mustafa
Ahnad Az-Zarqa memaknai asuransi sebagai suatu cara atau metode untuk
memelihara manusia dalam menghindari risiko (ancaman) bahaya yang
beragam yang akan terjadi dalam hidupnya, dalam perjalanan kegiatan
hidupnya atau dalam aktivitas ekonominya. Ia berpendapat bahwa sistem
asuransi adalah sistem Ta’awun dan Tadhamun yang bertujuan untuk
menutupi kerugian peristiwa-peristiwa atau musibah-musibah oleh
sekelompok tertanggung kepada orang yang tertimpa musibah tersebut.
Penggantian tersebut berasal dari premi mereka.
Sedangkan di Indonesia asuransi syariah lebih dikenal dengan istilah
Takaful yang berarti menjamin atau saling menanggung.Asuransi syariah
menurut fatwa Dewan Syariah Nasional No.21/DSN-MUI/X?2001, adalah:
2
21
Asuransi syariah (Ta’min, Takaful, Tadhamun) adalah usaha saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui
investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’ memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan
syariah. Dengan akad takaffuli dan dana tabarru‟ tersebut menjadikan semua peserta sebagai keluarga besar yang saling menanggung satu sama lainnya.3
Pengertian ini berbeda dengan asuransi menurut Undang-Undang No. 2
tahun 1992, yaitu: Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua
pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri pada
tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian
pada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Menurut Juhaya S. Praja, pengertian asuransi syariah adalah saling
memikul risiko diantara sesama orang, sehingga antara satu dengan yang
lainnya menjadi penanggung atas risiko lainnya. Saling pikul risiko itu
dilakukan atas dasar saling tolong menolong dalam kebaikan dengan cara
masing-masing mengeluarkan dana ibadah (tabarru’) yang ditujukan untuk
3
menanggung risiko tersebut.4
Suhrawardi K. Lubis mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan
asuransi syariah adalah pertanggungan yang berbentuk tolong menolong atau
disebut juga dengan perbuatan kafalah, yaitu perbuatan saling menolong
dalam menghadapi sesuatu risiko yang tidak diperkirakan sebelumnya.5
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa asuransi syariah
merupakan penjaminan diantara para peserta asuransi dalam menghadapi
risiko didasarkan atas tabarru’ melalui perjanjian yang sesuai dengan syariah.
2. Landasan Hukum Asuransi Syariah
Seperti telah diketahui bersama, asuransi syariah belum memiliki
fondasi hukum yang kuat, karena hanya diatur oleh regulasi dalam bentuk
keputusan mentri keuangan (KMK).Hal ini turut mempengaruhi kinerja
perusahaan asuransi syariah yang masih terpaku dan tunduk pada pelaturan
(hukum positif).6 Kerangka acuan asuransi syariah dalam operasionalnya
antara lain:
a. Fatwa DSN-MUI No. 21/DSN-MUI/IX/2001 tentang Pedoman
Pelaksanaan Operasional Asuransi Syariah.
b. Fatwa DSN-MUI No. 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah
Musytarakah Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah.
4
Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hal.99.
5
Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam(Jakarta: Sinar Grafika, 2000), hal. 82.
6
Abdul Ghoni dan Erny Arianty, Akuntansi Asuransi Syariah, Antara Teori dan Praktek
23
c. Fatwa DSN-MUI No. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah Bil
Ujrah Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah.
d. Fatwa DSN-MUI No. 53/DSN-MUI/IV/2006 tentang Akad Tabarru Pada
Asuransi dan Reasuransi Syariah.
e. Pelaturan Mentri Keuangan (PMK) Nomor 18/PMK.010/2010 tentang
Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha
Reasuransi Dengan Prinsip Syariah.
f. Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia Nomor
426/KMK.06/2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
g. Peraturan Mentri Keuangan (PMK) Nomor 11/PMK.010/2011 tentang
Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi Dengan
Prinsip Syariah.
h. Keputusan Direktur Jendral Lembaga Keuangan Nomor
Kep.4499/LK/2000 tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi Dengan Sistem Syariah.7
Peraturan-peraturan tersebut yang selama ini menjadi acuan perusahaan
asuransi syariah dalam menjalankan operasionalnya.Selain itu, landasan
hukum normatif yang menjadi acuan perusahaan asuransi syariah dalam
menjalankan usahanya secara syariah yaitu Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul.
7
Dasar hukum asuransi syariah adalah sumber dari pengambilan hukum
praktik asuransi syariah. Karena sejak awal asuransi syariah dimaknai sebagai
wujud dari bisnis pertanggungan yang didasarkan pada nilai-nilai yang ada
dalam ajaran islam, yaitu Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul, maka landasan yang dipakai dalam hal ini tidak jauh berbeda dengan metodologi yang dipakai oleh
sebagian ahli hukum.8
a. Al-Qur‟an
Apabila dilihat sepintas keseluruhan ayat Al-Qur‟an, tak terdapat satu ayatpun yang menyebutkan istilah asuransi seperti yang kita kenal sekarang
ini, baik istilah “al-ta’min” ataupun “al-takaful”. Namun demikian,
walaupun tidak menyebutkan secara tegas, terdapat ayat yang menjelaskan
tentang konsep asuransi dan yang memiliki muatan nilai-nilai dasar yang
ada dalam praktik asuransi. Diantara ayat-ayat Al-Qur‟an tersebut antara lain:
1) Perintah Allah untuk mempersiapkan hari esok
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (Q.S Al-Hasyr : 18)
2) Perintah Allah untuk saling menolong dan bekerja sama
8
25
Artinya: Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Baqarah: 185)
3) Perintah Allah untuk saling melindungi dalam keadaan susah
Artinya: yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. (QS. Al-Quraisy: 4)
b. Sunnah Rasul
يف ْي مْؤ ا ثم م س ي ع ها ص ها سر اق اق ريشب ب ابْع ا ْ ع
يعا ت ضع م ي تسا ا ا سج ا ثم م فطاعت م دا ت م دا ت م حارت
اس
ئ
رحس ا ي ح اب سج ا ر
.
)
م س ا ا ر
)
Artinya: “Dari Nu’man bin basyir ra, Rasulullah SAW bersabda,
perumpamaan persaudaraan kaum muslimin dalam cinta dan kasih sayang diantara mereka adalah seumpama satu tubuh bilamana salah satu bagian tubuh merasakan sakit, maka akan dirasakan oleh bagian tubuh yang lainnya, seperti ketika tidak
tidur atau ketika demam.” (HR. Muslim)
Hadits itu menggambarkan tentang adanya saling tolong menolong
dalam masyarakat islam. Dimana digambarkan keadaannya seperti satu
tubuh; jika ada satu anggota masyarakat yang sakit, maka yang lain ikut
merasakannya. Minimal dengan menjenguknya, atau bahkan memberikan
bantuan.Dan terkadang bantuan yang diterima jumlahnya melebihi „biaya‟
minimal dapat mengurangi „beban‟ penderitaan orang yang terkena
musibah.Hadits ini menjadi dasar filosofi tegaknya sistem asuransi syariah.
3. Prinsip Dasar Asuransi Syariah
Asuransi syariah harus dibangun diatas fondasi dan prinsip dasar yang
kuat serta kokoh. Dalam hal ini prinsip utama dalam asuransi syariah adalah
ta’awanu’ ala al birr wa al-taqwa (tolong-menolonglah kamu sekalian dalam
kebaikan dan taqwa) dan al-ta’min (rasa aman). Prinsip ini menjadikan para
anggota atau peserta asuransi sebagai sebuah keluarga besar yang satu dengan
yang lainnya saling menjamin dan menanggung risiko.Hal ini disebabkan
transaksi yang dibuat dalam asuransi takaful adalah akad takafuli (saling
menanggung), bukan akad tabaduli (saling menukar) yang selama ini
digunakan oleh asuransi konvensional, yaitu pertukatan pembayaran premi
dengan uang pertanggungan.9
Prinsip-prinsip dasar yang ada dalam asuransi syariah ialah sebagai berikut :
a. Prinsip ikhtiar dan berserah diri; Allah adalah pemilik mutlak atas segala
sesuatu, karena itu menjadi kekuasaannya pula untuk memberikan atau
mengambil sesuatunya kepada/dari hamba-hambanya yang ia kehendaki.
Manusia memiliki kewajiban untuk berusaha (ikhtiar) sesuai
dengankesanggupannya, tetapi pada saat yang bersamaan manusia juga
9
Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia,
27
harus berserah diri (tawakkal) hanya kepada Allah.10
b. Prinsip tolong-menolong (ta’awun)
Prinsip paling utama dalam melaksanakan kegiatan harus didasari dengan
semangat tolong-menolong antara anggota.Seseorang yang masuk
asuransi, sejak awal harus mempunyai niat dan motivasi untuk membantu
dan meringankan beban temannya yang pada suatu ketika mendapatkan
musibah / kerugian.
c. Prinsip bertanggung jawab
Para peserta asuransi setuju untuk saling bertanggung jawab antara satu
sama lain, dan harus melaksanakan kewajiban dibalik menerima yang
menjadi hak-haknya. 11
d. Prinsip kerja sama
Prinsip kerja sama atau saling membantu, yang berarti diantara peserta
asuransi syariah yang satu dengan yang lainnya saling bekerja sama dan
saling tolong-menolong dalam mengatasi kesulitan yang dialami karena
sebab musibah yang diderita. Sebagaimana hadits Nabi yang yang
membicarakan perkara seperti ini yang artinya : “Sesiapa yang memenuhi
hajat saudaranya, Allah akan memenuhi hajatnya” (H.R. Bukhari, Muslim
dan Abu Daud).
10
Muhammad Amin Suma, Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional; teori, system, aplikasi dan pemasaran (Ciputat: Kholam Pusdishing, 2006), hal.58.
11
e. Prinsip saling melindungi dari berbagai kesusahan
Para peserta asuransi syariah setuju untuk saling melindungi dari musibah,
kesusahan, bencana, dan sebagainya. Terutama melalui penghimpunan
dana tabarru‟ melalui perusahaan yang diberi kepercayaan untuk itu. Asas
saling melindungi ini dijunjung tinggi dalam ajaran islam, sebagaimana
dapat dipahami dari ayat al-Qur‟an Q.S Al-Baqarah ayat 279
Artinya: “Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba),
Maka Ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”.(Q.S Al-Baqarah : 279)
B. Konsep Dana Tabarru’
1. Pengertian Dana Tabarru’
Dana tabarru’ terdiri dari kata dana dan tabarru‟. Dalam kamus bahasa
Indonesia kata dana adalah uang yang disediakan atau sengaja dikumpulkan
untuk suatu maksud, derma, sedekah, pemberian atau hadiah. Sedangkan
tabarra‟ berasal dari kata tabarra’a-yatabarro’u-tabarrau’an, artinya
sumbangan hibah, dana kebajikan, atau derma. Orang yang memberikan
sumbangan disebut mutabarri’ “dermawan”. Tabarru’ merupakan pemberian
sukarela seseorang kepada orang lain tanpa ganti rugi, yang mengakibatkan
29
Tabarru’ dalam arti luas adalah mengerahkan segala daya dan upaya
untuk memberikan harta atau manfaat kepada orang lain baik langsung atau
dimasa yang akan datang tanpa mengharapkan kompensasi dengan tujuan
semata-mata untuk kebaikan dan perbuatan amal shaleh.12
Jumhur ulama mendefinisikan tabarru’ dengan akad yang mengakibatkan
pemilik harta, tanpa ganti rugi yang dilakukan seseorang dalam keadaan hidup
kepada orang lain secara sukarela.
Niat tabarru’ (dana kebajikan) dalam akad asuransi syariah adalah
alternatif uang sah yang dibenarkan oleh syara‟ dalam melepaskan diri dari
praktik gharar yang diharamkan oleh Allah SWT.13
Menurut jumhur ulama, menunjukkan (hukum) anjuran untuk saling
membantu antar sesama manusia, oleh sebab itu islam sangat menganjurkan
seseorang yang mempunyai kelebihan harta untuk menghibahkannya kepada
saudara-saudara yang memerlukan. Sedangkan dalam konteks akad dalam
asuransi syariah, tabarru’ memberikan dana kebajikan dengan niat ikhlas
untuk tujuan saling membantu diantara sesama peserta takaful (asuransi
syariah) apabila ada diantaranya mendapat musibah. Dana klaim yang
diberikan diambil dari rekening danatabarru’ yang sudah diniatkan oleh
semua peserta ketika akan menjadi peserta asuransi syariah, untuk
kepentingan dana kebajikan atau dana tolong-menolong.
12
http://bataviase.co.id/node/330210 Diakses pada tanggal 29 Desember 2010
13
2. Landasan Hukum Penggunaan Dana Tabarru’
Didalam Al-Qur‟an kata tabarru‟ tidak ditemukan. Akan tetapi,
tabarru’ dalam arti dana kebajikan dari kata (Al-Birr)14 dapat ditemukan
dalam Al-Qur‟an:
Artinya:“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu
suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 177).
Dana tabarru‟ ini merupakan realisasi perintah Al-Qur‟an
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS: Al-Maidah: 2)
14
31
3. Mekanisme Pengelolaan Dana Tabarru’
Asuransi syariah adalah asuransi yang berdasarkan prinsip-prinsip
syariah. Dasar didirikan asuransi syariah adalah penghayatan terhadap
semangat saling bertanggung jawab, kerjasama dan perlindungan dalam
kegiatan-kegiatan masyarakat demi terciptanya kesejahteraan masyarakat
pada umumnya.
Pengelolaan dana dalam istilah asuransi adalah cara kerja suatu
perusahaan asuransi dalam mengurusi dana premi yang sudah terkumpul
dengan cara menginvestasikannya. Kelembaga-lembaga keuangan lain untuk
persediaan pembayaran ganti rugi pertanggungan.
Perusahaan asuransi syariah sangat memperhatikan masalah
pengelolaan dana, karena hal ini merupakan hal yang penting dalam memulai
dan mengembangkan sebuah perusahaan. Cara yang ditempuh dalam
mengelola dana harus sesuai dengan syariah islam yaitu dengan cara
menghilangkan sama sekali kemungkinan terjadi unsur gharar
(ketidakpastian), maisir (untung-untungan), dan riba.
Dana yang dibutuhkan perusahaan bersumber dari:
a. Dana pemegang saham yaitu dana yang disiapkan oleh para pemegang
saham sebagai modal setor bagi perusahaan, baik pada tahap awal berdiri
perusahaan maupun penambahan setelah perusahaan berjalan, beserta
b. Dana dari peserta asuransi yaitu berupa premi.
Dalam melaksanakan perjanjian antara perusahaan dengan peserta harus
dilandasi dengan akad. Adapun akad yang melandasi asuransi syariah
adalah akad tijarah dan akad tabarru’. Akad tijarah merupakan semua
bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial misalnya
mudharabah, wadiah dan wakalah. Sedangkan akad tabarru’ merupakan
semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebaikan dan tolong
menolong tidak untuk komersial.
Dana tabarru’ bisa diinvestasikan sepanjang tidak menghalangi
pembayaran klaim. Jika hasil investasi diterima maka hasil (returnnya) tidak
dibenarkan dialihfungsikan ke dana lain. Hasilnya harus semata-mata
dimanfaatkan untuk dana tabarru’ untuk memperbesar kemampuan dalam
membantu sesama pemegang polis. Dana tabarru’ ini harus dikelola sendiri
terpisah dari dana tijarah. Dalam hal ini perusahaan sebagai pengelola harus
membuat laporan periodik atas dana tabarru’ ini. Setiap periode dana
tabarru’ ini akan menghasilkan apakah surplus atau defisit tabarru’. Surplus
artinya total dana yang terkumpul lebih besar dari total klaim dan biaya-biaya
untuk mengelola dana ini dalam satu periode. Sebaliknya kalau defisit artinya
total klaim dan biaya lebih besar dari dana tabarru’ yang masuk.15
Sebagaimana diatur dalam PMK No. 18/PMK.010/2010 tentang
penerapan prinsip dasar penyelenggaraan usaha asuransi dan usaha reasuransi
15
33
dengan prinsip syariah.maka Mekanisme pengelolaan dana peserta (premi)
adalah sebagai berikut :16
a) Perusahaan wajib memisahkan kekayaan dan kewajiban dana tabarru’
dari kekayaan dan kewajiban perusahaan.
b) Perusahaan asuransi jiwa yang memasarkan produk asuransi dengan
prinsip syariah yang mengandung unsur investasi wajib memisahkan
kekayaan dan kewajiban dana investasi peserta dari kekayaan dan
kewajiban perusahaan maupun dari kekayaan dan kewajiban dana
tabarru’
c) Perusahaan wajib membuat catatan terpisah untuk kekayaan dan
kewajiban perusahaan, dana tabarru‟ dan dana investasi peserta.
Kekayaan dan kewajiban dana tabarru’ merupakan kekayaan dan
kewajiban dana peserta secara kolektif, untuk itu perusahaan wajib
menggunakan dana tabarru‟ hanya untuk :
a) Pembayaran santunan kepada peserta yang mengalami musibah atau
pihak lain yang berhak.
b) Pembayaran reasuransi
c) Pembayaran kembali Qardh ke perusahaan, dan
d) Pengembalian dana tabarru’ akibat pembatalan polis dalam periode
yang diperkenankan .
Dalam pengelolaan dana / investasi, baik dana tabarru‟ maupun
16
saving dapat digunakan akad wakalah bil ujrah atau mudharabah. Dengan
akad wakalah bil ujrah perusahaan asuransi syariah sebagai wakil tidak
berhak memperoleh bagian dari hasil investasi selain berupa fee atau ujrah
karena akad yang digunakan adalah akad wakalah, fee yang didapat juga
harus ditetapkan dalam jumlah yang sewajarnya atau tidak berlebihan dan
telah mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari peserta.
Dalam praktiknya kedudukan perusahaan asuransi syariah dalam
transaksi asuransi kerugian adalah sebagai (mudhorib), pemegang amanah.
Sedangkan peserta sebagai (shahibul mal). Mudhorib berkewajiban untuk
membayarkan klaim, apabila ada salah satu dari peserta mengalami musibah,
juga berkewajiban menjaga dan menjalankan amanah yang diembannya
secara adil, transparan dan propesional dalam mengelola dana peserta yang
terkumpul pada kumpulan dana tabarru’mudhorib diawasi secara tekhnis dan
operasional oleh komisaris dan secara syar‟i diawasi oleh Dewan Pengawas
Syariah (DPS).
Dalam pengelolaan dana setiap premi yang akan diterima akan
dimasukan kedalam rekening tabarru’ yaitu rekening yang akan diniatkan
derma/tabarru‟ dan digunakan untuk membayar klaim kepada peserta apabila
terjadi musibah/harta benda peserta itu sendiri.Kemudian diinvestasikan
kedalam lembaga keuangan yang dibenarkan secara syar‟i dan premi asuransi
akan dikelompokan kedalam “kumpulan dana peserta” untuk syariah.
Keuntungan investasi yang diperoleh akan dimasukan ke dalam kumpulan
35
asuransi). Bila terdapat keuntungan dibagikan menurut prinsip mudharabah
bagian keuntungan milik peserta akan dikembalikan kepada peserta yang tidak
mengalami musibah sesuai dengan penyertaannya. Sedangkan bagian
keuntungan yang diterima perusahaan akan digunakan untuk membiayai
operasional perusahaan.17
Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariah
islam. Keuntungan bagi hasil investasi setelah dikurangi dengan beban
asuransi (klaim dan premi reasuransi), akan dibagi antara peserta dan
perusahaan menurut prinsip al-mudharabah dalam suatu perbandingan tetap
berdasarkan perjanjian kerja sama antara perusahaan dan peserta.18
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam praktik
asuransi paling tidak ada dua akad yang membentuknya, yaitu akad tabarru’
dan akad mudharabah. Akad tabarru’ terkumpul dalam rekening dana sosial
yang tujuan utamanya digunakan untuk saling menanggung peserta asuransi
yang mengalami musibah kerugian, sedangkan akad mudharabah terwujud
tatkala dana yang terkumpul dalam perusahaan asuransi itu di investasikan
dalam wujud usaha yang diproyeksikan menghasilkan keuntungan (profit).
Asuransi kerugian yang tidak mengandung unsur tabungan (saving) terjadi
akad mudharabah antara peserta dan perusahaan (pengelola). Landasan yang
17
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, hal. 140-141.
18
awal dari akad mudharabah ini adalah profit and loss sharing, maka jika
dalam investasinyamendapat keuntungan, maka keuntungan tersebut dibagi
bersama sesuai dengan porsi (nisbah) yang disepakati. Sebaliknya,
jikainvestasinya mengalami kerugian (loss atau negative return) maka
kerugian tersebut dipikul bersama antara peserta asuransi dan perusahaan.19
Dengan demikian peserta dan perusahaan tidak ada yang terdzalimi,
karena konsep dari asuransi syariah adalah tolong-menolong, saling
melindungi dan saling bantu-membantu. Bentuk tolong-menolong
dimasukkan kedalam dana tabarru’. Apabila salah satu peserta mendapat
musibah, maka peserta yang lain ikut menanggung risiko, dimana kliamnya
dibayarkan dari akumulasi dana tabarru’ yang terkumpul.
4. Tujuan dan Manfaat Dana Tabarru’
Dalam tabarru’ orang menolong/memberi tidak bermaksud untuk
mengharapkan penggantian dari apa yang ia berikan. Tetapi dari tabarru’ ini,
para pesertanya mempunyai tujuan dan manfaat bagi peserta lainnya, yaitu:
a. Untuk membayar klaim apabila terjadi musibah pada peserta lain
b. Untuk menghindari sikap mementingkan diri sendiri pada peserta asuransi
c. Saling tolong-menolong antara peserta yang tertimpa musibah
d. Mempererat tali silatrurahim antara peserta yang tertimpa musibah
e. Menumbuhkan rasa bertanggung jawab sesama, dengan memberikan
sebagian kecil uang yang diniatkan untuk peserta lain apabila terjadi
19
37
klaim. Hal ini menghindari perasaan mementingkan diri sendiri
f. Saling bantu membantu antara peserta yang tertimpa musibah.
Sedangkan bagi perusahaan, dana tabarru’ ini mempunyai tujuan dan
manfaat sendiri, yaitu:
a.