JEJAK
Journal of Economics and Policy
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jejak
ANALISIS PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA DI PROVINSI
JAWA TENGAH TAHUN 2009-2013
Yulia Pangastuti1
1Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15294/jejak.v8i2.6173
Received: Juli 2015; Accepted: Agustus 2015; Published: September 2015
Abstract
This study aims to analyze: (1) the influence of governmentexpenditureon education to HDI in Central Javafrom 2009 to 2013; (2)the influence of government expenditure on health to HDI in Central Java from 2009 to 2013; (3) theinfluence of population density to HDI inCentral Java from 2009 to 2013. Secondary data, from the Central Statistics Agency and Financial Bureau Secretaries of Central Java province in 2009-2013 were used. This study implemented panel data with Fixed Effect Model (FEM)method of Generalized Least Square (GLS). The results show that the governmment expenditure on education and health has positive and significant effect to HDI in Central Java. However, population density doesn’t significantlyaffect the HDI in Central Java.
Keywords: Government Education Expenditure, Government HealthExpenditure, Human Resource
Development, Population Density.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah bidang pendidikan terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009-2013; (2) menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintahbidang kesehatan terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009-2013; (3) menganalisis pengaruh kepadatan penduduk terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009-2013.Data penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Biro Keuangan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009-2013.Metode analisis yang digunakan adalah analisis data panel dengan menggunakan Fixed Effect Model (FEM) dengan metode Generalized Least Square(GLS).Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan berpengaruh positif dansignifikanterhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah.Sedangkan variabel kepadatan penduduk tidak berpengaruh signifikan terhadapterhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah.
Kata Kunci: Pembangunan SDM, Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan, Pengeluaran Pemerintah
BidangKesehatan, Kepadatan Penduduk.
How to Cite: Pangastuti, Y. (2016). ANALISIS PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA DI PROVINSI JAWA
TENGAH TAHUN 2009-2013. JEJAK: Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan, 8(2), 238-249. doi:http://dx.doi.org/10.15294/jejak.v8i2.6173
© 2015 Semarang State University. All rights reserved Corresponding author :
Address: Kampus Unnes Sekaran, Semarang 50229 E-mail: yulia.pangastuti@yahoo.co.id
PENDAHULUAN
Potensi pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat dipengaruhi oleh kuantitas maupun kualitas dari sumber daya yang dimiliki dari sisi physical resources maupun
human resouces (Todaro, 2006:54).
Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi pusat perhatian dalam masalah meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat di suatu negara dan khususnya pada negara sedang berkembang (Mahardiki dan Santoso, 2013). Salim (2011:1) menekankan bahwa pembangunan selama ini
kurang memprioritaskan pembangunan
manusia. Lebih lanjut Iheoma (2012:1) menyatakan fokus fundamental pembangunan ekonomi adalah pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Pembangunan SDM pada penelitian ini di-proxy dari nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM). United Nations
Development Program (UNDP) melakukan
upaya membandingkan status pembangunan sosial ekonomi melalui IPM.IPM di Indonesia sebesar 0,68 termasuk kategori medium human
development (UNDP,2014). Menurut BPS (2014)
Indonesia menduduki peringkat ke-108 dari 187 negara di dunia.
UU No.23 tahun 2014 dan UU No.33 tahun 2004 tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal merupakan strategi baru dalam memasuki era reformasi total dalam menghadapi globalisasi dan perdagangan bebas (Keswara dalam Winarno,2008:38). Oleh karena itu, diharapkan setiap daerah mengoptimalkan potensi yang dimiliki dalam meningkatkan human resourcesberkualitas agar mampu bersaing serta berkontribusi dalam peningkatan perekonomian secara nasional.
Provinsi Jawa Tengah memiliki
kontribusi produk domestik bruto terkecil sebesar 8.25%serta kedua terbawah pada laju produk domestik regional brutosebesar 5,81% (BPS,2014). Berdasarkan model pertumbuhan
endogen menjelaskan adanya integrasi inovasi teknologi dalam pembentukan human capital sebagai sumber utama produktivitas dan motor penggerak dari pertumbuhan ekonomi (Romer 1990:25). Upaya peningkatan human
capital dapat mendorong peningkatan
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
Human capital merupakan indikator
yang berkontribusi dalam peningkatan
pembangunan SDM di suatu
wilayah.Pembangunan SDM mengacu pada
kemampuan efisiensi manusia untuk
mengolah modal bahan baku menjadi barang dan jasa. Sistem pendidikan dan pelayanan kesehatan yang efektif dapat menggali kemampuan efisiensi dalam pembangunan SDM (Iheoma, 2012:2).
Berdasarkan grafik 1 di bawah ini rata-rata nilai IPM tertinggi pada tahun 2009-2013 diduduki oleh Kota Surakarta sebesar 78,24 sedangkan terendah diduduki oleh Kabupaten Brebes sebesar 68,74. Fenomena nilai IPM di Provinsi Jawa Tengah meningkat pada tahun
2013 sebesar 74,05 namun mengalami
penurunan menjadi peringkat ke-4 di Pulau Jawa-Bali karena tergeser oleh Provinsi Bali(BPS,2014). Sehingga peringkat IPM di Provinsi Jawa Tengah secara nasional berada pada peringkat ke-16.Perkembangan nilai IPM
di Provinsi Jawa Tengah mengalami
trenmeningkat namun laju peningkatan IPM belum sesuai harapan. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2008-2013 terkait pencapaian nilai IPM di Provinsi Jawa Tengah belum memenuhi target yang telah ditetapkan (Bappeda, 2009).
Selain itu berdasarkan grafik 1
peningkatan nilai IPM tidak menutup
kemungkinan adanya kesenjangan yang
semakin melebar antara wilayah kabupaten
dan kota. Hal tersebut tercermin dari nilai IPM Kota Surakarta sebesar 79,10dan Kabupaten Brebes sebesar 69,85 (BPS,2014).
Sumber: Badan Pusat Statistik 2014, data diolah
Grafik 1. Nilai IPM Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah
Pengeluaran publik di negara
berkembang memiliki peran aktif dalam mengurangi kesenjangan antar daerah, menciptakan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, pendidikan, serta penelitian dan pengembangan (Bhatia 2002 dalam Muritala 2011:2).Persentase pengeluaran pemerintah bidang pendidikan Provinsi Jawa Tengah
menduduki persentase terkecildi Pulau Jawa-Bali dan pada tahun2009-2013 mengalami
penurunan persentase sebesar 1,8%
(Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, 2009-2013). Pendidikan seharusnya menyerap sebagian besar daripengeluaran publik karena merupakan pelayanan sosial yang
60 65 70 75 80 KotaSurakarta KotaSemarang KotaSalatiga KotaMagelangSemarang Temanggung KotaPekalongan KotaTegal Klaten Sukoharjo Karanganyar Pati Kudus Jepara Demak Banyumas Purworejo Rembang Magelang PurbalinggaCilacap Wonogiri Pekalongan Kebumen Grobogan Sragen Boyolali Tegal Blora Wonosobo KendalBatang Banjarnegara Pemalang Brebes
Nilai IPM Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013 2013 2012 2011 2010 2009
memiliki spillover effect yang positif (Uche, 2013).
Pengeluaran kesehatan membawa dampak positif pada pembangunan manusia karena dapat mempengaruhi peningkatan produktivitas tenaga kerja yang lebih tinggi sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (Razmi, 2012:11). Pada tahun 2009-2013 terjadi peningkatan alokasi pengeluaran kesehatan di Provinsi Bali sebesar 9,8% dan Provinsi DKI Jakarta sebesar 3,5%. Sedangkan penurunan persentase secara signifikan paling besar di Pulau Jawa-Bali terjadi di Provinsi Jawa Tengah sebesar 3% (Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, 2009-2013).
Kondisi fluktuatif proporsi
pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan mencerminkan konsistensi
pemerintah dalam menggali sumber
pendapatan daerah dalam meningkatkan distribusi pelayanan publik. Pelayanan publik
tergantung pada inovasi untuk
mengembangkan cara yang lebih baik untuk
memenuhi kebutuhan, memecahkan
masalah, dan menggunakan sumber daya dan teknologi (Mulgan, 2003:4). Dengan adanya desentralisasi fiskal dan otonomi daerah merupakan salah satu intrumen dalam mewujudkan pencapaian prioritas pembangunan khususnya prioritas terkait pada pembangunan SDM di setiap wilayah.
Berdasarkan tabel 1 dibawah ini menunjukan fenomena kesenjangan yang tinggi pada pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan antara wilayah
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah.
Perbedaaan alokasi pengeluaran
pemerintah bidang pendidikan dan
kesehatan mencerminkan upaya pemerintah dalam menggali sumber potensi pendapatan daerah misalnya dari sumber pendapatan pajak dan restribusi di wilayah tersebut. Selain itu perbedaan prioritas pada masing-masing daerah yang belum tentu fokus pada bidang pendidikan dan kesehatan.
Peningkatan kepadatan penduduk dan urbanisasi mendorong spesialisasi dan investasi human capitalsehingga lebih cepat mengakumulasi pengetahuan baru yang dapat meningkatkan pendapatan perkapita seiring dengan pertumbuhan penduduk. Becker (2007:148).Keskinen (2008:107)
menyatakan bahwakualitas kepadatan
penduduk tergantung olehkondisi sosial ekonomi, infrastruktur, politik yang berpengaruh besar pada pembangunan.
Menurut BPS (2013) kepadatan
pendudukdi Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 1014 per jiwa/km2. Hal
tersebut merupakan potensi yang yang didorong olehupaya pemerintah dalam wujud pemanfaatan alokasi pengeluaran
pemerintahbidang pendidikan dan
kesehatandi Provinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka pertanyaan penelitian ini adalah :
1) Bagaimana pengaruh pengeluaran
pemerintahbidang pendidikan terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009-2013;
2) Bagaimana pengaruh pengeluaran
pemerintahbidang kesehatan terhadap IPM diProvinsi Jawa Tengah pada tahun 2009-2013;dan
3) Bagaimana pengaruh kepadatan
penduduk terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009-2013.
Tabel 1. Rata-rata Pengeluaran Pemerintah bidang pendidikan& kesehatan di
Kabupaten/ Kota Provinsi Jawa Tengah Kabupaten/Kota Pengeluaran Bid.Pendidikan (Rp) Rank Pengeluaran Bid.Kesehatan (Rp) Rank Cilacap 653.005.341.600 5 145.540.021.750 4 Banyumas 758.726.813.775 1 187.237.287.648 1 Purbalingga 458.096.516.200 21 106.324.664.600 19 Banjarnegara 508.553.523.000 16 98.119.980.800 24 Kebumen 648.803.022.881 6 121.878.065.160 12 Purworejo 513.434.451.730 15 105.395.139.760 20 Wonosobo 381.365.312.128 28 81.351.736.738 30 Magelang 616.127.806.107 8 106.606.985.918 18 Boyolali 567.771.705.800 10 128.692.788.620 8 Klaten 751.877.838.870 2 75.124.786.640 34 Sukoharjo 473.317.976.440 19 97.788.551.895 15 Wonogiri 632.814.338.228 7 103.086.832.860 22 Karanganyar 480.519.589.664 18 96.425.494.086 16 Sragen 556.794.263.600 11 117.341.228.600 13 Grobogan 545.576.424.691 13 110.590.934.255 14 Blora 508.537.019.246 17 99.814.257.290 23 Rembang 374.005.251.105 29 105.322.255.200 21 Pati 595.886.865.490 9 166.661.658.360 2 Kudus 402.443.314.000 26 139.754.303.000 5 Jepara 455.479.609.600 22 123.177.529.000 11 Demak 435.073.092.538 23 88.874.892.160 28 Semarang 384.711.439.000 27 125.579.957.400 10 Temanggung 341.753.889.252 31 75.646.016.110 33 Kendal 467.510.754.340 20 110.580.777.509 15 Batang 356.604.125.964 30 85.671.340.271 29 Pekalongan 417.563.591.874 24 133.323.777.494 7 Pemalang 549.995.784.880 12 110.263.937.500 16 Tegal 542.063.271.150 14 126.547.530.042 9 Brebes 681.840.540.600 4 135.580.059.200 6 Kota Magelang 171.895.860.800 33 79.459.069.200 32 Kota Surakarta 410.599.623.336 25 92.469.087.300 27 Kota Salatiga 171.023.231.400 35 80.649.082.000 31 Kota Semarang 690.583.325.120 3 158.568.562.340 3 Kota Pekalongan 171.275.723.148 34 56.445.885.055 35 Kota Tegal 174.509.879.400 32 108.268.953.800 17
METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengunakan data panel yaitu gabungan data crosssection 35 kabupaten/kota dan time series tahun 2009-2013 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Biro Keuangan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah. Adapun variabel dan definisi operasional variabel adalah sebagai berikut:
Indeks Pembangunan Manusia(IPM) adalah indikator capaian pembangunan SDM secara menyeluruh yang dibentuk atas tiga
dimensi yaitu dimensi kesehatan,
pendidikan, dan hidup layak dengan satuan (Skala 1-100).
Pengeluaran Pemerintah bidang
pendidikan adalah alokasi anggaran
pemerintah yang disusun dalam APBD
bidang pendidikandalam kurun waktu
tertentu (Rupiah).
Pengeluaran Pemerintah bidang
kesehatan adalah Alokasi anggaran
pemerintah yang disusun dalam APBD bidang kesehatan dalam kurun waktu tertentu (Rupiah).
Kepadatan Penduduk Alokasi anggaran pemerintah yang disusun dalam APBD bidang kesehatan dalam kurun waktu tertentu (per km2).
Metode Analisis Data
Menurut Gujarati (2012:237), data panel merupakan gabungan data individu (cross
section) dan data runtut waktu (time
series).Berdasarkan kelebihan-kelebihan data
panel maka memiliki implikasi pada tidak harus dilakukan pengujian asumsi klasik seperti multikolinearitas, heterokedastisitas, autokorelasi, dan normalitas dalam model
data panel.
(Verbeek,2000;Gujarati,2003;Wibisino,2005; Aulia 2004:27 dalam Ajija, 2011). Menurut Widarjono (2009:231) untuk mengestimasi
model regresi dengan data panel
menggunakan tiga pendekatan yaitu
pendekatan common effect, fixed effect, dan
random effect.
Common effect merupakan teknik
mengestimasi data panel yang tidak
memperhatikan dimensi antar individu maupun antar waktu. Fixed effect merupakan teknik mengestimasi data panel yang
menggunakan variabel dummy untuk
melihat adanya perbedaan intersep. Random
effect merupakan teknik mengestimasi
variabel gangguan vityang terdiri dari
variabel gangguan kombinasi time series dan
cross sectionvariabel gangguan secara
individu.
Berdasarkan dari kerangka pemikiran teoritis variabel dependenpada penelitian ini
yaituIPM.Sedangkan variabel
independenyaitu pengeluaran pemerintah
bidang pendidikan (LogPNGLPEN),
pengeluaran pemerintah bidang kesehatan (LogPNGLKES), dan kepadatan penduduk (KP). Maka persamaan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
IPMit = β 0 + β1LogPNGLPENDit + β2LogPNGLKESit + β3KPit + μit…... (1)
Keterangan :
IPM =indeks pembangunan
manusia (skala 1-100)
LogPNGLPEND=pengeluaran pemerintah
bidang pendidikan(Rp)
LogPNGLKES =pengeluaran pemerintah
bidang kesehatan(Rp)
KP =kepadatan penduduk (per
km2)
Β =koefisien regresi;
i =kabupaten/kota i (i =1,2,3,...35); t = tahun ke-t (2009-2013);
Setelah mengestimasi ketiga model estimasi data panel langkah selajutnya menentukan model terbaik antara common
effect, fixed effect, dan random effect dengan
dua tahap yaituChow test dan Hausman test.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Hasil Regresi
Pada penelitian ini terdapat tiga model estimasi data panel yaitu common effect
model, fixed effect model, dan random effect model.Hasil tiga model estimasi data panel
adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Estimasi Data Panel
Variabel Model Estimasi
Common Effect Fixed Effect Random Effect
Konstanta Std.Error p-value 30.03982 3.409370 0.0000 7.838975 1.513966 0.0000 8.207586 1.809373 0.0000 LOGPNGLPEN Std.Error p-value -0.121270 0.226287 0.5927* 1.118658 1.106914 0.0000 1.064535 0.137837 0.0000 LOGPNGLKES Std.Error p-value 1.762218 0.226287 0.0000 1.362280 0.117266 0.0000 1.374769 0.145763 0.0000 KP Std.Error p-value 1.762218 2.95E-05 0.0000 0.000284 0.000182 0.1205* 0.000675 9.96E-05 0.0000 R2 0.812570 0.993575 0.879157 Adjusted R2 0.809282 0.991839 0.877037 Standar error 1.534181 0.228431 0.235217 F-Statistik 247.1135 572.5624 414.6856 Prob(F-Statistik) 0.000000 0.000000 0.000000 Durbin-Watson stat 0.193496 2.145025 1.568998
Sumber : Hasil output E-Views 6.0 Catatan: *) tidak signifikan pada α = 5%. Setelah mengestimasi tiga pemilihan model kemudian melakukan dua tahap pengujian stastistik.Berdasarkan hasil chow
testdiketahui bahwa cross section F sebesar
287.899814dengan p-valuecross-section
Fsebesar 0.0000, signifikan pada α=5%. Maka, pengambilan keputusan model terbaik
yang digunakan adalah FEM.Hasil hausman
testdiketahui bahwa cross-section random
sebesar 11.951433dengan p-value sebesar 0.0076, signifikan pada α=5%. Dengan demikian, pengambilan keputusan model terbaik yang digunakan adalah FEM.
Penentuan model terbaik selain berdasarkan pengujian statistik pada
chowtest, hausman test juga didasarkan pada
pertimbangan non statistik pada salah satu pertimbangan observasi Judge(Gujarati
2012:255). Unit cross-section penelitian ini 35 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Dengan kata lain, pengambilan unit cross–
section penelitian tidak diambil secara acak,
maka model data panel yang pantas digunakan yaitu FEM. Setelah menentukan
model terbaik selanjutnya mengukur
ketepatan fungsi regresi dari goodness of fit nya.
Nilai adjusted R2 FEMpada tabel 2
sebesar 0.991839. Hal ini berarti 99% variabel IPM di Provinsi Jawa Tengah dijelaskan oleh
variasi model variabel pengeluaran
pemerintah bidang pendidikan
(logPNGLPEND), pengeluaran pemerintah
bidang kesehatan (logPNGLKES), dan
kepadatan penduduk (KP).Sedangkan
sisanya 1% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
Uji statistik F merupakan pengujian
statistik untuk mengetahui pengaruh
simultan variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan tabel 2 pada
fixed effect model diperoleh Fhitung sebesar
572.5624 dan Ftabel (df numerator
2;denumerator 172) sebesar 3,05. Maka Fhitung>Ftabel (572.5624>3,05)dengan p-value
sebesar0.00000.Maka pengaruh pengeluaran
pemerintah bidang pendidikan, pengeluaran
pemerintah bidang kesehatan, dan
kepadatanpenduduksecara simultan
berpengaruh terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009-2013.
Uji statistik t merupakan pengujian
statistik untuk mengetahui pengaruh
parsialvariabel independen terhadap variabel
dependen.Berdasarkan uji statistik
tpengeluaran pemerintah bidang
pendidikanmemiliki nilai thitung>ttabel
(10.46313>1.653) dengan p-value sebesar 0.0000 maka pengeluaran pemerintahbidang
pendidikanberpengaruh positif dan
signifikan terhadap IPM di Provinsi Jawa
Tengah.Pengeluaran pemerintah bidang
kesehatan memiliki nilai thitung> ttabel
(11.61701> 1.653) dengan p-value sebesar 0.0000 maka pengeluaran pemerintah bidang kesehatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah. Sedangkankepadatan penduduk memiliki nilai thitung> ttabel (1.562264<1.653) dengan
p-value sebesar 0.1205 maka kepadatan
penduduk tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan hasil estimasipenelitian ini menggunakan model terbaik yaitu FEM dengan metode Generalized Least Square (GLS). Persamaan pada model FEM adalah sebagai berikut :
IPMit= 0 - 1 logPNGLPENDit + 2 logPNGLKESit +3KPit + uit
IPMit= 7.838975 + 1.118658 logPNGLPENDit + 1.362280logPNGLKESit +0.000284 KPit + uit
Std error (1.513966) (0.106914) (0.116074) (0.000182) Prob (0.0000)(0.0000) (0.0000)(0.1205)
Nilai konstanta sebesar 7,838975 menunjukan bahwa apabila pengeluaran pemerintah bidang pendidikan,pengeluaran
pemerintah bidang kesehatan, dan
kepadatan penduduk dianggap konstan atau nol, maka nilai IPM meningkat sebesar 7,83.
Hasil estimasi FEM dapat menunjukan keunikan heterogenitas nilai intersep di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah.Efek individualdiperoleh dari nilai konstanta kabupaten/kota ditambah dengan nilai konstanta pada FEM.
Tabel 3. Efek Individual Kabupaten/Kota
Kab/Kota
Konstanta Koefisien Kab/Kota
Konstanta Koefisien
Kota.Salatiga
5,006
12,845
Kab.Magelang
-0,344
7,494
Kota.Magelang
4,182
12,021
Kab.Wonogiri
-0,868
6,970
Kota.Semarang
3,038
10,877
Kab.Pekalongan -0,926
6,912
Kota.Surakarta
2,959
10,797
Kab.Banyumas
-0,995
6,843
Kota.Pekalongan 2,691
10,438
Kab.Wonosobo
-1,025
6,813
Temanggung
2,599
10,438
Kab.Cilacap
-1,091
6,747
Kab.Semarang
1,759
9,598
Kab.Batang
-1,107
6,731
Kab.Karanganyar 1,332
9,171
Kab.Grobogan
-1,411
6,427
Kab.Sukoharjo
1,164
9,000
Kab.Blora
-1,420
6,418
Klaten
1,146
8,465
Kab.Sragen
-1,630
6,208
Demak
0,626
8,465
Kab.Kebumen
-1,702
6,135
Kota.Tegal
0,979
8,188
Kab.Kendal
-1,758
6,080
Kab.Purworejo
0,297
8,136
Kab.Boyolali
-2,012
5,826
Kab.Jepara
0,264
8,103
Kab.Tegal
-2,102
5,736
Kab.Rembang
0,182
8,021
Kab.Banjarnegara -2,287
5,551
Kab.Kudus
0,142
7,837
Kab.Pemalang
-2,780
5,058
Kab.Pati
-0,001
7,837
Kab.Brebes
-4,702
3,136
Kab.Purbalingga -0,204
7,634
Sumber : Hasil output E-Views 6.0 Berdasarkan tabel 3 nilai koefisien yang
berpengaruh besar apabila variabel
independen nol atau konstan terhadap pembangunan SDM yaitu Kabupaten Brebes,
Kabupaten Pemalang, dan Kabupaten
Banjarnegara.Sedangkan nilai koefisien yang berpengaruh apabila variabel independen nol atau konstan terhadap pembangunan SDM yaitu Kota Salatiga, Kota Magelang, dan Kota Semarang. Perbedaan nilai koefisien dapat disebabkan oleh upaya pemerintah daerah dalam peningkatan pembangunan SDM di Provinsi Jawa Tengah.
Pembahasan
Koefisien regresi pengeluaran
pemerintah di bidang pendidikan sebesar
1.118658 menunjukan besarnya pengaruh
positif terhadap IPM Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Tengah.Hal tersebut berarti
jika pengeluaran pemerintahbidang
pendidikan meningkat 1% maka IPM akan naik sebesar 1,11 dengan asumsiceteris
paribus.Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Sasana (2012:11) yang menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah daerah memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap IPM di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan fenomena pengeluaran pemerintah bidang pendidikan menunjukan bahwa tidak semua pemerintah daerah meningkatkan alokasi bidang pendidikan setiap tahunnya. Padahal Uche (2013:63)
konsisten dalam meningkatkan alokasi anggaran karena sangat penting bagi perekonomian nasional. Selain itu, Guisan (2009:122) menekankan peningkatan kualitas pendidikan sebaiknya didasarkan pada tingkat populasi di setiap wilayah sehingga populasi diimbangi dengan peningkatan
kualitas pendidikan. Ketersediaan
infrastruktur pendidikan yang memadai
dapat memberikan kemudahan akses
masyarakat untuk memperoleh hak dalam
meningkatkan taraf hidup melalui
pendidikan. Selain itu, pencapaian indikator pendidikan setiap satuan kerja perangkat daerah diharapkan dapat sinkron dengan
tingkat kebutuhan di Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Tengah.
Koefisien regresi pengeluaran
pemerintah bidang kesehatan sebesar
1.362280 menunjukan besarnya pengaruh positif secara signifikanterhadap IPM di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut berarti jika pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan meningkat 1% maka IPM akan naik sebesar 1,36 dengan asumsi ceteris
paribus.Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Astri,dkk (2013:99-100) bahwa pengeluaran pemerintah daerah pada sektor kesehatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM di Indonesia
Upaya pemerintah terkait pemerataan pengeluaran kesehatan diharapkan dapat
mengurangi ketimpangan pembangunan
SDM di Provinsi Jawa
Tengah.Program-program peningkatan akses kualitas
pelayanan kesehatan yaitujaminan kesehatan masyarakat dan jaminan kesehatan daerah
dapat memberikan kemudahan biaya
perawatan kesehatanbagi masyarakat miskin
dan tertinggal. Program jaminan
kesehatandiharapkan tepat sasaran dan merata dengan melakukan pembidikan langsung terhadap target sasaran yang
berhak memperoleh jaminan kesehatandi Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah.
Koefisien regresi kepadatan penduduk sebesar 0,000284 dengan p-value sebesar 0,1205Hal tersebut berarti kepadatan
penduduk belum sepenuhnya
mempengaruhi nilai IPM di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah.Menurut Keskinen (2008:117) menyatakan bahwa tantangan
kepadatan penduduk nantinya akan
membawa tantangan luar biasa pada masalah degregasi lingkungan, kerawanan pangan serta peningkatan kesenjangan daerah.populasi yang tinggi biasanya mengandalkan sumber daya alam yang berdampak pada kondisi lingkungan dan pembangunan di wilayah tersebut.
Pemerataan sasaran dan program berdasarkan distribusi penduduk sangat penting dalam mengurangi ketimpangan pembangunan SDM. Upaya pemerintah dalam grand design pengendalian kuantitas penduduk sangat dibutuhkan road map pemerataan secara lebih komprehensif di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut juga sangat bergantung pada sistem pemerintahan yang bersih akan korupsi. Apabila hal tersebut dapat melandasi
mindset setiap pemerintah daerah
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah maka tentunya dapat mengoptimalkan kepadatan penduduk sehingga dapat berkontribusi pada pembangunan SDM di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah.
SIMPULAN
Pengeluaran pemerintah bidang
pendidikan berpengaruh positif dan
signifikan sebesar 1.118658 terhadap IPM di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Hal
tersebut diasumsikan bahwa apaniba
pengeluaran pemerintah bidang
pendidikanmeningkat sebesar 1% maka nilai IPM meningkat sebesar 1.11 di kabupaten/
kota Provinsi Jawa Tengah. Pengeluaran pemerintah bidang kesehatan berpengaruh
positif dan signifikan sebesar
1.362280terhadap IPM di Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Tengah.Hal tersebut
diasumsikan bahwa apabila pengeluaran pemerintah bidang pendidikanmeningkat sebesar 1% maka nilai IPM meningkat sebesar 1.36 di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa
Tengah.Kepadatan penduduk tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap IPM di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah.
DAFTAR PUSTAKA
.Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang Nomor 33Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Ajija, Shochrul R, dkk. 2011. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Jakarta: Salemba Empat.
Astri,dkk. 2013. “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Pada Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia”. Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis .Vol.1 No. 1.ISSN : 2302-2663
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2009. Rencana pembangunan jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2013. Provinsi Jawa Tengah.
Becker, Gary S. 2007. “Population and Economic Growth”.The American Economic Review, Vol. 89, No. 2, Papers and Proceedings of the One Hundred Eleventh Annual Meeting of the American Economic Association.(May, 1999), pp. 145-149.
BPS Jawa Tengah. 2013.Indikator Kesejateraan Rakyat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013. BPS.Jawa Tengah
BPS. 2014. Indeks Pembangunan Manusia 2013. BPS. Jakarta.
Biro Keuangan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah.Alokasi Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan & Kesehatan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah 2009-2013.
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2014. APBD Kabupaten/Kota Provinsi Indonesia. Kementerian Keuangan Republik Indonesia Guisan.2009.“Education, Health & Economic
Development: a Survey of Quantitative Economics Studies:2001-2009”. Management Regional and Sectoral Economies Studies. Vol 9-1 Gujarati, D.N. dan D.C. Porter. 2012. Dasar-Dasar Ekonometrika, Edisi 5 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Gupta Sanjeev,dkk. 1998.“Public Spending and Human Development”. Financial and Development.Vol. 35. No. 3
Iheoma, Chukwunonso Gerald. 2012.Social Spending and Human Development in Selected West African Countris. MPRA Paper No. 42139
Keskinen, Marko. 2008.“Population, Natural Resources & Development In The Mekong: Does High Population Density Hinder Development?”.Water & Development Publications - Helsinki University of Technology.Modern Myths of the Mekong - Part III: Development. ISBN 978-951-22-9102-1. Mahardiki, Doni. Santoso, Rokhedi Priyo. 2013. Analisis
Perubahan Ketimpangan Pendapatan dan Pertumbuhan Ekonomi Antar Propinsi di Indonesia 2006-2011. JEJAK Journal of Economic and Policy Vol 6 No 2 pp 179-193.
Muritala, Taiwo, Abayomi Taiwo.2011.“Government Expenditure and Economic Development: Empirical Evidence From Nigeria”. MPRA Paper.No. 37293.
Mulgan, Geoff,. David, Albury. 2004. “Innovation In The Public Sector.” Paper Stimulate Discussion. Razmi, Muhammmad Javad. 2012. Investigating the
effect of government health expenditure on HDI in Iran. Journal of Knowledge Management, Economics & Information Technology.
Romer, Paul M.,Rivera A,Luis.1990.“Economic Integration And Endogenous Growth”.Working Papers No.3528. National Bureau Of Economic Research
Sasana, Hadi. 2012.“Pengaruh Belanja Pemerintah Daerah dan Pendapatan Perkapita Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (Studi Kasus di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah”. Media Ekonomi dan Manajemen.Vol 25. No.1
Salim, Lutfi Agus. 2011. “Pentingnya Aspek Pengendalian Penduduk dalamIndeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Timur”.PSK LPPM Universitas Airlangga.
Todaro, P Michael.,Smith C Stephen. 2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi kesembilan jilid 1. Erlangga. Jakarta
Uche, Ejiogu,.dkk.2013. “Causal Relationship Between Nigeria Government Budget Allocation to The Education Sector and Economic Growth”. Discourse Journal of Educational Research. Vol.1(8): 54-64. ISSN: 2346-7045
UNDP, 2014. Human Development Report 2014 Sustaining Human Progress: Reducing Vulnerabilities and Building Resilience. United Nations Development Programme.
Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonosia.
Winarno, Budi. 2008. Globalisasi Peluang atau ancaman bagi Indonesia.Erlangga. Jakarta.