• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahuluan Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pendahuluan Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Pendahuluan

adan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh dibentuk berdasarkan Qanun Aceh Nomor 5 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Struktur Organisasi Badan Pemberdayaan Masyarakat Aceh Tahun 2012 terdiri dari : 1 orang Kepala Badan ( Eselon II.a), 1 orang Sekretaris, 4 orang Kepala Bidang dan 1 orang kepala UPTB ( Eselon III.a), 2 orang Kepala Sub Bagian dan 11 orang Kepala Seksi ( Eselon IV.a), 79 orang PNS dan 14 orang Tenaga Kontrak.

Dengan jumlah Personil sebanyak 113 orang Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh mempunyai Visi “Terwujudnya Kemandirian Masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam “ dengan mengemban Misi sebagai berikut :

1. Pemantapan Penyelenggaraan Pemerintah Mukim, Gampong dan Kelurahan ; 2. Peningkatan Keberdayaan Masyarakat ;

3. Pemantapan nilai-nilai sosial budaya masyarakat dan pemberdayaan keluarga ; 4. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat ;

5. Pemanfaatan Sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan ;

6. Pendayagunaan Tehnologi Tepat Guna sesuai kebutuhan masyarakat ; 7. Penanggulangan Kemiskinan.

1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami secara keliru oleh para pembacanya. Untuk menghindari kesalahpahaman tersebut, harus dibuat Catatan atas Laporan Keuangan ( CaLK ) yang berisi informasi untuk memudahkan pengguna dalam memahami Laporan Keuangan. Oleh karena itu, penyajian Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) dimaksudkan agar Laporan Keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk pembaca ataupun manajemen entitas akuntansi.

Catatan atas Laporan Keuangan ( CaLK ) merupakan bahagian dari Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah yang disusun berdasarkan Laporan Realisasi APBA dengan memuat penjelasan pos-pos Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan yang berisi informasi pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran ( DPA ) Badan pemberdayaan Masyarakat Aceh yang meliputi:

 Kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target

 Ihktisar pencapaian kinerja keuangan

 Kebijakan akuntansi yang penting

 Penjelasan pos-pos laporan keuangan

 Pengungkapan pos-pos laporan keuangan yang menggunakan basis akrual dan informasi

tambahan lainnya.

B

(2)

1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan

Penyusunan Catatan Atas Laporan Keuangan didasarkan pada :

1. Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi

Daerah Istimewa Aceh;

2. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah

Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ;

3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

4. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);

6. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara;

7. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

8. UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh

9. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2006 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

dan tentang Standar Akuntansi Pemerintah;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2006 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4574);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2006 tentang Dana Perimbangan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4575);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2006 tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah;erah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2006 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593);

14. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman teknis

Pengelolaan Barang Milik Daerah.

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 59 Tahun serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

17. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 900/316/BAKD tanggal 05 April 2007 tentang

Pedoaman dan Sistem dan Prosedur Penatausahaan dan Akuntansi, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

18. Instruksi Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 09/INSTR/2007 tanggal 10

Agustus 2007 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penatausahaan Keuangan Daerah.

19. Qanun Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Aceh

20. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 140 Tahun 2009 tentang Kebijakan dan Sistem

Akuntansi Pemerintah Aceh

21. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 106 Tahun 2013 Tentang Sistem dan Prosedur

(3)

3. Sistematika penulisan Catatan atas Laporan Keuangan

Catatatan atas Laporan Keuangan ini disusun dalam bentuk Bab sebanyak 7 bab yang terdiri dari:

Bab I Pendahuluan ...1

1.1. Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan ...1

1.2. Landasan hukum penyusunan laporan keuangan ...2

1.3. Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan ...3

Bab II Ekonomi makro, kebijakan keuangan dan pencapaian target kinerja ... ...5

2.1. Ekonomi makro ...5

2.2. Kebijakan keuangan ...5

2.3. Indikator pencapaian target kinerja ...5

Bab III Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan ...7

3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan ...7

3.2 Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan ...8

Bab IV Kebijakan akuntansi ...9

4.1. Entitas akuntansi/entitas pelaporan keuangan daerah ...9

4.2. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan ...9

4.3. Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan ...10 4.4. Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam

standar akuntansi pemerintahan Bab V Penjelasan pos-pos laporan keuangan

5.1. Rincian dan penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan

5.1.1 Pendapatan 5.1.2 Belanja 5.1.3 Aset 5.1.4 Kewajiban 5.1.5 Ekuitas dana

5.2. Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan

dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja, dengan penerapan basis kas, untuk entitas akuntansi yang menggunakan basis akrual .

(4)

Bab VI Penjelasan atas informasi-informasi non keuangan Bab VII Penutup

(5)

Ekonomi makro, kebijakan keuangan

dan pencapaian target kinerja

2.1. Kebijakan Makro

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 dan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 bahwa perimbangan keuangan Pusat dan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal mengandung pengertian bahwa kepada Daerah diberikan kewenangan untuk memanfaatkan sumber keuangan sendiri dan didukung dengan perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah.

Sejalan dengan pembagian kewenangan yang disebutkan di atas, maka pengaturan pembiayaan Daerah dilakukan berdasarkan asas penyelenggaraan pemerintahan tersebut. Pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan asas desentralisasi dilakukan atas beban APBD, sedangkan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelaksanaan asas dekonsentrasi dilakukan atas beban APBN, dan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka tugas pembantuan dibiayai atas beban anggaran tingkat pemerintahan yang menugaskan.

2.2. Kebijakan keuangan

Dalam rangka tersebar luasnya informasi pembangunan kepada masyarakatberdasarkan asas

desentralisasi, Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh mengemban tugas yang cukup besar sebagai pelaksanaan urusan wajib yang disediakan anggaran yang cukup besar.

2.3. Indikator pencapaian target kinerja

Indikator pencapaian keberhasilan Badan Pemberdayaan Masyarakat Aceh dalam mengemban amanat untuk mencapai visi dan misi Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh, diantaranya direpresentasikan dalam bentuk indikator kinerja yang telah ditetapkan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Aceh.

Sebagai salah satu indikator keberhasilan Badan Pemberdayaan Masyarakat Aceh adalah termotivasinya masyarakat dengan penuh kesadaran untuk mengembangkan potensi diri dan lingkungan yang ada untuk kemajuan diri pribadi dan lingkungan masyarakat sekitarnya, terciptanya keharmonisan dan kerukunan hidup masyarakat, penanggulangan kemiskinan, keterasingan, keterpencilan dan keterbelakangan.

Beberapa hal tersebut hanya sebagian dari indikator pencapaian tujuan yang telah diamanatkan kepada Badan Pemberdayaan Masyarakat Aceh sebagai pelayan masyarakat yang mempunyai tanggung jawab dan kewajiban memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat selaku perangkat dari pemerintah daerah.

(6)

Ikhtisar Kinerja Keuangan

3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan

Realisasi pencapaian target kinerja keuangan Badan Pemberdayaan Masyarakat Aceh, berupa realisasi pencapaian efektifitas dan efisiensi program dan kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Realiasasi Pendapatan

No

Uraian

Anggaran

Realisasi

%

A

Pendapatan Asli Daerah

0

0

0

1. Pendapatan Pajak Daerah

0

0

0

2. Pendapata Restribusi Daerah

0

0

0

3.

Pendapatan Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang

dipisahkan

0

0

0

4. Lain-lain PAD yang sah

0

0

0

B

Pendapatan Transfer

0

0

0

1.

Transfer Pemerintah Pusat -

Dana Perimbangan

0

0

0

2. Transfer Pemerintah Provinsi

0

0

0

3.

Transfer Pemerintah Pusat -

Lainnya

0

0

0

0

0

0

Jumlah

0

0

0

Untuk tahun 2013 Realisasi Pendapatan pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Aceh tidak ada ( nihil ).

(7)

2. REALISASI BELANJA

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ACEH

TAHUN ANGGARAN 2013

KODE

REKENING URAIAN

ANGGARAN

REALISASI LEBIH KURANG

SEBELUM

PERUBAHAN PERUBAHAN SETELAH

5.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 9.363.357.494 9.183.945.244 8.639.695.572 544.249.672

5.1.1 Belanja Pegawai 9.363.357.494 9.183.945.244 8.639.695.572 544.249.672

5.1.1.01 Belanja Gaji dan Tunjangan 5.143.757.494 5.041.395.244 4.638.173.072 505.584.422

5.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS 4.000.765.900 3.898.403.650 3.620.363.400 278.040.250 5.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga 306.930.000 306.930.000 297.783.676 9.146.324 5.1.1.01.03 Tunjagan Jabatan 248.810.000 248.810.000 226.570.000 22.240.000 5.1.1.01.05 Tunjagan Umum 241.605.000 241.605.000 186.915.000 54.690.000 5.1.1.01.06 Tunjangan Beras 232.076.000 232.076.000 236.654.300 (4.578.300) 5.1.1.01.07 Tunjangan PPH 113.494.648 113.494.648 69.810.787 43.683.861 5.1.1.01.08 Pembulatan Gaji 75.946 75.946 75.909 37 5.1.1.02 Tambahan Penghasilan PNS 4.219.600.000 4.142.550.000 4.001.522.500 141.027.500

5.1.1.02.01 Tambahan Penghasilan berdasarkan Beban kerja 79.200.000 79.200.000 76.320.000 2.880.000

5.1.1.02.05 Tambahan Penghasilan Berdasarkan Prestasi Kerja 3.363.000.000 3.363.000.000 3.279.752.500 83.247.500 5.1.1.02.06 Tambahan Penghasilan Berdasarkan Pertimbangan 777.400.000 700.350.000 645.450.000 54.900.000

5.2 BELANJA LANGSUNG 43.703.948.647 46.631.928.347 45.537.975.917 1.093.952.430 5.2.1 Belanja Pegawai 7.990.710.000 8.789.540.000 8.405.372.000 384.168.000 5.2.1.01 Honorarium PNS 391.190.000 487.890.000 460.950.000 26.940.000 5.2.1.01.01

Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan 94.700.000 111.900.000 111.300.000 600.000

5.2.1.01.02 Honorarium Tim Pengadaan Barang dan

Jasa 92.250.000 92.250.000 82.000.000 10.250.000

5.2.1.01.03

Honorarium Tim Pemeriksa Barang dan Jasa 13.200.000 13.200.000 13.200.000 -

5.2.1.01.04 Honorarium Pejabat Pelaksana Teknis

Kegiatan (PPTK) 12.000.000 12.000.000 7.200.000 4.800.000 5.2.1.01.05 Honorarium Peneliti/Instruktur/Narasumber 161.200.000 161.200.000 161.200.000 - 5.2.1.01.06

Honorarium Pejabat Pelaksana Kegiatan 17.840.000 97.340.000 86.050.000 11.290.000

5.2.1.02 Honorarium Non PNS 1.132.300.000 1.948.500.000 1.687.440.000 261.060.000

5.2.1.02.01 Honorarium Tenaga

Ahli/Instruktur/Narasumber 498.700.000 1.394.100.000 1.156.140.000 237.960.000

5.2.1.02.02

(8)

5.2.1.03 Uang Lembur 118.300.000 118.300.000 106.340.000 11.960.000

5.2.1.03.01

Uang Lembur PNS 84.560.000 84.560.000 80.416.000 4.144.000

5.2.1.03.02

Uang Lembur Non PNS

33.740.000 33.740.000 25.924.000 7.816.000

5.2.1.05 Uang untuk diberikan kepada Pihak

Ketiga/Masyarakat 6.348.920.000 6.234.850.000 6.150.642.000 84.208.000

5.2.1.05.02 Uang untuk diberikan kepada Pihak

Masyarakat 6.348.920.000 6.234.850.000 6.150.642.000 84.208.000

5.2.2 Belanja Barang dan Jasa 34.492.660.786 36.359.910.486 35.697.018.917 662.507.409

5.2.2.01 Belanja Bahan Pakai Habis 236.122.000 282.622.000 258.441.380 24.180.620

5.2.2.01.01

Belanja Alat Tulis Kantor 199.824.000 224.324.000 211.292.400 13.031.600

5.2.2.01.03 Belanja Alat Listrik dan Elektronik (Lampu

Pijar, Batrey kering) 5.400.000 15.400.000 5.232.180

10.167.820

5.2.2.01.04 Belanja Perangko, materai dan benda pos

lainnya 17.898.000 17.898.000 17.883.000 15.000

5.2.2.01.05 Belanja Peralatan Kebersihan dan bahan

pembersih 12.000.000 24.000.000 23.033.800 966.200

5.2.2.01.07 Belanja Pengisian Tabung Pemadam

Kebakaran 1.000.000 1.000.000 1.000.000 -

5.2.2.02 Belanja Bahan/Material 614.646.000 697.424.000 684.107.500 13.316.500

5.2.2.02.06

Belanja Tas Kegiatan

263.396.000 270.204.000 264.648.000 5.556.000 5.2.2.02.08 Belanja Cenderamata 215.000.000 214.800.000 210.560.000 4.240.000 5.2.2.02.09 Belanja Dekorasi 80.000.000 149.670.000 148.280.000 1.390.000 5.2.2.02.10 Belanja Dokumentasi 30.750.000 32.250.000 31.249.500 1.000.500 5.2.2.02.18

Belanja Bahan Alat-Alat Kesehatan - 25.500.000 24.370.000 1.130.000

5.2.2.02.19

Belanja Bahan Percontohan - 5.000.000 5.000.000 - 5.2.2.02.20 Belanja Bahan Pangan 25.500.000 - - -

5.2.2.03 Belanja Jasa Kantor 856.551.000 1.039.531.000 897.090.264 142.440.736

5.2.2.03.01 Belanja Telepon 65.800.000 65.800.000 45.629.141 20.170.859 5.2.2.03.02 Belanja Air 24.000.000 24.000.000 13.801.345 10.198.655 5.2.2.03.03 Belanja Listrik 317.586.000 317.586.000 223.452.928 94.133.072 5.2.2.03.05

Belanja Surat Kabar/Majalah 18.660.000 18.660.000 18.360.000 300.000

5.2.2.03.07

Belanja Paket/Pengiriman 48.780.000 46.780.000 46.770.000 10.000

5.2.2.03.12

Belanja Publikasi 128.625.000 131.125.000 129.425.000 1.700.000

5.2.2.03.13 Belanja Jasa Service peralatan dan

perlengkapan Kantor 105.500.000 129.380.000 119.485.850 9.894.150 5.2.2.03.14

Belanja Jasa Administrasi Peserta - 158.600.000 154.298.000 4.302.000 5.2.2.03.16 Belanja Jasa Cleaning Service 147.600.000 147.600.000 145.868.000 1.732.000

5.2.2.05 Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor 179.100.000 180.625.000 178.423.925 2.201.075

5.2.2.05.01

Belanja Jasa Service 10.000.000 10.000.000 9.946.500 53.500

5.2.2.05.02

Belanja Pengantian Suku Cadang 33.000.000 50.525.000 50.262.205 262.795

5.2.2.05.03

Belanja BBM/Gas dan Pelumas 118.000.000 102.000.000 101.515.600 484.400

(9)

5.2.2.06 Belanja Cetak dan Pengadaan 218.357.400 249.943.900 240.288.000 9.655.900 5.2.2.06.01 Belanja Cetak 110.375.000 136.121.500 132.907.600 3.213.900 5.2.2.06.02 Belanja Penggandaan 107.982.400 113.822.400 107.380.400 6.442.000

5.2.2.07 Belanja Sewa Rumah/Gedung/Gudang/Parkir 536.200.000 600.850.000 569.412.000 31.438.000

5.2.2.07.02

Belanja sewa gedung/kantor/tempat

457.200.000 509.850.000 486.912.000 22.938.000 5.2.2.07.03

Belanja sewa ruang rapat/pertemuan 69.000.000 81.000.000 73.000.000 8.000.000

5.2.2.07.05

Belanja Sewa Tanah 10.000.000 10.000.000 9.500.000 500.000

5.2.2.08 Belanja Sewa Sarana Mobilitas 10.000.000 36.450.000 36.330.000 120.000

5.2.2.08.01 Belanja Sewa Sarana mobilitas Darat 10.000.000 36.450.000 36.330.000 120.000

5.2.2.10 Belanja Sewa Perlengkapan dan Peralatan Kantor 53.800.000 61.200.000 61.200.000 -

5.2.2.10.05 Belanja Sewa Tenda 38.800.000 46.200.000 46.200.000 - 5.2.2.10.07 Belanja Sewa Sound System dan Alat Elektronik Lainnya 15.000.000 15.000.000 15.000.000 -

5.2.2.11 Belanja Makanan dan Minuman 759.231.500 817.636.000 764.001.000 53.635.000

5.2.2.11.01 Belanja makanan dan minuman harian

pegawai 32.925.000 32.925.000 32.880.000 45.000

5.2.2.11.02

Belanja Makanan dan Minuman Rapat 606.266.500 606.461.500 574.562.000 31.899.500

5.2.2.11.03

Belanja Makanan dan minuman tamu 11.500.000 11.500.000 11.500.000 -

5.2.2.11.04

Belanja Makanan dan Minuman Kegiatan

108.540.000 166.749.500 145.059.000 21.690.500 5.2.2.12

Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya 58.700.000 58.700.000 58.325.000 375.000

5.2.2.12.04

Belanja Pakaian Dinas Harian (PDH) 58.700.000 58.700.000 58.325.000 375.000

5.2.2.14 Belanja Pakaian Khusus dan Hari-hari tertentu 111.200.000 125.700.000 125.700.000 -

5.2.2.14.02

Belanja Pakaian Adat Daerah 1.500.000 2.500.000 2.500.000 -

5.2.2.14.03

Belanja Pakaian Batik Tradisional

73.700.000 87.200.000 87.200.000 - 5.2.2.14.04

Belanja Pakaian Olah Raga 36.000.000 36.000.000 36.000.000 -

5.2.2.15 Belanja Perjalanan Dinas 4.024.800.000 4.316.950.000 3.993.485.308 323.464.692

5.2.2.15.01 Belanja Perjalanan Dinas Dalam daerah 2.561.450.000 2.850.900.000 2.757.760.688

93.139.312

5.2.2.15.02

Belanja Perjalanan Dinas Luar Daerah 1.463.350.000 1.466.050.000 1.235.724.620 230.325.380

5.2.2.17 Belanja kursus, pelatihan, sosialisasi dan bimbingan teknis PNS 75.000.000 75.000.000 74.665.840 334.160

5.2.2.17.01 Belanja kursus-kursus singkat/ pelatihan 75.000.000 75.000.000 74.665.840

334.160

5.2.2.21 Belanja Jasa Konsultasi 14.850.000 14.850.000 14.800.000 50.000

5.2.2.21.01 Belanja Jasa Konsultasi Penelitian 14.850.000 14.850.000 14.800.000

50.000

5.2.2.23

Belanja Barang modal yang akan diserahkan kepemilikannya kepada pihak ketiga/masyarakat

26.744.102.886 27.802.428.586 27.740.748.700 61.679.886

5.2.2.23.01 Belanja Barang Yang Akan Diserahkan

Kepada Masyarakat 3.642.875.000 4.704.875.000 4.670.899.000 33.976.000

5.2.2.23.02 Belanja Barang Yang Akan Diserahkan

Kepada Pihak Ketiga 23.101.227.886 23.097.553.586 23.069.849.700 27.703.886

5.2.3 Belanja Modal 1.220.577.861 1.482.477.861 1.435.585.000 46.892.861

5.2.3.10 Belanja Modal Pengadaan Peralatan

Kantor 32.500.000 32.500.000 30.800.000

1.700.000

(10)

5.2.3.10.14

Belanja Modal Pengadaan Alat Pendingin 32.500.000 32.500.000 30.800.000 1.700.000

5.2.3.12

Belanja Modal Pengadaan Komputer 191.727.861 247.627.861 215.703.000 31.924.861

5.2.3.12.01 Belanja Modal Pengadaan Komputer

Manframe/Server 0 30.000.000 30.000.000 -

5.2.3.12.02

Belanja modal Pengadaan Komputer/PC 55.835.861 120.735.861 119.634.000

1.101.861

5.2.3.12.03 Belanja modal Pengadaan Komputer Note

Book 33.392.000 33.392.000 33.069.000 323.000

5.2.3.12.04 Belanja modal Pengadaan Printer

0 8.000.000 8.000.000 -

5.2.3.12.08 Belanja modal Pengadaan UPS/Stabilizer

0 28.000.000 0

28.000.000

5.2.3.12.11 Belanja Modal Pengadaan Sofware/Program

102.500.000 27.500.000 25.000.000 2.500.000

5.2.3.15 Belanja Modal Pengadaan Penghias

Ruangan Rumah Tangga 70.500.000 70.500.000 70.099.000 401.000

5.2.3.15.03

Belanja modal pengadaan Jam Diding/Meja 70.500.000 70.500.000 70.099.000

401.000

5.2.3.16

Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Studio 19.900.000 29.900.000 29.700.000 200.000

5.2.3.16.01

Belanja Modal Pengadaan Kamera 12.200.000 12.200.000 12.000.000 200.000

5.2.3.16.06 Belanja Modal Pengadaan

Microphone/wireless/loudspeaker 7.700.000 17.700.000 17.700.000 -

5.2.3.23 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi

Jariangan Air 88.000.000 218.000.000 217.460.000 540.000

5.2.3.23.06 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi

Jaringan air bersih/air minum 80.000.000 80.000.000 79.826.000

174.000

5.2.3.23.11 Belanja modal pengadaan konstruksi saluran

limbah air kotor 8.000.000 138.000.000 137.634.000 366.000

5.2.3.25 Belanja Modal Pengadaan Instalasi Listrik

dan Telepon 209.000.000 234.000.000 231.200.000 2.800.000

5.2.3.25.01

Belanja Modal Pengadaan Instalasi Listrik 199.000.000 234.000.000 231.200.000 2.800.000

5.2.3.25.02 Belanja modal Pengadaan instalasi telepon

10.000.000 0 0

-

5.2.3.26 Belanja Modal Pengadaan

Konstruksi/Pembelian Bangunan 530.450.000 571.450.000 562.523.000 8.927.000

5.2.3.26.01 Belanja Modal Pengadaan

Konstruksi/Pembelian Gedung Kantor 410.450.000 451.450.000 443.280.000 8.170.000

5.2.3.26.10 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi

menara/tower 120.000.000 120.000.000 119.243.000 757.000

5.2.3.31 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi

Bangunan 78.500.000 78.500.000 78.100.000 400.000

5.2.3.31.01 Belanja modal pengadaan jerjak

78.500.000 78.500.000 78.100.000 400.000

TOTAL BTL DAN BL 53.067.306.141 55.815.873.591 54.177.671.489 1.638.202.102

3.2. Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target

Pada tahun 2013 Realisasi Fisik dan Keuangan yang dicapai Badan Pemberdayaan Masyarakat Aceh meningkat dari tahun sebelumnya, hambatan dan kendala yang dihadapi dalam menyelesaikan pekerjaan yaitu kurangnya sumber daya manusia yang memiliki semangat dan kemauan kerja, namun semuanya bisa diatasi dengan pendekatan dan pembinaan yang dilakukan terus menerus dan pada tahun 2013 ini Badan Pemberdayaan Masyarakat sudah mampu menyelesaikan semua program dan kegiatan yang diamanatkan dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Tahun 2013 dan Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran (DPPA) Tahun 2013.

(11)

Kebijakan Akuntansi

ebijakan Akuntansi merupakan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas akuntansi dan entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

Kebijakan akuntansi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Aceh meliputi:

4.1. Entitas Akuntansi

Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh diberikan kewenangan oleh Gubernur melalui Sekretariat Daerah untuk mengelola administrasi keuangan daerah beserta pelaporan keuangannya.

Laporan keuangan yang dihasilkan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

4.2. Basis akuntansi

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dalam perhitungan realisasi anggaran; dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca.

4.3. Basis Pengakuan dan Pengukuran

Pengakuan Pendapatan

Pendapatan diakui pada saat diterima pada rekening Kas Umum Aceh dan dicatat berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

Pengakuan Belanja

Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening Kas Umum Aceh dan dicatat berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan pengeluaran berdasarkan jumlah nominal yang terdapat pada dokumen Surat Perintah Pencairan Dana atau Surat Pengesahan Pertanggungjawaban Belanja sesuai dengan posnya masing-masing.

Pengakuan Investasi

Suatu pengeluaran kas atau aset diakui sebagai investasi apabila memenuhi salah satu kriteria:

- Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa potensial dimasa

yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah.

- Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai.

Pengeluaran untuk perolehan investasi jangka pendek diakui sebagai pengeluaran kas pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai belanja dalam laporan realisasi anggaran, sedangkan pengeluaran untuk memperoleh investasi jangka panjang diakui sebagai pengeluaran pembiayaan.

(12)

Secara umum Pemerintah Provinsi Aceh dalam menetapkan kebijakan akuntansi berpedoman kepada ketentuan yang diatur dalam Standar Akuntansi Pemerintahan. Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Aceh dihasilkan mulai dari proses pencatatan jurnal transaksi, pemindahbukuan ke buku besar, penyesuaian-penyesuaian pos-pos akrual, dan pengikhtisaran.

Sampai Dengan tahun anggaran 2013 ini, jurnal transaksi atas anggaran, buku besar dan buku besar pembantu dan realisasi anggaran masih dilakukan secara manual. Dokumen sumber sebagai dasar pencatatan penerimaan adalah Surat Tanda Setor (STS) dan dokumen lainnya yang dipersamakan sedangkan dasar pencatatan pengeluaran adalah Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dan Surat Pertanggungjawaban (SPJ).

Format laporan keuangan tahun 2013, sistem dan prosedur mengikuti ketentuan Permendagri Nomor 13 tahun 2006 dan permendagri no 59 tahun 2007, namun format laporan keuangan telah mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005.

Dalam sistem akuntansi pemerintah Daerah, kebijakan akuntansi yang diterapkan mencakup masalah pengakuan, pengukuran, penilaian, dan pengungkapan.

1. PERSEDIAAN

Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan; misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.

Persediaan dapat meliputi barang konsumsi, amunisi, bahan untuk pemeliharaan, suku cadang, persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga, pita cukai dan leges, bahan baku, barang dalam proses/setengah jadi, tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.

Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga antara lain berupa cadangan energi (misalnya minyak) atau cadangan pangan (misalnya beras).

1) Pengakuan Persediaan

Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah. Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik.

Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki dan akan dipakai dalam pekerjaan pembangunan fisik yang dikerjakan secara swakelola, dimasukkan sebagai perkiraan aset untuk konstruksi dalam pengerjaan, dan tidak dimasukkan sebagai persediaan.

(13)

2). Pengukuran

Persediaan disajikan sebesar:

(1) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan. Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh.

(2) Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri. Biaya standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan yang diproduksi dan biaya overhead tetap dan variabel yang dialokasikan secara sistematis, yang terjadi dalam proses konversi bahan menjadi persediaan.

(3) Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.

3). Pengungkapan

Persediaan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam catatan atas laporan keuangan harus diungkapkan pula:

(1) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan;

(2) Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat ;

(3) Hal-hal lain yang perlu diungkapkan berkaitan dengan persediaan, misalnya persediaan yang diperoleh melalui hibah atau rampasan.

Persediaan dengan kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca,

tetapi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

2. ASET TETAP

Aset Tetap adalah Aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan Pemerintahan Aceh atau dimamfaatkan oleh masyarakat umum.

Aset Tetap terdiri dari tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya dan konstruksi dalam pengerjaan.

1). Tanah

Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

Tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh Pemerintah Aceh diluar daerah / luar negeri, misalnya tanah yang digunakan Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, hanya diakui bila kepemilikan tersebut berdasarkan isi perjanjian penguasaan dan hukum serta perundang-undangan yang berlaku di negara tempat Perwakilan Republik Indonesia berada bersifat permanen.

(14)

(1). Pengakuan

Kepemilikan atas Tanah ditunjukkan dengan adanya bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum seperti sertifikat tanah.

Apabila perolehan tanah belum didukung dengan bukti secara hukum maka tanah tersebut harus diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaannya telah berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah atas nama pemilik sebelumnya.

(2). Pengukuran

Tanah dinilai dengan biaya perolehan. Biaya perolehan mencakup harga pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak, biaya pematangan, pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan.

Apabila penilaian tanah dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai tanah didasarkan pada nilai wajar/harga taksiran pada saat perolehan.

(3). Pengungkapan

Tanah disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam catatan atas laporan keuangan harus diungkapkan pula dasar penilaian yang digunakan Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode menurut jenis tanah yang menunjukkan:

- Penambahan;

- Pelepasan;

- Mutasi Tanah lainnya.

2). Gedung dan Bangunan

Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang dibeli atau dibangun dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

Termasuk dalam kategori Gedung dan Bangunan adalah Barang Milik Pemerintah Aceh yang berupa Bangunan Gedung, Monumen, Bangunan Menara, Rambu-rambu, serta Tugu Titik Kontrol.

(1). Pengakuan

Gedung dan Bangunan yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja modal yang diakui untuk aset tersebut.

Gedung dan Bangunan yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Gedung dan Bangunan tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah.

(15)

Pengakuan atas Gedung dan Bangunan ditentukan jenis transaksinya meliputi: penambahan, pengembangan, dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan nilai Gedung dan Bangunan yang disebabkan pengadaan baru, diperluas atau diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan Gedung dan Bangunan tersebut.

Pengembangan adalah peningkatan nilai Gedung dan Bangunan karena peningkatan manfaat yang berakibat pada: durasi masa manfaat, peningkatan efisiensiensi, dan penurunan biaya pengoperasian.

Pengurangan adalah penurunan nilai Gedung dan Bangunan dikarenakan berkurangnya kuantitas aset tersebut.

(2). Pengukuran

Gedung dan Bangunan dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian Gedung dan Bangunan dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar/taksiran pada saat perolehan.

Biaya perolehan Gedung dan Bangunan yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.

Jika Gedung dan Bangunan diperoleh melalui kontrak, biaya perolehan meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, serta jasa konsultan.

(3). Pengungkapan

Gedung dan Bangunan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam Catatan Atas Laporan Keuangan diungkapkan pula:

(1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai.

(2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:

• Penambahan;

• Pengembangan; dan • Penghapusan;

(3) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Gedung

dan Bangunan;

3. PERALATAN DAN MESIN

Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektronik, dan seluruh inventaris kantor yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.

Wujud fisik Peralatan dan Mesin bisa meliputi: Alat Besar, Alat Angkutan, Alat Bengkel dan Alat Ukur, Alat Pertanian, Alat Kantor dan Rumah Tangga, Alat Studio, Komunikasi dan Pemancar, Alat Kedokteran dan Kesehatan, Alat Laboratorium, Alat Persenjataan, Komputer, Alat Eksplorasi, Alat Pemboran, Alat

(16)

Produksi, Pengolahan dan Pemurnian, Alat Bantu Eksplorasi, Alat Keselamatan Kerja, Alat Peraga, serta Unit Proses/Produksi.

1). Pengakuan

Peralatan dan Mesin yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja modal yang diakui untuk aset tersebut.

Peralatan dan Mesin yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Peralatan dan Mesin tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah.

Pengakuan atas Peralatan dan Mesin ditentukan jenis transaksinya meliputi: penambahan, pengembangan, dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan nilai Peralatan dan Mesin yang disebabkan pengadaan baru, diperluas atau diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan Peralatan dan Mesin tersebut.

Pengembangan adalah peningkatan nilai Peralatan dan Mesin karena peningkatan manfaat yang berakibat pada: durasi masa manfaat, peningkatan efisiensiensi dan penurunan biaya pengoperasian.

Pengurangan adalah penurunan nilai Peralatan dan Mesin dikarenakan berkurangnya kuantitas aset tersebut.

2). Pengukuran

Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah pengeluaran yang telah dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin tersebut sampai siap pakai. Biaya perolehan atas Peralatan dan Mesin yang berasal dari pembelian meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan.

Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang diperoleh melalui kontrak meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan dan jasa konsultan.

Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan Peralatan dan Mesin tersebut.

3). Pengungkapan

Peralatan dan Mesin disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam catatan atas laporan keuangan diungkapkan pula:

(1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai.

(2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:

- Penambahan;

- Pengembangan; dan

(17)

(3) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Peralatan dan Mesin.

a. JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN

Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh Pemerintah Aceh serta dikuasai oleh Pemerintah Aceh dan dalam kondisi siap dipakai.

Barang Milik Pemerintah Aceh yang termasuk dalam kategori aset ini adalah Jalan dan Jembatan, Bangunan Air, Instalasi, dan Jaringan.

1). Pengakuan

Jalan, Irigasi, dan Jaringan yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja modal.

Jalan, Irigasi, dan Jaringan yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Jalan, Irigasi, dan Jaringan tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah. Pengakuan atas Jalan, Irigasi, dan Jaringan ditentukan jenis transaksinya meliputi: penambahan, pengembangan, dan pengurangan.

Penambahan adalah peningkatan nilai Jalan, Irigasi, dan Jaringan yang disebabkan pengadaan baru, diperluas, atau diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan Jalan, Irigasi, dan Jaringan tersebut.

Pengembangan adalah peningkatan nilai Jalan, Irigasi, dan Jaringan karena peningkatan manfaat yang berakibat pada: durasi masa manfaat, peningkatan efisiensiensi, dan penurunan biaya pengoperasian.

Pengurangan adalah penurunan nilai Jalan, Irigasi, dan Jaringan dikarenakan berkurangnya kuantitas aset tersebut.

2). Pengukuran

Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan sampai siap pakai. Biaya ini meliputi biaya perolehan atau biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan, irigasi, dan jaringan tersebut siap pakai.

Biaya perolehan untuk jalan, irigasi, dan jaringan yang diperoleh melalui kontrak meliputi biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasa konsultan, biaya pengosongan, dan pembongkaran bangunan lama.

Biaya perolehan untuk jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun secara swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, biaya pengosongan dan pembongkaran bangunan lama.

(18)

3). Pengungkapan

Jalan, Irigasi, dan Jaringan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam Catatan atas Laporan Keuangan diungkapkan pula:

(1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai.

(2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:

- Penambahan;

- Pengembangan; dan

- Penghapusan;

(3) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Jalan, Irigasi, dan Jaringan.

5. ASET TETAP LAINNYA

Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok Tanah; Peralatan dan Mesin; Gedung dan Bangunan; Jalan, Irigasi, dan Jaringan, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. BMN yang termasuk dalam kategori aset ini adalah Koleksi Perpustakaan/Buku, Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan/Olah Raga, Hewan, Ikan, dan Tanaman.

1). Pengakuan

Aset Tetap Lainnya yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja modal.

Aset Tetap Lainnya yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Aset Tetap Lainnya tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah.

Pengakuan atas Aset Tetap Lainnya ditentukan jenis transaksinya meliputi: penambahan dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan nilai Aset Tetap Lainnya yang disebabkan pengadaan baru, diperluas atau diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan Aset Tetap Lainnya tersebut.

Pengurangan adalah penurunan nilai Aset Tetap Lainnya dikarenakan berkurangnya kuantitas / kualitas aset tersebut.

2). Pengukuran

Biaya perolehan aset tetap lainnya menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut sampai siap pakai.

Biaya perolehan aset tetap lainnya yang diperoleh melalui kontrak meliputi pengeluaran nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, serta biaya perizinan.

Biaya perolehan asset tetap lainnya yang diadakan melalui swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, dan jasa konsultan.

(19)

3). Pengungkapan

Aset Tetap Lainnya disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam catatan atas laporan keuangan diungkapkan pula:

(1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai.

(2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan Penambahan dan Penghapusan;

(3) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Aset Tetap Lainnya.

6. KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses pembangunan pada tanggal laporan keuangan. Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya yang proses perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum selesai. Konstruksi Dalam Pengerjaan langsung dibukukan oleh Unit Akuntansi dan disajikan dalam Neraca.

1). Pengakuan

Konstruksi Dalam Pengerjaan merupakan aset yang dimaksudkan untuk digunakan dalam operasional pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat dalam jangka panjang dan oleh karenanya diklasifikasikan dalam aset tetap. Suatu aset berwujud harus diakui sebagai Konstruksi Dalam Pengerjaan jika biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal dan masih dalam proses pengerjaan.

Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke aset tetap yang bersangkutan setelah pekerjaan konstruksi tersebut dinyatakan selesai dan siap digunakan sesuai dengan tujuan perolehannya.

2). Pengukuran

Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat sebesar biaya perolehan.

Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan secara swakelola meliputi:

- Biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi yang

mencakup biaya pekerja lapangan termasuk penyelia; biaya bahan; pemindahan sarana, peralatan dan bahan-bahan dari dan ke lokasi konstruksi; penyewaan sarana dan peralatan; serta biaya rancangan dan bantuan teknis yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi.

- Biaya yang dapat dialokasikan ke konstruksi tersebut mencakup biaya asuransi; biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi tertentu; dan biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan konstruksi yang bersangkutan seperti biaya inspeksi.

(20)

Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan kontrak konstruksi meliputi:

- Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan dengan tingkat

penyelesaian pekerjaan;

- Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan dengan

pelaksanaan kontrak konstruksi. 3). Pengungkapan

Konstruksi dalam pengerjaan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam Catatan atas Laporan Keuangan diungkapkan pula:

(1) Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian dan jangka

(1) Waktu penyelesaiannya;

(2) Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaanya; (3) Jumlah biaya yang telah dikeluarkan;

(4) Uang muka kerja yang diberikan; (5) Retensi.

7. PEROLEHAN SECARA GABUNGAN

Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan.

8. ASET BERSEJARAH (Heritage Assets)

Aset bersejarah (heritage assets) tidak harus disajikan di neraca namun aset tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Beberapa aset tetap dijelaskan sebagai aset bersejarah dikarenakan kepentingan budaya, lingkungan, dan sejarah. Contoh dari aset bersejarah adalah bangunan bersejarah, monumen, tempat-tempat purbakala (archaeological sites) seperti candi, dan karya seni (works of art).

Aset Bersejarah biasanya diharapkan untuk dipertahankan dalam waktu yang tak terbatas. Aset bersejarah dibuktikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Karakteristik-karakteristik di bawah ini sering dianggap sebagai ciri khas dari suatu aset bersejarah,

a. Nilai kultural, lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak mungkin secara penuh dilambangkan dengan nilai keuangan berdasarkan harga pasar;

b. Peraturan dan hukum yang berlaku melarang atau membatasi secara ketat pelepasannya untuk dijual;

c. Tidak mudah untuk diganti dan nilainya akan terus meningkat selama waktu berjalan walaupun kondisi fisiknya semakin menurun;

d. Sulit untuk mengestimasikan masa manfaatnya. Untuk beberapa kasus dapat mencapai ratusan tahun.

Pemerintah mungkin mempunyai banyak aset bersejarah yang diperoleh selama bertahun-tahun dan dengan cara perolehan beragam termasuk pembelian, donasi, warisan, rampasan, ataupun sitaan. Aset bersejarah dicatat dalam kuantitasnya tanpa nilai, misalnya jumlah unit koleksi yang dimiliki atau jumlah unit monumen.

(21)

Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan, rekonstruksi harus dibebankan sebagai belanja tahun terjadinya pengeluaran tersebut. Biaya tersebut termasuk seluruh biaya yang berlangsung untuk menjadikan aset bersejarah tersebut dalam kondisi dan lokasi yang ada pada periode berjalan.

Beberapa aset bersejarah juga memberikan potensi manfaat lainnya kepada pemerintah selain nilai sejarahnya, sebagai contoh bangunan bersejarah digunakan untuk ruang perkantoran.

Untuk kasus tersebut, aset ini akan diterapkan prinsip-prinsip yang sama seperti aset tetap lainnya.

4.4. Penerapan Kebijakan Akuntansi

Kebijakan akuntansi yang telah diterapkan pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh telah mengacu sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 24 Tahun 2005 dan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 140 Tahun 2009.

(22)

Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan

5.1. Rincian dan Penjelasan masing-masing pos

4. Pendapatan

4.1. Pendapatan Asli Daerah

4.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Rencana 2013 (Rp.) Merupakan saldo Pendapatan

Asli Daerah yang Sah 0 0

Pada tahun 2013 Realisasi Pendapatan Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh tidak ada (nihil).

5. Belanja

5.1.2. Belanja Operasi

Realisasi Belanja Operasi per 31 Desember 2013 sebesar Rp. 52.742.086.489,- yang terdiri dari :

- Belanja Pegawai Rp. 17.045.067.572,-

- Belanja Barang & Jasa Rp. 35.697.018.917,-

Belanja Pegawai terdiri :

5.1.1.01 Belanja Gaji dan Tunjangan

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.) Merupakan saldo Belanja Gaji

dan Tunjangan per 31

Desember 2013. 4.638.173.072 5.041.395244

5.1.1.02 Belanja Tambahan Penghasilan PNS

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.)

Merupakan saldo Belanja

Tambahan Penghasilan PNS

(23)

Realisasi Belanja Tambahan Penghasilan PNS tahun 2013 terdiri dari Tambahan Penghasilan Kerja ( TPK ), Tambahan Penghasilan berdasarkan beban kerja, Bantuan Uang Meugang Puasa, Idul Fitri dan Idul Adha dan Bantuan Uang Makan untuk PNS.

5.2.1.01 Belanja Honorarium PNS

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.)

Merupakan saldo Belanja

Honorarium PNS per 31

Desember 2013. 460.950.000 487.890.000

5.2.1.02 Belanja Honorarium Non PNS

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.)

Merupakan saldo Belanja

Honorarium Non PNS per 31 Desember 2013.

1.687.440.000 1.948.500.000

5.2.1.03 Belanja Uang Lembur

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.) Merupakan saldo Belanja Uang

Lembur PNS dan Non PNS per 31 Desember 2013.

106.340.000 118.300.000

5.2.1.05 Uang untuk diberikan kepada Pihak Ketiga/Masyarakat

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.) Merupakan saldo Belanja Uang

untuk diberikan kepada Pihak Ketiga/Masyarakat per 31 Desember 2013.

(24)

Belanja Barang dan Jasa terdiri :

5.2.2.01 Belanja Bahan Pakai Habis

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.)

Merupakan saldo Belanja

Bahan Pakai Habis per 31

Desember 2013. 258.441.380 282.622.000

5.2.2.02 Belanja Bahan / Material

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.)

Merupakan saldo Belanja

Bahan/Material per 31

Desember 2013.

684.107.500 697.424.000

5.2.2.03 Belanja Jasa Kantor

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.) Merupakan saldo Belanja Jasa

Kantor per 31 Desember 2013.

897.090.264 1.039.531.000

5.2.2.05 Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.)

Merupakan saldo Belanja

Perawatan Kendaraan per 31

Desember 2013. 178.423.925 180.625.000

5.2.2.06 Belanja Cetak dan Penggandaan

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.) Merupakan saldo Belanja Cetak

dan Penggandaan per 31 Desember 2013.

(25)

5.2.2.07 Belanja Sewa Gedung/Rumah/Tempat/Parkir

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.) Merupakan saldo Belanja Sewa

Gedung/Rumah/Tempat/Parkir

per 31 Desember 2013. 569.412.000 600.850.000

5.2.2.08 Belanja Sewa Sarana Mobilitas

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.) Merupakan saldo Belanja Sewa

Sarana Mobilitas per 31

Desember 2013. 36.330.000 36.450.000

5.2.2.10 Belanja Sewa Perlengkapan dan Peralatan Kantor

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.) Merupakan saldo Belanja Sewa

Perlengkapan dan Peralatan

Kamera per 31 Desember 2013. 61.200.000 61.200.000

5.2.2.11 Belanja Makanan dan Minuman

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.)

Merupakan saldo Belanja

Makanan dan Minuman per 31

Desember 2013. 764.001.000 817.636.000

5.2.2.12 Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.)

Merupakan saldo Belanja

Pakaian Kerja per 31 Desember

(26)

5.2.2.14 Belanja Pakaian Khusus dan Hari-hari Tertentu

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.)

Merupakan saldo Belanja

Pakaian Kerja per 31 Desember

2013. 125.700.000 125.700.000

5.2.2.15 Belanja Perjalanan Dinas

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.)

Merupakan saldo Belanja

Perjalanan Dinas per 31

Desember 2013. 3.993.485.308 4.316.950.000

5.2.2.17 Belanja kursus, pelatihan, sosialisasi dan bimbingan teknis PNS Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.)

Merupakan saldo Belanja

Perjalanan Dinas per 31

Desember 2013. 74.665.840 75.000.000

5.2.2.21 Belanja Jasa Konsultansi

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.)

Merupakan saldo Belanja

Perjalanan Dinas per 31

Desember 2013.

14.800.000 14.850.000

5.2.2.23 Belanja Barang Modal Yang diserahkan kepemilikannya kepada masyarakat

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.)

Merupakan saldo Belanja

Barang yang diserahkan

kepemilikannya kepada

masyarakat per 31 Desember 2013.

(27)

Belanja Modal

5.2.3.10 Belanja Modal Pengadaan Peralatan Kantor

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.)

Merupakan saldo Belanja

Modal Pengadaan Peralatan Kantor per 31 Desember 2013.

30.800.000 32.500.000

5.2.3.12 Belanja Modal Pengadaan Komputer

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.)

Merupakan saldo Belanja

Modal Pengadaan Komputer per 31 Desember 2013.

215.703.000 247.627.861

5.2.3.15 Belanja Modal Pengadaan Penghias Ruangan Rumah Tangga Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.)

Merupakan saldo Belanja

Pengadaan Penghias Ruangan

Rumah Tangga per 31

Desember 2013.

70.099.000 70.500.000

5.2.3.16 Belanja Modal Pengadaan Alat–alat Studio

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.)

Merupakan saldo Belanja

Pengadaan Alat–alat Studio per

31 Desember 2012. 29.700.000 29.900.000

5.2.3.23 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jaringan Air

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.)

Merupakan saldo Belanja

Pengadaan Konstruksi Jaringan

(28)

5.2.3.25 Belanja Modal Pengadaan Instalasi Listrik dan Telepon

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.)

Merupakan saldo Belanja

Pengadaan Instalasi Listrik dan

Telepon per 31 Desember 2013. 231.200.000 234.000.000

5.2.3.26 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi/Pembelian Bangunan Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.)

Merupakan saldo Belanja

Modal Pengadaan

Konstruksi/Pembelian

Bangunan per 31 Desember 2013.

562.523.000 571.450.000

5.2.3.33 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Bangunan

Uraian Realisasi 2013 (Rp.) Anggaran 2013 (Rp.)

Merupakan saldo Belanja

Pengadaan Peralatan Dapur

per 31 Desember 2013. 78.100.000 78.500.000

1. Aset

1.1. Aset Lancar

1.1.1. Kas di Bendahara Penerimaan.

Uraian (Rp.) 2013 (Rp.) 2012

Merupakan saldo Buku Besar Kas di Bendahara Penerimaan

Per 31 Desember 2013 dan 2012. 0 0

1.1.2. Kas di Bendahara Pengeluaran.

Uraian (Rp.) 2013 (Rp.) 2012

Merupakan saldo Buku Besar Kas di Bendahara Pengeluaran

(29)

Pada tahun 2013 kas di bendahara pengeluaran nihil. 1.1.3. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran.

Uraian (Rp.) 2013 (Rp.) 2012

Merupakan saldo Buku Besar Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Per 31 Desember 2013 dan 2012.

0 0

1.1.4. Persediaan

Uraian (Rp.) 2013 (Rp.) 2012

Merupakan saldo hasil Opname terhadap persediaan berupa ATK dan bahan pakai habis lainnya yang tersisa per

31 Desember 2013 dan 2012. 12,528,100 15.126.400 1.2. Aset Tetap 01.01 Tanah Uraian (Rp.) 2013 (Rp.) 2012

Merupakan saldo Tanah per

31 Desember 2013 dan 2012. 4.926.700.000 5.556.700.000

Tanah yang dimaksud diatas merupakan Tanah Bangunan Kantor seluas 2446 M2 senilai Rp. 4.926.700.000,- ( Empat milyar sembilan ratus dua puluh enam juta tujuh ratus ribu rupiah ).

Pada Tahun 2010 ada penambahan Aset berupa tanah yang berlokasi di Cot Bateeglungku Kecamatan Pandrah Kabupaten Bireun yang dipergunakan untuk pembangunan Gedung Unit Pelaksana Teknis Badan pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Aceh seluas 6 Ha sesuai dengan Surat Bupati Bireuen Nomor : Pem.100/783/2009 tanggal 22 Oktober 2009.

Sampai saat ini surat hibah masih dalam proses, izin prinsip dari DPRK Bireun sudah selesai.

Pada Tahun 2013 ada pengurangan Aset berupa tanah perumahan yang terletak di jalan Malikul Saleh Kelurahan Kota Baru ( lampineng ) Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh dengan harga taksiran sebesar Rp. 630.000.000,- yang berdasarkan Keputusan Gubernur Aceh Nomor : 012/422/2013 tanggal 31 Mei 2013 bertepatan dengan 21 Rajab 1434 H tentang Pengalihan Status Penggunaan Barang Milik Daerah dari Badan Pemberdayaan Masyarakat Aceh kepada Dinas Kesehatan Aceh.

(30)

02.02. Alat – Alat Berat

Uraian (Rp.) 2013 (Rp.) 2012

Merupakan saldo Buku Besar Alat – Alat Berat per

31 Desember 2013 dan 2012. 501.320.500 305.120.500

Penambahan alat-alat berat pada tahun 2013 berupa Travo 100 Kva lengkap dengan jaringannya untuk UPTB sebesar Rp. 196.200.000,- ( Seratus Sembilan puluh enam juta dua ratus ribu rupiah ).

02.03. Alat Angkutan Kendaraan Bermotor

Uraian (Rp.) 2013 (Rp.) 2012

Merupakan saldo Buku Besar

Alat Angkutan Kendaraan

Bermotor per 31 Desember 2013 dan 2012.

2.438.850.000 2.438.850.000

Pada tahun 2013 tidak terdapat penambahan Kenderaan Dinas baik Roda 4 maupun Kenderaan Dinas Roda 2.

02.04. Alat Bengkel dan Alat Ukur

Uraian (Rp.) 2013 (Rp.) 2012

Merupakan saldo Buku Besar Alat – Alat Bengkel per 31 Desember 2013

dan 2012. 169.950.000 169.950.000

Pada tahun 2013 ini tidak ada penambahan aset alat-alat bengkel 02.05. Alat Pertanian dan Peternakan

Uraian (Rp.) 2013 (Rp.) 2012

Merupakan saldo Buku Besar Alat Pertanian dan Peternakan per 31

Desember 2013 dan 2012. 8.200.000 2.500.000

Pada tahun 2013 ada penambahan Alat Pertanian dan Peternakan berupa Penyemprot Tangan ( Hand Sprayer ) untuk UPTB sebesar Rp. 700.000,- (Tujuh ratus ribu rupiah) dan Mesin Potong Rumput untuk UPTB sebesar Rp. 5.000.000,- (Lima juta rupiah), yang merupakan barang modal yang diperoleh

(31)

dari kegiatan Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor berupa biaya jasa pembasmian rayap di UPTB.

02.06. Alat – Alat Kantor dan Rumah Tangga

Uraian (Rp.) 2013 (Rp.) 2012

Merupakan saldo Buku Besar Alat – Alat Kantor dan Rumah Tangga

per 31 Desember 2013 dan 2012. 4.567.174.650 4.158.542.650

Pada tahun 2013 Realisasi Belanja Modal untuk Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga sebesar Rp. 408.632.375,- ( Empat ratus delapan juta enam ratus tiga puluh dua ribu tiga ratus tujuh puluh lima rupiah ), terdiri dari :

- Pengadaan karpet untuk mushalla BPM Aceh 1 unit Rp. 9.999.000,-

- Pengadaan gorden untuk mushalla BPM aceh 1 unit Rp. 1.800.000,-

- Pengadaan gorden untuk UPTB 280 cm Rp. 54.000.000,- - Pengadaan Papan Visi Misi Gubernur Aceh

Periode 2012 s.d 2017 2 unit Rp. 300.000,-

- Pengadaan foto beserta bingkai mantan kepala

BPM Aceh 2 unit Rp. 1.000.000,-

- Pengadaan foto beserta bingkai Gubernur Aceh

Dan Wakil Gubernur Aceh periode 2012 s.d 2017 4 unit Rp. 3.000.000,-

- Pengadaan AC Split 2 PK 5 unit Rp. 30.800.000,-

- Pengadaan Komputer PC Lengkap dengan printer

Dan UPS 5 unit Rp. 50.000.000,-

- Pengadaan Mesin Absen Jari 5 unit Rp. 5.800.000,-

- Pengadaan Komputer server untuk pengelolaan

Sistem Aplikasi Keuangan pada BPM Aceh 1 unit Rp. 63.834.000,-

- Pengadaan Laptop untuk penyusunan program

Pemberdayaan masyarakat aceh 1 unit Rp. 25.740.000,-

- Pengadaan Laptop untuk secretariat TP PKK Acehh 1 unit Rp. 7.329.000,-

- Pengadaan printer 5 unit Rp. 8.000.000,-

- Pengadaan server untuk aplikasi dan pelaporan

BKPG 1 unit Rp. 30.000.000,-

- Pengadaan system aplikasi dan pelaporan BKPG 1 unit Rp. 25.000.000,-

- Pengadaan Teralis untuk gedung UPTB 1 pkt Rp. 78.100.000,-

- Pengadaan papan nama UPTB 1 pkt Rp. 13.930.000,-

Jumlah Rp. 408.632.000,-

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan skor BJWAT pre dan post yang cukup signifikan pada kelompok kontrol disibabkan karena proses perawatan luka yang sudah standart dan penggunaan modern dressing

Selanjutnya untuk research question (RQ:4) untuk topik dan trend penelitian yang signifikan di bidang kualitas laporan keuangan pada koperasi sebagai berikut : 1) Dalam

Discovery learning dirancang dengan tujuan agar siswa dapat menemukan sendiri konsep yang dipelajari dan bekerja secara efektif dalam kelompok. Tujuan penelitian ini

Direktur bertanggung jawab atas kerugian PT yang disebabkan direktur tidak menjalankan kepengurusan PT sesuai dengan maksud dan tujuan PT anggaran dasar, kebijakan

Setiap perusahaan atau organisasi pasti selalu berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara maksimal, untuk mencapai tujuan utama tersebut dibutuhkan

Letak usaha ini cukup baik karena terdapat pada pusat keramaian dan dekat dengan sekolah, pasar dan pusat perkantoran sehingga dapat dikatakan bahwa lokasi sangat dekat dengan

tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa sakit

Hal ini bertujuan untuk berbagi risiko di antara penduduk, serta mencegah belanja pelayanan kesehatan yang menimbulkan bencana finansial (katastropik) dan