• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan demokrasi yang dialami Indonesia mulai sejak. diterapkannyademokrasi Parlementer, Demokrasi Terpimpin, sampai kepada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan demokrasi yang dialami Indonesia mulai sejak. diterapkannyademokrasi Parlementer, Demokrasi Terpimpin, sampai kepada"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan demokrasi yang dialami Indonesia mulai sejak diterapkannyaDemokrasi Parlementer, Demokrasi Terpimpin, sampai kepada Demokrasi Pancasila merupakan suatu perjalanan dalam rangka mencapai demokratisasi yang ideal bagi bangsa Indonesia.Demokrasi menurut asal katanya

berarti rakyat berkuasa atau government by the people (kata Yunani, demos berarti

rakyat, kratos/kratein berarti kekuasaan).1Maka dalam pemerintahan

demokrasi,rakyat memiliki peranan penting dalam urusan negara.Hal ini memberikan suatu keleluasaan bagi rakyat Indonesia untuk memberikan partisipasinya dalam kegiatan politik.Seperti terwujud dalam UUD 1945 pasal 28, bahwa “kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagaimana ditetapkan oleh Undang-Undang”.2Artinya,negara menjamin hak kolektifitas (hak bersama-sama) dalam melakukan kegiatan kolektif termasuk kegiatan politik.Namun pada kenyataannya untuk mencapai suatu negara yang demokratis masih terasa tidak mudah untuk diwujudkan di Indonesia, karena demokrasi sendiri menuntut banyak aspek untuk mencapai suatu demokrasi yang ideal bagi suatu bangsa.

      

1Miriam Budiarjo, Dasar – Dasar Ilmu Politik, Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Umum, 2008, hal.105. 2 Perpustakaan Nasional; UUD 1945 Negara Republik Indonesia Dalam Satu Naskah (Amandemen

(2)

Kriteria untuk mencapai suatu pemerintahan yang demokratis dan ideal selalu menuntut berbagai hal.Salah satu yang menjadi indikator suatu pemerintahan yang demokratis mampu kita lihat dari partisipasi politik masyarakat tersebut.Partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi kehidupannya dalam bernegara.3Partisipasi politik masyarakat adalah aspek penting dari demokratisasi di dalam sebuah negara.Unsur demokrasi itu sendiri ditentukan oleh bagaimana kesadaran dari warga negara untuk berpartisipasi dalam politik dan pemerintahan. Inimenjadi satu hal yang penting di dalam konteks pemerintahan demokrasi karena rakyat sebagai pemegang kedaulatan dalam pemerintahan adalah aktor yang paling mengetahui apa yang dibutuhkan bagi dirinya. Kesadaran inilah yang perlu diwujudkan dalam rangka mewujudkan partisipasi politik untuk mempengaruhi kebijakan dalam pemerintahan.

Partisipasi berhubungan dengan kepentingan-kepentingan masyarakat, sehingga apa yang dilakukan rakyat dalam partisipasi politiknya menunjukkan derajat kepentingan mereka. Kepentingan-kepentingan masyarakat tersebut dipengaruhi oleh sikap politik masyarakat.Sikap politik merupakan reaksi terhadap penghayatan objek tertentu yang bersifat politik.Munculnya sikap politik tertentu akan dapat diperkirakan perilaku politik apa yang sekiranya akan muncul.4Misalnya, ketidaksetujuan terhadap kebijakan pemerintah menaikkan pajak merupakan suatu sikap politik. Dengan adanya ketidaksetujuan tersebut,

      

3 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia Widya Sarana, 1992. hal.140. 4 Sudjino Sastroatmodjo, Perilaku Politik, Semarang: IKIP Semarang Press, 1995.hal.4.

(3)

perilaku yang diperkirakan akan muncul adalah pernyataan keberatan, protes, ataupun unjuk rasa.

Perilaku politik merupakan hasil dari manifestasi sikap politik.Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap politik masyarakat adalah tingkat status sosial ekonominya. Disamping faktor tersebut, adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi, diantaranya adalahfaktor komunikasi politik, tingkat kesadaran politik,tingkat pengetahuan masyarakat terhadap proses pengambilan keputusan, kontrol masyarakat terhadap kebijakan publik, lingkungan, nilai budaya, dan lain-lain.5

Status sosial ekonomi ialah kedudukan seseorang warga negara dalam pelapisan sosial yang disebabkan kekayaan.Seseorang dengan status sosial ekonomi yang tinggi diperkirakan akan memiliki tingkat pengetahuan politik, minat dan perhatian pada politik, serta sikap dan kepercayaan yang tinggi pada pemerintah.Status sosial ekonomi memiliki pengaruh dalam membentuk sikap politik yang mendorong pandangan perilaku politik seseorang.6Pada gilirannya perilaku politik akan menentukan tindakan-tindakan masyarakat tersebut. Tindakan-tindakan masyarakat itulah yang disebut dengan partisipasi politik.

Maka, berangkat dari status sosial ekonomi yang mempengaruhi sikap politik masyarakat, dapat dikatakan bahwa bila status sosial ekonomi masyarakat tinggi akan berkorelasi positif terhadap partisipasi politik masyarakat tersebut.

      

5Sudjino Sastroatmodjo, op.cit., hal.7.

 

(4)

Begitu juga sebaliknya, bila status sosial ekonomi masyarakat rendah akan berkorelasi negatif terhadap partisipasi politik masyarakat.

Seperti diungkapkan dalam penelitian oleh Frank Linderfeld, ia menemukan bahwa faktor utama yang mendorong orang untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik adalah kepuasan finansial. Dalam studinya,ia juga mengemukakan bahwa status sosial ekonomi yang rendah menyebabkan seseorang merasa teralienasi dari kehidupan politik, dan orang yang bersangkutanpun akan menjadi apatis. Hal ini tidak terjadi dengan orang yang memiliki kemapanan ekonomi.7Sebaliknya, dalam penelitian yang dilakukan oleh

Lipset dan Deustch di Amerika Serikat dengan kajian perilaku warga negara dalam pemilihan umum ditemukan suatu pola bahwa pendapatan, pendidikan, dan status sosial merupakan faktor penting dalam proses partisipasi. Dengan kata lain, tingkat pendapatan yang tinggi, pendidikan yang tinggi, dan status sosial yang tinggi, cenderung mempengaruhi tingginya partisipasi politik masyarakat tersebut.8

Pemilihan kepala daerah merupakan rekrutmen politik, yaitu penyeleksian rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah baik gubernur/wakil gubernur maupun bupati/wakil bupati atau walikota/wakil walikota.9 Pemilihan kepala daerah merupakan bentuk dari partisipasi politik yang memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk dapat ambil bagian dalam

      

7Frank Linderfeld, diambil dari Rafael Raga Maran, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal.156.

8Lipset dan Deustch, diambil dari Miriam Budiarjo, op.cit., hal.9.

9 Joko J. Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung, (Filosofi, Sistem dan Problema Penerapan di

(5)

menentukan wakil-wakil mereka yang akanmelaksanakan fungsi pemerintahan. Bila partisipasi politik bertujuan untuk mencapai kepentingan dan tujuan masyarakat, maka pemilukada sendiri juga hendaknya menjadi wadah yang mampu menampung partisipasi politik masyarakat agar tercapainya kepentingan dan tujuan masyarakat tersebut.Bermaknanya pemilukada dalam rangka sebagai wadah partisipasi politik masyarakat, menjadi indikator demokratisnya suatu bangsa.

Hasil rekapiltulasi KPU padaPemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 yang berlangsung 7 Maret 2013 yang lalu, menunjukkan bahwa tingkat partisipasi pemilih sebesar 48,50 persen, dan yang tidak ikut memilih atau golput mencapai 51,50 persen.10Dilihat dari tingkat partisipasi pemilih yang belum mencapai lebih dari 50% maka rendahnya partisipasi politik di Sumatera Utaraini menunjukkan bahwa Pilgubsu 2013 belum mampu menjadi wadah bagi masyarakat untuk mengaspirasikan kepentingan mereka. Rendahnya tingkat partisipasi politik di Sumatera Utara ini tentudipengaruhi oleh banyak faktor sebab tindakan-tindakan politik masyarakat sangat dipengaruhi oleh motif-motif politik yang terbentuk dalam menyuarakan hak pilihnya.11

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa faktor yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat salah satunya adalah tingkat status ekonomi masyarakat tersebut.Maka dengan rendahnya tingkat partisipasi politik

      

10 Khairul Ikhwan, “Tingkat Golput dalam Pemilukada Gubernur/Wakil Gubernur SUMUT 2013 Lebih dari 50%”,

http://news.detik.com/read/2013/03/15/203521/2195547/10/tingkat-golput-dalam-pilgub-sumut-lebih-dari-50-persen, diakses pada tanggal 7 Juni 2013.

(6)

masyarakat di Sumatera Utara, apakah faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat partisipasi politik di Sumatera Utara disebabkan oleh rendahnya tingkat ekonomi?Untuk itulah penelitian ini akan menjadi studi yang membuktikan apakah ada hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat? Dalam studi ini, peneliti mengambil salah satu objek penelitian yang berada di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan.Daerah ini merupakan daerah dengan rata-rata masyarakatnya berada pada tingkat ekonomi menengah ke bawah.Seperti kita ketahui juga bahwa daerah yang timpang secara ekonomi juga daerah yang sarat dengan tujuan politik demi kepentingan daerah tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan.12Berdasarakan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti

mengangkat objek penelitian yang berlokasi di daerah Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan untuk membuktikan apakah ada hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat.Daerah tersebut merupakan daerah yang mayoritas berada pada tingkat ekonomi menengah ke bawah.Berdasarkan data yang diperoleh dari kelurahan bahwa jumlah masyarakat di daerahtersebut masih berada di kategori masyarakat “prasejahtera” (keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari kebutuhan dasarnya, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang, ataupun

      

(7)

kesehatan) berjumlah 1.984 keluarga dari total jumlah keluarga yang ada (3.565 keluarga). Hal ini menunjukkan bahwa ada 55,6% jumlah keluarga yang berada pada kategori prasejahtera.13Hal ini menjadi alasan penulis dalam merumuskan

masalah terkait dengan yang disampaikan oleh teori yang dipaparkan di atas bahwa bila tingkat ekonomi rendah maka akan berbanding lurus dengan rendahnya tingkat partisipasi politik.14

Tingkat partisipasi politik masyarakat di daerah Lingkungan VKelurahan Bagan Deli tersebut tergolong rendah.Tercatat, bahwa hanya ada 424pemilih yang hadir memberikan hak suaranya dari 1.151 pemilih yang terdaftarpada Pilgubsu2013.Dilihat dari tingkat persentasenya, partisipasi masyarakat di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli hanya mencapai 36,8% dari jumlah pemilih tetap.15Persentase jumlah pemilih di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli ini tidak lebih 50% dari jumlah pemilih tetap.Hal ini masih jauh dari harapan agar pemilukada itu sendiri mampu menjadi wadah masyarakat mengaspirasikan hak suaranya.Rendahnya tingkat partisipasi politik di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli memunculkan pertanyaan, apakah rendahnya partisipasi politik masyarakat dipengaruhi oleh rendahnya tingkat ekonomi?Atau sebaliknya, tingginya tingkat partisipasi politik masyarakat dipengaruhi oleh tingginya tingkat ekonomi masyarakat?

      

13Data diperoleh dari Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan, 2012.

14Daerah Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli adalah daerah yang mayoritas masyarakatnya memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah.Namun, adapun sampel masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas yang tersebar di daerah ini yang dijadikan sebagai pembanding untuk membuktikan hipotesis. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Lingkungan V, Bapak Nazaruddin pada tanggal 19 Agustus 2013 di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli, yang menyatakan bahwa di Lingkungan V terdapat paling tidak 10% masyarakat yang ekonominya menengah ke atas.

(8)

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, penulis mencoba merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Apakah ada

hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli?”

1.4Tujuan Penelitian

Sebagaimana pertanyaan penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan tingkat ekonomi masyarakat Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli terhadap partisipasi politik pada Pilgubsu 2013,

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat ekonomi masyarakat terhadap partisipasi politik masyarakat di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli pada Pilgubsu 2013.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini secara teoritis adalah memberikan sumbangan dalam memperkaya khasanah pengetahuan tentang partisipasi politik masyarakat.Sedangkan secara praktis penelitian ini mampu menjadi referensi bagi institusi ataupun masyarakat agar menjadi tolak ukur dalam memahami hubungan tingkat ekonomi masyarakat terhadap partisipasi politik pada pemilukada.

(9)

1.6Kerangka Teori 1.6.1Pengertian Ekonomi

Di dalam struktur sosial kemasyarakatan banyak terdapat ukuran–ukuran di dalam pelapisan-pelapisan yang terjadi di dalam masyarakat tersebut yang lebih dikenal dengan istilah stratifikasi sosial.Diantaranya adalah pelapisan yang terjadi karena kekayaan seseorang yang lebih dikenal dengan sebutan tingkat ekonomi.Ekonomi sendiri adalah sebuah cabang ilmu sosial yang berobjek pada individu dan masyarakat.Secara estimologis dapat diartikan,bahwa ekonomi terdiri dari dua suku kata bahasa Yunani, yaitu oikos dan nomos yang berarti tata laksana rumah tangga.16Untuk melihat defenisi ekonomi sendiri secara utuh yang dijelaskan oleh Rosyidi, bahwa ilmu ekonomi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berdaya upaya untuk memberikan pengetahuan dan pengertian tentang gejala-gejala masyarakat yang timbul karena perbuatan manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk mencapai kemakmuran.17Maka dapat dikatakan bahwa ekonomi secara umum mengkaji mengenai pemenuhan kebutuhan manusia dan kemakmuran manusia.Selanjutnya, dua hal pokok dari permasalahan ekonomi tersebut, yaitu kebutuhan dan pencapaian kemakmuran merupakan salah satu dasar di dalam pelapisan sosial masyarakat.Dengan kata lain, semakin makmur seseorang dan semakin mampu untuk memenuhi kebutuhannya maka semakin tinggi pula tingkat ekonomi seseorang di dalam struktur sosial kemasyarakatan.

      

16Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,1996, hal.5.

17

(10)

Berdasarkan defenisi yang diungkap oleh Silk,dia mengungkapkan bahwa ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang kekayaan dan merupakan suatu bagian yang penting daripada studi tentang manusia. Hal ini disebabkan karena sifat manusia yang telah dibentuk oleh kerjanya sehari-hari, serta sumber-sumber material yang mereka dapatkan.18Dari defenisi di atas, terdapat satu unsur yaitu kekayaan yang menjadi ukuran di dalam studi tentang ekonomi tersebut dimana unsur kekayaan dan sumber-sumbernya merupakan akses di dalam pemenuhan tingkatan kebutuhan manusia.Maka, dengan adanya kekayaan pemenuhan kebutuhanakan tercapai dimana semakin kaya seseorang maka akan semakin tinggi kemampuannya untuk memenuhi tingkatan kebutuhannya.

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa ekonomi adalah studi tentang individu dan masyarakat yang mengkaji tentang pemenuhan kebutuhan individu dan masyarakat yang terdiri dari berbagai hierarkis kebutuhan dan keinginan masyarakat.Konsep dari uraian di atas, menghasilkan beberapa unsur untuk mendukung konsep tersebut namun kesemuanya itu apabila ditelaah tetap mengacu pada satu konsep yaitu kemampuan akses terhadap pemenuhan tingkat-tingkat kebutuhan dan keinginan manusia yang bermuara kepada kemakmuran seseorang.Kemampuan akses tersebut diwujudkan melalui pendapatan seseorang dan kekayaannya yang bertujuan untuk pemenuhan berbagai tingkatan kebutuhan dan keinginannya tersebut.Aspek-aspek yang mendukung pemenuhan kebutuhan tersebut tergolong dalam unsur indikator penentuan tingkatan ekonomi seseorang.

      

18

(11)

1.6.2 Status Sosial Berdasarkan Tingkat Ekonomi

Di dalam melakukan pemisahan atau penentuan tingkatan-tingkatan atau pelapisan status ekonomi seseorang di dalam masyarakat tidak terlepas dari konsep sosiologis tentang terjadinya stratifikasi (pengelompokan) sosial di dalam masyarakat.Konsep ini diperlukan dalam penelitian ini, sebagaimana konsep ini menjelaskan tetang dasar terjadinya tingkatan-tingkatan atau lapisan-lapisan di dalam kehidupan masyarakat.

Pengertian stratifikasi sosial itu adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis).Perwujudannya adalah kelas tinggi dan kelas rendah yang terdiri dari berbagai dasar bentuk indikator dalam penentuan kelas tinggi dan rendah tersebut.19Stratifikasi sosial selalu terdapat di dalam sebuah masyarakat dimanapun masyarakat itu berada.Artinya, setiap masyarakat selalu terdiri dari tingkatan atau pelapisan-pelapisan di dalam struktur masyarakat itu sendiri yang menentukan posisi atau kedudukan individu di dalam masyarakat tersebut yang didasarkan atas adanya sesuatu yang dihargai di masyarakat.Sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat tersebut itulah yang tentunya sebagai sebab timbulnya sistem yang berlapis-lapis di dalam masyarakat.Sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat itu mungkin sesuatu barang, mungkin berupa uang atau benda-benda bernilai ekonomis, mungkin berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, atau mungkin juga keturunan dari keluarga yang terhormat.

      

(12)

Sistem lapisan merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur.Barang yang memiliki sesuatu yang berharga dalam jumlah yang sangat banyak dianggap masyarakat yang berkedudukan dalam lapisan atas begitu juga sebaliknya.20Maka, bentuk-bentuk dasar di dalam lapisan masyarakat tersebut sangat beragam tetapi tetap menjurus kepada sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat.

Status ekonomi adalah kedudukan seseorang di dalam pelapisan masyarakat berdasarkan pemilikan kekayaan.Faktor kekayaan tersebut dasar penentuan pelapisan seseorang di dalam masyarakat berdasarkan status ekonominya dan sebagai dasar di dalam menentukan tinggi rendahnya status ekonomi individu di dalam masyarakat.Unsur-unsur yang dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam melihat pemilikan kekayaan seseorang individu di dalam masyarakat, walaupun berkait dengan konsep status sosial lainnya, dapat dijadikan indikator di dalam melihat status ekonomi seseorang di dalam masyarakat.21

Ukuran atau kriteria yang ditawarkan para ahli dalam menggolong-golongkan anggota masyarakat berdasarkan status ekonominya dapat dipaparkan lebih lanjut sebagai dasar di dalam melihat tinggi rendahnya ukuran kekayaan seseorang.Berdasarkan yang diungkapkan oleh Soekanto, bahwa yang termasuk di dalam ukuran kekayaan seseorang dapat dilihat dari bentuk rumah bersangkutan, mobil pribadinya, cara-cara mempergunakan pakaian, kebiasaan untuk belanja

      

20

Ibid, hal.251.

(13)

barang-barang mahal.22Lalu Surbakti sendiri mengungkapkan bahwa ukuran status ekonomi seseorang dapat diketahui dari pendapatan, pengeluaran, ataupun pemilikan benda-benda berharga dari orang tersebut.23Pemilikan benda-benda

berharga yang diungkapkan oleh Surbakti adalah benda-benda yang sifatnya tidak hanya materi tetapi juga benda-benda yang sifatnya non- materi yang dihargai di dalam masyarakat, misalnya matapencaharian, jabatan di dalam pemerintahan, keturunan dari keluarga yang terhormat, dan lain-lain.

Dari penjelasan yang dipaparkan di atas dapat diketahui bahwa seseorang itu termasuk dalam status ekonomi tinggi, sedang, dan rendah dalam lapisan masyarakat adalah berdasarkan banyak tidaknya bentuk penghargaan masyarakat kepadanya dilihat dari kekayaan seseorang sebagai kunci akses terhadap pemenuhan tingkatan kebutuhan dan keinginan seseorang tersebut dalam masyarakat. Maka ukuran yang dipakai dalam penelitian ini berdasarkan pendapat Surbakti yang dipaparkan di atas, untuk melihat tingkat ekonomi seseorang adalah:a) penghasilan, b) pengeluaran, c) pemilikan terhadap benda-benda berharga, dan d) pekerjaan/matapencaharian.Bedasarkan ukuran ini, maka dapat ditetapkan seseorang berada dalam kedudukan status ekonomi tinggi, sedang, dan rendah.

Semakin tinggi faktor-faktor di atas dimiliki seseorang, maka semakin tinggi tingkatan status ekonominya dan sebaliknya. Adanya status ekonomi yang berbeda akan sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam pembentukan sikap

      

22 Soerjono Soekanto, op.cit., hal.263. 23 Ramlan Surbakti, op.cit.,hal.144.

(14)

politiknya dan tingkah laku politiknya yang tertuang di dalam partisipasi politik yang dilakukan pada pemilihan kepala daerah.

1.6.3 Pengertian Partisipasi Politik

Secara umum definisi partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah. Berikut beberapa definisi partisipasi politik dari beberapa ahli. Adapun pengertian partisipasi politik menurut Michael Rush dan Philip Althoft,yaitu:

“Partisipasi politik sebagai kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan umum dan dalam ikut serta menentukan pemimpin pemerintahan”.24

Segala kegiatan warga negara yang mempengaruhi proses pembuatan serta pelaksanaan kebijakan umum termasuk dalam memilih pemimpin pemerintahan dapat digolongkan sebagai kegiatan partisipasi politik. Dalam hubungan dengan negara-negara baru Samuel P. Hunington dan Joan Nelson dalam bukunya yang berjudul “Pembangunan Politik di Negara-NegaraBerkembang” memberi tafsiran yang lebih luas dengan memasukan secara eksplisit tindakan ilegal dan kekerasan. Menurut mereka partisipasi politik adalah:

“Kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah,

      

24 Michael Rush dan Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2003, hal. 121.

(15)

karena Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif”.25

Kemudian Miriam Budiardjo mendefinisikan partisipasi politik tersebut sebagai berikut:

“Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok untuk ikut serta aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan jalan memilih pemimpin negara, secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan negara.Kegiatan ini mencakup seperti memberikan suara pada pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi salah satu anggota partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya”.26

Dalam hal ini, Miriam Budiardjo mendefenisikan partisipasi politik tersebut sebagai kegiatan individu atau kelompok yang bertujuan agar masyarakat tersebut ikut aktif dalam kehidupan politik, memilih pimpinan publik atau mempengaruhi kebijakan publik.

Berdasarkan beberapa defenisi konseptual partisipasi politik yang dikemukakan di atas, secara substansial menyatakan bahwa setiap partisipasi politik yang dilakukan oleh masyarakat merupakan kegiatan-kegiatan sukarela yang nyata dilakukan, atau tidak menekankan pada sikap-sikap.Seperti kita ketahui juga bahwa yang berperan melakukan kegiatan politik itu adalah warga

      

25Samuel P. Huntington dan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hal. 16-18.

(16)

negara yang mempunyai jabatan dalam pemerintahan dan warga negara biasa yang tidak memiliki jabatan dalam pemerintahan.Dalam sistem pemerintahan, yang berwenang membuat dan melaksanakan keputusan politik adalah pemerintah, akan tetapi masyarakat mempunyai hak untuk mempengaruhi proses pembuatan serta pelaksanaan keputusan yang dibuat oleh pemerintahan tersebut.27

Samuel P. Huntington dan Joan Nelson membedakan partisipasi menjadi dua yakni: partisipasi otonom (dilakukan pribadi secara sadar) dan partisipasi yang dimobilisasi (digerakkan).28 Apabila kegiatan partisipasi itu dilakukan oleh

pelakunya sendiri, maka partisipasi tersebut dapat digolongkan kedalam partisipasi otonom, sedangkan jika kegiatan tersebut digerakkan oleh orang lain maka dapat dimasukkan kedalam partisipasi mobilisasi. Di tengah-tengah perjalanan Indonesia menuju demokrasi yang ideal, masyarakat Indonesia masih memiliki karakteristik, seperti pendidikan yang belum baik, ekonomi yang kurang baik dan kurangnya akses informasi, membuat pola partisipasinya cenderung dimobilisasi. Karakteristik tersebut belum mendorong masyarakat untuk membangun suatu pola partisipasi yang mandiri.Sejak merdeka, elit-elit partai cenderung menggunakan cara-cara mobilisasi ataupun penetrasi ke masyarakat untuk mendukung partai politiktertentu.Demokrasi parlementer yang dinilai memiliki ruang publik dan kebebasan politik yang memadai juga ditandai dengan intervensi elit lokal maupun pusat untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat. 

      

27 Sudjono Sastroatmodjo, op.cit., hal. 5-6.

(17)

Kemudian adapun fungsi dari partisipasi politik di antaranya dikemukakan oleh Robert Lane, yakni sebagai sarana pemenuhan kebutuhan ekonomis, penyesuaian diri, mengejar nilai-nilai khusus, dan pemenuhan kebutuhan psikologis.29Bagi pemerintah, partisipasi politik dapat dikemukakan dalam berbagai fungsi. Fungsi yang pertama: partisipasi politik masyarakat untuk mendukung program-program pemerintah. Hal ini berarti bahwa peran serta masyarakat diwujudkan untuk mendukung program politik dan program pembangunan. Fungsi yang kedua: partisipasi masyarakat berfungsi sebagai organisasi yang menyuarakan kepentingan masyarakat untuk masukan bagi pemerintah dalam mengarahkan dan meningkatkan pembangunan. Ketiga: sebagai sarana untuk memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap pemerintah dalam perencanaan dan pelaksanaan-pelaksanaan pembangunan. Organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan (ormas) dan organisasi sosial politik (orsospol) merupakan contoh dari fungsi politik ini.30

 

      

29Michael Rush dan Philip Althoff, op.cit.,hal. 181-182. 30Sudjono Sastroatmodjo, op.cit.,hal.86.

(18)

1.6.4 Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik

Secara sederhana, Gabriel Almond membagi bentuk partisipasi politik menjadi dua, yakni: Pertama, partisipasi secara konvensional di mana prosedur dan waktu partisipasinya diketahui publik secara pasti oleh semua warga. Hal ini dapat dilihat dalam bentuk pemberian suara (voting), diskusi politik, kegiatan kampanye, membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan, serta komunikasi individual dengan pejabat politik dan administratif.Kedua, partisipasi secara non-konvensional.Artinya, prosedur dan waktu partisipasi ditentukan sendiri oleh anggota masyarakat yang melakukan partisipasi itu sendiri.Dapat dilihat dari tindakan pengajuan petisi, berdemonstrasi, konfrontasi, mogok, tindak kekerasan politik terhadap manusia (penculikan, pembunuhan), serta perang gerilya dan revolusi.31

Samuel P. Huntington dan Joan Nelson membagi bentuk-bentuk partisipasi politik tersebut menjadi:

1. Kegiatan pemilihan, yaitu kegiatan pemberian suara dalam pemilihan umum, mencari dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan bagi calon legislatif atau eksekutif, atau tindakan lain yang berusaha mempengaruhi hasil pemilu;

2. Lobby, yaitu upaya perorangan atau kelompok menghubungi pimpinan politik dengan maksud mempengaruhi keputusan mereka tentang suatu isu;

      

31Budi Suryadi, Sosiologi Politik, Sejarah, Definisi, dan Perkembangan Konsep, (Yogyakarta: IRCISOD, 2007), hal. 133-134.

(19)

3. Kegiatan organisasi, yaitu partisipasi individu ke dalam organisasi, baik selaku anggota maupun pemimpinnya, guna mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah;

4. Contacting, yaitu upaya individu atau kelompok dalam membangun jaringan dengan pejabat-pejabat pemerintah guna mempengaruhi keputusan mereka, dan

5. Tindakan kekerasan (violence), yaitu tindakan individu atau kelompok guna mempengaruhi keputusan pemerintah dengan cara menciptakan kerugian fisik manusia atau harta benda, termasuk di sini adalah huru-hara, teror, kudeta, pembutuhan politik (assassination), revolusi dan pemberontakan.32

Kelima bentuk partisipasi politik menurut Huntington dan Nelson telah menjadi bentuk klasik dalam studi partisipasi politik.Keduanya tidak membedakan apakah tindakan individu atau kelompok di tiap bentuk partisipasi politik legal atau ilegal.Sebab itu, penyuapan, ancaman, pemerasan, dan sejenisnya di tiap bentuk partisipasi politik adalahmasuk ke dalam kajian ini.

Uraian di atas memperlihatkan bahwa partisipasi politik sebagai suatu bentuk kegiatan atau aktivitas dapat dilihat dari beberapa sisi. Sehubungan dengan itu penelitian yang dilakukan penulis adalah menyangkut partisipasi politik atau keikutsertaan masyarakat pemilih, dikaitkan dengan faktor sosial ekonomi di Kelurahan Bagan Deli pada Pilgubsu 2013, maka berdasarkan pendapat yang

      

(20)

disampaikan oleh Samuel P.Hutington dan Nelson di atas, penulis mengambil beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur partisipasi politik masyarakat, yaitu:a) keterlibatan di dalam proses pemilukada, b) alasan dalam memberikan hak suaranya, c) keikutsertaan seseorang dalam kampanye, dan d) keterlibatan di dalam tim sukses salah satu kandidat.

1.6.5 Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat

Untuk mencapai suatu negara yang demokratisasi maka dapat diwujudkan dengan meningkatkan partisipasi politik warga negara tersebut.Namun, pada kenyataannya kalau kita merujuk pada perkembangan demokratisasi pada negara-negara dunia ketiga lebih banyak mengalami permasalahan penegakan demokrasi khususnya, dibanding dengan negara-negara maju lainnya.Dari berbagai penelitian yang dilaksanakan di negara dunia ketiga banyak terdapat permasalahan rendahnya wujud demokratisasi, sehingga dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa negara dunia ketiga adalah negara-negara yang pertumbuhan ekonomi atau tingkat ekonominya cenderung lebih rendah dibanding dengan negara-negara maju.Hal ini diperjelas lagi oleh pendapat Lipset dan Lerner bahwa adanya hubungan yang positif antara pembangunan ekonomi dan demokrasi juga hubungan antara modernisasi sosio-ekonomi dengan partisipasi politik.33

Tingkat ekonomi suatu negara menjadi faktor atau variabel penentu di dalam mewujudkan sebuah negara yang demokratis.Perwujudan demokrasi di dalam sebuah negara ditentukan oleh bagaimana keterlibatan rakyat di dalam

      

(21)

pemerintahan sebuah negara. Hal ini akan mengacu pada partisipasi politik masyarakat, bahwa semakin tinggi partisipasi politik masyarakat maka akan semakin baik wujud demokratisasi di negara tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Sastroatmodjo, bahwa partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi.34 Maka dapat diartikan bahwa faktor utama perwujudan demokrasi di dalam sebuah negara adalah partisipasi warganya di dalam proses politik di negara tersebut. Pada gilirannya tingkat kemakmuran sebuah negara akan mempengaruhi warga negaranya untuk berpartisipasi di dalam proses politik yang akan berdampak demi terwujudnya demokratisasi.

Dalam konteks mikro, tingkat ekonomi masyarakat akan mempengaruhi tingkat partisipasi politik masyarakat tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Samuel P. Huntington yang menyatakan bahwa terdapat korelasi antara pembangunan sosial dengan partisipasi politik, dan tingkat status sosial ekonomi masyarakat.Mereka yang berpendidikan lebih tinggi, berpenghasilan lebih besar, dan mempunyai status pekerjaan yang lebih tinggi biasanya lebih partisipatif daripada mereka yang miskin dan tidak berpendidikan.35Selain itu ditegaskan juga oleh Surbakti, bahwa seseorang yang memiliki status sosial dan status ekonomi yang tinggi diperkirakan tidak hanya memiliki pengetahuan politik, tetapi juga mempunyai minat dan perhatian pada politik, serta sikap dan kepercayaan pada pemerintah. Sebaliknya masyarakat yang miskin dalam sumber-sumber ekonomi akan mengalami kesukaran untuk memenuhi tuntutan dan harapan masyarakatnya

      

34 Sudjino Sastroatmodjo, op.cit.,hal.67.

(22)

yang akan menyebabkan timbulnya frustasi dan keresahan yang pada gilirannya melumpuhkan demokrasi.36 Maka dari ungkapan tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat ekonomi seseorang berkorelasi dan sebagai salah satu variabel yang menentukan terwujudnya partisipasi politik seseorang tersebut di dalam proses politik.

1.7Kerangka Konsep

Salah satu aspek yang perlu diwujudkan dalam mencapai pemerintahan yang demokratis adalah partisipasi politik.Partisipasi politik adalah tindakan politik yang berasal dari manifestasi sikap politik.Sikap politik adalah suatu reaksi terhadap penghayatan objek tertentu yang bersifat politik.Maka, partisipasi politik ditentukan oleh banyak aspek yang mempengaruhinya.Salah satunya adalah aspek ekonomi. Aspek ekonomi masyarakat selanjutnya,akan membangun suatu pengetahuan politik, minat dan perhatian pada politik, serta sikap partisipatif atau apatisnya masyarakat terhadap pemerintah. 37

Aspek ekonomi di dalam masyarakat terdiri dari tingkatan-tingkatan dan kelas.Tingkatan-tingkatan dan kelas ini yang disebut dengan status ekonomi.Status ekonomi merupakan kedudukan seseorang di dalam pelapisan masyarakat berdasarkan kepemilikan kekayaan.Kepemilikan kekayaan bisa bersifat materi (rumah, tabungan, harta benda, dan lain-lain) dan juga bersifat non materil (misalnya, pekerjaan, jabatan, tingkat pendidikan, dan lain-lain).

      

36 Ramlan, Surbakti, op.cit., hal.144,232. 37Sudjino Sastroatmodjo, op.cit.,hal. 77. 

(23)

Status ekonomi seseorang mempengaruhi sikap politik masyarakat yang bisa apatis ataupun partisipatif dalam partisipasi politiknya.Frank Linderfeld mengungkapkan bahwa status ekonomi yang rendah menyebabkan seseorang cenderung apatis dalam berpolitik.38Sebaliknya, Lipset dan Deutsch berpendapat bahwa tingkat pendapatan yang tinggi, pendidikan yang tinggi, dan status sosial yang tinggi, cenderung memepengaruhi tingginya partisipasi politik masyarakat tersebut.39Dengan demikian, dapat diketahui adanya hubungan antara tingkat ekonomi dengan partisipasi politik masyarakat.

Secara skematis kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.1 : Kerangka Konsep

Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)

Sumber: diolah dari berbagai sumber

Pada Gambar 1.1 kerangka konsep dapat dilihat variabel bebas, tingkat ekonomi yang disebut variabel (X) yang terdiri dari sub variabel, yaitu:a) pendapatan, b) pengeluaran, c) kekayaan, dan d) pekerjaan yang akan dianalisis untuk melihat

      

38Rafael Raga Maran, op.cit., hal. 156. 39Miriam Budiarjo, op.cit., hal.9

r

Tingkat Ekonomi  Pendapatan   Pengeluaran   Kekayaan   Pekerjaan   Partisipasi Politik

 Keterlibatan dalam proses kegiatan pemilukada

 Alasan pemilih memberikan hak suaranya

 Keterlibatan dalam kampanye  Keterlibatan dalam tim sukses

(24)

pengaruhnya melalui metode statistik terhadap variabel terikat, partisipasi politik, yang disebut variabel (Y), meliputi: a) keterlibatan dalam proses pemilukada, b)alasan pemilih memberikan hak suaranya, c) keterlibatan dalam kampanye, dan d) keterlibatan dalam tim sukses.

1.8 Hipotesis

Hipotesisadalah kesimpulan sementara terhadap perumusan masalah.Hipotesis yang baik harus memenuhi dua kriteria, pertama hipotesis harus menggambarkan hubungan antara variabel, kedua hipotesis harus memberikan petunjuk bagaimana pengujian hubungan tersebut.40Maka, penulis merumuskan hipotesa dalam penelitian ini, bahwa tingkat ekonomi berkorelasi

positif terhadap partisipasi politik masyarakat.

Untuk menguji hipotesis pada penelitian ini, dibutuhkan dua alternatif hipotesis untuk dirumuskan, maka untuk memenuhi syarat pengujian tersebut penulis merumuskannya sebagai berikut:

Ho :r = 0 (tidak terdapat hubungan linier signifikan antara tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat)

Ha :r ≠ 0 (terdapat hubungan linier signifikan antara tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat).

      

(25)

1.9 Metode Penelitian

1.9.1 Bentuk dan Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, dengan format penelitian eksplanasi yaitu penelitian yang ingin melihat hubungan atau korelasi diantara dua variabel yaitu variabelbebas dan variabel terikat.41 Sebagai variabel bebas (variabel independen) adalah tingkat ekonomi dan variabel terikat (variabel dependen) adalah partisipasi politik yang akan diuji dengan rumus statistik.

1.9.2 Lokasi Penelitian

Dalam menganalisis penelitian ini, maka peneliti melakukan penelitian di tempat yang berlokasi di Lingkungan V, Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan, Medan Kota, Provinsi Sumatera Utara.

1.9.3 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari.42Adapun populasi dalam penelitian ini adalah pemilih yang terdaftar dalam Pilgubsu 2013 yang berdomisili di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan.

 

      

41 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya: Airlangga University Press, 2001, hal.51. 42 Sugiyono, “Statistika Untuk Penelitian”, Bandung: Alfabeta, 2006, hal. 55.

(26)

1.9.4 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.43 Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini,

penulis menggunakan rumus Taro Yamane, yaitu: N = N

N.d2 + 1 ………44

Keterangan: n= Jumlah Sampel N= Jumlah populasi

d2= Presisi (tingkat kesalahan penarikan sampel ditetapkan 10% dengan

tingkat kepercayaan 90%)

Adapun jumlah populasi pemilih yang terdaftar dalam Pilgubsu 2013 di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan berjumlah 1.151 orang.

Dari rumus diatas, maka jumlah sampel yang akan diambil adalah: 1151

N = = 92,00 1151 × (0,1)2 + 1

Dengan demikian jumlah responden yang dijadikan obejek penelitian ini adalah 92 orang.

 

      

43

Ibid,

(27)

1.10Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang akan digunakan dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode, yaitu:

a. Observasi: mengadakan pengamatan langsung untuk memperoleh gambaran nyata mengenai situasi kondisi sosial dari lokasi yang diteliti,

b. Studi Dokumentasi: meneliti bahan-bahan tulisan dan dokumen kelurahan, c. Kuesioner tertutup (penyebaran angket): menyebarkan daftar pertanyaan yang

akan ditanyakan kepada responden. Dalam menyebarkan angket penulis mengunjungi beberapa titik kumpul masyarakat yang tersebar di lokasi penelitian, misalnya warung, persimpangan jalan, dan tempat peristirahatan nelayan.

1.11Defenisi Konsep

Konsep adalah unsur penelitian yang terpenting dan merupakan defenisi yang dipakai oleh para peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial ataupun fenomena alami.Agar tidak menimbulkan kekaburan dan kesalahan di dalam pengertian konsep yang dipergunakan, maka perlu ditegaskan batasan-batasan yang dipergunakan dalam tulisan ini.Adapun defenisi konsepyang dikemukakan disini adalah sebagai berikut.

1.11.1 Status Ekonomi

Tingkatan stratifikasi sosial atau pelapisan sosial kemasyarakatan yang didasarkan pada penghargaan kepada seseorang di dalam masyarakat dilihat dari kekayaan seseorang tersebut sebagai kunci akses terhadap pemenuhan

(28)

tingkatan-tingkatan kebutuhan dan keinginan manusia yang dipandang di dalam masyarakat, artinya semakin tinggi penghargaan masyarakat terhadap seseorang dilihat dari kekayaan seseorang tersebut, maka akan semakin tinggi pula tingkat ekonomi atau status ekonominya di dalam masyarakat tersebut.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 4 subvariabel dalam menentukan status atau tingkat ekonomi seseorang, yaitu: pendapatan, pengeluaran, matapencaharian/pekerjaan, dan kepemilikan barang berharga. Dari keempat subvariabel ini akan diklasifikasikan lagi menjadi tiga tingkatan, yaitu: tingkat ekonomi atas, tingkat ekonomi menengah, dan tingkat ekonomi bawah.

1.11.2 Partisipasi Politik

Kegiatan, keterlibatan, keikutsertaan seseorang warga negara biasa secara sukarela yang dilakukan secara legal di dalam proses momen politik tertentu yang diantaranya bertujuan untuk melakukan pemilihan terhadap penguasa atau pejabat pemerintahan baik ditingkat pusat maupun daerah (lokal) secara langsung maupun tidak langsung.Penulis menggunakan 4 subvariabel dalam menjabarkan partisipasi politik, yaitu: a) keterlibatan dalam proses kegiatan pemilukada, b) motif/alasan dalam memilih, c) keterlibatan dalam kampanye, dan d) keterlibatan dalam tim sukses.

1.12 Defenisi Operasional

Definisi operasional ialah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati.Karakteristik-karakteristik tersebut dapat dideskripsikan melalui

(29)

indikator-indikator yang dapat diukur. Dalam penelitian ini yang menjadi defenisi operasional adalah:

1. Variabel X (variabel bebas) atau variabel pengaruh (independent variable) adalah variabel penyebab yang diduga, terjadi lebih dahulu. Tingkat status sosial ekonomi masyarakat (individu) yang diukur dalam penelitian ini dijelaskan dalam beberapa indikator,yaitu:

a. Tingkat pendapatan, tingkat pendapatan merupakan perolehan materi/imbal hasil yang diperoleh masyarakat dari hasil pekerjaan tetap dan pekerjaan tambahan/sampingan.

b.Tingkat pengeluaran (pemenuhan kebutuhan), tingkat pengeluaran yang dibahas dalam penelitian ini adalah besaran daya beli masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya.

c. Tingkat kekayaan (pemilikan benda berharga), tingkat kekayaan yang dimaksud adalah berkait dengan pemilikan benda-benda berharga, seperti: rumah, mobil, tabungan, dan lain-lain.

d. Mata pencaharian/pekerjaan, yang dimaksud dengan mata

pencaharian/pekerjaan dalam penelitian ini adalah seberapa besar mata pencaharian/pekerjaan, baik itu pekerjaan tetap dan pekerjaan sampingan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

2. Variabel Y (variabel terikat) atau variabel terpengaruh (dependent variable) adalah variabel akibat yang diperkirakan terjadi kemudian. Partisipasi politik yang mereka lakukan dapat diukur dengan indikator-indikator, yaitu:

(30)

a. Keterlibatan dalam kegiatan pemilukada. Keterlibatan dalam kegiatan pemilukada pada penelitian ini dilihat dari keaktifan seseorang dalam mengikuti kegiatan pemilukada, intensitas seseorang dalam membicarakan perihal pemilukada, dan kehadiran seseorang di lokasi TPS (Tempat Pemungutan Suara) untuk melakukan pencoblosan/pemilihan. Sehingga dengan demikian dapat diketahui partisipasi seseorang dalam pemilukada. b.Motif/alasan pemilih memberikan hak suaranya pada pemilukada,

motif/alasan pemilih memberikan hak suaranya dalam penelitian ini dapat berupa: ikut-ikutan, dimobilisasi oleh orang lain, inisiatif pribadi menyadari hak sebagai warga negara, atau keinginan untuk memperoleh suatu iklim pemerintahan yang lebih baik.

c. Keterlibatan dalam kegiatan kampanye, keterlibatan dalam kampanye yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seberapa aktif masyarakat mengikuti kampanye suatu kandidat gubernur/wakil gubernur yang akan dipilih.

d.Keterlibatan di dalam tim sukses salah satu kandidat, keterlibatan masyarakat di dalam tim sukses dalam penelitian ini mengindikasikan seberapa terlibat dan aktifnya masyarakat dalam keseluruhan kegiatan tim sukses tersebut.

Defenisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2.

(31)

Tabel 1.1:

Operasional Variabel Untuk Variabel X (Tingkat Ekonomi) Variabel Defenisi

Operasional Subvariabel Indikator

Tingkat

Ekonomi Status ekonomi seseorang di dalam pelapisan masyarakat dilihat dari tingkat pendapatan, pengeluaran, pemilikan kekayaan, dan pekerjaan. 1.Pendapatan  Di atas Rp.2.500.000,  Rp.1.500.000 -Rp.2.500.000,  Di bawah Rp. 1.500.000 2.Pengeluaran  Di atas Rp.2.500.000,  Rp.1.500.000 -Rp.2.500.000,  Di bawah Rp. 1.500.000 3. Tingkat

Kekayaan  Mempunyai tabungan  Status rumah tempat tinggal

 Struktur rumah tempat tinggal

 Memiliki alat-alat rumah tangga, seperti: TV, DVD player, mesin cuci, lemari es, komputer, dan lain-lain.  Memiliki kendaraan

bermesin, seperti: mobil, boat, sepeda motor 4. Pekerjaan  Jenis pekerjaan yang

ditekuni

 Kemampuan pekerjaan yang ditekuni untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

(32)

Tabel 1.2:

Operasional Variabel untuk Variabel Y (Partisipasi Politik) Variabel Defenisi

Operasional Subvariabel Indikator

Partisipasi

Politik Kegiatan warga negara untuk ikut secara aktif dalam kehidupan berpolitik negara, untuk menyampaikan aspirasinya. 1.Alasan pemilih memberikan hak suaranya  Menginginkan perbaikan dalam pemerintahan  Hak suara selaku warga

negara

 Karena ada yang mengarahkan

(dimobilisasi) oleh suatu parpol, keluarga, kerabat, atau teman.

2.Keterlibatan dalam Kampanye 

 Ikut terlibat secara tidak langsung mendukung salah satu calon kandidat  Ikut terlibat secara

langsung dalam kampanye yang

dilaksanakan oleh salah satu calon kandidat 3.Keterlibatan dalam kegiatan pemilukada  Kehadiran di lokasi TPS  Perbincangan sesama

warga terkait kegiatan pemilukada

 Keterlibatan masyarakat untuk ikut terlibat aktif dalam proses pemilukada sejak mulai

berlangsungnya pemilihan sampai diperolehnya hasil suara 4.Keterlibatan

dalam Tim Sukses

 Keterlibatan secara aktif dalam tim sukses

 Sumbangsih dana yang pernah diberikan kepada salah satu tim sukses calon kandidat

(33)

3 – 1 3

1.13 Teknik Pengumpulan Skor

Melalui penyebaran angket yang berisikan beberapa pertanyaan, maka ditentukan skor dari setiap jawaban sehingga menjadi data yang bersifat kuantitatif.Teknik pengukuran skor atau nilai yang digunakan dalam penelitian ini adalah memakai skala ordinal untuk menilai jawaban kuesioner.Adapun skor dari setiap pertanyaan yang ditentukan pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.3:

Nilai Alternatif Jawaban

Pernyataan Skor

Alternatif jawaban A 3

Alternatif jawaban B 2

Alternatif jawaban C 1

Untuk menentukan kategori jawaban responden dari masing-masing variabel apakah tergolong tinggi, sedang, dan rendah, maka terlebih dahulu ditetapkan kelas intervalnya. Berdasarkan alternatif jawaban dari masing-masing responden, maka ditentukan kelas intervalnya sebagai berikut:

Skor tertinggi-skor terendah Interval =

Banyaknya bilangan

Maka diperoleh := 0,66(dibulatkan menjadi = 0,7)

Dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing variabel yaitu:

a. Skor kategori tinggi :2,3 – 3,0 b. Skor kategori sedang :1,5– 2,2 c. Skor kategori rendah :0,7 – 1,4

(34)

1.14Teknik Analisis Data 1.14.1 Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas melalui pengumpulan, penyusunan, dan penganalisisan data, sehingga dapat diketahui gambaran umum dari objek yang diteliti. Data utama dalam penelitian ini adalah informasi dari responden melalui kuesioner yang berisikan tentang karakteristik responden dan pernyataan-pernyataan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam menganalisis masalah penelitian yang telah dirumuskan.

1.14.2. Koefisien Korelasi (r)

Nilai koefisien korelasi dipergunakan untuk melihat tingkat keeratan hubungan (derajat hubungan) antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk analisis korelasi tersebut maka digunakan rumus seperti di bawah ini:

n∑ xy – (∑x)(∑y)

√{n∑x2 – (∑x)2} {n∑y2 – (∑y)} ………45 

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi

X = Variabel bebas (tingkat ekonomi) Y = Variabel terikat (partisipasi politik) n = Jumlah responden atau sampel

      

45Sugiyono, op.cit., hal.173. rxy= =

(35)

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi), digunakan penafsiran interpretasi angka yang dapat dilihat pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4:

Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi

Interpretasi Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Tinggi 0,80 – 1,00 Sangat Tinggi Sumber:Sugiyono, 200646

Dengan nilai r yang diperoleh dapat diketahui bagaimana tingkat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat melalui tabel korelasi.Tabel korelasi menentukan batas-batas r yang signifikan.Bila r tersebut signifikan, artinya Ho ditolak, Ha diterima.

1.14.3 Analisis Regresi Sederhana (Tunggal)

Metode analisis regresi berguna untuk mendapatkan hubungan fungsional antara dua variabel antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) atau untuk mendapatkan pengaruh antara variabel prediktor (variabel yang mempengaruhi) terhadap variabel kriteriumnya (variabel yang dipengaruhi). Dalam penelitian ini, yang dimaksud variabel prediktor adalah variabel bebas (tingkat ekonomi) dan variabel kriterium adalah variabel terikat (partisipasi politik).

      

(36)

Persamaan analisis regresi linier tunggal yang digunakan adalah:

Y = a + bX………..47 Keterangan:

Y = Variabel dependen (Tingkat Partisipasi Politik) X = Variabel independen (Tingkat Ekonomi) a = Konstanta yang merupakan nilai Y bila X = 0

b = Koefesien arah regresi, berupa pertambahan/pengurangan Y

1.14.4 Uji Hipotesis

Pengujian Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1.14.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji – F)

Uji F menguji apakah secara simultan variabel bebas memiliki peranan terhadap variabel terikat, dengan tingkat keyakinan 95% (α=0,05). Uji hipotesis ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi dengan ketentuan:

 Hoditerima, jika F hitung <F tabel pada α = 5%

 Haditerima, jika F hitung >F tabel pada α = 5% 1.14.4.2 Koefisien determinasi (r2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan variabel bebas dalam menerangkan variabel terikat.Koefisien determinasi (r2) ini berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ r2 ≤ 1).Semakin mendekati nol berarti, model tidak baik atau variasi model dalam menjelaskan sangat terbatas, sebaliknya semakin mendekati satu berarti model semakin baik.

      

(37)

Untuk mengetahui nilai koefisien determinasi diperoleh dengan rumus berikut:

n(a∑Y + b∑YX) – (∑Y)2

n∑Y2 – (∑Y)2 ………..48

Keterangan:

r2 = Koefisien determinasi

X = Variabel bebas (tingkat ekonomi) Y = Variabel terikat (partisipasi politik) n =Jumlah responden atau sampel

1.15.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini menggambarkan susunan dari penelitian sehingga dapat mempermudah penjabaran isi dari skripsi ini.Maka penulis membagi ke dalam 4 bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: PROFIL LINGKUNGAN V KELURAHANBAGAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN

Bab ini membahas gambaran secara umum Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan seperti sejarah, letak geografis, batas

      

48Sugiyono, op.cit., hal.176. r2= =

(38)

wilayah, demografis, tata kehidupan masyarakat, dan mengenai pelaksanaan Pilgubsu 2013.

BAB III: ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT EKONOMI TERHADAP PARTISIPASI POLITIK DI LINGKUNGAN V KELURAHAN BAGAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN

Bab ini memuat penyajian data dan analisa data yang diperoleh dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden.Data tersebut disajikan dan dianalisa sesuai dengan karakteristik responden dan indikator-indikator yang menggambarkan partisipasi politik responden.

BAB IV: PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan implikasi teori berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Gambar

Gambar 1.1 :  Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian sebenarnya terdapat keyakinan yang kuat di kalangan orang Taa Vana, bahwa sakit itu merupakan gejala fisik, terdapat bagian dari tubuh (organ)

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Investment (ROI), dan Debt Equity Ratio (DER) terhadap

Pendekatan Holistik : mendekati seseorang secara utuh dan menyeluruh sebagai seorang manusia dari aspek bio-psiko-sosialnya..

Meningkatkan Self Esteem Pada Siswa SMP Korban Bullying Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk

Dalam konteks narasi besar sufistik, syair Hamzah dan dangding Mustapa mewakili ekspresi tafsir sufistik yang diungkapkan dengan rasa bahasa dan sastra Nusantara. Sebagaimana

Laporan tugas akhir ini merupakan salah satu laporan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Ahli Madya Teknologi Hasil Pertanian di Fakultas

Masih terkait dengan kegiatan pemanfaatan kawasan mangrove, Kelompok Pantai Lestari memiliki peluang untuk mengadakan kerjasama dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Hasil uji Mann Whitney pada kelompok yang mendapat paparan asap rokok kretek biasa sesudah induksi formaldehyde (K2) dan kelompok yang mendapat paparan asap divine