• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jogo Tonggo: Solidaritas Masyarakat di Era Pandemi Covid-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jogo Tonggo: Solidaritas Masyarakat di Era Pandemi Covid-19"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Jogo Tonggo: Solidaritas Masyarakat di Era Pandemi Covid-19

Ratih Probosiwi 1* dan Afrinia Lisditya Putri 2

1 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS) Yogyakarta; Badiklitpensos, Kementerian Sosial, DI Yogyakarta, Indonesia

2 Program Studi Geografi; Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Amikom Yogyakarta, DI Yogyakarta, Indonesia

* Korespondensi: [email protected] ; Tel: (+62) 818-0487-0872

Diterima: 3 November 2020; Disetujui: 9 Maret 2021; Diterbitkan: 25 April 2021

Abstrak: Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menginisiasi program jogo tonggo untuk mengatasi peningkatan penyebaran covid-19 dan masa sulit akibat pandemi covid-19. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan solidaritas masyarakat di era pandemi covid-19 melalui program jogo tonggo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, data dikumpulkan dengan wawancara semi terstruktur kepada informan yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Penelitian dilaksanakan di Desa Krandegan, Desa Sumbersari, dan Kelurahan Katerban Kabupaten Purworejo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tren kasus positif virus corona di Purworejo mengalami peningkatan tiap hari dan didominasi oleh kasus positif tanpa gejala. Penelitian menunjukkan bahwa program jogo tonggo yang diimplementasi di Purworejo berjalan baik dengan menyesuaikan nilai gotong royong di lingkungan masyarakat. Program jogo tonggo terbukti memberdayakan modal sosial, meningkatkan fungsi sosial masyarakat sebagai makhluk sosial yang saling membantu, dan meningkatkan solidaritas sosial. Melalui program jogo tonggo, pemerintah terbukti hadir dan memberikan pelayanan kepada masyarakat di masa pandemi covid-19 dalam pemenuhan kebutuhan material, spiritual dan sosial. Pemerintah perlu menguatkan program dengan kegiatan penyuluhan, bimbingan, sosialisasi dan edukasi yang melibatkan seluruh unsur masyarakat. Selain itu perlu juga memperhatikan kondisi kebutuhan tiap masyarakat agar tujuan dan esensi program benar-benar tercapai.

Kata kunci: pandemi covid-19; solidaritas; jogo tonggo; dan gotong royong

Abstract: The Central Java Provincial Government initiated the Jogo Tonggo program to overcome the increase of Covid-19 and the difficult times due to the Covid-Covid-19 pandemic. This paper aims to describe community solidarity in the era of the Covid-19 pandemic through the Jogo Tonggo program. This research is a qualitative descriptive study, the data were collected by using semi-structured interviews with selected informants using a purposive sampling technique. The research was conducted in Krandegan Village, Sumbersari Village, and Katerban Village, Purworejo Regency. The results showed that the trend of confirmed cases of the coronavirus in Purworejo was increasing every day and was dominated by confirmed cases without symptoms. Research showed that the jogo tonggo program was implemented in Purworejo runs well by adjusting the value of cooperation in the community. The jogo tonggo program has been proven to empower social capital, improve the social function of the community as social beings who help each other, and increase social solidarity. Through the Jogo Tonggo program, the government is proven to be present and provide services to the community during the Covid-19 pandemic in fulfilling material, spiritual and social needs. The government needs to strengthen the program by counseling, guidance, socialization, and education activities that involve all elements of society. Besides, it is also necessary to pay attention to the conditions of the needs of each community so that the objectives and essence of the program are truly achieved.

(2)

SOSIO KONSEPSIA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol 10 No 02 (2021): hal 177-192

Ratih Probosiwi dan Afrinia Lisditya Putri 1. Pendahuluan

Indonesia pertama kali mengkonfirmasi kasus covid-19 pada 2 Maret 2020, dari hari ke hari jumlah yang terpapar virus tersebut terus bertambah (Romli, 2020). Covid-19 merupakan penyakan yang sebabkan oleh coronavirus. Pada manusia, biasanya virus ini menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai dari flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut Berat/Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (Covid-19). Pemerintah Indonesia kemudian membentuk Satuan Tugas Penanganan Covid-19 atau yang kemudian lebih sering dikenal dengan satgas covid-19. Satgas covid-19 bertugas memiliki tugas melaksanakan dan mengendalikan implementasi kebijakan strategis yang berkaitan dengan penanganan Covid-19. Satgas ini juga bertugas menyelesaikan permasalahan kebijakan strategis yang berkaitan dengan penanganan virus tersebut dengan cepat dan tepat. Satgas covid-19 juga mengawasi kebijakan strategis terkait penanganan virus, menetapkan dan melaksanakan kebijakan serta langkah lain yang diperlukan dalam penanganan Covid-19.

Satgas Covid-19 mencatat jumlah kasus covid-19 per 18 Agustus 2020 sebesar 147.043 orang terkonfirmasi, sembuh 96.306 orang, dan meninggal dunia 6.277 orang. Data juga menunjukkan bahwa penambahan pasien sembuh lebih banyak dibanding kasus positif baru, yaitu sebanyak 1.848 pasien sembuh sedangkan kasus baru sebanyak 1.673. Secara nasional, jumlah pasien sembuh terbanyak terdapat di provinsi DKI Jakarta, diikuti Jawa Timur. Positif covid-19 adalah jika seseorang terbukti positif terinfeksi terinfeksi virus covid-19 yang dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR. Kasus konfirmasi positif dibagi 2 yaitu: a) Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik); dan b) Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik). Test PCR atau Polymerase Chain Reaction adalah jenis pemeriksaan untuk mendeteksi pola genetik (DNA dan RNA) dari suatu sel, kuman, atau virus, termasuk virus Corona (SARS-CoV-2). Test PCR merupakan tes yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) untuk mendeteksi infeksi covid-19 karena tingkat akurasinya yang cukup tinggi.

Dari waktu ke waktu, kasus covid-19 tersebar di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Jawa Tengah. Menurut Kementerian Kesehatan hingga tanggal 19 Agustus 2020, total jumlah penambahan kasus positif di Jawa Tengah mencapai 131 kasus baru, dengan akumulasi kasus positif sebanyak 11.924 kasus, kasus sembuh sebanyak 7.552 kasus dan 809 kasus meninggal. Jawa Tengahpun tercatat menempati urutan ketiga secara nasional untuk penambahan kasus baru covid-19 harian dengan jumlah kasus tertinggi di Kota Semarang dan Kota Surakarta (Zona Banten, 2020). Pemerintah membagi wilayah penyebaran covid-19 dalam empat zona yaitu hijau, kuning, oranye dan merah. Zona hijau atau tidak terdampak artinya bahwa suatu wilayah atau daerah tidak ada kasus atau infeksi virus corona. Pada zona ini penyebaran covid-19 terkontrol dengan risiko penyebaran tetap ada di tempat isolasi. Zona kuning atau risiko rendah adalah bahwa terdapat kemungkinan terjadinya transmisi lokal masih cukup besar dan cepat. Transmisi tingkat rumah tangga dapat terjadi namun klaster penyebaran terkendali dan tidak bertambah. Zona oranye atau risiko sedang adalah wialayah dengan tingkat transmisi penyebaran covid-19 masih tinggi dan mungkin terjadi dengan cepat. Transmisi dari imported case mungkin juga terjadi dengan cepat sehingga klaster baru harus terpantau dan dikontrol melalui testing dan racing secara agresif. Zona merah atau risiko tinggi artinya terdapat kasus covid-19 pada satu atau lebih klaster dengan peningkatan kasus yang tinggi. dan transmisi penyebaran covid-19 sangat cepat. Zona ini ditandani dengan wabah yang menyebar secara luas dan banyak klaster baru di wilayah tersebut.

Berdasarkan data pada tanggal 30 Agustus 2020, kota dengan kategori zona merah covid-19 yaitu Kota Surakarta, Kota Semarang, dan Kabupaten Kudus; zona oranye yaitu Kabupaten Boyolali, Kabupaten Demak, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Pati, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Klaten, Kabupaten Jepara, Kabupaten Temanggung, Kota Magelang, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Rembang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kota

(3)

SOSIO KONSEPSIA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol 10 No 02 (2021): hal 177-192

Pekalongan, Kabupaten Semarang, Kabupaten Grobogan, Kota Salatiga, Kabupaten Sragen, dan Pekalongan; sedangkan zona kuning yaitu Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Sukaharjo, Kabupaten Wonogiri, Kota Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Brebes, Kabupaten Blora, Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Banjarnegara. Secara lengkap dapat dilihat pada grafik 1.

Gambar 1. Pemetaaan Zonasi Risiko Daerah berdasarkan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah (sumber: Tribunnews, 2020)

Dari gambar 1 terlihat bahwa seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah terdampak covid-19 dengan jumlah kasus beragam. Sejak tanggal 31 Mei 2020 hingga 30 Agustus 2020 tercatat jumlah daerah dengan risiko penularan covid-19 tinggi naik dari 17 persen menjadi 18,5 persen, sedangkan risiko sedang dari 43 persen menjadi 60 persen. Jumlah ini menunjukkan bahwa jumlah kasus covid-19 terus meningkat di Jawa Tengah. Menindaklanjuti penambahan kasus covid-covid-19, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menginisiasi satuan tugas penanganan covid-19 di tingkat desa dengan nama Satgas Jogo Tonggo. Program ini disahkan dengan Instruksi Gubernur Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 2020 tentang Pemberdayaan Masyarakat dalam Percepatan Penanganan Covid-19 di Tingkat Rukun Warga (RW) Melalui Pembentukan “Satgas Jogo Tonggo”. Satgas ini diharapkan mampu menangani dampak penyebaran covid-19 di masyarakat melalui gerakan gotong royong. Jogo tonggo merupakan istilah dalam bahasa Jawa yang artinya adalah menjaga tetangga. Program ini, mengambil semangat solidaritas masyarakat pedesaan untuk selalu menjaga dan membantu tetangga di lingkungan sekitar dalam segala hal. Jogo Tonggo mengusung prinsip kemanusiaan, nonpermanen (saat kondisi darurat), gotong royong, transparan, dan melibatkan semua pihak. Satgas jogo tonggo juga mengkonsolidasi dan mensinergikan seluruh kegiatan organisasi kelompok sosial di masyarakat yang terkait melawan covid-19. Oleh karena itu, satgas ini terdiri atas berbagai unsur masyarakat yaitu karang taruna, dasa wisma, pos pelayanan terpadu (posyandu), pendamping Program Keluarga Harapan, Penyuluh Pertanian Lapangan, pedamping desa, bidan desa, perlindungan masyarakat (linmas), warga masyarakat dan organisasi lainnya.

Program jogo tonggo sesuai dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan nilai solidaritas sosial di masa sulit seperti masa pandemi covid-19. Sebagai makhluk sosial, manusia menjalin hubungan dengan manusia lain dalam berbagai kepentingan. Hubungan manusia atau dikenal dengan hubungan sosial akan lahir dari interaksi atau hubungan timbal balik, saling pengaruh (take and give) melalui interaksi merupakan dasar segala proses social (Syani, 2007). Sebagai makhluk sosial, manusia secara alamiah membentuk dan terlibat dalam kelompok yang terikat dalam proses sosialisasi. Dengan adanya kelompok maka manusia menghabiskan waktunya, mengembangkan diri, mengembangkan potensi serta aktualisasi diri (Huraerah & Purwanto, 2006). Interaksi kelompok sosial membutuhkan

(4)

SOSIO KONSEPSIA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol 10 No 02 (2021): hal 177-192

Ratih Probosiwi dan Afrinia Lisditya Putri proses solidaritas sosial demi tercapainya tujuan bersama dan terjaganya eksistensi kelompok (Sa'diyah, 2016). Kesadaran kolektif sebagai anggota kelompok dibutuhkan untuk menumbuhkan perasaan atau sentimen kebersamaan dalam menciptakan solidaritas kelompok.

Paul Johnson menyatakan bahwa solidaritas adalah keadaan antarindividu atau kelompok yang mengusung perasaa moral dan kepercayaan dan perasaan emosional bersama (Johnson, 1980). Menurut Johnson, pembagian kerja memiliki implikasi yang besar terhadap struktur masyarakat. Durkheim mengemukakan bahwa solidaritas adalah perubahan cara bertahan dan cara pandang masyarakat sebagai anggota atau bagian dari kelompok masyarakat yang utuh. Hal ini dikuatkan oleh Beer dan Koster yang menyatakan bahwa anggota kelompok masyarakat saling terikat secara sadar terhadap norma dan nilai tertentu (Beer & Koster, 2009). Hal ini kemudian mengarahkan Durkheim untuk mengelompokkan hubungan masyarakat dalan solidaritas mekanis atau organis. Walaupun berbeda, kedua jenis solidaritas ini memiliki kesamaan mengenai pentingnya agama dalam hubungan bermasyarakat. Agama memegang peranan penting dalam kultus ritual yang mempengaruhi cara pikir masyarakat. Schoenfeld menyebut bahwa pemikiran Durkheim ini disebut dengan “sacred” yang menentukan keberlangsungan relasi antarmasyarakat (Schoenfeld & Mestrovic, 1989).

Pandemi covid-19 mengubah bentuk relasi sosial masyarakat dan memaksa mereka untuk tidak beraktivitas luar rumah dan menjaga jarak dengan orang lain. Hal ini secara ekonomi berdampak negatif bagi masyarakat yang bekerja di sektor informal yang mengharus mereka berinteraksi secara langsung dengan orang lain. Dengan tidak boleh ke luar rumah, tentu mereka tidak dapat memperoleh penghasilan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kesulitan yang dialami masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan dan ber-relasi karena pandemi covid-19 diasumsikan dapat teratasi dengan nilai solidaritas masyarakat. Nilai saling berbagi, gotong royong, dan peduli sebagai perwujudan nilai solidaritas diharapkan mampu membantu masyarakat menghadapi dampak pandemi covid-19. Tulisan ini bermaksud mengetahui implementasi atau penerapan program jogo tonggo yang diluncurkan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Purworejo, selain juga ingin mengkaji keberadaan nilai solidaritas masyarakat di era pandemi.

2. Metode

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data dan informasi primer penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam yang diperkaya dengan studi literatur. Wawancara mendalam digunakan untuk mendapatkan informasi yang lebih detail tentang pemikiran dan perilaku seseorang; dan untuk mengeksplorasi masalah baru secara mendalam. Wawancara dilakukan dengan bahasa daerah yang dibantu dengan panduan dan menjadikannya wawancara semi-terstruktur. Bahan penelitian berupa data sekunder yang diperoleh melalui laporan kegiatan desa dan juga berita media massa; dan data primer berupa hasil wawancara dan observasi lapangan.

Informan adalah masyarakat pada umumnya yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Informan dipilih karena mereka dianggap memiliki informasi yang diperlukan dalam penelitian ini, terlibat secara langsung dalam kegiatan kemasyarakatan, dan merupakan warga asli lokasi penelitian. Penelitian dilakukan di tiga desa di Kabupaten Purworejo, yaitu Desa Krandegan-Kecamatan Bayan, Kelurahan Katerban-Kecamatan Kutoarjo dan Desa Sumbersari-Kecamatan Butuh. Data dan informasi penelitian berupa hasil wawancara diolah melalui proses transkripsi, kualifikasi data dan analisis. Informasi penelitian dianalisis secara deskriptif untuk memberikan gambaran subjek penelitian berdasarkan data. Penelitian ini menyajikan data observasi tanpa menguji hipotesis. Kredibilitas penelitian ini terpenuhi melalui penggunaan teknik triangulasi sumber data penelitian, yaitu melalui tiga tahapan pengecekan: pertama, triangulasi sumber data, yaitu membandingkan data hasil observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Kedua, triangulasi teoritis, yaitu membandingkan data empiris dengan kajian teoritis yang telah berkembang dan diakui kebenarannya. Ketiga, peneliti melakukan analisis data untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel.

(5)

SOSIO KONSEPSIA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol 10 No 02 (2021): hal 177-192

3. Hasil

3.1. Covid di Kabupaten Purworejo dan Penanganannya

Pandemi covid-19 di Kabupaten Purworejo secara resmi ditetapkan sebagai status tanggap darurat sejak akhir Maret 2020 oleh Bupati Purworejo yang kemudian disusul dengan kasus terkonfirmasi pertama pada awal April 2020. Dengan ditetapkannya status tanggap darurat, Kabupaten Purworejo secara terfokus tak hanya menangani pasien tetapi juga mencegah meluasnya pandemi. Perlahan kasus covid-19 di Kabupaten Purworejo mulai naik. Bersama 20 kabupaten lainnya di Jawa Tengah, Purworejo masuk dalam zona merah covid-19. 20 kabupaten tersebut yaitu Kota Semarang, Kota Surakarta, Kabupaten Magelang, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Temanggung, Kota Magelang, Kabupaten Kudus, Kota Salatiga, Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonogiri, Kota Tegal, Kabupaten Rembang, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Pati, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Demak, dan Kabupaten Grobogan (idntimes.com, 2020).

Data kasus covid-19 di Kabupaten Purworejo menunjukkan grafik naik dengan penambahan terbanyak sebanyak 35 kasus per hari (detiknews, 2020). Menurut covid19.purworejokab.go.id/, Kabupaten Purworejo merupakan zona merah kasus covid-19 karena munculnya kasus positif di tiap kecamatan Kabupaten Purworejo. Detail dan sebaran kasus covid-19 di Kabupaten Purworejo dideskripsikan lebih jelas pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta penyebaran virus corona (covid-19) di Kabupaten Purworejo

Gambar 2 menunjukkan penyebaran kasus covid-19 yang dibuat dari alamat tempat tinggal kasus. Titik lokasi tidak menunjuk pada alamat persis tiap kasus, melainkan ada tingkat kecamatan yang tertera pada identitas kasus. Tiap kecamatan menunjukkan jumlah suspek, kasus konfirmasi dan selesai isolasi. Seperti terlihat pada gambar 1 menunjukkan contoh data penyebaran covid-19 di Kecamatan Bayan yang menunjukkan 10 kasus suspek, 43 kasus konfirmasi (positif) dan 40 kasus selesai isolasi. Data tersebut di-update harian sesuai dengan data riil yang direkap dari unit layanan kesehatan di kecamatan tersebut. Jumlah kasus covid-19 secara detail per kecamatan ditunjukkan pada tabel 1.

(6)

SOSIO KONSEPSIA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol 10 No 02 (2021): hal 177-192

Ratih Probosiwi dan Afrinia Lisditya Putri Tabel 1. Jumlah kasus covid-19 Kab Purworejo per 29 agustus 2020

No Kecamatan Suspek Probabel Konfirmasi

dirawat Konfirmasi meninggal 1 Grabag 3 2 1 0 2 Ngombol 0 5 2 0 3 Purwodadi 5 5 2 0 4 Bagelen 3 5 0 0 5 Kaligesing 0 2 0 0 6 Purworejo 22 11 17 4 7 Banyuurip 7 6 3 0 8 Bayan 10 3 2 1 9 Kutoarjo 23 5 7 1 10 Butuh 3 1 3 0 11 Kemiri 0 2 4 0 12 Pituruh 1 1 2 0 13 Bruno 1 3 1 0 14 Gebang 7 3 2 3 15 Loano 9 0 9 0 16 Bener 5 4 1 1 17 Luar Purworejo 3 7 0 0 18 Tanpa Keterangan Alamat 2 0 0 0

Total 104 orang 65 orang 55 orang 10 orang

Keterangan :

Kasus suspek adalah jika seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut: a) Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi; b) Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA* DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi/probable COVID-19; dan c) Orang dengan ISPA berat/pneumonia yang membutuhkan perawatan di rumah sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.

Kasus konfirmasi adalah jika seseorang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR. Kasus konfirmasi dibagi 2 yaitu : a) Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik); dan b) Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik).

Kasus probable adalah Kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS/meninggal dengan gambaran klinis yang meyakinkan COVID-19 DAN belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR.

Selesai isolasi apabila memenuhi salah satu kriteria berikut: a) Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) yang tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR dengan ditambah 10 hari isolasi mandiri sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi; b) Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR dihitung 10 hari sejak tanggal onset dengan ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan; c) Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang mendapatkan hasil pemeriksaan follow up RT-PCR 1 kali negatif dengan ditambah dengan 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan.

Discarded apabila memenuhi salah satu kriteria berikut: a) seseorang dengan status kasus suspek dengan hasil pemeriksaan RT-PCR 2 kali negatif selama 2 hari berturut-turut

(7)

SOSIO KONSEPSIA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol 10 No 02 (2021): hal 177-192

dengan selang waktu >24 jam; dan b) seseorang dengan status kontak erat yang telah menyelesaikan masa karantina selama 14 hari.

Kematian COVID-19 untuk kepentingan surveilans adalah kasus konfirmasi/probable COVID-19 yang meninggal.

Sumber : https://covid19.purworejokab.go.id/, 2020

Tabel 1 menunjukkan dengan rinci jumlah kasus covid-19 di Kabupaten Purworejo. Data tersebut merupakan data harian yang secara riil dimutakhirkan jumlahnya. Selama bulan Juli hingga Agustus, jumlah kasus covid-19 di Kabupaten Purworejo menunjukkan naik turun yang ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 3. Grafik Pantauan Kasus Suspek Covid-19 Kabupaten Purworejo per 29 Agustus 2020 (sumber: https://covid19.purworejokab.go.id/, 2020)

Gambar 3 menunjukkan grafik tren kasus suspek covid-19 di Kabupaten Purworejo. Dari gambar 3 terlihat bahwa kasus tertinggi terjadi pada tanggal 30 Juli 2020 dengan jumlah kasus suspek sebanyak 197 kasus, kemudian turun pada esok harinya menjadi 175 kasus. Setelah tanggal 30 Juli 2020, kasus mengalami penurunan hingga tanggal 4 Agustus 2020 pada angka 61 kasus dan kemudian naik turun lagi hingga mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari tanggal 12 Agustus 2020 sebanyak 49 kasus ke tanggal 14 Agustus 2020 sebanyak 158 kasus. Selanjutnya kasus kembali naik turun dengan jumlah yang tidak terlalu banyak hingga tanggal 26 Agustus 2020 sebanyak 58 kasus dan naik pada 28 Agustus menjadi 119 kasus. Dari data kasus suspek tersebut kemudian ditindaklanjuti dalam kasus konfirmasi, yaitu saat suspek dinyatakan positif covid-19. Jumlah kasus konfirmasi ditunjukkan pada gambar 4.

(8)

SOSIO KONSEPSIA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol 10 No 02 (2021): hal 177-192

Ratih Probosiwi dan Afrinia Lisditya Putri Gambar 4. Grafik Pantauan Kasus Konfirmasi Covid-19 Kabupaten Purworejo per 29 Agustus 2020

(sumber: https://covid19.purworejokab.go.id/, 2020)

Gambar 4 menunjukkan tren kasus konfirmasi covid-19 di Kabupaten Purworejo. Dari gambar diketahui bahwa trennya menunjukkan kenaikan dari hari ke hari. Gambar 4 juga menunjukkan bahwa kasus konfirmasi tanpa gejala cukup banyak jumlahnya. Pada tanggal 4 Agustus 2020 yang pada gambar 4 ditunjukkan dengan kasus suspek terendah sebanyak 61 kasus, ternyata menunjukkan jumlah kasus konfirmasi tanpa gejala tertinggi yaitu sebanyak 97 kasus. Hal ini perlu diwaspadai karena banyak orang yang merasa dirinya sehat dan bebas bepergian namun ternyata positif covid-19. Mobilitas orang tanpa gejala tentu mengkhawatirkan apalagi apabila tidak disertai pelaksanaan protokol kesehatan yang tegas. Virus corona akan lebih murah tersebar dan upaya pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran virus menjadi terhambat.

Covid-19 pada kenyataannya tidak hanya menyerang kesehatan tubuh manusia, tetapi juga kondisi ekonomi masyarakat secara umum. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran covid-19 mengharuskan masyarakat tidak beraktivitas di luar rumah. Hal ini kemudian berdampak langsung pada lumpuhnya aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Purworejo bahkan turun 38% dari kondisi normal, sejak diterapkanya masa tanggap darurat (Suara Merdeka, 2020). Sekretaris Daerah Kabupaten Purworejo, menyatakan bahwa penurunan PAD ini disebabkan oleh aktivitas usaha yang hampir lumpuh karena pandemi covid-19. Pembatasan sosial menyebabkan ditutupnya tempat wisata, sekolah, pasar, dan tempat keramaian lain. Hal tersebut berdampak pada menurunnya pendapatan dari parkir, pajak hotel, pajak iklan dan biaya retribusi lain. Penurunan PAD dan lemahnya kemampuan ekonomi masyarakat Kabupaten Purworejo akibat pandemi covid-19 menyebabnya pemerintah kabupaten menyusun rancangan kebijakan dan langkah praktis untuk mengatasi hal tersebut sebagai berikut. a. Bidang Kesehatan, penjaminan penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) beserta kelengkapannya

untuk Rumah Sakit dan Puskesmas di Kabupaten Purworejo untuk memastikan keselamatan tenaga kesehatan sebagai garda terdepan. Selain itu, sosialisasi untuk PHBS, CTPS, memakai masker jika bepergian, serta menghindari kerumunan perlu ditingkatkan untuk mendisiplinkan warga sehingga kasus penularan lokal dapat diminimalisir. Masalah besar aka n terjadi apabila kedua hal ini tidak dilaksanakan dengan baik, yaitu berkurangnya tenaga medis di lapangan

(9)

SOSIO KONSEPSIA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol 10 No 02 (2021): hal 177-192

serta overload kapasitas rumah sakit yang akan berdampak lebih buruk lagi bagi kelanjutan kehidupan sosial dan ekonomi dalam jangka panjang.

b. Bidang Pasar, inovasi pengelolaan pasar dapat dilakukan dengan mengatur pasar sedemikian rupa dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan, seperti yang sudah diterapkan pada Kota Salatiga. Los dan kios pada pasar dapat dibuat secara berjarak minimal satu meter begitu pula dengan jarak antrian pembeli yang diberikan pembatas. Jumlah produk yang diapat dibeli oleh konsumen juga perlu dibatasi sehingga tidak terjadi penimbunan bahan makanan yang justru akan menimbulkan kelangkaan dan lonjakan harga yang tidak wajar.

c. Bidang UMKM, pelatihan dan pengenalan sistem penjualan secara online perlu dilaksanakan sehingga UMKM yang ada di Kabupaten Purworejo tidak kehilangan seluruh pendapatannya dan harus merumahkan pegawainya. Selain itu, peran RT dan RW dapat dimaksi malkan dengan membantu penjualan produk di lingkungan rumah UMKM tersebut berdiri. Dengan demikian akan terwujud simbiosis mutualisme di mana pemilik UMKM dapat terus memperoleh penghasilan dan masyarakat sekitar dapat memperoleh pasokan makanan dan barang tanpa harus bepergian jauh keluar rumah.

d. Bidang Budaya, Kabupaten Purworejo memiliki kebudayaan yang cukup kental sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sarana dalam sosialisasi pendisiplinan masyarakat. Himbauan pemerintah dalam rangka memutus rantai penyebaran covid-19 dapat dikemas dalam bentuk nyanyian atau sebuah film pendek dengan mengajak pekerja seni lokal. Karena semakin lama pandemi ini berakhir, maka dampak sosial dan ekonomi yang timbul juga akan semakin besar. e. Bidang Teknologi, Kabupaten Purworejo dapat membuat sebuah aplikasi yang mirip dengan aplikasi ojek online yang mampu mencakup banyak layanan sekaligus, seperti pengantaran makanan, pengantaran barang, jasa membersihkan rumah, hingga jasa menghadirkan tukang pijat ke rumah. Aplikasi ini dapat dirancang dan dimodifikasi sedemikian rupa sesuai dengan kondisi masyarakat Purworejo dengan menggunakan sumber daya dari Kabupaten Purworejo sendiri. Hal ini diharapkan akan dapat mensinergikan seluruh sektor usaha yang berkembang di Kabupaten Purworejo sehingga dapat menggerakkan perputaran roda perekonomian kembali.

f. Bidang Pemerintahan, Pemerintah Kabupaten Purworejo memiliki peran penting dalam penyaluran segala bentuk bantuan sosial supaya bantuan yang disalurkan betul -betul tepat sasaran. Pendataan masyarakat yang terdampak covid-19 perlu dilakukan sesuai dengan kondisi nyata di lapangan. Perlu diperhatikan masyarakat yang memerlukan bantuan atau hanya memerlukan pendampingan saja. Pemerintah Kabupaten Purworejo juga berperan dalam pengelolaan APBD untuk mengalokasikan pada program-program yang secara langsung berdampak pada percepatan penanganan dampak pandemi covid-19 (Bappeda Kab Purworejo, 2020).

3.2. Aplikasi Jogo Tonggo di Kabupaten Purworejo

Program jogo tonggo secara resmi diluncurkan di Kabupaten Purworejo pada tanggal 11 Juli 2020 bersamaan dengan pembagian “Jogo Tonggo Kit” dari pemerintah provinsi kepada 496 desa dan 25 kelurahan se-Kabupaten Purworeo yang dilanjutkan dengan sosialisasi program. Jogo tonggo kit meliputi berbagai macam alat pelindung diri dari virus corona yaitu sarung tangan, sprayer, masker kain, hand sanitizer, disinfektan, thermogun, modul, dan tas. Program Jogo Tonggo membagi kegiatannya dalam empat satuan tugas yaitu ekonomi, kesehatan, sosial dan keamanan, serta hiburan. Masing-masing satgas berisi kelompok rukun tetangga (RT) dan warga masyarakat. Struktur organisasi Satgas Jogo Tonggo dapat dilihat dari grafik 1.

(10)

SOSIO KONSEPSIA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol 10 No 02 (2021): hal 177-192

Ratih Probosiwi dan Afrinia Lisditya Putri Grafik 1. Struktur Organisasi Satuan Tugas Jogo Tonggo

Secara detail pelaksanaan Satuan Tugas Jogo Tonggo di Kabupaten Purworejo dijelaskan sebagai berikut.

a. Satuan Tugas Kesehatan: bertugas mendata setiap orang yang keluar masuk desa; mencegah penyebaran dan penularan covid-19 dengan membawa orang yang teridentifikasi PDP ke rumah sakit rujukan; memastikan dan update data siapa saja yang berstatus OTG, ODP dan PDP; dan mengupayakan ODP dan OTG karantina mandiri 14 hari. Satgas ini juga memastikan lokasi strategis tersedia cuci tangan; penyemprotan disinfektan secara rutin; warga tertib keluar rumah memakai masker; dan jaga jarak fisik antarwarga 1,5 sampai 2 meter. Satgas kesehatan juga diharapkan mampu mendorong praktik hidup sehat yaitu makan minum seimbang, olahraga, mandi teratur, istirahat cukup dan menjaga kebersihan lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian, di beberapa desa/kelurahan Kabupaten Purworejo, satgas kesehatan terutama menjalankan tugasnya dalam hal mendata warga yang keluar masuk, mengupayakan warga untuk karantina mandiri, melakukan penyemprotan, dan menghimbau setiap rumah untuk menyediakan tempat cuci tangan di depan rumahnya. Menurut hasil wawancara, mereka kesulitan untuk menghimbau masyarakat untuk selalu menggunakan masker (terutama lansia) dan menjaga jarak fisik. Praktik hidup sehat sekedar dilaksanakan melalui sosialisasi sesekali. Menurut salah satu warga, sosialisasi sulit dilaksanakan karena pemerintah desa ataupun lingkungan menghindari kegiatan berkumpul, selebaran ditempel di kantor desa/kelurahan yang efektivitasnya sangat rendah karena jarang warga yang membaca.

b. Satuan Tugas Ekonomi: bertugas mendata kebutuhan dasar masyarakat; mendata warga yang tidak mampu menyediakan kebutuhan dasar; mengupayakan secara maksimal agar warga dapat dibantu; memastikan bantuan tepat sasaran; memastikan kegiatan bertani, berkebun dan berdagang tetap berjalan dengan memperhatikan protokol kesehatan; melayani kebutuhan makan sehari-hari warga yang karantina mandiri; dan mendorong terbangunnya lumbung pangan. Penelitian menemukan bahwa satgas ekonomi diisi oleh perangkat desa/kelurahan dan tokoh masyarakat di lingkungan yang juga memberdayakan ibu-ibu PKK dan dasawisma terutama dalam pelayanan kebutuhan pangan warga yang karantina mandiri sehari-hari. Sosialisasi kegiatan ekonomi di masa pandemi dilaksanakan secara online melalui whatsapp group dikarenakan pertemuan fisik masih dibatasi. Menurut keterangan responden, masyarakat cukup antusias dalam bercocok tanam di halaman rumah mereka. Selain itu, kesadaran masyarakat untuk berbagi bagi warga yang karantina mandiri juga cukup tinggi, tidak ditemukan keberatan dari masyarakat. Sedikit pelik dalam hal bantuan sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bantuan sosial yang diberikan pemerintah seringkali tidak tepat sasaran. Beberapa warga yang merasa

Ketua Wakil Ketua (Seluruh Ketua RT) Sekretaris Bendahara Satgas Kesehatan Satgas Ekonomi Satgas Sosial & Satgas Hiburan

Ketua Ketua Ketua Ketua

(11)

SOSIO KONSEPSIA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol 10 No 02 (2021): hal 177-192

berhak ternyata tidak memperoleh bantuan. Disayangkan pemerintah desa tidak dapat berbuat banyak karena mereka hanya berdasar daftar yang diterima dari pemerintah pusat. Satgas ekonomipun tidak dapat berbuat banyak, sejauh ini hanya menampung masukan dari warga masyarakat untuk diteruskan ke pemerintah desa. Konflik sosial sedikit ditemukan terkait bantuan sosial ini, namun dapat diredam oleh pemerintah desa.

c. Satuan Tugas Sosial dan Keamanan: bertugas bersama tim kesehatan melakukan pencatatan orang masuk dan keluar lingkungan; menjadwalkan ronda; memastikan tidak ada kerumunan; menyiapkan data penerima bansos; memastikan kelompok rentan menerima bansos; dan mengawasi ODP serta OTC agar tidak bepergian. Selain itu, satgas ini juga bertugas untuk mengkoordinir kegiatan sosial secara gotong royong dengan memperhatikan protokol kesehatan; menyediakan alat komunikasi manual; membuat aturan penerimaan tamu; pengamanan unit vital seperti warung sembako dan tempat berobat (rumah bidan, mantri desa); serta menjembatan konflik sosial melalui musyawarah untuk mufakat. Satgas sosial dan keamanan lebih banyak diisi oleh perangkat desa dan tokoh berpengaruh di lingkungan. Hal ini untuk menjaga kedisiplinan warga dan mematuhi protokol kesehatan. Satgas dibantu oleh pendamping PKH dan TKSK setempat dalam pendataan penerima bansos. Satgas berkoordinasi dengan aparat desa untuk menyiapkan data penerima bantuan sosial. Penelitian menunjukkan bahwa ternyata data penerima bantuan sosial dari pemerintah tidak mencakup keseluruhan warga yang membutuhkan, dan untuk itu diperlukan update data. Pemerintah memberikan keleluasaan bagi desa untuk mengusulkan calon penerima bantuan sosial sesuai dengan kondisi riil saat ini. Untuk itulah, satgas sosial dan keamanan bertugas menyiapkan data tersebut. Data yang terkumpul kemudian diserahkan kepada desa untuk kemudian dilakukan proses selanjutnya. Di beberapa desa lokasi penelitian di Kabupaten Purworejo, keseluruhan memiliki pola yang sama dan pembuatan jadwal giliran ronda, penjagaan pos keluar masuk desa, dan pencatatan warga yang keluar masuk lingkungan. Penjagaan pos keluar masuk desa dilakukan secara bergilir, pagi sampai siang umumnya dijaga oleh perempuan, sedangkan malam dijaga oleh laki-laki. Penelitian juga menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil rumah yang memiliki kentongan sebagai alat komunikasi umum manual, mereka beranggapan bahwa telepon selular sudah mencukupi sebagai alat komunikasi. Pengamanan warung sembako juga tidak dilaksanakan dikarenakan adanya anggapan bahwa lingkungan cukup kondusif sehigga tidak diperlukan pengamanan warung sembako secara khusus.

d. Satuan Tugas Hiburan: bertugas mengkoordinir pelaksanaan hiburan mandiri untuk mengurangi kejenuhan warga karena tidak dapat bepergian keluar rumah, sesuai dengan kearifan lokal masing-masing. Hasil penelitian menunjukkan di desa lokasi penelitian bahwa satgas hiburan belum berjalan dikarenakan kondisi yang belum memungkinkan untuk mementaskan kesenian atau mengadakan pentas hiburan karena berisiko menimbulkan kerumunan. Namun, ditemukan bahwa di Kelurahan Katerban telah mengadakan pertunjukan tari ndolalak, tari khas Kabupaten Purworejo. Pertunjukan ini ditonton oleh banyak orang, dan disayangkan masyarakat kurang patuh terhadap protokol kesehatan. Menurut salah satu informan, masyarakat yang menonton pertunjukan beberapa tidak menggunakan masker dan masih bergerombol tidak memperhatikan jarak aman. Petugas kurang mampu mengingatkan warga.

Secara umum, program jogo tonggo dilaksanakan dengan baik dan sesuai aturan oleh masyarakat. Program jogo tonggo yang memang disesuaikan kondisi masyarakat, tidak terlalu sulit diterapkan dan dilaksanakan oleh masyarakat. Program jogo tonggo dilaksanakan dengan kebiasaan gotong royong masyarakat.

3.3. Solidaritas Masyarakat di Era Pandemi Covid-19

Sebagai bangsa yang majemuk, masyarakat Indonesia terbiasa untuk hidup berdampingan dengan segala keragaman budaya dan institusi sosial sebagai wadah interaksi sosial. Pola tindak sistem interaksi sosial budaya Indonesia terwujud dalam beberapa nilai misalnya gotong royong, prasaja, musyawarah untuk mufakat, kesatria, dan dinamis. Terlihat jelas bahwa masyarakat Indonesia terbiasa

(12)

SOSIO KONSEPSIA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol 10 No 02 (2021): hal 177-192

Ratih Probosiwi dan Afrinia Lisditya Putri untuk hidup bersama menjunjung nilai solidaritas. Sebut saja tradisi megibung di Kabupaten Karangasem, Bali. Tradisi megibung diartikan sebagai kegiatan berkumpul bersama saling berbagi makanan, di beberapa daerah lain disebut dengan bancakan. Pada tradisi megibung, masyarakat tidak membedakan status sosial maupun kasta, mereka membaur makan bersama. Megibung kerap dijumpai pada prosesi berlangsungnya upacara adat dan keagamaan di Karangasem (Kintamani ID, 2020). Selain megibung di Karangasem, juga ada tradisi besaoh dalam budaya masyarakat Bangka Belitung yang artinya adalah saling tolong, membantu, menghargai dan menghormati antarsesama. Besaoh timbul dari kebiasaan gotong royong dalam membuka lahan untuk berladang yang dilakukan secara bergiliran antarwarga (RRI, 2020). Besaohpun secara luas diarikan sebagai semangat saling menghargai antarbudaya, antaragama dan sebagainya. Selain itu masih banyak nilai dan tradisi lokal yang menjunjung nilai saling tolong dan solidaritas di masyarakat Indonesia, semisal tradisi Tebus Weteng di Cirebon dan tradisi Khuporo Weki dari Nusa Tenggara Timur. Kedua tradisi tersebut menekankan untuk saling tolong (secara ekonomi) kepada warga lain yang tengah memiliki hajat. Selain memiliki fungsi ekonomi, tradisi tersebut juga dapat mempererat silaturahmi antarwarga.

Kentalnya budaya Indonesia dengan nilai solidaritas dan saling tolong menjadikan program jogo tonggo mudah dikenalkan dan diterapkan masyarakat. Begitu pula di Kabupaten Purworejo. Pemerintah Desa Krandegan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo memiliki program Telu Nulung Siji atau 3 N 1 (dibaca ENI). Melalui program ini, satu keluarga tidak mampu akan dibantu oleh tiga keluarga mampu. Pemerintah desa juga memetakan dan mengelompokkan masyarakat dalam tiga kelompok: merah, kuning dan hijau. Merah adalah kelompok keluarga sangat miskin; kuning adalah kelompok keluarga rentan miskin (masih dapat memenuhi kebutuhan pangan namun tidak dapat hidup secara layak; dan hijau adalah kelompok keluarga mampu, hidup layak dan berpotensi membantu warga. Melalui program ini, masyarakat yang terdampak pandemi covid-19 dibantu kebutuhan pangannya, baik dengan bahan pangan mentah ataupun matang. Selain program ENI, pada bulan Ramadhan 2020 Desa Krandegan juga mengadakan Meja Anti Lapar yang menyediakan 200 set menu makanan berbuka kepada warga yang membutuhkan. Selain itu juga ada Pasar Bergerak dimana pemerintah desa menjual sembako dari rumah ke rumah dengan harga subsidi. Beberapa program tersebut dijalankan dengan semangat solidaritas, gotong royong dan saling membantu apalagi di masa pandemi terutama di bidang ekonomi. Pemerintah Desa Krandegan menerapkan beberapa program tersebut dengan adanya kesadaran bahwa seluruh warga masyarakat memiliki ikatan kebersamaan yang sama sebagai keluarga satu desa. Program yang ada berjalan seiring dengan program Jogo Tonggo dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Program jogo tonggo pada akhirnya mewadahi program dan kegiatan yang sudah dilaksanakan pemerintah desa.

Hal tersebut juga tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di Desa Sumbersari, Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo dan Kelurahan Katerban Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo. Kedua desa tersebut juga memiliki nilai solidaritas sosial yang tinggi di kala menghadapi pandemi covid-19, walaupun mereka tidak memiliki program khusus seperti Desa Krandegan. Untuk menghadapi covid-19, kedua desa tersebut menjalankan sesuai arahan dan instruksi pemerintah kecamatan dan kabupaten. Kepala Desa Sumbersari, Bapak Yusak bahkan membuat video himbauan kepada masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan dan memperhatikan protokol kesehatan dalam menghadapi covid-19. Video tersebut dibagikan melalui media sosial facebook. Baik Desa Sumbersari maupun Kelurahan Katerban menjalankan program Jogo Tonggo sesuai dengan petunjuk pelaksanaan program. Peran kepala desa sangat penting karena dia lah yang mampu menggerakkan warga. Di Desa Sumbersari, kepala desa selalu berusaha menciptakan lingkungan yang kondusif dan terus menjaga kerukunan serta solidaritas antarwarga. Meskipun di Desa Sumbersari tidak terdapat warga yang positif covid-19, kepala desa tetap menggerakkan warga untuk tetap mematuhi protokol kesehatan. Warga untuk sementara dilarang bepergian dan harus melapor jika harus keluar desa. Sebagai desa yang sebagaian besar warganya merantau ke Jakarta dan kota besar lainnya, kepala desa juga menghimbau kepada para perantau untuk tidak mudik pada saat lebaran ataupun pulang kampung dikarenakan dapat membawa virus corona tersebut. Di Desa Sumbersari juga diadakan pembagian petugas yang menjaga akses keluar masuk desa, gotong royong membersihkan desa secara lebih

(13)

SOSIO KONSEPSIA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol 10 No 02 (2021): hal 177-192

intensif, dan penyemprotan disinfektan ke lingkungan desa. Di Kelurahan Katerban, ditemukan paling tidak dua warga yang positif covid-19 sehingga mereka dan keluarganya harus melakukan isolasi mandiri. Dikoordinir oleh ketua RT dan RW, warga membantu untuk menyediakan makanan matang dan bahan makanan kepada keluarga yang harus isolasi mandiri. Dana yang digunakan dalam penyediaan bahan makanan diambil dari iuran warga dan bantuan dana dari pemerintah desa.

Dalam kehidupan sehari-hari, solidaritas warga telah menjadi nilai asli dan kebiasaan bagi warga masyarakat di Kabupaten Purworejo, khususnya di Desa Krandegan, Desa Sumbersari dan Kelurahan Katerban. Nilai tersebut diwujudkan dalam bentuk gotong royong, saling jenguk saat ada warga yang sakit, dan budaya nyumbang bagi warga yang memiliki hajat. Di masa pandemi, nilai solidaritas sosial warga tidak mengalami perubahan, bahkan semakin kuat. Hal yang menjadikan berbeda ada cara yang dilakukan, karena tetap harus memperhatikan protokol kesehatan dalam rangka mengurangi penyebaran covid-19.

Kegiatan gotong royong diwujudkan dalam bentuk penyemprotan disinfektan ke lingkungan dan rumah warga. Penyemprotan dilaksanakan oleh bapak-bapak dan anak muda karang taruna. Kelompok PKK membantu dalam penyiapan konsumsi. Penyemprotan dilaksanakan secara efektif dan menghindari berkumpul terlalu lama. Gotong royong juga diwujudkan dalam bentuk penyediaan makanan dan/atau bahan makanan bagi warga yang harus isolasi mandiri. Dana yang digunakan terutama berasal dari iuran warga dan mendapat subsidi dari pemerintah desa. Saling peduli juga terwujud dengan tidak mengucilkan dan memberi stigma negatif kepada warga terkena covid-19. 4. Pembahasan

Di era pandemi covid-19, masyarakat belajar beradaptasi dengan cepat, termasuk dalam hal solidaritas sosial. Kebiasaan untuk saling memberi dan berbagi antartetangga menjadi modal sosial untuk menghadapi dampak covid-19. Penerapan protokol kesehatan dibantu dengan pengawasan dan kepedulian masyarakat untuk saling mengingatkan. Pandemi covid-19 tidak hanya menyerang kondisi kesehatan seseorang, namun juga kondisi sosial ekonomi. Masyarakat Indonesia terbukti kuat dan solid dalam menghadapi pandemi covid-19 melalui kebiasaan gotong royong. Karakteristik desa yang berbeda antara Desa Krandegan, Desa Sumbersari dan Kelurahan Katerban ternyata tidak terlalu membuat perbedaan dalam hal nilai solidaritas.

Desa Sumbersari dapat dikatakan sebagai desa yang paling tradisional dengan 90% penduduknya adalah petani dan 80% areanya adalah persawahan. Kebanyakan anak muda di desa tersebut merantau ke kota besar. Kondisi masyarakat masih sangat menjunjung nilai tradisional dan ini menguntungkan karena hubungan antarwarga masyarakatnya juga masih sangat erat. Dalam kondisi pandemi covid-19, masyarakat Desa Sumbersari menyesuaikan dengan cepat dalam hal gotong royong menghadapi covid-19. Kelurahan Katerban merupakan desa yang secara administrasi berada di wilayah perkotaan. Kondisi masyarakatnya pun cenderung lebih modern dan walaupun tetap menjunjung nilai tradisi. Masyarakatnya pun lebih beragam mata pencahariannya,antara petani, pedagang, pegawai kantor formal (guru, ASN, TNI/polri) ataupun mereka yang bergerak di sektor jasa lain. Walaupun demikian, di Kelurahan Katerban terdapat kesenian tradisional yang terus dijaga kelestariannya oleh warga, yaitu Tari Ndolalak. Nilai gotongroyong juga terjaga dengan baik walaupun peran dari lurah kurang kuat sebagaimana di desa. Peran ketua RT/RW cenderung lebih berperan dalam memobilisasi warga dalam menjaga nilai gotong royong di era pandemi. Desa Krandegan secara sifat berada di antara Desa Sumbersari dan Kelurahan Katerban. Secara administrasi, Desa Krandegan merupakan desa yang tradisional, namun dalam hal kegiatannya, banyak hal modern yang diterapkan menjadi inovasi. Bahkan desa ini disebut sebagai desa pintar dikarenakan hampir semua pelayanan desa dilaksanakan dengan basis digital. Dalam nilai solidaritas sosial, masyarakat Desa Krandegan masih menjunjung tinggi nilai luhur tersebut. Kegiatan gotong royong, saling peduli, saling bantu dan saling menjaga masih sangat kental dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Dengan inisiatif dari kepala desa, desa ini menjadi desa teladan yang menggabungkan nilai dan modal sosial masyarakat dengan teknologi dalam menghadapi pandemi covid-19.

(14)

SOSIO KONSEPSIA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol 10 No 02 (2021): hal 177-192

Ratih Probosiwi dan Afrinia Lisditya Putri Program jogo tonggo secara tidak langsung telah berdampak pada kesejahteraan sosial masyarakat di masa pandemi. Kondisi masa awal pandemi yang mencekam dan mengharuskan masyarakat untuk tetap di rumah saja telah membawa dampak negatif bagi sebagian masyarakat terutama mereka yang miskin, tidak memiliki penghasilan tetap dan bekerja di sektor informal. Penghasilan yang baru dapat diperoleh apabila keluar rumah menjadi tidak dapat dimiliki. Hal ini menyebabkan kemiskinan meningkat. Indonesia sendiri masuk resesi setelah ekonomi terkontraksi -5.32% di Q2 dan -3.49% di Q3. Selain itu pengangguran juga meningkat 7.07% demikian juga sektor informal meningkat dari 55.88% menjadi 60.47%. Hal ini menegaskan bahwa pandemi covid-19 telah meningkatkan kerentanan dan kemiskinan (Yulaswati, 2020). Menurut Irwan Abdullah, covid-19 paling tidak telah menyiapkan masyarakat menghadapi perubahan dan transformasi sosial yang kemudian menjadi awalan dan juga kondisi sesungguhnya berdasarkan pengalaman alamiah dalam penerapan sistem sosial dan tatanan global yang lebih baru (Abdullah, 2020).

Kondisi ini kemudian melahirkan pemikiran untuk memberdayakan modal sosial masyarakat desa melalui program jogo tonggo. Dengan jogo tonggo, masyarakat miskin dibantu untuk tetap memperoleh hak dasarnya, terutama konsumsi. Selain itu, program ini juga terbukti meningkatkan fungsi sosial masyarakat sebagai bagian dari lingkungannya dengan membantu orang lain. Menegaskan fungsi masyarakat sebagai makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri. Fungsi pemberdayaan dalam program jogo tonggo juga terlihat melalui kegiatan yang melibatkan pemuda dalam menjaga protokol kesehatan di lingkungan, atau pemberdayaan perempuan melalui PKK dalam penyediaan konsumsi bagi warga yang harus melakukan isolasi mandiri. Kesejahteraan sosial dengan tata kehidupan yang bertujuan pelayanan individu, kelompok dan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidup dan pelaksanaan fungsi sosialnya, dapat dilakukan melalui program jogo tonggo.

Implementasi dari keempat satgas jogo tonggo, pemerintah dalam lingkup terkecil yaitu desa, dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat di masa pandemi covid-19 dalam pemenuhan kebutuhan material, spiritual dan sosial masyarakat. Masyarakat di lingkungan desa dapat terjaga dari virus corona melalui program yang membatasi keluar dan masuk warga, selain itu juga beberapa kegiatan semisal penyemprotan disinfektan, penyediaan pojok-pojok cuci tangan, dan penyediaan makanan bergizi bagi warga yang terdampak covid-19. Kebutuhan spiritual warga dapat terpenuhi melalui kegiatan satgas hiburan, keamanan dan sosial. Kebutuhan sosial masyarakatpun dapat terpenuhi oleh satgas sosial dan ekonomi. Melalui program jogo tonggo masyarakat terpenuhi kebutuhan dan layanan kesejahteraan sosialnya walaupun dalam taraf yang terbatas.

Hambatan atau kesulitan dalam implementasi program ini, terutama disebabkan oleh masyarakat itu sendiri. Kesadaran masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan masih kurang optimal. Masyarakat cenderung mencari celah untuk melanggar protokol kesehatan. Selain itu, solidaritas yang diharapkan muncul dengan program ini sedikit terhambat dengan adanya stigma negatif dari masyarakat atas virus ini dan mereka yang terjangkiti. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kurnia Sulistiani dan Kaslam dalam tulisannya berjudul “Kebijakan Jogo Tonggo Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam Penanganan Pandemi Covid-19”. Penelitian ini berfokus pada unsur kebijakan dari program jogo tonggo. Teori yang digunakanpun lebih pada analisis kebijakan dengan metode studi pustaka. Penelitian ini menemukan bahwa program jogo tonggo belum sepenuhnya berjalan baik. Edukasi yang diberikan ternyata belum mendapat tanggapan positif dari masyarakat (Sulistiani & Kaslam, 2020). Penelitian lain oleh Lita Tyesta ALW dalam makalah yang disampaikan dalam Seminar Nasional Universtas Mahasaraswati Denpasar berjudul ”Jogo Tonggo suatu Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Berbasis Kearifan Lokal dalam Penanganan Penyebaran Covid-19”, menyebutkan bahwa program jogo tonggo sesuai dengan nilai dan semangat gotong royong yang dimiliki oleh masyarakat desa. Pelaksanaannya pun mengacu pada basis terbawah tetapi juga terdepan, yaitu dasawisma. Program jogo tonggo bukan baru dibentuk karena pandemi covid-19 namun ia terintegrasi dengan program yang sudah ada di desa. Menurut Tyesta, program jogo tonggo mencakup dua hal, yaitu (1) jaring pengaman sosial dan keamanan berupa sosialisasi, pendataan, dan pemantauan; dan (2) jaring pengaman ekonomi yaitu jaminan pangan dan jaminan usaha (ALW, 2020). Temuan ini tentu sesuai dengan hasil penelitian yang peneliti lakukan yaitu bahwa program jogo tonggo

(15)

SOSIO KONSEPSIA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol 10 No 02 (2021): hal 177-192

benar membuktikan bahwa negara hadir untuk membantu masyarakat dan memberikan layanan kepada masyarakat di masa pandemi covid-19.

5. Kesimpulan

Program jogo tonggo merupakan implementasi nilai solidaritas sosial masyarakat khususnya gotong royong. Gotong royong sebagai modal, spirit, dan alat yang dimanfaatkan untuk melawan covid-19 secara struktural dan secara efektif Program jogo tonggo mampu dilaksanakan oleh masyarakat desa dengan baik dan tanpa kesulitan. Program berjalan dan mengalir secara alami tanpa hambatan dari, oleh dan untuk masyarakat. Partisipasi aktif masyarakat dalam penanganan dampak pandemi covid-19 telah mendukung pelaksanaan program ini. Masyarakat juga terbukti memiliki kepeduliaan atas kondisi pandemi covid-19 baik secara sosial maupun ekonomi. Sehingga asumsi bahwa kesulitan masyarakat di era pandemi covid-19 telah terbantu dengan adanya nilai solidaritas sosial dalam program jogo tonggo.

Solidaritas masyarakat di era pandemi covid-19 terbangun dengan baik di Kabupaten Purworejo. Nilai solidaritas yang wujudkan dalam kegiatan gotong royong ternyata telah menjadi kebiasaan sebagian anggota masyarakat. Pandemi covid-19 menguji nilai solidaritas masyarakat dan mereka mampu menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Purworejo masyarakat yang solid dan kuat. Berbagai kegiatan kebersamaan dilakukan dalam penanganan pandemi di berbagai segi masyarakat, misal menjaga kebersihan, menjaga protokol kesehatan dan membantu warga yang harus isolasi mandiri.

6. Saran

Program jogo tonggo yang dikeluarkan pemerintah haruslah dikuatkan dengan kegiatan penyuluhan, bimbingan, sosialiasi dan edukasi secara terus menerus. Hal ini untuk memastikan bahwa masyarakat terus menjalin solidaritas dengan tetap mematuhi protokol kesehatan demi memutus rantai penyebaran covid-19 dan menangani dampak sosial ekonomi covid-19. Topik penyuluhan, bimbingan, sosialisasi dan edukasi dapat berupa pentingnya tanaman obat keluarga, penanaman kerukunan dan kebersamaan, gaya hidup sehat di masa pandemi covid-19, dan pentingnya kegiatan 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitasi). Pelibatan dan peningkatan peran ketua lingkungan, tokoh masyarakat dari berbagai kalangan (anak muda, perempuan, tetua, bahkan anak-anak) diperlukan untuk mengoptimalkan pelaksanaan program. Berbagai program kebersamaan dan kepedulian antarwarga harus memperhatikan usul dan masukan dari berbagai kalangan. Diperlukan pula program atau model pelayanan sosial bagi kelompok rentan khususnya lansia dan penyandang disabilitas di masa pandemi. Kegiatan penyuluhan, bimbingan, sosialisasi dan edukasi juga harus memperhatikan kondisi dan kemampuan masyarakat. Diperlukan treatment yang berbeda bagi kelompok masyarakat yang berbeda. Bagi masyarakat buta huruf dan lansia, sosialisasi dapat dilakukan dengan bantuan gambar ataupun infografis yang mudah dipahami atau secara lisan dapat disampaikan kepada kelompok tersebut dengan bahasa lokal yang mereka pahami. Sosialisasi tidak dapat dilakukan hanya sekali namun perlu dampingan secara teratur dan berkelanjutan untuk memastikan informasi program tersalurkan dengan tepat. Demikian juga dengan kelompok penyandang disabilitas, diperlukan jenis atau metode yang berbeda bagi tiap jenis disabilitas. Semisal bagi penyandang disabilitas netra dapat dibantu dengan alat bantu berupa sinyal suara; bagi penyandang disabilitas rungu dapat dibantu dengan alat bantu gambar. Hal ini dilakukan apabila tidak dimungkinkan menggunakan penterjemah atau apabila penyandang disabilitas belum memiliki kemampuan bahasa isyarat atau huruf braile bagi penyandang disabilitas netra.

Ucapan terimakasih: Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh jajaran pemerintah kabupaten Purworejo khususnya atas bantuan dan informasi terkait kegiatan penelitian ini. Banyak terimakasih juga disampaikan kepada para responden; masyarakat Kabupaten Purworejo; Kepala Desa

(16)

SOSIO KONSEPSIA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol 10 No 02 (2021): hal 177-192

Ratih Probosiwi dan Afrinia Lisditya Putri Sumbersari, Bapak Yusak beserta jajarannya atas informasi; dan semua pihak yang telah membantu pelaksanaan kegiatan penelitian dan penyusunan tulisan ini.

Daftar Pustaka

Abdullah, Irwan. (2020). New Normal and New Social Order: Kearifan Lokal dan Kesalehan Global. Disampaikan dalam Webinar Live berjudul “Protokol Keperilakukan Menuju Tatanan Baru dalam Perspektif Kearifan Lojal dan Kesalehan Sosial” tanggal 16 Juli 2020. Makassar: Universitas Hasanuddin.

ALW, L. T., 2020. Jogo Tonggo suatu Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Berbasis Kearifan Lokal dalam Penanganan Penyebaran Covid-19. Denpasar, Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Bappeda Kab Purworejo. (2020). Vidcon Diskusi Penanganan Dampak Covid-19 di Kabupaten Purworejo Bersama Dewan Riset Daerah. Retrieved September 08, 2020, from https://bappeda.purworejokab.go.id/vidcon-diskusi-penanganan-dampak-covid19-di-kabupaten-purworejo-bersama-dewan-riset-daerah

Beer, P. d., & Koster, F. (2009). Taking Care of Each Other Trends in Social Solidarity. Amsterdam: Amsterdam University Press.

detiknews. (2020). Rekor, Kasus Positif COVID-19 di Purworejo Tambah 35 dalam Sehari . Retrieved August 28, 2020, from https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5134769/rekor-kasus-positif-covid-19-di-purworejo-tambah-35-dalam-sehari

Huraerah, A., & Purwanto. (2006). Dinamika Kelompok Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Refika Aditama.

idntimes.com. (2020). [BREAKING] 20 Daerah di Jawa Tengah Zona Merah Virus Corona, Waspada! Retrieved August 31, 2020, from https://jateng.idntimes.com/news/jateng/dhana-kencana-1/daerah-di-jawa-tengah-zona-merah-virus-corona/full

Johnson, D. P. (1980). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Kintamani ID. (2020). Tradisi Megibung Karangasem, Wajah Keunikan Budaya Tradisional Bali. Retrieved from Kintamani : Info Wisata Kitamani Bali: https://www.kintamani.id/tradisi-megibung-karangasem-wajah-keunikan-budaya-tradisional-bali-001789.html

Romli, L. (2020). Covid-19 dan Modal Sosial. Retrieved August 19, 2020, from Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meluncurkan gerakan 'Jogo Tonggo'. Gerakan yang dibuat untuk saling menjaga tetangga saat Pandemi COVID-19.

RRI. (2020, January 24). Tradisi Besaoh, Semangat Perekat Perbedaan Masyarakat Bangka Belitung. Retrieved from Radio Republik Indonesia: https://rri.co.id/humaniora/wisata/775365/tradisi-besaoh-semangat-perekat-perbedaan-masyarakat-bangka-belitung

Sa'diyah, I. D. (2016, Juni 13). Solidaritas Sosial Masyarakat Kuningan di Yogyakarta : Studi Kasus Komunitas Paguyuban Pengusaha Warga Kuningan. Skripsi. Yogyakarta, DI Yogyakarta, Indonesia: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Schoenfeld, E., & Mestrovic, S. G. (1989). Durkheim's Concept of Justice and Its Relationship to Social Solidarity. Sociological Analysis Vol 50 No 2, 111.

Suara Merdeka. (2020). Dampak Korona: Kondisi Ekonomi Purworejo Melemah. Retrieved September 04, 2020, from https://suaramerdekakedu.id/dampak-korona-kondisi-ekonomi-purworejo-melemah/

Sulistiani, K. & Kaslam, 2020. Kebijakan Jogo Tonggo Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam Penanganan Pandemi Covid-19. VOX Populi, 3(1), pp. 31-43.

Syani, A. (2007). Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.

Yulaswati, Vivi. (2020). Peran Organisasi Penyandang Disabilitas dalam Pembangunan Pasca COVID-19. Disampaikan dalam Webinar KSIXChange#30 berjudul “Peran Organisasi Penyandang Disabilitas dalam Pembangunan Pasca COVID-19” tanggal 2 Desember 2020. Jakarta : Bappenas

Zona Banten, 2020. Update Corona Jawa Tengah Hari Ini Rabu 19 Agustus 2020, Positif Covid-19 Tambah 131, Sembuh 130. [Online]

Available at: https://zonabanten.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-23677424/update-corona-jawa-tengah-hari-ini-rabu-19-agustus-2020-positif-covid-19-tambah-131-sembuh-130

© 2020 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0/).

Gambar

Gambar 1. Pemetaaan Zonasi Risiko Daerah berdasarkan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah  (sumber: Tribunnews, 2020)
Gambar 2. Peta penyebaran virus corona (covid-19) di Kabupaten Purworejo
Tabel 1 menunjukkan dengan rinci jumlah kasus covid-19 di Kabupaten Purworejo. Data tersebut  merupakan data harian yang secara riil dimutakhirkan jumlahnya
Gambar 4 menunjukkan tren kasus konfirmasi covid-19 di Kabupaten Purworejo. Dari gambar  diketahui bahwa trennya menunjukkan kenaikan dari hari ke hari

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana implementasi Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 7 Tahun 2008 tentang Kartu Pegawai Negeri Sipil Elektronik di lingkungan Pemerintah

Pembuatan fasilitas jogo tonggo, kegiatan sosialisasi kepada masyarakat tentang aksi jogo tonggo dan gerakan tanam dan panen mandiri, pembagian bibit sayuran, benih apotek hidup

Bab ini membahas tentang landasan teori yang relevan dengan penelitian ini yaitu distribusi normal multivariat yang terdiri dari fungsi likelihood, rata-rata dan kovariansi sampel,

Jaminan Kesehatan Warganegara Dalam Pilkada Serentak di Masa Pandemi Covid-19; Perlindungan Hak Asasi Manusia Oleh Pemerintah Pada Masa Pandemi Covid-19; Reformasi Layanan

yg cukup, aman & bergizi berasal dr pangan lokal stok masy maupun impor Konsumsi pangan : penganekaraga man konsumsi pangan, bergizi seimbang sehat & aman3. Kecukupan

Pemberdayaan Masyarakat Lingkungan Perumahan melalui Optimalisasi “Jogo Tonggo” dan Gerakan Memakai Masker dalam Upaya Pencegahan Penularan COVID-19 di Kabupaten Semarang.

Menuju Tatanan Baru Era Pandemi COVID 19. Budaya Media Sosial, Edukasi Masyarakat dan Pandemi COVID-19. Virus Corona: Hal-hal apa yang perlu

Dibutuhkan evaluasi secara berkala untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, seperti evaluasi perilaku hidup sehat sesuai protokol