• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Nyamuk Aedes Sp

Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya relatif optimum, yakni senantiasa lembab sehingga sangat memungkinkan pertumbuhan nyamuk-nyamuk itu menjadi bertambah subur dan lebih cepat perkembangbiakannya (Indriana,2001:33) 1. Klasifikasi nyamuk a. Phylum : Arthropoda b. Class : Insecta c. Ordo : Diptera d. Familia : Culicidea e. Sub Familia : Culicinea f. Genus : Aedes g. Species : Ae. aegypti

- Ae. albopictus (Gandahusada,s.dkk,1998:217)

2. Morfologi Nyamuk a. Nyamuk dewasa

Nyamuk aedes sp. badan dan tungkainya bergaris-garis hitam-putih, pada sanyapnya terdapat bintik-bintik atau totol-totol putih dalam keadaan istirahat pantatnya mendatar (Indrawan,2001:26)

(2)

Gambar 1

Nyamuk Aedes sp. dalam keadaan istirahat (Soedarto,1990:133)

b. Larva

Larva berada dalam genangan air antara 4 – 10 hari sebelum menjadi pupa. Untuk bisa tetap hidup larva memangsa mikroorganisme (jasad / bakteri yang lainnya, dapat dilihat dengan mikroskop) yang ada di dalam air / udara terbuka (Indrawan, 2001 : 106 – 107).

Bentuk larva Aedes sp. panjang tanpa kaki, kepala mempunyai mata majemuk, antena berbulu dan bagian mulut digunakan untuk menusuk. Lubang anus dikelilingi empat tonjolan peraba yang lemas, yaitu insang anal (Brown, H. W. & Neva, F. A. 1994 : 281).

Larva Aedes sp terdapat di air yang jernih dan sikapnya membuat sudut 450 C. Bentuk sifon relatif pendek dan gemuk berwarna gelap dengan mempunyai satu rumpun bulu (Soedjoto dan Soebari, 1996 : 91).

3. Siklus Hidup

Nyamuk mengalami metamorfosis sempurna (telur – larva – pupa – dewasa). Larva dan pupa hanya dapat berkembang di air (Robert, L. S. and Jonovy, J., 2006 : 601) waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan dari telur

(3)

sampai menjadi dewasa adalah 1 sampai 2 minggu (Gandahusada, S., dkk., 1998 : 232).

Telur Aedes sp yang diletakkan dalam air, menetes dalam waktu 2 sampai 3 hari. Tahapan larva berada dalam genangan air antara 4 sampai 10 hari. Dari pupa untuk menjadi dewasa memerlukan waktu 1 sampai 2 hari (Anonim, 1991 : 4).

Nyamuk dewasa dari jenis betina akan mampu bertahan hidup antara 2 minggu sampai 3 bulan. Nyamuk jantannya akan hidup dalam jangka waktu 6 sampai 7 hari (Indrawan, 2001 : 106 – 108).

Gambar 7

Siklus hidup nyamuk Aedes sp (Indrawan, 2001 : 88)

4. Epidemiologi

Penderita DBD secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan jenis kelamin, tetapi kematian lebih banyak pada anak perempuan daripada anak laki-laki. Pada awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi anak berumur kurang dari 15 tahun (86% - 95%). Namun, pada wabah-wabah selanjutnya jumlah penderita yang digolongkan dalam golongan usia dewasa muda meningkat. Di Indonesia

(4)

penderita DBD sebanyak ialah umur 5 – 11 tahun (Hadinegoro, H. S. R dan Satari H. I., 1999 : 5)

Dari kasus epidemi DBD pertama yang terjangkit di Surabaya dilaporkan jumlah korban adalah 58 orang anak dan 24 orang diantaranya meninggal. Dalam 2 pekan di kota Palembang, Sumatra Selatan pernah tercatat korban lebih dari 250 jiwa pada tahun 1995 akibat wabah Demam Berdarah (Indrawan, 2001 : 113). Di Jakarta, kasus pertama dilaporkan pada tahun 1969. pada tahun 1994 DBD telah menyebar ke seluruh (27) propinsi di Indonesia (Hadinegoro, S. R. H dan Satari, H. I., 1999 : 1).

5. Cara Penularan Penyakit DBD

Penyakit DBD ditularkan oleh nyamuk Ae aegypti, Ae. albopictus (nyamuk kebun), tetapi nyamuk Ae. aegypti paling berperan dalam penularan Demam Berdarah. Nyamuk ini mendapatkan virus dengue sewaktu menggigit atau menghisap darah orang (penderita DBD atau bukan penderita DBD tetapi dalam darahnya mengandung virus dengue yang terhisap akan berkembang dalam tubuh nyamuk dan menyebar keseluruhan tubuh termasuk kelenjar air liurnya. Nyamuk yang sudah mengandung virus, seumur hidupnya dapat menularkan penyakit DBD. Nyamuk dapat menularkan virus kepada telurnya, sehingga keturunan dapat secara langsung menularkan DBD. Bila tersebut menggigit / menghisap darah orang lain, virus dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Bila orang yang ditulari virus tersebut kondisi tubuhnya lemah atau tidak memiliki kekebalan, maka virus tersebut berkembang dan menyerang sel

(5)

pembeku darah dan merusak dinding pembuluh darah kecil (kapiler) yang pada akhirnya menyebabkan pendarahan. Bila orang yang ditulari mempunyai daya tahan tubuh yang kuat dan kekebalan yang cukup, maka virus dengue dalam darah manusia akan hilang dengan sendirinya dalam waktu kurang lebih 7 hari. Tempat penularan yang potensial adalah tempat-tempat umum, tempat-tempat ibadah, sekolah-sekolah dll (Siswanto, 2002 : 3 – 4).

Nyamuk-nyamuk betina Ae. aegypti biasanya menggigit secara berulang-ulang atau menggigit beberapa orang secara acak bergantian didalam waktu singkat, sehingga kemudian memperbesar kemungkinan terjadinya penularan (Indrawan, 2001 : 93 – 94).

6. Pencegahan

Hal terpenting yang harus dilakukan yaitu memperhatikan lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara memutuskan mata rantai siklus hidup nyamuk pada fase nyamuk dewasa dan fase larva (hidup di air) (Effendy, C., 1995 : 56).

Cara yang tepat guna dalam pemberantasan DBD adalah melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) (Hadinegoro, S. R. H. dan Satari, H. I. 1999 : 27).

7. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 1. Pengertian

(6)

PNS adalah salah satu program yang dipergunakan untuk pengendalian vektor penyebab suatu penyakit DBD dan malaria, yang damati adalah tempat-tempat penampungan air yang dapat dijadikan sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes sp dan Anopheles sp.

2. Tujuan

Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang penyakit DBD dan malaria serta pencegahannya sehingga mau dan mampu melaksanakan PSN secara terus menerus di rumah-rumah dan tempat-tempat umum agar bebas dari jentik nyamuk Aedes Aegypti dan Anophele (Dirjen PPM dan LPP, 1992).

3. Pelaksanaan PSN

Mengingat obat dan vaksin pencegahan penyakit DBD hingga dewasa itu belum tersedia, maka upaya pemberantasan penyakit DBD dan malaria di titik beratkan pada pemberantasan nyamuk penularan (Aedes aegypti dan

Anopheles), disamping kewaspadaan lini terhadap kasus DBD dan malaria

untuk membatasi angka kematian. Pemberantasan nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menyemprotkan insektisida. Namun selama jentiknya masih dibiarkan hidup, maka akan timbul lagi nyamuk yang baru yang selanjutnya dapat menularkan penyakit ini kembali.

Atas dasar itu maka dalam pemberantasan penyakit DBD ini yang dapat paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularannya di tempat perindukannya dengan melakukan “3 M” yaitu:

(7)

1. Menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur sekarang- kurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya. 2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan.

3. Menguburkan / menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti : kaleng-kaleng bekas, plastik, dan lain-lain.

Jika kegiatan “3 M” yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) ini dapat dilakukan secara teratur oleh keluarga di rumah dan lingkungannya masing-masing, maka penyakit ini akan dapat diberantas (Sri Rezeki, 1999).

Pemberantasan nyamuk memerlukan pengetahuan tentang kebiasaan species yang khusus itu, topografi dan iklim negeri, keadaan bangsa dan sosio-ekonomi penduduknya. Nyamuk dapat diberantas dengan :

1. Memusnahkan atau mengurangi tempat perindukan 2. Memusnahkan larva

3. Memusnahkan nyamuk dewasa.

Mungkin diperlukan lebih dari satu cara. Berhasilnya suatu cara pemberantasan dapat diukur dengan berkurangnya .jumlah nyamuk ditempat tersebut dan berkurangnya jumlah penderita yang tertular penyakit.

Pemusnahan tempat perindukan yang merupakan soal teknik, memberikan hasil permanen, tetapi memerlukan biaya yang besar untuk permulaan dan pemeliharaannya. Pemusnahan larva dapat dicapai dengan memasukkan ikan pemakan larva seperti Gabusia dengan memberikan larutan

(8)

minyak yang toksik dan melemaskan hingga menutupi permukaan air dan memusnahkan larva yang hidup pada permukaan.

Strategi program Gerakan 3 M meliputi :

1. Kewaspadaan dini terhadap penyakit DBD, guna mencegah dan membatasi terjadinya KLB / wabah penyakit dengan kegiatan bulan bakti gerakan 3M (penyuluhan intensif, kerja bakti, kunjungan rumah pemantauan jentik,

2. Pemberantasan vektor .

a. Penyemprotan (fegging) fokus pada lokasi ditemui kasus

b. Penyuluhan gerakan masyarakat dalam PSN DBD melalui penyuluhan dengan memanfaatkan berbagai jalur komunikasi dan informasi yang ada. Melalui kerjasama lintas jalur program dan sektor serta dikoordinasi oleh Kepala Daerah Wilayah.

c. Abatiasi selektif (sweeping jentik) diseluruh wilayah / kota d. Kerja bakti melakukan kegiatan 3M (Sri Rezeki, 1999).

Survei vektor mencakup survei larva dan survei nyamuk dewasa. Survei larva dilakukan di semua rumah apabila desanya kecil, sedangkan di kota atau desa besar minimum dilakukan di 50 rumah.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah seluruh kondisi yang terdapat di sekitar organisme tetapi mempengaruhi kehidupan dan perkembangan orga!1isme tersebut.

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dan sangat mempengaruhi kesehatan manusia. Perubahan lingkungan menjadi

(9)

buruk pada dasarnya karena ekosistem yang ada dalam keadaan tidak seimbang. Dalam keadaan tidak seimbang akan timbul banyak masalah dalam bidang kesehatan (wabah dan penyakit).

Dalam melaksanakan program kebersihan dan sanitasi lingkungan, hal-hal yang tersebut dibawah ini merupakan bagian-bagiannya sebagai berikut :

a. Persediaan air bersih b. Pembuangan kotoran

c. Kebersihan rumah dan tempat-tempat umum d. Makanan dan minuman

e. Pembahasan penyakit menular

Secara keseluruhan dapat dikemukakan bahwa lingkungan hidup serta manusia dengan segala aktornya merupakan bagian dari lingkungan kehidupan manusia.

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan Pasal 31 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 41 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat

MK berpendapat bahwa Pasal 43 ayat (1) UUP bertentangan dengan UUD NRI 1945, yaitu Pasal 28b ayat (2) yang menyatakan setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,

Hasil dari penelitian ini adalah (1) Aktifitas fisik kebanyakan duduk merupakan faktor risiko kejadian hemoroid dengan besar resiko 0,37%, (2) Kurang aktifitas

Kesimpulan bahwa kondisi 30 siswa sebelum di berikan Layanan Informasi dengan Media Audio Visual, siswa mempunyai Pemahaman Bahaya Free Sex yang rendah. Namun setelah

Seperti pada program diatas, array dilewatkan fungsi input untuk mengisi nilai dari setiap elemen array tersebut, kemudian fungsi findmax yaitu fungsi untuk mencari nilai terbesar

a) Perencanaan (planning) merupakan kegiatan menyusun rancangan tindakan. Kegiatan ini dilakukan untuk persiapan pelaksanaan penelitian. Perencanaan dilaksanakan oleh

Tanaman yang memiliki pertumbuhan generatif terbaik terdapat pada perlakuan pemupukan 1.5 g NPK/polybag, karena tanaman tersebut memiliki jumlah bunga dan buah terbanyak,

distal klem. Klem berfungsi sebagai pegangan atau tali kendali. 3) Lakukan juga penjahitan pada arah pk. 4) Tambahkan jahitan bila masih terdapat luka yang terbuka. 5) Gunting