• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN WAROPEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN WAROPEN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN WAROPEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAROPEN NOMOR 7 TAHUN 2008

TENTANG

PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KAMPUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN WAROPEN, Menimbang Mengingat : : a. b. c. 1. 2.

bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 200 ayat (2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan pasal 4 ayat (1) dan pasal 5 ayat (4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Waropen tentang Pembentukan, Pengahapusan dan penggabungan Kampung ;

bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Propinsi Papua, telah terjadi perubahan nomenklatur dari Desa menjadi kampung dan perlu penyesuaian dengan istilah atau nomenklatur dimaksud ;

bahwa untuk maksud huruf a dan huruf b di atas, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Waropen.

Undang–undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1969 Tentang Pembentukan Propinsi Otonom di Irian Barat dan Kabupaten- Kabupaten Otonomi di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907) ;

Undang–undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842) ;

(2)

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Undang–Undang Republik Indonesai Nomor 26 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, Kabupaten Sorong selatan, Kabupaten Raja Ampat Kabupaten Pegunungan Bintang Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Toli Kara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Bovendigul, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni dan Kabupaten Teluk Wondama di Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4245) ;

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan PerUndang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839) ;

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia RI Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-undang Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia RI Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia RI Nomor 4548) ; Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438) ;

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587) ;

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593) ;

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 162, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4791) ;

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota ;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan ;

(3)

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAROPEN dan

BUPATI KABUPATEN WAROPEN MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAROPEN TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KAMPUNG

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Waropen ;

b. Bupati adalah Bupati Kabupaten Waropen ;

c. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Daerah ;

d. Dewan Perwakilan rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Waropen ;

e. Kampung adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Negara kesatuan Repulik Indonesia ;

f. Distrik adalah wilayah kerja Kepala Distrik sebagai perangkat daerah di Kabupaten Waropen ; g. Tugas Pembantuan adalah Penugasan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten Waropen kepada kampung untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan, sarana dan prasana, serta sumber daya manusia dengan kewajiban melapor pelaksanaannya dan pertanggungjawabannya kepada yang menugaskan ;

h. Pemerintah Kampung adalah Kepala Kampung dan Perangkat Kampung ;

i. Pemerintahan Kampung adalah kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kampung dan Badan Musyawarah Kampung ;

j. Badan Musyawarah Kampung atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut BAMUSKAM adalah lembaga yang merupakan perwujudan Demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan kampung sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan kampung;

k. Pembentukan Kampung adalah penggabungan beberapa kampung atau bagian kampung yang berswadaya, atau pemekaran dari satu kampung menjadi dua kampung atau lebih atau pembentukan kampung diluar kampung yang telah ada;

l. Penghapusan kampung adalah tindakan meniadakan kampung yang ada sebagai akibat tidak lagi memenuhi persyaratan;

m. Menggabungkan kampung adalah penyatuan dua kampung atau lebih menjadi kampung baru.

BAB II

PEMBENTUKAN KAMPUNG Bagian Pertama Tujuan Pembentukan

(4)

Pasal 2

Pembentukan kampung bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Bagian Kedua

Syarat-syarat pembentukan Pasal 3

Pembentukan kampung sebagaimana dimaksud Pasal 2 di atas harus memenuhi syarat :

a. Jumlah penduduk sedikitnya 500 (lima ratus) jiwa atau 100 (seratus) Kepala Keluarga bagi Kampung diwilayah pesisir dan atau 300 (tiga ratus) jiwa atau 60 (enam puluh) Kepala Keluarga bagi kampung diwilayah pedalaman ;

b. Luas wilayah dapat dijangkau dalam meningkatkan pelayanan dan pembinaan masyarakat ; c. Wilayah kerja memiliki jaringan perhubungan atau Komunikasi antar dusun ;

d. Sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan dan kehidupan bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat setempat ;

e. Potensi kampung yang meliputi sumber daya alam dan sumber daya manusia ;

f. Batas kampung yang dinyatakan dalam bentuk peta kampung yang ditetapkan dengan peraturan daerah ; dan

g. Sarana dan prasarana yaitu tersedianya potensi infrastruktur Pemerintah Kampung dan perhubungan ;

Bagian Ketiga

Tata Cara Pembentukan Kampung Pasal 4

Kampung dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul kampung, adat istiadat dan kondisi soal budaya masyarakat setempat, pembentukan kampung dapat dilakukan setelah mencapai usia penyelenggaraan pemerintahan kampung paling sedikit 5 (lima) tahun.

Pasal 5

Tata cara pembentukan kampung adalah sebagai berikut:

a. Adanya prakarsa dan kesepakatan masyarakat untuk membentuk Kampung ;

b. Masyarakat mengajukan usulan pembentukan Kampung kepada BAMUSKAM dan Kepala Kampung ;

c. BAMUSKAM mengadakan rapat bersama Kepala Kampung untuk membahas usul masyarakat tentang pembentukan kampung dan kesepakatan rapat dituangkan dalam Berita Acara Hasil Rapat BAMUSKAM tentang pembentukan kampung ;

d. Kepala Kampung mengajukan usul pembentukan kampung kepada Bupati melalui Kepala Distrik disertai Berita Acara Hasil Rapat BAMUSKAM dan rencana wilayah administrasi Kampung yang akan di bentuk ;

e. Dengan memperhatikan dokumen usulan Kepala Kampung, Bupati menugaskan Tim Kabupaten bersama Tim Distrik untuk melakukan kajian ke kampung yang akan dibentuk dan hasilnya menjadi bahan rekomendasi kepada Bupati ;

f. Bila tim kajian menyatakan layak dibentuk kampung baru, Bupati menyiapkan Raperda tentang pembentukan kampung ;

g. Penyiapan Raperda tentang pembentukan Kampung sebagaimana dimaksud huruf f, harus melibatkan Pemerintah Kampung, BAMUSKAM dan unsur masyarakat kampung agar dapat di tetapkan secara tepat batas-batas wilayah kampung yang akan dibentuk ;

(5)

h. Bupati mengajukan Raperda tentang Pembentukan Kampung hasil pembahasan Pemerintah Kampung, BAMUSKAM dan unsur masyarakat kepada DPRD dalam rapat paripurna DPRD. i. DPRD bersama Bupati melaksanakan pembahasan atas Raperda tentang pembentukan

Kampung, BAMUSKAM dan unsur masyarakat kampung ;

j. Raperda tentang pembentukan kampung yang telah di setujui bersama oleh DPRD dan Bupati di sampaikan oleh pimpinan DPRD kepada Bupati untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah ;

k. Penyampaian Raperda tentang pembentukan kampung sebagaimana dimaksud huruf j, disampaikan oleh pimpinan DPRD paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama ;

l. Raperda tentang pembentukan kampung sebagaimana dimaksud huruf k ditetapkan oleh Bupati paling lambat 30 (tiga puluh hari) hari terhitung rancangan tersebut disetujui bersama ; dan

m. Setelah ditetapkan oleh Bupati menjadi Peraturan Daerah Tentang pembentukan Kampung, Sekretaris Daerah mengundangkan Peraturan Daerah tersebut di dalam Lembaran Daerah.

Pasal 6

Pembentukan Kampung di luar kampung yang telah ada diusulkan oleh Kepala Kampung kepada Bupati melalui kepala Distrik dengan tatacara pengusulan sebagaimana diatur dalam pasal 5.

BAB III

PENGEMBANGAN DAN PENGHAPUSAN KAMPUNG Pasal 7

(1) Kampung yang karena perkembangannya tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dapat digabung dengan kampung lain atau dihapus ;

(2) Penggabungan atau penghapusan kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terlebih dahulu dimusyawarahkan oleh Pemerintah Kampung dan BAMUSKAM dengan masyarakat kampung masing-masing ;

(3) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud ayat (2), ditetapkan oleh Kepala Kampung yang bersangkutan ;

(4) Keputusan bersama Kepala kampung sebagaimana dimaksud ayat (3) disampaikan oleh salah satu Kepala Kampung melalui Kepala Distrik ;

(5) Hasil penggabungan atau penghapusan Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Pasal 8

Ketentuan mengenai pembentukan, penggabungan dan atau penghapusan kampung diatur dalam Peraturan Daerah, harus memuat antara lain;

a. Tujuan ; b. Syarat ; c. Mekanisme ;

d. Penghapusan nama kampung yang digabung ; e. Nama kampung yang baru dibentuk ;

f. Pengaturan pemerintahan kampung ; g. Pengaturan sarana dan prasarana ;

h. Pengaturan lembaga kemasyarakatan (adat) ; i. Pengaturan kekayaan Kampung ;

(6)

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP. Pasal 9

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai ketentuan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 10

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Waropen.

Ditetapkan di Botawa

pada tanggal 11 September 2008 BUPATI KABUPATEN WAROPEN,

CAP/TTD ONES. J. RAMANDEY

Diundangkan di Botawa

pada tanggal 18 September 2008

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN WAROPEN, CAP/TTD

CORNELIS SIMONAPENDI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAROPEN TAHUN 2008 NOMOR 7

Untuk Salinan Yang Sah Sesuai Dengan Aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM,

(7)

P E N J E L A S A N ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAROPEN NOMOR 7 TAHUN 2008

TENTANG

PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KAMPUNG I. UMUM

Dalam upaya meningkatkan kemampuan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat guna kesejahteraan masyarakat, oleh karenanya dipandang membentuk kampung dengan persyartan sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 tahun 2006.

Pembentukan, penghapusan dan penggabungan kampung dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Daerah setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Waropen. Kampung yang karena sesuatu hal tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada pasal 3 Permendagri Nomor 26 tahun 2006, dimungkinkan untuk dihapus atau digabungkan sebagaimana tercantum dalam Pasal 7 Permendagri dimaksud.

Dan dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842), maka terjadi perubahan terhadap istilah Desa menjadi Kampung, sehingga perlu diadakan penyesuaian istilah sesuai Ketentuan Peraturan Perundangan dimaksud yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Waropen.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup Jelas Pasal 2

Cukup Jelas Pasal 3

Jumlah Kepala Keluarga tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat di Papua.

(8)

Pembentukan kampung baru yang merupakan pemekaran dari kampung induk, setelah kampung induk mencapai usia penyelenggaraan pemerintahaan kampung paling sedikit 5 (lima) tahun

Pasal 5

Cukup Jelas

Pasal 6

Pembentukan kampung diluar kampung yang telah ada, misalnya pada wilayah transmigrasi yang dijadikan kampung dan atau karena pemukiman penduduk baru di luar wilayah kampung yang telah ada

Pasal 7 Cukup Jelas Pasal 8 Cukup Jelas Pasal 9 Cukup Jelas Pasal 10 Cukup Jelas

Referensi

Dokumen terkait

Early reservation discounts, special internet-only rates and instant confirmation of a reservation are just a few of the many benefits to booking discount hotels online.. Saving

Pada perancangan dinding partisi dengan material gypsum board didapatkan nilai insulasi terbaik pada desain ketiga yaitu dinding partisi yang menggunakan double panels pada

Langkah-langkah dalam pembuatan peta zonasi dan blok yang perlu dilakukan sebelum pembuatan peta zonasi sendiri adalah penyusunan klasifikasi zonasi, penyusunan daftar kegiatan,

Merujuk pada pengertian komit men pada tugas (task commitment), d ikatakan bahwa ko mit men pada tugas (task commitment) adalah motivasi internal yang mendorong

Winda (2013) berjudul “Kesulitan Belajar Mahasiswa Ditinjau Dari Minat Belajar Dan Cara Belajar Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi FKIP Universitas

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karunia Nya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul Pengaruh Brand Image (Citra Merek) Tehadap

Telah ditetapkannya aturan baru dari Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 Pasal 7 mengenai penilaian terhadap faktor risk profile yang dimaksudkan dalam pasal 6 huruf

Produk ekstrak bahan aktif dari tumbuhan melinjo mengandung senyawa yang bersifat sebagai antioksidan dan penyerap sinar UV yaitu turunan asam klorogenat (1), resveratrol (2),