• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH IDEALISME, RELATIVISME, LOVE OF MONEY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH IDEALISME, RELATIVISME, LOVE OF MONEY"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH IDEALISME, RELATIVISME, LOVE OF MONEY, DAN TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP PERSEPSI MAHASISWA ATAS PERILAKU

TIDAK ETIS AKUNTAN

(Studi Pada Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya)

Angga Sanggarwangi, Nurlita Novianti

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 165, Malang 65145, Indonesia

E-mail: asanggarwangi@gmai.com, nurlita@ub.ac.id ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi dan menjelaskan pengaruh idealisme, relativisme, love of money, dan tingkat pengetahuan mahasiswa akuntansi terhadap persepsi mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan. Sampel penelitian ini adalah 110 mahasiswa jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya dan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan bantuan program SPSS 25. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa idealisme dan tingkat pengetahuan berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi idealisme dan tingkat pengetahuan mahasiswa maka semakin tidak setuju adanya perilaku tidak etis akuntan. Sebaliknya, relativisme berpengaruh positif terhadap persepsi mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi relativisme mahasiswa maka semakin setuju dengan perilaku tidak etis akuntan. Sedangkan love of money tidak berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan.

Kata kunci: idealisme, relativisme, love of money, pengetahuan, persepsi, profesi akuntan, skandal akuntansi

ABSTRACT

This research predicts and explains the effect of accounting students’ idealism, relativism, love of money, and knowledge on students’ perceptions of accountants’ unethical behavior. 110 samples of accounting students of Faculty of Economics and Business, Universitas Brawijaya were selected through purposive sampling. The data was collected through questionnaires and analyzed by multiple linear regressions utilizing SPSS 25. The results indicate that idealism and knowledge have negative effects on students’ perceptions of accountants’ unethical behavior. It implies that the students’ being idealistic and knowledgeable correspond to their against attitude toward the accountants’ unethical behavior. Otherwise, relativism has positive effect on students’ perceptions of accountants’ unethical behavior. It means that being relativists corresponds to support for the accountants’ unethical behavior. Love of money, however, has no effect on students’ perceptions of accountants’ unethical behavior.

Keywords: idealism, relativism, love of money, knowledge, perception, accountant, accounting scandal

(2)

2 PENDAHULUAN

Etika merupakan suatu konsep fundamental bagi semua profesi, baik di bidang akuntansi, pemasaran, keuangan, pemerintahan, dan lain-lain. Perilaku etis merupakan perilaku ketika seseorang bertindak sesuai dengan etika, hukum, peraturan dan moral yang telah ditetapkan. Perilaku etis sangat penting untuk diterapkan di segala bidang profesi, namun pada kenyataannya masih banyak terjadi pelanggaran etika yang akhirnya dapat menyebabkan skandal dalam profesi tersebut. Dampak dari skandal etika tersebut dirasakan baik oleh pihak yang telah berkecimpung dalam profesi tersebut maupun mereka yang ingin terjun dalam profesi tersebut.

Krisis etis profesional dapat dihindari jika pihak-pihak di dalam profesi tersebut memenuhi aturan atau standar yang berlaku. Aturan atau standar profesi di bidang akuntansi telah diatur dalam sebuah Kode Etik Akuntan yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Siapapun yang bekerja dalam bidang akuntansi harus taat dengan kode etik yang berlaku, apabila mereka melakukan tindakan yang tidak sesuai maka kepercayaan masyarakat terhadap profesi mereka akan rusak. Namun ternyata profesi di bidang akuntansi tidak luput dari skandal etis. Persaingan dan kesempatan yang muncul akhirnya menyebabkan timbulnya kecurangan. Dalam bidang akuntansi, laporan keuangan menjadi ladang untuk melakukan kecurangan.

Laporan keuangan merupakan suatu instrumen penting dalam operasional suatu perusahaan karena kondisi perusahaan secara finansial dapat tercermin dalam laporan keuangan mereka. Perusahaan akan terdorong untuk menyajikan laporan keuangannya sebaik mungkin. Terdapat banyak celah dalam laporan keuangan yang dapat menjadi ruang bagi manajemen untuk melakukan kecurangan. Hal ini dilakukan karena manajemen ingin perusahaannya terlihat baik secara finansial, tujuannya

adalah agar investor mau menginvestasikan sahamnya pada perusahaan mereka.

Pada tahun 2002, skandal keuangan yang dilakukan oleh Enron menimbulkan krisis besar dalam bidang akuntansi. Enron terbukti memanipulasi laporan keuangan dengan mencatat adanya keuntungan padahal perusahaan mengalami kerugian. Hal serupa dilakukan oleh WorldCom yang terbukti memanipulasi laba perusahaan. Beberapa perusahaan di Indonesia juga pernah terlibat dalam kasus kecurangan laporan keuangan. Pada Oktober 2018, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi memberikan sanksi administratif kepada dua Auditor Publik dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Satrio, Bing, Eny dan Rekan (Deloitte Indonesia). KAP ini memberi opini Wajar Tanpa Pengecualian pada Laporan Keuangan Tahunan PT SNP Finance. SNP Finance terindikasi telah menyajikan laporan keuangan yang secara signifikan tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang sebenarnya sehingga menyebabkan kerugian banyak pihak.

Pada Juni 2019, Kementerian Keuangan mengenakan sanksi pembekuan izin selama 12 bulan terhadap Akuntan Publik Kanser Sirumpea atas Laporan Keuangan Tahunan PT Garuda Indonesia Tbk. Sanksi ini diberikan karena kesalahan penyajian Laporan Keuangan Tahun 2018 terkait dengan perjanjian kerja sama penyediaan layanan konektivitas dengan PT Mahata Aero Teknologi (CNBC Indonesia, 2019). Pada awal tahun 2020, Jiwasraya mengalami gagal bayar produk asuransi. Persoalan likuiditas dialami Jiwasraya ketika pendapatan premi tak sesuai dengan kewajiban yang harus dibayarkan. (CNBC Indonesia, 2020).

Skandal keuangan yang terjadi ini menimbulkan beragam reaksi dari banyak pihak. Menurut penelitian yang dilakukan Comunale, Sexton dan Gara (2006) terhadap mahasiswa akuntansi di sebuah universitas di Amerika Serikat, mahasiswa bereaksi negatif terhadap berbagai skandal yang terjadi dalam bidang profesi akuntansi. Akan tetapi, tidak semua

(3)

3 mahasiswa bereaksi yang sama. Skandal yang terjadi secara tidak langsung menimbulkan suatu persepsi di dalam diri mahasiswa terhadap profesi di bidang akuntansi. Comunale, Sexton dan Gara (2006) menyatakan bahwa persepsi tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan mahasiswa untuk meneruskan karier mereka menjadi akuntan maupun manajer.

Secara teoritis, persepsi etis didasari oleh Teori Perkembangan Moral Kognitif yang dikembangkan oleh Kohlberg. Kohlberg menekankan bahwa individu akan mengambil tindakan terhadap perilaku didasarkan pada penalaran moral terlebih dahulu. Berdasarkan Teori Perkembangan Moral Kognitif, seseorang yang memiliki idealisme yang tinggi akan lebih tegas ketika dihadapkan dengan situasi yang mengarah kepada tindakan tidak etis. Sedangkan seseorang dengan tingkat relativisme yang tinggi cenderung memberikan reaksi yang positif ketika dihadapkan dengan tindakan tidak etis. Hal ini berarti, orang tersebut akan membenarkan tindakan yang tidak etis.

Comunale, Sexton dan Gara (2006) meneliti orientasi etis untuk mengetahui reaksi mahasiswa akuntansi terkait dengan opini mereka terhadap auditor dan corporate manager. Penelitian tersebut menemukan bahwa orientasi etis mahasiswa dapat mempengaruhi reaksi yang timbul terhadap suatu kejadian atau masalah. Hal ini sejalan dengan penelitian Dzakirin (2013) serta penelitian Lestari dan Ramantha (2019) yang menyatakan bahwa mahasiswa dengan idealisme yang tinggi akan menilai perilaku tidak etis akuntan secara lebih tegas dan menunjukkan ketidaksetujuan terhadap perilaku tersebut.

Penelitian Damayanthi dan Juliarsa (2016) menyatakan bahwa relativisme berpengaruh positif terhadap perilaku tidak etis akuntan. Lestari dan Ramantha (2019) juga menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki relativisme yang tinggi cenderung memberikan persepsi positif terhadap perilaku tidak etis akuntan. Hal ini berarti seseorang dengan relativisme yang tinggi

cenderung setuju dan mentolerir perilaku tidak etis.

Charismawati (2011) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat love of money pada mahasiswa akuntansi dengan persepsi etis mereka. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aziz (2015) yang menunjukkan bahwa love of money juga menjadi salah satu hal yang dapat mempengaruhi persepsi mahasiswa setelah mereka mengetahui adanya skandal keuangan.

Comunale, Sexton dan Gara (2006) menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa akuntansi terhadap skandal dan profesi akuntansi akan berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan etika mahasiswa akuntansi. Hasil penelitian tersebut didukung oleh hasil penelitian Dzakirin (2013) bahwa tingkat pengetahuan berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan professional. Oleh karena itu, mahasiswa sebagai calon akuntan perlu memiliki pemahaman terkait etika bisnis dan etika profesi akuntan yang akan mungkin mereka hadapi ketika mereka terjun dalam profesi tersebut. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini menggabungkan variabel-variabel yang belum pernah diuji secara bersama-sama.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah “Apakah idealisme, relativisme, love of money, dan tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan?”. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi dan menjelaskan pengaruh idealisme, relativisme, love of money, dan tingkat pengetahuan terhadap persepsi mahasiswa akuntansi atas perilaku tidak etis akuntan.

TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Etika

Etika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah nilai mengenai benar dan

(4)

4 salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat. Bartens (2007:6) merumuskan etika menjadi tiga pengertian. Pertama, etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok yang mengatur tingkah lakunya. Kedua, etika merupakan kumpulan asas atau nilai moral atau kode etik. Ketiga, etika merupakan ilmu tentang yang baik atau buruk.

Sedangkan menurut Maryani dan Ludigdo (2001) etika didefinisikan sebagai seperangkat aturan atau pedoman yang mengatur perilaku manusia baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok manusia atau masyarakat atau profesi. Etika berhubungan langsung dengan kode etik profesi. Kode etik profesi yang tertuang dalam SPAP mengatur tentang etika yang harus dipatuhi oleh akuntan (Pradanti, 2014).

Persepsi

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan persepsi sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, atau merupakan proses seseorang mengetahui hal panca inderanya. Persepsi adalah sebuah proses dimana setiap individual mengatur dan menginterpretasikan kesan sensoris memberikan pengertian kepada lingkungannya (Robbins dan Judge, 2015). Setiap individu menunjukkan perbedaan persepsi atau pandangan terhadap sesuatu. Faktor yang mempengaruhi persepsi terdiri dari tiga faktor yaitu: faktor pemersepsi, faktor situasi dan faktor objek. Faktor pemersepsi adalah sikap, motif, minat, pengalaman, dan harapan. Faktor situasi meliputi waktu, keadaan kerja, dan keadaan sosial. Faktor objek meliputi: sesuatu yang baru, gerakan, suara, ukuran, latar belakang, kedekatan, dan kemiripan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang dapat berada pada pihak pelaku persepsi, pada objek yang dipersepsikan, juga dalam konteks situasi dimana persepsi itu dilakukan. Persepsi seseorang mengenai perilaku etis atau etika merupakan dasar bagi seorang individu

dalam bertindak dan menjalankan kegiatan sehari-hari. Persepsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa akuntansi dalam memahami perilaku tidak etis akuntan.

Kode Etik

Kode etik profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi yang bersangkutan di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidup masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk bagi anggota tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-larangan yaitu ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anggota profesi, tidak hanya dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat (Rismawaty, 2007).

Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia. Menurut IAI, Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung jawab profesionalnya. Prinsip Dasar Etika Akuntan sebagaimana ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah integritas, obyektivitas, kompetensi dan kehati-hatian, kerahasiaan, dan perilaku profesional. Profesi Akuntan

Akuntan merupakan salah satu dari berbagai profesi yang menyediakan jasa kepada pihak lain. Jasa yang diberikan dari profesi akuntan umumnya berkaitan dengan bidang akuntansi. Mulai dari menyediakan laporan keuangan hingga melakukan audit atas laporan keuangan tersebut. Akuntan memiliki definisi yang berbeda dengan auditor, meskipun masyarakat umumnya menganggap kedua profesi ini sama walaupun sebenarnya auditor merupakan bagian dari profesi akuntan. Profesi akuntan yang umum dikenal di masyarakat

(5)

5 tediri dari: Akuntan Publik (Eksternal), Akuntan Perusahaan (Internal), Akuntan Pemerintah dan Akuntan Pendidik.

Teori Perkembangan Moral Kognitif Pertimbangan moral adalah semacam penghakiman normatif. Normatif merupakan keyakinan individu bahwa sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah, seharusnya atau tidak seharusnya. Pada tahun 1969, Kohlberg mengusulkan Teori Perkembangan Moral yang menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan pada penalaran moral dan perkembangan secara bertahap. Menurut teori tersebut, tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya. Teori ini menyebutkan bahwa usia individu, hati nurani dan dasar etika seorang indiviu akan menentukan keputusan moral mereka.

Idealisme

Idealisme mengacu pada sesuatu yang dipercayai individu bahwa semua tindakan yang akan dilakukan tidak bertentangan atau keluar dari nilai-nilai norma yang sudah ada. Individu yang memiliki ideologi etika idealisme harus memastikan apa yang dilakukan tidak akan menimbulkan dampak yang negatif bagi orang disekelilingnya serta berprinsip untuk selalu megedepankan kebenaran dan kebaikan (Forsyth, 1992).

Seseorang yang memiliki idealisme yang tinggi akan lebih tegas dan kritis ketika dihadapkan dengan situasi yang tidak etis. Apabila mahasiswa memiliki idealisme yang tinggi maka mereka akan memberikan reaksi ketidaksetujuan terhadap adanya perilaku tidak etis yang melibatkan akuntan.

Hasil penelitian Comunale, Sexton dan Gara (2006) menunjukkan bahwa idealisme berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan etika mahasiswa akuntansi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Dzakirin (2013), Damayanthi dan Juliarsa (2016) serta penelitian Lestari dan Ramantha (2019) yang menyatakan bahwa

idealisme berpengaruh negatif pada persepsi mahasiswa akuntansi atas perilaku tidak etis akuntan.

Relativisme

Forsyth (1980) menyatakan bahwa relativisme merupakan sikap penolakan nilai-nilai moral yang absolut dalam mengarahkan perilaku karena mempertimbangkan beberapa nilai dari dalam dirinya maupun lingkungan sekitar. Relativisme adalah model cara berpikir pragmatis, alasannya adalah bahwa aturan etika sifatnya tidak universal karena etika dilatarbelakangi oleh budaya di mana masing-masing budaya memiliki aturan yang berbeda (Dewi, 2010). Individu dengan tingkat relativisme yang tinggi menganggap bahwa tindakan moral tergantung pada situasi dan sifat individu yang terlibat.

Individu yang memiliki tingkat relativisme yang tinggi akan memberikan persepsi yang positif terhadap perilaku tidak etis. Artinya, orang tersebut akan mentolerir dan cenderung membenarkan tindakan yang tidak etis. Jadi, apabila mahasiswa memiliki relativisme yang tinggi maka akan memberikan reaksi setuju terhadap adanya perilaku tidak etis yang melibatkan akuntan.

Penelitian Dewi (2010) menunjukkan bahwa relativisme mahasiswa berpengaruh positif pada persepsi mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Damayanthi dan Juliarsa (2016) serta Lestari dan Ramantha (2019) yang menyatakan bahwa relativisme berpengaruh positif pada persepsi etis mahasiswa akuntansi atas perilaku tidak etis akuntan.

Love of Money

Tang (1992) memperkenalkan konsep the love of money. Teori ini mengukur perasaan subjektif seseorang tentang uang. Menurut Tang, Chen dan Sutarso (2008) love of money merupakan perilaku seseorang terhadap uang; pengertian

(6)

6 seseorang terhadap uang; keinginan dan aspirasi seseorang terhadap uang.

Uang memiliki dampak yang cukup signifikan pada motivasi seseorang dan perilaku dia dalam bekerja. Aziz (2015) mengemukakan bahwa sikap seseorang terhadap uang dimungkinkan dapat berdampak juga pada persepsi mereka terhadap pekerjaan, sistem reward, dan motivasi dari dalam diri pada pekerjaan yang mana pada perputarannya dapat mempengaruhi perilaku dalam pekerjaan, task performance, keputusan kerja dan moral, serta efektivitas organisasi. Tang dan Chiu (2003) mengemukakan bahwa konsep love of money sangat terkait dengan konsep ketamakan. Semakin tinggi tingkat love of money yang dimiliki seseorang, maka semakin rendah persepsi etis yang dimilikinya. Hal ini disebabkan karena apabila seseorang memiliki kecintaan uang yang tinggi, maka ia akan berusaha untuk melakukan segala cara agar kebutuhannya terpenuhi namun tidak sesuai dengan etika.

Charismawati (2011) menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara tingkat love of money mahasiswa akuntansi dengan persepsi etis mereka. Semakin besar tingkat love of money mahasiswa maka semakin rendah tingkat persepsi etis mereka. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aziz (2015) yang menunjukkan bahwa love of money juga menjadi salah satu hal yang dapat mempengaruhi persepsi mahasiswa setelah mereka mengetahui adanya skandal keuangan.

Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan dan berpikir yang menjadi dasar manusia untuk bersikap dan bertindak (Dzakirin, 2013). Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan mahasiswa terkait bidang profesi akuntansi dan informasi mengenai perilaku tidak etis akuntan. Tingkat pengetahuan mahasiswa tersebut akan mempengaruhi persepsi

mahasiswa terhadap perilaku tidak etis akuntan. Semakin banyak informasi yang mahasiswa ketahui, semakin membantu mereka untuk bisa memberikan persepsi terhadap skandal etis yang melibatkan profesi akuntan. Mahasiswa yang memiliki pengetahuan yang luas mengenai prinsip etika akuntan akan bersikap lebih bijaksana dan memberi tanggapan dan persepsi negatif berupa ketidaksetujuan terhadap perilaku tidak etis yang dilakukan oleh profesi akuntan.

Dzakirin (2013) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional. Hal ini sejalan dengan penelitian Lestari dan Ramantha (2019) yang juga menyatakan bahwa pengetahuan etika berpengaruh negatif pada persepsi etis mahasiswa akuntansi atas perilaku tidak etis akuntan.

HIPOTESIS

Gambar 1 Model Penelitian

H1: Idealisme berpengaruh negatif

terhadap persepsi mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan.

H2: Relativisme berpengaruh positif

terhadap persepsi mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan.

H3: Love of money berpengaruh positif

terhadap persepsi mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan.

Idealisme (X1) Relativisme (X2) Tingkat Pengetahuan (X4) Love of Money (X3) Persepsi Etis Mahasiswa atas Perilaku Tidak Etis Akuntan Profesional (Y)

(7)

7 H4: Tingkat pengetahuan berpengaruh

negatif terhadap persepsi mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan.

METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan melakukan pengujian hipotesis terhadap variabel yang diteliti. Jenis penelitian ini bersifat kausal (causal research), yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Brawijaya.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling melalui purposive sampling. Kriteria sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Akuntansi yang telah menempuh dan lulus Mata Kuliah Pengauditan 1, Pengauditan 2, serta Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi. Penelitian ini menggunakan data primer. Pengumpulan data dilakukan dengan bantuan kuesioner yang disebar secara online melalui googleform. Analisis data penelitian dilakukan dengan analisis regresi berganda melalui program IBM SPSS 25.

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Objek Penelitian

Berikut ini merupakan gambaran distribusi dan pengembalian kuesioner penelitian:

Tabel 1

Distribusi dan Pengembalian Kuesioner

No Keterangan Jumlah

1 Kuesioner yang disebarkan 150 2 Kuesioner yang tidak

kembali

(35) 3 Kuesioner yang kembali 115 4 Kuesioner yang digugurkan (5) 5 Kuesioner yang digunakan 110

Tingkat pengembalian 77%

Tingkat pengembalian yang digunakan

73% Sumber: Data Primer (diolah tahun 2020)

Demografi responden penelitian ini ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 2

Demografi Responden Penelitian No Demografi

Responden Jumlah Persentase 1 Jenis Kelamin - Laki-Laki 43 39% - Perempuan 67 61% Total 110 100% 2 Usia - 19 Tahun 1 1% - 20 Tahun 2 2% - 21 Tahun 42 38% - 22 Tahun 39 35% - 23 Tahun 25 23% - 24 Tahun 1 1% Total 110 100% 3 Semester - 7 49 45% - 8 8 7% - 9 25 23% - 10 5 5% - 11 23 21% Total 110 100%

Sumber: Data Primer (diolah tahun 2020) Hasil Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi ditentukan oleh nilai Adjusted R2 yang ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3

Koefisien Determinasi

R R Square Adjusted R Square

0,549 0,301 0,274

Sumber: Data Primer (diolah tahun 2020) Hasil Uji Pengaruh Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji apakah seluruh variabel independen memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil uji F ditunjukkan pada tabel berikut.

(8)

8 Tabel 4

Uji Pengaruh Simultan (Uji F)

Model F Sig

Regression 11,305 0,000 Sumber: Data Primer (diolah tahun 2020) Hasil Uji Parsial (Uji t)

Uji statistik t menunjukkan pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Hasil uji t ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 5 Uji Parsial (Uji t)

Variabel B t Sig. Ket.

Constant 31,254 4,710 0,000

X1 -0,533 -4,773 0,000 Terima X2 0,387 3,739 0,000 Terima X3 0,225 1,871 0,064 Tolak X4 -1,226 -2,250 0,027 Terima

Sumber: Data Primer (diolah tahun 2020) Persamaan Regresi

Tabel 6

Hasil Analisis Regresi Berganda Variabel B Nilai t Sig. Constant 31,254 4,710 0,000 X1 -0,533 -4,773 0,000

X2 0,387 3,739 0,000

X3 0,225 1,871 0,064

X4 -1,226 -2,250 0,027 Sumber: Data Primer (diolah tahun 2020) Berdasarkan hasil analisis regresi tersebut, diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Y = 31,254 – 0,533X1 + 0,387X2 +

0,225X3 – 1,226X4

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat diketahui hipotesis mana saja yang diterima dan ditolak. Berikut ini pembahasan dari hasil penelitian untuk masing-masing variabel.

Pengaruh Idealisme terhadap Persepsi Mahasiswa atas Perilaku Tidak Etis Akuntan

Hipotesis pertama (H1) menyatakan

bahwa idealisme berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa idealisme memiliki nilai signifikansi 0,000<0,05 dan koefisien regresi –0,533. Hal ini berarti bahwa idealisme berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan. Semakin tinggi tingkat idealisme mahasiswa, maka semakin rendah persepsi etis mereka. Jadi, mahasiswa dengan idealisme yang tinggi akan memberikan reaksi ketidaksetujuan terhadap perilaku tidak etis akuntan. Hasil penelitian ini mendukung Teori Perkembangan Moral Kognitif yang menyatakan bahwa semakin tinggi idealisme seseorang, maka semakin tegas dan kritis orang tersebut.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Comunale, Sexton dan Gara (2006), Dzakirin (2013), Damayanthi dan Juliarsa (2016) serta penelitian Lestari dan Ramantha (2019) yang menyatakan bahwa idealisme berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa akuntansi atas perilaku tidak etis akuntan.

Pengaruh Relativisme terhadap Persepsi Mahasiswa atas Perilaku Tidak Etis Akuntan

Hipotesis kedua (H2) menyatakan

bahwa relativisme berpengaruh positif terhadap persepsi mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa relativisme memiliki nilai signifikansi 0,000<0,05 dan koefisien regresi 0,387. Hal ini berarti relativisme berpengaruh positif terhadap persepsi mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan. Semakin tinggi tingkat relativisme mahasiswa, maka semakin tinggi pula persepsi etisnya. Jadi, mahasiswa yang memiliki relativisme yang tinggi akan memberikan reaksi setuju terhadap adanya perilaku tidak etis akuntan.

(9)

9 Hasil penelitian ini mendukung Teori Perkembangan Moral Kognitif yang menyatakan bahwa semakin tinggi relativisme seseorang, maka orang tersebut akan memberikan persepsi yang positif terhadap skandal akuntansi. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Dewi (2010), Damayanthi dan Juliarsa (2016) serta penelitian Lestari dan Ramantha (2019) yang menunjukkan bahwa relativisme memiliki pengaruh positif pada persepsi mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan. Pengaruh Love of Money terhadap Persepsi Mahasiswa atas Perilaku Tidak Etis Akuntan

Hipotesis ketiga (H3) menyatakan

bahwa love of money berpengaruh positif terhadap persepsi mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa love of money memiliki nilai signifikansi 0,064>0,05. Hal ini berarti love of money tidak berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga (H3)

ditolak. Hasil pengujian yang telah dilakukan tidak sesuai dengan hipotesis yang penulis kemukakan sebelumnya.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Foerthiono dan Sadjiarto (2014) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara love of money terhadap persepsi mahasiswa.

Pengaruh Tingkat Pengetahuan terhadap Persepsi Mahasiswa atas Perilaku Tidak Etis Akuntan

Hipotesis keempat (H4) menyatakan

bahwa tingkat pengetahuan berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan memiliki nilai signifikansi 0,027<0,05 dan koefisien regresi –1,226. Hal ini berarti tingkat pengetahuan berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan. Jadi, mahasiswa yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi

akan memberikan reaksi ketidaksetujuan terhadap perilaku tidak etis akuntan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dzakirin (2013), Damayanthi dan Juliarsa (2016) serta penelitian Lestari dan Ramantha (2019) yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa idealisme dan tingkat pengetahuan berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan. Sedangkan, relativisme berpengaruh positif terhadap persepsi mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan. Variabel love of money tidak berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan.

Penelitian ini diharap dapat memberi pemahaman bagi akuntan bahwa mahasiswa memiliki persepsi yang tidak baik atas perilaku yang tidak etis yang mereka lakukan. Penelitian ini diharap dapat menjadi bahan evaluasi atas perilaku tidak etis mereka. Sehingga, akuntan akan bertindak lebih etis dan profesional.

Keterbatasan dan Saran

1. Nilai adjusted R dari variabel independen yang digunakan hanya sebesar 24,5%. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menambah faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi persepsi etis mahasiswa.

2. Penyebaran kuesioner dilakukan secara daring, sehingga responden tidak didampingi peneliti pada saat pengisian kuesioner. Ada kemungkinan bahwa responden kurang memahami maksud dari pernyataan-pernyataan yang ada di dalam kuesioner penelitian. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat me-nyebarkan kuesioner secara langsung, sehingga jika ada responden yang

(10)

10 kesulitan memahami pernyataan dapat langsung menanyakan kepada peneliti.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S. (2017). Auditing (Buku 1 5 ed.). Jakarta: Salemba Empat.

Ariyanti, N., & Widanaputra, A. (2018). Pengaruh Idealisme, Relativisme dan Etika pada Persepsi Mahasiswa Akuntansi atas Perilaku Etis Akuntan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 24(3), 2197-2225.

Aziz, T. (2015). Pengaruh Love of Money dan Machiavellian Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi. Jurnal Nominal, 4(2), 31-44.

Bertens, K. (2007). Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Cagle, J., & Baucus, M. (2006). Case Studies of Ethics Scandals: Effect on Ethical Perceptions of Finance Students. Journal of Business Ethics, 64, 213-229.

Charismawati, C. (2011). Analisis Hubungan Antara Love of Money Dengan Persepsi Etika Mahasiswa Akuntansi. Skripsi dipublikasikan. Semarang: Universitas Diponegoro. Diakses pada 24 Juni 2020 dari Diponegoro University Institutional Repository (UNDIP-IR): http://eprints.undip.ac.id/29310/1/S kripsi012.pdf

CNBC Indonesia. (2019). Gara-Gara Lapkeu, Deretan KAP ini Malah Kena Sanksi OJK. Diakses pada 3 Februari 2020 dari CNBC Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/ma rket/20190809123549-17- 90910/gara-gara-lapkeu-deretan-kap-ini-malah-kena-sanksi-ojk CNBC Indonesia. (2020). Sengkarut Jiwasraya, Asabri, & AJB Bumiputera, Ini Bedanya!. Diakses pada 3 Februari 2020 dari CNBC Indonesia:

https://www.cnbcindonesia.com/ma

rket/20200120143130-17- 131287/sengkarut-jiwasraya-asabri-ajb-bumiputera-ini-bedanya

Comunale, C., Sexton, T., & Gara, S. (2006). Professional Ethical Crises: A Case Study of Accounting Majors. Managerial Auditing Journal, 21(6), 636-656.

Damayanthi, P., & Juliarsa, G. (2016). Pengaruh Idealisme, Relativisme, Pengetahuan, Gender dan Umur Pada Perilaku Tidak Etis Akuntan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 15(1), 1-16.

Dewi, H. (2010). Persepsi Mahasiswa Atas Perilaku Tidak Etis Akuntan. Skripsi dipublikasikan. Semarang: Universitas Diponegoro. Diakses pada 21 Juni 2020 dari Diponegoro University Institutional Repository (UNDIP-IR):

http://eprints.undip.ac.id/22981/1/P ERSEPSI_MAHASISWA_ATAS_ PERILAKU_TIDAK_ETIS_AKUN TAN.pdf

Dzakirin, M. (2013). Orientasi Idealisme, Relativisme, Tingkat Pengetahuan, dan Gender: Pengaruhnya pada Persepsi Mahasiswa tentang Krisis Etika Akuntan Profesional. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, 2(1).

Elias, R., & Farag, M. (2010). The Relationship Between Accounting Students' Love of Money and Their Ethical Perception. Managerial Auditing Journal, 25(3), 269-281.

(11)

11 Fitria, M., & Sari, V. (2014). Pengaruh

Orientasi Idealisme, Relativisme, Tingkat Pengetahuan Akuntansi, dan Gender Terhadap Persepsi Mahasiswa Akuntansi Tentang Krisis Etika Akuntan Profesional. Jurnal WRA, 2(1), 387-404.

Foerthiono, A., & Sadjiarto, R. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Akuntansi Berkarier Sebagai Akuntan Publik dengan Persepsi Etis Skandal Akuntansi Sebagai Variabel Intervening. Tax & Accounting Review, 4(2).

Forsyth, D. (1980). A Taxonomy of Ethical Ideologies. Journal of Personality and Social Psychology, 39(1), 175-184.

Forsyth, D. (1992). Judging the Morality of Business Practices: The Influence of Personal Moral Philosophies. Journal of Business Ethics, 11, 461-470.

Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 25 (9 ed.). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Himmah, E. (2013). Persepsi Etis

Mahasiswa Akuntansi Mengenai Skandal Etis Auditor dan Corporate Manager. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 4(1), 26-39.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2016). Kode Etik Akuntan Profesional. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.

Juliardi, D., Bavana, M., & Firdaus, M. (2020). Factors Affecting Accounting Students' Perception About Creative Accounting Study on Accounting Students in Economic of Faculty Universitas Negeri Malang. Advances in

Economics, Business and Management Research, 124, 58-67. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (n.d.). Diakses dari kbbi.web.id.

Kohlberg, L. (1981). The Philosophy of Moral Development (Vol. I). San Francisco: Harper & Row.

Lestari, K., & Ramantha, I. (2019). Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Atas Perilaku Tidak Etis Akuntan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 27(1), 201-229.

Mardawati, R., & Aisyah, M. (2016). Pengaruh Orientasi Etis, Gender, dan Pengetahuan Etika Terhadap Persepsi Mahasiswa Akuntansi atas Perilaku Tidak Etis Akuntan. Jurnal Profita(6), 1-15.

Maryani, T., & Ludigdo, U. (2001). Survei atas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap dan Perilaku Etis Akuntan. Jurnal TEMA, 2, 49-62.

Nugroho, B. (2008). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penilaian Mahasiswa Akuntansi Atas Tindakan Auditor dan Corporate Manager Dalam Skandal Keuangan Serta Tingkat Ketertarikan Belajar dan Berkarir di Bidang Akuntansi (Studi Empiris pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Diponegoro). Tesis dipublikasikan. Semarang: Universitas Diponegoro. Diakses pada 21 Juni 2020 dari Diponegoro University Institutional Repository (UNDIP-IR):

http://eprints.undip.ac.id/7664/1/Ba yu_Nugroho.pdf.

Prabowo, P., & Widanaputra, A. (2018). Pengaruh Love of Money, Machiavellian, dan Idealisme pada Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi.

(12)

12 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 23(1), 513-537.

Pradanti, N. (2014). Analisis Pengaruh Love of Money Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi. Diponegoro Journal of Accounting, 3(3), 1-12.

Pratiwi, M. (2016). Pengaruh Atribut Personal dan Persepsi Akuntansi Atas Etika Organisasi Terhadap Penilaian Etis Seorang Akuntan. Skripsi dipublikasikan. Semarang: Universitas Diponegoro. Diakses pada 21 Juni 2020 dari Diponegoro University Institutional Repository (UNDIP-IR):

http://eprints.undip.ac.id/49308/1/0 3_PRATIWI.pdf.

Rismawaty. (2007). Kepribadian dan Etika Profesi. Bandung: Graha Ilmu. Robbins, S., & Judge, T. (2015). Perilaku

Organisasi (16 ed.). Jakarta: Salemba Empat.

Sekaran, U., & Bougie, R. (2017). Metode Penelitian Untuk Bisnis Pendekatan Pengembangan-Keahlian (6 ed., Vol. 2). Jakarta: Salemba Empat. Sekaran, U., & Bougie, R. (2017). Metode

Penelitian Untuk Bisnis Pendekatan Pengembangan-Keahlian (6 ed., Vol. 1). Jakarta: Salemba Empat. Tang, T.-P. (1992). The Meaning of Money

Revisited. Journal of Organizational Behavior, 13, 197-202.

Tang, T.-P., & Chiu, R. (2003). Income, Money Ethic, Pay Satisfaction, Commitment, and Unethical Behavior: Is the Love of Money the Root of Evil for Hong Kong Employees? Journal of Business Ethics, 46, 12-30.

Tang, T.-P., Chen, Y.-J., & Sutarso, T. (2008). Bad apples in bad (business): The Love of Money, Machiavellianism, Risk Tolerance, and Unethical Behavior. Management Decision, 46(2), 243-263.

Wandari, W. (2018). Analisis Pengaruh Gender, Love of Money dan Religiusitas Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Brawijaya). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, 7(1). Widyaningrum, A. (2014). Determinan

Persepsi Etika Mahasiswa Akuntansi dengan Love of Money Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, 2(2).

Yendrawati, R., & Marcellia, G. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penilaian Mahasiswa Atas Perilaku Tidak Etis Auditor Serta Tingkat Ketertarikan Belajar dan Berkarir di Bidang Akuntansi. Telaah Bisnis, 14(2), 133-150.

Yuliani, K. (2019). Pengaruh Orientasi Etika, Tingkat Pengetahuan dan Gender Terhadap Persepsi Mahasiswa Mengenai Perilaku Tidak Etis Akuntan. Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen, 1(1), 180-220.

Gambar

Gambar 1  Model Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Miopia Def: Kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat ( tanpa akomodasi ) , akan dibiaskan membentuk - Melihat jauh kabur, membaca

Pengaruh Kepemimpinanan yang sesuai, akan mampu memberikan rasa kenyamanan dan kedamaian serta mampu memberikan dorongan motivasi yang positif sehingga mampu menjalankan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah konsentrasi optimum NaOH sebagai katalis untuk menghasilkan senyawa 2,6-bis-(3’,4’-dimetoksibenzilidin)

Terkait dengan hal tersebut, Garuda Indonesia belum melakukan evaluasi yang berhubungan dengan tujuan diadakannya kerjasama Garuda Indonesia dengan Liverpool FC,

[r]

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen dengan kepuasan konsumen sebagai variabel

(2) faktor-faktor yang memengaruhi nilai C/R pada Sapi Bali di Kabupaten Pringsewu adalah sistem pemberian air minum berasosiasi positif terhadap CR dengan

- Variabel yang digunakan dalam permodelan probabilitas adalah, Biaya Perjalanan berdasarakan jarak, Biaya Perjalanan berdasarakan waktu, Waktu Perjalanan berdasarkan