• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative integrated and reading composition (circ) dan metode think pair share (tps) di MTs Jam'iyyatul khair Ciputat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative integrated and reading composition (circ) dan metode think pair share (tps) di MTs Jam'iyyatul khair Ciputat"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

(TPS) DI MTs. JAM’IYYATUL KHAIR CIPUTAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

Nurlela

NIM : 107015000361

JURUSAN PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

i

Composition (CIRC) Dan Think Pair Share (TPS) Di MTs. Jam’iyyatul Khair Ciputat. Skripsi. Jakarta: Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. 2011.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah perbedaan hasil belajar IPS siswa yang menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) Dan Think Pair Share (TPS)Di MTs. Jam’iyyatul Khair Ciputat. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan membuktikan ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar IPS siswa yang menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC)dan Think Pair Share (TPS).

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu cara melakukan penelitian dengan percobaan. Metode ini digunakan untuk menelaah adanya perbedaan hasil belajar IPS siswa yang menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) dan Think Pair Share (TPS). Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VII-1 dan kelas VII-2 MTs. Jam’iyyatul Khair Ciputat. Kelas VII-1 terdiri dari 27 siswa, yang metode pembelajarannya menggunakan Cooperative Integrated and Reading Composition

(CIRC). Kelas VII-2 terdiri dari 23 siswa, yang metode pembelajarannya menggunakan metode Think Pair Share (TPS). Instrumen yang dipakai adalah tes. Teknik analisis data menggunakan metode statistik uji “t” (uji beda), untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan konsultasi pada tabel distribusi “t” pada taraf signifikansi 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa yang signifikan dengan menggunakan metode pembelajaran

Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) dan Think Pair Share

(TPS) dengan diperoleh nilai . Dengan demikian nampak bahwa hasil belajar IPS siswa yang menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar IPS siswa yang menggunakan metode pembelajaran Think Pair Share.

Kata Kunci : Hasil belajar siswa, Metode pembelajaran Cooperative

(5)

ii

ABSTRAC

NURLELA. NIM 107015000361. The Defference of Social Science Education Learning Student Achievement with Cooperative Integrated And Reading Composition (CIRC) Learning Method and Think Pair Share (TPS): study to student of MTs. Jam’iyyatul Khair Ciputat.Thesis. Jakarta: Social Science Education Program Faculty Of Tarbiyah And Teaching Science Of state Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN). 2011.

The objective of this research is to examine the defference of social science education learning student achievement with Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) and Think Pair Share (TPS) of MTs. Jam’iyyatul Khair Ciputat, to compare the defference social science education learning student achievement by Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) and Think Pai Share (TPS), and know student’s response with cooperative learning applied.

The research is held 50 students from class VII of MTs. Jam’iyyatul Khair Ciputat that device to two group of experiment and control with the number of experiment group is 27 student and the number of control group is 23 student. Data were collected from test (30 items), and observation to know learning method process, using experiment design. Analyse data with t-test at signification

5 %.

The results of this research: There is the defference of social science education learning student achievement with Cooperative Integated and Reading Composition (CIRC) learning method and Think Pair Share (TPS), and obtained value 2,02 and 1,67. Hence can be said that Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) learning method is better than Think Pair Share (TPS) learning method.

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Hanya ungkapan rasa syukur yang tiada terkira atas segala limpahan

nikmat yang luas tanpa batas serta anugerah yang tak terhitung dari Illahi Rabbi,

karena berkat itu semua penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tepat

pada waktunya. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan umat

manusia, Nabi Muhammad SAW, makhluk mulia yang penuh dengan rasa cinta

dan kasih sayang kepada sesama manusia.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan

dari berbagai pihak, baik moril maupun materiil, maka penulis mengucapkan

terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Nurlena Rifa’i. MA. Ph. D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. H. Nurochim MM, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Iwan Purwanto M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan Universitas Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr.Rukmina Gonibala M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu dan mencurahkan pikiran, saran, pengarahan, ilmu serta

motivasinya kepada penulisnya suntuk selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tak

terhingga banyaknya dan sangat berguna bagi penulis.

6. Kedua orang tua tercinta Bapak H. Arsyad dan Ibu Hj. Aisyah yang senantiasa

dengan tulus memberikan kasih sayang, doa serta motivasi kepada penulis

dalam menjalani kehidupan.

7. Kepala sekolah dan para dewan guru di MTs. Jam’iyyatul Khair Ciputat yang

telah membantu penulis dalam melakukan penelitian di sekolah tersebut.

8. Staf perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

(7)

iv

9. Sahabat-sahabat tersayang penulis yaitu Siti Ngaisah, Ismi Lutfiyah, Nurlita

Marya, Reyita Mardati Sakinah, Raga Wiranata, Wahyu Adhi Prasetyo dan

Ade Komarudin yang selalu memberikan bantuan, dukungan, dan menghibur

penulis ketika merasa tidak mampu dalam menyelesaikan berbagai tugas dan

semoga persahabatan kita tak lekang oleh waktu.

Atas bantuan mereka yang sangat berharga, penulis berdo'a semoga Allah

s.w.t. memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal shaleh dan ketaatan

kepada-Nya, Amin.

Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

bagi para pembaca umumnya.

Jakarta, November 2011

(8)

v

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... viii

Daftar Lampiran……….... . ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 8

C.Pembatasan Masalah ... 8

D.Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

1. Manfaat Teoritis ... 9

2. Manfaat Praktis ... 10

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 11

A.Deskripsi Teoritis ... 11

1. Hakikat Hasil Belajar ... 11

a. Pengertian Belajar ... 11

b. Prinsip-Prinsip Belajar ... 14

c. Teori-Teori Belajar ... 15

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar .... 16

e. Pengertian Hasil Belajar ... 18

f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 20

2.Hakikat IPS ... 22

a. Pengertian IPS ... 22

(9)

vi

3. Hakikat Metode Pembelajaran Kooperatif ... 27

a. Pengertian Metode Pembelajaran ... 27

b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 29

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 31

d. Jenis-Jenis Model Pembelajaran Kooperatif ... 32

e. Asas-Asas Pembelajaran kooperatif ... 34

f. Metode Cooperative Integrated and Reading Composition 36 g. Metode Think Pair Share……… . 37

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 39

C.Kerangka Berfikir ... 40

D.Hipotesis Penelitian ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

A.Tempat Dan Waktu Penelitian ... 42

B.Tujuan Penelitian ……… . 43

C.Populasi dan Sampel ... 43

D.Metode Penelitian ... 44

E. Desain Penelitian ... 44

F. Teknik Pengumpulan Data ... 45

G.Instrumen Penelitian ... 47

1. Definisi Konseptual ... 47

2. Definisi Operasional ... 47

H.Kalibrasi Instrumen ... 47

1. Uji Validitas ... 48

2. Uji Reliabilitas ... 48

3. Uji Taraf Kesukaran Soal ... 48

4. Daya Pembeda ... 48

I. Teknik Analisis Data ... 49

J. Analisis Data ... 50

(10)

vii

C.Pengujian Hipotesis ... 63

D.Pembahasan Hasil Penelitian ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

A.Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(11)

viii

Tabel 2. Kegiatan Penelitian ……… 42

Tabel 3. Desain Penelitian... 44

Tabel 4. Indeks Tingkat Kesukaran Soal ... 48

Tabel 5.Kriteria Daya Beda... 49

Tabel 6. Data siswa MTs. Jam’iyyatul Khair Ciputat ... 55

Tabel 7. Keadaan Guru dan Karyawan MTs. Jam’iyyatulKhair Ciputat... 56

Tabel 8. Data Hasil Pretest Siswa Kelompok Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) ... 60

Tabel 9. Data hasil Posttest Siswa Kelompok Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) ... 60

Tabel 10. Data Hasil Pretest Siswa Kelompok Think Pair Share (TPS) ... 61

(12)

ix pertemuan pertama

Lampiran 3. Rencana pelaksanaan pembelajaran kelas VII.1

pertemuan kedua

Lampiran 4. Rencana pelaksanaan pembelajaran kelas VII.2

pertemuan pertama

Lampiran 5. Rencana pelaksanaan pembelajaran kelas VII.2

pertemuan kedua

Lampiran 6. Soal-soal pretest

Lampiran 7. Kunci jawaban soal instrumen penelitian

Lampiran 8. Soal-soal postest

Lampiran 9. Pedoman wawancara dengan guru

Lampiran 10. Lembar observasi penelitian

Lampiran 11. Lembar observasi proses belajar mengajar

Lampiran 12. Uji normalitas pretest metode cooperative integrated

and reading composition (CIRC)

Lampiran 13. Uji normalitas posttest metode cooperative integrated

and reading composition (CIRC)

Lampiran 14. Uji normalitas pretest metode think pair share (TPS)

Lampiran 15. Uji normalitas posttest metode think pair share (TPS)

Lampiran 16. Uji homogenitas penelitian

Lampiran 17. Uji hipotesis penelitian

Lampiran 18. Uji N-gain metode cooperative integrated

and reading composition (CIRC)

Lampiran 19.Uji N-gain metode think pair share (TPS)

Lampiran 20. Dokumentasi metode cooperative integrated

and reading composition (CIRC)

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak cita-cita dan tujuan

nasional. Hal ini sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Salah

satu upaya untuk mengwujudkan cita-cita dan tujuan tersebut adalah melalui

pendidikan. Menurut Ahmad D. Marimba dalam buku Hasbullah, “pendidikan merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju

terbentuknya kepribadian yang utama.”1 Berdasarkan definisi di atas

pendidikan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menciptakan

masyarakat yang memiliki kualitas.

Pada saat ini berbicara tentang pendidikan adalah merupakan hal yang

menarik, karena pada hakikatnya pendidikan dalam konteks pembangunan

nasional mempunyai fungsi sebagai pemersatu bangsa, penyamaan

kesempatan dan pengembangan potensi diri.

Sementara itu, menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan dasar

hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional, yaitu:

1

(14)

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta tanggung jawab.2

Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan

dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa

untuk kelangsungan masa depannya. Sama halnya dengan bangsa Indonesia

yang mengharapkan melalui pendidikan dapat mengembangkan masa depan

bangsa, sebab melalui pendidikan pembentukan generasi penerus sebagai

sumber daya yang berkualitas dapat dilakukan.

Proses pendidikan diawali ketika individu dilahirkan dalam lingkungan

keluarga kemudian dilanjutkan dan dikembangkan melalui jenjang

pendidikan formal, terstruktur dan sistematis dalam lingkungan sekolah. Di

sekolah terjadi interaksi secara langsung antara siswa sebagai peserta didik

dan guru sebagai pendidik dalam suatu proses pembelajaran. Melalui sekolah

peserta didik tidak hanya diberikan pemahaman tentang ilmu pengetahuan,

tetapi juga pemahaman moral dan keagamaan. Namun pendidikan tidak

hanya menjadi tanggung jawab sekolah, akan tetapi keluarga dan masyarakat

juga ikut bertanggung jawab.

Semua kegiatan dalam rangka penyelenggaraan pendidikan meliputi

peserta didik, guru, dan pembelajaran. Namun Salah satu unsur penting yang

terdapat dalam pendidikan yaitu adanya guru. guru merupakan orang yang

memikul pertanggung jawaban untuk mendidik.

Pada dasarnya keberhasilan pendidikan salah satunya tergantung dari apa yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Seorang guru harus terampil membelajarkan siswa, termasuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran seperti membuat satuan pelajaran, melaksanakan strategi belajar mengajar, memilih dan menggunakan media serta alat bantu pengajaran, serta memilih dan menggunakan metode-metode mengajar.3

2

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Tentang SlSDIKNAS serta Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: DEPAG RI Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2007), h. 5

3

(15)

Kegiatan belajar mengajar di kelas yang diterapkan oleh guru,

menempatkan siswa sebagai objek pendidikan dan guru sebagai subjek

pendidikan, sehingga guru selalu menguasai proses belajar mengajar. para

peserta didik hanya mendengarkan, sedangkan guru menerangkan dari awal

pembelajaran hingga waktu jam pelajaran selesai, inilah situasi yang

membosankan bagi para peserta didik. Proses pembelajaran yang dilakukan

hanya bersifat satu arah. Proses pembelajaran seperti itu akan menyebabkan

peserta didik pasif dalam belajar, semua itu akan menghambat kreatifiitas

dan aktifitas peserta didik dalam belajar.

Namun demikian, untuk menumbuhkan sikap aktif dan kreatif tersebut

tidaklah mudah. Pada kenyataannya, guru yang tetap dianggap sebagai

sumber belajar yang utama. Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas

menempatkan siswa hanya sebagai pendengar pasif terhadap materi yang

disampaikan oleh gurunya. Dalam hal ini menjadikan siswa menjadi malas

belajar.

Mengajar pada hakekatnya adalah proses penyampaian pengetahuan atau

pengalaman pada peserta didik sedemikian rupa sehingga mereka dapat

mencapai tujuan-tujuan belajarnya, pengajar mencoba menolong,

membimbing, dan memotivasi peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan,

keterampilan sesuai dengan tujuan belajarnya. Mengajar bukan hanya berupa

pemberian materi kepada peserta didik, melainkan juga merupakan proses

yang mengacu pada hasil belajar yang ingin dicapai oleh peserta didik.

Mengajar merupakan suatu proses yang komplek yang tidak hanya

sekedar menyampaikan informasi oleh guru kepada siswa tetapi banyak

kegiatan yang harus dipertimbangkan dan dilakukan. Menurut Basyirudin

Usman, “mengajar adalah suatu usaha untuk membuat siswa dapat belajar,

yaitu usaha yang dilakukan oleh guru sehingga menyebabkan terjadinya

tingkah laku pada diri anak.”4

4

(16)

Jadi, secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian

informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Kegiatan belajar

mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang

menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar dan

anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini lahirlah

interaksi edukatif. Kedua komponen pengajaran diperankan secara optimal

guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran

dilaksanakan.

Sedangkan kata belajar Menurut Syaiful Bahri Djamarah diartikan

sebagai “serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu

perubahan sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.”5

Berlakunya perubahan-perubahan standarisasi kurikulum menuntut juga

perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada

jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan). Perubahan tersebut harus

pula diikuti oleh guru yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan

pembelajaran di sekolah (di dalam kelas ataupun di luar kelas).

Sebagai seorang pendidik, guru dalam mengajar memerlukan alat bantu

sebagai penyampaian pesan, misalnya metode pengajaran yang guru gunakan

untuk mempercepat proses yang lebih efektif dan efisien dalam upaya

mencapai tujuan pendidikan dan tujuan proses belajar mengajar. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru akan berpengaruh terhadap cara

belajar siswa yang mana antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya

mempunyai cara belajar yang berbeda. Saat ini para pendidik terus-menerus

berusaha menyusun dan menerapkan berbagai model pembelajaran yang

variatif agar siswa tertarik dan bersemangat pada saat proses belajar.

Secara umum metode mengajar merupakan tehnik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode mengajar, makin efektif pula pencapaian tujuan.6

5

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2008 ), Edisi. Ke-2, h. 13

6

(17)

Pada saat sekarang ini masih banyak guru yang memiliki anggapan

bahwa guru adalah sumber belajar yang paling utama namun, guru tidak

mengembangkan wawasan yang dimilikinya dan guru hanya menggunakan

sumber belajar hanya satu buku serta guru tidak menggunakan metode yang

relevan dengan materi pembelajaran sehingga materi mata pelajaran IPS

hanya merupakan materi yang merupakan hapalan dan hanya tersimpan

dalam fikiran para peserta didik saja.

Mengajar bukan sekedar ceramah dan berdiri di depan kelas, akan tetapi

bagaimana guru menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi

pelajaran sehingga lebih efisien dan efektif dalam mengkomunikasikan materi

pelajaran sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Siswa yang memiliki motivasi tinggi akan tekun dalam menghadapi tugas

dengan cara terus menerus mengerjakannya sampai selesai walaupun dalam

menyelesaikannya membutuhkan waktu yang cukup lama. Salah satu upaya

guru agar siswa memiliki motivasi yang tinggi adalah dengan menggunakan

metode yang tepat.

Peserta didik bukan saja makhluk individu melainkan makhluk yang

harus hidup dengan sesamanya. Salah satu masalah pokok dalam

pembelajaran pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih

rendahnya daya serap peserta didik hal ini nampak pada hasil belajar peserta

didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Proses pembelajaran

hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan

akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan

dan proses berfikirnya.

IPS adalah pelajaran yang banyak berisi materi-materi, IPS bukanlah

mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi terdiri dari beberapa disiplin ilmu,

yaitu sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata Negara.

Pembelajaran IPS banyak dilakukan dengan hanya memberi konsep-konsep

materi IPS semata dengan mengacu pada buku paket saja, tanpa ada

(18)

yang ada di sekitarnya. Banyak guru yang hanya menggunakan metode

ceramah dalam pembelajaran dan tidak menggunakan metode yang lainnya.

Seorang guru yang mengajar hanya dengan metode ceramah saja, dan

menyampaikan materi dengan tidak bersemangat dapat membuat peserta

didik mengalami kebosanan saat belajar dan akibatnya adalah peserta didik

menjadi tidak senang dengan pelajaran tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan di MTs. Jam’iyyatul Khair Ciputat diketahui bahwa mayoritas para guru di sana hanya menggunakan metode pembelajaran yang bersifat konvensional seperti

metode ceramah. Termasuk dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran

IPS yang hanya menggunakan metode ceramah saja. Sebagaimana kita

ketahui dalam metode ceramah peserta didik hanya di tempatkan sebagai

pendengar dan guru sebagai penyampai materi pelajaran. Hal ini tentu

menyebabkan para peserta didik akan mudah bosan dan jenuh dengan suasana

belajar yang terkesan monoton tersebut sehingga berdampak pula pada hasil

belajar para peserta didik.

Apabila metode yang digunakan oleh guru hanyalah ceramah saja, maka

peserta didik akan mudah lupa dengan pelajaran yang ia peroleh karena tidak

adanya pengalaman yang menarik yang dialami oleh peserta didik tersebut,

yang ada hanyalah pengalaman yang membosankan. Maka, dalam hal ini

diperlukan metode lain guna menghidupkan semangat siswa dalam belajar.

Berdasarkan masalah-masalah yang diungkapkan di atas harus dicari

penyelesaiannya untuk mencapai peningkatan hasil belajar peserta didik,

khususnya hasil belajar IPS. Peningkatatan hasil belajar tentunya tidak akan

terlepas dari upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Dengan

demikian diperlukan usaha untuk mencari menetapkan dan mengembangkan

metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi peserta didik.

Salah satu strateginya adalah dengan pembelajaran kelompok, misalnya

dengan pemberian tugas dan kerja kelompok atau kooperatif. Untuk itu,

pembelajaran yang berpusat pada siswa sangat disarankan untuk dilakukan

(19)

guru harus menggunakan metode pembelajaran yang dapat menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan dan dapat melibatkan para siswa secara

aktif untuk dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Adapun metode

pembelajaran yang bersifat kooperatif dan berpusat pada siswa, di mana para

siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran salah satunya yaitu metode

pembelajaran Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC).

Metode Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC)

adalah suatu proses belajar mengajar di dalam kelas yang dilakukan dengan

cara peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok. Guru memberikan

wacana atau kliping tentang materi yang telah dibahas sebelumnya.

Kemudian peserta didik bekerja sama saling membacakan dan menemukan

ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana atau kliping dan ditulis

pada selembar kertas, kemudian peserta didik mengkomunikasikan hasil

analisis wacana atau kliping tersebut di depan kelas. Selanjutnya guru

memberikan penguatan terhadap materi yang telah dipresentasikan oleh

peserta didik. Kemudian peserta didik pun diberi kesempatan mengevaluasi

hasil pembelajarannya.

Selain metode Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC),

metode Think Pair Share (TPS) juga merupakan salah satu metode

pembelajaran kooperatif. Di mana guru mengajukan suatu pertanyaan atau

masalah yang dikaitkan dengan pelajaran dan meminta siswa menggunakan

waktu beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban atau masalah.

Selanjutnya, siswa meminta guru untuk berpasangan dan mendiskusikan

sendiri apa yang telah mereka peroleh. Terakhir guru meminta

pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan siswa di kelas mengenai apa

yang telah mereka bicarakan.

Dengan menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated and

Reading Composition (CIRC) dan metode Think Pair Share (TPS),

diharapkan para siswa tidak merasa jenuh dengan pelajaran IPS dan dengan

metode ini juga mampu meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Dalam

penelitian ini akan diteliti tentang ada tidaknya perbedaan hasil belajar

dengan menggunakan metode Cooperative Integrated and Reading

(20)

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dirancang untuk mengkaji

“PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPS SISWA DENGAN

MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE

INTEGRATED AND READING COMPOSITION (CIRC) DAN THINK PAIR SHARE (TPS) DI MTs. JAM’IYYATUL KHAIR CIPUTAT”

B. Identifikasi Masalah

Secara umum masalah-masalah penelitian yang berkaitan dengan

penelitian di atas adalah sebagai berikut:

1. Kurang baiknya pelaksanaan proses belajar mengajar.

2. Kurangnya peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran.

3. Suasana belajar yang membosankan.

4. Hasil belajar yang rendah.

5. Kurangnya kemampuan guru untuk menentukan metode pembelajaran

yang dapat mengaktifkan peserta didik.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka

masalah yang diteliti di batasi pada:

1. Metode pembelajaran yang digunakan guru monoton dan kurang

mengaktifkan peserta didik.

2. Rendahnya hasil belajar peserta didik di MTs. Jam’iyyatul Khair.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan dibatasi yaitu metode

Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) dan metode Think

Pair Share ( TPS), untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara kedua

metode pembelajaran kooperatif tersebut dan untuk mengetahui metode

kooperatif mana yang lebih baik dari kedua metode tersebut dalam

pembelajaran IPS.

D. Perumusan Masalah

Setelah di identifikasi dan ditentukan pembatasan masalahnya, maka

(21)

permasalahan yang telah disebutkan di atas, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah ada perbedaan hasil belajar IPS siswa dengan yang menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated and

Reading Composition (CIRC) dan metode Think Pair Share (TPS) di MTs. Jam’iyyatul Khair Ciputat?”.

E. Tujuan Penelitian

Setelah identifikasi masalah dan batasan masalah selesai dirumuskan,

maka pada hakikatnya kita telah mempunyai inti dari tujuan penelitian yang

dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS siswa dengan yang

menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated and Reading

Composition (CIRC) dan metode Think Pair Share (TPS) di MTs.

Jam’iyyatul Khair Ciputat.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian dilakukan dapat bermanfaat bagi peneliti, para peserta

didik, guru, dan komponen pendidikan di sekolah. Manfaat penelitian tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu

yang telah diperoleh selama kuliah.

b. Bagi para peneliti lebih lanjut, dapat dijadikan referensi dalam

mengembangkan pengetahuan tentang penerapan metode pembelajaran

Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) dan metode

Think Pair Share (TPS) sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

IPS.

c. Bagi para akademisi, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi

atau bahan kajian dalam menambah khasanah ilmu di bidang

(22)

pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah, sebagai bahan rujukan agar dapat meningkatkan

prestasi sekolah dengan diterapkannya metode pembelajaran yang

mengaktifkan peserta didik.

b. Bagi Guru, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru

agar dapat menggunakan metode lain dalam mengajar selain

menggunakan metode ceramah, sehingga dapat mengajar dengan lebih

efektif.

c. Bagi peserta didik, dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran dan

lebih berani untuk mengemukakan pendapat, ide, gagasan, dan saran

yang mereka miliki dan memiliki motivasi untuk memperhatikan serta

mengikuti proses pembelajaran dengan baik sehingga mendapatkan

(23)

11

BAB II

DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Deskripsi Teori

1. Hakikat Hasil Belajar a. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

masyarakat. Bagi para pelajar kata belajar merupakan kata yang tidak asing.

Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua

kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di sekolah.

Terdapat beberapa pendapat tentang belajar, yaitu yang pertama

pengertian belajar Menurut Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti :

Belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap. Dalam perspektif psikologi pendidikan, belajar didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman.1

Menurut Slameto, “belajar merupakan suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

(24)

interaksi dengan lingkungannya.”2 sedangkan menurut Oemar Hamalik “belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman.”3

Menurut Zikri Neni Iska, pengertian umum belajar atau yang disebut juga dengan learning, adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan. Dengan adanya proses belajar inilah manusia dapat bertahan hidup (survived).4

Selanjutnya, belajar Menurut James O. Whittaker dalam Syaiful

Bahri Djamarah, “belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan

atau diubah melalui latihan atau pengalaman.”5 Sedangkan pengertian

belajar Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, “belajar adalah suatu proses di

mana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan

reaksi atas situasi (rangsang) yang terjadi.”6

Pengertian belajar menurut Cronbach dalam Yatim Riyanto:

Belajar merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu menggunakan panca indra. Dengan kata lain, bahwa belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.7

Menurut S. Nasution, “belajar adalah proses yang melahirkan atau

mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan yang dibedakan dari

2

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), Cet. 5, h. 2

3

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), cet. 4, h. 154.

4

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), Cet I, h. 76

5

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 12

6

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000), Cet.VIII, h.45

7

(25)

perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan.”8

Menurut Masitoh dan Laksmi Dewi, “belajar adalah suatu proses atau

kegiatan yang dilakukan sehingga membuat suatu perubahan perilaku yang berbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotor.”9

Menurut Sarlito

Wirawan Sarwono “belajar adalah suatu proses di mana suatu tingkah laku

ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi

(rangsang) yang terjadi.”10 Sedangkan pengertian belajar menurut M.

Alisuf Sabri yaitu “suatu aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri

individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik aktual

maupun potensial.”11

Menurut UNESCO, ada empat pilar belajar yaitu:

1. Belajar untuk mengetahui (Learning to know).

Belajar mengetahui berkenaan dengan perolehan, penguasaan dan pemanfaatan informasi. Belajar mengetahui merupakan kegiatan untuk memperoleh, memperdalam dan memanfaatkan pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dengan berbagai upaya perolehan pengetahuan, melalui membaca, mengakses internet, bertanya, mengikuti kuliah, dll. Pengetahuan dikuasai melalui hafalan, tanya-jawab, diskusi, latihan pemecahan masalah, penerapan, dll. Pengetahuan dimanfaatkan untuk mencapai berbagai tujuan: memperluas wawasan, meningkatkan kemampuan, memecahkan masalah, belajar lebih lanjut, dll.

2. Belajar bekarya (Learning to do).

Belajar berkarya berhubungan erat dengan belajar mengetahui, sebab pengetahuan mendasari perbuatan. Belajar berkarya adalah balajar atau berlatih menguasai keterampilan dan kompetensi kerja. 3. Belajar hidup bersama (Learning to live together).

Dalam kehidupan global, kita tidak hanya berinteraksi dengan beraneka kelompok etnik, daerah, budaya, ras, agama, kepakaran, dan profesi, tetapi hidup bersama dan bekerja sama dengan aneka kelompok tersebut. Agar mampu berinteraksi, berkomunikasi, bekerja sama dan hidup bersama antar kelompok dituntut belajar hidup bersama. Tiap kelompok memiliki latar belakang pendidikan, kebudayaan, tradisi, dan tahap perkembangan yang berbeda, agar bisa

8

S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Ed. 2, Cet. 1, h. 35

9

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam DEPAG RI, 2009), Cet.1, h. 3

10

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi , ( Jakarta: PT Bulan Bintang, 2000), cet. 8, h.45

11

(26)

bekerjasama dan hidup rukun, mereka harus banyak belajar hidup bersama, being sociable (berusaha membina kehidupan bersama).

4. Belajar berkembang utuh(Learning to be).

Tantangan kehidupan yang berkembang cepat dan sangat kompleks, menuntut pengembangan manusia secara utuh. Manusia yang seluruh aspek kepribadiannya berkembang secara optimal dan seimbang, baik aspek intelektual, emosi, sosial, fisik, maupun moral. Untuk mencapai sasaran demikian individu dituntut banyak belajar mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya.12

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang

perubahan tersebut berupa perubahan perilaku dan proses belajar tersebut

terjadi berdasarkan latihan atau pengalaman atas suatu reaksi yang terjadi

dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dari berbagai pendapat

tersebut ada elemen-elemen penting yang menjadi ciri seseorang disebut

belajar. Elemen-elemen tersebut adalah perubahan tingkah laku, adanya

interaksi dengan lingkungan, dan adanya perubahan yang relatif mantap.

b. Prinsip-prinsip Belajar

Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa hal yang dianggap

penting dan merupakan suatu pedoman dalam proses pembelajaran. Hal-hal

tersebut menjadi acuan dalam proses pembelajaran Menurut Badudu dalam

buku Yatim Riyanto, “kata prinsip berasal dari bahasa latin yang berarti

dasar (pendirian, tindakan) atau sesuatu yang dipegang sebagai panutan

yang utama.”13 Berdasaran definisi di atas Prinsip belajar adalah

konsep-konsep yang harus diterapkan di dalam proses belajar mengajar. Seorang

guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik apabila ia dapat

menerapkan cara mengajar yang sesuai dengan prinsip-prinsip orang belajar.

12

http://agussambeng.blogspot.com/2010/10/empat-pilar-belajar-menurut-unesco.html, Akses: 5 mei 2011

13

(27)

Diantara beberapa prinsip belajar yaitu :

1. Belajar senantiasa bertujuan dengan pengembangan perilaku siswa. 2. Belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan faktor dari

luar individu.

3. Belajar bersifat keseluruhan yang menitikberatkan pemahaman, berfikir kritis, dan reorganisasi pengalaman.

4. Belajar membutuhkan bimbingan, baik secara langsung oleh guru maupun secara tak langsung melalui bantuan pengalaman pengganti. 5. Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih

efektif mampu membina sikap, keterampilan, cara berfikir kritis dan lain-lain, bila dibandingkan dengan hapalan saja. 14

Selain itu menurut Slameto dalam buku Yatim Riyanto ada beberapa

prasyarat yang diperlukan untuk belajar yaitu sebagai berikut:

1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi akif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

2. Belajar harus dapat menimbulkan “reinforcement” dan motivasi yang

kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

3. Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.

4. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.15

Berdasaran pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip belajar

adalah konsep-konsep yang harus diterapkan di dalam proses belajar

mengajar. Seorang guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik

apabila ia dapat menerapkan cara mengajar yang sesuai dengan

prinsip-prinsip dalam belajar.

c. Teori-teori Belajar

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai

bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi di proses di dalam

pikiran peserta didik itu. Berdasarkan suatu teori belajar diharapkan dapat

lebih meningkatkan hasil belajar peserta didik.

14 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 302

(28)

Ada beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu:

1. Teori Connectionism ( S-R Bond) Thorndike

Menurut Thorndike dalam Yatim Riyanto, teori-teori belajar memiliki hukum-hukum primer belajar yaitu, law of readiness yaitu kesiapan untuk bertindak timbul karena penyesuaian diri dengan sekitarnya yang akan memberikan kepuasan. Law of exercise and Repetation, yaitu sesuatu itu akan sangat kuat bila sering dilakukan pendidikan, latihan dan pengulangan. Law of Effect, yaitu perbuatan yang diikuti dengan dampak atau pengaruh yang memuaskan cenderung ingin diulangi lagi dan yang tidak mendatangkan kepuasan cenderung dilupakan.16

Selain itu Mengajar Menurut Thorndike dalam buku Roetiyah N. K yaitu “dengan mengadakan suatu perbuatan emosional menimbulkan respons pada anak, jadi perbuatan ini kalau sering diulangi menjadi

suatu proses yang otomatis.”17

2. Teori Belajar Bermakna David Ausubel

Belajar bermakna menurut teori Ausubel yaitu suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui siswa. Berdasarkan teori Ausubel, dalam membantu siswa menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi, sangat diperlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Dengan demikian agar belajar lebih bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa. 18

Dengan demikian, dalam proses belajar mengajar di sekolah,

teori-teori belajar tersebut dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk memperkaya

pengalaman belajar siswa agar tujuan pendidikan sekolah dapat tercapai

dengan baik dan juga agar siswa memiliki pemahaman dan penalaran serta

memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar

Dalam belajar ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses

belajar. Faktor–faktor belajar itupun dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor

16

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran …, h. 6

17

Roestiyah N.K, Didaktik/Metodik, ( Jakarta: Bina Aksara, 1986), h. 9

18

(29)

intern yang berasal dari dalam dan faktor ekstern atau berasal dari luar.

faktor dari dalam banyak dipengaruhi dari dalam diri peserta didik itu

sendiri dan faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan luar. Menurut

Slameto, “Faktor internal yaitu faktor faktor yang berasal dari seseorang

sendiri dan dapat mempengaruhi terhadap belajarnya Faktor internal

dibedakan menjadi tiga yaitu faktor jasmaniah, faktor kelelahan dan faktor

psikologi”.19 Faktor jasmaniah merupakan faktor yang berkaitan dengan

masalah fisik peserta didik “faktor jasmani pada umumnya sangat

mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan

bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.

Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat

tercapainya hasil belajar yang maksimal”.20

Faktor kelelahan, kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.21

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, “Faktor psikologis sebagai faktor

dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan

intensitas belajar seorang anak. Minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan

kemampuan-kemampuan kognitif adalah faktor-faktor psikologis yang

utama mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik.”22

Sedangkan Faktor eksternalnya yaitu faktor faktor yang berasal dari lingkungan luar dan dapat mempengaruhi terhadap belajarnya. Faktor eksternal dibedakan menjadi tiga yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Faktor keluarga, faktor keluarga yang dimaksud yaitu cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi orang tua.

19

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang …, h. 54

20

http://ekosuprapto.wordpress.com/2009/04/18/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses- belajar/, Akses 7 Maret 2011

21

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang …, h. 59

22

(30)

Sedangkan faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Selanjutnya faktor masyarakat, masyarakat juga merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh masyarakat bisa dilihat dari kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media. Teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.23

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa terbentuknya suatu

pembelajaran yang efektif yang dimiliki oleh para siswa akan tumbuh tidak

hanya dari faktor yang berasal dari kondisi badan siswa yang belajar yang

dapat berpengaruh dalam proses belajar, akan tetapi proses pembelajaran

yang efektif itu akan tumbuh diikuti dengan faktor-faktor yang berasal dari

luar diri atau lingkungan para siswa tersebut yang secara langsung maupun

tidak langsung akan mempengaruhi proses belajarnya, agar dia mudah

dalam menangkap dan memahami pelajaran dan juga mudah mengingat

pelajaran tersebut.

e. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku, Oleh karena itu,

kriteria keberhasilan dalam belajar di antaranya ditandai dengan terjadinya

perubahan tingkah laku pada individu yang belajar. Di bawah ini akan

diuraikan beberapa pengertian tentang hasil belajar yaitu:

Menurut Abdurrahman dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, “hasil

belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan

belajar. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya

guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah

yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.”24

(31)

Menurut Kunandar, hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar. Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji. Hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap.25

Sedangkan menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a). keterampilan dan kebiasaan, (b). pengetahuan dan pengertian, (c). Sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris.26

Menurut Usman dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya Dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang dikelompokkan dalam menjadi tiga kategori, yaitu domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor. Domain kognitif terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesia dan evaluasi. Yang kedua yaitu domain afektif yang berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni menerima atau memperhatikan, merespon, penghargaan, mengorganisasikan dan mempribadi. Dan yang terakhir yaitu domain psikomotorik, ada lima aspek domain psikomotorik, yakni, menirukan, memanipulasi, keseksamaan, artikulasi dan naturalisasi.27

Dari beberapa pengertian hasil belajar di atas, dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar merupakan Hasil belajar adalah kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar

mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian

terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang

keberhasilan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui

kegiatan belajar. Rosdakarya, 2010), cet. 15, h. 22.

27

(32)

f. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari

faktor dari dalam diri siswa (internal) dan faktor dari luar diri siswa

(Eksternal). Faktor-faktor dari dalam diri siswa (internal) yaitu terdiri dari

kesehatan, intelegensi, minat dan motivasi serta cara belajar para peserta

didik.

Kesehatan, Menurut Slameto, “sehat berarti dalam keadaan baik

segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit.”28

Apabila kesehatan anak terganggu dengan sering sakit kepala, pilek, deman

dan lain-lain, maka hal ini dapat membuat anak tidak bergairah untuk mau

belajar. Faktor intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap

kemampuan belajar anak. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan

belajar anak. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi akan lebih

berhasil dari pada para siswa yang cenderung mempunyai tingkat

intelegensi rendah. Menurut Oemar Hamalik, “murid yang cerdas akan lebih

berhasil dalam kegiatan belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan

memahami pelajaran dan lebih mudah mengingat-ngingatnya.”29

Selain kesehatan dan intelegensi, Minat dan motivasi juga sangat

mempegaruhi proses dan hasil belajar. Menurut Abu Ahmadi, “kalau

seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, ia tidak dapat

diharapkan akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut.

Sebaliknya, kalau seseorang mempelajari sesuatu dengan minat, maka hasil

yang diharapkan akan lebih baik.”30

Faktor yang terakhir adalah cara belajar peserta didik. Cara belajar

para peserta didik juga sangat menentukan keberhasilannya dalam proses

pembelajaran. Seorang anak yang memiliki cara belajar yang baik

cenderung akan lebih berhasil dalam proses belajarnya, begitu juga

sebaliknya anak yang memiliki gaya belajar yang buruk akan memiliki

tingkat keberhasilan yang lebih rendah.

28

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang …, h. 54

29

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), h. 33

30

(33)

Sedangkan faktor eksternal (luar) terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental, Faktor eksternal yang pertama yaitu Lingkungan, Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang di sebut Ekosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan biotik dan abiotik tidak dapat dihindari. Dua lingkungan yang pengaruh cukup signifikan terhadap belajar anak didik di sekolah yaitu (1.) Lingkungan Alami, yaitu lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup dan berusaha di dalamnya. (2.) Lingkungan Sosial Budaya, Lingkungan sosial budaya di luar sekolah ternyata sisi kehidupan yang mendatangkan problem sendiri bagi kehidupan anak didik di sekolah. Pembangunan gedung sekolah yang tak jauh dari hiruk pikuk lalu lintas menimbulkan kegaduhan suasana kelas.31

Selain itu faktor Instrumental juga berpengaruh terhadap hasil

belajar peserta didik. Faktor instrumental yang terdiri dari kurikulum,

program, sarana prasarana, dan guru. Kurikulum, Tanpa kurikulum kegiatan

belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi apa yang harus guru

sampaikan kepada anak didik belum guru programkan sebelumnya. Muatan

kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak didik.

Jadi kurikulum diakui dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak

didik.

Program, setiap sekolah mempnyai program pendidikan. Program

pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Program

pengajaran yang guru buat akan mempengaruhi ke mana proses belajar itu

berlangsung. Jadi secara langsung program pendidikan dan pengajaran juga

turut menentukan hasil belajar seorang siswa dalam proses pembelajaran.

Selanjutnya Sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Anak didik tentu dapat belajar lebih baik dan menyenangkan bila suatu

sekolah dapat memenuhi segala kebutuhan belajar anak didik. Jadi secara

tidak langsung sarana dan prasarana juga menentukan hasil belajar yang

diperoleh siswa.

31

(34)

Dan yang terakhir dari faktor instrumental yaitu guru. Guru

merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Tidak gampang untuk

menjadi seorang guru yang profesional, dibutuhkan kompetensi-kompetensi

yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional. Seorang guru yang

professional juga akan menentukan hasil belajar siswa yang di didiknya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pentingnya nilai suatu

keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Sehingga dengan

memperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil

belajar siswa dalam mencapai tujuan belajarnya.

2. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

“Sesuai dengan yang tertera didalam UU Sisdiknas No.20/2003 Bab X pasal 37 bahwa Kurikulum dasar pendidikan dan menengah pendidikan

memuat salah satunya Ilmu Pengetahuan Sosial.”32

Pengertian IPS Menurut Syafruddin Nurdin, yaitu IPS adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke pendidikan menengah. Bahkan pada sebagian Pergurua Tinggi, ada juga dikembangkan IPS ini sebagai salah satu mata kuliah, yang sasaran utamanya adalah pengembangan aspek teoritis, seperti yang menjadi penekanan social sciences. Pada jenjang pendidikan dasar, pemberian mata pelajaran IPS dimaksudkan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan praktis, agar mereka dapat menelaah, mempelajari dan mengkaji fenomena-fenomena serta masalah sosial yang ada di sekitar mereka.33

Menurut Enok Maryani, IPS adalah bahan kajian yang terpadu (interdisipliner) yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi dari konsep-konsep dan keterampilan disiplin ilmu sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, politik, dan ekonomi yang diorganisasikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pembelajaran.”34

32

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Tentang SlSDIKNAS seta Undang-Undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen…, h. 16

33

Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran Yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), cet. 1, h. 22.

34

(35)

Menurut Sardjiyo, “IPS adalah bidang studi yang mempelajari dan

menelaah serta menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu.”35

Menurut Sapriya, “pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang

diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk

tujuan pendidikan.”36

IPS menurut Etin Solihatin dan Raharjo, yaitu:

IPS merupakan padanan dari Social Studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama kali digunakan di AS pada tahun 1913 mengadopsi nama lembaga Sosial

Studies yang mengembangkan kurikulum di AS ( Kurikulum

Pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan oleh Hamid Hasan (1990), merupakan fungsi dari berbagai disiplin ilmu.37

S. Nasution mendefinisikan “IPS sebagai pelajaran yang merupakan

fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS

merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran

manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah,

ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.”38

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS

mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia di

permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota

masyarakat. IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

sekolah, mulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar sampai ke pendidikan

menengah atas, bahkan pada tingkat perguruan tinggi sebagai salah satu

mata pelajaran yang harus dipelajari.

35

Sardjiyo, Pendidikan IPS di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), Cet. 9, Ed. 2, h. 1.32.

36

Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) cet. 1, h. 11

37

Etin Solihatin,dan Raharjo, Cooperative Learning (Analisis Model Pembelajaran IPS), (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Ed. 1, cet. 3, h. 14

38

(36)

b. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan

manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS

bukanlah mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi terdiri dari beberapa

disiplin ilmu, yaitu sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan

tata Negara.

Ruang lingkup mata pelajaran IPS (Terpadu) meliputi beberapa aspek-aspek sebagai berikut:

1. Geografi meliputi manusia, tempat dan lingkungan. 2. Sejarah meliputi waktu, keberlanjutan dan perubahan. 3. Sosiologi meliputi sistem sosial dan budaya.

4. Ekonomi meliputi perilaku ekonomi dan kesejahteraan.39

Pokok bahasan atau topik yang terdapat dalam mata pelajaran IPS

tidak semata-mata didasarkan atas kepentingan ilmu-ilmu sosial seperti

geografi, sosiologi, antropologi, ekonomi, ilmu politik dan sejarah secara

terpisah-pisah, akan tetapi IPS merupakan integrasi dari beberapa macam

ilmu sosial di atas.

c. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik

dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan

diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta

berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi.

Ada beberapa pendapat mengenai tujuan IPS, yaitu:

Menurut Sardiyo, “pembelajaran IPS bertujuan untuk membentuk

warga Negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya

sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya

akan menjadi warga Negara yang baik dan bertanggung jawab.”40

39

Sardjiyo, Pendidikan IPS…, h. 25.

40

(37)

Menurut Sapriya tujuan IPS yaitu:

Tujuan utama IPS di tingkat sekolah yaitu untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga Negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.41

Menurut Etin Solihatin dan Raharjo, “tujuan dari pendidikan IPS

adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa

untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan

lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.”42

Menurut Syafruddin Nurdin, “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan nilai

peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial budaya.”43

Dari di beberapa pendapat di atas tujuan dari pembelajarn IPS adalah

agar peserta didik dapat bersosialisasi terhadap lingkungan dalam kehidupan

sehari-hari, untuk itu proses pembelajaran IPS di sekolah seyogyanya dapat

terorgainisir dengan baik.

d. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

“Hasil belajar IPS adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotor. Derajat kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam

bentuk nilai hasil belajar IPS.”44

Untuk meningkatkan hasil belajar IPS, dalam proses

pembelajarannya harus menarik sehingga peserta didik termotivasi untuk

belajar. Diperlukan metode pembelajaran menarik dan interaktif, dimana

guru lebih banyak memberikan peran kepada peserta didik sebagai subjek

41

Sapriya, Pendidikan IPS Konsep …, h. 12

42

Etin Solihatin,dan Raharjo, Cooperative Learning …, h. 15

43

Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran Yang Memperhatikan , h. 24.

44http://re-searchengines.com/0408trimo.html,

(38)

belajar. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan para

peserta didik baik pada aspek koginitf, afektif dan psikomotor sehingga

tercapai hasil belajar yang sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal

(KKM) yang sudah ditentukan.

Keberhasilan hasil belajar IPS Terpadu adalah tercapainya Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang sudah ditentukan. Berikut ini

adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS Terpadu kelas Tujuh

(VII) SMP/MTs semester genap berdasarkan Standar Isi, Permendiknas No.

22 Tahun 2006.

Tabel 1

Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS Terpadu kelas VII:45

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

4. Memahami usaha manusia untuk mengenali

perkembangan lingkungannya

4.1 Menggunakan peta, atlas, dan globe untuk mendapatkan informasi keruangan

4.2 Membuat sketsa dan peta wilayah yang menggambarkan objek geografi 4.3 Mendeskripsikan kondisi geografis dan

penduduk

4.4 Mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer, serta dampaknya terhadap kehidupan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia, serta

peninggalan-6.1 Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan dan pola permukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi

(39)

6.2 Mendeskripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan konsumsi,

produksi, dan distribusi barang/jasa 6.3 Mendeskripsikan peran badan usaha,

termasuk koperasi, sebagai tempat berlangsungnya proses produksi dalam kaitannya dengan pelaku ekonomi 6.4 Mengungkapkan gagasan kreatif dalam

tindakan ekonomi untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan

Agar belajar IPS meningkat diperlukan situasi, cara dan metode

pembelajaran yang tepat untuk melibatkan peserta didik secara aktif baik

pikiran, pendengaran maupun pengelihatan dalam proses belajar mengajar.

Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan peserta didik secara total

adalah pembelajaran dengan metode Cooperative Integrated and Reading

Composition (CIRC). Selain itu metode pembelajaran ini juga melatih

peserta didik untuk bekerja sama dan saling menghargai pendapat orang

lain. Selain metode Cooperative Integrated and Reading Composition

(CIRC), metode Think Pair Share (TPS) juga merupakan metode yang

mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dan

peserta didik dilatih untuk bekerja sama dan berinteraksi dengan lebih luas

kepada temen sekelompoknya

Dengan demikian hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

mengandung pengertian sebagai hasil kemampuan belajar peserta didik

terhadap ruang lingkup pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

3. Hakikat Metode Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan untuk dapat mengarahkan seorang

guru dalam mendesain pembelajaran dan membantu para peserta didik

untuk mencapai tujuan pembelajaran. di bawah ini akan dijelaskan beberapa

pengertian metode pembelajaran, yaitu:

(40)

metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk

mencapai tujuan tertentu”.46 Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia

terbaru mendefinisikan “metode adalah suatu cara yang telah diatur dan

berpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya.”47

Sedangkan Menurut Basyirudin Usman, “metode

pembelajaran adalah cara atau tehnik menyajikan bahan pelajaran terhadap

siswa agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan

efisien.”48

Menurut Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, metode pembelajaran dimaksudkan sebagai cara atau strategi yang digunakan guru untuk melakukan proses pembelajaran di kelas, terutama dalam konteks

transfer of knowledge dan transfer of values. Metode tersebut membantu guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran sehingga kompetensi yang direncanakan dapat tercapai dengan maksimal.49

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.50

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan oleh para pendidik

untuk dapat mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Pengetahuan

tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para pendidik,

sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau

tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. Metode pembelajaran

46

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, ( Bandung: PT.Refika Aditama, 2009), h. 55

47

Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru, (Surabaya: Amelia, 2003), cet. 1, h. 281.

48

Basyirudin usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, ( Jakarta: Ciputat press, 2002), Cet. 1, h. 4

49

Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan…, h. 122

50

Gambar

Tabel 1. SK dan KD IPS kelas VII ...............................................................
Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS Terpadu kelas VII:Tabel 1 45
Tabel 2 Kegiatan Penelitian
Tabel 3 Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah : Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka dapat dikemukakan perumusan masalah yaitu, Apakah ada perbedaan metode pembelajaran TPS yang menggunakan media

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan hasil belajar akuntansi dan efektivitas proses pembelajaran berbantuan multimedia menggunakan metode

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : Mengetahui apakah hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan

Berdasarkan latar belakang masalah dan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut ”Apakah ada Peningkatan Kemampuan

Penelitian eksperimen ini dilaksanakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa kelas 5 SD Negeri Sumberejo 01 dan

Sesuai dengan permasalahan yang ada maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang

Peningkatan hasil belajar IPS pada siklus 1 mencapai 44,84% dan pada siklus II Mencapai 86,21%4 Dengan memacu penelitian yang sebelumnya peneliti berkeyakinan bahwa penggunaan model