MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) BERBANTUAN
MEDIA AUDIO VISUAL BERPENGARUH TERHADAP
HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V
I Gede Heri Artapranata1, I Gede Meter2, I Wayan Sujana31,2,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
email:
[email protected], [email protected], [email protected]Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS
antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS)
berbantuan media Audio Visual dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kapten Japa Denpasar Utara. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen menggunakan desain eksperimen semu (quasi experimental design). Populasi dalam penelitian ini adalah kelas V SD Gugus Kapten Japa Denpasar Utara. Sampel diambil dengan teknik random sampling yaitu
kelas VSD No. 33 Dangin Puri sebagai kelas eksperimen dan Kelas V SD No. 20 Dangin
Puri sebagai kelas kontrol dengan jumlah masing-masing kelompok pada kelas eksperimen sebanyak 33 siswa dan pada kelas kontrol sebanyak 32 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes hasil belajar IPS siswa kelas V SD. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji beda mean (uji-t). Analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa kelas V SD antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) berbantuan media Audio Visual dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional. Hal tersebut dibuktikan bahwa thit = 2,715 > ttab = 2,000 dengan perolehan nilai rata-rata hasil
belajar IPS kelas eksperimen = 70,12 > = 61,16 kelas kontrol. Dengan demikian,
dapat disimpulkan penggunaan pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS)
berbantuan media Audio Visual memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Kapten Japa Denpasar Utara.
Kata-kata kunci: TPS, hasil belajar
Abstract
This study aims to determine significant differences in learning outcomes between groups of social science students who take think pair share cooperative learning helped by Audio Visual media with students who take conventional learning in the fifth grade elementary school students at force Kapten Japa North Denpasar. This research is an experimental study using a quasi-experimental design (quasi-experimental design). The population in this study is fifth grader elementary school Force Captain Japa North Denpasar. Samples were taken with a random sampling technique that is class V SD No.. 33 Dangin Puri as Class V experimental class and No. SD. 20 Dangin Puri as class control the number of each group in the experimental class as many as 33 students and as many as 32 in the control class students. Data collection techniques used in this study using the test results of social studies at fifth grade elementary school students,. Statistical analysis was used to test the hypothesis of this study is to test the mean difference (t-test). The analysis showed that there were significant differences in learning outcomes between the fifth grade students of elementary school, students who take cooperative learning Think Pair Share (TPS) Audio Visual Media assisted by a group of students who take conventional learning. It is proved that value = 2.715> = 2.000 table with average grades social studies class experimental results x = 70.12> x = 61.16 control class. Thus, we can conclude the use of cooperative learning Think Pair Share (TPS) Audio Visual Media assisted influence on the results of social studies fifth grade elementary school students Force Captain Japa North Denpasar.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan usaha standar yang dilakukan guru agar siswa dapat mencapai tujuan tertentu. Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD, yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru SD adalah orang yang berperan meletakkan dasar dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di jaman perkembangan teknologi.
Belajar merupakan kebutuhan hidup yang mengupayakan dirinya sendiri, karena sejak lahir manusia memiliki dorongan melangsungkan hidup dan menuju tujuan tertentu. Hal tersebut tentu saja karena ikhtiar untuk melangsungkan hidup bersumber dari dirinya, selain juga karena sebagai makhluk sosial harus mempertahankan hidup. Demikian juga dorongan esensial dalam diri manusia, yaitu dorongan untuk tumbuh berkembang dan dorongan untuk mempertahankan diri menjelaskan alasan manusia itu belajar, dengan belajar kualitas sumber daya manusia menjadi meningkat. Dalam upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM) anak merupakan sasaran prioritas pembangunan, oleh karena itu anak-anak harus dipersiapkan dengan baik untuk melanjutkan hidup mereka.
Di sekolah dasar siswa diajarkan beberapa mata pelajaran yang nantinya diharapkan dapat diterapkan di masyarakat, salah satu mata pelajaran yang diajarkan adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dasar adalah sebagai dasar pengetahuan tentang cara-cara bermasyarakat, karena manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri dalam arti lain manusia membutuhkan orang lain untuk hidup. Untuk itu, bekerjasama dengan orang lain merupakan keharusan bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Agar kerjasama tersebut terjalin dengan baik, maka manusia perlu memahami pola interaksi antar manusia. Bagaimana
seharusnya hubungan manusia dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan negara sehingga terjadi hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang yang menguntungkan semua pihak. Terjadinya hubungan yang baik dalam kehidupan manusia dengan karakter kodrati manusia yang sangat beragam bukan hal yang mudah, untuk itu perlu bimbingan dan pembinaan melalui program pendidikan yang terencana, sistematis, dan berkesinambungan.
Pada kenyataannya pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) di sekolah dasar merupakan mata pelajaran yang sulit dipahami oleh sebagian peserta didik. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang (konkret), dan masa depan yang belum mereka pahami (abstrak). Padahal, bahan materi IPS itu penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan, arah mata angin, lingkungan, ritual, alkulturasi, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak dalam mata pelajaran IPS yang harus dibelajarkan kepada siswa SD.
Berkaitan dengan hal tersebut pembelajaran IPS di sekolah dasar memang sangat sulit dicermati dan diaplikasikan ke kehidupan nyata. Hal ini biasa dilihat dari hasil belajar IPS di kelas V SD di gugus Kapten Japa Denpasar Utara, yang sebagian besar hasil belajar IPS siswanya belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KBM) yang ditetapkan yakni 60,00. Berkaitan dengan hal ini banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut, setelah diobservasi teridentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan rendahnya hasil belajar siswa seperti; a) kurangnya pengoptimalan strategi yang digunakan pada saat pembelajaran, dan b) kurangnya penggunaan media-media yang inovatif dan kreatif untuk menunjang proses belajar mengajar.
Guru sekolah dasar dalam setiap pembelajaran mesti selalu menggunakan pendekatan, metode, dan media pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami materi yang dibelajarkannya. Perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Model-model pembelajaran tradisional saat ini mulai ditinggalkan berganti dengan model yang sesuai dengan kaidah kurikulum. Sejalan dengan pendekatan kontruktivisme dalam pembelajaran, salah satu model pembelajaran yang saat ini banyak mendapatkan respon adalah model pembelajaran kooperatif atau cooperative
learning. Pada model cooperative learning
siswa diberikan kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator aktivitas belajar siswa.
Sunal dan Hans (dalam Isjoni 2012:12) berpendapat cooperative learning
merupakan suatu cara atau pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Cooperative learning
dapat meningkatkan lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam prilaku sosial Stahl (dalam Isjoni, 2012:12).
Cooperative learning dapat digunakan
dalam membuat laporan penelitian pada mata pelajaran IPA dan IPS. Namun
cooperative learning lebih tepat digunakan
pada pelajaran IPS. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa agar berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat (sharing ideas). Selain itu, dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh sebab itu, cooperative learning sangat baik dilaksanakan karena siswa dapat bekerjasama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapinya. Model
pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam mengoptimalkan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan memberi petunjuk pada pengajar di kelas. Gange (dalam Isjoni, 2012:50) berpendapat
”An active process and suggests that teaching involves facilitating active mental
process by studients”, bahwa dalam proses
pembelajaran siswa berada di dalam posisi proses mental yang aktif, dan guru berfungsi mengkondisikan terjadinya pembelajaran. Suatu perencanaan yang tepat sangat menentukan keberhasilan model tersebut. Joice dan Weil (dalam Isjoni, 2012:50) menyatakan model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan dengan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan memberi petunjuk pada pengajar di kelasnya. Selain dengan penggunaan model pembelajaran untuk mengoptimalkan hasil belajar, penggunaan media juga sangat mendukung.
Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2011:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien meskipun sederhana dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam mengoptimalkan tujuan pengajaran yang diharapkan. Disamping
dituntut mampu mengunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk mampu mengembangkan keterampilan untuk membuat media pembelajaran yang digunakan pada proses belajar mengajar.
Think Paire Share merupakan salah
satu model pembelajaran kooperatif sederhana yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri, serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan model pembelajaran ini, yaitu mampu mengoptimalkan partisipasi siswa (Lie, 2004:57). Dengan bantuan media audio visual diharapkan mampu mengoptimalkan pemahaman siswa mengenai materi pelajaran yang diajarkan. Dengan video yang menggambarkan atau memvirtualisasi materi pembelajaran diharapkan dapat menarik rasa ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran yang diajarkan.
Berdasarkan permasalahan di atas perlu dilakukan penelitian mengenai setrategi (model) dan media pembelajaran yang tepat untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa. Salah satu strategi (model) dan media pembelajaran yang bisa diterapkan pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial adalah TPS (Think
Pairs Share) dengan berbantuan media
Audio Visual. Untuk itu penilitian ini mengangkat judul tentang “ Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Berbantuan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD di Gugus Kapten Japa Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014” METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Penelitian ini hanya memperhitungkan skor pre-test yang dilakukan pada awal penelitian dan skor
post-test yang dilakukan pada akhir
penelitian. Menurut Sugiyono (2011:443) dalam kuasi eksperimen terdapat kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pengaruh treatment adalah bila nilai post-test (O2) model TPS lebih besar dari nilai
post-test model konvensional (O4) dan
perbedaannya signifikan.
Dalam menentukan subjek atau kelompok eksperimen maupun kontrol dengan merandom sekolah yang ada di Gugus Kapten Java Denpasar Utara. Dalam menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan teknik
random sampling. Desain penelitian ini
adalah Non Equivalent Control Group
Desain. Rancangan penelitian ini
diilustrasikan sebagai berikut.
Tabel Desain penelitian Eksper O1 x O2 O3 O4
(Sugiyono, 2011:443) Pada penelitian nilai pre-test hanya digunakan sebagai penyetaraan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sedangkan nilai yang dianalisis kedalam uji-t adalah nilai hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen dan kontrol yang meliputi aspek kognitif (nilai
post-test) dan aspek afektif.
Menurut Sugiyono (2011:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Gugus Kapten Japa Denpasar Utara. Menurut Sugiyono (2011:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik undian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 2 kelas pada kelas V Sekolah Dasar Gugus Kapten Japa Denpasar Utara. Sugiyono (2011:120) berpendapat random sampling merupakan pengambilan anggota sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (anggota populasi dianggap homogen). Setelah randomisasi diperoleh dua sekolah yaitu SD N 20 Dangin Puri sebagai kelas kontrol dan SD N 33 Dangin Puri sebagai kelas eksperimen.
Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Arikunto (2010:161) berpendapat variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Darmadi (2011:21) menyatakan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat, aspek, dari manusia, gejala, objek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulannya.
Identifikasi variabel penelitian. Yakni variabel bebas di kelompok eksperimen dalam penelitian ini model pembelajaran
think pair share (TPS) berbantuan media
audio visual, variabel bebas di kelompok kontrol dalam penelitian ini yaitu pembelajaran konvensional, variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar IPS.
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data tentang hasil belajar IPS siswa. Untuk mengumpulkan data tersebut digunakan tes, yaitu tes hasil belajar IPS. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar IPS siswa kelas V sekolah dasar di Gugus Kapten Japa Denpasar Utara. Untuk pengumpulan data tersebut digunakan tes, yakni tes untuk mengukur hasil belajar siswa kelas V SD Negri 20 Dangin Puri dan kelas V SD Negri 33 Dangin Puri.
Menurut Arikunto (2010:193) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Tes ini mengungkapkan tes objektif untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap pelajaran IPS yang diperoleh di kelas V. Setiap soal disertai dengan empat alternatif jawaban yang dipilih siswa (alternatif A, B, C, D). Setiap item diberikan skor satu apabila siswa menjawab dengan benar (jawaban dicocokan dengan kunci jawaban). Skor nol untuk siswa yang menjawab salah. Skor dari setiap jawaban dijumlahkan dan jumlah tersebut
merupakan skor variabel hasil belajar IPS. Skor hasil belajar IPS dari 0-100. Skor nol merupakan skor minimal ideal serta skor seratus merupakan skor maksimal tes hasil belajar IPS. Tes ini disusun oleh peneliti dikonsultasikan dengan guru bidang studi IPS dan dosen pembimbing.
Sebelum tes tersebut digunakan terlebih dahulu tes di uji validitas, reliabilitas, daya beda, dan indeks kesukarannya. Uji validitas isi dilakukan dengan cara menyesuaikan butir tes dengan indikator dan standar kompetensi. Uji validitas isi dilakukan dengan membuat tabel spesifikasi/blue print/kisi-kisi soal. Uji validitas empiric mengunakan tes objektif bersifat dikotomi, oleh karena itu validitas empirik tes tersebut ditentukan melalui analisis butir berdasarkan koefisien korelasi
point biserial (rbpi).
Validitas tes objektif ditentukan melalui analisis butir berdasarkan koefisien korelasi
point biserial (rpbi), karena tes bersifat
dikotomi (Arikunto, 2009:97). Kriteria yang digunakan untuk menentukan butir soal yang reliabel adalah jika koefisien reliabilitas yang didapat dari perhitungan lebih besar daripada koefisien yang terdapat pada tabel harga kritis dari rtabel (r11
> rtabel), maka tes tergolong reliabel.
Setelah dilakukan uji validitas dan reabilitas, tahap selanjutnya yang harus kita lakukan yaitu menguji daya beda butir soal. Pengertian daya pembeda (DP) dari sebuah butir soal menurut (Arikunto, 2009:211) membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah) angka yang menunjukan besarnya daya beda disebut
indeks diskriminasi. Jika sebuah soal dapat
dijawab benar dengan siswa yang pintar maupun siswa yang bodoh, maka soal tersebut tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda, demikian pula sebaliknya. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab oleh siswa yang pandai saja.
Cara menentukan daya beda (DP), diperlukan penggolongan antara kelompok atas (siswa pandai) dan kelompok bawah (siswa bodoh). Untuk mempermudah
penggolongan kelompok atas dengan kelompok bawah, perlu dibedakan antara kelompok kecil (kurang dari 100 testi), dan kelompok besar (lebih dari 100 testi). Cara menggolongkan kelompok atas dengan kelompok bawah pada kelompstiok kecil yaitu dengan menggurutkan testi dengan nilai tertinggi sampai terendah kemudian membagi dua sama besar (50% untuk kelompok atas, 50% untuk kelompok bawah). Sedangkan pada kelompok besar jumlah test lebih dari 100. Cara menggolongkan kelompok atas dan kelompok bawah yaitu dengan mengurutkan testi dari nilai tertinggi sampai terendah kemudian diambil dua kubu saja (27% untuk kelompok atas dan 27% untuk kelompok bawah).
Tingkat kesukaran dapat dipandang sebagai kesanggupan atau kemampuan siswa menjawab tes yang diberikan. Bisa juga dikatakan bahwa tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan proporsi peserta tes yang menjawab benar butir soal yang diberikan. Sedangkan tingkat kesukaran perangkat tes adalah bilangan yang menunjukkan rata-rata proporsi testi yang dapat menjawab seluruh tes tersebut. Tingkat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut dengan indeks kesukaran (difficulty indexs). Indeks kesukaran berkisar antara nilai 0,00 sampai dengan 1,00. Butir soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukan bahwa butir soal tersebut terlalu sukar, sedangkan indeks kesukaran 1,00 menunjukan butir soal tersebut terlalu mudah (Arikunto, 2009: 207).
Deskripsi dari hasil penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran umum mengenai penyebaran data yang diperoleh. Data yang disajikan adalah data mentah dan diolah menggunakan tehnik statistik deskripsi. Deskripsi tersebut berguna untuk menjelaskan penyebaran data menurut frekuensinya, menjelaskan kecenderungan tertinggi, kecenderungan menengah, kecenderungan rendah, serta untuk menjelaskan pola penyebaran data penelitian.
Data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dideskripsikan menurut masing-masing variabel, yaitu hasil belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran
think pair share (TPS) berbantuan media
audio visual dan hasil belajar dengan model pembelajaran konvensional. Karena tujuannya demikian, maka dicari harga rerata (M), standar deviasi (SD), modus (Mo), dan median (Me) setiap variabel yang diteliti. Untuk tujuan tersebut, sebelum dicari harga-harga yang diperlukan dibuat terlebih dahulu tabel distribusi dan histrogram untuk setiap variabel penelitian. Tabel tersebut dibuat dengan cara membuat kelas interval dengan aturan Sturges (Koyan, 2011:106).
Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis. Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah uji hipotesis dengan statistik parametrik bisa dilakukan atau tidak. Untuk mengetahui apakah sebaran data skor hasil belajar IPS siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak, digunakan analisis Chi-Square. Sementara itu, hipotesis statistik yang di uji dalam uji normalitas data adalah:
H1 : fe ≠ fo
H0 : fe = fo
Kriteria pengujian adalah adalah jika < , maka h0 diterima
(gagal ditolak) yang berarti data berdistribusi normal. Sedangkan taraf signifikasinya adalah 5% dan derajat kebebasannya (dk) = (k - 1).
Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Homogenitas varians diuji dengan menggunakan uji F. Kriteria pengujian adalah jika Fhit < Ftabel, maka data
homogen, sedangkan derajat kebebasannya adalah n-1. Jika dari hasil uji normalitas dan homogenitas varian diketahui bahwa sampel berdistribusi normal dan homogen maka untuk menguji hipotesisnya menggunakan uji-t satu ekor
(uji ekor kanan) dengan taraf signifikasi 5%. Dalam menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini menggunakan uji-t/ t-tes.
Uji signifikansinya adalah jika
< ttabel, maka Ho diterima (gagal ditolak) dan
Ha ditolak, sebaliknya jika ≥ ttabel,
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5% (α = 0, 05) atau taraf kepercayaan 95% dengan dk = n1 + n2 – 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi data penelitian ini merupakan
quasy experiment atau eksperimen semu
yang menggunakan rancangan
nonequivalent control group design yang
dianalisis dengan menggunakan uji-t. Objek yang diteliti adalah hasil belajar IPS kelas V dari penerapan model pemnbelajaran Think
Pair Share (TPS) berbantuan media audio
visual dan pembelajaran konvensional. Dengan demikian data pada penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu, (1) hasil belajar IPS siswa kelas V yang dibelajarkan dengan model pemnbelajaran Think Pair
Share (TPS) berbantuan media audio
visual, (2) hasil belajar IPS siswa kelas V yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.
Deskripsi data hasil belajar IPS yang memaparkan rata-rata, median, modus, standar deviasi, varian, minimum, maksimum dan rentangan. Skor rata-rata hasil belajar IPS untuk kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Think Pair
Share (TPS) berbantuan media audio visual
adalah 70,12 dengan varian sebesar 158,42 dan standar deviasi 12,59. Sedangkan skor rata-rata hasil belajar IPS untuk kelompok kontrol yang dibelajarkan secara konvensional adalah 61,16 dengan varian sebesar 190,52 dan standar deviasi 13,80.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa kelompok eksperimen dengan model pembelajaran Think Pair Share
(TPS) berbantuan media audio visual
perolehan nilai rata-rata hasil belajar IPS kelas eksperimen = 75,92 > = 68,03 kelompok kontrol dengan pembelajaran secara konvensional.
Tingkat kategori hasil belajar dengan model pembelajaran Think Pair
Share (TPS) berbantuan media audio visual
dan pembelajaran secara konvensional dapat dikonversikan ke dalam lima kategori dengan norma kerangka teoretik kurva normal ideal.
Skor hasil belajar IPS siswa kelas V SD N 33 Dangin Puri dengan model pembelajaran think pair share (TPS) berbantuan media audio visual menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 93 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai adalah 100, sedangkan skor terendah yang dicapai siswa adalah 47 dari skor yang mungkin dicapai 0, rentangan sebesar 46, rata-rata sebesar 70,12, modus sebesar 80, dan median sebesar 73.
Berdasarkan hasil perhitungan, menunjukkan bahwa pengelompokkan distribusi frekuensi untuk hasil belajar IPS siswa kelas V SD N 33 Dangin Puri dengan model pembelajaran Think Pair
Share (TPS) berbantuan media audio
visual terletak di sekitar rata-rata sebanyak 21.21%, di bawah rata-rata sebanyak 39.39%, dan di atas rata-rata sebanyak 39.40%.
Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS siswa kelas V SD N 33 Dangin Puri dengan model pembelajaran Think Pair
Share (TPS) berbantuan media audio visual
termasuk kategori sangat baik sebanyak 13 siswa atau sebesar 39,40% dan kategori baik sebanyak 16 siswa atau sebesar 48,48%.
Skor hasil belajar IPS siswa kelas V SD N 20 Dangin Puri dengan pembelajaran secara konvensional menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 83 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai adalah 100, sedangkan skor terendah yang
dicapai siswa adalah 33 dari skor yang mungkin dicapai 0, rentangan sebesar 50, rata-rata sebesar 61,66, modus sebesar 57, dan median sebesar 60. Berdasarkan hasil perhitungan, menunjukkan bahwa pengelompokkan distribusi frekuensi untuk hasil belajar IPS siswa kelas V SD N 20 Dangin Puri dengan pembelajaran secara konvensional terletak di sekitar rata-rata sebanyak 46,88%, di bawah rata-rata sebanyak 43,75%, dan di atas rata-rata sebanyak 9,37%.
Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS siswa kelas V SD N 20 Dangin Puri dengan pembelajaran secara konvensional termasuk kategori sangat baik sebanyak 3 siswa atau sebesar 9,37% dan kategori baik sebanyak 15 siswa atau sebesar 46,88%.
Dari perhitungan kategori di atas, hasil belajar IPS siswa kelas V SD N 33 Dangin Puri dengan model pembelajaran
Think Pair Share (TPS) berbantuan media
audio visual menunjukkan 39,40% siswa yang mendapat nilai dengan kategori sangat baik dan 48,48% siswa yang mendapat nilai dengan kategori baik sedangkan untuk hasil belajar IPS siswa kelas V SD N 20 Dangin Puri dengan pembelajaran secara konvensional menunjukkan 9,37% siswa yang mendapat nilai dengan kategori sangat baik sedangkan 46,88% siswa yang mendapat nilai dengan kategori baik.
Ini menunjukkan bahwa lebih banyak siswa dengan kategori hasil belajar IPS sangat baik yang mengikuti model pembelajaran Think Pair Share
(TPS) berbantuan media audio visual daripada dengan pembelajaran secara konvensional. Hal ini disebabkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan model pembelajaran yang dapat menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain, dan ikut aktif terlibat dalam kegiatan. Think Pair
Share dengan lebih banyak siswa yang
mengangkat tangan mereka untuk
menjawab setelah berlatih dengan pasangannya. Selain itu, materi yang dibelajarkan dapat lebih mudah diingat karena siswa dilatih untuk berpikir secara mandiri pada tahap think dan selanjutnya siswa dibelajarkan untuk mampu bekerja sama dalam memecahkan masalah dan saling berbagi pada tahap pair dan share.
Selain karena pengaruh kesesuaian strategi dengan mata pelajaran tidak bisa dikesampingkan peranan alat bantu atau sarana pendukung kegiatan pembelajaran berupa media harus disiapkan. Media pembelajaran juga sangat penting untuk meningkatkan motivasi belajar karena siswa akan lebih tertarik untuk melihat, menyimak, dan mendengarkan materi yang dibelajarkan. Salah satu media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media audio visual seperti Power Point , video yang sesuai dengan materi pembelajaran, dan poster.
Berdasarkan pemaparan data hasil belajar IPS siswa kelas V SD N 33 Dangin Puri (kelompok eksperimen) dan data hasil belajar IPS siswa kelas V SD N 20 Dangin puri (kelompok kontrol) diperoleh perbedaan rata-rata yang cukup mencolok dari kedua sebaran data tersebut. Rata-rata hasil belajar IPS dari siswa kelas V SD N 33 Dangin Puri (kelompok eksperimen) sebesar 70,12 sedangkan rata-rata hasil belajar IPS siswa kelas V SD N 20 Dangin Puri (kelompok kontrol) sebesar 61,18. Dari rata-rata tersebut dapat dilihat rata-rata hasil belajar IPS kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model Think Pair
Share (TPS) berbantuan media audio visual
lebih besar daripada rata-rata hasil belajar IPS kelompok kontrol yang dibelajarkan secara konvensional. Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar penerapan model Think
Pair Share (TPS) berbantuan media audio
visual lebih baik dibandingkan penerapan pembelajaran konvensional.
Uji prasyarat ini dilakukan untuk memastikan bahwa pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan statistik parametrik yaitu uji-t. Uji prasyarat tersebut meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varians.
Uji normalitas merupakan salah satu prasyarat untuk dapat dilakukan uji hipotesis yang dalam penelitian ini adalah uji-t. Dan untuk mengetahui normalitas sebaran data pada penelitin ini akan digunakan analisis Chi-Square (X2).
Berdasarkan hasil analisis Chi-Square (X2) pada sebaran data kelompok eksperimen diperoleh harga X2hit = 7,476
dan harga X2tab pada taraf signifikansi 5%
dengan db = 5 sebesar 11,070. Ini menunjukkan bahwa X2hit < X2tab berarti
data hasil belajar IPS kelompok eksperimen berdistribusi normal.
Sementara hasil analisis Chi-Square (X2) pada sebaran data pada kelompok kontrol diperoleh harga X2hit = 8,599 dan
harga X2tab pada taraf siginifikansi 5%
dengan db = 5 sebesar 11,070. Ini menunjukkan bahwa X2hit < X2tabberarti data
hasil belajar IPS kelompok kontrol berdistribusi normal. Berikut disajikan tabel ringkasan uji normalitas data pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Selain uji normalitas, untuk dapat menganalisis data dengan menggunakan statistik parametrik khususnya dengan uji-t juga perlu dipastikan kalau kedua data yang dianalisis tersebut homogen. Untuk mengetahui homogenitas data tersebut pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan Uji F.
Berdasarkan hasil perhitungan uji F diperoleh Fhit sebesar 1,20 dan Ftab pada
taraf signifikansi 5% dengan db pembilang 32 – 1 = 31 dan db penyebut 33 – 1 = 32 adalah 1,82,. Ini berarti Fhit < Ftab sehingga
kedua kelompok data homogen.
Dari hasil uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, uji hipotesis menggunakan uji-t dapat dilakukan. Rangkuman hasil analisis uji-t dua data hasil belajar Bahasa Indonesia siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 02. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil perhitungan uji-t diperoleh nilai thit 2,715, sedangkan ttabel
pada taraf signifikansi 5% dengan dk = n1
+ n2 – 2 = 33 + 32 – 2 = 63 adalah 2,000,
sehingga thit lebih besar dari ttab. Ini berarti
hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model Think
Pair Share berbantuan media audio visual
dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD gugus Kapten Japa Kecamatan Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014 ditolak. Ini berarti hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh penerapan model Think
Pair Share berbantuan media audio visual
terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD gugus Kapten Japa Denpasar Utara Tahun ajaran 2013-2014.
Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan menganalisis hasil ulangan semester genap kelas IV dari kedua kelas sampel untuk mengetahui kesetaraannya. Analisis yang digunakan untuk mengetahui kesetaraan tersebut adalah statistik parametrik yaitu uji-t. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa antara siswa kelas V SD N 33 Dangin Puri dengan siswa kelas V SD N 20 Dangin Puri memiliki distribusi data yang normal dan homogen serta hasil uji-t menyatakan bahwa kedua kelompok data
Kelas N Dk thit ttab
Kelas Eksperimen 33 63 2,715 2,000
tersebut tidak terdapat perbedaan yang signifikan atau dengan kata lain kedua kelas tesebut memiliki kemampuan yang setara. Karena kedua kelompok setara, maka selanjutnya dilakukan randomisasi untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. berdasarkan hasil randomisasi diperoleh kelas V SD N 33 Dangin Puri sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SD N 20 Dangin Puri sebagai kelompok kontrol.
Langkah selanjutnya adalah pemberian
treatment yaitu berupa model Think Pair
Share (TPS) berbantuan media audio visual
untuk kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional untuk kelompok kontrol. Masing-masing kelompok akan diberikan 6 kali treatment dan dilakukan
post-test pada pertemuan ke-7. Selama
pelaksanaan atau pemberian treatmen juga dilakukan observasi untuk mendapatkan nilai afektif dari kedua kelompok baik eksperimen maupun kontrol. Setelah hasil
post-test dan hasil observasi dari kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol didapatkan maka dilanjutkan dengan menggabungkan kedua nilai tersebut sehingga didapat hasil belajar yang utuh. Hasil belajar ini selanjutnya dianalisis menggunakan uji-t.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t didapat thit
sebesar 2,715 dan ttab pada taraf
signifikansi 5% dan db = 63 adalah 2,000. Ini berarti thit > ttab, sehingga H0 ditolak dan
Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa antara yang dibelajarkan menggunakan model Think Pair Share
(TPS) berbantuan media audio visual dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional.
Perbedaan hasil belajar tersebut disebabkan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model Think Pair
Share (TPS) berbantuan media audio visual
dapat menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya, mendengarkan satu sama lain, dan ikut aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Selain itu, materi yang dibelajarkan dapat lebih mudah diingat karena siswa dilatih untuk berpikir secara mandiri pada tahap
Think dan selanjutnya siswa dibelajarkan
untuk mampu bekerja sama dalam memecahkan masalah dan saling berbagi pada tahap Pair dan Share.
Selain karena pengaruh kesesuaian strategi dengan mata pelajaran tidak bisa dikesampingkan peranan alat bantu atau sarana pendukung kegiatan pembelajaran berupa media harus disiapkan. Media pembelajaran juga sangat penting untuk meningkatkan motivasi belajar karena siswa akan lebih tertarik untuk melihat, menyimak, dan mendengarkan materi yang dibelajarkan. Salah satu media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media audio visual seperti Power Point, video yang sesuai dengan materi pembelajaran, dan poster. Berbeda dengan yang diterapkan pada kelompok kontrol, strategi pembelajaran yang konvensional yang diterapkan sering kali menimbulkan kebosanan karena selalu disajikan dengan ceramah dan tanya jawab. Strategi seperti ini tidak memberikan kesempatan pada peserta didik belajar sesuai dengan gaya belajarnya dan cenderung menunggu informasi-informasi yang disampaikan oleh guru. Jadi sudah dapat dilihat proses pembelajaran dengan pembelajaran konvensional membuat siswa cenderung pasif yang berpengaruh pada perolehan hasil belajar siswa yang kurang optimal.
Hal ini juga didukung oleh beberapa penelitian seperti Purwati (2011) dalam penelitiannya yang berjudul penerapan model pembelajaran koopratif tipe think pair
share (TPS) untuk meningkatkan keaktifan
dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD N 5 Tonja Denpasar. Mendapatkan hasil bahwa adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran think pair share di sekolah tersebut. Begitu juga dengan Astriani (2012) dalam penelitiannya yang berjudul penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe think pair share untuk meningkatkan
SD N5 Plaga. Mendapatkan hasil bahwa adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa
Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah dipaparkan menunjukan bahwa model
Think Pair Share (TPS) berbantuan media
audio visual telah terbukti lebih baik dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional. Maka dari itu, strategi ini dapat diterapkan sebagai variasi dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa tidak mudah jenuh dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan pada akhirnya hasil belajar IPS dapat dioptimalkan.
SIMPULANDAN SARAN
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang dipaparkan pada BAB IV, dapat disimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut.
1. Rata-rata hasil belajar dalam pembelajaran untuk hasil belajar IPS siswa kelas V SD N 33 Dangin Puri dengan model pembelajaran Think Pair
Share (TPS) berbantuan media audio
visual terletak di sekitar rata-rata sebanyak 21.21%, di bawah rata-rata sebanyak 39.39%, dan di atas rata-rata sebanyak 39.40%. Nilai hasil belajar siswa kelas V SD N 33 Dangin Puri dengan model pembelajaran Think
Pair Share (TPS) berbantuan media
audio visual berada pada kategori sangat baik sebanyak 13 siswa atau sebesar 39,40% dan kategori baik sebanyak 16 siswa atau sebesar 48,48%.
2. Rata-rata hasil belajar dalam pembelajaran IPS siswa kelas V SD N 20 Dangin Puri dengan pembelajaran secara konvensional terletak di sekitar rata-rata sebanyak 46,88%, di bawah rata-rata sebanyak 43,75%, dan di atas rata-rata sebanyak 9,37%. Nilai hasil belajar siswa kelas V SD N 20 Dangin Puri dengan pembelajaran secara konvensional berada pada kategori sangat baik sebanyak 3 siswa atau sebesar
9,37% dan kategori baik sebanyak 15 siswa atau sebesar 46,88%.
3. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, perbedaan tersebut dibuktikan dengan hasil thit lebih besar dari ttab.
Dari perbedaan tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran think pair share (TPS) berbantuan media audio visual dengan siswa yang dibelajarkan secara konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kapten Japa Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., 2009. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 6. Jakarta : Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek
Edisi Revisi 2010. Jakarta:
RinekaCipta.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers 2011.
Astriani, Ni Nyoman. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Aktifitas Dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD 5 Pelaga. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Jurusan PGSD Undiksha.
Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Isjoni. H, 2012. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta
Koyan, I Wayan. 2007. Teknik Analisis Data kuantitatif. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha,
Purwati, Ni Wayan. 2011. Penerapan Model Pembelajaran KooperatifTipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD N 5 Tonja.Skripsi (TidakDiterbitkan). Jurusan PGSD Undiksha.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Pendidikan. Cetakan ke-12.