1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE
BERBANTUAN AUDIO VISUAL TERHADAP KOMPETENSI
PENGETAHUAN IPS
Ni Wayan Pitriani
1, I Ketut Ardana
2, M.G. Rini Kristiantari
3 1,2,3Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
email:
[email protected]
1,
[email protected]
2,
[email protected]
3 AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IV SD Gugus Moch Hatta Denpasar Selatan Tahun Ajaran
2016/2017 yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share
berbantuan audio visual dan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran
konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi dengan rancangan kelompok Non-ekuivalen. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Gugus Moch Hatta yang berjumlah 331 siswa. Sampel penelitian diambil dengan teknik random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVA SD Negeri 3 Panjer dengan jumlah 35 siswa sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas IV SD Negeri 2 Panjer dengan jumlah 42 siswa sebagai kelompok kontrol. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes dalam bentuk tes objektif pilihan ganda biasa. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji-t. Hasil analisis data diperoleh thitnung = 4,114 pada
taraf signifikansi 5% dan dk = 75 diperoleh nilai ttabel = 2,000 sehingga thitung = 4,114 > ttabel =
2,000, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS siswa yang dibelajarakan menggunakan model pembelajaran
Think Pair Share berbantuan audio visula dan siswa yang dibelajarkan menggunakan
pembelajaran konvensional. Rata-rata nilai kompetensi pengetahuan IPS pada kelompok
yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Think Pair Shair berbantuan audio
visual adalah 83,48, sedangkan kelompok yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional adalah 73,40. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Think Pair Share berbantuan audio visual berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IV SD Gugus Moch Hatta Denpasar Selatan Tahun Ajaran 2016/2017.
Kata kunci:Think Pair Share, audio visual, IPS
Abstract
This study aimed to determine the significant difference of social knowledge competence of fourth grade students of SD Gugus Moch Hatta Denpasar south of the School Year 2016/2017 which was taught using Think Pair Share model aided by visual audio and students who were taught using conventional learning. This study was a quasi-experimental study with a Non-equivalent group design. The population of this study is all students of grade IV SD Gugus Moch Hatta, amounting to 331 students. The sample was taken by random sampling technique. The sample in this research were the students of grade IVA SD Negeri 3 Panjer with 35 students as experiment group and fourth grade students of SD Negeri 2 Panjer with 42 students as control group. The data collection method used test method in the form of ordinary double choice objective test. The data obtained were analyzed used the t-test. The result of data analysis obtained by tarithmetic = 4,114 at 5% significance level and dk = 75 obtained ttable value = 2,000 so tarithmetic = 4,114 > ttable = 2,000,
2
then Ho rejected and Ha accepted. This means that there is a significant difference of social knowledge competence of students who are taught using Think Pair Share model supported by audio visual and students who are taught using conventional learning. The mean value of social knowledge competence in the group that was taught using Think Pair Shair learning model with visual audio aid was 83.48, while the group taught using conventional learning was 73,40. Based on the result, the conclusion of this research is the Think Pair Share learning model with visual auxiliary effect on the competence of social knowledge of fourth grade students of SD Gugus Moch Hatta Denpasar south of academic year 2016/2017.
Keywords: Think Pair Share, audio visual, IPS
PENDAHULUAN
Suatu negara akan berkembang
dengan baik apabila pendidikan warga Negaranya dikelola dan ditata dengan baik, karena pendidikan merupakan sarana utama di dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Butir 1 dinyatakan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan yang berkualitas dapat memberikan peluang bagi manusia untuk dapat mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya. Setiap manusia memerlukan pendidikan sebagai bekal untuk menghadapi persaingan global yang semakin ketat. Upaya
untuk meningkatkan kualitas pendidikan
merupakan hal yang harus dilakukan secara berkelanjutan dan menyeluruh meliputi semua
aspek. Hal tersebut tentunya menjadi
tantangan bagi pemerintah untuk terus berusaha meningkatkan dan mengembangkan kualitas pendidikan menjadi lebih baik. Salah satu faktor penunjang untuk meningkatkan
kualitas pendidikan adalah dengan
menyempurnakan dan mengembangkan
kurikulum pembelajaran.
Menurut Kurniasih dan Sani (2014:2), kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengetahuan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Suatu kurikulum harus terus beradaptasi dengan berbagai perubahan dan perkembangan yang ada. Pemerintah
telah menerapkan berbagai kurikulum untuk mendukung proses pendidikan di Indonesia.
Kurikulum yang telah diterapkan oleh
pemerintah diantaranya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, hingga kurikulum terbaru saat ini yaitu Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Permendikbud Nomor 57 tahun 2014 lampiran I). Dalam pelaksanaan kurikulum 2013 tidak hanya mengembangkan
kemampuan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan melainkan aspek religius dan sikap sosial juga menjadi aspek yang sangat penting untuk dikembangkan.
Kurikulum 2013 adalah sebuah
kurikulum yang dalam pelaksanaan
pembelajarannya menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah. Pendekatan
saintifik ini merupakan pembelajaran
konvensional atau pembelajaran yang biasa
digunakan guru dalam setiap proses
pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 dilaksanakan secara tematik integratif, yakni proses pembelajaran dari sebuah tema yang menjadi acuan dasar. Salah satu muatan pembelajaran yang diintegrasikan dalam kurikulum 2013 adalah muatan pembelajaran IPS.
Ilmu pengetahuan sosial (IPS), adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik (Susanto, 2015:137). IPS merupakan salah satu muatan pembelajaran yang dapat memberikan wawasan pengetahuan yang luas mengenai masyarakat lokal maupun global
3
sehingga mampu hidup bersama dengan
masyarakat lainnya. IPS tidak hanya
memberikan ilmu pengetahuan semata, tetapi
harus berorientasi pada pengembangan
keterampilan berpikir kritis, sikap dan
kecakapan-kecakapan dasar siswa yang berpijak pada kenyataan kehidupan sosial siswa di masyarakat. Melalui pembelajaran IPS di sekolah, diharapkan dapat membekali siswa pengetahuan dan wawasan tentang konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya serta mampu memecahkan permasalaha sosial dengan baik, sehingga pada akhirnya siswa dapat menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab.
Berdasarkan hasil observasi dengan para guru kelas IV di SD Gugus Moch Hatta Denpasar Selatan dalam proses pembelajaran khususnya pada muatan pembelajaran IPS
masih terdapat kelemahan dilihat dari
pelaksanaan proses pembelajaran, diketahui bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPS. Hal ini disebabkan masih kurangnya penggunaan
model pembelajaran yang inovatif dan
penggunaan media pembelajaran dalam
proses pembelajaran, sehingga siswa
menganggapa pembelajaran IPS hanya
pembelajaran hafalan dan pembelajaran yang membosankan dibanding dengan muatan pembelajaran yang lain. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Susanto (2015:138) yang menyatakan, sayangnya kenyataan di lapangan masih banyak yang beranggapan bahwa pendidikan IPS kurang memiliki
kegunaan yang besar bagi siswa
dibandingkan pendidikan IPA dan matematika yang mengkaji bidang pengembangan dalam sains dan teknologi.
Salah satu alternatif untuk mengatasi
permasalahan khususnya dalam
pembelajaran IPS, seorang guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam mengemas sebuah
pembelajaran agar menarik dan
menyenangkan sehingga membuat siswa
tertarik untuk belajar. Penggunaan
pendekatan pembelajaran konvensional saja tidaklah cukup untuk mendukung proses pembelajaran di kelas. Jika guru mampu memilih dan mengembangkan model yang tepat dalam proses pembelajaran serta mampu memanfaatkan segala fasilitas yang
tersedia secara maksimal, maka tidak
menutup kemungkinan penguasaan
kompetensi siswa dalam suatu muatan materi
pembelajaran khususnya IPS akan tercapai secara optimal.
Sebelum memilih model pembelajaran yang akan digunakan, guru dituntut untuk mampu mengenal karakteristik siswa terlebih dahulu. Hal ini sangat erat hubungannya dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Pemilihan model pembelajaran sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Salah satu upaya untuk mengoptimalkan proses pembelajaran perlu
diadakan situasi pembelajaran yang
menyenangkan dan merangsang minat siswa untuk lebih antusias berperan aktif dalam
proses pembelajaran, yakni dengan
menerapkan model pembelajaran Think Pair
Share.
Think Pair Share termasuk salah satu
model pembelajaran kooperatif, yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa. Dengan menggunakan model
pembelajaran Think Pair Share dapat
memberikan siswa waktu berpikir, memberi kesempatan memperdalam jawaban yang telah dipikirkan sebelumnya, dan dapat membangun pengetahuan siswa melalui tanya jawab. Think Pair Share dapat melatih siswa untuk mengembangkan kompetensi baik dari segi kognitif dalam bentuk pengetahuan dan pemahaman, afektif dalam bentuk nilai dan sikap positif yang didapat dari bekerja sama dengan rekan kelompok, dan psikomotor dalam bentuk keaktifan dan kreatif dalam pembelajaran (Widiantara, 2014). Dengan
model pembelajaran Think Pair Share ini
kompetensi pengetahuan siswa juga akan meningkat, karena jumlah yang dibentuk dalam satu kelompok tidaklah banyak dan masing-masing siswa dapat dengan leluasa untuk mengemukakan pendapatnya.
Dalam kegiatan pembelajaran siswa sering kali dihadapkan pada hal-hal yang bersifat abstrak yang sulit dipahami, untuk itu diperlukan suatu alat bantu pembelajaran
berupa media pembelajaran. Media
pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini adalah media audio visual. Media
audio visual dapat membuat proses
pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan sehingga siswa lebih tertarik untuk belajar. Dengan demikian model Think
Pair Share berbantuan audio visual sangat
efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Selain itu dengan menggunakan
model pembelajaran ini siswa dapat
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan menjawab dalam komunikasi antar satu dengan yang lain, serta saling membantu satu
4
sama lain dalam kelompok kecil, dan proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan
menyenangkan. Dengan demikian
pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi para siswa dan meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa khususnya pembelajaran IPS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan yang signifikan kompetensi
pengetahuan IPS siswa kelas IV SD Gugus Moch Hatta Denpasar Selatan Tahun Ajaran 2016/2017 yang dibelajarkan menggunakan
model pembelajaran Think Pair Share
berbantuan Audio Visual dan siswa yang
dibelajarkan menggunakan pembelajaran
konvensional.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Gugus Moch Hatta Denpasar Selatan Tahun Ajaran 2016/2017. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif yakni penelitian eksperimen. Desain eksperimental yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Eksperimen Kuasi
(Quasi-Eksperimental Design) dengan desain
Rancangan Kelompok Non-ekuivalen. Dalam rancangan ini, ada dua kelompok subjek yakni satu kelompok sebagai kelompok eksperimen dan satu kelompok sebagai kelompok kontrol. Kedua kelompok memperoleh prates dan pascates. Prates dilakukan hanya untuk menguji kesetaraan sampel yakni antara
siswa kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di SD Gugus Moch Hatta Denpasar Selatan yang terdiri dari 8 kelas dalam 5 SD Negeri dengan jumlah siswa kelas IV adalah 311 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan
random sampling yakni yang dirandom
adalah kelas sehingga memberikan kesempatan yang sama kepada anggota populasi untuk diambil menjadi anggota sampel (Agung, 2014:71). Menentukan
sampel dilakukan dengan cara
pengundian yakni dengan menuliskan nama-nama seluruh kelas IV yang ada pada masing-masing SD di Gugus Moch Hatta Denpasar Selatan pada kertas dan dikocok. Hasil dari kocokan tersebut yang
terpilih adalah kelas IVA SD Negeri 3 Panjer dan kelas IV SD Negeri 2 Panjer. Selanjutnya dipilih lagi secara random
untuk menentukan kelas yang dijadikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan pemilihan tersebut, terpilih kelas IVA SD Negeri 3 Panjer sebagai kelompok eksperimen yang
dibelajarkan menggunakan model
pembelajaran Think Pair Share
berbantuan audio visual dan kelas IV SD Negeri 2 Panjer sebagai kelompok kontrol
yang dibelajarkan menggunakan
pembelajaran konvensional. Setelah itu, dua sampel tersebut diberikan prates. Nilai atau skor dari prates digunakan untuk penyetaraan kelompok yang dianalisis dengan menggunakan uji-t. sebelum uji kesetaraan menggunakan uji-t, maka data hasil prates diuji prasyarat yakni uji normalitas dan uji homogenitas. Berdasarkan hasil analisis nilai prates dengan menggunakan uji-t, terbukti siswa kelas IVA SD Negeri 3 Panjer dan siswa kelas IV SD Negeri 2 Panjer memiliki
kemampuan yang setara secara
akademik.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Think Pair Share berbantuan audio visual sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kompetensi pengetahuan IPS. Untuk mengumpulkan data tentang kompetensi pengetahuan IPS digunakan metode tes. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pengetahuan IPS adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa dengan empat pilihan jawaban dan terdiri dari 32 butir soal yang telah divalidasi dengan melalui uji validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran.
Pada penelitian ini, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing-masing diberikan perlakukan sebanyak 6 kali pertemuan dan diakhir penelitian siswa diberikan pascates untuk
memperoleh data kompetensi
pengetahuan IPS siswa. Data kometensi pengetahuan IPS siswa kemudian dianalisis menggunakan uji prasyarat yakni uji normalitas dengan rumus chi-
5
kuadrat dan uji homogenitas varians dengan uji F untuk mengetahui apakah kedua data yang diperoleh tersebut normal dan homogen. Hipotesis yang diuji adalah Hipotesis nol (Ho) yang berbunyi
”tidak terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IV SD Gugus Moch Hatta Denpasar Selatan Tahun Ajaran 2016/2017 yang
dibelajarkan menggunakan model
pembelajaran Think Pair Share
berbantuan audio visual dan siswa yang
dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional”. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah uji-t dengan rumus
polled varian.
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL
Deskripsi data kompetensi
pengetahuan IPS pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Deskripsi Data Kompetensi Pengetahuan IPS
Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Mean 83,48 73,40
Standar Deviasi 11,89 10,16
Varian 141,26 103,32
Nilai Maksimum 100 91
Nilai Minimum 63 53
Berdasarkan tabel 1, rata-rata nilai kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok eksperimen lebih dari rata-rata nilai kompetensi pengetahuan IPS kelompok kontrol. Rata-rata nilai siswa kelompok eksperimen yaitu sebesar 83,48 dan rata-rata nilai siswa kelompok kontrol yaitu sebesar 73,40. Berdasarkan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) rata-rata kelompok eksperimen berada pada predikat Baik (B) sedangkan rata-rata kelompok
kontrol berada pada predikat Cukup (C).
Sebelum melakukan uji
hipotesis, harus dilakukan beberapa uji prasyarat, yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Uji normalitas sebaran data dilakukan untuk membuktikan bahwa kedua data sampel penelitian berdistribusi normal. Rekapitulasi hasil analisis uji normalitas kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol
Sampel X2
hit X2tabel Keterangan
Kelompok Eksperimen 9,58 11,070 Berdistribusi Normal
Kelompok Kontrol 3,13 11,070 Berdistribusi Normal
Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat X2Hit < X2Tabel untuk kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol, ini berarti bahwa sebaran data kompetensi pengetahuan IPS pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol berdistribusi normal. Setelah
melakukan uji normalitas sebaran data, selanjutnya dilakukan Uji Homogenitas varians terhadap kompetensi pengetahuan
IPS siswa. Rekapitulasi hasil uji
homogenitas dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Tabel Hasil Uji Homogenitas Varian
Sampel Varians Fhit Ftabel Kesimpulan
Kelompok Eksperimen 141,26
1,37 1,73 Homogen
6
Berdasarkan tabel 3, hasil uji homogenitas varian menunjukkan bahwa Fhit < Ftabel (1,37 < 1,73). Ini
berarti bahwa varians kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen.
Dari hasil uji prasyarat terhadap sebaran data yang telah dilakukan diperoleh bahwa data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan hal tersebut akan dilanjutkan terhadap pengujian hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian yang diuji adalah Ho yang berbunyi
tidak terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IV SD Gugus Moch Hatta Denpasar Selatan Tahun Ajaran
2016/2017 yang dibelajarkan
menggunakan model pembelajaran
Think Pair Share berbantuan audio
visual dan siswa yang dibelajarkan
menggunakan pembelajaran
konvensional. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas varians diperoleh data bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal serta homogen dan jumlah anggota sampel sama (n1 ≠ n2).
Berdasarkan hal tersebut maka uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t dengan rumus
polled varians. Dengan kriteria jika harga thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima,
dan jika harga thitung > ttabel maka Ho
ditolak. Pada taraf signifikan 5% dengan dk = n1+n2-2. Rekapitulasi hasil
perhitungan uji hipotesis disajikan pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Hipotesis
Sampel Mean Varian N thitung ttabel Kesimpulan
Kelompok
Eksperimen 83,48 141,26 35
4,114 2,000 Ho ditolak
Kelompok
Kontrol 73,40 103,32 42
Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa thitung > ttabel (4,114 >
2,000), maka Ho ditolak. Ini berarti
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran
Think Pair Share berbantuan audio
visual dan kelompok siswa yang
dibelajarkan menggunakan pembelajara konvensional.
PEMBAHASAN
Setelah menganalisis data pascates, diketahui bahwa sebaran data pascates kompetensi pengetahuan IPS berdistribusi normal dan memiliki varian yang homogen. Dari hasil analisis diperoleh thitung = 4,114. Harga
tersebut kemudian dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk = 35 + 42
– 2 = 75 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga ttabel= 2,000,
karena thitung > ttabel (4,114 > 2,000)
maka Ho ditolak. Ini berarti terdapat
perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IV SD Gugus Moch Hatta Denpasar Selatan
Tahun Ajaran 2016/2017 yang
dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share
berbantuan audio visual dan siswa yang
dibelajarkan menggunakan
pembelajaran konvensional.
Secara deskriptif, rata-rata nilai kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok eksperimen lebih dari rata-rata nilai kompetensi pengetahuan IPS kelompok kontrol. Rata-rata nilai siswa kelompok eksperimen yaitu sebesar 83,48 lebih dari rata-rata nilai siswa kelompok kontrol yaitu sebesar 73,40.
7
Berdasarkan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) rerata kelompok eksperimen berada pada predikat Baik (B) sedangkan rerata kelompok kontrol berada pada predikat Cukup (C). Ini berarti bahwa model pembelajaran
Think Pair Share berbantuan audio
visual berpengaruh terhadap
kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IV SD Gugus Moch Hatta Denpasar Selatan Tahun Ajaran 2016/2017.
Perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share
berbantuan audio visual disebabkan karena model pembelajaran Think Pair
Share memberikan kesempatan kepada
siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi berperan aktif untuk menggali dan menganalisis pemahaman terhadap konsep yang dipelajari. Selain itu model pembelajran
Think Pair Share dapat meningkatkan pola interaksi siswa sehingga melatih siswa untuk berpikir kritis dan berbagi pendapat atau berdiskusi secara berpasangan yang membantu malatih
siswa dalam menyelesaikan
permasalahan dalam pembelajaran, keaktifan siswa akan meningkat karena masing-masing siswa dapat dengan leluasa mengeluarkan pendapatnya, dapat mengembangkan keterampilan
berpikir dan menjawab dalam
berkomunikasi, dan memberikan kesempatan yang banyak kepada siswa untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain (Kurniasih dan Sani, 2016). Penggunaan media
audio visual dapat membuat siswa lebih tertarik untuk belajar dan siswa juga akan lebih fokus terhadap materi yang dibelajarkan.
Pada kelompok kontrol tidak diberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair Share
berbantuan audio visual tetapi diberikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pembelajaran
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol hampir mirip karena sama-sama menggunakan pendekatan saintifik, karena kurikulum 2013 mengharapkan kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Tetapi, yang membedakan di kelompok eksperimen selain menggunakan pendekatan saintifik juga menggunakan model pembelajaran Think Pair Share
berbantuan audio visual yang
menjadikan suasana belajar yang aktif,
kreatif, menarik, dan tidak
membosankan bagi siswa sehingga
dapat menumbuhkan motivasi,
interaksi, minat, ketekunan, kerjasama antar siswa dan menumbuhkan sikap berpikir kritis siswa. Sedangkan pada kelompok kontrol hanya menerapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik saja sehingga pembelajaran terasa monoton dan kurangnya penggunaan media pembelajaran yang menyebabkan siswa kurang semangat dalam belajar.
Model pembelajaran Think Pair Share berbantuan audio visual memiliki kelunggulan dalam penerapannya pada pembelajaran. Kurniasih dan Sani (2016), menyatakan keunggulan dari model pembelajaran Think Pair Share
diantaranya, (1) memberikan
kesempatan yang sangat banyak kepada siswa untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain, (2) meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, (3) dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, (4) Keaktifan siswa kan meningkat karena kelompok yang dibentuk tidak gemuk sehingga masing-masing siswa dapat
dengan leluasa mengeluarkan
pendapat mereka, (5) meminimalisisr peran sentral guru sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan guru. Sedangkan kelebihan penggunaan media audio visual dalam pembelajaran adalah (1) dapat mempengaruhi perilaku manusia
8
melebihi media cetak, (2) dapat digunakan secara berulang-ulang, (3) dapat menyajikan materi yang secara fisik tidakk bisa dibawa ke dalam kelas, (4) dapat menyajikan objek secara detail, (5) dapat menyajikan objek yang berbahaya, (6) dapat diperlambat atau dipercepat, dan (7) dapat dugunakan untuk klasikal ataupun individual (Widiastiti, 2014).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang relevan dilakukan Widiantara (2014), dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa
antara siswa yang mengikuti
pembelajaran model Think Pair Share
berbantuan media visual dengan siswa
yang mengikuti pembelajaran
konvensional. Serta penelitian yang dilakukan oleh Sekarini (2014), dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model Think Pair Share
berbantuan audio visual dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.
Berdasarkan pemaparan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IV SD Gugus Moch Hatta Denpasar Selatan Tahun Ajaran
2016/2017 yang dibelajarkan
menggunakan model pembelajaran
Think Pair Share berbantuan audio visual dan siswa yang dibelajarkan
menggunakan pembelajaran
konvensional.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut.
Berdasarkan hasil analisis data kompetensi pengetahuan IPS pada kelompok eksperimen diperoleh rata-rata nilai kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen yaitu 83,48 dan
berdasarkan PAP skala lima maka nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPS siswa pada kelompok eksperimen berada pada predikat Baik (B). Sedangkan hasil analisis data kompetensi pengetahuan IPS pada kelompok kontrol diperoleh rata-rata nilai kompetensi pengetahuan IPS kelompok kontrol yaitu 73,40 dan berdasarkan PAP skala lima maka nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPS siswa pada kelompok kontrol berada pada predikat Cukup (C).
Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji-t dengan dk = 75 pada taraf signifikansi 5% diperoleh ttabel
= 2,000, thitung = 4,114 > ttabel = 2,000
maka Ho ditolak, yang berarti terdapat
perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IV SD Gugus Moch Hatta Denpasar Selatan
Tahun Ajaran 2016/2017 yang
dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share
berbantuab audio visual dan siswa yang
dibelajarkan menggunakan
pembelajaran konvensional. Rata-rata kompetensi pengetahuan IPS pada kelompok eksperimen lebih dari kelompok kontrol (83,48 > 73,40). Dengan demikian model pembelajaran
Think Pair Share berbantuan audio
visual berpengeruh terhadap
kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IV SD Gugus Moch Hatta Denpasar Selatan Tahun Ajaran 2016/2017.
Adapun saran yang dapat disampaikan setelah melaksanakan dan memperoleh hasil dari penelitian yaitu guru disarankan agar lebih kreatif untuk memberikan fasilitas berupa sumber belajar dan kesempatan yang lebih besar bagi siswa pada pembelajaran
dengan menggunakan model
pembelajaran Think Pair Share
berbantuan audio visual sehingga tercipta pembelajaran bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Siswa
disarankan agar memanfaatkan
kesempatan yang difasilitasi guru dengan berpartisipasi aktif dalam
9
kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair share
berbantuan audio visual. Sekolah disarankan agar penelitian ini dapat dijadikan pedoman untuk menciptakan kondisi yang mampu memotivasi dan meningkatkan kualitas guru dalam merancang pembelajaran yang inovatif dalam membelajarkan siswa sesuai dengan yang diharapkan dalam kurikulum 2013, sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas sekolah menjadi lebih unggul dan inovatif. Peneliti lain disarankan agar menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi untuk melaksanakan penelitian selanjutnya atau menemukan inovasi kegiatan pembelajaran lainnya yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa.
DAFTAR RUJUKAN
Agung, A.A Gede. 2014. Metodologi
Penelitian Pendidikan.
Yogyakarta: Aditya Media Publishing.
Kementeriian Pendidikan dan
Kebudayaan. 2014. Peraturan
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2014 Tentang
Kurikulum 2013 Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.
Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014.
Sukses Mengimplementasikan
Kurikulum 2013. Kata Pena. Kurniasih, Imas dan Berlin sani. 2016.
Model Pembelajaran. Kata
Pena.
Sekarini, Ni Made Dewi. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran
TPS (Think, Pair, Share)
Berbantuan Media Audio Visual
terhadap Hasil Belajar IPS Kelas
V SD”, e-journal PGSD
Universitas Pendidikan
Ganesha, Volume 2, Nomor 1,
Tersedia pada
http:ejournal.undiksha.ac.id/inde x.php/JJPGSD/article/view/318 (diakses tanggal 11 Februari 2017).
Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional,
2003. Jakarta.
Widiastiti, Ni Pt Ayu. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Media
Audio Visual terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V SD Gugus 1 Menguwi Badung”. e-journal
PGSD Universitas Pendidikan
Ganesha, Volume 2, Nomor
1,Tersedia pada
http:ejournal.undiksha.ac.id/inde x.php/JJPGSD/article/view/195
(diakses tanggal 11 Februari 2017).
Widiantara, Gusti Ngurah Tresna. 2014. “Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Berbantuan Media Visual
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Sd”.
Jurnal Mimbar PGSD
Universitas Pendidikan
Ganesha. Volume 2. No. 1,
Tersedia pada
http:ejournal.undiksha.ac.id/inde x.php/JJPGSD/article/view/215 (diakses tanggal 10 Februari 2017).