• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN MODEL THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENGETAHUAN IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN MODEL THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENGETAHUAN IPA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN MODEL THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR PENGETAHUAN IPA

Ni Pt. Evi Permata Dewi1,I Kt. Ardana2, I Kt. Adnyana Putra3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: tu_evi75@yahoo.com1, ketut_ardana55@yahoo.com2, adnyana.putra54@gmail.com3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pengetahuan IPA siswa kelas VB SD No.1 Dalung kuta utara tahun ajaran 2015/2016 melalui penerapan pendekatan saintifik berbantuan model think pair share. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, evaluasi, serta refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VB SD No.1 Dalung yang berjumlah 37 siswa. Objek penelitian ini adalah hasil belajar pengetahuan IPA siswa kelas VB SD No.1 Dalung. Data hasil belajar pengetahuan IPA dikumpulkan dengan metode tes. tes digunakan berupa tes objektif yang terdiri dari 20 butir soal yang dianalisis secara statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase rata-rata hasil belajar pengetahuan IPA siswa pada tahap observasi awal adalah 64% berada pada kriteria rendah dengan ketuntasan klasikal 35,1%.

Untuk meningkatkan hasil belajar pengetahuan IPA tersebut maka diberikan tindakan dengan menggunakan pendekatan saintifik berbantuan model think pair share. Pada siklus I didapatkan persentase nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan IPA siswa sebesar 73,2%

berada pada kriteria sedang dan pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 82,3% berada pada kriteria tinggi. Terjadi peningkatan hasil belajar pengetahuan IPA dari siklus I ke siklus II sebesar 9,1%. Peningkatan juga terlihat pada persentase ketuntasan belajar siswa, pada siklus I sebesar 75,7% dan siklus II sebesar 83,8%, sehingga terjadi peningkatan sebesar 8,1%. Dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbantuan model think pair share dapat meningkatnya hasil belajar pengetahuan IPA siswa kelas VB SD No.1 Dalung Tahun Ajaran 2015/2016.

Kata-kata kunci : saintifik , think pair share, hasil belajar, pengetahuan IPA

Abstract

This study aimed to know the enhancement of VB class science learning outcome in SD N 1 Dalung, Kuta Utara Academic Year 2015/2016 through scientific approach with think pair share model.This research is a classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of planning, action, evaluation, and reflection. This research subject was class VB SD No.1 Dalung Kuta Utara which amounted to 37 students. The object of this study is the result of science knowledge of students VB SD No. 1 Dalung. Learning outcomes data collected by the method of science knowledge test. Test used in the form of objective test consisting of 20 items were analyzed with descriptive statistics and quantitative descriptive ways. The result showed the average percentage of science student learning outcomes in preliminary observations stage was 64% which was low criteria with classical completeness 35.1%. To improve learning outcomes IPA knowledge then students was given an action using a scientific approach with think pair share model. In the cycle I the percentage obtained student average value learning outcome in IPA knowledge was 73.1% in the middle criteria and on the cycle II increased to 82.7% in the high criteria. An increase in knowledge science learning outcomes from the cycle II to the cycle II of 9.6%. Improvement was also

(2)

2

seen in the percentage of students learning completeness, in the cycle I of 70.3% and cycle II of 83.8%, increase 13.3%. It can be concluded that the application of a scientific approach with think pair share model could improve learning outcome students in IPA knowledge of VB SD No.1 Dalung Kuta Utara Academic Year 2015/2016.

Key words: scientific, think pair share, learning outcomes, knowledge science

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan unsur utama dalam pengembangan manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karenanya, pengelolaan pendidikan harus berorientasi kepada bagaimana menciptakan perubahan yang lebih baik. Dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional meyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa.

Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Menurut Sutikno (2014: 4) Bapak pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, sejak tahun 1920-an telah mengumandangkan pemikiran bahwa pendidikan pada dasarnya adalah

“memanusikan manusia”. Untuk itu suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cinta kasih dan penghargaan terhadap masing- masing anggotannya. Dengan demikian pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk berkepribadian mereka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, serta menjadi anggota masyarakat yang berguna.

Di Indonesia pendidikan dasar sesuai Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 (dalam Susanto, 2013: 69) adalah “pendidikan diimplementasikan dalam sebuah sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah dan sekolah menengah pertama atau madrasah tsnawiyah”. Pendidikan dasar tersebut tidak hanya disekolah saja, tetapi juga pada sekolah menengah pertama. Dengan kata lain, yang dimaksud pendidikan dasar dalam Undang-Undang tersebut adalah pendidikan wajib 9 tahun. Dengan

demikian sekolah dasar merupakan jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Oleh karena itu, pembelajaran yang diberikan di sekolah dasar harus terencana, terarah dan dioptimalkan sebaik mungkin agar terbentuk konsep dasar siswa yang kuat.

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam usaha meningkatkan dan memperbaharui kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satunya dengan adanya perubahan kurikulum yang disesuaikan dengan karakteristik siswa khususnya pada tingkat sekolah dasar.

Pemerintah Indonesia menetapkan pemberlakuan kurikulum baru yang disebut dengan kurikulum 2013. Perubahan kurikulum di dasarkan pada tantangan kedepan yang lebih keras lagi, baik untuk masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, globalisasi ekonomi, serta kebangkitan industri kreatif dan budaya. Pengembangan kurikulum 2013 ini menitikberatkan kepada pendalaman dan perluasan materi, serta penguatan proses pembelajaran yang menuntut siswa berperan aktif dan efektif di dalam prosesnya. Pelaksanaan kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik.

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan ilmiah yang menggunakan 5 kegiatan pokok dalam pembelajaran atau disingkat 5M yakni mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi/

menalar, dan mengkomunikasikan.

Diberlakukannya pendekatan ini juga tidak terlepas dari tujuan pembelajaran yakni agar dapat meningkatkan kualitas lulusan.

Adanya kurikulum baru tersebut merubah

(3)

3 terjadinya paradigma dari pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centre) menjadi pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student centre).

Tenaga pendidik yang berperan membelajarkan peserta didik baik pada pendidikan formal maupun pendidikan non formal adalah guru. Sanjaya (2008) menyatakan “guru merupakan komponen yang sangat penting, sebab keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai ujung tombak”. Pada proses pembelajaran, guru berperan mentransfer materi kepada siswa, menciptakan suasana belajar yang aktif dan efektif, membelajarkan siswa dengan baik serta memfasilitasi siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Dengan pembelajaran yang demikian guru dapat melakukan perannya sebagai fasilitator dan motivator sehingga siswa dapat membangun pemahamannnya sendiri.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah masalah lemahnya pelaksanaan proses pembelajaran disekolah. proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik.

Pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung dikelas hanya diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghapal informasi. Otak siswa dipaksa hanya untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh untuk menghubungkan dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari.

Dari hasil pengamatan awal dan wawancara peneliti dengan wali kelas, Bapak Kadek Nova Miana Geriawan dan siswa di kelas VB SD No.1 Dalung yang dilaksanakan pada tanggal 27 November 2015, ditemukan fakta bahwa ketertarikan siswa pada pelajaran IPA sangat bergantung pada materi pelajaran yang akan dipelajari. Apabila materi yang dipelajari kurang menarik , maka siswa akan merasa malas saat jam pelajaran sehingga pemahaman siswa terhadap materi tersebut menjadi kurang maksimal, hal ini berdampak pada nilai tes hasil belajar yang kurang maksimal. Selain itu kriteria ketuntasan minimal adalah 70 yang

diterapkan di SD No.1 Dalung untuk pelajaran IPA, sedangkan tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran IPA adalah tuntas sebanyak 35,1% dan tidak tuntas sebanyak 64,9%

dengan presentase rata-rata nilai tes formatif siswa adalah 64% dengan kriteria rendah.

Berdasarkan kepada uraian tersebut, maka proses pelaksanaan pembelajaran IPA diharapkan mampu mengembangkan pembelajaran supaya lebih menarik, menyenangkan, menantang, dan membentuk siswa untuk mampu berpikir kritis dan konstruktif. IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang pendidikan sekolah dasar.

Pelaksanaan proses pembelajaran IPA dituntut untuk mampu mengembangan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran, selain itu pelaksanaaan proses pembelajaran IPA diharuskan dapat menyajikan materi pembelajaran secara kontekstual, mengaitkan materi pelajaran dengan kondisi nyata di lapangan, mengaitkan antara teori dengan praktek, antara harapan dan kenyataan, mengidentifikasi masalah yang terjadi, dan mendorong siswa untuk memunculkan alternatif pemecahan masalah.

Mata pelajaran IPA yang dikemas secara menarik akan membuat siswa merasa senang, perlu, dan tidak merasa dibebankan serta merasakan manfaat setelah mempelajarinya. Penilaian bahwa suatu mata pelajaran membosankan atau tidak, selain dipengaruhi oleh minat siswa, juga dipengaruhi oleh pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, apabila proses belajar mengajar dikelas menggunakan model pembelajaran yang tepat maka siswa akan menjadi tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran.

Salah satu model yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar pengetahuan IPA pada siswa kelas VB di SD No.1 Dalung adalah model think pair share. Iru ( 2012: 60) mengatakan, model think pair share pertamakali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland, menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk variasi suasana pola diskusi.

(4)

4 Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.

Model think pair share merupakan tipe sederhana dengan banyak keuntungan karena dapat meningkatkan partisipasi siswa dan pembentukan pengetahuan oleh siswa. Dengan menggunakan suatu prosedur, para siswa belajar dari siswa lainnya dan berusaha untuk mengeluarkan pendapatnya dalam situasi non kompetisi sebelum mengungkapkannya di depan kelas. Pembelajaran kooperatif model think pair share ini relative lebih sederhana karena tidak menyita waktu lama untuk mengatur tempat duduk atau mengelompokan siswa. Pembelajaran ini masih melatih siswa untuk berani berpendapat dan menghargai pendapat teman.

Penelitian-penelitian sejenis mengenai penerapan model think pair share belum pernah dilakukan di SD No.1 Dalung dalam upaya meningkatkan hasil belajar pengetahuan IPA. Oleh karena itu, peneliti merasa sangat perlu untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Pendekatan Saintifik berbantuan model Think Pair Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pengetahuan IPA Siswa Kelas VB SD No.1 Dalung Kuta Utara Tahun Ajaran 2015/2016

Melalui pelaksanaan penelitian ini diharapkan hasilnya dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan teori pendidikan khususnya penggunaan pendekatan saintifik berbantuan model think pair share. Dari penelitian ini, memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk menemukan dan mengalami sendiri materi yang dipelajari, sehingga berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar pengetahuan siswa. Menjadi referensi bagi guru mengenai kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik berbantuan model think pair share yang dapat diterapkan dalam kegiatan

pembelajaran. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan salah satu alternatif pemecahan masalah dalam merencanakan suatu proses pembelajaran di sekolah. Dan dapat menjadi informasi yang berguna bagi para peneliti lain untuk meningkatkan hasil belajar pengetahuan siswa.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dibuat merupakan penelitian tindakan kelas. PTK dapat didefinisikan sebagai “suatu bentuk penelitian yang bersifat relatif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional” (Haryono 2015:25)

Sanjaya (2014: 150) Penelitian Tindakan Kelas adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dan upaya untuk memecahkannya dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana.

Jadi dapat disimpulkan PTK adalah tindakan yang dilakukan secara langsung untuk memperbaiki masalah yang di hadapi di dalam kelas, sehingga masalah di dalam kelas menjadi kondusif.

Penelitian ini menitikberatkan pada peningkatkan hasil belajar pengetahuan IPA siswa. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan secara berkolaboratif yaitu bekerjasama dengan berbagai pihak untuk memperoleh pemecahan masalah dalam suatu kelas maupun peningkatan terhadap proses dan hasil belajar. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pada tiap siklus proses pembelajaran dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan, yang terdiri dari 3 kali pertemuan untuk pemberian tindakan, dan 1 kali pertemuan untuk tes akhir siklus.

Adapun rancangan penelitan tindakan kelas adalah sebagai berikut.

(5)

5 Gambar 1. Alur Pelaksanaan Tindakan

Kelas Bersiklus (sumber:

Suharsimi, 2009: 16)

Berdasarkan skema mengenai prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam setiap siklus terdapat beberapa langkah yaitu mulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Banyaknya pertemuan pada setiap siklus diperoleh berdasarkan hasil diskusi bersama guru kelas VB SD No.1 Dalung dan disesuaikan dengan cakupan materi pada pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sesuai dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran Think Pair Share. IPA dan Pembelajaran lainnya dikaitkan ke dalam tema. Materi IPA lebih diperjelas dan ditekankan agar hasil belajar pengetahuan IPA bisa mencapai indikator keberhasilan.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016. Pada pertengahan bulan pebruari sampai awal bulan Maret 2016. Penelitian ini dilakukan di SD No. 1 Dalung Tahun Ajaran 2015/2016 pada kelas VB. Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan jadwal pembelajaran yang telah dikonsultasikan dengan guru kelas VB SD No.1 Dalung dengan Tema Sejarah Peradaban Indonesia.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VB SD No. 1 Dalung yang berjumlah 37 orang siswa, yang terdiri dari 18 Putra dan 19 Putri. Sedangkan objek penelitian ini adalah hasil belajar pengetahuan IPA kelas

VB SD No.1 Dalung Kuta Utara Tahun Ajaran 2015/2016 dengan menerapkan Pendekatan Saintifik berbantuan Model Think Pair Share

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa. Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui hasil belajar pengetahuan siswa pada muatan IPA melalui penerapan pendekatan saintifik berbantuan think pair share. Tes yang diberikan pada siswa berupa tes objektif.

Tes objektif yang dipilih adalah tes pilihan ganda biasa berjumlah 20 soal yang berkaitan dengan pelajaran IPA, tes ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar pengetahuan IPA siswa.Penggunaan tes sebagai instrumen dalam mendapatkan data yang akurat perlu disusun secara valid. Suatu tes dapat disebut valid jika tes tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang ingin diukur. Untuk mengetahui ketepatan tes tersebut perlu dilakukan uji validitas isi.

Pengujian validitas isi dilakukan dengan menyesuaikan butir tes yang ditulis dengan perencanaan yang dituangkan dalam kisi- kisi. Pengujian validitas isi juga dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli (expert judgement).

Pengujian validitas isi ini dapat dilakukan dengan mengkonsultasikan kepada guru kelas VB di SD No.1 Dalung atau mengkonsultasikan dengan dosen IPA di lingkungan kampus Undiksha.

Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis dengan analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo) dan menyajikan kedalam bentuk grafik poligon (Agung, 2014:142).

Dan analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengelolaan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan persentase, mengenai suatu objek yang diteliti sehingga memperoleh kesimpulan umum. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menentukan kriteria hasil

(6)

6 belajar pengetahuan IPA dengan berpedoman pada Penilaian Acuan Pantokan (PAP) skala lima. (Agung, 2014:144).

Sebagai tolak ukur keberhasilan dalam penelitian ini, maka ditetapkan indikator keberhasilan. Indikator keberhasilan merupakan standar yang digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam suatu penelitian. Indikator keberhasilan pada penelitian ini yaitu (1) terjadinya peningkatan persentase hasil belajar pengetahuan IPA pada akhir penelitian dengan mencapai kriteria tinggi (2) terjadinya ketuntasan klasikal anak mencapai 80% yang artinya anak memperoleh ketuntasan dalam hasil belajar pengetahuan IPA.

Apabila indikator keberhasilan pada pencapaian materi sudah tercapai maka penelitian dihentikan dan akan dijadikan simpulan dari pengetahuanbahwa siklus tersebut sudah tercapai.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan Pebruari – Maret 2016 pada siswa kelas VB semester 2 di SD No.1 Dalung tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah 37 siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus yang setiap siklusnya terdiri 4 kali pertemuan yaitu 3 kali pertemuan untuk proses pembelajaran dan 1 kali untuk tes evaluasi akhir siklus.

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data hasil belajar pengetahuan IPA siswa setelah menerapkan pendeketan saintifik berbantuan model think pair share.

Selanjutnya data-data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis yang telah ditetapkan sebelumnya.

Data tersebut diperoleh dengan pemberian tes objektif pilihan ganda biasa berjumlah 20 butir soal. Kemudian data disajikan ke dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung mean (M), median (Me), modus (Mo), serta menggambarkannya dalam bentuk grafik poligon, mengkonversikan M% ke dalam

kriteria PAP skala lima, dan mengukur ketuntasan belajar siswa.

Adapun hasil yang diperoleh pada siklus I untuk hasil belajar pengetahuan IPA dapat digambarkan ke dalam grafik poligon sebagai berikut.

Gambar 1. Grafik Poligon Hasil Belajar Pengetahuan IPA Pada Siklus I

Grafik poligon tersebut menunjukkan bahwa M>Me>Mo (73,2>71,2>68,1) sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data hasil belajar pengetahuan IPA pada siklus I merupakan juling positif yang menunjukkan bahwa mean dan median lebih tinggi atau lebih besar dari pada modus. Dapat diinterpretasikan bahwa rata- rata nilai hasil belajar pengetahuan IPA pada siklus I cenderung rendah.

Selanjutnya pada siklus II mengacu pada hasil refleksi siklus I untuk memperbaiki proses pembelajaran. Data hasil belajar pengetahuan IPA pada siklus II dikumpulkan melalui tes yang dilaksanakan pada akhir siklus II. Instrumen tes yang digunakan untuk pengumpulan data adalah tes pilihan ganda biasa sebanyak 20 butir soal,yang telah disesuaikan dengan kisi-kisi yang telah disusun.Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis dengan analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif pengetahuan IPA dengan menyajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung rata-rata/ mean (M), median (Me), modus (Mo), serta menggambarkannya dalam bentuk grafik poligon. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menentukan tingkatan

(7)

7 tinggi rendahnya hasil belajar pengetahuan IPA dengan berpedoman pada PAP skala lima. Untuk hasil yang diperoleh pada siklus II dapat dilihat pada grafik poligon berikut.

Gambar 2. Grafik Poligon Hasil Belajar Pengetahuan IPA Pada Siklus

Grafik poligon tersebut menunjukkan bahwa Mo>Me>M (82,3>85,3>92,1) Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data hasil belajar pengetahuan IPA pada siklus II sudah merupakan kurva juling negatif yang menunjukkan mean dan median lebih kecil atau lebih rendah dari pada modus. Dapat diinterpretasikan bahwa rata-rata nilai hasil belajar pengetahuan IPA pada siklus II cenderung tinggi.

Pelaksanaan pembelajaran pada masing-masing siklus telah berlangsung dengan baik. Pelaksanaan pembelajaran yang baik ini ditandai dengan adanya peningkatan dari data observasi awal ke siklus I ke siklus II. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Tabel Rekapitulasi Data Hasil Belajar Pengetahuan IPA Siswa Kelas VB di SD No.1 Dalung Kuta Utara Tahun Ajaran 2015/2016 pada data sebelum penelitian, Siklus I, dan Siklus II

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat telah terjadi peningkatan dari data awal diperoleh persentase rata-rata hasil belajar pengetahuan IPA sebesar 64%

yang tergolong kriteria rendah dan mengalami peningkatan pada siklus I yakni 73,2%, tergolong pada kriteria sedang sehingga terdapat peningkatan sebesar 9,2%. Sedangkan ketuntasan siswa secara klasikal juga telah mengalami peningkatan dari data awal yaitu 35,1% pada siklus I meningkat menjadi 75,7% sehingga terdapat peningkatan sebesar 40,6%.

Persentase rata-rata hasil belajar pengetahuan IPA siswa pada siklus I mencapai 73,2% terjadi peningkatan pada siklus II sebesar 82,3% termasuk ke dalam kriteria tinggi sehingga terdapat peningkatan sebesar 9,1%. Begitu juga dengan ketuntasan klasikal siswa, sebelumnya pada siklus I diperoleh sebesar 75,7% meningkat pada siklus II menjadi

83,8% termasuk kriteria tinggi, sehingga terdapat peningkatan sebesar 8,1%.

Adapun peningkatan tersebut dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 3. Grafik Peningkatan Persentase Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Pengetahuan IPA dan Ketuntasan Klasikal Siswa Data Persentase rata-rata hasil

belajar pengetahuan IPA

Ketuntasan Klasikal

Sebelum penelitian 64 % 35,1%

Siklus I 73,2% 75,7%

Siklus II 82,3 % 83,8%

(8)

8 Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa persentase rata-rata hasil belajar pengetahuan IPA dan ketuntasan klasikal dari data awal ke siklus I dan ke siklus II mengalami peningkatan

Pembahasan

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan saintifik berbantuan model think pair share pada kelas VB SD No. 1 Dalung Kuta Utara Tahun Ajaran 2015/2016. Sebelum mengimplementasikan pendekatan saintifik berbantuan model think pair share, terlebih dahulu dilakukan refleksi awal dengan mencatat data hasil belajar siswa sebelum melaksanakan tindakan. Berdasarkan refleksi awal, secara umum, hasil belajar siswa kelas VB SD No. 1 Dalung berada pada kategori rendah. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat kali pertemuan.

Pertemuan pertama, kedua dan ketiga untuk pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbantuan model think pair share dan pada pertemuan keempat dilaksanakan tes akhir siklus atau tes hasil belajar pengetahuan IPA.

Adapun data yang diperoleh pada siklus I meliputi data hasil belajar pengetahuan IPA dan ketuntasan klasikal siswa. Persentase rata-rata hasil belajar pengetahuan IPA pada data awal sebesar 64% tergolong pada kriteria rendah, dan mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 73,2% tergolong pada kriteria sedang sehingga terdapat peningkatan sebesar 9,2%. Sedangkan ketuntasan klasikal siswa juga mengalami peningkatan dari data awal yakni 35,1% dan mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 75,7%

sehingga terdapat peningkatan sebesar 40,6%. Walaupun telah terjadi peningkatan hasil belajar pengetahuan IPA dan ketuntasan klasikal pada siklus I, namun hasil tersebut belum mencapai target indikator keberhasilan pada penelitian ini.

Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala atau kekurangan yang ditemui pada saat melaksanakan tindakan atau proses pembelajaran pada siklus I.

Secara umum kendala-kendala yang ditemui pada siklus I adalah (1) siswa yang menyampaikan diskusi ke depan monoton hanya siswa yang pintar dan terampil dalam berbicara, (2) Siswa belum terbiasa dibelajarkan secara berpasangan, (3) Masih ditemukan kendala dalam mengalokasikan waktu, ini disebabkan karena siswa kurang disiplin dalam mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang telah diberikan dan ada beberapa siswa yang menyelesaikan tugas lebih awal mengganggu temannya yang belum menyelesaikan tugas.

Setelah melakukan berbagai macam perbaikan terhadap kekurangan yang dialami pada siklus I, maka terjadi peningkatan pada siklus II. Dengan presentase rata-rata hasil belajar pengetahuan IPA pada siklus I mencapai 73,2% dengan kriteria sedang dan terjadi peningatan pada siklus II sebesar 82,3%

dengan kriteria tinggi sehingga terdapat peningkatan sebesar 9,1%. Begitu juga dengan ketuntasan secara klasikal siswa pada siklus I sebesar 75,7% meningkat pada siklus II menjadi 83,8% sehingga terdapat peningakatan sebesar 8,1%.

Secara umum, pada pelaksanaan tindakan pada siklus II tidak lagi muncul kendala-kendala atau hambatan seperti pada siklus I. Berdasarkan hal tersebut, ternyata pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik berbantuan model think pair share dapat hasil belajar Pengetahuan IPA siswa kelas VB SD No. 1 Dalung.

Hal ini terlihat dari kegiatan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran seperti, (1) Sudah semua siswa berani menyampaikan hasil diskusinya bersama pasangannya bahkan siswa berlomba- lomba ingin ke depan menyampaikan hasil diskusi bersama pasangannya, (2) Siswa sudah terbiasa dengan proses pembelajaran yang dibelajarkan secara berpasangan dan menuntut siswa untuk saling bertukar pikiran, menghargai pendapat pasangannya sesuai dengan penerapan pendekatan saintifik berbantuan think pair share. sehingga siswa lebih mudah memahami materi, (3) Siswa sudah mulai disiplin dalam mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

(9)

9 dan siswa yang telah menyelesaikan tugas terlebih dahulu sudah tertib dan tidak menggangu temannya yang sedang mengerjakan tugas.

Pencapaian dan peningkatan hasil belajar pengetahuan IPA serta ketuntasan klasikal siswa pada hasil penelitian siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian. Berdasarkan teori yang ada, pendekatan saintifik menuntut siswa untuk secara aktif melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data,

menarik kesimpulan dan

mengkomunikasikan yang ditemukan (Daryanto,2014:51). Pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan intelek siswa, membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah secara sistematis, melatih siswa mengemukakan ide-idenya dan mengembangkan karakter siswa. Untuk mendukung hal tersebut, pendekatan saintifik dipadukan dengan model think pair share. Shoimin (2014:209) mengatakan model think pair share adalah sebuah model inovatif yang memberikan siswa waktu untuk berpikir , merespon dan saling bantu satu sama lain. Model think pair share membantu para siswa untuk mengembangkan pemahaman konsep dan materi pelajaran, mengembangkan kemampuan untuk berbagi informasi dan menarik kesimpulan serta meningkatkan partisipasi siswa dan pembentukan pengetahuan oleh siswa. Dengan menggunakan suatu prosedur, para siswa belajar dari siswa lainnya dan berusaha untuk mengeluarkan pendapatnya dalam situasi non kompetisi sebelum mengungkapkannya di depan kelas.

Pembelajaran dengan model think pair share memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali informasi atau pengetahuannya secara mandiri dan berpasangan. Dengan demikian, siswa tidak hanya mengenal informasi yang didapatkan, melainkan juga memahaminya. Dengan memahami, siswa akan mampu menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, pendekatan saintifik berbantuan model think pair share sangatlah tepat diterapkan pada pembelajaran guna mewujudkan

pembelajaran yang menyenangkan, berkesan dan bermakna, yang nantinya akan berimbas pada peningkatan hasil belajar pengetahuan IPA siswa.

Hasil analisis tersebut di dukung oleh penelitian yang relevan yang dilaksanakan oleh Udayani (2014) menunjukkan bahwa rerata hasil belajar IPA kelompok eksperimen 33,28 lebih besar dari pada rerata hasil belajar IPA kelompok kontrol 29,38. Hal ini menandakan bahwa model pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Model pembelajaran think pair share terbukti memberikan hasil belajar yang lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional. Penelitian yang relevan kedua dilaksanakan oleh Surayya (2014) dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti model pembelajaran think pair share dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional (MPK) (F=187,90; p0,05).

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat direkomendasikan bahwa model pembelajaran think pair share dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPA.

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut, ini berarti dengan penerapan pendekatan saintifik berbantuan model think pair share dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan IPA siswa kelas VB SD No.1 Dalung Kuta Utara Tahun Ajaran 2015/2016

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat dari data persentase nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan IPA sebelum penelitian adalah 64% yang berada pada kriteria rendah dan ketuntasan klasikal 35,1% yaitu 13 siswa tuntas dan 24 siswa belum tuntas. Meningkat pada siklus I dengan persentase nilai rata-rata sebesar 73,2% berada pada kriteria sedang dengan ketuntasan klasikal 75,7% yaitu 28 siswa tuntas dan 9 belum tuntas, sehingga terjadi peningkatan sebesar 9,2%. Pemberian tindakan masih berlanjut ke siklus II karena belum mencapai indikator keberhasilan.

Pada siklus II persentase rata-rata hasil

(10)

10 belajar pengetahuan IPA sebesar 82,3%

berada pada kriteria tinggi dengan ketuntasan klasikal 83,8% yaitu 31 siswa tuntas dan 6 siswa belum tuntas, sehingga terjadi peningkatan sebesar 9,1%. Karena sudah mencapai indikator keberhasilan maka pemberian tindakan dihentikan.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbantuan model think pair share dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan IPA siswa kelas VB SD No. 1 Dalung Kuta Utara Tahun Ajaran 2015/2016.

Mengacu pada temuan penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. (1) Kepala sekolah disarankan agar menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi atau informasi dalam mengambil suatu kebijakan dan keputusan yang paling tepat dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa di sekolah. (2) Guru sekolah dasar disarankan agar menerapkan pendekatan saintifik berbantuan model think pair share dalam pembelajaran di kelas sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa. (3) Peneliti lain dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai referensi awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan kendala-kendala yang dialami sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A.A. Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja:

Undiksha Singaraja.

Agung, A.A. Gede. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media Publishing.

Arikunto, Suharsimi Prof. Dr. 2013. Dasar- dasar Evaluasi Pendidikan.

Yogyakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 209. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara

Daryanto.2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:

Gava Media

Haryono.2015. Penelitian Tindakan Kelas.Yogjakarta; Amara Books

Iru,La. 2012. Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model-Model Pembelajaran.

Yogjakarta: Multi Presedo.

Sajaya,H.Wina.2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.

Jakarta:Kencana Prenanda Media Group

Sajaya,H.Wina. 2014. Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana Perdanamedia Group

Shoimin, Aris. 2014. Model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013.

Yogjakarta : Ar-Ruzz Media

Susanto, Ahmad.2013. Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar.

Jakarta: Kencana Predana Media Group

Sutikno, Sobry. M.2014. Metode Dan Model-Model Pembelajaran. Lombok:

Holistica

Surayya,Lina.2014. Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau Dari Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Tesis (tidak diterbitkan) Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pasca Sarjana Undiksha.

Udayani, Ni. Ketut. Anita. .2014. Pengaruh Model Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar IPAdengan kovariabel sikap ilmiah pada siswa kelas VI SD nomer 4 Tuban. Tesis (tidak diterbitkan) Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pasca Sarjana Undiksha

Gambar

Gambar  1.  Grafik  Poligon  Hasil  Belajar  Pengetahuan  IPA  Pada  Siklus  I
Gambar  2.  Grafik  Poligon    Hasil  Belajar  Pengetahuan IPA Pada Siklus

Referensi

Dokumen terkait

Kapling Lahan Plasma Satuan Kawasan Pemukiman (SKP) Tahun Anggaran 2013 , maka dengan ini kami mengundang Saudara untuk hadir dalam acara Klarifikasi dan

Perkawinan merupakan pilar rumah tangga, untuk membentuk kehidupan perkawinan yang bahagia.Kebahagiaan pasangan dalam perkawinan sering kali dikaitkan dengan kepuasan

Gambar 3.4 .a Peta geologi lembar Yogyakarta berdasarkan Surono drr,2011 (kiri atas), 3.4.b Peta geologi lembar Yogyakarta berdasarkan Rahardjo drr,1995 (tengah atas)

(Yogyakarta: Bumi Aksara, 2008), hal.. atau latar belakang orang yang diuji. Peneliti menggunakan empat ahli sebagai penguji validitas isi yaitu 2 dosen IAIN Tulungagung dan 2

Hasil penelitian menunjukkan penguasaan konsep pada materi zat aditif mengalami peningkatan dengan N-Gain sebesar 0,46 (sedang), pencapaian keterampilan berpikir

kembali dengan kalimat sendiri , menyatakan kalimat matematika dan memecahkan masalah dengan efektif permasalahan yang berkaitan dengan penjumlahan,penguran gan, perkalian,

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T atas segala rahmat dan karunia-Nya dalam pembuatan skripsi yang berjudul “Peran Variabel Emosi Penilaian, Kepuasan Pelanggan Sebagai

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis ucapkan karena skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan