• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN AUDIO VISUAL TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS KELAS V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN AUDIO VISUAL TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS KELAS V"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

BERBANTUAN AUDIO VISUAL TERHADAP KOMPETENSI

PENGETAHUAN IPS KELAS V

Ni Pt Candra Kusumayanti

1

, I. G. A. Agung Sri Asri

2

,

DB.Kt.Ngurah Semara Putra

3

1

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: candrakusumayanti30@gmail.com

1

, xgungasrix@gmail.com

2

ngurahsemara@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara siswa kelas V yang mengikuti pembejaran dengan model Problem

Based Learning berbantuan media audio visual dengan siswa yang siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional di SD Gugus Tuanku Imam Bonjol Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan nonequivalent

control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Gugus

Tuanku Imam Bonjol Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode tes. Data yang yang dikumpulkan berupa nilai penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yang dianalisis dengan uji-t. Berdasarkan hasil analisis diperoleh thitung = 4,02 dan dengan taraf

signifikansi 5% dengan dk = 75 diperoleh harga ttabel = 2,00. Oleh karena thitung = 4,02 > ttabel =

2,00 maka H0 yang menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui model Problem Based

Learning berbantuan media audio visual dengan kelas siswa yang dibelajarkan melalui

pembelajaran konvensional di SD Gugus Tuanku Imam Bonjol Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017 ditolak, dan rerata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yang mengikuti pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media audio visual yaitu 82,43 dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, yaitu 70,11. Dengan demikian, dapat disimpulkan terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media audio terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD Gugus Tuanku Imam Bonjol Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017.

Kata kunci: Audio visual, kompetensi pengetahuan IPS, Problem Based Learning

Abstract

This study aims to determine the significant differences in the mastery of the competence of IPS knowledge between students of class V who followed the chase with the model of Problem Based Learning aided audio visual media with students who follow the conventional learning in SD Gugus Tuanku Imam Bonjol West Denpasar Academic Year 2016/2017. This research is a quasi-experimental research with nonequivalent control group design. The population in this study is all students of class V in SD Gugus Tuanku Imam Bonjol West Denpasar Academic Year 2016/2017. Sample determination was done by random sampling technique. Data collection method in this research is test method. The data collected in the form of mastery of

(2)

2

the competence of IPS knowledge that is analyzed by t-test. Based on the analysis result obtained tcount = 4.02 and with 5% significance level with dk = 75 obtained ttable price = 2.00. Therefore thitung = 4.02> ttabel = 2.00 then H0 which states there is no significant difference in mastering the competence of IPS knowledge between students who are taught through the model of Problem Based Learning aided audio visual media with class of students who learned through conventional learning in SD Gugus Tuanku Imam Bonjol Denpasar Barat Academic Year 2016/2017 was rejected, and the average of competency of IPS knowledge that followed the learning of Problem Based Learning with audio visual media that is 82,43 and students who follow conventional learning, that is 70,11. Thus, it can be concluded there is the influence of learning model Problem Based Learning assisted audio media on the mastery of the competence of knowledge IPS students of grade V SD Tuanku Imam Bonjol West Denpasar Academic Year 2016/2017.

Keyword: Audio Visual, Knowledge Competence of Social Sciences, Problem Based Learning

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah upaya yang terorganisasi, berencana dan berlangsung secara terus-menerus sepanjang hayat untuk membina anak didik menjadi manusia paripurna, dewasa, dan berbudaya. Dalam proses pendidikan terjadi proses perkembangan yang membantu anak berkembang secara optimal, yaitu berkembang sesuai dengan potensi dan sitem nilai yang dianut anak. Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur kemanjuan suatu Bangsa. Pendidikan di Indonesia dari tahun ketahun mengalami perkembangan baik dari segi tenaga kependidikan (keprofesionalan seorang pendidik), sarana dan prasarana, mutu pendidikan maupun kurikulum yang berlaku.

Hermawan (2007:1.10), menyatakan “kurikulum dalam pengertian sederhana, dianggap sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program pelajaran. Sedangkan dalam pengertian lebih luas kurikulum mencangkup semua pengalaman belajar yang dialami siswa dan mempengaruhi perkembangan pribadinya”. Kurikulum terbaru yang digunakan dalam pendidikan di Indonesia adalah kurikulum 2013. Kunandar (2014:16), menyatakan “kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif,

kreatif, inovatif dan afektif serta mampu

berkontribusi dalam kehidupan

bermasyarakat, bernegara, dan peradaban dunia”. Salah satu kecenderungan yang sering dilupakan adalah melupakan bahwa hakikat pembelajaran adalah belajarnya siswa dan bukan mengajarnya guru. Guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya.

Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah adalah model pembelajaran Problem Based Learning

(Rusman, 2016:229). Dalam penerapannya model pembelajaran Problem Based Learning akan dibantu dengan media audio

visual. Problem Based Learning adalah pembelajaran yang mengutamakan masalah sebagai bahan pembelajaran. Wardoyo (2015:72) menyatakan “Problem Based

Learning merupakan pendekatan dimana

dalam proses pembelajaran dengan berdasarkan pada kurikulumnya, siswa dihadapkan kepada permasalahan sebagai langkah untuk memberikan rangsangan agar terjadi kegiatan belajar”. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran inovatif dan konstruktif yang diartikan sebagai suatu perencanaan

(3)

3 atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam mengkonstruksikan wawasan pengetahuan dan implementasinya sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa. Dalam model pembelajaran

Problem Based Learning siswa tidak

berperan sebagai penerima informasi pasif, tetapi diarahkan untuk menemukan informasi yang relevan dan merancang solusi atas permasalahan yang ada. (Wahyudi, 2015)

Selain model pembelajaran, dalam proses pembelajaran guru juga diharuskan menggunakan media pembelajaran sebagai pendukung dalam menyampaikan materi yang diajarkan. Salah satu media yang dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar dan membatu memecahkan permasalahan yang sedang dianalisis di dalam kelas adalah media audio visual. Menurut Hujair (2011:105) mengemukakan, “media audio visual merupakan seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara”. Sedangkan Marisa dkk. (2011:5.4), menyatakan “media audio visual dapat digunakan untuk membelajarkan siswa tentang keterampilan atau kompetensi yang bersifat spesifik dan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang diperlukan oleh siswa”. Media audiovisual merupakan kombinasi audio dan visual atau media pandang dengar. Guru tidak selalu berperan sebagai penyaji materi, tetapi penyajian materi bisa diganti oleh media audiovisual maka peran guru dapat beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar. (Masfufah, 2015)

Sebagai ilmu sosial yang mempelajari gejala-gejala dan masalah-masalah kehidupan memiliki beberapa tujuan. Lebih lanjut Susanto (2014:65) menambahkan bahwa “tujuan utama pembelajaran ilmu pengetahuan sosial adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi”. Dengan tercapainya tujuan tersebut anak diharapkan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik

yang menimpa dirinya maupun menimpa masyarakat.

Sehubungan dengan tujuan

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tersebut, maka seyogyanya mata pelajaran IPS ini, terutama topik-topik yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial disajikan dengan cara menarik. Dengan menggunakan permasalahan riil sebagai suatu konteks bagi siswa untuk berpikir kritis, mampu belajar memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial. Sehingga siswa merasa tertarik dan melibatkan diri secara aktif dalam proses belajar mengajar. Pada tujuan itu memuat pengembangan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

Pendidikan IPS di sekolah dasar merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Tujuan pengajaran IPS tentang kehidupan masyarakat manusia dilakukan secara sistematik. Dengan demikian, peranan IPS sangat penting untuk mendidik siswa mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat mengambil bagian secara aktif dalam kehidupannya kelak sebagai anggota masyarakat dan warga Negara yang baik. Tujuan ini memberikan tanggung jawab yang berat kepada guru untuk menggunakan banyak pemikiran dan energi agar dapat mengajarkan IPS dengan baik.

Pembelajaran dengan model Problem

Based Learning sangat cocok diterapkan

untuk mata pelajaran IPS. Ngalimun (2016:121), menyatakan “Problem Based

Learning sebaiknya digunakan dalam

pembelajaran IPS karena pembelajaran menjadi lebih bermakna dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar”. Oleh sebab itu model pembelajaran Problem Based

Learning dapat menjadi salah satu solusi

untuk mendorong siswa berpikir dan bekerja sehingga tidak hanya menghafal dan bercerita. Model pembelajaran Problem

(4)

4

Based Learning berbantuan media audio

visual akan membuat siswa lebih aktif dan pembelajaran lebih bermakna karena model pembelajaran yang menitikberatkan pada penggunaan masalah di dunia nyata yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam penerapannya didukung dengan penggunaan media audio visual yang disajikan menggunakan bantuan proyektor sehingga siswa dapat memahami suatu konsep dengan utuh. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem

Based Learning berbantuan media audio

visual pada muatan materi IPS memberikan kesempatan yang lebih luas kepada siswa untuk mengonstruksikan pengetahuannya melalui berbagai diskusi dan tentunya pembelajaran tidak membosankan bagi siswa pada setiap langkah pembelajarannya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Media Audio Visual

Terhadap Penguasaan Kompetensi

Pengetahuan IPS Siswa Kelas V SD Gugus Tuanku Imam Bonjol Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017”.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen kuantitatif dengan bentuk penelitiannya adalah eksperimen semu (quasi experiment). Sugiyono (2016:77) menyatakan “desain ini mempunyai kelas kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.” Itu karena tidak semua variabel yang muncul dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat (Setyosari, 2015:208). Desain eksperimen yang digunakan adalah “Nonequivalent control group design”.

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Setyosari (2015:221) menjelaskan bahwa “populasi merupakan keseluruhan dari objek, orang, peristiwa, atau sejenisnya yang menjadi perhatian dan kajian dalam penelitian.” Jadi dapat dikatakan populasi

adalah kumpulan dari orang yang memiliki karakteristik tertentu yang ingin diteliti oleh peneliti lalu dipelajari dan ditarik kesimpulan. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh SD Negeri siswa kelas V SD Gugus Tuanku Imam Bonjol Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017, yang terdiri dari 9 kelas dalam 5 sekolah dasar. Jumlah populasi dari penelitian ini adalah 325 siswa.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Sugiyono (2016:81) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Setyosari (2015:221) menjelaskan “sampel adalah suatu kelas yang lebih kecil atau bagian dari populasi secara keseluruhan”. Jadi, dapat dikatakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili anggota populasi.

Penarikan sampel dari populasi dalam penelitian ini menggunakan teknik simple

random sampling. Menurut Sugiyono

(2016:82) “Simple Random sampling adalah pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu”. Cara yang digunakan adalah sistem undian. Cara undian dilakukan dengan menulis semua nama kelas V di seluruh SD populasi pada masing-masing kertas yang jumlahnya 9 kelas, kemudian kertas digulung. Setelah mendapatkan dua gulungan kertas maka dua nama SD yang terdapat pada gulungan kertas tersebut merupakan sampel penelitian. Hasilnya keseluruhan siswa kelas V A SD Negeri 2 Pemecutan dan kelas V A SD Negeri 7 Dauh Puri akan dijadikan sampel penelitian, maka selanjutnya 2 kelas yang terpilih diberikan Pre test. Pre test dilakukan untuk menyetarakan kelas. Sebelum uji kesetaraan menggunakan uji-t, maka data hasil Pre test diuji prasyarat yaitu normalitas dan homogenitas varians. Setelah kedua kelas sampel dinyatakan setara maka selanjutnya dilakukan pengundian lagi dari dua sampel setara untuk memilih nama sekolah yang digunakan sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil akhir pengundian ditetapkan siswa kelas V A di SD

(5)

5 Negeri 2 Pemecutan sebagai kelas kontrol sedangkan siswa kelas V A di SD Negeri 7 Dauh Puri sebagai kelas eksperimen.

Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model

problem based learning berbantuan media

audio visual. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penguasaan kompetensi pengetahuan IPS.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang bertujuan untuk mendapatkan data dalam proses penelitian. Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan pada siswa kelas V SD di Gugus Tuanku Imam Bonjol yang menjadi anggota sampel. Data tentang penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dikumpulkan dengan tes hasil belajar pengetahuan IPS. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk tes hasil belajar dalam bentuk objektif. Instrumen dari penelitian ini digunakan untuk mengukur penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V pada kedua kelas yaitu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diberikan perlakuan berbeda. Pada kelas ekperimen menerapkan model pembelajaran

Problem Based Learning berbantuan media

audio visual sedangkan pada kelas kontrol

menerapkan model pembelajaran

konvensional. Tes yang diberikan untuk kedua kelas tersebut pada akhir perlakuan digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian. Suharsimi (2013:79) menyatakan data evaluasi yang baik sesuai dengan kenyataan disebut data valid. Jadi untuk memperoleh data yang valid sangat diperlukan uji validitas pada suatu instrumen sebelum digunakan. Dari hasil validasi instrumen diperoleh 20 butir tes yang dinyatakan valid dan digunakan dalam penelitian dari 40 butir tes yang divalidasi.

Gambaran data penguasaan

kompetensi pengetahuan IPS kelas siswa yang dibelajarkan dengan model problem

based learning berbantuan media audio

visual dan kelas siswa yang dibelajarkan secara konvensional dianalisis menggunakan

teknik statistik deskriptif. Agung (2014:142) menyatakan metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif untuk menggambarkan keadaan objek atau variabel sehingga diperoleh kesimpulan umum. Dalam penelitian ini, statistik deskriptif yang dianalisis adalah rerata (mean) yang digunakan untuk mengkategorikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa yang dikonversikan dengan penilaian acuan patokan. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah uji beda mean (uji-t) dengan rumus

polled varians. Sebelum melakukan uji-t

terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Apabila sebaran data sudah berdistribusi normal, maka uji lanjut dengan menggunakan statistik parametrik bisa dilakukan. Untuk mengetahui apakah sebaran data skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa masing-masing kelas berdistribusi normal atau tidak, digunakan analisis Chi-Kuadrat. Sedangkan uji homogenitas varians dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan varians antar kelas. Uji Homogenitas varians untuk kedua kelas digunakan uji F.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini yang menjadi kelas eksperimen adalah kelas V A SD Negeri 7 Dauh Puri sedangkan kelas kontrol adalah kelas V A SD Negeri 2 Pemecutan yang termasuk ke dalam Gugus Tuanku Imam Bonjol Denpasar Barat. Setelah diberikan treatment sebanyak 6 kali, di akhir eksperimen siswa diberikan posttest untuk memperoleh data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa. Kelas kontrol yang pembelajarannya secara konvensional setelah 6 kali, di akhir pembelajaran siswa diberikan post-test untuk memperoleh data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa. Hasil analisis statistik deskriptif

(6)

6 penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa baik kelas eksperimen maupun kelas

kontrol dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Deskripsi Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.

Data yang diperoleh dari penelitian ini kemudian dianalisis menggunakan statistik melalui tahapan meliputi uji normalitas, uji homogentitas, dan uji hipotesis Maka harus dilakukan beberapa uji prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varians.

Hasil uji normalitas kelas eksperimen, diperoleh Chi Kuadrat hitung (x2

hitung = 7,51) kemudian nilai tersebut dibandingkan dengan

Chi Kuadrat tabel (x2

tabel= 11,07). Hal ini menunjukkan bahwa x2

hitung < x2tabel berarti data hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPS kelas eksperimen berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas kelas kontrol, diperoleh Chi Kuadrat hitung (x2

hitung = 9,52) kemudian nilai tersebut dibandingkan dengan

Chi Kuadrat tabel (x2

tabel= 11,07). Hal ini menunjukkan bahwa x2

hitung < x2tabel berarti data hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPS kelas kontrol berdistribusi normal.

Homogenitas varians data

penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dianalisis dengan uji F Dari hasil analisis, diperoleh Fhitung = 1,65 dan Ftabel = 1,71. Hal

ini berarti Fhitung < Ftabel , sehingga data kedua

kelas memiliki varians yang homogen.

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi

pengetahuan. IPS antara siswa kelas V A di Gugus Tuanku Imam Bonjol Denpasar Barat yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media audio visual dan

siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada tema Ekosistem. Kriterian pengujian adalah Ho ditolak jika thitung > ttabel dimana ttabel diperoleh dari tabel distribusi t pada taraf signifikansi 5% dengan dk (n1 + n2)-2.

Berdasarkan kriteria pengujian karena thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara siswa kelas V di SD Gugus Tuanku Imam Bonjol Denpasar Barat yang mengikuti pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Problem

Based Learning berbantuan media audio

visual dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada tema ekosistem.

Berdasarkan uji hipotesis diperoleh thitnung = 4,02 sedangkan pada taraf signifikansi 5% dan dk = 75 diperoleh nilai ttabel= 2,00 sehingga thitnung = 4,02 > ttabel = 2,00. Dengan demikian, hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara siswa kelas V di SD Gugus Tuanku Imam Bonjol Denpasar Barat yang mengikuti pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Problem

Based Learning berbantuan media audio

Statistik Deskriptif

Kelas

Eksperimen Kelas Kontrol

N 40 37 Mean (M) 82,43 70,11 Nilai Terendah 65 50 Nilai Tertinggi 100 95 Standar Deviasi 9,90 11,12 Varians 98,13 162,66

(7)

7 visual dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada tema ekosistem. Rekapitulasi hasil uji hipotesis data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Uij Hipotesis Data Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS

Sampel Penelitian N Dk 𝑿 S2 t

hitung ttabel Keterangan Kelas Ekesperimen 40 75 82,43 98,13 4,02 2,00 Ho ditolak Kelas Kontrol 37 70,11 162,66

Perolehan hasil perhitungan analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

berbantuan media audio visual X = 82,43 dan rata-rata persentase M% = 82,43%. Rata-rata persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPS tersebut dibandingkan kedalam PAP dan berada pada kategori baik. Sedangkan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional memperoleh rata X = 70,11 dan rata-rata persentase M% = 70,11%. Rata-rata-rata persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPS tersebut dibandingkan kedalam PAP dan berada pada kategori cukup. Dengan demikian, terdapat pengaruh penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara siswa kelas V di SD Gugus Tuanku Imam Bonjol Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017 yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning berbantuan media

audio visual dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada tema ekosistem.

Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat dinyatakan kedua kelas sampel penelitian yang memiliki kemampuan setara, setelah diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

berbantuan media audio visual dan mengikuti

pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional diperoleh hasil penguasaan kompetensi pengetahuan yang berbeda. Hal ini dapat dilihat juga dari X siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem

Based Learning berbantuan media audio

visual lebih tinggi dibandingkan dengan X siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, dalam hal ini adalah pembelajaran yang hanya menggunakan pendekatan saintifik. Perbedaan hasil penguasaan kompetensi pengetahuan dengan perolehan nilai rerata yang lebih tinggi pada kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol disebabkan oleh perlakuan berupa model pembelajaran Problem Based

Learning berbantuan media audio visual

dalam muatan materi IPS diberikan pada kelas eksperimen.

Pada kelas eksperimen, kegiatan pembelajaran dalam muatan materi IPS menggunakan model pembelajaran Problem

Based Learning berbantuan media audio

visual berjalan dengan optimal dan kondusif. Hal ini disebabkan oleh model pembelajaran

Problem Based Learning berbantuan media

audio visual merupakan suatu inovasi

pembelajaran yang menekankan

penguasaan bahan – bahan pelajaran melalui pemberian masalah dan kemapuan menganalisis siswa. Selama kegiatan pembelajaran siswa diberikan masalah yang berkaitan dengan materi yang sedang dibahas. Selama kegiatan pembelajaran kemampuan berpikir siswa dapat lebih

(8)

8 berkembang karena dalam pembelajaran dibantu dengan media audio visual. Model pembelajaran Problem Based Learning

berbantuan media audio visual memberikan bagaimana cara menganalisis suatu masalah sehingga siswa dapat memecahkan permasalahan yang sedang mereka hadapi dan media audio visual dapat memberikan gambaran secara nyata yang dapat didengar sekaligus dilihat tanpa harus mengajak siswa melihatnya langsung, sehingga siswa tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran dikelas.

Berbeda pada kelas kontrol, kegiatan pembelajaran konvensional yang hanya menggunkaan pendekatan saintifik berjalan kurang optimal. Hal ini disebabkan masih siswa yang kurang mampu mengaitkan antar materi pada muatan materi IPS dan kesulitan mengikuti setiap langkah pembelajaran yang perlu diberikan bimbingan lebih khusus. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

berbantuan media audio visual pada muatan materi IPS memberikan kesempatan yang lebih luas kepada siswa untuk mengonstruksikan pengetahuannya melalui berbagai diskusi yang tentunya menggembirakan bagi siswa pada setiap langkah pembelajarannya karena diselingi dengan video yang sesuai dengan permasalahn yang sedang di diskusikan. Dengan demikian, perbedaan hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dapat terlihat dari langkah pembelajaran yang dilakukan pada kedua kelas tersebut, hasil analisis uji hipotesis, dan nilai rerata kelas siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem

Based Learning berbantuan media audio

visual dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

Hasil temuan pada penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnya yang relevan dan memperkuat hasil penelitian yang diperoleh, hal tersebut didukung oleh penelitian yang relevan, yakni penelitian yang dilakukan oleh : Paramartha (2016) dengan judul pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning

berbantuan media audio visual terhadap

penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus Pangeran Diponegoro Denpasar Barat dan penelitian dari Mahendra (2016) dengan judul pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning berantuan media gambar terhadap hasil belajar pengetahuan IPA siswa kelas IV Gugus Letda Kajeng Tahun Pelajaran 2015/2016. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem

Based Learning berbantuan media audio

visual pada penelitian ini memiliki keunggulan yakni dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam menganalisis suatu permasalahan dengan didukung oleh

peranan guru dalam pemberian

pemantapan/pengulanagan materi, tidak adanya diskriminasi, serta pengakuan atas usaha yang dilakukan

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa 1) rerata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS tema 8 Ekosistem pada siswa kelas V A SD Negeri 7 Dauh Puri di Gugus Tuanku Imam Bonjol Denpasar Barat setelah dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Problem

Based Learning berbantuan media audio

visual sebesar 82,43 termasuk kategori baik. 2) rerata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS tema 8 Ekosistem pada siswa kelas V A SD Negeri 2 Pemecutan di Gugus Tuanku Imam Bonjol Denpasar Barat setelah dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional sebesar 70,11 termasuk kategori cukup. 3) hasil uji hipotesis diperoleh nilai thitung > ttabel (4, 02 > 2,00), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi, terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Problem Based Learning

berbantuan media audio visual dan siswa

yang dibelajarkan menggunakan

pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri Gugus Tuanku Imam Bonjol Denpasar Barat. Maka dengan demikian model pembelajaran Problem Based

(9)

9

Learning berbantuan media audio visual

berpengaruh terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPS kelas V SD Gugus Tuanku Imam Bonjol Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017.

Berdasarkan simpulan sebelumnya maka saran yang dapat ditunjukan kepada pihak-pihak sebagai berikut: 1) berdasarkan temuan penelitian yang diperoleh, disarankan kepada guru agar lebih kreatif untuk memberikan fasilitas berupa sumber belajar dan kesempatan yang lebih besar bagi siswa pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media audio visual

sehingga tercipta pembelajaran bermakna bagi siswa. 2) Berdasarkan hasil temuan penelitian, disarankan kepada kepala sekolah agar dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai pendukung sumber belajar guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menciptakan pembelajaran yang menggembirakan di sekolah sehingga sekolah mampu menghasilkan siswa yang memiliki output berkualitas. 3) berdasarkan temuan penelitian, disarankan kepada peneliti agar hasil penelitian ini digunakan sebagai refrensi untuk melaksanakan penelitian selanjutnya atau menemukan inovasi kegiatan pembelajaran lainnya yang bermakna bagi siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2014. Metodologi

Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya

Media Publising.

Hermawan. 2007. Pengembangan Kurikulum

dan Pembelajaran. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Hujair. 2011. Media Pembelajaran.

Yogyakarta: Kaukaba.

Kunandar. 2014. Penilaian Autentik. Jakarta: Rajawali Pers.

Marisa, dkk. 2011. Komputer dan Media

Pembelajaran. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Masfufah, Na’ul, 2015. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model

Problem Based Learning dengan

Media Audiovisual. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. (ISSN 2252-6366)

Ngalimun. 2016. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja

Pressindo.

Paramartha, Dwi. 2016. Pengaruh Model

Problem Based Learning Berbantuan

Media Audio Visual Terhadap

Penguasaan Kompetensi

Pengetahuan IPA Siswa Kelas IV SD

Gugus Pangeran Diponegoro

Denpasar Barat. Skripsi (tidak

diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha. Singaraja. Volume 4 Nomor 1.

Rusman, 2014. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Setyosari, Punaji. 2015. Metode Penelitian

Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:

Kencana.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif.

Jakarta: Alfabeta.

Suharsimi, Arikunto. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Sukiman. 2012. Pengembangan Media

Pembelajaran. Yogyakarta:

Pedagogia.

Susanto, Ahmad. 2014. Pengembangan

Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.

(10)

10 Wahyudi, Andi. 2015. Pengaruh Problem

Based Learning Terhadap

Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri Jumapolo Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi (tidak diterbitkan). FKIP Universitas Sebelas Maret. (ISSN: 2252-6897)

Wardoyo, Mangun. 2015. Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa daun penisilin (Jatropha multifida L.) dapat mempercepat proses pembekuan darah karena mengandung Flavonoid yang

Metode penyisipan tersebut meliputi lima tahap, yaitu (1) deteksi pola restriksi dan isolasi fragmen DNA dari gel agarose, (2) defosforilasi fragmen DNA dan proses ligasi, (3)

Bab III adalah analisis semiotik Riffaterre terhadap puisi ‚al-Bulbulu as-Saji&gt;nu‛ dalam antologi al-Khama&gt;´ilu karya Iliyya&gt; Abu&gt; Ma&gt;d}i&gt;&gt; yang

Workshop Standarisasi Peningkatan Kompetensi dan Pendidikan Pelayanan KB bagi Tenaga Kesehatan.. Peningkatan Promosi

Alat bukti yang sah untuk membuktikan kebenaran materiil tersangka / terdakwa bersalah atau tidak bersalah. Bagi aparat penegak hukum akan mudah membuktikan

Data yang digunakan dalam penelitian tentang pendugaan model otoregresif ini adalah data tingkat kemiskinan di Provinsi Aceh dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2011..

1) Bagi UNIMED, hasil umpan balik pengguna bermanfaat sebagai bahan masukan utama untuk menyelenggarakan dialog baik secara internal maupun eksternal, khususnya untuk

Dalam rangka evaluasi kinerja pelayanan publik di wilayah kerja LKKPN Pekanbaru maka dilakukan pengukuran nilai Survei Kepuasan Masyarakat terhadap kegiatan Pelayanan