• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) BERBANTUAN MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) BERBANTUAN MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

THINK PAIR SHARE

(TPS) BERBANTUAN MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL

BELAJAR IPS SISWA KELAS V

Ni Made Dani Kusuma

1

, Prof. Dr. Anak Agung Gede Agung

2

, Dr. Desak

Putu Parmiti

3

.

1

Jurusan PGSD,

23

Jurusan TP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

danikusuma2224@gmail.com

1

, agungtps2056@gmail.com

2

,

dp-parmiti@undiksha.ac.id

3

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media gambar dengan kelompok siswa yang dibelajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media gambar pada siswa kelas V Gugus XIV Kecamatan Buleleng, Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dan menggunkan desain non-equivalent post-test only control group design. Sampel penelitian yaitu kelas V SDN 1Tukadmungga dan SDN 1Pemaron berjumlah 66 orang. Data hasil belajar IPS dikumpulkan dengan instrument berbentuk tes pilihan ganda. Analisis data menggunkan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar IPS yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaranThink Pair Share berbantuan media gambar dan siswa yang dibelajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media gambar.Perbandingan hasil perhitungan rata-rata skor hasil belajar IPS kelompok eksperimen adalah 19,35 lebih besar dari rata-rata skor hasil belajar IPS kelompok kontrol sebesar 12,78. Perbandingan hasil perhitungan rata-rata skor berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thit adalah t = 5,96 dengan taraf signifikan 5% diperoleh ttab = 2,000. dapat ditarik kesimpulan bahwa, thit > ttab, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Adanya pengaruh yang signifikansi menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media gambar berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media gambar

Kata-kata kunci:Think Pair Share,Media Gambar, hasil belajar, IPS ABSTRACK

This study aims to determine the significant effect of IPS learning outcomes between groups of students who were taught by the model of learning Think Pair Share assisted media images with groups of students who were taught without using the model of learning Think Pair Share assisted media images on class V students Xug District Buleleng, Year Lesson 2016/2017. This type of research is quasi experimental and uses non-equivalent post-test designs only control group designs. The research sample is class V SDN 1 Tukadmungga and SDN 1 Pemaron 66 people. IPS learning result data with instrument. Data analysis used descriptive and inferential statistical analysis (t-test). The results of this study indicate the effect of learning results IPS significant between students who dibelajarkan with learning models Think Pair Share assisted image media

(2)

2

and students who are taught without using the model of learning Think Pair Share assisted media images. The experimental results of experimental group IPS were 19.35 more than the average score of learning outcomes of IPS control group of 12,78. Results t arithmetic = 5,96. Ttab = 2,000. Can be drawn back, then tsb, so that H0 is rejected and

H1 accepted. The existence of a significant influence shows the learning using learning model Think Pair Share assisted media images of learning outcomes together with learning without using learning model Think Pair Share assisted image media.

.

Keywords: Think Pair Share, Media Image, learning result, IPS

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk meningkatkan kemajuan bangsa dan Negara.Pendidikan juga merupakan salah satu hal yang memiliki kedudukan sangat penting tidak hanya di Indonesia saja tetapi berbagai Negara manapun semua saat ini berlomba untuk

meningkatkan kualiatas

pendidikan.Langeveld (dalam Hasbullah 2009) menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang diberikan kepada anak agar dapat membantu melaksanakan tugas hidupnya dimana pengaruh itu datang dari orang dewasa dan lingkungan sekitarnya.

Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan yang menjadi tanggung jawab bersama. Dalam hal ini semua pihak harus ikut serta terlibat untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia terutama bagi guru sekolah dasar, yang menjadi ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru SD merupakan pihak yang paling berperan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia agar dapat bersaing di jaman yang modern seperti saat ini.

Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia(SDM) anak merupakan sasaran utama, maka dari itu anak harus dipersiapkan dengan baik agar nantinya dapat mejalani kehidupan yang lebih baik di masyarakat. Anak-anak sejak dini sudah dibekali ilmu-ilmu pengetahuan yang nantinya akan diterapkan di lingkungan tempat mereka tinggal. Di SD siswa diberikan berbagai mata pelajaran seperti misalnya mata

pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). IPS di sekolah dasar mengarkan anak bagaimana cara bersosialisasi dengan baik di masyarakat tempat mereka tinggal, dan juga aturan atau norma yang ada di masyarakat. Selain mempelajari hal tersebut, anak juga diajarkan untuk bisa bekerja sama dengan orang lain karena hal tersebut merupakan keharusan bagi manusia sebagai mahluk sosial. Agar kerjasama bisa terjalin dengan baik, maka anak perlu memahami pola interaksi antar manusia, bagaiamana cara manusia berinteraksi dengan keluarga, masyarakat dan negara agar bisa menciptakan hubungan yang serasi, selaras, seimbang serta menguntungklan bagi semua pihak.

Somantri (dalam Sapriya 2009:3) pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan-kegiatan ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar yang diorganisasikan dan

disajikan secara ilmiah dan

pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar IPS. Salah satunya dengan pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan oleh guru. Dengan demikian pemilihan model pembelajaran sangat penting agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan harapan.

Tujuan dari pendidikan IPS di SD adalah untuk menanamkan sikap yang baik kepada siswa dan membekali siswa untuk bisa berkerjasama dengan melakukan interaksi yang baik antar

manusia dalam kehidupan.Ilmu

Pengetahuan Di sekolah dasar pembelajaran IPS sangat penting karena dengan memahami aspek-aspek sosial

(3)

3

siswa dapat mengembangkan

pengetahuan sosial dan keterampilan sosialnya agar siap dalam menghadapi masalah yang akan datang. Dengan adanya interaksi dan kerjasama yang baik maka siswa dapat mencari solusi dari setiap masalah yang dihadapi secara bersama-sama.Pada kenyataannya di Sekolah Dasar (SD) saat ini guru belum sepenuhnya mampu melaksanakan

pembelajaran IPS yang dapat

mengembangkan kemampuan siswa secara aktif dalam membangun ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini disebabkan masih banyaknya guru dalam menyampaikan suatu meteri pada saat proses pembelajaran berlansung masih

bersifat konvensional dimana

pembelajaran berpusat pada guru dan materi yang disampaikan berupa hafalan saja selain itu pembelajaran IPS di SD yang dilakukan kurang mengembangkan pemahaman siswa terhadap nilai, norma dan moral yang berlaku dimasyarakat. Melihat situasi seperti ini maka guru merupakan sumber belajar bagi siswa, dan siswa hanya dapat mengetahui informasi yang disampaikan oleh guru atau siswa selama proses pembelajaran menjadi pasif. Padahal pembelajaran yang sebenarnya adalah berpusat pada siswa yaitu siswa seharusnya lebih aktif didalam mencari informasi terkait dengan materi pembelajaran. Guru seharusnya sebagai fasilitator yang dapat membantu siswa didalam mengarahkan siswa serta membantu pada saat siswa mengalami kesulitan. Memberikan pemahaman terhadap sikap nilai moral yang harus dipahami siswa maka dari itu guru sebaiknya memilih Model Pembelajaran yang tepat untuk membangkitkan semangat belajar siswa dan mampu mengarahkan siswa dalam pemahaman terhadap nilai moral dalam kehidupan sehari-hari sehingga prestasi belajar IPS siswa menjadi lebih baik.

Masalah lainnya yaitu masih banyak terdapat guru yang tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik hal ini disebabkan oleh kemampuan guru

dalam mengelola kelas masih

kurang.Selain itu model pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar

yaitu masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang didalamnya terdapat metode ceramah. Hal inilah yang dapat menyebabkan siswa tidak tertarik untuk belajar jika siswa sudah tidak ada kemauan untuk belajar maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. informasi mengenai materi pembelajaran hanya diperoleh dari guru saja dan menyebabkan siswa tidak aktif selama proses pembelajaran hal ini tentu akan sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa menjadi rendah. Maka dari itu Guru dalam mengajar seharusnya mampu meransang siswa agar dapat mengembangkan Potensi yang dimiliki siswa, potensi tersebut tidak hanya berupa pengetahuan kognitif saja melainkan pengetahuan spiritual, pemahaman terhadap nilai moral serta keterampilan social. Maka dari itu pembelajaran IPS bukan hanya upaya untuk membelajarakan siswa dengan konsep yang bersifat hafalan saja tetapi upaya dalam menjadikan siswa mampu memahami dan memiliki pengetahuan, sikap nilai, moral dan keterampilan yang akan dijadikan sebagai bekal dalam menjalani kehidupan bermasyarakat yang baik dan sebagai bekal dalam melanjutkan pendidikan kedalam jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan tanggal 5 Januari 2017- 7 Januari 2017 pada siswa kelas V SD Gugus XIV khususnya pada mata pelajaran IPS diperoleh informasi sebagai berikut bahwa pada saat proses pembelajaran berlangsung guru

cenderung menggunakan metode

ceramah dan pemberian tugas. Metode ceramah adalah metode yang berpusat pada guru yang disampaikan secara lisan, sehingga mengakibatkan kejenuhan pada siswa saat belajar dan kurang aktifnya siswa di kelas. Hal ini dapat mengakibatkan kurang optimalnya hasil belajar siswa. Berdasarkan hal tersebut, teridentifikasi masalah seperti strategi guru dalam mengajar masih belum optimal dan guru masih belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif dan kreatif serta kurangnya penggunaan media pada saat proses pembelajaran.

(4)

4 Tabel 1

Hasil Belajar IPS Terakhir di Gugus XIV Kecamatan Buleleng

No Nama Sekolah Kelas KKM Rata-rata nilai ulangan

IPS 1 SDN 1 Tukadmungga V 66 70,95 2 SD N 2 Tukadmungga V 69 70,47 3 SD N 3 Tukadmungga V 69 68,68 4 SD N 1 Pemaron V 70 68,45 5 SD N 2 Pemaron V 69 66.45

Dari paparan data yang tersaji pada tabel 1, dapat dilihat bahwa hasil belajar IPS siswa di Gugus XIV kecamatan Buleleng jika konversikan dengan penilaian acuan patokan skala-5 berada pada rentang skor 40-64 sehingga masih berada pada kategori sedang (Agung, 2015:97). Untuk mengatasi hal tersebut, maka dilakukan penelitian sebagai solusi dan memecahkan permasalahan. Agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dalam proses pembelajaran guru perlu mengadakan pembelajaran yang menyenangkan dan dapat merangsang siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya. Salah satu upaya yang dilakukan guru adalah menerapkan berbagai model pembelajaran yang sesuai.Model pembelajaran memiliki berbagai variasi, dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya pula. Banyaknya model

pembelajaran yang ada dapat

memudahkan guru dalam mecapai tujuan belajar dengan hasil yang maksimal. Model pembelajaran yang baik untuk diterapkan salah satunya yaitu model pembelajaran TPS (Think, Pair, Share). Model pembelajaran TPS merupakan model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa.

Menurut Trianto, (2009) Strategi

think-pair-share berkembang dari

penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Strategi ini pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997), menyatakan bahwa think-pair-share merupakan cara

yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespons dan saling membantu.

Model pembelajaran TPS terdapat berbagai kelebihan seperti : model pembelajaran Think Pair Share (TPS) mudah diterapkan diberbagai jenjang pendidikan dan dalam setiap kesempatan, memberikan waktu berfikir yang cukup agar siswa dapt berfikir lebih banyak,

dengan menggunakan model

pembelajaran TPS dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena mereka bisa saling berbagi dengan temannya, siswa lebih memahami tentang konsep topik pelajaran selama diskusi, siswa dapat belajar dari siswa lain saling bertukar informasi, setiap siswa mempunyai kesempatan untuk beragi atau menyampaikan idenya dan fikiran yang dimilikinya (Shoimin, 2014). Respons siswa dalam dalam menanggapi penerapan dari model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ada dua macam yakni respons positif (senang) dan respons negatif (tidak senang). Hal ini dapat diukur dengan ketertarikan, manfaat yang dirasakan, kendala yangdihadapi dan harapan siswa tentang implementasi model pembelajaran kooperatif tipe

ThinkPair Share (Kusuma & Mimin :2012)

Dalam penerapan model

pembelajaran bantuan media sangat diperlukan untuk meningkatkan keaktifan siswa pada saat proses pmebelajaran agar bisa mencapai hasil yang maksimal.

(5)

5 Dengan adanya media pada proses

pembelajaran, diharapkan siswa mampu mengikuti pembelajaran dengan lebih fokus serta guru bisa menjadi lebih mudah untuk menyampaikan informasi dan juga materi. Media yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah media gambar. Menurut Setyosari &Silihkabuden (2005:125) mengatakan bahwa dalam penggunaan gambar sebagai media terdapat beberapa tujuan antara lain: (1) Untuk bisa menterjemahkan materi yang diajarkan dan memperjelas pengertian materi bagi peserta didik, (2) untuk melengkapi suatu bacaan, (3) Untuk membangkitkan motivassi belajar di kelas dan menghidupkan suasana kelas, (4) Mengkongkritkan pelajaran dan memperbaiki kesan-kesan yang salah dari ilustrasi secara lisan, (5) Merangkum bacaan sehingga membuat siswa lebih

mudah untuk memahami. Jadi

pembelajaran TPS (Think Pair Share) berbantuan media gambar adalah suatu pembelajaran dimana guru dapat mengubah pola diskusi kelas dan memungkinkan siswa merespon satu sama lain, dengan menggunakan media gambar pada saat proses pembelajaran dapat menarik minat siswa untuk mengikuti pembelajaran sehingga memudahkan siswa untuk menyerap materi. Dengan adanya proses pembelajaran yang menarik siswa pasti akan lebih aktif dan juga semangat dalam mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti mencoba suatu model pembelajaran TPS (Think, Pair, Share) berbantuan media gambar dalam sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Berbantuan Media GambarTerhadap Hasil Belajar Ips Siswa Kelas V Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017 Di Gugus XIV Kecamatan Buleleng”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V Gugus XIV Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Think Pair

Share BerbantuanMedia Gambar

terhadap Hasil Belajar IPS siswa kelas V

SD semester II, Gugus XIV Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2016/2017. Dengan memberikan perlakuan variabel bebas model pembelajaran Think Pair

Share BerbantuanMedia Gambardan

variabel terikat yaitu Hasil Belajar IPS. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan desain penelitian Non Equivalent

Post Test Only Kontrol Group

Design.Rancangan penelitian ini hanya memperhitungkan Post Test saja yang dilakukan pada akhir penelitian.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN di Gugus XIV.Jumlah SDN keseluruhannya sebanyak 5 SD dengan jumlah siswa keseluruhan yaitu 99 0rang siswa.

Sampel dalam pnelitian ini dipilih 2 kelas, satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random

sampling.Sebelum dilakukan penentuan

sampel penelitian terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan pada semua sekolah yang ada di Gugus XIV kecamatan Buleleng. Data yang digunakan dalam uji kesetaraan adalah nilai ulangan akhir (UAS) semester ganjil pada mata pelajaran IPS kelas V Sekolah Dasar.Uji kesetaraan ini menggunakan analisis Anava A atau Anava satu jalur. Setelah semua kelas dinyatakan setara maka selanjutnya adalah penentuan sampel penelitian dengan teknik sample

random sampling untuk menentukan kelas

eksperimen dan kontrol. Dari banyaknya kelas V di Gugus XIV dilakukan pengundian untuk mengambil dua kelas yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian. Berdasarkan hasil pengundian untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh sampel yaitu siswa kelas V SDN 1 Tukadmungga sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V SDN 1 Pemaron sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen akan mendapat perlakuan dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share BerbantuanMedia Gambar. Dan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan berupa model pembelajaran

Think Pair Share BerbantuanMedia

(6)

6

Tabel 3.1 Design penelitian Post Test Only Control Group Design

Kelompok Perlakuan Tes akhir

(Post-test)

Eksperimen X O1

Kontrol - O2

(Dimodifikasi dari Sugiyono 2015) Keterangan:

E = Kelompok eksperimen K = Kelompok kontrol

O1 = post-test terhadap kelompok

eksperimen

O2 = post-test terhadap kelompok kontrol

X = treatment terhadap kelompok

eksperimen (model Think Pair Share

BerbantuanMedia Gambar)

- = Kelompok kontrol (tidak mendapat perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair

Share BerbantuanMedia Gambar)

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes.Metode tes yang digunakan untuk mengukur Hasil Belajar siswa dalam penelitian adalah tes objektif.Data-data yang dikumpulkan dari

Post-test siswa kelompok eksperimen dan kontrol sesudah menerapkan model pembelajaran Think Pair Share

BerbantuanMedia Gambar di kelas eksperimen dan tidak menerapkan model pembelajaran Think Pair Share

BerbantuanMedia Gambardi kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes.Tes dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar IPS.Tes yang digunakan adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda. Tes ini dikembangkan dengan langkah sebagai berikut: (1) menyusun kisi-kisi tes objektif, (2) membuat butir soal, (3) melakukan uji validitas isi, (4) uji validitas butir, (5) uji daya beda tes, (6) uji tingkat kesukaran tes, (7) uji reabilitas tes dengan instrumen terlampir.

Tes tersebut kemudian diuji coba ke lapangan untuk mencari validitas, reabilitas, taraf kesukaran, dan daya beda tes. Tes hasil belajar yang telah disusun kemudian diuji cobakan untuk kemudian dianalisis sehingga akan mendapat gambaran tentang kelayakan tes tersebut

untuk digunakan sebagai intrumen penelitian. Sebelum instrumen ini digunakan maka akan diuji validitas, reabilitas, taraf kesukaran dan daya beda. Berdasarkan hasil uji validitas butir tes diperoleh 26 butir tes yang valid dari 30 butir tes yang diujicoabakan.Dari 26 butir tes yang valid tersebut semua digunakan sebagai post-test.tes yang valid tersebut dilakukan uji reabilitas tes untuk mengetahui tingkat keajegan suatu tes. Berdasarkan hasil uji reabilitas suatu tes diperoleh koefisien reabilitas sebesar 0,76. Hal ini berarti, tes yang diuji termasuk kedalam kriteria reabilitas sangat tinggi.

Selanjutnya dilakukan uji tingkat kesukaran tes.Menurut Koyan (2011:139) “Tingkat kesukaran butir tes merupakan bilangan yang menunjukkan proporsi peserta ujian (testee) yang dapat menjawab betul butir soal tersebut”. Fernandes (dalam Koyan, 2011:140) menyatakan ”tes yang baik adalah tes yang memiliki taraf kesukaran antara 0,25-0,75”. Berdasarkan hasil uji taraf kesukaran tes diperoleh Pp = 0,307

sehingga perangkat tes yang digunakan termasuk keriteria sedang.

Daya beda soal adalah

kemampuan butir soal untuk

membedakan antara siswa yang mengetahui jawaban yang benar dan yang tidak mengetahui jawaban yang benar. Berdasarkan hasil uji daya beda tes diperoleh Dp = 0,35 sehingga

perangkat tes yang digunakan termasuk kriteria baik. Hasil tes uji lapangan akan diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial melalui Uji-t.

Data-data yang dikumpulkan diambil dari post-test siswa kelompok eksperimen dan kontrol sesudah menerapkan model pembelajaran Think

Pair Share BerbantuanMedia Gambardi

(7)

7 model pembelajaran Think Pair Share

BerbantuanMedia Gambardi kelas kontrol. Kriteria pengujian hipotesis adalah jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1

diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan Hasil Belajar IPS siswa kelas V SD Gugus XIV Kecamatan Buleleng antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Think Pair Share

BerbantuanMedia Gambardan siswa yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran Think Pair Share

BerbantuanMedia Gambar. Sedangka jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1

ditolak, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus XIV Kecamatan Buleleng antara siswa yang dibelajarkan

dengan model pembelajaran Think Pair

Share BerbantuanMedia Gambardan

siswa yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran Think Pair Share

BerbantuanMedia Gambar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data nilai post-test

hasil belajar IPS siswa diketahui bahwa kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Think Pair

Share BerbantuanMedia Gambar memiliki

nilai rata-rata hasil belajar lebih tinggi daripada kelompok kontrol yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran

Think Pair Share BerbantuanMedia

Gambar.

Untuk uji normalitas sebaran data

kelompok eksperimen dengan

menggunakan SPSS Berdasarkan hasil uji normalitas sebaran data, nilai signifikansi

pada kolom Kolmogrov-Smirnov

mendapat harga sebesar 0,013, sedangkan nilai signifikansi pada kolom Shapiro-Wilk mendapat harga 0,241. Hasil ini menunjukkan harga signifikansi pada kedua kolom lebih besar dari 0,05 sehingga data hasil pelitian dinyatakan normal.

Sebaran data kelompok kontrol dengan menggunakan SPSS Berdasarkan hasil uji normalitas sebaran data, nilai signifikansi pada kolom Kolmogrov-Smirnov mendapat harga sebesar 0,088, sedangkan nilai signifikansi pada kolom Shapiro-Wilk mendapat harga 0,078. Hasil ini menunjukkan harga signifikansi pada kedua kolom lebih besar dari 0,05 sehingga data hasil pelitian dinyatakan normal.

Uji prasyarat yang berikutnya adalah uji homogenitas varians. Dari hasil perhitungan diperoleh Fhit = 1,038dan Ftab

= 1,93 dengan dbpembilang = jumlah siswa

kontrol -1. 32-1 =31, dan dbpenyebut jumlah

siswa eksperimen -1. 34-1 = 33, dengan taraf signifikansi 5% diketahui sehingga Fhit< Ftab. Hal ini berarti, varians kedua

kelompok homogen.

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t di atas, diperoloeh thit adalah 5,96.

Sedangkan ttab dengan taraf signifikansi

5% dan db = (34 + 32 -2) = 64 adalah

2,000. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari

ttabel (thitung> ttabel), sehingga H0 ditolak dan

H1 diterima. Jadi terdapat perbedaan hasil

belajar IPS siswa yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think

Pair Share berbantuan media gambar

dengan siswa tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think

Pair Share berbantuan media gambar.

PEMBAHASAN

Pembahasan hasil-hasil penelitian dan pengujian hipotesis menyangkut tentang hasil belajar IPS siswa kelas V di SD No. 1 Tukad Mungga sebagai kelompok eksperimen dan SD No. 1 Pemaron sebagai kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen digunakan model pembelajaran Think Pair Shareberbantuan media gambar sebagai sumber belajar, sedangkan pada kelompok kontrol tidak digunakan model pembelajaran Think Pair Share.

Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t polled varians

diperolehthitadalah 5,96. Sedangkan ttab

dengan taraf signifikansi 5% dan db = 64 adalah 2,000. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thit lebih besar dari

ttab (thit> ttab) sehingga hasil penelitian

adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa pada pelajaran IPSantara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair Share

(8)

8 berbantuan media gambardan siswa yang

mengikuti pembelajaran tanpa

menggunakan model pembelajaran Think

Pair Share berbantuan media gambar

pada siswa kelas V di Gugus XIV Kecamatan Buleleng. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Think

Pair Share berbantuan media gambar

berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa.

Besarnya pengaruh antara model pembelajaran Think Pair Share

berbantuan media gambar sebagai sumber belajar dan pengajaran yang tidak menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dapat dilihat dari analisis deskriptif.Analisis deskriptif menunjukkan bahwa skor hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar IPS dan kecendrungan skor hasil belajar IPS. Rata-rata skor hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen adalah 19,35 berada pada katagori tinggi sedangkan rata-rata skor hasil belajar IPS siswa kelompok kontrol adalah 12,78 berada pada katagori sedang.

Perbedaan yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media gambar sebagai sumber belajar dan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran Think Pair Share

disebabkan karena perbedaan perlakuan pada langkah-langkah pembelajaran dan

proses penyampaian materi.

Pembelajaran dengan model

pembelajaran Think Pair Share

berbantuan media gambar sebagai sumber belajar menekankan aktivitas guru dan siswa melalui langkah-langkah, yaitu:

think (berpikir), pair(berpasangan),

share(berbagi).

Pada tahap think,siswa diberikan waktu untuk berfikir mengenai materi yang diajarkan dan mengenai gambar-gambar yang diperlihatkan guru. Pada tahap pair,

hal ini akan menumbuhkan motivasi siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran dan mendapatkan konsep-konsep yang dapat digunakan dalam menyelesaikan

permasalahan yang diberikan

berpasangan dengan teman

sebangkunya. Pada tahap share, setelah siswa mendapatkan suatu konsep, siswa berbagi dengan teman sekelas yang lainnya mengenai jawaban dan pendapat yang dimilikinya.

Berbeda halnya dalam

pembelajaran dengan pengajaran yang tanpa menggunakan model pembelajaran

Think Pair Share berbantuan media

gambar membuat siswa lebih banyak belajar IPS secara prosedural. Dalam penelitian ini, guru lebih banyak mendominasi kegiatan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pendengar yang pasif dan mengerjakan apa yang disuruh guru serta melakukannya sesuai dengan yang dicontohkan. Masalah-masalah IPS yang biasanya digunakan untuk menguji pemahaman siswa pada konsep yang telah dipelajari dan biasanya diberikan pada akhir pembahasan materi. Antar siswa sangat jarang terjadi interaksi. Selain itu, dalam pembelajaran dengan pengajaran langsung, siswa jarang diberikan kesempatan untuk melakukan eksplorasi terhadap suatu masalah dengan cara pikirnya sendiri. Pembelajaran seperti ini membuat siswa tidak terlatih untuk berinvestigasi dan hanya akan menunggu perintah guru. Pemahaman yang diperoleh tentunya bersifat temporer karena pengetahuan yang diperoleh siswa hanya berdasarkan informasi guru.

Perbedaan cara pembelajaran antara model pembelajaran Think Pair

Share berbantuan media gambar dan

pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran Think Pair Share

berbantuan media gambartentunya akan memberikan dampak yang berbeda pula terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Proses ini akan menghasilkan internalisasi dan retensi konsep yang lebih kuat setelah fakta-fakta yang diperoleh kemudian dicocokan dengan sumber belajar. Siswa menjadi lebih tertantang untuk belajar dan

berusaha menyelesaikan semua

permasalahan IPS yang ditemui, sehingga pengetahuan yang diperoleh akan lebih diingat oleh siswa. Dengan demikian, hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS

(9)

9 yang diajar dengan model pembelajaran

Think Pair Share berbantuan media

gambar akan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar tanpa menggunakan model pembelajaran Think

Pair Share berbantuan media gambar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dari beberapa penelitian tentang penerapan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media gambar. Hasil penelitian Apriana (2014) menunjukkan bahwa Terdapat perbedaan signifikan antara Motivasi Belajar PKn

siswa yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif Think pair Share (TPS) dan kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Think pair Share (TPS) dalam pembeelajaran PKn berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar siswa dibandingkan

dengan model pembelajaran

Konvensional.

Hasil penelitian Sekarini (2014) menunjukkan bahwa meneliti tentang hal ini menunjukan bahwa kecenderungan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TPS (Think

Pair Share) berbantuan media audio

visual memperoleh hasil belajar dengan kategori sangat baik.

Hasil penelitian Heri (2014) menunjukkan bahwa nilai hasil belajar siswa kelas V SD N 33 Dangin Puri dengan model pembelajaran TPS berbantuan media audio visual berada pada kategori sangat baik.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diketahui bahwa terdapat perbedaan hasil belajar belajar yang signifikan antara kelompok siswa yang mendapat perlakuan model pembelajaran

Think Pair Share berbantuan media

gambar pada kelompok (eksperimen) dan kelompok siswa yang tidak mendapat perlakuan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media gambar (kontrol)

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A.A .G. 2015.Buku Ajar Evaluasi

Pendidikan.Singaraja: Jurusan

Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.

Apriana, I Gede Putu Ekadani. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think pair Share

(TPS) terhadap Motivasi Belajar PKN siswa kelas V Semester Genap SD di GUGUS III

Kecamatan Kubu Tahun

Pelajaran 2014/2015.

Skripsi.(Tidak Diterbitkan).

Jurusan PGSD FIP UNDIKSHA. Hasbulah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu

Pendidikan. Jakarta:Rajawali Pers Kusuma, Febrian Widya dan Mimin Nir

Aisyah. 2012. Implementasi Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Akuntansi SiswaKelas Xi Ips 1 Sma Negeri 2 Wonosari. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia.

Volume X, Nomor 2 (hlm. 49). Sapriya. 2009. Pendidikan IPS.

Bandung:PT Remaja Rosdakarya Offset.

Shoimin. Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta : Ar-Rujj Media.

Trianto.2009.Mendesain Model

Pembelajaran

Inovatif-Progresif:Konsep Lnadasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Jakarta : Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian selanjutnya (Santoso dkk ., 2003) menunjukkan bahwa fraksi asam humat dari tanah gambut dapat dijadikan sebagai sensitizer pada fotoreduksi Cr(VI) menjadi

Selain itu, dibuat juga beberapa functional specification untuk menjawab beberapa requirement dari Business process owner yang tidak ter- cover oleh SAP1. Ditambah lagi dengan

Jika sebuah muatan uji q’ diletakkan di dalam medan listrik dari sebuah benda bermuatan, kuat medan listrik E benda tersebut adalah besar gaya listrik F yang timbul di antara

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Departemen Pendidikan Kimia.

Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis ucapkan karena skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan

persarafan otot dipakai arus faradik. Untuk pemakaian dalam jangka waktu lama dan bertujuan merangsang otot yang telah kehilangan persarafan maka dipakai arus listrik yang

Sebaliknya, pada perlakuan DNA yang dipapari 10 µl ekstrak asap rokok dan sinar ultraviolet sela ma 4 jam dan DNA yang dipapari ekstrak asap rokok, β -