• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD GUGUS BUDI UTOMO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD GUGUS BUDI UTOMO"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (

LEARNING

CYCLE

) BERBANTUAN MEDIA

AUDIO VISUAL

TERHADAP HASIL

BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD GUGUS BUDI UTOMO

I Gst. Ayu Pt. Wiastuti

1

, I Ngh. Suadnyana

2

, MG. Rini Kristiantari

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

iga_wiastuti@yahoo.co.id

1

,

suadnyanainengah@gmail.com

2

,

rini_bali@yahoo.co.id

3 Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) berbantuan media audio visual dan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan disain

Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus Budi Utomo yang berjumlah 486 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VB SD N 6 Kesiman berjumlah 34 siswa sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas V di SD N 8 Kesiman berjumlah 33 siswa sebagai kelompok kontrol. Data hasil belajar IPA dikumpulkan dengan menggunakan tes objektif bentuk pilihan ganda biasa. Berdasarkan hasil pengujian normalitas dan homogenitas terhadap data yang didapat pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan uji-t, diperoleh thitung >ttabel (3,72>2,00) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Rata-rata hasil belajar IPA siswa pada kelas eksperimen lebih dari kelas kontrol yaitu 79,26>69,92. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) berbantuan media audio visual dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Budi Utomo Tahun Pelajaran 2013/2014. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) berbantuan media audio visual berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus Budi Utomo Tahun Pelajaran 2013/2014.

Kata Kunci: siklus belajar (learning cycle), media audio visual, hasil belajar IPA

Abstract

This research aims to find out the significant differences of science learning achievement between the students that learning through learning cycle model assisted by audio visual media and students that through conventional learning method. The research was a quasi-experimental design with Nonequivalent Control Group Design. The research population was the entire students at the fifth grade SD Gugus Budi Utomo for about 486 students. Sampling was done with a random sampling technique. The sample of this research was the students of VB class at SD N 6 Kesiman for about 34 students as an experimental group and fifth grade students of SD N 8 Kesiman for about 33 students as an control group. Science learning achievement data were collected by using an objektive test with standard multiple choices. Based on the achievement of the tests of normality and homogeneity of the data obtained in the experimental group and control group normally distributed and homogeneous , then performed a hypothesis test with the t-test , obtained t > t table ( 3.72 > 2.00 ) then H0 is rejected and Ha accepted. Average of science learning achievment the students in the experimental group was higher then control group that is 79.26 > 69.92. This case showed that there was a significant

(2)

differences of science learning achievement between the students that learning through learning cycle model assisted by audio visual media with the students that through conventional learning at the fifth grade SD students gugus Budi Utomo Academic Year of 2013/2014. Therefore, it can be concluded that the learning cycle model assisted by audio visual media give influence of science learning achievement at the fifth grade students at Gugus Budi Utomo academic year of 2013/2014.

Keywords: cycle of learning (learning cycle), audio-visual media, science learning achievement

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk kemajuan suatu bangsa dan negara. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa, pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Proses pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok dalam pembelajaran, karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses pembelajaran dirancang dan dilaksananakan secara professional. Agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, salah satu strateginya adalah dengan memilih model pembelajaran yang sesuai. Dalam paradigma pembelajaran saat ini, model pembelajaran yang diharapkan menggunakan model pembelajaran yang inovatif. Menurut Suyatno (2009: 6) “pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas guru atas dorongan gagasan baru untuk melakukan langkah-langkah belajar dengan metode baru sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar”. Selain itu penggunaan media pembelajaran yang tepat juga dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran pada suatu mata pelajaran. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran yang terdapat di sekolah dasar.

Trianto, (2007: 99) menyatakan, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sitematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prisip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada metode ilmiah. Berdasarkan pendapat di atas, maka pemahaman tentang pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berdampak pada proses pembelajaran di sekolah. Proses pembelajaran IPA di sekolah menekankan pada pemberian pengalaman langsung, karena IPA merupakan pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah diharapkan berpusat pada siswa dan menekankan pentingnya belajar aktif. Hal ini sangat erat kaitannya dengan bagaimana seorang guru membelajarkan siswa melalui penggunaan model pembelajaran, sumber belajar dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan demi tercapainya tujuan pembelajaran.

Akan tetapi, berdasarkan hasil observasi dan wawancara di SD Gugus Budi Utomo, proses pembelajaran yang biasanya dilaksanakan oleh guru di kelas yaitu menggunakan pola pembelajaran yaitu EEK (eksplorasi, elaborasi dan

konfirmasi), namum dalam penerapannya di

kelas belum secara maksimal. Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran yaitu dengan ceramah, penugasan dan tanya jawab. Pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru dikelas dan

(3)

pembelajaran cenderung berpusat pada guru (teacher centered) disebut dengan pembelajaran konvensional. Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto (2010: 6) yang menyatakan, pembelajaran konvensional merupakan model yang suasana kelasnya cenderung teacher centered sehingga siswa menjadi pasif.

Oleh karena itu, peneliti mencobakan pembelajaran inovatif yaitu model pembelajaran siklus belajar (learning cycle). Model pembelajaran siklus pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Science Curriculum Improvement Study/ SCIS (Wena: 2010: 170). Siklus belajar

(learning cycle) atau dalam penulisan

disingkat LC adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar atau siswa (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar atau siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif (Kamdi, 2007: 96). Lebih lanjut Wena (2010: 171) menegaskan, model siklus belajar terdiri dari 5 Fase yaitu pembangkitan minat

(Engangement), eksplorasi (exploration),

penjelasan (explanation), elaborasi (elaboration), dan evaluasi (evaluation).

Berdasarkan fase tersebut, maka dalam pelaksanaan model pembelajaran siklus belajar (learning cycle), guru dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang berusaha membangkitkan minat siswa untuk mengikuti pelajaran IPA melalui tahap pembangkitan minat (engangement), memberikan kesempatan kepada siswa untuk memanfaatkan panca indera mereka semaksimal mungkin dalam berinteraksi

(exploration), memberikan kesempatan

yang luas kepada siswa untuk menyampaikan ide atau gagasan yang mereka miliki melalui kegiatan diskusi

(explanation), mengajak siswa

mengaplikasikan konsep-konsep yang mereka dapatkan dengan mengerjakan soal-soal (elaboration), dan terdapat suatu tes akhir untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa selama mengikuti proses pembelajaran (evaluation).

Kamdi (2007: 99) menyebutkan beberapa keunggulan model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) yaitu: (1) Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran; (2) Membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa; (3) Pembelajaran menjadi lebih bermakna. Pembelajaran yang berpusat pada siswa menjadikan siswa sebagai subjek bukan semata-mata sebagai objek yang hanya menerima informasi, sedangkan guru dalam proses pembelajaran sebagai fasilitator.

Menurut Arsyad (2010: 15) “dalam proses pembelajaran, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran”. Kedua aspek ini saling berkaitan. Alangkah baiknya jika pembelajaran itu ditunjang dengan pemanfaatan sumber-sumber belajar lain selain buku agar pengetahuan siswa tidak terbatas dari buku saja sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa lebih luas. Dalam proses pembelajaran dewasa ini yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya informasi. Terdapat berbagai media yang dapat digunakan sebagai sumber belajar. “Media adalah alat bantu apa saja yang dapat disajikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran”. (Djamarah dan Zain, 2010: 121). Lebih lanjut Sukiman, (2012: 44) menyatakan bahwa, media pembelajaran merupakan komponen pembelajaran yang meliputi bahan dan peralatan. Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam dunia pendidikan (misalnya teori/konsep baru dan teknologi), media pembelajaran terus mengalami perkembangan dan tampil dalam berbagai jenis dan format, dengan masing – masing ciri dan kemampuannya sendiri. Salah satu ciri media pembelajaran adalah bahwa media mengandung dan membawa pesan atau informasi kepada penerima yaitu siswa. Sebagian media dapat mengolah pesan dan respon siswa sehingga media itu sering disebut media interaktif. Pesan dan informasi yang dibawa oleh media bisa berupa pesan yang sederhana dan bisa pula pesan yang amat kompleks. Akan tetapi yang terpenting adalah media itu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan

(4)

belajar dan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini membutuhkan kreativitas guru untuk dapat menghidupkan suasana pembelajaran sehingga tidak membosankan bagi para siswa. Perkembangan teknologi informasi telah mempengaruhi penggunaan berbagai jenis media sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan media audio visual. Menurut Sukiman (2012: 184) “media audio

visual adalah media penyaluran pesan

dengan memanfaatkan indera pendengaran dan penglihatan”. Sedangkan menurut Djamarah dan Zain (2010: 124) “Media

audio visual adalah media yang mempunyai

unsur suara dan unsur gambar. Jenis media audio visual diantaranya yaitu media film, video dan televisi (TV)”.

Tujuan dari penggunaan media audio

visual yaitu untuk menyampaikan informasi

dari isi pembelajaran dengan cara yang lebih konkret atau lebih nyata dari pada yang disampaikan oleh kata-kata yang diucapkan. Penggunaan media audio visual disesuaikan dengan perkembangan anak usia sekolah dasar yaitu pada tahap oprasional konkret. Pada masa ini siswa masih berpikir konkret belum mampu berpikir abstrak. Kehadiran media sangat membantu mereka dalam memahami konsep tertentu yang tidak atau kurang mampu dijelaskan dengan bahasa. Ketidakmampuan guru menjelaskan sesuatu bahan dapat diwakili oleh peranan media. Sehingga nilai praktik media terlihat dan bermanfaat bagi siswa serta guru dalam proses pembelajaran.

Dengan demikian dapat dipaparkan bahwa dengan penggunaan media audio

visual dalam proses pembelajaran siswa

dapat menggunakan indera pendengaran dan penglihatan dalam memperoleh informasi mengenai materi pembelajaran, sehingga proses pembelajaran tidak akan membosankan karena media audio visual

dapat menampilkan unsur gambar dan suara. Contoh media audio visual yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu berupa film atau video. Adapun kelebihan film atau video sebagai media pembelajaran (Arsyad, 2010: 49) sebagai berikut (1) film dan video dapat

melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik, dan lain-lain, (2) film merupakan pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan objek yang secara normal tidak dapat dilihat, (3) film dan video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu, (4) disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, film dan video menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainya, (5) film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa. Bahkan, film dan video, seperti slogan yang sering didengar, dapat membawa dunia ke dalam kelas, (6) film dan video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara langsung seperti lahar gunung berapi atau perilaku binatang buas, (7) film dan video dapat ditunjukan kepada kelompok besar atau kecil, kelompok heterogen, maupun perorangan, dan (8) dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar frame demi frame, film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit.

Oleh kerena itu, dengan menerapkan model pembelajaran siklus belajar (learning

cycle) berbantuan media audio visual dapat

memberikan dampak yang positif terhadap hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA. Hasil belajar IPA yang dimaksud adalah sesuatu yang diperoleh setelah melalui proses belajar mengenai materi yang telah dipelajari pada mata pelajaran IPA dari serangkaian perubahan tingkah laku yang berupa suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang yang tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan

(5)

melalui model pembelajaran siklus belajar

(learning cycle) berbantuan media audio

visual dan siswa yang dibelajarkan melalui

pembelajaran konvensional kelas V SD Gugus Budi Utomo tahun pelajaran 2013/2014.

METODE

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental design yaitu “Nonequivalent

Control Group Design”. Desain ini sering

digunakan untuk penelitian pendidikan. Adapun pola desainnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Nonequivalent Control Group Design

(Sugiyono, 2011:116) Keterangan :

O1 = pretes pada kelompok eksperimen

O2 = posttes pada kelompok eksperimen

O3 = pretes pada kelompok kontrol

O4 = posttes pada kelompok kontrol

X = perlakuan

Pada penelitian ini kelompok eksperimen diberikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) berbantuan media

audio visual, sedangkan untuk kelompok

kontrol diberikan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran konvensional. Dalam penelitian ini pre- tes digunakan untuk penyetaraan kelompok dengan menganalisis hasil nilai tes mata pelajaran IPA siswa kelas V, Menurut Dantes (2012:97) bahwa, “pemberian prates biasanya digunakan untuk mengukur ekuivalensi atau penyetaraan kelompok”. Sedangkan untuk post- tes diberikan pada akhir penelitian.

Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2012: 117). Berdasarkan penjelasan tersebut maka populasi dalam penelitian ini adalah siswa

kelas V SD Gugus Budi Utomo yang terdiri 8 sekolah yang berjumlah 486.

Menurut Sugiyono (2012: 118) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Dalam penelitian ini pengambilan sampel yaitu dengan teknik random sampling. Teknik random sampling adalah teknik penentuan sampel secara acak (Sugiyono, 2012:124). Penentuan sampel dalam penelitian ini tidak dilakukan dengan pengacakan terhadap individu, tetapi dilakukan dengan pengacakan terhadap kelas. Dari hasil random yang dilakukan, terpilih dua kelas yaitu kelas VB SD N 6 Kesiman yang terdiri dari 34 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SD N 8 Kesiman terdiri dari 33 siswa sebagai kelompok kontrol.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) berbantuan media audio visual. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah tentang hasil belajar IPA yaitu pada ranah kognitif. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar IPA dalam penelitian ini adalah metode tes. Jenis tes yang digunakan adalah tes objektif. Bentuk tes yaitu pilihan ganda biasa (PGB) dengan satu jawaban benar. Tes ini terdiri dari 40 butir soal. Sebelum tes tersebut digunakan terlebih dahulu tes diuji validitas, daya beda, indeks kesukaran dan reliabilitasnya.

Validitas tes objektif atau pilihan ganda dilakukan melalui analisis butir soal yang berdasarkan koofesien korelasi point biseral (rpbi), hal ini dikarenakan tes bersifat

dikotomi. Untuk menentukan valid atau tidaknya butir soal dilakukan dengan membandingkan nilai yang diperoleh dengan nilai rtabel pada taraf signifikansi 5%,

jika rhitung > rtabel, maka butir soal tersebut

dikategorikan valid. Dari 60 butir soal yang diuji coba, terdapat terdapat 41 butir soal yang dinyatakan valid dan 19 butir soal yang dinyatakan tidak valid.

O

1

X

O

2

(6)

Dari 41 soal yang telah dinyatakan valid dalam uji validitas maka terdapat 1 butir soal yang masuk dalam kriteria jelek, 14 butir soal yang masuk ke dalam kriteria cukup baik, 24 butir soal yang masuk ke dalam kriteria baik dan 2 butir soal yang masuk ke dalam kriteria sangat baik.

Setelah diuji validitas dan daya bedanya selanjutnya dilakukan uji tingkat kesukaran, maka didapat 7 butir soal masuk dalam kriteria tingkat kesukaran sukar, dan diperoleh 26 butir soal yang masuk ke dalam kriteria tingkat kesukaran sedang, serta 8 butir soal yang masuk ke dalam tingkat kesukaran mudah. Kemudian dilakukan uji reliabilitas. Dari hasil perhitungan reliabilitas tes menggunakan rumus KR- 20, diperoleh r11 sebesar 0,79

maka dari itu tes memiliki reliabilitas yang tinggi, r11 lebih besar dari 0,70.

Setelah tes diuji validitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas, selanjutnya tes ini diujikan terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sehingga diperoleh data tentang hasil belajar IPA dari masing-masing kelompok. Data hasil belajar IPA ini kemudian dianalisis dengan uji-t. Sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu dengan melakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui sebaran data hasil belajar IPA siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan analisis Chi Square. Kriteria pengujiannya adalah jika < , maka H0 diterima (gagal ditolak) yang berarti data berdistribusi normal. Sedangkan taraf signifikasinya 5% dan derajat kebebasannya (dk)=(k–1). Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas data dilakukan dengan uji F. Kriteria pengujian homogenitas, data mempunyai varians yang homogen bila Fhit<Ftabel = Fα (db pembilang-1, db

penyebut-1) pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5%.

Jika dari hasil uji normalitas dan homogenitas varians, diketahui sampel berdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan analisis uji-t. Rumus uji-t yang digunakan adalah rumus polled varian. Kriteria pengujiannya adalah jika thitung< ttabel, maka H0 diterima (gagal ditolak)

dan Ha ditolak, sebaliknya jika thitung ≥ ttabel,

maka H0 ditolak dan Ha diterima. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan dk = n1+n2-2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil perhitungan diperoleh rata-rata hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaran siklus belajar (learning

cycle) berbantuan media audio visual

sebesar 79,26, varians 118,38 dan standar deviasi 10,88 sedangkan siswa kelompok kontrol yang dibelajarkan secara konvensional memiliki nilai rata-rata hasil belajar IPA sebesar 69,92, varians 91,99 dan standar deviasi 9,17.

Sebelum dianalisis, data hasil belajar IPA yang telah diperoleh terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunakan rumus

Chi-Square, diperoleh untuk kelompok

eksperimen sebesar 2,04 pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 5, diperoleh

sebesar 11,07, ini berarti < maka H0 diterima. Berarti data hasil belajar

IPA pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan untuk kelompok kontrol diperoleh sebesar 7,60 pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 5 (6-1) diperoleh sebesar 11,07, ini berarti < maka H0 diterima. Berarti

data hasil belajar IPA pada kelompok kontrol berdistribusi normal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar IPA siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol berdistribusi normal.

Uji Homogenitas data dilakukan dengan menggunakan uji-F dari Havley. Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung sebesar 1,29 sedangkan Ftabel pada taraf

(7)

dan db penyebut = 32 adalah 1,76. Ini berarti Fhitung < Ftabel , maka H0 diterima dan

Ha ditolak. Ini berarti bahwa varian data hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama atau homogen.

Data hasil belajar IPA yang telah memenuhi syarat normal dan homogen selanjutnya diuji hipotesisnya. Adapun hipotesis penelitian yang diuji adalah hipotesis alternatif (Ha) menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran siklus belajar

(Learning cycle) berbantuan media audio

visual dengan siswa yang dibelajarkan

melalui pembelajaran konvensional di kelas V SD Gugus Budi Utomo tahun pelajaran 2013/2014. Sedangkan hipotesis nol (Ho)

menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran siklus belajar (Learning cycle) berbantuan media audio visual dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional di kelas V SD Gugus Budi Utomo tahun pelajaran 2013/2014.

Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan analisis statistik dengan uji-t. Kriteria pengujian adalah jika thitung< ttabel,

maka H0 diterima dan Ha ditolak, sebaliknya

jika thitung ≥ ttabel, maka H0 ditolak dan Ha

diterima. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan dk =n1+n2-2.

Rekapitulasi hasil uji hipotesis disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Uji-t pada taraf signifikan 5% dan dk = 65 Kelompok Jumlah siswa Mean thitung ttabel Kesimpulan

Eksperimen 34 79,26 3,72 2,00 Ha diterima

Kontrol 33 69,92

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh thitung sebesar 3,72. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% dan dk = 65 diperoleh batas penolakan hipotesis nol sebesar 2,00. Berarti thitung > ttabel maka

hipotesis nol yang diajukan ditolak dan menerima hipotesis alternatif.

Maka diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA anatara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran siklus belajar

(learning cycle) berbantuan media audio

visual dan siswa yang dibelajarkan melalui

pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Budi Utomo tahun pelajaran 2013/2014.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran siklus belajar

(learning cycle) berbantuan media audio

visual dengan siswa yang dibelajarkan

melalui pembelajaran konvensional. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis uji t diperoleh thitung > ttabel pada taraf signifikansi

5% dan dk = 65, yaitu thitung = 3,72 > ttabel =

2,00. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan perlakuan langkah-langkah

pembelajaran dan proses penyampaian materi yang dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Perbedaan perlakuan antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) berbantuan media audio visual dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional tentunya memberikan dampak yang berbeda pula terhadap hasil belajar IPA siswa. Hasil belajar IPA dapat dilihat dari rata-rata hasil post test. Dari hasil perhitungan nilai rata-rata kelompok eksperimen dan kontrol, diperoleh rata-rata nilai kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu 79,26>69,92. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) berbantuan media audio visual memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Model pembelajaran siklus belajar

(learning cycle) dikatakan memberikan

pengaruh yang lebih baik, didukung oleh pendapat (Kamdi, 2007: 96) yang menyebutkan siklus belajar (learning cycle)

(8)

atau dalam penulisan disingkat LC adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar atau siswa (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. Lebih lanjut Kamdi (2007: 99) menyebutkan beberapa keunggulan model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) yaitu meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu penggunaan media

audio visual menjadikan pembelajaran lebih

menyenangkan. Menurut Sanaky (2011: 105) “media audio visual adalah seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara”. Dengan bantuan media audio

visual, siswa dapat menggunakan indera

penglihatan dan pendengaran untuk memperoleh informasi mengenai materi pelajaran. Hal ini sangat berbeda dengan pembelajaran konvensional. Siswa yang dibelajarakan dengan pembelajaran konvensional cenderung pasif dalam proses pembelajaran karena pembelajaran cenderung didominasi oleh guru dan siswa memperoleh informasi mengenai pembelajaran dengan mendengarkan penjelasan guru, mencacat dan membaca buku sumber. Dengan adanya perbedaan tersebut, terbukti bahwa hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) berbantuan media audio visual lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugiantara (2013) pada siswa kelas V di SD Gugus VII Kecamatan Buleleng. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran learning cycle 5E lebih besar dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional (23,11>14,03). Dalam penelitiannya dinyatakan bahwa kualifikasi hasil belajar IPA siswa yang mengikuti

pembelajaran learning cycle 5E berada pada kategori sangat tinggi sedangkan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional berada pada kategori sedang. Penerapan pembelajaran learning

cycle 5E membuat pembelajaran menjadi

lebih bermakna, siswa aktif dalam pembelajaran dan menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari melalui kegiatan diskusi. Diperkuat dengan penelitian Dewi (2013) yang menyatakan bahwa model pembelajaran siklus belajar

(learning cycle) 5E berpengaruh terhadap

hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 26 Pemecutan, Denpasar Barat. Hal ini dapat dilihat dari hasil anlisis uji- t diperoleh nilai diperoleh thitung ≥ ttabel pada taraf signifikansi 5% dan dk = 65, yaitu thitung =

4,648 > ttabel = 2,00. Selain itu nilai rata-rata

siswa yang belajar dengan menggunakan siklus belajar lebih besar dibandingkan siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional (70,00>58,24). Dalam penelitiannya menggunakan media konkrit dan semi konkrit sebagai alat bantu dalam pembelajaran siklus belajar 5E untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah dan Zain (2010: 121), bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat disajikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugiantara dan Dewi (2013). Perbedaan tersebut dapat dilihat dari media yang digunakan dalam pembelajaran. Penelitian yang dilaksanakan oleh Sugiantara (2013) yaitu dalam pembelajaran tidak menggunakan media sedangkan penelitian yang dilaksanakan oleh Dewi (2013) yaitu dalam pembelajaran menggunakan media konkrit berupa alat peraga dan media semi konkrit menggunakan gambar. Dalam penelitian ini media yang digunakan yaitu media audio

visual berupa video. Video adalah

seperangkat komponen atau media yang mampu menampilakan gambar sekaligus suara dalam waktu bersamaan (Sukiman, 2012: 187). Penggunaan video dalam pembelajaran memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran yaitu menjadikan pembelajaran lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan meningkatkan

(9)

motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

Berdasarkan uraian tersebut, maka model pembelajaran siklus belajar (learning

cycle) berbantuan media audio visual dapat

dikatakan mampu memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil belajar IPA siswa. Terbukti bahwa perbandingan rata-rata hasil belajar dalam penelitian ini lebih besar dari pada penelitian sebelumnya yang dilaksanakan oleh Sugiantara dan Dewi (2013). Hai ini terjadi karena dengan menggunakan model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) berbantuan media

audio visual berupa video yang diputarkan

oleh guru menjadikan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan sehingga motivasi belajar siswa lebih meningkat dibandingkan dengan penelitian yang sebelumnya yang menggunakan media konkrit berupa benda asli dan semi konkrit berupa gambar sebagai alat bantu dalam pembelajaran.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka ditemukan adanya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) berbantuan media audio visual dan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajarn konvensional di kelas V SD Gugus Budi Utomo Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan uji hipotesis dengan uji- t diperoleh thitung =

3,72 dan ttabel = 2,00 dengan dk (34+33-2)=

65 dan taraf signifikan 5%. Karena thitung >

ttabel maka Ha diterima dan H0 di tolak.

Selain itu nilai rata-rata post tes hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingan dengan kelompok kontrol (79,26 > 69,92).

Dengan demikian dapat

disimpulkankan bahwa model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) berbantuan media audio visual berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus Budi Utomo Tahun Pelajaran 2013/2014.

Berdasarkan simpulan, maka dapat diajukan saran kepada: 1) guru hendaknya

menggunakan model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) dalam proses pembelajaran IPA dan menggunakan berbagai jenis media yang mendukung pembelajaran, 2) siswa agar tetap mempertahankan cara belajarnnya dengan belajar menemukan sendiri konsep yang dipelajari dan dapat menerapkannya dalam situasi baru sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna, 3) peneliti lain apabila melakukan penelitian sejenis, hendaknya melakukan penelitian tidak hanya meneliti pada ranah kognitif saja, melainkan juga pada ranah afektif dan psikomotor.

DAFTAR RUJUKAN

Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran.

Jakarta: Rajawali Pers.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Dewi, Dwi Ratna.2013. Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning cycle) 5E Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 26 Pemecutan

Denpasar Barat. Skripsi (tidak

diterbitkan). Jurusan PGSD Undiksha. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain.

2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Kamdi Waras, dkk. 2007. Model-Model

Pembelajaran Inovatif. Malang: UM

PRESS.

Sanaky, Hujair AH.2011. Media

Pembelajaran.Yogyakarta: Kaukaba.

Sugiantara, I Putu. 2013. Pengaruh Model

Pembelajaran Learning cycle 5E

Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V di SD Gugus VII Kecamatan Buleleng

Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi

(tidak diterbitkan). Jurusan PGSD, Universitas Pendidikan Ganesha.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian

Pendidikan Prndekatan Kuantitatif,

(10)

Sukiman. 2012. Pengembangan Media

Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran

Inovatif. Bandung: Alfabeta.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran

terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.

---. 2010. Mendisain Model

Pembelajaran Inovatif- progresif.

Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika.

Wena, Made. 2010. Strategi Pembelajaran

Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi

Referensi

Dokumen terkait

 Sebagai Identitas sementara/pengganti KTP, Disdukcapil Kota Palangka Raya menerbitkan Surat Keterangan bagi masyarakat yang telah melakukan perekaman KTP-el yang masa.

Website Band Bondan Prakoso &amp; Fade2Black dibangun menggunakan visualisasi multimedia Visual Studio.Net 2005 dengan teknologi Ajax serta menggunakan software pendukung

N Kompetensi Dasar Alok Januari Februari Maret April Mei juni.. Mengetahui Guru Mata Pelajaran

Hasil dari penelitian adalah sebagai berikut: (1) Batik Majapahit adalah batik yang dikerjakan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah bekas kerajaan Majapahit

ةرودلا لىولأا في ةرودلا هذى نوكت لىولأا ةيلمع ملعت ةغللا ةيبرعلا في عوضوم ناونعلا مادختساب لئاسو ملاعلإا تاقاطب .ةيضمولا في لىولأا ةرودلا هذى ةطشنأ متت بلاطلا

Simple Random Sampling, dengan kuesioner sebagai instrumen penelitian yang berjumlah 38 pernyataan stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana. Hasil penelitian menyatakan bahwa

Pada perangkat modern, metode pencarian access point dapat dengan mudah menangkap access point terdekat, lengkap dengan nama SSID yang digunakan

Karakter agronomi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang dan lebar kanopi berkorelasi positif dan nyata (taraf 5%) terhadap semua karakter hasil, kecuali tinggi