• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR ANIMASI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD GUGUS YOS SUDARSO DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR ANIMASI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD GUGUS YOS SUDARSO DENPASAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE BERBANTUAN

MEDIA GAMBAR ANIMASI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA

KELAS V SD GUGUS YOS SUDARSO DENPASAR

I Made Suryanta1, Ida Bagus Gede Surya Abadi2, IGA. Agung Sri Asri3

1,2,3Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: Suryanta_made@yahoo.com1, Suryaabadi31@yahoo.com2, Agungasri@gmail.com3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Scramble berbantuan media gambar animasi dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvesional pada siswa kelas V Semester I SD Gugus Yos Sudarso Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu menggunakan desain

nonequivalent post test only control group desain. Populasi dalam penelitian ini adalah

semua siswa kelas V SD Gugus Yos Sudarso Sanur Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014. Sampel penelitian ini adalah SD N 12 Sanur dengan jumlah siswa 39 orang, sebagai kelompok eksperimen dan SD N 2 Sanur, dengan jumlah siswa 45 orang, sebagai kelompok kontrol. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik sistem random sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode tes. Data tentang hasil belajar IPA siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes pilihan ganda biasa, kemudian dianalisis menggunakan uji-t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar animasi dengan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional (thitung = 3,18 > ttabel = 2,00; ά=0,05). Berdasarkan rata-rata hasil

belajar IPA, diketahui siswa yang mengikuti model pembelajaran scramble berbantuan media gambar animasi lebih baik dari siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional (X1= 77,05 > X2= 69,21). Dengan demikian, model pembelajaran scramble berbantuan media gambar animasi berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V Semester I SD Gugus Yos Sudarso Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

Kata kunci : Model pembelajaran scramble, media gambar animasi, hasil belajar IPA

Abstract

The purpose of research was to the determining significant differences in outcome between groups of students that learning science using Scramble learning model assisted by media animation picture that learned with a group of students that learned using conventional learning in class 5th elementary school Yos Sudarso Cluster South Denpasar in 2013/2014 Academic Year.

This research is a quasi-experimental research design using nonequivalent post-test only control group design . The population in this study were all of students of in class 5th elementary school cluster Yos Sudarso South Denpasar Sanur 2013/2014 academic year. The sample was 12th Sanur elementary school the group of students was 39 people , as the experimental group and Sanur 2 has elementary school 2, the group of students was 45 people , as a control group . The sample selection system with random sampling technique . the collecting data in this study was conducted using the test . Data on students' science learning outcomes were collected using a regular multiple choice test , and then analyzed using t-test .

The results showed that , there are significant differences in outcome between groups of students learn science that wich learned with the media assisted learning model

(2)

scramble assisted by media animation picture with a group of students who take conventional learning models ( of t = 3.18 > t table = 2.00 ; ά = 0.05 ) . Based on the average of the results of learning science , known that the students who follow the learning model scramble assisted by media animation picture better than of the student in learning with the conventional model ( = 77.05 > = 69.21 ) . Thus , a media assisted learning model scramble assisted by media animation picture has in significant affect the results of fifth grade students wich learning science Yos Sudarso elementary school cluster in South Denpasar 2013/2014 academic year.

Keywords : Scramble learning model, media animation picture, science learning outcomes

Pendahuluan

Pendidikan merupakan faktor penting untuk memajukan SDM. Pendidikan akan berlangsung dengan baik apabila tersedianya pendidik yang profesional. Seorang guru yang profesional bukan saja merupakan tuntutan guru, siswa dan kepala sekolah semata, akan tetapi sudah menjadi tuntutan masyarakat. Guru di samping harus memiliki wawasan yang luas dibidang keilmuan, guru juga harus memiliki wawasan yang luas dan keterampilan yang memadai dibidang pembelajaran.

Rusman (2011:134) mengemukakan pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun kegiatan secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Didasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pola pembelajaran. Syaiful Sagala (2007:63) Menjelaskan Karakteristik pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu (1) dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa untuk sekedar mendengar, mencatatkan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir; (2) dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu akan dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

Di dalam dunia pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pengembangan kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar yang kondusif, yaitu suasana belajar yang menyenangkan, menarik, memberi rasa aman, memberi ruang pada siswa untuk berpikir aktif, kreatif, dan inovatif dalam mengeksplorasi dan mengelaborasi kemampuannya. Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang berkualitas. Guru dalam era teknologi dan komunikasi sekarang ini bukan sekedar mengajar melainkan harus menjadi menjadi manajer pembelajaran (Rusman, 2012:19).

Guru yang profesional hendaknya mampu memotivasi dan mengoptimalkan hasil belajar siswa. Untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa, guru dapat menggunakan model pembelajaran yang sesuai ditambah dengan penggunaan media yang mendukung. Proses pembelajaran yang berlangsung akan lebih bermakna dan dapat berjalan dengan baik. Dalam membelajarkan siswa hendaknya mampu mengoptimalkan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan kelas ditambah dengan penggunaan media yang mendukung proses pembelajaran. Seperti yang kita ketahui kemampuan siswa akan terpengaruh dengan cara guru membelajarkan siswa disamping peran yang dimiliki siswa itu sendiri.

Media Gambar Animasi merupakan suatu tampilan yang menggabungkan antara media teks, grafik dan suara dalam suatu aktivitas penggerakan. Media ini yang sangat menarik karena bermanfaat dalam proses pembelajaran. Adapun manfaatnya

(3)

yaitu yaitu: (a) menarik perhatian dengan adanya penggerak dan suara yang selaras. (b) memperindah tampilan dalam proses pembelajaran. (c) mempermudah susuan dalam mengajar. (d) mempermudah penggambaran dari suatu materi. (e) menjelaskan sesuatu yang rumit. (f) sebagai pentunjuk atau penuntun untuk melakukan sesuatu (Munir, 2012:319).

Penggunaan model pembelajaran dan media yang tepat mampu mengoptimalkan hasil belajar. Purwanto (2009:46) menyatakan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku akibat belajar. Perubahan tingkah laku disebabkan karena mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses pembelajaran. Pencapaian itu atas tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kenyataan di lapangan sekarang ini masih adanya hasil belajar IPA di SD Gugus Yos Sudarso Sanur Denpasar Selatan yang masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang disebabkan oleh kurangnya minat siswa dalam pembelajaran karena penggunaan media dalam pembelajaran masih kurang.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi mendifinisikan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Adapun tujuan dan manfaat pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) yaitu: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan

alam ciptaann-Nya; (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan ; (6) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs. Sedangkan manfaat pembelajaran IPA di SD adalah untuk mengembangkan sikap ilmiah antara lain: (1) sikap ingin tahu

(curiousity); (2) sikap ingin mendapatkan

sesuatu yang baru (originality); (3) sikap kerja sama (cooperation); (4) sikap tidak putus asa (perseverance);(5) sikap terbuka untuk menerima (open-mindedness); (6) sikap mawas diri (self critism );(7) sikap bertanggung jawab (responsibility); (8) sikap berpikir bebas (independence in thinking) dan ; (9) sikap kedisiplinan diri (self

discipline).

Untuk mengatasi persoalan tersebut maka dilakukan penelitian sebagai pemecahan masalah tersebut. Untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa perlu diadakan situasi belajar yang menyenangkan, menantang, dan merangsang minat siswa untuk lebih antosias berperan aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu alternatif yang digunakan untuk pemecahan masalah tersebut yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Scramble, yang merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk bekerja secara berkelompok untuk berbagi ilmu yang dimiliki serta belajar secara individu. Pembelajaran kooperatif menuntut siswa belajar secara berkelompok untuk berkerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama.

(4)

Model pembelajaran Scramble adalah model pembelajaran yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep secara kreatif dengan cara menyusun huruf-huruf yang disusun secara acak sehingga membentuk suatu jawaban/pasangan konsep yang dimaksud Komalasari (2010:84).

Sahrudin (2011) mengemukakan

Scramble adalah salah satu model

pembelajaran yang mempunyai beberapa kelebihan. Adapun kelebihan model pembelajaran tipe Scramble ini antara lain: (a) memudahkan siswa untuk menemukan jawaban; (b) mendorong siswa untuk mengerjakan soal tersebut karena jawaban sudah tersedia; (c) semua siswa terlibat; (d) kegiatan tersebut dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yaitu struktur fungsi organ tubuh manusia dan hewan.

Adapun sintaks model pembelajaran

scramble yaitu: (1) buatlah kartu soal

sesuai bahan ajar; (2) Buatlah kartu soal dengan diacak nomornya; (3) sajikan materi; (4) membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban; (5) siswa bekelompok mengerjakan soal dan mencari jawaban yang benar (Suyatno, 2009:72).

Dengan dukungan penelitian yang dilakukan oleh Widiantari pada tahun 2013 yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Scramble Berbantuan Media Video Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD di Gugus V Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2012/2013”. Terbukti bahwa penerapan model pembelajaran scramble berbantuan media video berpengaruh terhadap hasil belajar IPA kelas IV SD di Gugus V Kecamatan Buleleng. Ini terlihat dari (thitung =7,90; ttabel= 2,00) di mana rata-rata skor hasil belajar IPA kelas yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran

scramble berbantuan media video adalah

22,26 yang berada pada kategori sangat tinggi, sedangkan kelas yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Konvensional adalah 13,56 yang berada pada kategori cukup.

Selanjutnya terkait dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Martika Devi pada tahun 2012 yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Scramble Berbantuan Multi Media Sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SD Negeri I Delodbrawah Jembrana”. Terbukti Penerapan model pembelajaran scramble berbantuan multi media pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas VI SD Negeri 1 Delodbrawah Jembrana. Ini terihat Hal ini terlihat rata-rata hasil belajar sebesar 68,70% pada siklus I kategori sedang meningkat menjadi 83,87% kategori tinggi pada siklus II.

Penelitian ini brtujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

scramble berbantuan media gambar

animasi terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V semester I SD Gugus Yos Sudarso Sanur Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2013/ 2014.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V Semester I SD Gugus Yos Sudarso Sanur Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental yaitu eksperimen semu (Quasi Eksperimental Design). Desain penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen dengan tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test) terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang tidak dipilih secara random atau dengan

Nonequivalent Control Group Design

(Sugiyono, 2011:116). Hal tersebut didukung oleh pendapat Dantes (2012: 97) yang menyatakan bahwa pemberian pre

test biasanya untuk mengukur ekuivalensi

atau penyetaraan kelompok.

Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.

Desain Penelitian

(Sugiyono,2011:116)

O

1

x O

2

(5)

Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas dan variable terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

Scramble berbantuan media gambar

animasi yang dikenakan pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional yang dikenakan pada kelompok kontrol. Melalui kedua model pembelajaran ini akan diuji model pembelajaran mana yang lebih unggul untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Gugus Yos Sudarso Sanur Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014. Variabel terikat adalah merupakan variabel yang dipengaruhi atau variabel yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA. siswa khususnya pada ranah kognitif. Nilai kognitif siswa dapat diperoleh dari post-test yang diberikan pada akhir perlakuan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V semester I SD Gugus Yos Sudarso Sanur Denpasar Selatan tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 313 orang siswa. Sugiyono (2012:117) populasi adalah wilayah generelisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random

sampling. Menurut Agung (2010:47),

sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu. Jika jumlah populasi sangat banyak maka akan dipilih beberapa individu yang dianggap mewakili seluruh populasi. Berdasarkan teknik undian yang telah dilakukan diperoleh kelas VA SDN 12 Sanur dengan jumlah siswa 39 orang siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas V SDN 2 Sanur dengan jumlah siswa 45 orang siswa sebagai kelas kontrol. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan

dengan metode tes. Pada penelitian ini untuk menilai hasil belajar IPA pada ranah kognitif dipilih tes pilihan ganda biasa yang meliputi 4 pilihan jawaban (a, b, c atau d) dengan jumlah pertanyaan yaitu 30 butir soal. Setiap item diberikan skor satu bila siswa menjawab dengan benar (jawaban disesuaikan dengan kunci jawaban). Skor setiap jawaban dijumlahkan dan jumlah tersebut menjadi skor variabel hasil belajar IPA berkisar antara 0 – 100. 0 merupakan skor minimal dan 100 merupakan skor maksimal ideal tes hasil belajar IPA. Sebanyak 50 butir soal diuji coba pada siswa kelas VI. Hasil validitas akan diberikan kepada siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan hasil belajar IPA.

Data hasil belajar pada ranah kognitif dikerjakan dengan bantuan program

Microsoft Office Excel 2007. Untuk analisis

uji prayarat meliputi uji normalitas dengan uji Chi Kuadrat, uji homogenitas varians menggunakan uji F, serta uji hipotesis menggunakan uji-t dengan rumus polled

varians.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata hasil belajar IPA pada ranah kognitif, untuk kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran

scramble berbantuan media gambar

animasi adalah 77,05 dengan varian sebesar 106,32 dan standar deviasi 10,31. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar IPA pada kognitif, untuk kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional adalah 69,21 dengan varian sebesar 143,70 dan standar deviasi 10,31. Berdasarkan data tersebut maka kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran

scramble berbantuan media gambar

animasi memiliki nilai rata-rata hasil belajar yang lebih dari kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional. Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varian.

(6)

Uji normalitas data dilakukan pada kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar animasi dan kelompok kontrol yang yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dalam uji normalitas digunakan analisis

Chi-Kuadrat (χ2) dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan (dk) = k-1. Nilai

2

tabel pada taraf signifikansi 5% (α = 0,95) dan derajat kebebasan (db)= 5 diperoleh

2

tabel =

2(0,05,5)=11,07.

Berdasarkan hasil analisis uji normalitas kelompok eksperimen diperoleh

2

hit= 5,89 Karena

2tabel>

2hit maka Ho

diterima (gagal ditolak). Ini berarti sebaran data kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan hasil analisis uji normalitas kelompok kontrol dari diperoleh

2

hit = 5,44. Karena

2tabel>

2hit maka Ho

diterima (gagal ditolak).Ini berarti sebaran data kelompok kontrol berdistribusi normal.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas

Sampel χ2hitung χ2tabel Keterangan Kelompok Eksperimen 5,89 11,07 Normal Kelompok Kontrol 5,44 11,07 Normal

Uji homogenitas varian dilakukan berdasarkan data hasil belajar IPA yang meliputi data kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar animasi dan kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional. Jumlah kelompok eksperimen adalah 39 orang siswa dan jumlah kelompok kontrol adalah 45 orang siswa. Uji homogenitas varian untuk kedua kelompok digunakan uji F. Kriteria

pengujian jika jika

F

hitung

F

tabelmaka sampel homogen. Pada taraf signifikan 5% dengan dk pembilang = dan dk penyebut= . Jadi dk pembilang = 44, dk penyebut = 38. Berdasarkan tabel F pada lampiran maka harga F pada taraf signifikan 5% = 1,71, Dari hasil perhitungan diperoleh = 1,35 sedangkan = 1,71. Ini berarti , (1,35 < 1,71). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varians data yang akan dianalisis homogen.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas

Sampel Varian Fhitung Ftabel Keterangan Kelompok Eksperimen 106,32 1,35 1,71 Homogen Kelompok Kontrol 143,70

Hipotesis yang diuji adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPA kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar animasi dengan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Yos Sudarso Sanur Denpasar Selatan tahun pelajaran 2013/2014.

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda mean (uji-t). Dengan criteria pengujian adalah Hoditolak

jika thitungttabel. ttabeldidapat dari tabel distribusi t pada taraf signifikan (

) 5% dengan derajat kebebasan dk= (n1 + n2- 2)

(7)

Tabel 3. Uji Hipotesis No Kelas Jumlah Sampel Derajat Kebebasan dan Signifikansi

thit ttabel Keterangan

1 Exsperimen 39 82 dan 5% 3,18 2,00 Terdapat perbedaan yang signifikan 2 Kontrol 45

Berdasarkan hasil analisis data tersebut diperoleh thitung sebesar 3,18.

Dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 82 diperoleh batas penolakan hipotesis nol sebesar 2,00. Berarti thitung > ttabel, maka

hipotesis nol yang diajukan ditolak dan menerima hipotesis alternatif.

Dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan siswa hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar animasi dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus Yos Sudarso Kecamatan Denpasar Selatan 2013/2014.

Berdasarkan Tabel 3, nilai ttabel pada

taraf signifikan 5% dengan derajat kebebsan (dk=39+45-2=82) diperoleh batas penolakan hipotesis observasi sebesar 2,00 dan hasil analisis data diperoleh thitung

sebesar 2,08. Berarti thitung > ttabel maka

hipotesis observasi ditolak dan menerima hipotesis alternatif.

Berdasarkan uji-t diperoleh thitung

>ttabel berarti hipotesis yang menyebutkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPA kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran

scramble berbantuan media gambar

animasi dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Yos Sudarso Sanur Denpasar Selatan tahun pelajaran 2013/2014 pada taraf signifikansi 0,05 diterima.

Dengan diterapkannya model pembelajaran scramble berbantuan media gambar animasi pada siswa kelompok eksperimen dan pembelajaran

konvensional pada siswa kelompok kontrol dalam penelitian ini, tentunya untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dari penerapan model tersebut. Setelah kedua kelompok tersebut selesai diberikan perlakuan, maka kedua kelompok tersebut diberikan post-test untuk mencari hasil belajar IPA. Adapun hasil post-test pada kelompok eksperimen diperoleh nilai rata-rata 77,05 dan untuk kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata 69,21. Dilihat dari hasil post-test kedua kelompok tersebut, maka dapat dikatakan kelompok yang dibelajarkan melalui penerapan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar animasi memiliki nilai rata-rata yang lebih baik dari pada siswa yang dibelajarkan melalui penerapan pembelajaran konvensional.

Berdasarkan nilai hasil belajar, selanjutnya dilakukan uji distribusi sebaran data yang tujuannya untuk mengetahui sebaran data bersifat normal dan homogen. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi uji prasyarat sebelum melanjutkan ke uji-t. Dari hasil pengujian normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa sebaran data post-test kedua kelompok tersebut berdistribusi normal dan varians kedua kelompok tersebut homogen. Data post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol kemudian dilanjutkan dengan uji-t. Dari hasil pengujian diperoleh thitung = 3,18 dan

dalam taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 82 diperoleh ttabel = 2,00 yang

menunjukan bahwa thitung > ttabel (3,18 >

2,00) maka Ha diterima Ho ditolak. Hal ini

berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran

(8)

animasi dengan siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional. Dari uraian tersebut dapat diinterpretasikan bahwa model pembelajaran scramble

berbantuan media gambar animasi berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus Yos Sudarso Denpasar Selatan.

Perbedaan hasil belajar tersebut diakibatkan dari aktivitas siswa yang lebih baik dalam pembelajaran dan keunggulan dari model pembelajaran scramble.

Aktivitas siswa yang lebih baik dikarenakan dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran model pembelajaran

scramble berbantuan media gambar

animasi pada kelompok eksperimen, siswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran

scramble menyediakan jawaban atas

pertanyaan yang susunan huruf-hurufnya diacak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Komalasari (2010:84) menyatakan model pembelajaran scramble adalah model pembelajaran yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep secara kreatif dengan cara menyusun huruf-huruf yang disusun secara acak sehingga membentuk suatu jawaban/pasangan konsep yang dimaksud.

Sahrudin (2011) menyatakan

scramble merupakan suatu model

pembelajaran dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada. Sejalan dengan pendapat tersebut, Suyatno (2009), menyatakan model pembelajaran

scramble merupakan salah satu tipe

pembelajaran yang disajikan dalam bentuk kartu dengan mencari pasangan jawaban dari pertanyaan yang jawabannya diacak.

Dari keunggulan model pembelajaran

scramble diantaranya adalah (a)

memudahkan siswa untuk menemukan jawaban; (b) mendorong siswa untuk mengerjakan soal tersebut karena jawaban sudah tersedia; (c) semua siswa terlibat; (d) kegiatan tersebut dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran Sahrudin (2011).

Selain menggunakan model pembelajaran scramble, dalam pembelajaran juga menggunakan media animasi gambar komputer. Media gambar animasi ini dapat diwujudkan dalam bentuk penampilan gambar yang bergerak. Dengan adanya animasi dalam pembelajaran akan dapat merangsang minat siswa untuk fokus dalam pembelajaran berlangsung karena media animasi dalam proses pembelajaran bermanfaat yaitu: (a) menarik perhatian dengan adanya penggerak dan suara yang selaras. (b) memperindah tampilan dalam proses pembelajaran. (c) mempermudah susuan dalam mengajar. (d) mempermudah penggambaran dari suatu materi. (e) menjelaskan sesuatu yang rumit. (f) sebagai pentunjuk atau penuntun untuk melakukan sesuatu.

Uraian di atas diperkuat dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Martika Devi pada tahun 2012 yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Scramble Berbantuan Multi Media Sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SD Negeri I Delodbrawah Jembrana”. Terbukti Penerapan model pembelajaran scramble berbantuan multi media pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas VI SD Negeri 1 Delodbrawah Jembrana. Ini terihat Hal ini terlihat rata-rata hasil belajar sebesar 68,70% pada siklus I kategori sedang meningkat menjadi 83,87% kategori tinggi pada siklus II.

Hal ini disebabkan karena model pembelajaran embelajaran scramble

berbantuan media gambar animasi merupakan model yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran IPA. Dalam proses pembelajaran, guru dapat memberikan suasana yang menarik dan menyenangkan sehingga siswa bisa aktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran scramble berbantuan media gambar animasi adalah model pembelajaran yang menjadikan siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga kegiatan pembelajaran yang dihasilkan lebih interaktif. Model pembelajaran scramble menuntut siswa

(9)

mampu memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan teman sebayanya. Dengan menerapkan model ini diharapkan dapat memberikan solusi dan suasana baru dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran scramble diterapkan untuk melatih siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan media gambar animasi maka siswa akan menjadi lebih senang dalam proses pembelajaran karena berisi gambar– gambar animasi yang menarik dengan, sehingga siswa menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajara. Berbeda dengan pembelajaran IPA yang menggunakan model pembelajaran konvensional, selama proses pembelajaran siswa terlihat kurang aktif. Siswa hanya terpusat pada guru yang lebih banyak memberikan ceramah daripada kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran konvensional mengakibatkan siswa sangat bergantung pada guru, hal ini dapat mengakibatkan aktivitas siswa kurang optimal. Sehingga siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru dan proses pembelajaran cenderung membosankan.

SIMPULAN Dan SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukan nilai rata-rata eksperimen diperoleh 77,05 dan untuk kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata 69,21. Hasil penelitian diperoleh thitung = 3,18

dan dalam taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 82 diperoleh ttabel = 2,00.

Dengan membandingkan hasil thitung dan

ttabel dapat disimpulkan bahwa thitung > ttabel

(3,18 > 2,00) maka Ha diterima Ho ditolak. Berdasarkan atas hasil perhitungan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar animasi pada siswa kelas V SD N 12 Sanur Gugus Yos Sudarso Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar animasi dengan siswa yang belajar

dengan pembelajaran konvensional pada siswa siswa kelas V SD N 2 Sanur tahun pelajaran 2013/2014.

Perbedaan ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh hasil belajar yang signifikan antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar animasi dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional dalam pembelajaran IPA siswa kelas V SD Gugus Yos Sudarso Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran gambar animasi gambar komputer berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus Yos Sudarso Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut

Bagi siswa sebagai pencari ilmu pengetahuan harus selalu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan sungguh-sungguh, sehingga dapat menguasai materi pelajaran dengan baik.

Bagi Sekolah harus mampu menciptakan kondisi yang dapat mendorong para guru untuk mencoba menerapkan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar animasi dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dan meningkatkan kualitas lulusan.

Bagi Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan suasana pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk mengembangkan pemahaman konsep siswa. Untuk guru, hendaknya menggunakan model- model inovatif dalam setiap pembelajaran, sehingga siswa akan merasa lebih tertarik dan terlibat lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung.

Bagi Peneliti Lain penelitian ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut, agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

(10)

Daftar Rujukan

Agung, A.A. Gede. 2005. Metodologi

Penelitian Pendidikan. Singaraja:

Fakultas Ilmu Pendidikan Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian

Pendidikan. Yogyakarta: Andi

Offset

Depdiknas. 2006. Pendekatan Kontekstual

(Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta: Ditjen Dikdasmen

Devi, Ni Luh Putu Martika. 2012.

Penerapan Model Pembelajaran Scramble Berbantuan Multimedia

Sebagai Upaya Meningkatkan

Keaktifan Dan Hasil Belajar IPA Siswa Semester Ganjil Kelas VI SD Negeri 1 Delodbrawah Kecamatan

Mendoyo Jembrana Tahun

Pelajaran 2012/2013.Sikripsi (tidak

diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran

Kontekstual: Konsep dan Aplikasi.

Bandung: PT Refika Aditama Munir. 2012. Multimedia Konsep dan

Aplikasi Dalam Pendidikan.

Bandung: Alfabeta

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada

Sagala , Syaiful. 2007. Konsep dan Makna

pembelajaran. Bandung : CV Alfabeta

Sahrudin, Sriudin. 2011. Model Pembelajaran Scramble. Tersedia

pada

http://www.sriudin.com/2011/07/mo del-pembelajaran-scramble.html (diakses tanggal 08 Februari 2013)

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Widiantari. 2013. Pengaruh Model

Pembelajaran Scramble

Berbantuan Media Video Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV

SD di Gugus V Kecamatan

Buleleng Tahun Pelajaran

2012/2013. Sikripsi (tidak

diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas
Tabel 3. Uji Hipotesis  No  Kelas  Jumlah  Sampel  Derajat  Kebebasan  dan  Signifikansi

Referensi

Dokumen terkait

By working on the more certain focused aspects on psychological study, in this case post-traumatic stress disorder and military psychology analysis, the comparative study of

Menurut PIC ESAP, seiring berjalannya waktu pada program ESAP, timbul berbagai permasalahan seperti peningkatan kemampuan dari para peserta berkemampuan lebih tinggi dan

Hasil dari penelitian adalah sebagai berikut: (1) Batik Majapahit adalah batik yang dikerjakan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah bekas kerajaan Majapahit

Puji dan syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayahNya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi saya yang berjudul : “ Gambaran Pengetahuan

Semua aktivitas kerja sama di bawah Nota Kesepaharnan ini akan dilakukan dengan memperhatikan ketersediaan dana, personi-1, dan sumber daya lain yang diperlukan

Metode evaluasi yang digunakan adalah sistem gugur yaitu evaluasi penilaian penawaran dengan cara memeriksa dan membandingkan dokumen penawaran terhadap pemenuhan persyaratan yang

Prosesi pernikahan masyarakat Kudus nonsamin pada umumnya yang membedakan dengan warga Samin Kudus berupa jika warga Samin tanpa pengeras suara, tanpa musik pengiring acara,

Dari semua faktor yang diteliti baik jenis kelamin, umur, pendidikan formal, status pekerjaan, pengalaman gula darah rendah, kepemilikan alat pengukur gula darah,