• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR PKn KELAS V SD GUGUS SRIKANDI DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR PKn KELAS V SD GUGUS SRIKANDI DENPASAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERPENGARUH

TERHADAP HASIL BELAJAR PKn KELAS V SD

GUGUS SRIKANDI DENPASAR

Md. Delly Praditya Mandala Putra

1

, I Md. Putra

2

, I Md. Suara

3

1,2,3

Jurusan PGSD, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: Dellypraditya@ymail.com

1

, Putra_made56@yahoo.com

2

,

SuaraMade@gmail.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Problem Solving dan yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014. Metode penulisan yang digunakan adalah metode kajian pustaka yaitu dengan mengkaji buku-buku yang relevan dengan model pembelajaran Problem Solving. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian Nonequivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD Gugus Srikandi berjumlah 327 siswa. Sampel diambil dengan teknik random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD N 10 Sumerta berjumlah 30 siswa dan kelas V SD N 8 Sumerta berjumlah 33 siswa. Data mengenai hasil belajar PKn dikumpulkan dengan menggunakan tes objektif. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik uji-t. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn kelompok siswa yang dibelajarkan melalui Model pembelajaran Problem Solving dan yang dibelajarkan melalui Pembelajaran Konvensional pada kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014, hal ini dapat dibuktikan thitung = 2,12 > ttabel (α = 0.05, 61) = 2,00, dengan nilai

rata-rata hasil belajar PKn siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Problem Solving 70,67 dan yang dibelajarkan melalui pembelajaran Konvensional 64,09. Dengan demikian dapat disimpulkan Model pembelajaran Problem Solving berpengaruh terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014.

Kata kunci : Model Pembelajaran Problem Solving, Hasil Belajar PKn

Abstrak

This study aims to determine significant difference PKn groups of students that

learning outcomes students group that learned through Problem Solving and that learned through conventional teaching in fifth grade elementary school in Denpasar Srikandi cluster East of the Academic Year 2013/2014. Writing method used is method literature review that examine relevant books Problem Solving with the learning desing. This study was a quasi-experimental study the study design Nonequivalent Control Group Design. The population in this study were all fifth grade students of elementary school Srikandi cluster totaling 327 students. Samples were taken with a random sampling technique. The samples in this study were fifth grade elementary school students N 10 Sumerta Who totaled 30 students and fifth grade elementary school students N 8 Sumerta Who totaled 33 students. Mathematics laearning outcom data

(2)

were collected using a objective tests. The data were then analyzed using statistical analysis techniques t-test. The results showed there are significant differences Civics learning PKn group of students that learned through learning Problem Solving design and that learned through Conventional Learning in fifth grade elementary school Force Srikandi East Denpasar Academic Year 2013/2014, This can be proved tvalue = 2.12 >

ttable (α = 0.05, 61) = 2.00, with an average value of PKn student learning outcomes learning

model that learned through Problem Solving 70.67 and that learned through learning Conventional 64.09. It can be concluded Learning Problem Solving design effect on Civics Student Learning Outcomes fifth grade elementary school Force Srikandi East Denpasar Academic Year 2013/2014.

Keywords : Learning Problem Solving design, Results Learning Civics

PENDAHULUAN

Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi semua siswa. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan dibidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidikan dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia.

Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran, salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan hasil belajar siswa khususnya pelajaran PKn. Misalnya dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa

tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru harus memberikan motivasi sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar.

Pengelolaan pembelajaran yang berkualitas sangat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Menurut Miarso (2004:550) belajar adalah perubahan prilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut Solehatin (2012:55) menyatakan bahwa mengajar adalah perbuatan yang kompleks yang merupakan pengintegrasian secara utuh berbagai komponen kemampuan. Fathurrohman (2011:29) menegaskan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai kompetensi dasar yang telah dicapai sebelumnya. Sejalan dengan pendapat para ahli, guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.

Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mempelajari tentang sikap dan prilaku Warga Negara Indonesia. Mata pelajaran PKn sebenarnya mempunyai peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat. Mata pelajaran PKn diharapkan akan mampu membentuk siswa yang ideal yang memiliki mental yang kuat, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang akan dihadapinya sehari-hari.

Dalam kegiatan pembelajaran harus terjadi keterbukaan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan guru. Tetapi saat sekarang ini kenyataannya masih menunjukkan kecendrungan yang berbeda. Dalam proses

(3)

pembelajara PKn di kelas V kebanyakan masih menggunakan paradigma lama yaitu guru memberikan pengetahuan secara pasif, jadi siswa lebih banyak menunggu sajian materi belajar dari guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan serta sikap yang mereka butuhkan. Guru dalam mengajar masih menggunakan metode konvensional, yaitu metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran (Djamarah, 1996:45). sehingga kegiatan pembelajaran menjadi monoton, kurang menarik perhatian siswa dan keaktifan serta kreatifitas siswa menjadi berkurang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas V Gugus Srikandi Denpasar Timur, dikatakan bahwa siswa belum mampu menyampaikan informasi yang didapatkannya kepada teman dalam kelompoknya, kurang kerja sama antara siswa yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan lebih rendah saat siswa berdiskusi, dan seringkali adanya jarak antara siswa yang kemampuannya lebih tinggi dengan siswa yang kemampuannya lebih rendah.

Selain itu guru dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas lebih banyak menyampaikan teori-teori materi tanpa adanya praktik langsung dari siswa, hal ini menunjukkan bahwa masih kurang perhatian guru terhadap pentingnya model yang digunakan dalam pembelajaran, sehingga hasil belajar yang diperoleh kurang optimal. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata mata pelajaran Pendidikan PKn Siswa Kelas V pada Tahun Ajaran 2011 di SD Gugus Srikandi Denpasar Timur masih jauh dari yang diharapkan. Dari rerata nilai ulangan sumatif PKn siswa kelas IV pada semester 2 diperoleh rerata yaitu 64,53. Masih banyaknya kelas yang nilai rata-rata hasil belajar PKn dibawah nilai standar dalam Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah yakni 75,00. Sehingga perlu ditingkatkan agar tecapai lebih maksimal.

Dalam hal ini kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari bebagai variabel pokok yang saling berkaitan yaitu, kurikulum, guru atau pendidik, pembelajar. Dimana semua komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta didik. Berdasarkan hal tersebut guru dituntut harus mampu menggunakan berbagai macam model pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan menyenangkan. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai objek melainkan sebagai subjek pembelajaran, peserta didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar mereka. Berdasarkan pandangan di atas, maka permasalahan yang muncul adalah

bagaimana upaya guru untuk

mengoptimalkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu solusinya yaitu dengan

mengembangkan suatu model

pembelajaran yang membuat siswa lebih menyenangkan dan lebih termotivasi untuk belajar. Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa model pembelajaran yang salah satunya adalah model pembelajaran problem solving.

Menurut Wena (2012:52) problem solving dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Selain itu Solihatin (2012:140) menyatakan bahwa siswa perlu dilatih untuk memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar, oleh karena itu perlu diciptakan situasi belajar yang dihadapkan pada pemecahan masalah (problem solving). Kegiatan belajar melalui pemecahan masalah (Problem

Solving) bermanfaat untuk

mengembangkan kemampuan berfikir alternatif, dan kemampuan mengambil keputusan berdasarkan alternatif yang tersedia (Solihatin, 2012:91). Ada pula pendapat dari Saminanto (2010:30) yang mengemukakan bahawa pemecahan masalah (problem solving) merupakan kegiatan belajar yang paling kompleks. Maka dari hal tersebut, diharapkan melalui model pembelajaran problem solving dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn. Proses pembelajaran problem solving

(4)

adalah siswa belajar dari masalah yang ditemukannya sehari-hari dan kemudian siswa diharapkan mampu menemukan pemecahan masalah tersebut.

Belajar tidak hanya untuk diingat, tetapi siswa diharapkan benar-benar mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan, mereka bekerja untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi dirinya dan selalu bergulat dengan ide-ide.

Adapun sintaks Model Pembelajaran Problem solving terdiri atas 6 fase menurut Wankat dan Oreovocz (dalam Wena 2012:56), yaitu sebagai berikut. Fase 1 : mengidentifikasi permasalahan, Fase 2: merepresentasi atau menyajikan masalah, Fase 3: merencanakan pemecahan, Fase 4: menerapkan atau mengimplementasikan perencanaan, Fase 5: menilai perencanaan, Fase 6: menilai hasil pemecahan.

Adapun kelebihan model problem solving adalah: model ini dapat membuat pendidikan di sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja, proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, pendekatan ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran Model Problem solving dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Negeri Gugus Srikandi Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013-2014.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V gugus Srikandi Denpasar Timur dengan penelitian eksperimen semu. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design. Menurut Dantes

(2012: 97) menyatakan bahwa “pemberian pre test pada desain Nonequivalent Control Group Design digunakan untuk mengukur ekuivalensi atau penyetaraan kelompok”.

Langkah-langkah yang dapat di tempuh dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan dan pengakhiran eksperimen. Pada tahap persiapan eksperimen langkah-langkah yang dilakukan yaitu (1) menyusun RPP mempersiapkan media dan sumber belajar pembelajaran yang nantinya digunakan selama proses pembelajaran pada kelompok eksperimen, (2) menyusun instrumen penelitian berupa tes hasil belajar pada ranah kognitif untuk mengukur hasil belajar PKn siswa. (3) Mengadakan validasi instrumen penelitian yaitu tes hasil belajar PKn, Pada saat pelaksanaan eksperimen langkah-langkah yang ditempuh yaitu : (a) Menentukan sampel penelitian berupa kelas dari populasi yang tersedia. (b) Dari sampel yang telah diambil kemudian diundi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas control. (c) Melaksanakan penelitian yaitu memberi perlakuan kepada kelas eksperimen berupa pembelajaran Problem Solving, Pada tahap pengakhiran eksperimen, langkah-langkah yang dilakukan adalah memberikan post test pada akhir penelitian, baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.

Populasi merupakan kumpulan dari beberapa individu sejenis. Populasi dalam penelitian bisa diartikan sebagai keseluruhan individu yang diteliti. Agung (2011:45) menyatakan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD gugus Srikandi Denpasar Timur yang terdiri dari 8 Sekolah yaitu SD N. 1 Sumerta, SD No. 2 Sumerta, SD No. 5 Sumerta, SD No. 8 Sumerta, SD No. 10 Sumerta, SD No. 13 Kesiman, SD Cipta Dharma, SD Albana,

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu (Agung, 2011:45). Dalam melakukan pemilihan sampel penelitian, tidak dapat dilakukan pengacakan individu karena tidak bisa mengubah kelas yang terbentuk

(5)

sebelumnya dan kelas V yang dijadikan sampel berada di sekolah yang berbeda.

Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa adanya campur tangan peneliti dan tidak dilakukan pengacakan individu, dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan subjek mengetahui dirinya dilibatkan dalam penelitian, sehingga penelitian ini benar-benar menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan.

Untuk menentukan sampel

dipergunakan teknik noneprobability

sampling. “Noneprobability sampling adalah

teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel”(Sugiono, 2012:218). Alasan dipergunakan teknik noneprobality sampling untuk pengambilan sampel yaitu karena ada SD di Gugus Srikandi Denpasar Timur banyak siswa kelas V dalam satu kelasnya kurang dari 30 orang sehingga apabila menggunakan teknik random sampling kelas tersebut yang terpilih ditakutkan data yang diperoleh tidak berdistribusi normal dan homogen sehingga dipergunakan teknik noneprobability sampling.

Teknik noneprobality sampling yang dipilih adalah purposive sampling.

Purposive sampling adalah “teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu”(Sugiyono, 2012:219).

Dua kelas yang terpilih menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu kelas yang menggunakan model pembelajaran Problem Solving (kelompok eksperimen) yaitu kelas V di SD No. 10 Sumerta dan satu lagi kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional (kelompok kontrol) yaitu kelas VB di SD No. 8 Sumerta. Sebelum melaksanakan undian, peneliti mengadakan uji kesetaraan sampel penelitian untuk mengetahui tingkat kesetaraan sampel yang diundi dengan menggunakan nilai sumatif siswa kelas V dan menggunakan rumus uji-t. Sebelum menggunakan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

Hasil uji normalitas untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan

menggunakan rumus Chi-Square. Berdasarkan hasil uji normalitas nilai ulangan sumatif kelompok kontrol diketahui X2hitung = 5.7 dan X2tabel = 11.07, karena X2hitung < X2tabel (5.7 < 11.07), maka data

berdistribusi normal.

Berdasarkan perhitungan hasil uji normalitas nilai ulangan sumatif siswa kelompok eksperimen diketahui X2hitung

= 3.03 dan X2tabel = 11.07, karena X2hitung < X2tabel (3.03 < 11.07), maka data

berdistribusi normal.

Uji homogenitas untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan uji F. Berdasarkan uji homogenitas Fhit = 1.013 dan Ftabel 1.80. Karena Fhit < Ftabel (1.013 < 1.80) maka data homogen

Karena data nilai ulangan sumatif untuk kelompok eksperimen dan kontrol berdistribusi normal dan homogen dilanjutkan dengan melakukan uji kesetaraan dengan uji-t.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji-t dengan taraf signifikan 5% dan dk (n1 + n2) – 2 diperoleh thitung =

0.04 dan ttabel adalah 2.00. Sehingga thitung

kurang dari ttabel (0.04 < 2.00) maka kelas V

SD N 10 Sumerta dan kelas V SD N 8 Sumerta dinyatakan setara.

Menurut Sutrisno (dalam Arikunto, 2010 : 159) mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin, karena jenis kelamin mempunyai variasi: laki-laki dan perempuan; berat badan, karena ada berat badan 40kg, dan sebagainya. Gejala adalah obyek penelitian, sehingga variabel adalah obyek penelitian yang bervariasi. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran Problem solving dan pembelajaran Konvensional. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar PKn.

Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data tentang hasil belajar PKn siswa. Untuk mengumpulkan data tersebut digunakan tes, yaitu tes hasil belajar untuk mengukur hasil belajar PKn. Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data hasil belajar PKn siswa kelas VI SD Gugus Srikandi Denpasar Timur.

(6)

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar PKn adalah tes hasil belajar dengan tes pilihan ganda satu jawaban benar dimana butir pertanyaan berjumlah 50 soal. Tes ini mengungkapkan tentang penguasaan siswa terhadap pelajaran PKn yang mereka peroleh di kelas V. Setiap soal disertai dengan empat alternative jawaban yang dipilih siswa (alternative a,b, c dan d).

Tes hasil belajar PKn yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti sendiri. Sebelum tes tersebut digunakan terlebih dahulu tes diuji validitas dan realibilitasnya, daya beda dan indeks kesukaran.

Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen

yang digunakan dalam suatu

penelitian(Sugiyono, 2006). Validitas tes objektif ditentukan melalui analisis butir berdasarkan koofisien korelasi point biserial (rpbi), karena tes bersifat dikotomi. Dari perhitungan dengan rtabel = 0.26 terdapat 20 soal yang nilai rhitung kurang dari rtabel sehingga soal dinyatakan tidak valid dan 30 soal yang nilai rhitung lebih dari rtabel sehingga dinyatakan valid.

Menurut Surapranata (2004:23) “Indeks daya beda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah”. Soal yang valid kemudian dilakukan uji daya pembeda. Berdasarkan uji daya beda terdapat 2 soal dengan klasifikasi sangat baik,21 soal dengan klasifikasi baik dan 7 soal dengan klasifikasi cukup.

Tingkat kesukaran merupakan salah satu karakteristik yang dapat menunjukkan kualitas butir soal tersebut apakah termasuk mudah, sedang, atau sukar (Suryanto, 2008 : 5.22).

Uji tingkat kesukaran dilakukan pada 30 soal yang telah diuji validitas dan daya pembedanya. Setelah dilakukan uji tingkat kesukaran, terdapat 16 soal dengan klasifikasinya mudah, 14 soal dengan klasifikasinya sedang dan 0 soal dengan klasifikasinya sukar.

Uji reliabilitas dilakukan terhadap butir soal yang valid saja, dengan demikian uji

reliabilitas bisa dilakukan setelah dilakukannya uji validitas. Uji reliabilitas tes yang bersifat dikotomi dan heterogen ditentukan dengan rumus KR-20. Uji reliabilitas dilakukan terhadap 30 soal. Dari perhitungan uji reliabilitas diperoleh hasil r11 0.83 dan rtabel 0.29. Karena r11 lebih dari rtabel maka tes tergolong reliabel.

Kriteria pengujian uji normalitas adalah jika X2hit < X2(l-a)(k-1). maka Ho diterima (gagal ditolak) yang berarti data berdistribusi normal. Sedangkan taraf signifikansinya adalah 5% dan derajat kebebasanya (dk) = (k-1).

Kriteria pengujian uji homogenitas adalah jika Fhitung < Ftabel, maka data

homogen. Sedangkan derajat kebebasan adalah n – 1.

Data yang telah diuji normalitas dan homogenitas kemudian diuji hipotesisnya. Uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan uji-t dengan rumus polled varians. Setelah dilakukan uji-t, selanjutnya t hitung dibandingkan dengan t tabel dengan dk = n1 + n2 – 2 dengan taraf signifikan 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai yang diperoleh dalam penelitian ini adalah skor hasil belajar PKn siswa dari ranah kognitif. Rata-rata siswa kelas eksperimen yang diberikan perlakuan model pembelajaran Problem Solving = 70.67 lebih dari kelas kontrol yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional = 64.9.

Data hasil belajar PKn pada kelompok eksperimen diketahui rata-rata = 70.67, standar deviasi = 9. 05, varians = 59.4, skor maksimum = 93, dan skor minimum = 63 sedangkan data hasil belajar PKn pada kelompok kontrol diketahui rata-rata = 64.9, standar deviasi = 12.12, varians = 147.92, skor maksimum = 86, skor minimum = 33. Dapat dikatakan bahwa hasil belajar PKn kelompok eksperimen lebih baik dari hasil belajar PKn kelompok kontrol.

Sebelum dilakukan uji hipotesis dengan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat. Uji prasyarat yang dilakukan yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians.

Berdasarkan hasil uji normalitas kelompok eksperimen diketahui harga

(7)

Chi-Square hitung X2 hitung = 4.173669 harga

tersebut kemudian dibandingkan dengan harga Chi-Square tabel X2tabel dengan dk =

5 dan taraf signifikansi 5% maka harga X2tabel = 11.07, karena X2hitung < X2tabel =

(4.173669 < 11.07), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat dikatakan bahwa data hasil belajar PKn kelompok eksperimen dapat dikategorikan berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil uji normalitas kelompok kontrol diketahui harga

Chi-Square hitung X2hitung = 2.1848 harga

tersebut kemudian dibandingkan dengan harga Chi-Square tabel X2tabel dengan dk =

5 dan taraf signifikansi 5% maka harga X2tabel = 11.07, karena X2hitung < X2tabel =

(3.377387 < 11.07), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat dikatakan bahwa data hasil belajar PKn kelompok

kontrol dapat dikategorikan berdistribusi normal.

Uji homogenitas varians dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji F.

Berdasarkan hasil uji homogenitas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh Fhitung = 1.56 dan

Ftabel = 1.76 sehingga Fhitung kurang dari Ftabel

(1.56 < 1.76) maka data homogen.

Berdasarkan hasil uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas varians diperoleh bahwa data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t.

Hipotesis dengan uji-t, kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika thitung > ttabel

dengan dk = n1 + n2 - 2 dan α = 5%. Hasil analisis uji-t dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Uji-t Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

No Kelompok thitung ttabel Keterangan

1 Eksperimen 2.12 2.00 H0 ditolak

2 Kontrol

Berdasarkan hasil analisis uji-t menunjukkan thitung = 2,12 dan ttabel 2.00

untuk dk = 61 dengan taraf signifikan 5%. Berdasarkan kriteria pengujian, thitung > ttabel

(2,12 > 2.00) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Problem Solving dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014.

Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan mencari informasi dari Kepala Sekolah SD Gugus Inti di Gugus Srikandi Denpasar Timur , berdasarkan informasi dari Kepala Sekolah dan guru-guru yang menyatakan bahwa tidak ada kelas unggulan atau semua kelas dinyatakan setara dari segi akademik di SD Negeri gugus Srikandi. Setelah dinyatakan bahwa tidak ada kelas unggulan dan kelas dinyatakan setara dari segi akademik. Selanjutnya dipilih dua kelas sebagai kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol selanjutnya kelas dirandom (diacak). Maka terpilih kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen yaitu kelas Vb SD Negeri 10 Sumerta, sedangkan kelas kontrol yaitu kelas V SD Negeri 8 Sumerta. Untuk memeperkuat bahwa kedua kelas tersebut setara maka dilanjutkan dengan menganalisis hasil ulangan semester genap kelas IV dari kedua kelas sampel untuk mengetahui kesetaraannya. Analisis yang digunakan untuk mengetahui kesetaraan tersebut adalah statistik parametrik yaitu uji-t.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa antara siswa kelas Vb SD Negeri 10 Sumerta dengan siswa kelas VB SD Negeri 8 Sumerta memiliki distribusi data yang normal dan homogen serta hasil uji-t menyatakan bahwa kedua kelompok data tersebut tidak terdapat perbedaan yang signifikan atau dengan kata lain kedua kelas tesebut setara secara akademik.

(8)

Berdasarkan hasil uji penyetaraan kelompok yang dilakukan terhadap kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dengan menganalisis hasil ulangan PKn semester genap kelas IV dari kedua kelas sampel untuk mengetahui kesetaraannya yang diuji menggunakan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas kemudian menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa antara siswa kelas Vb SD Negeri 10 Sumerta dengan siswa kelas V SD Negeri 8 Sumerta memiliki distribusi data yang normal dan homogen serta hasil uji-t menyatakan bahwa kedua kelompok data tersebut tidak terdapat perbedaan yang signifikan atau dengan kata lain kedua kelas tesebut setara secara akademik. Ini menunjukkan sebelum diberikan perlakuan kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama sehingga kelas eksperimen diberikan perlakuan (treatmen) berupa model pembelajaran Problrm Solving dan kelas kontrol diberikan pembelajaran berupa pembelajaran konvensional. Masing-masing kelompok akan diberikan enam kali perlakuan (treatmen) dan dilakukan post-test pada pertemuan ketujuh.

Melalui hasil analisis data hasil post test dari kedua kelompok maka diketahui terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kedua kelompok. Nilai rata-rata pada kelompok eksperimen yaitu 70,76 sedangkan nilai rata-rata pada kelompok kontrol yaitu 64.9.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t didapat thit sebesar 2.12 dan ttab pada taraf signifikansi 5% dan db = 91 adalah 2,00. Ini berarti thit > ttab, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Solving dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Perbedaan hasil belajar tersebut disebabkan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran model Problem Solving dapat lebih mudah memahami atau memaknai setiap materi yang dibelajarkan. Hal itu dikarenakan dalam pembelajaran ini

memiliki kesesuaian dengan karakteristik mata pelajaran PKn.

Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, siswa dihadapi dengan masalah baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat, merangsang kemampuan berfikir siswa yang kreatif dan menyeluruh, siswa berlatih mendesain suatu penemuan, memecahkan masalah secara realistis serta mampu menafsir dan mengevaluasi hasil pengamatan sehingga pemahamannya terhadap materi menjadi lebih optimal. Penerapan model pembelajaran Problem Solving ini dilaksanakan melalui lima tahapan yaitu pembangkitan minat, eksplorasi, penjelasan, elaborasi, dan evaluasi. Dari setiap tahapan yang

dilaksanakan akan memberikan

kesempatan pada siswa untuk aktif didalam proses pembelajaran sehingga susana belajar menjadi lebih menyenangkan.

Seperti yang dikemukakan oleh Solihatin (2012:91) bahwa kegiatan belajar melalui pemecahan masalah bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi, mengembangkan kemampuan berfikir alternatif, serta kemampuan mengambil keputusan berdasarkan alternatif yang tersedia dan problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut. Hasil penelitian seperti yang telah dipaparkan di atas juga didukung oleh penelitian dari Hasil penelitian Sutriasih (2012:39) menyatakan bahwa Model pembelajaran Problem solving mampu meningkatkan hasil belajar IPA siswa baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh Sutriasih hasil yang dicapai adalah yaitu skor hasil belajar meningkat sebesar 11,48% dari 64,63% menjadi 76,11% sedangkan ketuntasan klasikal meningkat sebesar 29,63% dari 59,26% menjadi 88,89%.

Berbeda dengan yang diterapkan pada kelompok kontrol, strategi pembelajaran yang konvensional yang diterapkan sering kali menimbulkan kebosanan karena selalu disajikan dengan ceramah dan tanya jawab. Strategi seperti

(9)

ini tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran dan cenderung menunggu informasi-informasi yang disampaikan oleh guru. Jadi sudah dapat dilihat proses pembelajaran dengan pembelajaran konvensional membuat siswa cenderung pasif yang berpengaruh pada perolehan hasil belajar siswa yang kurang optimal.

Dalam pelaksanaan penelitian juga terdapat beberapa kendala yang dihadapi pada penerapan model pembelajaran Problem Solving, terutama pada pertemuan pertama. Kendala-kendala tersebut diantaranya, (1) keterbatasan waktu untuk menerapkan pembelajaran Problem Solving, (2) kondisi kelas yang masih ramai, kurang disiplin dan kurang tertib, (3) kurangnya persiapan belajar siswa dalam memahami materi yang akan dipelajari. Tapi hal tersebut sudah dapat diminimalisir pada pertemuan-pertemuan berikutnya.

Dari segi kendala dan teoritik, maka penerapan penelitian ini harus dilakukan pada situasi kelas yang tenang dan nyaman serta kemampuan guru dalam memfasilitasi dan membimbing siswa dalam proses pembelajarannya. Sehingga model pembelajaran Problem Solving yang telah terbukti lebih baik dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional dapat diterapkan dengan lebih baik dan dapat memberikan variasi dalam memilih model pembelajaran agar siswa tidak mudah jenuh dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan sehingga hasil belajar PKn dapat dioptimalkan.

PENUTUP

Dari hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dengan menggunakan uji-t diketahui bahwa thitung = 2.12 > ttabel = 2.00

(taraf signifikan 5% dan dk = 61) sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Problem Solving dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014. Berdasarkan tes akhir pembelajaran (post test) diketahui bahwa rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen lebih dari kelompok

kontrol (70.67 > 64,9), hal ini berarti bahwa rata-rata prestasi belajar kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Problem Solving lebih baik dari kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Jadi dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Problem Solving berpengaruh terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SD Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014 .

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh beberapa saran yang dapat disampaikan, Dari hasil penelitian ini yang menunjukan bahwa model pembelajaran Problem Solving memberikan pengaruh terhadap hasil belajar PKn siswa kelas Vb SD Negeri 10 Sumerta tahun ajaran 2013/2014. Maka dari itu bagi guru

hendaknya menerapkan model

pembelajaran secara bervariasi, salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran Problem Solving dalam pelasanaan pembelajaran PKn, Kepada peneliti lain diharapkan melakukan penelitian dengan model pembelajaran Problem Solving pada materi PKn yang lain atau mata pelajaran selain PKn serta dengan melibatkan sampel yang lebih luas.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede, 1997. Pengantar

Evaluasi Pengajaran, Singaraja :

STKIP. 1999. Metodologi Penelitian

Pendidikan, Singaraja : STKIP

Singaraja.

Agung, A.A. Gede. 2011. Evaluasi

Pendidikan. Singaraja : STKIP

Negeri Singaraja.

Arikunto, Suharsimi.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta : Rineka Cipta.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2010. Strategi belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

(10)

Fathurrohman, Wuri. 2011. Pemblajaran PKn Di Sekolah Dasar ( Untuk PGSD dan Guru SD ) Yogyakarta : Nuha Litera.

Miarso, Yusufhadi, dkk. 1986. Teknologi

Komunikasi Pendidikan. Jakarta:

Rajawali.

Nasution, S. 1983. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Saminanto. 2010. Ayo Prakti PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Semarang:RaSAIL Media Group. Solihatin E. 2012 Strategi Pembelajaran

PPKN Jakarta : PT Bumi Aksara. Sugiyono.2006. Evaluasi Pembelajaran.

Tersedia pada

http://p4mristkippgrisda.wordpress.com

/2011/05/10/uji-validitas-dan-reliabilitas/ Diakses tanggal 21 Januari 2013.

Suraprananata, Sumarna. 2004. Analisis, valeditas, realibilitas dan intepretasi hasil tes.Bandung : Rosda.

Suryanto, Adi, dkk.2008. Evaluasi

pembelajaran di SD. Jakarta :

Universitas Terbuka.

Wena M. 2012. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontenporer. Jakarta : Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Asal mula kata pendidikan arakter adalah mengambil dari dua kata yang tidak sama ataupun berbeda dikarenakan dua kata ini memiliki makna sendiri- sendiri yakni

Dalam pemenuhan infrastruktur diharapkan partisipasi dari masyarakat,untuk itu pemerintah kabupaten Parigi Moutong mempunyai program pemberdayaan masyarakat baik program yang

Konsentrasi lim- bah minyak bumi yang yang ditambahkan masih bisa ditolerir dan dimanfaatkan dengan baik oleh mikroba Pemanfaatan rumput berpengaruh nyata terhadap jumlah

Dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan diperoleh data historis luas sawah terkena kekeringan untuk seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia. Karena daerah layanan

Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dari tahun 2017 ke akhir tahun mengalami penurunan, ini menyatakan bahwa Bank BNI mampu mengatasi risiko yang dihadapi.. Pengelolaan manajemen

Metode ceramah adalah suatu cara mengajar atau penyajian materi melalui penuturan dan penerapan lisan oleh guru kepada siswa. agar siswa efektif dalam proses belajar

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Dampak Audit Pajak Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak (Studi Kasus

9.Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang