• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA SISWA KELAS IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA SISWA KELAS IV"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP

KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA SISWA

KELAS IV

Ni Luh Nanik Suryani

1

, I Gusti Agung Oka Negara

2

, I Nengah Suadnyana

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: [email protected]

1

,[email protected]

2

,

[email protected]

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) berbantuan media audio visual dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada kelas IV SD gugus IX abiansemal tahun ajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah eksperimen yang menggunakan desain eksperimen semu yaitu rancangan non-equilevalent control group design. Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas IV SD gugus IX abiansemal yang berjumlah 245 siswa. Sampel penelitian berjumlah 72 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling, uji kesetaraan dengan memberikan pre test menggunakan teknik matching. Data kompetensi pengetahuan IPA dikumpulkan dengan metode tes, kemudian dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan analisis data, diperoleh nilai rata-rata kelompok eksperimen

𝑋̅

=80,66>

𝑋̅

=68,75 kelompok kontrol. Melalui uji hipotesis diperoleh thitung=5,224, sedangkan dengan taraf signifikansi 5% dan dk =

32+32-2=62 diperoleh ttabel=2,000, sehingga thitung= 5,224>ttabel(𝛼=0,05, 62)=2,000, maka H0 ditolak

dan Ha diterima. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan

IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran siklus belajar

(learning cycle) berbantuan media audio visual dan kelompok siswa yang dibelajarkan

dengan pembelajaran konvensional pada kelas IV SD gugus IX abiansemal tahun ajaran 2016/2017. Berdasarkan perbedaan nilai rata-rata kedua kelompok dan hasil uji hipotesis,maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran siklus belajar

(learning cycle) berbantuan media audio visual berpengaruh terhadap kompetensi

pengetahuan IPA siswa kelas IV SD gugus IX abiansemal tahun ajaran 2016/2017.

Kata kunci: learning cycle, audio visual, IPA Abstract

This study aims to determine the significant differences of science knowledge competence between groups of students who are studied with learning cycle learning model assisted by audio visual media and group of students which is taught by conventional learning in fourth grade of SD gugus IX abiansemal academic year 2016/2017. This type of research is an experiment that uses a pseudo experimental design that is a non-equilevalent control group design. The population of this study that is all students of class IV elementary school gugus IX abiansemal which amounted to 245 students. The samples were 72 students. The sampling technique used is random sampling, equality test by giving pre test using matching technique. Data on knowledge competence of IPA was collected by test method, then analyzed using t-test. Based on data analysis, the experimental group average=80,66>68,75 control group. Through hypothesis test obtained tcount= 5,224,while with significance level 5% and

(2)

dk=32+32-2

2=62 obtained ttable = 2,000, so thitung = 5,224> ttable (= 0,05,62) = 2,000, then H0 is rejected and Ha accepted. This means that there is a significant difference in science knowledge competence between groups of students who are taught by learning cycle model of learning aided by audio visual media and group of students that is taught by conventional learning in fourth grade of SD gugus IX abiansemal academic year 2016/2017. Based on the difference of mean value of both groups and the result of hypothesis test, it can be concluded that the use of learning cycle model learning cycle supported audio visual media influence on science knowledge competence of fourth grade students of SD gugus IX abiansemal academic year 2016/2017.

Keywords : learning cycle, audio visual, IPA

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk kemajuan suatu bangsa dan negara. Pendidikan di sekolah dasar sebagai salah satu lembaga formal dasar yang bernaung di bawah departemen pendidikan nasional mengemban misi dasar dalam memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan pembelajaran tematik terpadu (tematik integratif) yang merupakan pendekatan pembelajaran dengan memadukan berbagai kompetensi dari berbagai mata ajaran ke dalam berbagai tema. Dengan demikian pengetahuan yang dimiliki siswa tidak terpisah-pisah melainkan terpadu secara keseluruhan. Dari sekian mata ajaran yang diintegrasikan dalam proses pembelajaran, IPA merupakan salah satu mata ajaran yang harus dikuasai oleh siswa secara optimal mengingat muatan materi IPA merupakan salah satu disiplin ilmu yang paling mendominasi dalam setiap pembelajaran. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA adalah ajaran yang penting karena ilmunya dapat diterapkan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.Samatowa (2011:3) menyatakan, ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam, mempunyai objek dan menggunakan metode ilmiah. Pembelajaran IPA dikatakan berhasil apabila semua tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai. Dalam mewujudkan tujuan tersebut maka diperlukan komponen yang mendukung

proses pembelajaran. Salah satunya menggunakan model pembelajaran inovatif. Oleh karena itu, guru harus mampu dalam mengembangkan ide yang kreatif serta pembelajaran yang inovatif dalam mengemas sebuah pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi peserta didik karena dalam proses pembelajaran yang dilakukan secara konvensional saja tidaklah cukup untuk mendukung proses pembelajaran di dalam kelas.

Salah satu model yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran siklus belajar (learning cycle). Model pembelajaran learning cycle adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Menurut Ngalimun dkk (2016:171) dinyatakan, siklus belajar (learning cycle) merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Pembelajaran learning

cycle yang pada awalnya tiga fase saat ini

telah dikembangkan dan disempurnakan menjadi lima fase. Pada Pembelajaran siklus belajar (learning cycle) lima fase, ditambahkan tahap engagement sebelum

exploration dan ditambahkan pula tahap evaluation pada bagian akhir siklus. Pada

model ini, tahap concept introduction dan

concept application masing-masing

diistilahkan menjadi explaination dan

elaboration (Ngalimun dkk, 2016:172).

Karena itu LC (learning cycle) lima fase sering dijuluki LC 5E (Engagement,

Exploration, Explaination, Elaboration, dan

Evaluation). Berdasarkan

tahapan-tahapan dalam model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) seperti dipaparkan

(3)

3 di atas, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali, menganalisis, mengevaluasi pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang dipelajari (Wena,2012:172).

Arsyad (2013:15) menyatakan di dalam proses pembelajaran, dua unsur yang amat penting adalah model pembelajaran dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Dalam proses pembelajaran kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Ketidakjelasan bahan pembelajaran yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara/alat bantu dan sumber belajar. Alangkah baiknya pembelajaran ditunjang dengan pemanfaatan sumber-sumber belajar lain selain buku sehingga pengetahuan siswa tidak terbatas hanya menggunakan buku. Hal tersebut akan memperluas pengetahuan yang diperoleh siswa.

Terdapat berbagai media yang bisa digunakan sebagai sumber belajar. Diperlukan kreativitas guru untuk menyiapkan media yang dapat menghidupkan suasana pembelajaran, sehingga pembelajaran akan menjadi menyenangkan. Salah satu media yang dapat digunakan yaitu media audio visual. Menurut Djamarah dan Zain (2013:124) dinyatakan, bahwa “media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan gambar”. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi dua unsur, yaitu unsur suara dan gambar.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka diujicobakan model pembelajaran siklus belajar (learning

cycle) berbantuan media audio visual yang

dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Melalui mengujicobakan model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) berbantuan media audio visual, siswa akan dapat

mengungkapkan ide-ide yang dimiliki, mampu menggunakan seluruh kemampuannya serta dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, sehingga kompetensi pengetahuan IPA siswa dapat dimaksimalkan.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle)

Berbantuan Media Audio Visual Terhadap Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas IV SD Gugus IX Abiansemal Tahun Ajaran 2016/2017”.

Tujuan penelitian ini yaitu: untuk mengetahui kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus IX Abiansemal Tahun Ajaran 2016/2017 yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran siklus belajar (learning

cycle) berbantuan media audio visual,

untuk mengetahui kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus IX Abiansemal Tahun Ajaran 2016/2017 yang dibelajarkan dengan

menggunakan pembelajaran

konvensional, Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus IX Abiansemal Tahun Ajaran 2016/2017 yang dibelajarkan dengan model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) berbantuan media audio visual dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus IX Abiansemal pada siswa kelas IV Tahun Ajaran 2016/2017. Dalam penelitian ini unit eksperimennya berupa kelas, sehingga penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasi

experiment). Rancangan penelitian yang

digunakan adalah nonequivalent control

group design. Rancangan penelitian ini

(4)

4 Gambar 1

Rancangan non-equilevalent control group design (Sumber: Sugiyono, 2016:79)

Keterangan:

O1 = Pre Test pada kelompok eksperimen O3 = Pre Test pada kelompok kontrol O2 =Post Test pada kelompok eksperimen O4 = Post Test pada kelompok kontrol

X =Perlakuan dengan penerapan model pembelajaran siklus belajar (learning

cycle) berbantuan media audio visual pada kelompok eksperimen

Dalam rancangan ini, ada dua kelompok subjek satu mendapat perlakuan sebagai kelompok eksperimen dan satu kelompok sebagai kelompok kontrol. Pre test diberikan untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Setelah itu peneliti memberikan perlakuan, yaitu dengan memberikan model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) berbantuan media audio visual kepada kelompok eksperimen, dan memberikan pembelajaran konvensional kepada kelompok kontrol. Kemudian setelah diberikan perlakuan, dilakukan post test untuk mengetahui kompetensi pengetahuan IPA siswa. Menurut Dantes (2012:97) “Pemberian pre test biasanya digunakan untuk mengukur ekuivalensi atau penyetaraan kelompok.” berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini pre

test digunakan untuk menyetarakan

kelompok. Teknik yang digunakan dalam penyetaraan kelompok adalah dengan menggunakan maching. Pada penelitian ini anggota populasi yang digunakan sebagai sampel, sehingga teknik yang digunakan adalah teknik random sampling, yaitu pengambilan kelas secara

acak tanpa pilih-pilih sehingga setiap kelas mendapat peluang yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Teknik ini digunakan sebagai teknik pengambilan sampel karena individu-individu pada populasi telah berada dalam kelas-kelas sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pengacakan terhadap individu-individu dalam populasi. Kelas dipilih

sebagaimana telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti sehingga kemungkinan pengaruh-pengaruh dari keadaan subjek mengetahui dirinya dilibatkan dalam eksperimen dapat dikurangi sehingga penelitian ini benar-benar menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan.

Menurut Agung (2012:47), “populasi adalah keseluruhan objek dalam suatu penelitian”. Populasi merupakan keseluruhan dari objek, orang, peristiwa, atau sejenisnya yang menjadi perhatian dan kajian dalam penelitian (Setyosari, 2015:221).Jadi dapat disimpulkan populasi adalah keseluruhan objek dalam suatu penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ingin diteliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV (empat) SD Gugus IX Abiansemal Tahun Ajaran 2016/2017, yang terdiri dari 7 kelas dalam 7 sekolah dasar. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 245 orang,

Pada pengambilan sampel, 7 kelas tersebut akan dirandom untuk menentukan 2 kelas sebagai subjek penelitian yaitu, satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Setelah dilakukan random diperoleh kelas yang menjadi sampel yaitu kelas IV SD No. 5 Darmasaba yang berjumlah 36 siswa dan kelas IV SD No. 6 Darmasaba yang berjumlah 36 siswa. Selanjutnya, dilakukan penyetaraan terhadap kedua sampel untuk memastikan tidak ada O1 X O2 (eksperimen)

---

(5)

5 perbedaan rata-rata nilai kemampuan belajar IPA siswa. Teknik yang digunakan dalam penyetaraan sampel adalah teknik

matching. Setelah kedua sampel

disetarakan, kemudian sampel dirandom lagi untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Matching adalah suatu teknik untuk

menyeragamkan kelompok pada suatu variabel atau lebih yang oleh peneliti telah diidentifikasikan mempunyai hubungan yang erat dengan penampilan variabel tidak bebas (Darmadi, 2014:234). Pendekatan yang biasa digunakan pada

matching adalah penugasan

anggota-anggota pasangan secara random; satu anggota dipilih secara random kemudian dicarikan jodohnya. Untuk masing-masing subyek yang ada penelitian berusaha mencari subyek yang lain yang sama atau nilainya mirip pada variabel kontrol (variabel subyek dijodohkan).

Setelah mendapatkan nilai pre test dari kedua sampel, maka nilai dari kedua sampel tersebut di analisis dengan teknik

matching. Cara penyetaraan dengan

teknik matching dalam penelitian ini adalah dengan menjodohkan nilai pre test siswa dari kedua sampel. Ini dilakukan dengan mengurutkan nilai siswa dari yang tertinggi sampai yang terendah kemudian nilai yang sama menjadi satu pasangan. Jika terdapat nilai siswa yang tidak mendapatkan pasangan maka siswa tersebut tetap diikutkan dalam proses pemberian perlakuan saat penelitian, akan tetapi siswa tersebut tidak diikutkan sebagai sampel. Ini dilakukan agar tidak menggangu psikologis siswa. Setelah

matching dilakukan pada nilai pretes

kedua sampel, diperoleh jumlah sampel seluruhnya adalah 64 orang siswa dengan 32 orang siswa dari SD No. 5 Darmasaba dan 32 orang siswa dari SD No. 6 Darmasaba. Setelah diundi, ditentukan bahwa kelas IV SD No. 6 Darmasaba sebagai kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) berbantuan media audio visual dan kelas IV SD No. 5 Darmasaba sebagai kelas kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian tersebut terdiri dari tiga tahapan.Tahap Persiapan Eksperimen, pada tahap persiapan eksperimen, kegiatan yang dilakukan yaitu (a) melakukan wawancara dengan masing-masing kepala SD dan wali kelas IV SD Gugus IX abiansemal untuk mengetahui informasi dasar dan ada atau tidaknya kelas unggulan di SD Gugus IX abiansemal tersebut, (b) mempersiapkan media dan sumber belajar yang digunakan untuk membelajarkan kelas eksperimen, (c) menyusun RPP, (d) menyusun instrumen penelitian untuk mengukur kompetensi pengetahuan IPA siswa, (e) mengadakan validasi instrumen penelitian, (f) menentukan sampel penelitian, (g) melakukan penyetaraan sampel dengan memberikan pretest, (h) menganalisis data

pretest, serta (i) menentukan kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol .

Tahap Pelaksanaan Eksperimen, pada saat pelaksanaan eksperimen kegiatan yang dilakukan yaitu (a) memberikan perlakuan kepada kelompok eksperimen berupa penerapan model pembelajaran siklus belajar (learning

cycle) berbantuan media audio visual

sejumlah 6 kali pertemuan, (b) menerapkan pembelajaran konvensional (pendekatan saintifik) pada kelompok kontrol sejumlah 6 kali pertemuan.

Tahap Akhir Eksperimen, pada tahap akhir eksperimen, kegiatan yang dilakukan yaitu (a) memberikan posttest pada akhir penelitian untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, (b) menganalisis data hasil penelitian, serta (c) menguji hipotesis.

Data kompetensi pengetahuan IPA siswa dikumpulkan dengan metode tes dan instrumen yang digunakan untuk memperoleh data kompetensi pengetahuan IPA dalam penelitian ini berupa tes objektif (pilihan ganda) dengan satu jawaban benar yang berjumlah 30 butir soal. Sebelum digunakan untuk mengambil data, instrumen–instrumen tersebut dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran tes, dan daya beda. Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik

(6)

6 inferesial melalui uji–t. Sebelum uji–t, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas sebaran data menggunakan chi–kuadrat dan uji homogenitas varian antar kelompok dengan menggunakan uji F

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat disajikan rekapitulasi data kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada tabel berikut.

Tabel 1

Tabel Deskripsi Data Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa

Hasil Analisis Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Mean (Rata-Rata) 80,66 68,75

Median 80,91 68,54

Modus 81,40 67,50

Varians 70,69 95,42

Standar Deviasi 8,41 9,77

Berdasarkan Tabel 1, pencapaian skor rata–rata kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok eksperimen dan pada kelompok kontrol secara deskriptif dapat disampaikan bahwa pengaruh model siklus belajar (learning cycle) berbantuan media audio visual lebih unggul dibandingkan dengan model konvensional terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD gugus IX Abiansemal.

Gambaran yang lebih jelas mengenai distribusi frekuensi nilai hasil

post test kompetensi pengetahuan IPA

siswa kelas IV SD No. 6 Darmasaba yang dibelajarkan dengan model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) berbantuan media audio visual dapat dilihat pada histogram sebagai berikut.

Gambar 2

Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Post Test Kelompok Eksperimen

Ditinjau dari KKM yang ditentukan sekolah yaitu 76,0 maka banyaknya siswa

kelompok eksperimen yang memperoleh nilai di atas KKM berdasarkan tabel distribusi dan histogram yaitu 75,00%, sedangkan banyaknya siswa yang memperoleh nilai di sekitar KKM yaitu 15,62% dan di bawah KKM sebanyak 9,38%.

Mean (rata-rata) dari kompetensi pengetahuan IPA ditentukan dengan mengonversikan rata-rata persen hasil belajar kompetensi pengetahuan IPA siswa dengan kriteria PAP skala lima. Angka rata-rata persen dihitung dengan rumus sebagai berikut:

M% =

M

SMI

x 100%

M% =

80,66

100

x 100%

M% = 0,8066 x 100%

M% =

80,66%

Selanjutnya, angka rata-rata tersebut dibandingkan dengan kriteria PAP Skala Lima dibawah ini.

Tabel 2

Kriteria PAP Skala Lima Pada Kelompok Eksperimen Persentase Pencapaian Kriteria 90-100 Sangat Baik 80-89 Baik 65-79 Cukup Baik 55-64 Kurang Baik 0-54 Sangat Kurang Baik 0 5 10 15 59 66 73 80 87 94

F

re

k

u

en

si

(f

i)

(7)

7 Berdasarkan hasil di atas, dengan membandingkan rata-rata persentase yang diperoleh yaitu 80,66, kemudian dengan kriteria PAP Skala Lima angka rata-rata 80,66 berada pada kategori 80-89. Maka dapat disimpulkan bahwa kriteria rata-rata tersebut tergolong baik.

Gambar 3

Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Post

Test Kelompok Kontrol

Ditinjau dari KKM yang ditentukan sekolah yaitu 76,0 maka banyaknya siswa kelompok kontrol yang memperoleh nilai di atas KKM berdasarkan tabel distribusi dan histogram yaitu 15,62%, sedangkan banyaknya siswa yang memperoleh nilai di sekitar KKM yaitu 21,87% dan di bawah KKM sebanyak 62,51%.

Mean (rata-rata) dari kompetensi pengetahuan IPA ditentukan dengan mengonversikan rata-rata persen kompetensi pengetahuan IPA siswa dengan kriteria PAP skala lima. Angka rata-rata persen dihitung dengan rumus sebagai berikut:

M% =

M

SMI

x 100%

M% =

68,75

100

x 100%

M% = 0,6875 x 100%

M% =

68,75%

Selanjutnya, angka rata-rata tersebut dibandingkan dengan kriteria PAP Skala Lima dibawah ini.

Tabel 4.4

Kriteria PAP Skala Lima Pada Kelompok Kontrol Persentase Pencapaian Kriteria 90-100 Sangat Baik 80-89 Baik 65-79 Cukup Baik 55-64 Kurang Baik 0-54 Sangat Kurang Baik

Dengan membandingkan rata-rata persentase yang diperoleh yaitu 68,75%, kemudian dengan kriteria PAP Skala Lima angka rata-rata 68,75 berada pada kategori 65-79. Maka dapat disimpulkan bahwa kriteria rata-rata tersebut tergolong cukup baik.

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Berdasarkan hasil pengujian prasyarat diperoleh bahwa data kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen dan kontrol berdistribusi normal dan varians kedua kelompok homogen, sehingga untuk menguji hipotesis menggunakan uji-t rumus polled

varians. Rekapitulasi hasil perhitungan uji

t antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada tabel 3.

Tabel 3

Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji–t

Kelompok N Dk

𝑿

̅

S2 t

hitung ttabel Eksperimen 32

62 80,66 70,69 5,224 2,000

Kontrol 32 68,75 95,42

Keterangan: N = jumlah siswa,𝑋̅= rata–rata, S2= varians 0 2 4 6 8 10 12 43.5 51.5 59.5 67.5 75.5 83.5 F re k u en si ( fi )

(8)

8

Berdasarkan Tabel 2, hasil perhitungan uji–t diperoleh thitung sebesar 5,224.

Sedangkan ttabel dengan dk = 62 dan taraf

signifikansi 5% adalah 2,000. Hal ini berarti thitung > ttabel, sehingga H0 ditolak

dan Ha diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) berbantuan media audio visual dan kelompok yangmengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV di Gugus IX Abiansemal tahun ajaran 2016/2017.

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh nilai rata-rata kelompok eksperimen

𝑋̅

=80,66 dan kelompok kontrol

𝑋̅

= 68,75. Ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen

𝑋̅

= 80,66>

𝑋̅

= 68,75 kelompok kontrol. Melalui uji hipotesis diperoleh thitung= 5,224 sedangkan dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 62 diperoleh harga ttabel = 2,000. Dengan demikian, thitung = 5,224 > ttabel(𝛼 = 0,05, 62) = 2,000, sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran siklus belajar

(learning cycle) berbantuan media audio

visual dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada kelas IV SD Gugus IX Abiansemal Tahun Ajaran 2016/2017. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran siklus belajar

(learning cycle) berbantuan media audio

visual merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif.

Pembelajaran learning cycle terdiri dari 5 tahap pembelajaran yang sering dijuluki LC 5E (Engagement, Exploration,

Explaination, Elaboration, dan Evaluation).

Dalam pelaksanaannya model pembelajaran siklus belajar (learning

cycle) berbantuan media audio visual

dapat memberikan dampak positif bagi

siswa salah satunya memotivasi siswa untuk belajar. Karena pada saat pembangkitan minat siswa terpancing rasa ingin tahunya serta berusaha mengeluarkan berbagai pendapat. Dalam tahapan ini guru menayangkan video edukasi yang berkaitan dengan pembelajaran dan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari atau pengalaman siswa yang dilihat serta di dengar dalam video. Guru memberikan siswa kesempatan untuk mengeksplorasi pengetahuannya. Pada tahapan ini siswa belajar bersama kelompoknya. Pada saat belajar bersama kelompoknya siswa berdiskusi dan dapat saling bertukar pikiran. Sehingga dalam tahapan ini siswa dapat menghargai pendapat orang lain.

Pada tahap selanjutnya yaitu penjelasan atau eksplanasi siswa diminta untuk memberikan suatu penjelasan singkat mengenai alternatif jawaban permasalahan dengan menggunakan kata-kata sendiri, sehingga siswa dapat melatih kemampuan berbicaranya di depan umum. Kemudian siswa dapat menerapkan konsep-konsep yang diperoleh dalam situasi yang baru. Pada tahap akhir, dilaksanakan tahap evaluasi untuk mengetahui hasil kompetensi pengetahuan IPA siswa.

Pembelajaran yang awalnya berpusat pada guru, dengan menggunakan model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) berbantuan media audio visual berubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa, lebih menyenangkan dan bermakna. Hal ini disebabkan karena selama pembelajaran terjadi interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa lainnya, dan adanya pelaksanaan pratikum yang menjadi pengalaman baru bagi siswa. Dengan model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) berbantuan media audio visual diharapkan tujuan pembelajaran IPA dapat dicapai oleh siswa secara efektif dan efisien, sehingga kompetensi pengetahuan IPA dapat dimaksimalkan.

Berbeda halnya pada kelompok kontrol, kegiatan pembelajaran masih berpola konvensional sehingga siswa

(9)

9 kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini menyebabkan kompetensi pengetahuan IPA siswa menjadi kurang optimal apabila dibandingankan dengan kelompok eksperimen yang dibelajarkan

dengan menggunakan model

pembelajaran siklus belajar (learning

cycle) berbantuan media audio visual.

Penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang relevan, yakni berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Paramita (2016) yang menyatakan bahwa model pembelajaran siklus belajar

(learning cycle) dapat meningkatkan

pengetahuan IPA pada siswa kelas V SD Gugus IV Pupuan Tahun Ajaran 2015/2016. Demikian juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Dewi (2016) yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model siklus belajar (learning cycle) dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut. Nilai hasil post test kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD No. 6 Darmasaba setelah dibelajarkan dengan model pembelajaran siklus belajar

(learning cycle) berbantuan media audio

visual yang berada di atas KKM sebanyak 75,00%, sedangkan banyaknya siswa yang memperoleh nilai di sekitar KKM yaitu 15,62% dan di bawah KKM sebanyak 9,38% dan kriteria PAP Skala Lima rata-rata kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eksperimen sebesar 80,66 termasuk dalam kategori baik.

Nilai hasil post test kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD No. 5 Darmasaba setelah dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional yang berada di atas KKM sebanyak 15,62%, sedangkan banyaknya siswa yang memperoleh nilai di sekitar KKM yaitu 21,87% dan di bawah KKM sebanyak 62,51% dan kriteria PAP Skala Lima rata-rata kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok kontrol sebesar 68,75 termasuk dalam kategori cukup baik.

Berdasarkan analisis data, diperoleh nilai rata-rata kelompok eksperimen

𝑋̅

= 80,66>

𝑋̅

= 68,75 kelompok kontrol. Lebih lanjut, melalui uji hipotesis diperoleh thitung = 5,224 sedangkan dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 62 diperoleh ttabel = 2,000. Dengan demikian, thitung = 5,224 > ttabel(𝛼 = 0,05, 62) = 2,000, sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Ini berarti terdapat perbedaan

yang signifikan antara kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) berbantuan media audio visual dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada kelas IV SD Gugus IX Abiansemal Tahun Ajaran 2016/2017. Berdasarkan perbedaan nilai rata-rata kedua kelompok dan hasil uji hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) berbantuan media audio visual berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus IX Abiansemal Tahun Ajaran 2016/2017.

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa saran yaitu

pertama, guru hendaknya menggunakan

model pembelajaran siklus belajar

(learning cycle) berbantuan media audio

dalam pembelajaran IPA maupun mata pelajaran lain, sehingga siswa menjadi lebih termotivasi dan berperan aktif dalam proses pembelajaran. Kedua, untuk menciptakan siswa lebih aktif dalam belajar hendaknya pihak sekolah dan guru memperhatikan media pendukung pembelajaran. Ketiga, kepada peneliti lain terkait dengan variabel terikat dalam penelitian ini yang hanya menekankan pada kognitif, untuk pelaksanaan penelitian lebih lanjut sangat memungkinkan menguji pengaruh model pembelajaran siklus belajar (learning

cycle) berbantuan media audio terhadap

perolehan belajar yang lain seperti peningkatan motivasi berprestasi,

(10)

10 penguasaan konsep, dan keterampilan berpikir kritis.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 2012. Metodologi

Penelitian Pendidikan. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha. Arsyad, Azhar. 2013. Media

Pembelajaran. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi

Darmadi, Hamid. 2014. Metode Penelitian

Pendidikan dan Sosial.

Bandung:Alfabeta.

Dewi, Ketut Wirani. 2016. “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Terhadap Hasil Belajar

IPA Siswa Kelas V SD ”. http:

//ejournal.undiksha.ac.id/index.php/ JJPGSD/article/view/8645/5637

(diakses tanggal 30)

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Rineka Cipta

Ngalimun, dkk. 2016. Strategi dan Model

Pembelajaran. Yogyakarta:Aswaja

Pressindo

Paramita, Made Yuni. 2016. “Pengaruh

Learning Cycle 5E Terhadap Hasil

Belajar IPA Kelas V SD Gugus IV Pupuan”.http://ejournal.undiksha.ac

.id/index.php/JJPGSD/article/view/ 6950/4740 (diakses tanggal 30)

Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran

IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : PT.

Indeks Permata Puri Media

Setyosari. 2015. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.

Jakarta:Prenadamedia Group Sugiyono. 2016. Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D.Bandung: Alfabeta.

Wena, Made. 2012. Strategi Pembelajaran

Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT

Gambar

Tabel Deskripsi Data Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Hasil Analisis  Kelompok Eksperimen  Kelompok Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

• PM China Li Keqiang mengakui pertumbuhan ekonomi China sulit untuk naik hingga 6% atau lebih dan menurut para analis, akan kembali melambat pada kuartal III 2019 atau mencapai

Namun demikian, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian penulis berharap semoga ini dapat memberikan sumbangan berarti

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, semua sektor pembangunan di Indonesia harus menerapkan prinsip-prinsip pembangunan

Pengelompokan menggunakan K-Means dimulai dengan inisialisasi jumlah cluster k. Kemudian inisialisasi pusat cluster k secara acak atau partisi. Tahap selanjutnya

Hal tersebut ditunjukkan dengan 89% dari responden yang mengikuti pawai kebangsaan menganggap bahwa telah paham mengenai pergerakan mahasiswa.. Dan, dari keseluruhan

Adapun kelemahan sistem yang sedang berjalan pada Badan Akreditasi Provinsi Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non Formal (BAP PAUD dan PNF) pada saat melakukan

Untuk melakukan perjalanan pariwisata atau berwisata ke obyek wisata di suatu daerah baik dalam kota, luar kota, luar negeri maka perlunya perencanaan yang baik agar acara wisata

Di sisi lain, Pendidikan Karakter diharapkan dapat menjadi penguat kajian-kajian mata kuliah pengembangan kepribadian yang telah ada, sehingga harapan agar lulusan FISE