YAYASAN LEUSER INTERNASIONAL
Dicetak oleh :
Percetakan & Penerbit SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN
BERBASIS KONSERVASI DAN BUDIDAYA KOPI
RAMAH LINGKUNGAN
SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS
EDITOR:
Ashabul Anhar
Yusya Abubakar
Evan Febriansyah
Tommy Mulyadi
Judul:
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN
BERBASIS KONSERVASI DAN BUDIDAYA KOPI RAMAH
LINGKUNGAN
Editor:
Ashabul Anhar
Yusya Abubakar
Evan Febriansyah
Tommy Mulyadi
Penulis:
Ashabul Anhar
Yusya Abubakar
Heru P Widayat
Romano
Didy Rachmadi
Rama Herawati
Arif Habibal Umam
ISBN:
978-602-5679-86-5
Penerbit:
Syiah Kuala University Press
Cetakan I, Tahun 2018
iii
KATA PENGANTAR
Dataran Tinggi Gayo (DTG) merupakan daerah penghasil Kopi Arabika terbesar di Indonesia dengan luas areal perkebunan kopi rakyat sekitar 94.851 ha. Secara alami, kondisi tanah dan agroklimat di DTG sangat sesuai untuk pengembangan tanaman kopi, khususnya kopi arabika. Kini, kopi arabika Gayo termasuk kategori kopi premium dunia, setara dengan kopi terkenal lainnya seperti Brazilian, Blue Mountain, dan Ethiopian. Sekitar 80-85% dari total produksi kopi arabika Gayo (40.600 ton kopi beras/tahun) diekspor ke USA, Jepang, dan sejumlah negara Eropa, yang merupakan 60% dari jumlah ekspor kopi arabika Indonesia. Oleh karena itu, kopi merupakan komoditi terpenting bagi masyarakat di DTG.
Namun, akhir-akhir ini sejalan dengan terjadinya perubahan iklim, maka produksi kopi di DTG juga terpengaruh. Pergeseran kondisi lingkungan, dan perubahan iklim tentu saja berdampak pada keberlangsungan produksi kopi arabika Gayo. Para petani skala kecil adalah pihak pertama yang menderita langsung akibat dampak perubahan iklim tersebut karena ketergantungan mereka terhadap lingkungan alam yang sangat besar, serta produktivitas yang relatif rendah. Oleh karena itu, upaya peningkatan produktivitas ini sangat penting untuk keberlanjutan budidaya kopi, terlebih lagi bila dikaitkan dengan upaya pelestarian hutan. Kesejahteraan petani sangat erat kaitannya dengan upaya konservasi. Petani yang sudah sejahtera, akan dengan mudah dapat diberi pemahaman dan diajak untuk menjaga kelestarian hutan.
Disamping itu, rehabilitasi yang dilakukan pada hutan lindung yang telah terbuka serta penanaman pohon buah-buahan di kebun petani, diharapkan dapat menurunkan emisi
iv
gas rumah kaca. Pengembangan pembangunan instalasi pupuk organik yang menggunakan kotoran sapi sebagai bahan utama pupuk organik juga sangat mendukung budidaya kopi yang ramah lingkungan, yang sekaligus juga dapat menekan emisi gas rumah kaca.
Penyusunan modul “Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan Berbasis Konservasi dan Budidaya Kopi Ramah Lingkungan” ini dimaksudkan untuk memberikan panduan kepada para penerima manfaat dalam menjalankan upaya pelestarian hutan dan penerapan budidaya kopi yang ramah lingkungan (berkelanjutan). Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ICCTF (Indonesia
Climate Change Trust Fund) dan Yayasan Leuser
Internasional (YLI) yang telah mendukung penulisan dan perbanyakan modul pelatihan ini.
Semoga modul pelatihan ini dapat dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan, sehingga upaya pelestarian hutan secara bersamaan dengan penerapan budidaya kopi ramah lingkungan di wilayah Dataran Tinggi Gayo dapat diwujudkan, untuk kemaslahatan bersama.
Banda Aceh, Mei 2018 Tim Penulis
v
KATA SAMBUTAN
YAYASAN LEUSER INTERNASIONAL
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang dengan Rahmat, Karunia, serta Taufik-Nya-lah Modul Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan Berbasis Konservasi dan Budidaya Kopi Ramah Lingkungan dapat disusun dan diselesaikan. Kami menyambut baik diterbitkannya buku ini dan sekaligus memberikan apresiasi yang tinggi kepada tim penyusun yang terlibat pada Tim Indonesia Climate Change
Trust Fund (ICCTF) – Yayasan Leuser Internasional (YLI)
dalam program Rehabilitasi Kawasan Hutan Lindung dan Peningkatan Cadangan Karbon Pada Agroforestri Kopi Melalui Penerapan Budidaya Ramah Lingkungan di Kabupaten Bener Meriah. Semoga buku ini bermanfaat bagi berbagai pihak dan para pemangku kepentingan serta masyarakat penggiat konservasi dan budidaya kopi di Aceh.
Penerbitan buku modul ini diharapkan akan menjadi referensi bagi pemerintah maupun swasta sebagai bagian dari upaya percepatan penerapan pelestarian hutan secara bersamaan dengan penerapan budidaya kopi ramah lingkungan di wilayah Dataran Tinggi Gayo, sehingga masyarakat bisa merasakan manfaat langsung berkurangnya dampak negatif dari perubahan iklim dan petani mampu meningkatkan kesejahteraannya seiring dengan peningkatan produktifitas budidaya kopi.
Penyusunan buku modul ini didasarkan pada pengalaman penerapan program “Mitigasi Berbasis Lahan” kerjasama antara ICCTF – United States Agency for
International Development (USAID) dan YLI di Desa Bener
Pepanyi Kecamatan Permata dan Desa Nosar Baru Kecamatan Bener Kelipah Kabupaten Bener Meriah - Propinsi Aceh pada
vi
tahun 2017-2018. Semoga buku ini bermanfaat dan dapat digunakan sebaik-baiknya untuk mewujudkan keberlanjutan pelestarian hutan di Aceh dan Indonesia.
Banda Aceh, Mei 2018 Ketua Pengurus YLI
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...iii
BAB I. KONSEP PEMBERDAYAAN PETANI KOPI SEKITAR HUTAN BERBASIS KONSERVASI DAN KEBERLANJUTAN ... 1
BAB II. KESADARAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM MELAKUKAN PERBAIKAN LINGKUNGAN ... 7
2.1. Pendahuluan ... 7
2.2. Kerusakan Alam dan Lingkungan ... 13
A. Kerusakan Hutan ... 13
B. Kerusakan Lahan Pertanian dan Perkebunan ... 18
C. Kerusakan Lingkungan ... 21
D. Permasalahan Sampah ... 24
2.3. Kesadaran dan Peran Masyarakat ... 28
2.4. Penutup ... 30
DAFTAR PUSTAKA ... 32
BAB III. TEKNIK PEMBIBITAN ... 35
3.1. Pendahuluan ... 35
3.2. Regenerasi Tumbuhan... 36
A. Regenarasi Secara Alami ... 36
B. Regenerasi Secara Buatan ... 39
C. Perbanyakan Secara Vegetatif ... 41
3.3. Teknik Persemaian ... 44
A. Perencanaan Persemaian ... 45
viii
2. Tujuan Persemaian ... 45
3. Input dan Penjadwalan ... 46
4. Kontijensi ... 46
5. Pelatihan Staf ... 46
B. Praktik Persemaian yang Baik ... 47
1. Lay-out Persemaian ... 47 2. Naungan ... 48 3. Media Tanam ... 49 4. Penyiraman ... 49 5. Pemupukan ... 50 6. Penyiangan ... 50
7. Pengendalian Hama dan Penyakit .... 50
8. Pengerasan ... 51
9. Pengangkutan ... 52
3.4. Penutup ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 54
BAB IV. TEKNIK KONSERVASI DAN BUDIDAYA KOPI POLA CLIMATE SMART COFFEE PRODUCTION SYSTEM (CSCPS) ... 55
4.1. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Tanaman Kopi ... 57 4.2. Teknologi Budidaya untuk Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim ...58
A. Penggunaan Bahan Tanaman Unggul ... 59
B. Penerapan Metode Tanpa Olah Tanah .... 62
C. Budidaya Kopi Dengan Tanaman Pelindung ... 62
D. Pemberian Mulsa ... 64
E. Konservasi Lahan dan Pembuatan Rorak 65 DAFTAR PUSTAKA ... 67
BAB V. PENANGANAN PANEN, PASCA PANEN DAN PEMASARAN KOPI ARABIKA GAYO ... 69
ix
5.1. Pentingnya Penanganan Panen dan
Pascapanen ... 69
5.2. Ragam Pengolahan Kopi Arabika ... 70
5.3. Teknik Panen Kopi Arabika Gayo ... 74
A. Pengupasan Kulit Buah (Pulping) ... 75
B. Fermentasi dan Pencucian ... 78
C. Pengeringan/Penjemuran ... 78 D. Penggilingan/Penggerbusan Basah (Wet Hulling) ... 80 E. Penggilingan/Penggerbusan Kering (Dry Hulling) ... 81 F. Penyortiran ... 81
G. Pengemasan dan Penggudangan ... 83
5.4. Kualitas fisik kopi arabika ... 85
5.5. Kualitas Organoleptik Kopi Arabika ... 88
5.6. Pengendalian Mutu Kopi Arabika ... 92
5.7. Pemasaran Kopi Arabika ... 94
5.8. Sertifikasi Kopi Arabika Gayo ... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 109
BAB VI. MANAJEMEN DAN TATA KELOLA ORGANISASI .....113
6.1. Lembaga Swadaya Masyarakat... 113 A. Pendirian Yayasan ... 114 B. Perkumpulan Berbadan Hukum ... 115 C. Masyarakat Berkebun ... 116
6.2. Langkah-Langkah Proses Pelatihan ... 119
A. Sosialisasi Program dan Upaya Merangkul Masyarakat ... 119
B. Membangun Visi dan Misi Bersama ... 120
C. Pembentukan Kelompok ... 125
D. Perumusan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ...126
x
6.3. Penataan Administrasi Lembaga ... 130
A. Menetapkan Sekretarian, POSKO dan Pusat Informasi ... 131
B. Identifikasi Keadaan Perkebunan Kopi dan Penggunaan Sumber daya Alam ...132
C. Merumuskan Kegiatan dan Tatalaksana dengan Outbound Management Training. ... 134 D. Pengembangan Ekonomi Lembaga ... 135
6.4. Penutup ... 143
DAFTAR PUSTAKA ... 144
BAB VII. PEMELIHARAAN SAPI POTONG DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PAKAN ... 147
7.1. Pendahuluan ... 147
7.2. Hijauan Makanan Ternak (HMT) ... 148
7.3. Jenis Rumput ... 149
A. Sistematika Rumput ... 150
B. Sistematika Legum (kacang kacangan) 151 7.4. Limbah Pertanian ... 152
7.5. Teknologi Pengolahan Pakan ... 155
A. Hay ... 155
B. Silase ... 156
C. Amoniasi/Fermentasi Jerami Padi/Sereh ... 157
D. Sistem Produksi Hijauan ... 158
7.6. Sapi Potong ... 164 A. Tipe Sapi Potong ... 166
B. Pemeliharaan Sapi ... 170
xi
8.1. Pendahuluan ... 177
8.2. Pembuatan Kompos ... 178
A. Persyaratan Untuk Pengomposan yang Baik ... 178
B. Bahan Untuk Pengomposan ... 181
C. Teknik Pengomposan ... 185
8.3. Perbedaan Kompos dan Pupuk ... 192
8.4. Penutup ... 193
DAFTAR PUSTAKA ... 194
PROFIL PENULIS ...196
1
BAB I. KONSEP PEMBERDAYAAN PETANI KOPI
SEKITAR HUTAN BERBASIS KONSERVASI DAN
KEBERLANJUTAN
Yusya Abubakar dan Ashabul Anhar
Daratan Tinggi Gayo (DTG) terletak di tengah wilayah Aceh (ditengah pulau Sumatera), di punggung Bukit Barisan. Sebagian besar wilayah DTG meliputi pengunungan dengan danau tektonik Laut Tawar di tengahnya. Danau dan pegunungan disekitar danau ini merupakan daerah tangkapan air (catchment water area) dan menjadi hulu dari Sungai Peusangan. Demikian juga dengan Hutan Lindung Bur Kul yang berada tidak jauh dari kawasan Danau, menjadi daerah tangkapan air dan hulu dari sungai Jambo Aye. Beberapa sungai lain, seperti sungai Woyla dan Tripa, juga berhulu di wilayah DTG ini. Sungai-sungai tersebut menjadi sumber air yang sangat penting bagi beberapa kabupaten yang berada di bagian pesisir Wilayah Aceh. Oleh karena itu, kelestarian dan keberlanjutan hutan di wilayah tengah ini menjadi sangat penting untuk menjamin ketersediaan air dalam jangka panjang.
Disamping itu, DTG juga berfungsi sebagai kawasan penyangga (buffer zone) bagi kawasan hutan lindung Taman Nasional Leuser. Namun, pada beberapa titik, wilayah DTG merupakan hutan lindung, yang berbatasan langsung dengan
perkebunan penduduk. Akibatnya tekanan terhadap
kelestarian hutan lindung sangat tinggi. Sebagian besar petani kopi skala kecil dengan penguasaan lahan 1-2 ha di DTG mengalami kesulitan untuk memproduksi kopi dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, akibatnya sejumlah masyarakat berupaya melakukan pembukaan areal baru di kawasan hutan lindung.
7
BAB II. KESADARAN DAN PERAN MASYARAKAT
DALAM MELAKUKAN PERBAIKAN LINGKUNGAN
Arief Habibal Umam dan Ashabul Anhar
2.1. Pendahuluan
Menurut UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, pengertian Konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan
secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan
persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
Sedangkan beberapa pengertian lain tentang konservasi adalah:
Upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan dan
sumber daya alam secara lestari dan berhati-hati dalam pemanfaatannya.
Upaya efisiensi dari penggunaan energi secara, produksi,
transmisi, atau distribusi yang berakibat pada
pengurangan konsumsi energi di lain pihak menyediakan jasa yang sama tingkatannya.
Secara fisik berarti pengelolaan terhadap kuantitas
tertentu yang stabil sepanjang reaksi kimia atau transformasi fisik.
Upaya suaka dan perlindungan terhadap lingkungan dan
alam dengan tujuan jangka panjang.
Upaya mengelola sebuah habitat alami dari suatu wilayah
dan melesatarikan keanekaragaman genetik dari spesies yang ada di dalamnya dengan mempertahankan lingkungan alaminya. Jadi konservasi tersebut bertujuan untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya
32
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Ahli: Produksi 1 Kilogram Sawit Habiskan 400 Liter Air. http://www.bumn.go.id/ptpn5/berita/14988 Desfandi, M. 2015. Mewujudkan masyarakat berkarakter
peduli lingkungan melalui program Adiwiyata. SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal. 2 (1): 31-37
Fajar, J. 2014. Ribuan hektar hutan Bener Meriah dibabat demi kepentingan Malaysia. www. mongabay.co.id, akses tanggal 20 April 2018.
Hadits-hadits Tentang Kelestarian Alam. 2018.
http://www.bacaanmadani.com/2017/08/hadits-hadits-tentang-kelestarian-alam.html
Indrawan, M., Primack, J.B., dan Supriatna, J. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Maulana, M.L. 2015. Manusia dan Kerusakan lingkungan dalam Al-Quran: Studi kritis pemikiran mufassir
Indonesia (1967- 2014). Skripsi. Semarang: UIN Wali Songo
Nasoetion, A.H, dan Saefuddin, A. 2001. Al-Quran dan masalah lingkungan hidup, bahan bacaan latar belakang untuk dakwah pelestarian lingkungan. Jakarta: Litera AntarNusa.
National institutes of environmental health sciences. 2017. Reduce, Reuse, Recycle.
https://kids.niehs.nih.gov/topics/reduce/index.htm Qomarullah, M. 2014. Lingkungan dalam kajian Al-Quran:
Krisis lingkungan dan penanggulannya perspektif Al-Quran. Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran dan Hadis. 15 (1): 135-158
Setyowati, R. dan Mulasari, S. A. 2013. Pengetahuan dan Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah Plastik. Kesehatan Masyarakat Nasional, 7(12): 562 - 566
33 UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya dan UU No. 41 tahun 1999 Tentang Kehutanan
35
BAB III. TEKNIK PEMBIBITAN
Ashabul Anhar
3.1. Pendahuluan
Laju penurunan/kerusakan (deforestasi) kawasan hutan Aceh dalam 9 tahun terakhir diperkirakan mencapai 290.000 ha atau lebih dari 32.000 ha/tahun. Jika hal ini terus berlangsung, diperkirakan dalam jangka waktu 10 tahun hutan Aceh akan terdegradasi lebih dari 30% dari total luas daratan Propinsi Aceh. Artinya tanpa usaha nyata dan konsisten dari berbagai pihak baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Aceh (instansi teknis terkait), kerusakan lingkungan (kawasan hutan) akan terus terjadi dan pada akhirnya memberikan dampak buruk bagi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Aceh.
Program konservasi hutan dan konservasi spesies spesifik lokasi bisa dilakukan dengan melakukan penyemaian langsung atau transplantasi bibit ke lapangan. Penyemaian langsung umumnya tidak efektif di habitat yang lebih kering karena kurangnya tempat yang aman untuk perkecambahan benih dan pertumbuhan awal bibit. Di daerah-daerah seperti itu, pengembangan bibit di persemaian sampai siap untuk penanaman di lapangan akan lebih efektif dibandingkan penyemaian langsung.
Persemaian adalah komponen utama program
aforestasi dan reboisasi, terutama di daerah dengan potensi aforestasi melalui regenerasi alami dan penaburan langsung
terbatas. Kualitas tanaman yang dihasilkan dari persemaian adalah langkah pertama menuju kesuksesan program secara keseluruhan. Pembibitan dapat bersifat permanen atau sementara, tergantung pada durasi program atau proyek
54
DAFTAR PUSTAKA
Jaenicke, H. 1999. Good Tree Nursery Practices. Practical Guidelines for Research Nurseries. International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF), Nairobi, Kenya. 93 p.
Longman, K.A. 2002. Tropical Trees: A Practical Manual for Growing Good Nursery Stock. Blaketon Hall Ltd, Exeter, Devon, UK. 226 p.
Mulawarman, J.M. Roshetko, S.M. Sasongko and D. Iriantono. 2003. Tree Seed management – Seed Sources, Seed Collection and Seed Handling: a Field Manual for Field Workers and Farmers. World Agroforestry Centre (ICRAF) and Winrock International. Bogor, Indonesia. 54 p.
Prastowo, N.H., J.M. Roshetko, G.E.S. Maurung, E. Nugraha, J.M. Tukan, dan F. Harum. 2006. Tehnik pembibitan dan perbanyakan vegetatif tanaman buah. Bogor, Indonesia: World Agroforestry Centre (ICRAF) and Winrock International. 100 p.
Roshetko, J. M., Tolentino Jr., E. L., Carandang, W. M.,
Bertomeu, M., Tabbada, A., Manurung, G. E. S., & Yao, C. E. (2010). Tree Nursery Sourcebook: Options in Support of Sustainable Development. World
Agroforestry Center-ICRAF and Winrock International. Bogor, Indonesia. 52 p.
Wilkinson, K.M., T. D. Landis, D.L. Haase. B.F. Daley and R.K. Dumroese. 2014. Tropical Nursery Manual. A Guide to Starting and Operating a Nursery for Native and Traditional Plants U.S. Department of Agriculture, Forest Service. Agriculture Handbook 732
55
BAB IV. TEKNIK KONSERVASI DAN BUDIDAYA
KOPI POLA CLIMATE SMART COFFEE
PRODUCTION SYSTEM (CSCPS)
Heru P Widayat
Perubahan iklim yang ditandai dengan berubahnya musim dan pola hujan, meningkatnya intensitas anomali iklim
El-Nino dan La-Nina serta meningkalnya suhu udara
mengakibatkan kerusakan pada tanaman kopi, sehingga produksi buah kopi menurun. Akibal El-Nino terjadi bulan kering (curah hujan dibawah 60 mm/bulan) yang berkepanjangan mengakibatkan produksi kopi menurun sebesar 34,79%, begitu juga bulan basah (curah hujan > 100 mm/bulan) yang merata sepanjang tahun akibat La-Nina mengakibatkan produksi kopi menurun 98,5%. Bulan kering yang berkepanjangan (> 3 bulan) akibat dari kejadian El-Nino menyebabkan kualitas biji kopi menurun. Setiap kenaikan suhu 1 °C, maka akan menurunkan produksi biji kopi sebesar 30,04%. Namun suhu udara vang sangat rendah (-3 °C sampai -5 °C) dapat mematikan daun kopi. Upaya untuk mengatasi perubahan iklim pada tanaman kopi dapat dilakukan melalui penerapan teknologi budidaya yang bersifat adaptif dan mitigatif terhadap perubahan iklim yaitu penerapan tanpa olah tanah, penggunaan mulsa, pembuatan rorak, penanaman dan peremajaan kopi dengan tanaman unggul, penanaman penaung, pemangkasan, penanaman tanaman penutup tanah, penggunaan pupuk organik, pembuatan embung, irigasi dan sistem drainase.
Pengembangan tanaman kopi saat ini dan masa mendatang akan dihadapkan pada berbagai kendala, diantaranya masalah biofisik terutama ancaman perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global akibat
67
DAFTAR PUSTAKA
Anhar, A. Y. Abubakar, A. Baihaqi, S. Bahri, A. Sabti dan Romano. 2013. Model pengembangan kopi Arabika Adaftif dataran tinggi Gayo. Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar, Direktur Jenderal Perkebunan, Jakarta.
Assad, E.D., H. S. Pinto, J. Zullo, A. and M. Helminsk. 2004. Climatic changes impact in agroclimatic zoning of coffee in Brazil. Pesqui Agropecu Bras 39: 1057–1064. Bakti, D., Hasanuddin and Onrizal. 2011. The Impact of
Climate Change on Population of Coffee Crop Pests and Diseases in Northern Sumatra.Agriculture Faculty University of North Sumatera and Conservation International Indonesia.
BPS. 2017. Aceh Dalam Angka 2017. Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh, Banda Aceh.
DaMatta, F. M., C. P. Ronchi, M. Maestri dan R.S. Barros. 2007. Ecophysiology of coffee growth and production. Brazilian Journal of Plant Physiology, 19 (4): 485–510. Gay, C., F. Estrada, C. Conde, H. Eakin and L. Villers. 2006.
Potential impacts of climate change on agriculture: A case of study of coffee production in Veracruz, Mexico. Climatic Change 79: 259–288.
Jaramillo, J., A. Chabi-Olaye and C. Kamonjo, 2009. Thermal tolerance of the Coffee Berry Borer Hypothenemus hampei: Predictions of climate change impact on a tropical insect pest. PLoS ONE 4(8): 64-87.
Perfecto, I., I. Armbrecht, S.M. Philpott, L Soto-Pinto and T.M. Dietsch. 2007. Shaded coffee and the stability of rainforest margins in northern Latin America. In T. Tscharntke, T., C. Leuschner, M. Zeller, E. Guhadja and A. Bidin (eds), pp. 227–264. The Stability of Tropical Rainforest Margins, Linking Ecological, Economic and
68
Social Constraints of Land Use and Conservation. Environmental Science Series, Springer Verlag, Berlin. Schroth G, Laderach P, Dempewolf J et al. 2009. Towards a
climate change adaptation strategy for coffee
communities and ecosystems in the SierraMadre de Chiapas, Mexico.Mitig Adapt Strateg Glob Chang 14: 605–625
Wintgens, J.N. 2004. The Coffee Plant. In: Wintgens, J.N. (Ed.), Coffee: Growing, Processing, Sustainable Production. Wiley-VCH, Weinheim
69
BAB V. PANEN, PASCA PANEN DAN
PENGOLAHAN KOPI ARABIKA GAYO
Yusya Abubakar dan Heru P Widayat
5.1. Pentingnya
Penanganan
Panen
dan
Pascapanen
Pengolahan dan pascapanen sangat besar pengaruhnya terhadap mutu fisik, citarasa, dan komposisi kimia biji kopi. Oleh karena itu penanganan panen dan pasca panen harus dilakukan dengan benar dan tepat. Kualitas terbaik biji kopi didapatkan ketika buah kopi sudah matang secara fisiologis, yang ditandai dengan warna merah yang terang dan menyeluruh. Bila tidak ditangani dengan baik, maka kualitas biji ini akan turun, dan bahkan bisa rusak sama sekali. Pelepasan kulit merah buah kopi (pulping) harus dilakukan dengan segera, yang kemudian dilanjutkan dengan proses fermentasi, pencucian, pengeringan, dan pelepasan kulit tanduk (hulling).
Penanganan dan pengolahan kopi bertujuan untuk
memisahkan biji kopi dari kulitnya, kemudian
mengeringkannya sampai diperoleh kopi beras dengan kadar air 10-12 % yang siap untuk dipasarkan (Yusianto, 2008). Jadi, dalam pengolahan kopi sangat penting untuk menjaga tahapan pengolahan yang benar agar dapat dihasilkan kopi biji yang diterima/diminati konsumen dengan mutu yang baik dan citarasa yang tinggi.
Pada umumnya, kopi dipasarkan dalam bentuk kopi beras, yaitu kopi kering dengan kadar air sekitar 12%. Bila kadar air biji kopi lebih dari 12%, maka akan rentan terhadap serangan kapang yang dapat menurunkan mutu fisik dan mutu organoleptik biji kopi. Serangan kapang dapat
109
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, Y., A. Karim, dan Fachrizal, F. 2011. Flavor of arabica coffee grown in Gayo Palteau as affected by varieties and processing techniques. Proceedings of The Annual International Conference, Syiah Kuala
University-Life Sciences & Engineering Chapter. 1:70(1).
Anhar, A. Y. Abubakar, A. Baihaqi, S. Bahri, A. Sabti dan Romano. 2013. Model pengembangan kopi Arabika Adaftif dataran tinggi Gayo. Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar, Direktur Jenderal Perkebunan, Jakarta.
AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of the Association of Official Analytical Chemists. Inc., Washington, DC. Clarke, R.J dan Macrae, R. 1987. Coffee Volume 1:
Chemistry. Elsevier Applied Science Publishers, London. CAFE Practices. 2018. Starbucks C.A.F.E. Practices: Ensuring
the ethical sourcing of coffee. SCS Global Services. Https://www.scsglobalservices.com/starbucks-cafe- practices. [Diakses pada Januari 2018].
Kotler, P., Kartajaya, H., Huan, H. D., & Liu, S.
2002. Rethinking Marketing: Sustainable Marketing Enterprise in Asia. Pearson Education.
Mawardi, S. 2008. Sertifikasi Pada Produk Kopi. Dalam: S. Mawardi., R. Hulupi., A. Wibawa., S. Wiryadiputra dan Yusianto (Editor). Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika Gayo. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Aceh Partnership for Economic
110
Mulato, S. 2002. Pemanfaatan Alat dan Mesin Pengolahan Produk Primer dan Skunder Kopi Skala Kelompok. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Jember.
Pangabean, E. 2011. Buku Pintar Kopi. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Prastowo, B. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor. Prastowo, B., Elna, K., Rubijo., Siswanto., C. Indrawanto., S.
J, Munarso. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor.
Qadry, N.A. 2016. Pengaruh Ketinggian Tempat Tumbuhan dan Varietas Terhadap Mutu Fisik, Fisiko-Kimia, dan Citarasa Kopi Arabika Gayo. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Rahardjo, P. 2012. Kopi: Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar Swadaya, Jakarta SCAA. 2009. SCAA Protocols: Cupping Specialty Coffee.
Specialty Coffee Association of America (SCAA). Serambi Indonesia. 2015. Kopi Arabika Gayo Terancam.
Http://aceh. tribunnews.
com/2015/12/06/kopi-arabika-Gayo terancam? page=all. Diakses tanggal: 21 Mei 2017.
Setyaningsih, D., A. Apriyantono dan M.P, Sari. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. IPB Press, Bogor.
Sivetz, M dan H. E, Foote. 1963. Coffee Processing Teknology Vol. I. The AVI Publishing Company Inc.
111 Standar Nasional Indonesia. 2008. Biji Kopi. SNI
01-2907-2008. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta. Stanton, W.J., M.J. Etzel, B.J. Walker. 1997. The
Fundamental of Marketing. McGraw-Hill.
Yusianto. 2008. Panen dan penanganan pasca panen kopi arabika gayo. Dalam: S. Mawardi., R. Hulupi., A. Wibawa., S. Wiryadiputra dan Yusianto (Editor).
Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika Gayo. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Aceh Partnership for Economic Development, BAPPEDA Provinsi NAD - UNDP.
113
BAB VI. MANAJEMEN DAN TATA KELOLA
ORGANISASI
Romano
6.1. Lembaga Swadaya Masyarakat
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai suatu sekelompok masyarakat (perhimpunan) yang secara formal terorganisir dan merupakan lembaga yang umumnya
self-governing, privat, dan non-profit (tidak berorientasi pada
profit). LSM ini dalam tataran petani dapat berupa perhimpunan/perkumpulan. Perhimpunan/perkumpulan ini umumnya dibagi menjadi dua, yaitu: (1) Perkumpulan biasa yang merupakan Organisasi Massa: dan (2) Perkumpulan Petani. Adapun syarat administrasi dalam mendirikan sebuah yayasan ataupun perkumpulan yang berbadan hukum adalah: 1. KTP Pendiri;
2. Anggaran Dasar & ART LSM (maksud dan tujuan, jangka waktu, modal yang dipisahkan, organ perkumpulan yang terdiri dari pendiri, pembina, pengurus dan pengawas, susunan pengurus)
3. Pendiri (jumlahnya tidak ditentukan) 4. SKT Kota Administrasi/Kabupaten.
5. Selembar foto tampak depan kantor sekretariat/ormas/ LSM lengkap dengan papan nama dan alamat Ormas/ LSM ukuran Kartu Pos
6. Surat ijin domisili kantor dari kelurahan/ kecamatan; 7. Surat keterangan di atas materai Rp 6.000 tidak sedang
terjadi konflik internal (dualisme/multi kepengurusan) 8. Surat keterangan tidak berafiliasi dengan/atau underbow
partai politik, dan tidak menggunakan lambang Garuda sebagai lambang organisasi
144
DAFTAR PUSTAKA
Amien, Mappadjantji. 2005. Kemandirian Lokal. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hermanto, dan Subowo, G. 2006. Model Sistem dan Usaha Agribisnis di Lahan Rawa Pasang Surut : Konsepsi Strategi dan Pengembangannya. Makalah Disampaikan pada Seminar Pengelolaan Hutan dan Lahan Rawa Secara Bijaksan dan Terpadu. Balai Litbang Tanaman Hutan Palembang, 28 Maret 2006 di Hotel Swarna Dwipa, Palembang.
Hermanto. 2007. Rancangan Kelembagaan Tani dalam Implementasi Prima Tani Di Sumatera Selatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian. Bogor.
Payne, Malcom. 1997. Modern Social Work Theory. Second Edition. MacMillan Press Ltd., London. Hal. 266. Saeful, Pupu Rahmat, 2008. Memupuk Institusi Lokal dan
Modal Sosial dalam Kehidupan Bermasyarakat , Journal Kelembagaan Vol 12. No. 2.
Suradisastra, Kedi. 2006. Pemanfaatan Kelembagaan untuk Pembangunan Sektor Pertanian Mendukung Otonomi Daerah. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor
Syahyuti. 2003. Bedah Konsep Kelembagaan: Strategi Pengembangan dan Penerapannya dalam Penelitian Pertanian. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian, Bogor
Syahyuti. 2007. Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sebagai Kelembagaan
145 Ekonomi di Pedesaan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor
Taylor, D.R.F. dan McKenzie. 1992. Development From Withins. London Routledge. Chapter 1 dan 10. Tedi Erviantono, 2010. Desentralisasi Dan Kemandirian
Kelembagaan Lokal, (Peranan LMDH Gandong
Kabupaten Ngawi dalam Pengelolaan Jaminan Layanan Kesehatan Masyarakat Desa Hutan serta Penanganan Konflik Pelanggaran Hak Cipta oleh Asosiasi Pengrajin Cor Patung Kuningan Bejijong Kabupaten Mojokerto), Universitas Brawijaya Press, Malang
Uphoff, Norman. 1986. Local Institutional Development: An Analytical Sourcebook With Cases. Kumarian Press. Wahyuni, Sri. 2009. Integrasi Kelembagaan di Tingkat Petani:
Optimalisasi Kinerja Pembangunan Pertanian. Dimuat di Tabloid Sinar Tani 10 Juni 2009. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.
Warsana. 2009. Pemantapan Kelembagaan Pada Gapoktan. Dimuat di Tabloid Sinar Tani 8 April 2009. BPTP Jawa Tengah.
Yuwono, Teguh dan Putro, Wiyono T, 2008, Cooperative Forest Management, Yogyakarta : Datamedia Press. Zuraida, Desiree dan J. Rizal (ed). 1993. Masyarakat dan
Manusia dalam Pembangunan: Pokok-pokok Pemikiran Selo Soemardjan. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
147
BAB VII. PEMELIHARAAN SAPI POTONG
DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PAKAN
Didy Rachmadi
7.1. Pendahuluan
Pada mulanya ternak yang dipelihara adalah untuk
dimanfaatkan tenaga, selanjutnya oleh peternak
dikembangbiakkan untuk diambil hasilnya (produk) seperti daging, susu, dan bulu sehingga dapat meningkatkan pendapatan peternak. Agar ternak peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian pakan. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Pakan yang sering diberikan pada ternak kerja antara lain berupa: hijauan dan konsentrat (makanan penguat).
Oleh karena itu para peternak perlu dibekali pengetahuan tentang bagaimana memproduksi hijauan makanan/pakan ternak sendiri guna memenuhi tujuan produksi ternak seperti untuk penggemukan, memperoleh bibit, susu, dan tenaga. Sehingga kebutuhan makanan/pakan ternak terpenuhi secara kontinyu dan ternak yang dipeliharanya sehat, serta dari segi ekonomi menguntungkan. Hal ini akan memberikan keuntungan bagi peternak, sehingga peternak beserta keluarganya menjadi lebih sejahtera.
174
DAFTAR PUSTAKA
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo. Dan A.D. Tilman, 1993. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
http://www.hear.org/pier/species/pennisetum_purpureum.ht ml http://www.tropicalforages.info/key/Forages/Media/Html/ Pennisetum_purp ureum.html http://aquat1.ifas.ufl.edu/penpur.html http://www.fao.org/WAICENT/FAOINFO/AGRICULT/AGP/AGPC /doc/Gbase/DATA/Pf000301. html http://www.fao.org/ag/aga/agap/frg/afris/Data/137.HTM Rianto Edy dan Purbowati E., 2009. Panduan Lengkap Sapi
Potong. Penebar Swadaya .Jakarta.
Santosa, U. 2009. , Mengelola Peternakan SapiSecara Profesional. Penebar Swadaya. Jakarta
Siregar, S.B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudarmono, AS. dan Sugeng Y.B., 2008. Sapi Potong + Pemeliharaaan, Perbaikan Produksi, Prospek Bisnis, Arialisis Penggemukan. Penebar Swadaya. Jakarta Suryana, Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berorien
tasi Agribisnis dengan Pola Kemitraan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan.
Http:www.pustakadeptan.go.id/publikasi/ p321 4025pdf.
Turnour, J. 1996. Buku Petunjuk Tekhnis: Penggemukan Sapi Australia untuk Petani Peternak Indonesia dengan Pola
175 Inti Plasma. Australian Meat – And Livestock
Corporation (Aust Meat). Asosiasi Produsen Daging & Feedlot Indonesia (Afindo). Jakarta.
Yulianto. P. dan Saparianto, C. 2010. Pembesaran Sapi Secara Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta.
177
BAB VIII. TEKNOLOGI KOMPOS
Rama Herawati
8.1. Pendahuluan
Pengomposan adalah proses alami untuk mendaur ulang bahan organik seperti daun dan sisa sayuran dan sisa hasil panen kopi menjadi amendemen tanah yang kaya akan nutrisi. Petani atau pekebun dengan senang hati memberi nama Kompos sebagai Emas Hitam (Black Gold). Pengomposan adalah cara yang efisien untuk memecah bahan organik menjadi produk akhir yang bermanfaat bagi tanah dan tanaman yang sedang tumbuh.
Khusus bagi petani kopi dan sayuran di dataran tinggi Gayo, pengolahan sisa panen dan sampah rumah tangga melalui pengomposan merupakan solusi yang terbaik untuk menghasilkan nutrisi bagi tanaman kopi dan sayuran. Dengan luas areal kopi yang mencapai lebih dari 102.000 ha serta budidaya hortikultura seperti kentang, tomat, alpukat, jeruk dan lain-lain, maka potensi sisa panen baik itu kulit kopi dan sisa sayuran lainnya yang selama ini belum dikelola dengan baik selain menghilangkan energi dan nutrisi alami yang sangat diperlukan oleh tanaman dalam mendukung pertumbuhan dan hasil yang lebih baik, juga dapat mengakibatkan polusi terhadap lingkungan baik itu tanah, air dan udara.
Kompos memberi energi pada jaringan makanan tanah, yang terdiri dari bakteri dan jamur mikroskopis, bersama dengan cacing tanah, jangkrik, dan banyak bentuk kehidupan lainnya. Banyak jamur membentuk simbiosis, atau saling menguntungkan, kemitraan dengan akar tanaman,
194
DAFTAR PUSTAKA
Atiyeh, R. M., Subler, S., Edwards, C. A., Bachman, G., Metzger, J. D., & Shuster, W. (2000). Effects of vermicomposts and composts on plant growth in
horticultural container media and soil. Pedobiologia, 44 (5): 579–590.
https://doi.org/10.1078/S0031-4056(04)70073-6
Bernas, S. M. (2011). Effect of coffee pulp compost and terrace on erosion, run-off and nutrients loss from coffee plantation in Lahat Regency, 16 (2): 161–167. https://doi.org/10.5400/ jts.2011.16.2.161
Composting 101: What Is Compost?.
Https://Bonnieplants.Com/Library/What-Is-Compost/ Darnoko, O. I. & Sigit, A. (2002). Pabrik kompos di pabrik
sawit, 2001–2003.
DEPTAN (2009). Prospek pertanian organik di Indonesia. Diacono, M. & Montemurro, F. (2011). Long-term effects of
organic amendments on soil fertility. In Lichtfouse, E. (ed) Sustainable Agriculture Volume 2. pp. 401–422. https://doi.org/10.1051/agro
Karita, S. (2005). Microbial succession associated with organic matter decomposition during thermophilic composting of organic waste. Waste Manage Res, 21, 48–56. https://doi.org/10.1177/0734242X05049771 Mohammad, N., Alam, M. Z., Kabbashi, N. A. & Ahsan, A.
(2012). Effective composting of oil palm industrial waste by filamentous fungi: A review. Resources, Conservation and Recycling, 58, 69–78.
195 Saeboe, A. & Ferrini, F. (2006). The use of compost in urban
green areas – A review for practical application. Urban Forestry & Urban Greening, 4(3–4), 159–169.
196
PROFIL PENULIS
Ashabul AnharPenulis menyelesaikan Sarjana (S-1) di Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala,
di bidang Agronomi tahun 1989;
menyelesaikan Master (S-2) di
Departemen Agronomi, Universitas Iowa, Ames, Iowa, USA, di bidang Fisiologi dan Produksi Tanaman tahun 1995, dan Doktor (S-3) di Universitas Bonn, Jerman di
Bidang Ekologi dan Manajemen Sumberdaya Alam tahun 2005. Sejak tahun 1990 hingga sekarang aktif sebagai staf pengajar di Prodi Agroteknologi dan Prodi Kehutanan Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala.
Penulis juga aktif dalam Program Konservasi Ekosistem Leuser bersama Leuser Development Proramme tahun 1997-2001, Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi daerah Pesisir bersama FAO tahun 2006, Program Pemulihan Ekonomi dan Pendanaan Mikro bersama GTZ tahun 2006-2009, serta Program Peningkatan Konpetensi Petani Kakao bersama Yayasan Keumang dan ActionAID tahun 2010-2012.
Penulis juga aktif dalam penelitian-penelitian dalam tema perubahan iklim khususnya kopi serta program pelatihan dan perberdayaan petani kopi di Wilayah Tengah Aceh.
197
Yusya Abubakar
Yusya Abubakar adalah staf pengajar pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, sejak tahun 1988. Yang bersangkutan lahir di Takengon pada 24 Desember 1962, dan
menyelesaikan sekolah Madrasah
Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) dan Madrasah Tsanawiyah Agama Islam Negeri
(MTsAIN) di kota yang sama. Setelah menyelesaikan SMA Negeri 2 Banda Aceh pada tahun 1981, Yusya Abubakar melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor (Jurusan Teknologi Industri Pertanian) dan selesai pada tahun 1986. Beliau memperoleh gelar Master of Science (M.Sc) dari Auburn University, Auburn, Alabama, Amerika Serikat pada tahun 1995, kemudian langsung melanjutkan program Doktor di North Carolina State University, Raleigh, North Carolina, AS, dan mendapat gelar PhD (Doktor) pada tahun 2000, dalam bidang food and process engineering.
Yusya Abubakar banyak melakukan penelitian tentang penanganan dan teknologi paska panen serta pengolahan produk pangan/perkebunan, terutama kopi (kopi arabika Gayo), kakao, gula, dan biji-bijian. Beberapa penelitian beliau juga terkait dengan energi terbarukan. Yusya Abubakar terlibat langsung dalam sejumlah kegiatan kajian, pembinaan dan pengembangan kopi arabika di Dataran Tinggi Gayo sejak tahun 2006, termasuk kegiatan pengusulan Indikasi Geografis Kopi Arabika Gayo.
Mulai tahun 2016 yang bersangkutan ikut aktif dalam kegiatan lingkungan melalui Yayasan Leuser Internasional (YLI), terutama dalam pengembangan dan pengelolaan kopi ramah lingkungan di kawasan yang berbatasan dengan hutan.
198
Heru P Widayat
Heru P Widayat bergabung menjadi Dosen di Fakultas Pertanian, pada tahun 1988, pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Beliau mendapat gelar Sarjana dari Jurusan Mekanisasi Pertanian, Universitas Gajah Mada pada tahun 1987. Kemudian,
yang bersangkutan melanjutkan
pendidikan ke Amerika Serikat, dan mendapat gelar M.Sc (Master of Science) dari Michigan State University, Lansing, pada tahun 1994. Gelar PhD (Doktor) diperolehnya dari Humboldt Universitat Zu Berlin, Jerman, pada tahun 2001. Heru P Widayat sudah melakukan banyak penelitian dalam bidang Teknologi Paska Panen, dan Pengolahan Produk Perkebunan, serta sangat tertarik untuk mengembangkan bidang tersebut. Mata kuliah yang beliau mampu antara lain adalah pengantar teknologi pertanian, fisiologi dan teknologi pasca panen, teknologi pengembangan produk, dan enterpreneurship.
199
Didy Rachmadi
Didy Rachmadi lahir di Mataram, Lombok, NTB, 29 April 1956. Telah berkeluarga dan dikaruniai dua orang putra dan seorang putri. Lulus Sarjana Muda Peternakan (B.Sc) tahun 1979 di Universitas Mataram (UNRAM). Memperoleh Sarjana Strata Satu (IR) tahun 1984 dari Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (FKHP),
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Banda
Aceh. Menyelesaikan Sarjana Strata Dua (MP/Magister Peternakan) tahun 1995 di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dalam bidang Ilmu Makanan Ternak Ruminansia. Tahun 2003 menyelesaikan Sarjana Strata Tiga (DR/Doktor) dari Institut Pertanian Bogor, dalam bidang Produksi Ternak. Diangkat sebagai Staf Pengajar (Dosen) pada tahun 1986 pada Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (FKHP) Unsyiah untuk bidang Ilmu Makanan Ternak. Tahun 1988 Jurusan Peternakan FKHP di integrasikan ke Fakultas Pertanian Unsyiah, menjadi Jurusan Peternakan.
Sebagai Staf Pengajar dan Peneliti di Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Unsyiah aktif mengajar di Program D3, S1, dan S2 Jurusan Peternakan. Disamping itu pernah diberi kepercayaan menjabat Kepala Laboratorium Ilmu dan Teknologi Makanan Ternak pada tahun 2006-2011, selanjutnya tahun 2011 sampai tahun 2015 menjabat sebagai Kepala Laboratorium Ilmu dan Teknologi Produksi Ternak Potong.
200
Disamping mengajar dan meneliti, aktif juga menulis Buku dan Publikasi di Journal Ilmiah serta memberikan pelatihan dan Short Course tentang Makanan Ternak, Penggemukan Ternak dan Produksi Ternak Ruminansia pada kelompok peternak dan sekolah Vocational. Selanjutnya juga menjadi Tenaga Ahli dan Konsultan pada Dinas Peternakan maupun Perusahaan Feedlot Sapi Potong di Banda Aceh.
201
Romano
Romano lulus sebagai sarjana dari Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala pada tahun 1986, dan bergabung sebagai
tenaga pengajar di Program Studi
Agribisnis, Fakultas Pertanian Unsyiah pada tahun 1987. Gelar Magister Pertanian beliau peroleh dari Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, pada tahun 1994
serta gelar Doktor dari Fakultas dan Universitas yang sama pada tahun 2004.
Beliau sangat aktif dalam melakukan penelitian dalam bidang agribisnis dan rantai pasok komoditi pertanian, serta memberi pelatihan kepada petani dan masyarakat mengenai ilmu praktis dan praktek agribisnis dalam kegiatan pertanian. Beliau beberapa kali diminta membantu Pemda melalui Dinas Pertanian, dan Tanaman Pangan sebagai tenaga ahli yang bertugas memberikan masukan tentang implementasi dan kebijakan pembangunan pertanian tanaman pangan dan perkebunan.
202
Rama Herawati
Penulis menyelesaikan Sarjana (S-1) di Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, di bidang Ilmu Tanah tahun 1992; menyelesaikan Master (S-2) di Prodi Konservasi Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala tahun 2015.
Penulis aktif dalam kegiatan-kegiatan kesadaran lingkungan, khususnya untuk pengelolaan sampah. Sejak tahun 2010 hingga saat ini memprakarsai Pengelolaan Sampah Berbasis Rumah Tangga (PESAT) dan pendirian Bank Sampah di Gampong Blang Krueng, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar. Mendukung, melatih dan mengawal kesadaran pengelolaan sampah di sejumlah lembaga pendidikan mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA, serta berbagi pengalaman pengelolaan sampah melalui Badan Usaha Milik Gampong (BUMG) dengan komunitas dari sejumlah gampong yang berada di Aceh. Penulis juga aktif sebagai anggota komunitas “Zero Waste
Aceh’. Komunitas yang peduli dan aktif mewujudkan Aceh
bebas sampah, khususnya pengelolaan sampah di Aceh. Anggota ZWA berasal dari aktivis lingkungan, akademisi, profesional, mahasiswa bahkan ibu rumah tangga.
203
Arif Habibal Umam
Arif Habibal Umam lahir pada tanggal 6 Agustus 1988 di Krueng Ceh Seunagan. Ia Menamatkan S1 di Fakultas Biologi
Universitas Gadjah Mada (UGM),
Yogyakarta pada tahun 2010 dengan konsentrasi keilmuan bidang Ekologi. Penulis melanjutkan jenjang S2 di Technische Universität Berlin, Jerman dan berhasil meraih gelar M.Sc di bidang Perencanaan Lingkungan pada tahun 2016.
Arif Habibal Umam merupakan dosen dan peneliti di Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Sejak 2016. Selain itu ia merupakan Wakil Kepala Pusat Riset Perubahan Iklim Aceh (PRPIA) Universitas Syiah Kuala (2017-2019). Ia juga aktif terlibat dalam berbagai organisasi seperti Yayasan Batee Puteh, Aceh Barat, Perhimpunan Biologi Indonesia (PBI), dan Perhimpunan Alumni Jerman Aceh (PAJ).
YAYASAN LEUSER INTERNASIONAL
Dicetak oleh :
Percetakan & Penerbit SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS