• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ikut SNMPTN, Hati-hati dalam Memilih Prodi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ikut SNMPTN, Hati-hati dalam Memilih Prodi"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Ikut SNMPTN, Hati-hati dalam

Memilih Prodi

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga, melalui Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat (PIH) kembali menerima kunjungan dari siswa-siswi SMA. Kunjungan kali ini datang dari SMAN 1 Sukagumiwang Indramayu, Jawa Barat. Kunjungan sekolah yang diterima di Aula Kahuripan tersebut, diapresiasi dengan baik oleh Amiadi selaku ketua rombongan. Selain memberikan kesan yang baik terhadap UNAIR, ia juga menyampaiakn beberapa hal, utamanya tujuan kunjungan yang dilakukan bersama 208 siswa dan 12 guru pendamping tersebut. Saat memberikan sambutan, ia berharap kepada anak didiknya agar terpacu untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi.

“Meski dari Jawa Barat, saya persilahkan anak didik semua untuk memilih kampus dimanapun yang kalian inginkan, termasuk di UNAIR ini,” jelasnya.

Setelah beragam informasi seputar UNAIR disampaikan oleh perwakilan PIH, Drs. Adri Supardi, MS. mewakili Pusat Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB) UNAIR, mengimbau kepada seluruh siswa untuk berhati-hati dalam memilih program studi. Pasalnya banyak calon peserta yang gagal karena salah dalam memilih program studi.

“Bagaimana cara memilih prodi? Ingat, pertama harus yang kalian minati, selain itu perhatikan daya tampung serta peminatnya, lalu sesuaikan prodi yang kalian pilih sesuai dengan kemampuan, dan yang perlu diperhatikan keketatan harus jadi fokus,” jelasnya.

Di tahun 2015 saja, tercatat hampir semua program studi di UNAIR keketatannya dibawah 10%, bahkan prodi Pendidikan Bidan, Ilmu Gizi, dan Ilmu Komunikasi keketannya sampai di bawah angka 3%.

(2)

“Arti keketatan 3%, itu jika ada 100 pendaftar ya hanya 3 yang diterima, di prodi Ilmu Gizi keketatan 1,66%, itu kan dari 100 pendaftar bisa dikatan 2 yang diterima,” imbuhnya.

Meski daya saing program studi di UNAIR sangat ketat, Dadi Juhaedi salah satu siswa SMAN 1 Sukagumiwang merasa yakin kelak bisa masuk UNAIR, meski ada bayang-bayang ketakutan siswa yang juga ketua OSIS tersebut tetap optimis.

“Ya meski rasa takut ada setelah melihat daya saing di UNAIR ini, saya jadi semakin semangat untuk giat belajar dan optimis dua tahun lagi bisa nembus UNAIR,” pungkas siswa yang ingin masuk prodi Ekonomi Islam tersebut. (*)

Penulis: Nuri Hermawan

Di Era Digital, Belajar Tak

Harus di Ruang Kelas

UNAIR News – Dewasa ini, perkembangan arus informasi dan komunikasi berkembang begitu pesat. Setiap orang dapat mengonsumsi informasi tanpa terbatas ruang dan waktu. Ruang pendidikan pun tak kalah turut bertransformasi. Di zaman digital ini, proses belajar yang sedianya secara formal dilakukan di dalam kelas, kini bisa dilakukan dimana-mana, dan dengan cara yang beragam rupa.

Fenomena inilah yang melatarbelakangi ruangguru.com, penyedia

platform di bidang pendidikan yang didukung oleh Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan tagline “Belajar Apapun dari

Siapapun”, diharapkan agar flatform ini dapat membantu

jalannya pendidikan sebagai layanan negara yang diberikan untuk masyarakat.

(3)

“Ruangguru.com ini merupakan penyedia layanan pendidikan berbasis teknologi yang memungkinkan akses murid kepada tutor dan konten pendidikan berkualitas. Perusahaan pengembang teknologi pendidikan yang berfokus mengembangkan platform untuk membantu proses pendidikan,” tutur Yudha.

Ruangguru.com merupakan sekolah berbasis internet yang telah dilaunching sejak April 2014 silam. Uniknya, ruangguru.com menyediakan ribuan jenis soal untuk SD, SMP, hingga SMA yang dapat dimanfaatkan untuk mempersiapkan diri menuju ujian nasional, ujian olimpiade, ujian tes bahasa inggris, dan ujian lainnya. Materi yang disusun berdasarkan tema dan topik, sehingga memudahkan pencarian.

Platform ini juga dapat mengeluarkan data analisis yang dapat

melihat bidang kelemahan siswa. Sehingga, didapatkan pemetaan yang jelas tentang kemampuan siswa, bidang apa yang lemah dan perlu pelajari lagi. Hal ini memungkinkan efisiensi waktu. Siswa tak harus mengulang soal-soal yang ia telah mampu lali dengan baik. Jika analisis data ini diterapkan untuk seluruh siswa dalam satu wilayah misalnya, hasil analisis bisa menjadi bahan evaluasi bagi pengambilan kebijakan.

Ruangguru.com merupakan fasilitas dari pemerintah yang dapat diakses secara cuma-cuma. Dengan jumlah staf mencapai 50-70 orang, dalam kurun waktu sekitar dua tahun, platform ini terus melakukan pengembangan dan perbaikan. Menurut Prama Yudha Amdan, selaku Government Relation Lead, platform ini dalam waktu dekat juga akan menyediakan layanan konsultasi online 24 jam.

Kedatangan Yudha ke Universitas Airlangga pada Selasa (8/3) dengan menemui Ketua Pusat Informasi dan Humas UNAIR, Drs. Suko Widodo, M.Si., adalah untuk melakukan penjajakan kerjasama antara ruangguru.com dengan UNAIR.

Mengenai kemungkinan kerjasama ini, Suko masih akan mempelajari ulang kemungkinan kerjasama yang dapat dijalin

(4)

antara ruangguru.com dengan UNAIR. Mengingat, ruangguru.com merupakan platform yang bergerak dibidang keguruan dan pendidikan, sedangkan UNAIR tidak memiliki basis keilmuan di bidang itu.

Namun, Suko tak menolak jika ada kemungkinan kerjasama yang dapat dijalin. Seperti yang dipaparkan oleh Yudha misalnya, UNAIR dapat menjalin kerjasama terkait penyediaan konten dan rekomendasi mahasiswa magang dari keilmuan di bidang teknologi informasi untuk ditempatkan di ruangguru.com. (*)

Penulis : Binti Q. Masruroh Editor: Nuri Hermawan

Video Conference, Komunikasi

Kekinian Ala FKG

UNAIR NEWS – FKG UNAIR tak pernah henti berinovasi. Misalnya, saat sejak 2011 lalu, fakultas yang berlokasi di kampus A ini menggunakan mekanisme video conference untuk berkomunikasi dan berdiskusi mengenai program kerjasama dengan kampus luar negeri. Tak hanya itu, terdapat pula kuliah bersama sekaligus dengan empat universitas di empat negara berbeda, Jepang, Kamboja, Vietnam dan Indonesia.

Video conference juga digunakan untuk menjembatani ketiadaan dosen FKG secara fisik di fakultas. Kuliah secara E-learning telah dilaksanakan oleh dosen ilmu faal, Aqsa Syuhada, drg., M.Kes, yang saat ini sedang menjalani training selama satu bulan di Kyusyu University, Jepang.

Tidak berhenti sampai di situ saja, kegiatan video conference juga dilaksanakan untuk acara penutupan student exchange

(5)

selama 6 bulan di Hiroshima University dan wawancara 2 dosen muda FKG yang akan berangkat study program doktoral si Tohoku University, Jepang.

Video conference menjadi sesuatu yang sangat berguna bagi FKG untuk membuka jalinan komunikasi dengan universitas di luar negeri. Sehingga, percepatan UNAIR menuju WCU menjadi sesuatu yang lebih mudah untuk diraih. (*)

Penulis: Humas FKG Editor: Rio F. Rachman

Atasi Problem Kesehatan,

Mahasiswa

Keperawatan

Mengabdi ke Masyarakat

UNAIR NEWS – Sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi, para mahasiswa program studi Profesi Pendidikan Ners, Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga melakukan pengabdian masyarakat pada warga di wilayah Kecamatan Mulyorejo. Kegiatan pengabdian itu diikuti oleh 55 mahasiswa dan dilakukan selama tujuh minggu.

Para mahasiswa peserta pengabdian masyarakat ini dilepas oleh pimpinan Fakultas Keperawatan yang diwakili oleh Setho Hadisuyatmana, S.Kep., Ns., M.NS, selaku penanggung jawab program profesi Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga FKep UNAIR, pada Senin (7/3). Peserta diterima oleh Camat Mulyorejo, Drs. H. M. Syafik, M.Si, dan Kepala Puskesmas Mulyorejo, dr. Riana Restuti.

(6)

keperawatan komunitas. Bagaimana mereka menjalankan program promosi kesehatan sebagaimana rekomendasi dari World Health Organization (WHO), yaitu kebijakan publik yang berorientasi pada kesehatan, pemberdayaan individu, pergerakan komunitas, penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan, dan reorientasi dari layanan kesehatan,” tutur Setho.

Selama tujuh minggu ke depan, para mahasiswa akan terjun langsung ke warga di tiga RW di Kecamatan Mulyrejo. Pada minggu-minggu awal, mahasiswa akan melakukan pengkajian awal, observasi lingkungan, dan juga wawancara dengan masyarakat, termasuk tokoh setempat. Mereka juga akan mengadakan mini lokakarya yang digelar bersama dengan masyarakat sekitar. Pada lokakarya tersebut, akan ada dialog antarmahasiswa dengan masyarakat untuk merumuskan dan menguraikan problem secara bersama-sama.

Praktik profesi mahasiswa keperawatan telah rutin dilaksanakan setiap tahun. Pada tahun 2016, praktik profesi ini difokuskan untuk memberantas penyakit yang ada di masyarakat.

“Tahun ini kita mulai fokus ke pengendalian penyakit yang ditularkan melalui hewan perantara, penyakit degeneratif (stroke, diabetes mellitus, dan hipertensi). Namun, ini jugabergantung dari laporan, praktik, serta situasi dan kondisi masyarakat sasaran,” tutur Setho.

Menanggapi kegiatan praktik profesi mahasiswa Keperawatan UNAIR, Camat Mulyorejo berharap agar para mahasiswa bisa membantu program kerja kecamatan, khususnya di bidang kesehatan. Syafik meminta kepada para mahasiswa untuk memberikan sosialisasi tentang pentingnya menjaga kesehatan, pemberantasan sarang nyamuk, diare, kesehatan ibu hamil, perbaikan gizi, dan profesi keperawatan.

Kepala Puskesmas Mulyorejo, Riana, memiliki harapan serupa. Ia berharap agar mahasiswa mampu bekerjasama dengan tim, dan berbaur dengan masyarakat mengentaskan masalah kesehatan yang

(7)

dihadapi.

Setelah kegiatan praktik profesi berakhir pada minggu ketujuh, laporan praktik mahasiswa akan disampaikan ke Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Surabaya. Laporan tersebut akan menjadi bahan evaluasi untuk mengambil kebijakan selanjutnya di bidang kesehatan masyarakat.

Pada hari Selasa (8/3), sekitar 30 dari 55 mahasiswa profesi Keperawatan UNAIR turut membantu pelaksanaan pekan imunisasi nasional (PIN) Polio di Kecamatan Mulyorejo. Mereka diterjunkan untuk membantu pelaksanaan PIN di seluruh taman kanak-kanak dan posyandu di sekitar Mulyorejo. (*)

Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S

Menyaksikan Kebesaran Tuhan

dari Nuruzzaman

UNAIR NEWS – Hari masih gelap. Matahari belum beranjak dari peraduannya. Azan subuh dari Masjid Nuruzzaman pun juga belum dikumandangkan. Segerombolan anak muda nampak sedang berusaha masuk ke Nuruzzaman dari gerbang utama Kampus B. Belum nampak tanda-tanda gerbang utama dari arah Jalan Airlangga tersebut akan dibuka, mereka lantas memutar kendaraannya menuju gerbang samping dari arah Jalan Dharmawangsa. Mereka kemudian berhasil masuk ke Kampus B melewati Fakultas Hukum sebelum akhirnya memarkir kendaraannya bersama puluhan kendaraan lain yang sudah terparkir rapi di samping Nuruzzaman.

Meski masih pagi buta, mereka nampak bersemangat. Wajar, sebab rabu (9/3) memang hari istimewa. Fenomena gerhana matahari

(8)

yang tidak sering dijumpai akan dapat disaksikan dari beberapa daerah di Indonesia termasuk Surabaya. Meskipun warga Surabaya hanya dapat menyaksikan gerhana matahari sebagian, antusiasme menyaksikan salah satu tanda kebesaran Tuhan ini tidak lantas berkurang. Di Masjid Nuruzzaman, beberapa anak muda tadi ingin turut merenungkan kebesaran Tuhan. Jamaah Nuruzzaman memang mengadakan kajian keislaman sebelum kemudian menggelar shalat

kusuf atau shalat gerhana matahari.

Setelah shalat subuh bersama, para jamaah kemudian mendengarkan kajian yang diisi oleh Ustadz Ali Misbahul Munir.

Ustadz Ali mengingatkan jamaah untuk menjadi insan yang

senantiasa melakukan tafakkur, tadabbur, dan tadzakkur. Insan yang senantiasa memikirkan, mencermati, dan mengingat tanda-tanda kebesaran Tuhan.

Jamaah yang mulanya hanya terdiri dari beberapa baris jamaah shalat subuh semakin lama semakin bertambah. Aula utama Nuruzzaman pun semakin penuh sesak hingga para jamaah yang baru datang pun kemudian menempati teras-teras masjid. Dalam kesempatan tersebut, Ustadz Ali memuji antusiasme para jamaah untuk mengikuti shalat gerhana sebagai bagian dari semangat mereka dalam menghidupkan sunnah nabi.

“Di akhirat kita tentu ingin dikenali sebagai umat Nabi Muhammad. Barangsiapa yang menghidupkan sunnah-sunnah Nabi, ia kelak akan dikenali oleh Nabi. Shalat gerhana ini adalah bagian dari menghidupkan sunnah itu,” ujarnya di hadapan ratusan jamaah yang hadir.

Menjelang masuk waktu terjadinya gerhana, jumlah jamaah yang hadir justru semakin bertambah. Mahasiswa dan masyarakat umum berkumpul bersama tanpa sekat. Tanpa azan, lafaz ‘asshalatu

jamiah’ kemudian membangunkan para jamaah dari duduknya untuk

turut melaksanakan shalat gerhana bersama.

Dua rakaat, empat ruku’. Shalat gerhana di Nuruzzaman dilaksanakan dengan penuh kekusyukan. Kalam-kalam suci Ilahi

(9)

yang dibacakan dalam shalat tersebut begitu syahdu hingga membuat beberapa jamaah terisak tak kuasa menahan tangis. Sejenak jiwa mereka dibawa terbang kepada Yang Maha Tinggi. Dua khotbah yang berisi nasihat-nasihat untuk semakin meningkatkan takwa menyempurnakan ritual dalam rangka merenungi kebesaran Tuhan itu.

Usai shalat gerhana, banyak diantara para jamaah kemudian menikmati pagi di teras Nuruzzaman sambil berusaha menyaksikan sisa-sisa gerhana dengan kacamata ND5 yang dibawanya. Beberapa nampak bergantian menggunakan kacamata yang mampu melindungi mata dari bahaya menatap matahari secara langsung tersebut. Ucapan-ucapan yang mengangungkan Tuhan terdengar dari beberapa orang usai menyaksikan fenomena alam langka tersebut.

“Tidak menyangka yang datang akan sebanyak ini,” celetuk Bagus Wilar, mahasiswa FEB UNAIR yang hadir mengikuti shalat gerhana di Nuruzzaman. Ia mengaku senang memiliki kesempatan untuk menyaksikan tanda kebesaran Tuhan tersebut bersama banyak orang di Nuruzzaman.

Gerhana matahari total sendiri diperkiran akan dapat disaksikan kembali di Indonesia pada 20 April 2042 dan 12 September 2053. Namun demikian, wilayah Indonesia juga akan dilintasi oleh gerhana matahari cincin dan total secara bersamaan pada 20 April 2023 dan 25 November 2049. (*)

Penulis : Yeano Andhika

(10)

Radio UNAIR

RADIO UNAIR – Ada suatu tradisi unik yang diterapkan oleh manajemen Radio UNAIR. Kepada setiap tamu (guest) yang hadir ke radio yang studio redaksinya terletak di Gedung Student Center (SC) kampus C UNAIR ini, diminta untuk menuliskan testimoninya dan kemudian ditempelkan di sebuah papan yang disediakan pada dinding studio. Jadilah mirip majalah dinding yang penuh dengan ratusan tempelan tulisan testimoni.

”Kepada setiap tamu yang datang ke studio yang kami undang untuk siaran, talk show, atau kepentingan lain, kita sodori kertas untuk menuliskan kesan-kesannya tentang radio ini. Dari membaca komentar mereka kami mendapat input yang berguna,” kata Bang Idoy, Koordinator Radio UNAIR yang bernama lengkap Yudira Pasada Lubis.

Papan testimoni itu sangat menyita perhatian siapapun yang berada di ruang tamu itu. Dari luar, letaknya persis di sebelah kanan pintu studi siaran. Disitu tertempel kertas warna-warni penuh dengan berbagai tulisan tentang Radio UNAIR.

(11)

(Foto: Arya Rifky Pratama)

Kata Bang Idoy, kebiasaan itu dilakukan sejak radio ini mengudara tahun 2013 sampai sekarang. Dari berbagai tulisan itu diketahui sejauh mana kinerja Radio UNAIR dalam memenuhi tugasnya sebagai produk informasi yang dibangun oleh Pusat Informasi dan Humas (PIH) Universitas Airlangga ini.

Kendati masih bersiaran sebagai radio streaming, namun produk informasi yang dikemas sangat informatif seputar dunia kampus dan anak muda, sehingga tamu yang diundang pun meliputi para pakar, dosen/Guru Besar, mahasiswa, perwakilan organisasi kampus, bahkan juga masyarakat umum.

Berdasarkan komentar-komentar yang terpampang di “mading” Radio UNAIR tersebut, rata-rata tamu memberikan apresiasi terhadap radio. Rata-rata komentar/tanggapannya positif terhadap siaran radio, rubrikasi, dan produk informasi lainnya. Dengan input tersebut manajemen radio ini terus berbenah menuju yang berkualitas untuk universitas.

“Asik. Seru, Confort and Humble. Bener-bener edutainment J Semoga makin hits Radio UNAIR jaya terus di udara,” tulis seorang wakil C-radio-FEB UNAIR saat berkunjung.

Komentar lainnya: “Radio UNAIR satu kata crew-nya ramah-ramah dan coey banget. Semoga kedepannya tambah rame dan jaya tetap istiqomah. Salut!,” tulis Muhsin Budi, seorang mahasiswa. (*) Penulis : Arya Rifqi Pratama

(12)

Tingkatkan Cakupan Imunisasi

di Indonesia

UNAIR NEWS – Pada tanggal 8-15 Maret 2016, pemerintah melaksanakan program Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio di seluruh wilayah di Indonesia. Imunisasi Polio Oral (OPV), atau yang dikenal dengan imunisasi polio tetes, diberikan kepada anak dengan usia 0-59 bulan.

Pemberian imunisasi polio oral kepada anak dilakukan tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya. Artinya, setiap anak harus mendapatkan imunisasi polio oral pada PIN 2016 meskipun sebelumnya pernah mendapatkan jenis imunisasi yang sama. PIN Polio ini dilakukan sebagai upaya memberantas polio di Indonesia dan merupakan bagian dari program global untuk mewujudkan dunia bebas polio. Walau demikian, Indonesia telah dinyatakan bebas polio yang diberikan oleh World Health Organization (WHO) pada tanggal 21 Maret 2014 lalu.

Berdasarkan data yang dilansir oleh Kementerian Kesehatan RI, cakupa Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) masih mencapai angka 86,8% pada April 2015. Sedangkan pada tahun 2019, Kemenkes menargetkan cakupa imunisasi perlu ditingkatkan hingga mencapai target 93%. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih ada kelompok masyarakat yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan.

(13)

Arief Hargono, drg., M.Kes, bersama dengan perwakilan UNICEF, Armunanto, sedang berdiskusi seputar imunisasi di FKM UNAIR. (Fotografer: Rekha Finazis)

“Kelompok inilah yang perlu terus diupayakan untuk dijangkau melalui peningkatan cakupan imunisasi. Jika jumlah kelompok ini masih banyak dapat menjadi potensi penularan penyakit terutama PD3I (penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi). Oleh sebab itu, kualitas program imunisasi seperti manajemen vaksin, cakupan hingga pencatatan dan pelaporan imunisasi perlu terus ditingkatkan,” ujar Arief Hargono, drg., M.Kes., selaku pengajar pada Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga.

Secara umum, program imunisasi secara umum memiliki beberapa permasalahan. Pertama, masih ada kelompok masyarakat yang menolak, dan belum terjangkau program imunisasi. Kelompok ini disebut sebagai high risk communities. Masyarakat yang tergolong dalam kelompok ini adalah mereka yang bekerja di

(14)

sektor informal, dan mereka yang hidup secara nomaden.

Kedua, rendahnya pengetahuan petugas kesehatan tentang kontraindikasi vaksin, ketersediaan vaksin dan kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI). Kondisi inilah yang disebut missed

opportunity atau hilangnya kesempatan untuk mendapatkan

imunisasi.

Bagaimana untuk mengakselerasi tingkat cakupan imunisasi? UNAIR pernah bekerjasama dengan UNICEF untuk melakukan akselerasi program imunisasi di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2015. “Kegiatannya berupa pengembangan media promosi kesehatan untuk imunisasi, capacity building, monitoring dan evaluasi program, pengembangan policy brief program imunisasi hingga advokasi,” tutur Arief seraya berharap kerjasama itu bisa dilanjutkan sampai tahun 2020. (*)

Penulis: Rekha Finazis Editor: Defrina Sukma S

Warek IV UNAIR Junaidi

Khotib,

Siap

Kawal

“University Holding”

UNAIR NEWS – Wakil Rektor IV Universitas Airlangga, Junaidi Khotib, S.Si, Apt., M.Kes, Ph.D, adalah salah satu putera terbaik UNAIR. Ia memulai mengabdikan diri sebagai dosen di almamaternya sejak 1995, tepat setelah lulus pendidikan profesi apoteker. Lulusan terbaik S1 Fakultas Farmasi (FF) UNAIR tahun 1993 ini mengajar sambil juga berkuliah S2 di Fakultas Kedokteran UNAIR pada program studi Biokimia.

(15)

Kecintaannya pada Ilmu Farmasi membuatnya ingin terus dan terus belajar. Ia mengambil program PhD di Hoshi University, Tokyo tahun 2001-2004. Disanalah ia merasa bisa belajar sepuasnya. Fasilitas yang lengkap, laboratorium dan perpustakaan buka 24 jam. Jadi kecintaannya pada ilmu pengetahuan mengantarkannya mendapatkan kesempatan belajar pada jenjang yang lebih tinggi, yaitu Post Doctoral di universitas yang sama tahun 2004-2005.

Hasrat untuk mengajar yang dimilikinya rupanya mampu mengantarkannya menjadi dosen berprestasi UNAIR tahun 2009 dan finalis dosen berpretasi tingkat nasional tahun yang sama. Selain itu sejak tahun 2005 Junaidi menjadi dosen tamu di International Islamic University Malaysia.

Sebelum ditunjuk sebagai Wakil Rektor bidang Jejaring Alumni dan Bisnis, pria kelahiran Jombang 22 Oktober 1970 ini menjadi Wakil Dekan II Fakultas Farmasi (2010-2015). Karena bidang yang diamanahkan padanya terbilang baru, ia mengaku pada awal-awalnya merasa belum memiliki gambaran yang utuh tentang bidang IV tersebut. Karena itu sebelum menjawab tawaran Rektor, ia berkontemplasi pada dirinya sendiri terlebih dahulu.

“Mampukah saya? Apakah ini baik untuk saya, institusi saya, dan masyarakat? Saya terus bertanya dan meminta petunjuk-NYA. Sampai akhirnya saya pada keputusan untuk menerima. Pertimbangan saya, karena sudah punya pengalaman sebagai wakil dekan. Selain tetap mengajar dan mengembangkan keilmuwan, saya juga belajar mengelola personil, sumber daya, dan waktu,” papar Junaidi.

Setelah memiliki gambaran yang utuh tentang tugasnya sebagai wakil rektor, ia segera menyusun rencana strategis untuk memajukan bidangnya, yaitu alumni dan university holding.

Jejaring Alumni

(16)

hal yang akan dilaksanakan yaitu memperbarui data base alumni, membuat profil alumni, pengembangan Airlangga Connection, dan memperluas kerjasama.

Kepala Laboratorium Studi Bioekuivalensi Fakultas Farmasi UNAIR tahun 2008-2013 ini mengatakan bahwa data base alumni perlu dikembangkan menggunakan data dari ketika mereka baru saja lulus. Pengembangannya akan bekerja sama dengan Direktorat Sistem Informasi UNAIR untuk menyediakan web khusus alumni, sehingga citra alumni di masyarakat semakin baik. Apalagi banyak alumni UNAIR ini yang memiliki prestasi, posisi penting, dan kontribusi yang signifikan di masyarakat. Diantaranya Ignasius Jonan (Menhub), Khofifah Indar Parawansa (Mensos), Hatta Ali (Ketua MA), Muhammad Saleh (Hakim Agung), Soekarwo (Gubernur Jatim), Desra Percaya (Dubes RI di PBB), dsb.

“Masih ada masyarakat yang belum tahu bahwa mereka alumni UNAIR, bahkan sivitas UNAIR pun juga ada yang belum tahu. Untuk itulah dibutuhkan profil alumni yang utuh untuk ditampilkan di website nanti, maupun direlease ke media massa,” kata Junaidi.

Harapannya, ketika data base dan profil alumni tersebut terkelola lebih baik maka jejaring alumni akan baik pula, mengikuti. Kemudian dengan adanya Airlangga Connection maka akan bisa saling menghubungkan komunikasi antar-alumni.

“Saya bermimpi bisa seperti Harvard University dimana alumni bisa ngobrol secara langsung melalui websitenya. Dari situ bisa dikomunikasikan banyak hal,” tambah Junaidi, dimana universitas juga telah memberikan fasilitas berupa email official bagi setiap mahasiswa yang bisa digunakan selamanya. Sehingga dimanapun mereka nanti berada, komunikasi dengan almamaternya bisa tetap berjalan.

Bisnis Universitas

(17)

rata-rata sudah memiliki sumber penghasilan sendiri. Mereka tidak bergantung pada penerimaan uang mahasiswa dan subsidi pemerintah. Upaya untuk mandiri secara financial itu di UNAIR sudah dipetakan dan dirancang dalam suatu strategi yang dikemas ke dalam Satuan Usaha Akademik (SUA).

Sebagai salah satu perguruan tinggi yang diunggulkan pemerintah untuk bisa menembus ranking 500 besar perguruan tinggi kelas dunia pada tahun 2019, dalam suatu rapat kerja sudah dibuat target-target kedepan, termasuk target finansial tersebut. Diantaranya, mulai tahun ini UNAIR ingin menaikkan

head count cost mahasiswa sebesar Rp 40 juta/tahun/mahasiswa.

Selain itu juga beberapa langkah untuk meningkatkan pendapatan universitas, diantaranya dengan hilirisasi produk hasil penelitian, mengembangkan SUA dan satuan usaha komersial (SUK).

“Yang perlu dicatat, meningkatkan pendapatan universitas itu bukan dari mahasiswa, tetapi dari sumber yang lain,” terang Junaidi.

Hilirisasi penelitian perlu ditindaklanjuti. Sebab selama ini banyak hasil penelitian yang berhenti di meja lab saja, padahal penelitian di UNAIR banyak yang potensial untuk diaplikasikan ke masyarakat. Seed vaccine (bakal vaksin) avian influenza dan seed vaccine HIV, produk-produk kit diagnostic adalah diantara hasil penelitian yang potensial untuk ditindaklanjuti. Kendala yang selama ini menghadang akan segera diatasi.

“Kami rencanakan ada unit usaha Airlangga Bioproduc yang tugasnya mencarikan produsen bagi hasil penelitian di UNAIR, karena kita belum memungkinkan untuk memiliki unit produksi sendiri. Selain itu untuk mendirikan perusahaan maka produknya harus spesifik dan lain sebagainya. Jadi langkah termudah adalah mencari pihak ketiga dan UNAIR memperoleh royalti,” papar Warek IV UNAIR itu.

(18)

Fasilitas yang dimiliki seperti gedung Airlangga Convention Center (ACC) dan rumah tamu juga bisa dikomersialkan. SUK seperti Pusat Bahasa (di FIB), Pusat Layanan Psikologi (Fak. Psikologi), Pusat Layanan Pengujian dan Penelitian (Fak Farmasi), Rumah Sakit UNAIR, Rumah Sakit Gigi dan Mulut, serta Rumah Sakit Hewan juga akan terus dikembangkan. Kemudian SUK UNAIR seperti PT Dharma Putra Airlangga yang selama ini bergerak di bidang persewaan alat-alat berat dan transportasi, juga akan terus dikembangkan pada diversifikasi usaha yang lain. (*)

Penulis : Inda Karsunawati Editor : Bambang Bes

Warek III UNAIR M. Amin

Alamsjah, Jadi Guru karena

Ingin Cetak Pemimpin

UNAIR NEWS – Bagi Prof. Mochammad Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D, Ir., M.Si., Ph.D., menjadi guru merupakan pilihan terbaik karena bisa memberi manfaat bagi orang lain. Dengan menjadi guru ia dapat menularkan ilmu yang dimiliki kepada anak didiknya: orang lain, sehingga bisa membantu mencetak generasi masa depan untuk mampu menjadi pemimpin bangsa Indonesia di kancah dunia.

Cita-citanya terpenuhi, setelah menjadi dosen, kini ia menerima amanah sebagai Wakil Rektor III Universitas Airlangga. Anak tertua dari enam bersaudara kelahiran 16 Januari 1970 ini mengaku sejak kecil sudah rajin mengaji yang dibimbing kedua eyangnya. Kedisiplinan pun ditanamkan padanya sejak dini. Sebelum adzan Subuh, Amin kecil sudah dibangunkan

(19)

oleh embah putrinya untuk segera bersiap salat Subuh di langgar. Selesai salat Amin mengaji Alquran bersama adik-adiknya: empat laki-laki dan seorang perempuan.

”Saya ingat betul bagaimana nenek selalu mendengarkan dengan saksama ketika kami sedang mengaji,” kata Prof. Moch. Amin Alamsyah. Kemudian semasa SMA setiap sore meluangkan waktu untuk membaca buku di sebuah toko buku di Kota Surabaya. Disitu ia sempat memikirkan masa depannya bahwa tak ingin pendidikannya terhenti pada SMA, sebab sebagai anak sulung ia punya motivasi untuk menjadi contoh yang baik bagi adik-adiknya. Karena itu ia terpikir untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

Pilihannya pada jurusan perikanan. Pilihan itu terilhami setelah melihat kondisi tambak milik orangtuanya yang tidak memberi hasil optimal. Ia diterima di jurusan perikanan di Universitas Brawijaya. Cita-citanya saat itu untuk menjadi seorang petambak dan memberdayakan tambak milik kakeknya, sudah terbayang. Karena itu setelah lulus menjadi sarjana perikanan, Ir. Amin Alamsyah mencari pengalaman dengan bekerja sebagai pegawai tambak di Situbondo. Tetapi karena lingkungannya tidak mendukung, ia keluar dan bersinisiatif mencari pekerjaan baru yang dapat memberikan manfaat langsung bagi orang lain. Saat itulah terlintas di benaknya untuk menjadi guru.

Untuk cita-citanya itu ia memasukkan lamaran pekerjaan sebagai guru/dosen ke beberapa perguruan tinggi, termasuk ke Universitas Airlangga. Selang beberapa waktu, ia menerima kabar bahwa lamarannya diterima di UNAIR. Resmilah Ir. Moch Amin Alamsyah sebagai dosen ke-13 pada prodi Budidaya Perairan Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR (saat itu Budidaya Perairan belum memisahkan diri menjadi Fakultas Perikanan dan Kelautan seperti sekarang – red).

Berada di lingkungan akademis membuatnya kian terpacu untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Ia

(20)

mengirimkan banyak lamaran ke lembaga penyandang beasiswa, tapi acapkali juga ditolak. Baru pada awal tahun 2000 ia melanjutkan studi Master di salah satu PTN di Malang. Tetapi impiannya untuk bisa studi S2 di Jepang masih terus terngiang. Berbekal surat rekomendasi dari seorang profesor di UNAIR, akhirnya Amin menerima beasiswa penelitian di Universitas Nagoya, Jepang. Di “Negeri Matahari Terbit” itulah ia belajar sambil penelitian di bidang biologi reproduksi. Lalu melakukan penelitian tentang berbagai bisa ular, mulai dari ular gurun sampai ular laut.

“Penelitian saya memperoleh apresiasi karena temuan satu protein yang berhasil menghambat perkembangan sel kanker dan alzheimer. Jadi ketika kembali lagi ke Malang untuk sidang tesis, saya lulus cumlaude dalam waktu 1,5 tahun,” kata Prof. Amin berkisah.

Berkat jejaring yang ia peroleh saat melakukan penelitian di Jepang, ia pun mendapat rekomendasi belajar pada jenjang Doktoral. Namun bidang yang didalami berbeda dengan studi S2-nya, yaitu ia diharuskan mengambil studi di bidang perikanan dan kelautan. Pilihannya ia memfokuskan studinya di bidang rumput laut di Nagasaki University, dan lulus Doktor tahun 2007 dengan predikat wisudawan terbaik. Yang menunjang predikatnya itu antara lain karena ia mampu mempublikasikan jurnal penelitian melebihi dari target yang ditetapkan.

”Waktu itu saya hanya ditarget satu sampai dua jurnal internasional, tetapi Profesor bilang selagi bisa meneliti dan publikasi, mengapa tidak dilakukan? Akhirnya saya bisa mempublikasikan lima paper internasional,” tutur penulis artikel “Algicidal Diterpenes from the Brown Alga Dictyota

dichotoma” yang terbit tahun 2006 itu.

Suatu saat, ia bertanya kepada seorang profesornya di Jepang. Apa yang bisa menjadikan Indonesia maju seperti Jepang? Profesor itu menjawab bahwa Indonesia kekurangan pemimpin yang bisa menjadi contoh bagi masyarakat. Karena itulah ia ingin

(21)

segera kembali ke tanah air dan menjadi guru untuk mencetak generasi muda menjadi pemimpin masa depan.

Mendorong Iklim Riset

Sekarang, dosen teladan II UNAIR tahun 2009 ini telah diberi a m a n a h s e b a g a i W a k i l R e k t o r I I I . D e n g a n t u g a s d a n tanggungjawabnya, ia akan mendorong publikasi penelitian di level internasional dan mengembangkan promosi dan branding. ”Tiga hari sebelum dilantik saya dipanggil Rektor dan diberitahu bahwa saya tidak boleh menolak permintaannya. Beliau hanya meminta saya membantu tugasnya. Lalu saat upacara 17 Agustus 2015 saya dikabari oleh Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan bahwa saya ditunjuk sebagai Wakil Rektor III,” kata Prof. Amin Alamsyah.

Di awal jabatannya, Guru Besar bidang Biologi Kelautan FPK UNAIR itu memetakan kekuatan dan kelemahan UNAIR. Guna menyongsong tantangan menuju World Class University, simpulnya, seluruh sivitas harus berkomitmen dan bersinergi untuk melangkah. Tantangan yang ada harus dikomunikasikan ke semua elemen, sehingga faktor penentu keberhasilan UNAIR adalah engagement (kesepakatan).

“Kita harus punya komitmen bahwa UNAIR adalah universitas yang

qualified. Komunikasi juga penting. Untuk itu, keinginan

pimpinan harus dipahami, diyakini, dan dikerjakan bersama,” katanya.

Guna memotivasi para peneliti, Prof Amin beserta unit kerja di bidangnya telah menyiapkan berbagai program. Tahun 2016 ini ia targetkan ada 307 artikel penelitian internasional yang terindeks Scopus. Karena itu kini terus memotivasi penelitian internasional melalui program riset mandat, joint research,

visiting professor, dan penghargaan terhadap pemilik hak

indeks. Pada program riset mandat tahun 2016, UNAIR akan memberikan anggaran Rp 250 juta kepada lima tim peneliti yang berhasil memublikasikan penelitiannya di jurnal internasional

(22)

terindeks Scopus.

Dalam mendorong publikasi penelitiannya juga harus didukung dengan kapabilitas dan jejaring kerjasama yang kuat. Dalam konteks WCU, UNAIR akan memberikan dukungan kepada para penelitinya untuk terus melakukan riset dan inovasi produk penelitian, baik melalui program kerjasama riset maupun produk akademik dan patent. Pusat-pusat riset akan didorong melalui jaringan kerjasama, baik dalam maupun luar negeri, sedang penguatannya didukung dengan diseminasi informasi yang baik mengenai penemuan-penemuan oleh key scientist.

“Hal itu akan meningkatkan jaringan kerjasama. Orang luar akan tahu bahwa UNAIR ada banyak penemuan baru dan bisa diajak bekerjasama,” tambah penulis jurnal berjudul “Eksplorasi

Rafinosa Biji Kapas sebagai Pengganti Formalin dalam Pengawetan Ikan” tahun 2013 itu.

Agar jejaring kerjasama lebih kuat maka setiap bidang keilmuan diwajibkan membuat konsorsium keilmuan dan membawa “bendera” UNAIR, baik di tingkat nasional dan internasional. Selain itu ia akan mendorong dosen-dosen muda untuk melanjutkan studi Doktoral di luar negeri. “Teman-teman mahasiswa juga harus berupaya bahwa dalam satu masa studinya harus memiliki kesempatan untuk bisa ke luar negeri, dalam program apa saja, apakah short course, AUN, workshop, atau exchange,” pesan Prof. Amin Alamsyah. (*)

Penulis : Defrina Sukma Satiti Editor : Bambang Bes

(23)

Lindungi Mata dari Gerhana

Matahari

UNAIR NEWS – Antusiasme menyelimuti jutaan orang di wilayah Asia Pasifik, termasuk Indonesia. Pasalnya, esok (9/3) sebagaimana diketahui gerhana matahari total maupun sebagian akan melintasi berbagai wilayah tersebut. Fenomena gerhana matahari sendiri terjadi ketika bulan tepat berada di antara bumi dan matahari sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya matahari.

Terkait dengan adanya fenomena alam ini, masyarakat diimbau untuk tidak menatap matahari tanpa menggunakan alat pelindung. Dokter spesialis mata di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RS UNAIR), M. Nurdin Zuhri, dr., Sp.M., RFP, menjelaskan risiko melihat dengan mata telanjang gerhana matahari tersebut.

“Ada dua macam risiko yang akan dialami seseorang (apabila menatap gerhana matahari secara langsung). Pertama, adalah terbakarnya kornea mata. Kedua, adalah terjadinya kerusakan pada makula (pusat penglihatan pada saraf mata),” ujarnya.

Dokter alumni Fakultas Kedokteran UNAIR tersebut juga menambahkan bahwa meskipun saat gerhana matahari terjadi keadaan bumi menjadi gelap, matahari tetap akan memancarkan sinar ultraviolet. Apabila seseorang melihat matahari tanpa mengenakan pelindung mata, sinar ultraviolet tersebut dapat mengakibatkan kornea mata terbakar.

Selain itu, efek sinar biru yang berasal dari cahaya matahari juga mengakibatkan kerusakan pada makula. Lebih lanjut, menurutnya masuknya sinar biru cahaya matahari ke makula tersebut dapat menyebabkan degenerasi pada saraf mata dan mengakibatkan kebutaan.

Untuk itu, dr. Nurdin menyarankan agar masyarakat yang hendak menyaksikan fenomena gerhana matahari esok hari untuk

(24)

mengenakan kacamata dengan filter ND5 (filter yang bisa mereduksi intensitas cahaya matahari). (*)

Penulis: Defrina Sukma S Editor: Yeano Andhika

Referensi

Dokumen terkait

Tenaga kerja subsektor Kehutanan, investasi Pemerintah sektor Kehutanan serta sektor Industri secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan

Amplitudo, frekuensi dan beda fasa kedua getaran harmonik yang saling bersuerposisi akan menentukan bentuk gambar lissajous yang diperoleh... Tombol - knop

menjadi arteriol %arteriarteri kecil& dan akhirnya menjadi apa yang disebut apillary bed %tempat pertukaran cairan dan nutrisi&. Kapilerkapiler bersatu membentuk vena

Penelitian lebih lanjut terkait dengan perilaku dari para user yang berhubungan dengan continuos reporting yang dapat dilakukan adalah untuk menjawab: (1)

Program Promosi Kesehatan di Puskesmas selain sebagai salah satu upaya kesehatan wajib (esensial), di butuhkan tenaga yang memiliki kompetensi dan kemampuan untuk mengelola promosi

Bahwa izin penyelenggaraan Kelompok Bermain Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) tersebut dapat diberikan dalam baths ketentuan hukum dan peraturan perundang — undangan yang

PENGARUH PENGGUNAAN HEEL RING TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN YANG TERPASANG TRAKSI SKELETAL DI RUANG RAWAT INAP BEDAH FLAMBOYAN INSTALASI RAWAT INAP BEDAH RSUD

Maka diperlukan solusi pemecahan yang tepat untuk masalah yang dihadapi oleh Batik Kabupaten Ngawi ini yaitu Perancangan motif batik tulis ikon Kabupaten Ngawi sebagai media