• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN PETA KONSEP BERBANTUAN MEDIA VISUAL NON PROYEKSI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS V SD GUGUS V ABIANSEMAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN PETA KONSEP BERBANTUAN MEDIA VISUAL NON PROYEKSI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS V SD GUGUS V ABIANSEMAL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN PETA KONSEP

BERBANTUAN MEDIA VISUAL NON PROYEKSI

TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS V

SD GUGUS V ABIANSEMAL

Ni Wyn. Pebri Jayanti

1

, I Ngh. Suadnyana

2

, I Wyn. Sujana

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

Email : pebri_bhiie@yahoo.com

1

, suadnyanainengah@gmail.com

2

,

wayan_sujana59@yahoo.com3 Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui strategi pembelajaran peta konsep berbantuan media visual non proyeksi dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus V Abiansemal Kabupaten Badung tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi exsperiment) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah

non-equivalen control group desain. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas V SD gugus V Abiansemal kabupaten Badung tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 159 siswa. Sampel diambil dengan teknik random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan non tes. Metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar IPA dan non tes berupa lembar obervasi untuk memperoleh data afektif siswa. Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar dalam pembelajaran IPA yang merupakan penggabungan nilai kognitif dengan nilai afektif. Data dianalisis dengan uji-t. Berdasarkan hasil uji-t didapat thitung = 6,471 dan ttabel dengan dk = 60 pada taraf signifikansi 5% = 2,000. Berdasarkan kriteria pengujian thitung > ttabel (6,471 > 2,000), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas V yang dibelajarkan melalui strategi pembelajaran peta konsep berbantuan media visual non proyeksi lebih besar dari siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional (78 > 70,3). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran peta konsep berbantuan media visual non proyeksi berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus V Abiansemal Kabupaten Badung tahun pelajaran 2013/2014.

Kata-kata kunci : Strategi pembelajaran peta konsep, media visual non proyeksi, hasil belajar IPA

Abstract

This study aims to determine significant differences of the science learning results between students that learned through the concept mapping learning strategy by visual media non projections with students who learned through conventional teaching of fifth grade in SD Gugus V Abiansemal Badung Regency of academic year 2013/2014. This study was a quasi exsperiment the study design used was a non-equivalent control group design. The population in this study were all students of fifth grade in SD Gugus V Abiansemal Badung Regency of academic year

(2)

2013/2014 as many as 159 students. Samples were taken with a random sampling technique. Data collection methods used in this study is the method of testing and test. Test methods used to obtain data on science learning results and non-test observation to obtain the data sheet affective student. The data collected the science learning results which is merging the value cognitive with affective value. Data were analyzed by t-test. Based on the results obtained tcount t-test = 6,471 and ttable with df = 60 at significance level of 5% = 2,000. Based on the testing criteria of tcount> ttable (6,471 > 2.000), then Ho is rejected and Ha accepted. Average science learning results fifth grade students that learned through concept mapping learning strategy by visual media non projections higher than students who learned through conventional learning (78 > 70.3). It can be concluded that the concept mapping learning strategy by visual media non projections take effect the science learning results of fifth grade in SD Gugus V Abiansemal Badung Regency of academic year 2013/2014.

Keywords : concept mapping learning strategy, visual media non projections, science learning results

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu faktor utama penentu kualitas bangsa. Pendidikan dipandang perlu sebagai suatu kebutuhan masyarakat. Dalam meningkatkan suatu kualitas pendidikan pemerintah telah mencanangkan kurikulum sebagai acuan pembelajaran yang berlaku di seluruh Indonesia. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (BSNP, 2011:12). Sejalan dengan pendapat tersebut Susanto (2013:167) menyatakan IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang dilakukan secara sistematis dan dengan menggunakan metode ilmiah.

Pembelajaran IPA memfokuskan pada pemberian pengalaman secara langsung dengan memanfaatkan dan menerapkan konsep, prinsip, fakta, dan

temuan. Dalam konteks ini, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan ilmiah untuk memahami perilaku dan gejala alam. Keterampian tersebut meliputi keterampilan mengamati dengan menggunakan semua indra, menggunakan semua alat dan bahan, merencanakan eksperimen, mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, melakukan percobaan, menyimpulkan, serta mengkomunikasikan temuan. Dengan pembelajaran tersebut diharapkan siswa memiliki pengetahuan dan mampu mendemonstrasikan pemahamannya mengenai konsep dan prinsip IPA untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Pendidikan IPA juga diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar dapat menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah.

IPA merupakan salah satu dari banyak jenis ilmu pengetahuan yang mempunyai tiga aspek, yaitu: sebagai produk, sebagai proses, dan sebagai sikap (Susanto, 2013:167). IPA sebagai produk dapat berupa pengetahuan IPA yang telah ditemukan di dalam buku-buku ajar, majalah-majalah ilmiah. IPA sebagai proses dapat diartikan dengan suatu kegiatan yang berlangsung

(3)

dengan cara khusus. Tujuan IPA adalah memahami alam semesta. IPA sebagai proses merujuk pada suatu aktivitas ilmiah yang dilakukan oleh para ahli IPA. Setiap aktivitas ilmiah mempunyai ciri rasional, kognitif, dan bertujuan. Aktivitas mencari ilmu memang menggunakan kemampuan pikiran untuk menalarkannya. Dalam melaksanakan aktivitas ilmiah yang merupakan kegiatan kognitif yang memiliki tujuan, yaitu mencari kebenaran. Aktivitas ilmiah semacam ini dipayungi oleh suatu kegiatan yang disebut penelitian. IPA sebagai sikap yaitu pengetahuan IPA diharapkan untuk menumbuhkan sikap ilmiah seperti seorang ilmuwan.

Pembelajaran IPA tidak terbatas hanya dipelajari di SD (sekolah dasar) melainkan dipelajari pula pada jenjang pendidikan tingkat menengah hingga perguruan tinggi. Pada setiap jenjang pendidikan dari SD sampai perguruan tinggi memiliki bobot pembelajaran yang berbeda. Ruang lingkup pembelajaran IPA di SD masih menekankan pada penanaman konsep dan praktik-praktik sederhana sehingga menunjang pembelajaran.

Pembelajaran IPA di sekolah dasar hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah. “Hal ini akan membantu siswa mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas fenomena alam berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir ilmiah” (Samatowa, 2011:2). Lebih lanjut juga disampaikan pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, (4)

mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam, (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (7) memperoleh bekal pengetahuan konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS. Agar tujuan tersebut dapat tercapai hendaknya seorang guru mampu membuat siswa

aktif membangun dan

mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya sehingga suasana belajar menjadi kondusif. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Winataputra (2007: 1.8) yang menyatakan belajar merupakan penambahan, perluasan, dan pendalaman pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan.

Namun pada kenyataannya, pembelajaran khususnya yang terjadi di lingkungan sekolah dasar masih bersifat konvensional yang dalam pelaksanaannya cenderung berpusat pada guru, guru dianggap sebagai gudang ilmu, guru lebih mendominasi kelas dengan kecenderungan lebih banyak metode ceramah oleh guru, sehingga gurulah yang aktif dan siswanya menjadi pasif selama proses pembelajaran. Selain itu, dalam penggunaan strategi, model, serta pendekatan dalam pembelajaran yang kurang variatif menyebabkan siswa menjadi kurang tertarik untuk aktif dalam pembelajaran, sehingga kemampuan siswa tidak bisa digali secara optimal yang dapat mengakibatkan hasil belajar yang rendah. Susanto (2013:165) menyatakan mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang selama ini dianggap sulit oleh sebagian besar siswa, mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah.

Berbagai langkah dan upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dalam hal ini khususnya mata

(4)

pelajaran IPA. Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah diantaranya, perubahan kurikulum, peningkatan kesejahteraan guru sebagai penghargaan kepada guru karena melaksanakan tugasnya dengan baik, perbaikan sarana dan prasarana sekolah, mengadakan sertifikasi untuk penjaminan mutu pembelajaran, pemberdayaan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), mengadakan seminar-seminar nasional bidang pendidikan, serta berbagai upaya lainnya. Selain itu, berbagai inovasi dalam penerapan strategi, model, maupun media pembelajaran juga telah dilakukan. Namun upaya-upaya tersebut belum sepenuhnya dapat mengatasi permasalahan pendidikan khususnya pada jenjang pendidikan sekolah dasar.

Kurikulum pendidikan yang ideal serta sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap harus diimbangi dengan

kemampuan guru dalam

mengimplementasikannya agar proses pembelajaran dapat bermakna bagi siswa, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam proses pembelajaran guru memegang peranan yang sangat penting untuk menciptakan suatu proses pembelajaran yang aktif dan interaktif. Tujuan pembelajaran akan tercapai apabila guru mampu mengemas sebuah pembelajaran yang menarik bagi siswa dengan menerapkan berbagai strategi, model atau metode pembelajaran yang bervariasi, sehingga dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran IPA, yaitu dengan memilih suatu strategi pembelajaran yang dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan (Djamarah dan Zaia, 2006:5). Terdapat berbagai jenis strategi pembelajaran, salah satunya strategi pembelajaran peta konsep.

Menurut Sutrisno, dkk. (2007:26) strategi pembelajaran peta konsep adalah strategi dalam pembelajaran dengan menggunakan gambar yang menunjukkan hubungan antara konsep yang ada dalam suatu cakupan pengetahuan tertentu. Selain itu, Zaini, dkk. (2008: 168) menyatakan bahwa strategi pembelajaran peta konsep adalah strategi yang meminta siswa mensintesis atau membuat suatu gambar atau diagram tertentu tentang konsep-konsep utama yang saling berhubungan yang ditandai dengan garis panah ditulis keterangan yang membunyikan bentuk hubungan-hubungan tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran peta konsep adalah strategi di dalam pembelajaran yang menggunakan suatu gambar atau diagram yang berisi konsep-konsep yang berkaitan di dalam pembelajaran dan dapat membuat siswa tidak jenuh untuk menghafal.

Dipilihnya strategi pembelajaran peta konsep agar siswa mudah memahami pelajaran IPA, karena dengan penerapan strategi peta konsep dapat membantu siswa membuat informasi abstrak menjadi konkret dan sangat bermanfaat dalam mengingat suatu konsep pembelajaran dan menunjukkan kepada siswa bahwa pemikiran itu mempunyai bentuk. Selain itu dengan menerapkan strategi pembelajaran peta konsep siswa tidak jenuh untuk menghafal karena yang diingat hanyalah pokok-pokok materi kemudian diuraikan kembali menurut kemampuan berpikirnya (Samatowa, 2011:101).

Lebih lanjut ditegaskan juga bahwa strategi pembelajaran dengan menggunakan peta konsep mempunyai banyak keuntungan/ keunggulan, diantaranya adalah siswa dapat memahami seluruh informasi yang diberikan oleh guru. Selanjutnya siswa dapat menyusun kembali informasi yang diberikan oleh guru secara praktis, sehingga dengan mudah melihat hubungan-hubungan antara informasi

(5)

tersebut. Dengan demikian siswa dapat mengingat atau memahami konsep dalam belajar menjadi lebih mudah.

Belajar sebagai pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap sebagai interaksi seseorang dengan informasi dan lingkungannya. dalam proses pembelajaran diperlukan juga pemilihan, penyusunan dan penyampaian informasi dalam lingkungan yang sesuai untuk dapat melaksanakan interaksi pembelajaran dengan lingkungannya. Untuk menyampaikan informasi dari guru kepada siswa diperlukan media pembelajaran.

Media adalah bagian yang tidak terpisah dari proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran pada khusunya. Arsyad (2009: 3) mengungkapkan bahwa media dalam proses pembelajaran dapat diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis, untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual/ verbal. Media pembelajaran terdiri dari beberapa jenis, salah satunya adalah media visual non proyeksi. Media visual non proyeksi merupakan media yang berkarakter dua dimensi maupun tiga dimensi. Media tersebut tidak memerlukan listrik. ataupun menggunakan proyektor. Ashyar (2012:54) mengemukan beberapa jenis media visual non proyeksi yang sering digunakan dalam pembelajaran antara lain: benda realita (real object) atau benda nyata, model atau prototipe dan media grafis. Dapat pula digunakan dalam berbagai tingkatan pendidikan dan dalam berbagai disiplin ilmu, salah satunya adalah IPA. Penerapan strategi pembelajaran peta konsep berbantuan media visual non proyeksi diharapkan dapat memberi pengaruh positif kepada siswa dalam mengatasi kesulitan dalam belajar dan tujuan pembelajaranpun dapat dicapai siswa secara optimal.

Dalam penelitian ini menggunakan jenis media visual non proyeksi berupa benda realita dan

gambar, karena benda realita dapat dilihat, didengar atau dialami langsung oleh siswa sehingga memberikan pengalaman langsung kepada mereka. Sedangkan penggunaan gambar karena sederhana dan mudah dalam pembuatannya sehingga benda nyata yang tidak bisa dilibatkan langsung dalam pembelajaran tetap dapat digunakan untuk memvisualisasikan benda yang sebenarnya.

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran peta konsep berbantuan media visual non proyeksi adalah strategi di dalam pembelajaran yang menggunakan suatu gambar atau diagram yang berisi konsep-konsep yang berkaitan dan dapat membuat siswa tidak jenuh untuk menghafal yang dibantu dengan penggunaan media berkarakter dua dimensi maupun tiga dimensi.

Mengacu dari permasalahan di atas, maka diadakan penelitian dengan judul, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Peta Konsep Berbantuan Media Visual Non Proyeksi terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus V Abiansemal Kabupaten Badung Tahun Pelajaran 2013/2014”.

METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen semu (quasi exsperiment). Rancangan penelitian eksperimen semu adalah rancangan penelitian yang mengungkapkan hubungan sebab akibat yang melibatkan satu kelompok kontrol dan satu kelompok eksperimen. Tujuannya adalah untuk memprediksi keadaan yang dapat dicapai melalui eksperimen yang sebenarnya, tetapi tidak ada pengontrolan dan/atau manipulasi terhadap seluruh variabel yang relevan (Arifin, 2011:74). Rancangan penelitian ini mengikuti rancangan eksperimen non-equivalen

control group desain yang tanpa

memperhatikan pretest dan hanya menggunakan post test pada penelitian akhir. Pre-test hanya dilakukan untuk

(6)

menyetarakan kelompok/kelas. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Dantes (2012:97) yang menyatakan bahwa pemberian

pretest biasanya untuk mengukur

ekuivalensi atau penyetaraan kelompok, karena yang dibandingkan hanya skor

pos test saja.

Populasi merupakan kelompok terbesar yang menjadi objek penelitian. Arikunto (2010 : 173) menjelaskan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Selain itu Musfiqon (2012:89) menyatakan, “populasi adalah totalitas objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, dan benda yang mempunyai kesamaan sifat”. Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD gugus V Abiansemal kabupaten Badung tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 159 siswa terdiri dari 6 sekolah, yaitu SD No. 1 Abiansemal, SD No. 2 Abiansemal, SD No. 3 Abiansemal, SD No. 4 Abiansemal, SD No. 5 Abiansemal, dan SD No. 6 Abiansemal.

Arikunto (2010:174) menjelaskan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Berdasarkan karakteristik populasi dan tidak bisa dilakukannya pengacakan individu, maka pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik

random sampling. Arifin (2011:217)

menyebutkan random sampling adalah cara pengambilan sampel secara acak, di mana semua anggota populasi diberikan kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Kelas yang diperoleh dari teknik

random sampling kemudian diberikan pretest. Pretest yang diberikan berupa

tes objektif bentuk pilihan ganda biasa yang meliputi 4 pilihan ini pada umumnya terdiri atas : kalimat pokok (stem) yang berupa pertanyaan, diikuti oleh empat kemungkinan jawaban

(alternatif a, b, c dan d) dan memilih satu

option dari empat alternatif pilihan

jawaban yang ada (Sudijono, 2011:120).

Pretest ini dilakukan untuk mengetahui

kesetaraan dari kedua kelompok. Dalam penelitian ini, untuk menguji kesetaraan digunakan uji-t. Apabila kedua kelas setara, maka dilakukan pengundian untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum dilakukan uji-t, terlebih dahulu data yang akan dihitung harus lulus uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Setelah dilakukan pengujian terbukti bahwa nilai siswa kelas V pada mata pelajaran IPA berdistribusi normal dan homogen. Analisis nilai siswa kelas V dilanjutkan dengan uji kesetaraan menggunakan t-test. Uji signifikansi adalah jika thitung <

ttabel maka kedua kelas dinyatakan

setara, sebaliknya jika thitung ≥ ttabel maka

kedua kelompok dinyatakan tidak setara. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan taraf kepercayaan 95 % dan dk = n1- n2- 2.

Setelah dilakukan analisis uji kesetaraan data nilai siswa kelas V pada mata pelajaran IPA, uji kesetaraan sampel penelitian menunjukkan thitung =

0,29 dan ttabel dengan taraf signifikansi

5% dan dk = 32 + 30 – 2 =

60 adalah 2,000. Dengan demikian maka thitung < ttabel ini berarti kedua

sampel penelitian yaitu kelas V SD No. 2 Abiansemal dan kelas V SD No. 3 Abiansemal setara.

selanjutnya dilakukan pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol melalui cara pengundian. Dari hasil pengundian diperoleh kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD No 3 Abiansemal, yang diberikan perlakuan strategi pembelajaran peta konsep berbantuan media visual non proyeksi dan kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD No. 2 Abiansemal yang diberikan perlakuan model pembelajaran konvensional.

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau terikat

(7)

(Sugiyono, 2012:61). Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah strategi pembelajaran peta konsep berbantuan media visual non proyeksi yang dikenakan pada kelompok eksperimen sedangkan pembelajaran konvensional yang dikenakan pada kelompok kontrol. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012:16). Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar IPA siswa.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan non tes. Metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar IPA dan non tes berupa lembar obervasi untuk memperoleh data afektif siswa.

Metode tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa yang digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPA. Tes objektif yang diberikan sebanyak 50 butir soal dengan menggunakan 4 pilihan jawaban. Tujuan diberikannya 50 butir soal adalah untuk validitas butir tes. Hasil validitas tersebut diberikan kepada masing-masing kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang berguna untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Sebelum memberikan tes untuk mengukur hasil belajar siswa, terlebih dahulu dilakukan pengujian perangkat tes yang berguna untuk menguji kelayakan instrumen yang akan digunakan. Pengujian instrument yang dilakukan yaitu: (1) uji validitas, (2) uji reliabilitas, (3) uji daya beda, dan (4) indeks kesukaran,

Dalam penelitian ini hasil belajar IPA yang dipergunakan adalah penggabungan antara penilaian kognitif dan afektif. Afektif merupakan salah satu bagian dari hasil belajar yang mencakup sikap dan perilaku siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Dalam pengumpulan data afektif ini digunakan lembar observasi untuk pengumpulan datanya yang mencakup karakter belajar siswa dalam pembelajaran.

Pembobotan penilaian kognitif dan afektif sesuai dengan arahan dari SD Gugus V Abiansemal tempat melaksanakan penelitian yaitu 60% untuk bobot penilaian kognitif dan 40% untuk penilaian afektif, sehingga nilai akhir yang didapatkan merupakan penggabungan dari nilai kognitif dan afektif.

Data hasil belajar IPA dianalasis dengan menggunakan analisis statistik yaitu uji-t. Dalam penelitian ini t-tes yang digunakan adalah t-tes dengan pooled

varian sebelum melakukan uji hipotesis

terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun deskripsi data hasil penelitian dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sebagai berikut.

Rata-rata nilai akhir hasil belajar IPA dari penggabungan nilai kognitif dan nilai afektif untuk kelompok eksperimen melalui strategi pembelajaran peta konsep berbantuan media visual non proyeksi adalah 78 dengan varian sebesar 22,39 dan standar deviasi 4,73. Sedangkan rata-rata nilai akhir hasil belajar IPA dari penggabungan nilai kognitif dan nilai afektif untuk kelompok kontrol melalui pembelajaran konvensional adalah 70,3 dengan varian sebesar 20,98 dan standar deviasi 4,58. Dari data tersebut menunjukkan bahwa kelompok eksperimen melalui strategi pembelajaran peta konsep berbantuan media visual non proyeksi memiliki nilai rata-rata hasil belajar IPA yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional.

Sebelum dilakukan analisis data dengan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Berdasarkan atas kurva normal, kelas interval, frekuensi observasi (fo)

dan frekuensi empirik (fe) dari data hasil

belajar IPA siswa pada kelompok eksperimen diperoleh 2hit = 1,43 dan

(8)

pada taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh 2tabel =

2

(α=0,05,5) = 11,07. Karena 2hit = 1,43 < 2

tabel (α=0,05,5) = 11,07 maka H0 diterima.

Ini berarti sebaran data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan untuk hasil belajar IPA pada kelompok kontrol diperoleh

2

hit = 1,32. Nilai 2tabel pada taraf

signifikan 5% dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh 2tabel = 2(α=0,05,5) =

11,07. Karena 2hit = 1,32 < 2tabel (α=0,05,5)

= 11,07 maka H0 diterima. Ini berarti

sebaran data hasil belajar IPA pada kelompok kontrol berdistribusi normal.

Selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas. Kriteria pengujian data dalam uji homogenitas adalah jika Fhit < Ftabel maka data homogen.

Dari hasil penghitungan didapat besarnya Fhitung = 1,067, nilai Fhitung

kemudian dibandingkan dengan nilai Ftabel. Derajat kebebasan pembilang 32–

1 = 31 dan derajat kebebasan penyebut 30–1 = 29 dengan taraf signifikansi 5 %, maka diperoleh Ftabel = 1,85. Nilai Fhitung

< Ftabel , maka kedua kelompok memiliki

varians yang homogen.

Setelah diuji normalitas dan homogenitas data nilai akhir hasil belajar IPA siswa kelas V kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh data nilai akhir hasil belajar IPA siswa kelas V dari kedua kelompok data berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama atau homogen. Sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan apabila data dari kedua kelompok telah berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama atau homogen, maka data nilai akhir hasil belajar IPA siswa kelas V dapat dilanjutkan dengan uji hipotesis penelitian yakni dengan menggunakan uji-t dengan pooled varian. Berikut disajikan hasil analisis data dengan menggunakan uji-t pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Uji-t

Kelompok s2 n thitung ttabel Kesimpulan

Eksperimen 78 22,39 32

6,471 2,000 thitung > ttabel (H0 ditolak, Ha diterima)

Kontrol 70,3 20,98 30

Dari hasil penghitungan yang telah terdapat pada tabel di atas, diperoleh thitung sebesar 6,471, sedangkan ttabel

pada taraf signifikansi 5 % dan dk = = 32 + 30 – 2 = 60 adalah 2,000. Oleh karena itu nilai nilai thitung >

ttabel, sehingga dapat ditarik kesimpulan

terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui strategi pembelajaran peta konsep berbantuan media visual non proyeksi dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas V SD gugus V Abiansemal Kabupaten Badung tahun pelajaran 2013/2014.

Dalam proses pembelajaran, guru dapat memberikan suasana yang menarik dan menyenangkan sehingga

siswa memperoleh konsep baru. Hal ini disebabkan karena strategi pembelajaran peta konsep peta konsep menyediakan bantuan visual konkret

untuk membantu siswa

mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari sehingga siswa tidak jenuh untuk menghafal. Dibantu dengan penggunaan media visual non proyeksi merupakan media yang berkarakter dua dimensi maupun tiga dimensi untuk memudahkan pemahaman siswa. Pemahaman konsep yang baik dan proses pembelajaran yang menyenangkan akan berujung pada hasil belajar yang optimal.

Berbeda dengan pembelajaran IPA yang menggunakan pembelajaran

(9)

konvensional, selama proses pembelajaran siswa terlihat kurang aktif. Siswa hanya terpusat pada guru yang cenderung memberikan ceramah daripada kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran konvensional mengakibatkan siswa sangat bergantung pada guru, hal ini dapat mengakibatkan pemahaman siswa kurang optimal karena siswa hanya menerima materi yang disampaikan guru dan proses

pembelajaran cenderung

membosankan.

SIMPULAN DAN SARAN

Rata-rata hasil belajar IPA yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran peta konsep berbantuan media visual non proyeksi pada siswa kelas V SD No. 3 Abiansemal tahun pelajaran 2013/2014 sebagai kelompok eksperimen sebesar 78, dengan persentase di sekitar rata sebanyak 53,125%, dibawah rata-rata 18,75% dan di atas rata-rata-rata-rata sebanyak 28,125%. Nilai akhir hasil belajar IPA siswa kelas V SD No. 3 Abiansemal dengan menggunakan strategi pembelajaran peta konsep berbantuan media visual non proyeksi berada pada kategori sangat baik dengan persentase 81,25% dan kategori baik dengan persentase 18,75%.

Rata-rata hasil belajar IPA yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD No. 2 Abiansemal tahun pelajaran 2013/2014 sebagai kelompok kontrol sebesar 70,3, dengan persentase di sekitar rata-rata sebanyak 33,33%, dibawah rata-rata sebanyak 43,34% dan di atas rata-rata sebanyak 23,33%. Nilai akhir hasil belajar IPA siswa kelas V SD No. 2 Abiansemal dengan menggunakan pembelajaran konvensional berada pada kategori sangat baik dengan persentase 20% dan kategori baik dengan persentase 80%.

Berdasarkan analisis hasil belajar IPA menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas kontrol = 78 >

70,3. Dari perhitungan uji-t diperoleh thitung = 6,471 sedangkan ttabel = 2,000.

Karena thitung > ttabel maka ho ditolak dan

ha diterima, sehingga berdasarkan hasil

penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti strategi pembelajaran peta konsep berbantuan media visual non proyeksi dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional SD Gugus V Abiansemal, Kabupaten Badung. Dengan demikian penelitian dengan strategi pembelajaran peta konsep berbantuan media visual non proyeksi berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa Kelas V SD Gugus V Abiansemal Kabupaten Badung tahun pelajaran 2013/2014.

Guru disarankan untuk menerapkan strategi pembelajaran peta konsep berbantuan media visual non proyeksi dalam pembelajaran IPA agar proses pembelajaran menjadi aktif dan menyenangkan sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar IPA siswa. Siswa disarankan lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran serta mampu membangun pengetahuan dan keterampilannya sendiri sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajarnya dalam pembelajaran IPA khususnya. Selain itu, sekolah diharapkan agar menyediakan fasilitas alat peraga yang memadai untuk memudahkan kegiatan pembelajaran di sekolah.

DAFTAR RUJUKAN

Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya Offset.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali

Pers.

Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif

Mengembangkan Media

Pembelajaran. Jakarta:

(10)

BSNP. 2011. Panduan Menyusun KTSP

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BNSP.

Dantes, I Nyoman. 2012. Metode

Penelitian Pendidikan.

Yogyakarta: Andi Offset.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zaia. 2006. Strategi Belajar

Mengajar. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Musfiqon. 2012. Metodologi Penelitian

Pendidikan. Jakarta: Prestasi Putaka Publisher.

Samatowa, Usman. 2011. Bagaimana

Pembelajaran IPA di SD.

Jakarta: Depdiknas.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian

Pendidikan (Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).

Bandung: Alfabeta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar

dan Pembelajaran di Sekolah

Dasar. Jakarta: Kencana

Predana Media Group.

Sutrisno, dkk. 2007. Pengembangan

Pembelajaran IPA SD.

Departemen Pendidikan Nasional.

Winataputra. 2007. Teori Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta.

Universitas Terbuka.

Zaini. Hisyam dkk. 2008. Stategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan (1) hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran kooperatif teknik peta konsep

Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran siklus belajar (learning cycle)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar IPA yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Based

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan model pembelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model discovery learning berbantuan media

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan secara pendekatan keterampilan proses