1
PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN
MEDIA LINGKUNGAN TERHADAP KOMPETENSI
PENGETAHUAN IPA KELAS V SD
Ida Ayu Putu Candrika Riantari
1, I G. A. Agung Sri Asri
2, Ni Nyoman Ganing
3Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: idaayucandrikariantari@gmail.com
1,
xgungasrix@gmail.com
2,
Nyomanganing@gmail.com
3Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model discovery learning berbantuan media lingkungan dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada kelas V SD Negeri Gugus II Teuku Umar Kecamatan Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017 pada tema 9 Lingkungan Sahabat Kita. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian rancangan kelompok Non-ekuivalen.Pupolasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V. Sampel penelitian diperoleh dengan cara random sampling dan diperoleh Kelas V SD Negeri 13 Dauh Puri sebagai kelompok eksperimen dan Kelas V SD Negeri 10 Dauh Puri sebagai kelompok kontrol. Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode tes. Data yang dikumpulkan adalah data kompetensi pengetahuan IPA dan dianalisis menggunakan uji t. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok eksperimen yaitu 82,08 dan rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok kontrol yaitu 71,80. Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah uji t, diperoleh t hitung yaitu 4,60. t hitung tersebut dibandingkan dengan t tabel pada taraf signifikansi 5% dan dk 48+50-2 = 96 diperoleh t tabel 2,00. Berdasarkan kriteria pengujian, diperoleh t hitung > t tabel yaitu 4,60> 2,00, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model discovery learning berbantuan media lingkungan dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.
Kata kunci: model discovery learning, media lingkungan, kompetensi pengetahuan IPA
Abstract
This study aims to determine the difference between science knowledge competence between groups of students who that is taugh using discovery learning model assisted environmental media and groups of students who were taught by conventional learning in class V SD Negeri Gugus II Teuku Umar West Denpasar District Lesson Year 2016/2017 on theme 9 The Environment of Our Friends. This research is a quasi-experimental research with nonequivalent control group design. Pupolasi in this study were all students of class V. The sample was obtained by random sampling and obtained Class V SD Negeri 13 Dauh Puri as experimental group and Class V SD Negeri 10 Dauh Puri as a control group. The method used in this study using the test method. The data collected is data of science knowledge competence and analyzed by t test. The results obtained showed that the average knowledge competence of science in the experimental group is 82.08 and the average mastery of science knowledge competence in the control group is 71.80. The analysis used to test the hypothesis in this study is t test, obtained t arithmetic that is 4.60.
T arithmetic compared with t table at 5% significance level and dk 48 + 50-2 = 96 obtained t table 2.00. Based on the test criteria, obtained t count> t table that is 4.60> 2.00, then Ho is rejected and Ha accepted. So it can be concluded that there is a significant difference science knowledge competence between groups of students who that is taugh using discovery learning model assisted environmental media and groups of students who that is taugh using conventional learning.
Keywords: discovery learning model, environmental media, science knowledge competence
PENDAHULUAN
Proses pendidikan dapat dilihat dari berbagai kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran secara formal dilaksanakan di sekolah yang berpedoman pada kurikulum. Kegiatan pembelajaran baik di dalam ataupun di luar sekolah berpedoman pada kurikulum. Menurut Malik (2012:16) kurikulum ialah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman
penyelenggaraankegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Lebih lanjut pada lampiran Permendikbud No. 57 tahun 2014 dijelaskan dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Jadi, kurikulum adalah seperangkat rencana pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran mengenai cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran agar siswa memperoleh sejumlah pengetahuan.
Kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan. Saat ini kurikulum yang berlaku di Indonesia adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada kurikulum 2013 berorientasi pada pendekatan saintifik yang dikemas dalam suatu tema. Pendekatan saintifik memiliki lima pengalaman belajar yang tercantum
dalam Lampiran Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014, yaitu :1) mengamati; 2) menanya; 3) mencoba/ mengumpulkan informasi; 4) menalar/ mengasosiasi; 5) membentuk jejaring (melakukan komunikasi). Keberadaan pendekatan saitifik dalam kegiatan pembelajaran Kurikulum 2013 dapat dikombinasikan dangan model ataupun metode yang disesuaikan karakteristik dan kebutuhan siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pada tema yang dibelajarkan terdapat beberapa muatan materi pembelajaran, salah satumya yaitu IPA.
Menurut Usman (2016:2) IPA merupakan pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Mata pelajaran IPA bertujuan untuk mengembangkan pemahaman pengetahuan dan mengembangkan rasa ingin tahu, konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, meningkatkan kesadaran untuk berperan serta menghargai alam dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Sulistyowati dan Wisudawati (2015:22) menyatakan bahwa, “IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian, dan hubungan sebab akibat”. Selanjutnya Susanto (2015:167) menyatakan bahwa, “Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan”. Sehingga dapat dirangkum bahwa IPA adalah suatu
3 ilmu yang dipelajari manusia sebagai usaha dalam memahami alam semesta seperti fenomena alam yang faktual melalui pengamatan hingga mendapatkan suatu kesimpulan.
Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang selama ini dianggap sulit oleh sebagian siswa. Model Pembelajaran Discovery Learning akan membuat pembelajaran IPA menjadi lebih menarik dan bermakna karena siswa diberikan
kesempatan untuk membangun
pengetahuannya sendiri melalui berbagai kegiatan sehingga pengetahuan yang didapat oleh siswa tidak akan bersifat hapalan sementara. Hal ini akan membuat pengetahuan yang diterima tidak cepat dilupakan oleh siswa sehingga hasil belajar menjadi optimal. Menurut Cahyo (2013:100) Model Discovery Learning adalah model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak
memperoleh pengetahuan yang
sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, namun ditemukan sendiri. Selanjutnya, Widiasworo (2017:161) memaparkan Model Discovery
Learning adalah model pembelajaran yang
menekankan peserta didik untuk
menemukan sendiri konsep
pengetahuannya. Model discovery learning menekankan pentingnya pemahaman struktur, atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu melalui keterlibatan siswa secara aktif di dalam pembelajaran (Kadri dan Meika, 2015).Media lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. ( Husamah, 2013 : 2). Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang memegang peranan sangat penting sebab pada dasarnya proses pembelajaran berlangsung selalu terkait dengan lingkungan (Aryani, 2013).
Model Discovery Learning dipadukan dengan media lingkungan akan membuat siswa lebih aktif dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Hal itu karena Model Discovery Learning berbantuan media lingkungan menekankan
kepada siswa untuk menggali
pengetahuannya sendiri dengan memberi
permasalahan nyata yang dirancang oleh guru sehingga siswa memiliki pengalaman
langsung dalam memecahkan
permasalahannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Putrayasa (2014) dan Rudyanto (2014) merupakan penelitian yang menjelaskan penggunaan Model Discovery Learning dalam kegiatan pembelajaran memberikan pengaruh positif. Pengaruh positif terlihat pada hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan Model Discovery Learning lebih baik dibandingkan dengan siswa yang tidak dibelajarkan dengan model ini. Berdasarkan teori Model Discovery Learning dengan penelitian yang relevan,maka dirancang pelaksanaan kegiatan penelitian eksperimen dengan judul : Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Media Lingkungan Terhadap Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas V SD Gugus II Teuku Umar Denpasar Tahun Pelajaran 2016/2017.
METODE
Penelitian ini bertempat di kelas V SD Negeri Gugus II Teuku Umar Kecamatan Denpasar Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017 pada tema 9.
Penelitian yang dilaksanakan
menggunakan metode eksperimen dengan rancangan penelitian yaitu rancangan eksperimen semu. Bentuk rancangan eksperimen semu yang digunakan dalam penelitian yaitu rancangan kelompok Non-ekuivalen. Pretest diberikan kepada sampel penelitian untuk penyetaraan. Setelah disetarakan, kelompok eksperimen diberikan perlakuan. Sedangkan kelompok kontrol dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Pada akhir penelitian kedua kelompok diberikan posttest. Rancangan penelitian ini hanya memperhitungkan skor
post test saja yang dilakukan pada akhir
penelitian atau dengan kata lain tanpa memperhitungkan skor pre test.
Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap persiapan eksperimen, tahap pelaksanaan eksperimen, dan tahap akhir eksperimen. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan persiapan eksperimen ini, yakni: (a)Untuk langkah pertama yang dilakukan adalah
wawancara dengan kepala Gugus II Teuku Umar dan beberapa wali kelas V di masing-masing SD di Gugus II Teuku Umar Denpasar Barat untuk mengetahui ada atau tidaknya kelas unggulan di SD yang ada di Gugus II Teuku Umar Denpasar Barat, (b) Menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) beserta LKS untuk pembelajaran IPA yang berkaitan dengan lingkungan yang digunakan untuk membelajarkan kelas eksperimen, (c) Mengkonsultasikan instrumen penelitian
pretest dan posttest bersama wali kelas dan
dosen pembimbing, (d) Mengkonsultasikan RPP, LKS dan media pembelajaran bersama wali kelas dan dosen pembimbing, (e) Mengadakan uji coba instrumen penelitian soal posttest, (f) Memberikan
pretest kepada seluruh populasi untuk
membuktikan kesetaraan kelompok, (g) Untuk Kesetaraan Kelompok menganalisis data pretest seluruh populasi dengan teknik
uji t, (h) Melakukan pengundian untuk
menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Saat pelaksanaan eksperimen langkah-langkah kegiatan yang dilakukan yakni: (a) Memberikan perlakuan pada kelas eksperimen berupa model discovery
learning berbantuan media lingkungan, (b)
Memberikan perlakuan pada kelas kontrol berupa pendekatan saintifik, (c) Perlakuan diberikan sebanyak 6 kali di kelas eksperimen dan 6 kali juga di kelas kontrol. Jumlah perlakuan yang diberikan telah disesuaikan dengan jam pelajaran terkait materi dalam penelitian ini yang telah diatur dalam kurikulum dan silabus, (d) Memberikan posttest pada akhir eksperimen, baik untuk kelompok eksperimen maupun kontrol. Pada tahap akhir eksperimen, kegiatan yang dilakukan adalah memberikan posttest pada akhir penelitian untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Populasi adalah keseluruhan kelompok atau objek yang mempunyai kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di tarik kesimpulannya. Adapun populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas V sebanyak 6 kelas yang ada di SD Gugus II Teuku Umar yang berjumlah 256 orang siswa.
Sampel adalah bagian dari populasi terpilih yang dapat dijadikan subjek atau objek penelitian. Kegunaan sampel dimaksudkan bila terdapat populasi yang besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Kesimpulan yang dipelajari pada sampel dapat diberlakukan untuk populasi, sehingga sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling dengan mengacak kelas-kelas yang sudah terbentuk sebelumnya karena peneliti tidak bisa melakukan pengacakan individu. Cara yang digunakan untuk menentukan sampel yaitu memberikan nomor urut pada setiap sekolah dasar yang ada di Gugus II Teuku Umar kemudian dilakukan randomisasi dengan cara mengundi kelas yang ada. Berdasarkan hasil random, didapatkan dua kelas sebagai sampel yaitu kelas V SD 13 Dauh Puri berjumlah 48 siswa dan SD 10 Dauh Puri berjumlah 50 siswa. Dua kelas yang terpilih sebagai sampel dari hasil
random selanjutnya diberikan pretest untuk
penyetaraan. Data dari hasil pretest dianalisis menggunakan uji-t. Data hasil
pretest diuji prasyarat terlebih dahulu yaitu
normalitas dan homogenitas, sebelum uji kesetaraan menggunakan uji-t.
Uji prasyarat analisis yang dilakukan pertama yaitu uji normalitas data pretest sampel penelitian dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat pada taraf signifikansi 5% dengan dk n-1. Berdasarkan hasil uji normalitas data, kedua sampel penelitian memperoleh harga ᵡ2
hitung<harga ᵡ2tabel, maka
data dinyatakan berdistribusi normal. Sebaran data sampel penelitian yang telah dinyatakan berdistribusi normal, dilanjutkan
dengan pengujian homogenitas
menggunakan uji F pada taraf signifikansi 5% dengan dk pembilang n-1 dan dk penyebut n-1. Berdasarkan hasil uji homogenitas varian data, diperoleh harga Fhitung<harga Ftabel, maka data dinyatakan
homogen.
Data nilai pretest kedua kelompok yang telah dinyatakan berdistribusi normal dan homogen, dilanjutkan dengan penyetaraan sampel menggunakan uji-t.
5 Kesetaraan sampel diuji dengan rumus uji-t yakni bentuk polled varian karena jumlah n1≠n2. Harga thitung tersebut kemudian
dibandingkan dengan harga ttabel pada taraf
signifikansi 5% dan dk = n1+n2 – 2. Jika nilai
thitung≤ttabel, maka kedua kelompok
dinyatakan setara. Berdasarkan hasil analisis uji-t, diperoleh harga thitung<harga
ttabel maka kedua kelompok dinyatakan
setara. Setelah sampel dinyatakan setara, maka dilanjutkan dengan melakukan pengundian kedua untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil pengundian diperoleh kelas V SD Negeri 13 Dauh Puri sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SD Negeri 10 Dauh Puri sebagai kelompok kontrol.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode tes. Metode tes merupakan cara dalam memperoleh data dengan memberikan suatu tugas yang harus dikerjakan oleh seorang atau kelompok orang yang dites dan menghasilkan data berupa skor (Agung, 2014:92). Jenis instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa tes objektif. Tes objektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk pilihan ganda biasa dengan 4 pilihan jawaban (a, b, c, d) sejumlah 40 butir yang diuji coba terlebih dahulu pada kelas yang lebih tinggi dari kelas yang diteliti yaitu diuji coba pada kelas VI. Pemeriksaan hasil tes siswa dilakukan berdasarkan kunci jawaban yang benar. Skor 0 diberikan untuk siswa yang menjawab salah dan skor 1 untuk siswa yang menjawab benar pada setiap butir tes. Jadi skor setiap jawaban dijumlahkan dan jumlah tersebut menjadi skor variabel penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Penilaian pada hasil tes menggunakan skala 100. 0 merupakan skor minimal dan 100 merupakan skor maksimal tes penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Instrumen tersebut terlebih dahulu diuji validitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan reliabilitasnya.
“Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan” (Suharsimi, 2015: 82). Pengujian validitas isi dilakukan untuk
menguji valid atau tidaknya suatu tes hasil belajar dari segi isinya. Validitas isi dilakukan dengan cara menyesuaikan item tes dengan materi kurikulum atau materi buku pelajaran. Validitas isi dari tes kompetensi pengetahuan IPA ditempuh dengan cara menyusun soal berdasarkan kisi – kisi yang materinya diambil dari kurikulum maupun buku ajaran. Validitas isi yang dimaksud adalah ketepatan kompetensi dasar, indikator, dan butir tes dalam mengukur aspek perilaku yang ingin dicapai dari tes. Kisi-kisi instrumen yang telah disusun tersebut kemudian ditelaah oleh expert judges atau pakar yang ahli. Validitas butir tes penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dalam bentuk tes objektif dihitung dengan rumus koefisien korelasi biserial. Soal yang tidak valid kemudian didrop (tidak digunakan).
“Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap” (Suharsimi, 2015:100). Sehingga reliabilitas berhubungan dengan ketetapan suatu tes. Uji reliabilitas hanya dilakukan terhadap butir tes yang valid saja. Sehingga uji reliabilitas dapat dilakukan setelah melalui uji validitas. Uji reliabilitas tes yang bersifat dikotomi (objektif) dan heterogen ditentukan dengan rumus Kuder Richardson (KR-20)
Daya beda adalah kemampuan suatu butir tes untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah (Suharsimi, 2015). didrop (tidak digunakan). Tingkat kesukaran suatu soal perlu diuji untuk mengetahui soal yang dibuat termasuk kategori mudah, sedang, atau sukar. Berdasarkan hasil pengujian tingkat kesukaran, diperoleh 6 soal dengan kategori mudah, 9 soal dengan kategori sedang, dan 5 soal dengan kategori sukar.
Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Analisis statistik deskriptif dari hasil penelitian ini berguna untuk memberikan gambaran umum mengenai penyebaran data yang diperoleh. Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel, menguji hipotesis, dan hasilnya dapat digeneralisasikan untuk populasi (Sugiyono,
2016). Uji prasyarat analisis dilakukan terlebih dahulu, sebelum uji hipotesis.
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah uji hipotesis dengan statistik parametrik bisa dilakukan atau tidak. Uji normalitas sebaran data dalam penelitian ini menggunakan rumus Chi Kuadrat. Harga Chi Kuadrat hitung kemudian dibandingkan dengan harga Chi Kuadrat tabel pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan n-1. Kriteria pengujian adalah jika harga ᵡ2hitung≤harga
ᵡ2
tabel, maka data dinyatakan berdistribusi
normal. Sedangkan jika harga ᵡ2
hitung˃harga
ᵡ2
tabel, maka data dinyatakan tidak
berdistribusi normal.
Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan individu dalam kelompok. Uji homogenitas varians untuk kedua kelompok digunakan uji F. Harga Fhitung kemudian dibandingkan
dengan harga Ftabel pada taraf signifikansi
5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n-1 dan derajat kebebasan untuk penyebut n-1. Kriteria pengujian, jika harga
Fhitung≤harga Ftabel maka varian data kedua
kelompok dinyatakan homogen.
Sedangkan jika harga Fhitung˃harga Ftabel
maka varian data kedua kelompok dinyatakan tidak homogen.
Jika data yang diperoleh sudah memenuhi persyaratan uji normalitas dan uji homogenitas maka analisis yang digunakan adalah statistik parametrik. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji beda mean (uji-t). Uji hipotesis menggunakan uji-t dengan rumus polled
varians digunakan karena jumlah anggota
sampel sama n1 ≠ n2 dan varians homogen. Harga thitung kemudian
dibandingkan dengan harga ttabel pada taraf
signifikansi 5% dengan dk=n1+n2-2. Kriteria
pengujian, jika harga thitung≤harga ttabel,
maka Ho diterima, dan jika harga
thitung>harga ttabel maka Ho ditolak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis statistik deskriptif penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Statistik Deskriptif Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Mean 82,08 71,80
Standar Deviasi 10,04 11,99
Varian 100,88 143,949
Berdasarkan perhitungan analisis data hasil penelitian yang diperoleh
menunjukkan bahwa penguasaan
kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen yakni siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery learning
berbantuan media lingkungan memiliki nilai
mean lebih tinggi daripada kelompok
kontrol yakni siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional yaitu X = 82,08 >X = 71,80.
Hasil uji normalitas data kelompok eksperimen eksperimen diperoleh ᵡ2
hitung=4,32<ᵡ2tabel=11,07, maka data
penguasaan kompetensi pengetahuan IPA
kelompok eksperimen dinyatakan berdistribusi normal. Hasil uji normalitas data kelompok kontrol diperoleh ᵡ2
hitung=5,01<ᵡ2tabel=11,070, maka data
penguasaan kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol dinyatakan berdistribusi normal. Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung sebesar 1,42 sedangkan Ftabel pada
taraf signifikan 5% dengan dk (49,47) adalah 1,61. Ini berarti Fhitung = 1,42<1,61
maka Ho diterima (gagal ditolak) berarti
tidak terdapat perbedaan varians masing – masing kelas atau harga varians adalah homogen. Berdasarkan hasil uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas varians, disimpulkan bahwa
7 data kedua kelompok sampel ialah berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Dengan demikian, uji hipotesis menggunakan uji-t dapat dilakukan.
Rumus uji-t bentuk polled varian pada taraf signifikansi 5% dengan dk = n1+n2-2. Kriteria pengujian yaitu jika harga
thitung≤harga ttabel, maka Ho diterima, dan jika
harga thitung˃harga ttabel maka Ho ditolak.
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan yang
signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa kelas V di Gugus II Teuku Umar Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017 yang mengikuti pembelajaran menggunakan model discovery learning berbantuan media lingkungan dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada tema Lingkungan Sahabat Kita. Rekapitulasi hasil analisis uji-t data kompetensi pengetahuan IPA dapat dilihat pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Analisis Uji-t Data Kompetensi Pengetahuan IPA
Sampel Penelitian n Dk 𝑿 s2 t hitung t tabel Keterangan
Kelompok Eksperimen 48
98 82,08 143,949 4,60 2,000 Ho ditolak
Kelompok Kontrol 50 71,08 100,88
Berdasarkan uji hipotesis diperoleh thitnung = 4,60 sedangkan pada taraf
signifikansi 5% dan dk = 96 diperoleh nilai ttabel= 2,00 sehingga thitnung = 4,60> ttabel =
2,00 . Dengan demikian, hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa kelas V di SD Negeri Gugus II Teuku Umar Kecamatan Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017 yang
mengikuti pembelajaran yang
menggunakan model discovery learning berbantuan media lingkungan dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada tema Lingkungan Sahabat Kita. Perolehan hasil perhitungan analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai rerata siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model discovery learning berbantuan media lingkungan (X = 82,08) dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ( X = 71,80) memiliki perbedaan sebesar 10,28. Dengan demikian, terdapat pengaruh penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa kelas V di SD Negeri Gugus II Teuku Umar Kecamaran Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017 yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
discovery learning berbantuan media
lingkungan dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada tema Lingkungan Sahabat Kita.
Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat dinyatakan kedua kelompok sampel
penelitian yang memiliki kemampuan setara, setelah diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model
discovery learning berbantuan media
lingkungan dan mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional diperoleh hasil penguasaan kompetensi pengetahuan yang berbeda. Hal ini dapat dilihat juga dari X siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model discovery learning berbantuan media lingkungan lebih tinggi dibandingkan dengan X siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, dalam hal ini adalah pembelajaran yang hanya menggunakan pendekatan saintifik. Perbedaan hasil penguasaan kompetensi pengetahuan dengan perolehan nilai rerata yang lebih tinggi pada kelompok eksperimen dibandingkan kelompok kontrol disebabkan oleh perlakuan berupa model
discovery learning berbantuan media
lingkungan dalam muatan materi IPA diberikan pada kelompok eksperimen.
Pada kelompok eksperimen, kegiatan pembelajaran dalam muatan materi IPA menggunakan model discovery
learning berbantuan media lingkungan
berjalan dengan optimal dan kondusif. Hal ini disebabkan oleh model discovery
learning berbantuan media lingkungan
merupakan suatu inovasi pembelajaran yang dapat menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar secara aktif untuk membangun konsep dan
prinsip-prinsip IPA. Kegiatan Discovery Learning melalui kegiatan eksperimen yang dilaksanakan pada alam nyata dapat menambah pengetahuan dan keterampilan peserta didik secara simultan dalam pembelajaran.
Berbeda pada kelompok kontrol, kegiatan pembelajaran konvensional yang hanya menggunkaan pendekatan saintifik berjalan kurang optimal. Hal ini disebabkan masih siswa yang kurang mampu mengaitkan antar materi pada muatan materi IPA dan kesulitan mengikuti setiap langkah pembelajaran yang perlu diberikan bimbingan lebih khusus. Pembelajaran menggunakan model discovery learning berbantuan media lingkungan pada muatan materi IPA memberikan kesempatan yang lebih luas kepada siswa untuk mengonstruksikan pengetahuannya melalui berbagai kegiatan bermakna dan teratur yang tentunya menggembirakan bagi siswa pada setiap langkah pembelajarannya. Dengan demikian, perbedaan hasil kompetensi pengetahuan IPA dapat terlihat dari langkah pembelajaran yang dilakukan pada kedua kelompok tersebut, hasil analisis uji hipotesis, dan nilai rerata kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model
discovery learning berbantuan media
lingkungan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Hasil temuan pada penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnya yang relevan dan memperkuat hasil penelitian yang diperoleh, hal tersebut didukung oleh penelitian yang relevan, yakni penelitian yang dilakukan oleh : I Made Putrayasa dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa serta penelitian oleh Hendra Erik Rudyanto dengan judul Model Discovery
Learning Dengan Pendekatan Saintifik
Bermuatan Karakter Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model discovery learning berbantuan media lingkungan pada penelitian ini memiliki keunggulan yakni dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa
dengan memberikan pengalaman yang berkesan bagi siswa.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, adapun yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut: (1) kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model discovery learning pada kelas V Umar SD Negeri
Gugus II Teuku Kecamatan Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017 memperoleh nilai cenderung tinggi atau berada di atas rata-rata dilihat dari nilai mean, serta persentase rata-rata berada pada kategori baik; (2) kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada kelas V SD Negeri Gugus II Teuku Kecamatan Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017 memperoleh nilai cenderung rendah atau berada di bawah rata-rata dilihat dari nilai mean, serta persentase rata-rata berada pada kategori cukup; serta (3) hasil penghitungan uji t diperoleh t hitung = 4,60. Kemudian pada taraf signifikansi 5% dan dk 96 diperoleh t tabel = 2,00. Setelah t hitung tersebut dibandingkan dengan t tabel, maka diperoleh t hitung > t tabel. Jadi, Ho ditolak,
ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model discovery learning dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Karena terdapat perbedaan yang signifikan, maka model discovery learning berbantuan media lingkungan berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa Kelas V SD Negeri Gugus II Teuku Umar Kecamatan Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017.
Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, adapun saran dapat disampaikan kepada pihak-pihak sebagai berikut: (1) guru disarankan agar hasil penelitian ini dijadikan acuan dalam merancang pembelajaran khususnya yang mengandung muatan materi IPA; (2) kepala sekolah disarankan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang ada di sekolah; serta (3) peneliti lain
9 disarankan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan kajian dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A.A. Gede. 2014. Buku Ajar
Metodologi Penelitian Pendidikan.
Yogyakarta : Aditya Media Publishing.
Aryani, Luh. 2013. “Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan Alam Sekitar Dalam Proses Pembelajaran Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar IPA Kelas V SD Gugus IV Kecamatan Sukasada”. Jurnal
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 3
(hlm.2).
Cahyo, Agus N. 2013. Panduan Aplikasi
Teori-Teori Belajar Mengajar
Teraktual dan Terpopuler.
Yogyakarta : Diva Press.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar
Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara.
Husamah. 2013. Outdoor Learning. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Jannah, Miftakhul. 2013. “Efektivitas Penggunaan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Materi IPA Pokok Bahasan Ekosistem Pada Kelas VII SMPN 2 Pringapus Kabupaten Semarang Terhadap Hasil Belajar Siswa”. Jurnal Walisongo (hlm. 62-67).
Kadri, Muhammad. 2015. “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Materi Pokok Suhu dan
Kalor”.Jurnal Ikatan Alumni Fisika
Universitas Negeri Medan, Volume
1 (hlm. 30)
Kosasih. 2014. Strategi Belajar Dan
Pembelajaran. Bandung: Yrama
Widya
Kurniasih, Imas. 2014.Sukses
Mengimplementasikan Kurikulum
2013. Yogyakarta: Kata Pena.
Permendikbud. 2014. “Peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 57
Tahun 2014 Tentang Kurikulum
2013 Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah Lampiran III” Jakarta:
Kemendikbud
Permendikbud. 2014. “Peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran
Pada Pendidikan Dasar Dan
Pendidikan Menengah”. Jakarta:
Kemendikbud
Permendikbud. 2014. “Peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil
Belajar Oleh Pendidik Pada
Pendidikan Dasar Dan Pendidikan
Menengah”. Jakarta: Kemendikbud
Permendikbud. 2016. “Peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2016 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah”.
Jakarta: Kemendikbud
Putrayasa, I Made. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa”. Jurnal Mimbar
PGSD Universitas Pendidikan
Ganesha, Volume 2 (hlm. 5-10).
Rudyanto, Hendra Erik. 2014. “Model
Discovery Learning dengan
Pendekatan Saintifik Bermuatan Karakter Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif”. Jurnal
Premiere Educandum, Volume 4
(hlm 45-46).
Sani, Ridwan Abdullah. 2014.
Pembelajaran Saintifik. Jakarta:
Bumi Aksara.
Samatowa, Usman. 2016.Pembelajaran
IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT
Indeks.
Setyosari, Punaji. 2013. Metode Penelitian
Pendidikan dan Pengembangan.
Jakarta : Prenadamedia Group. Sugiyono. 2016. Metode Penelitian
Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto. 2015. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT
Bumi Aksara
Tumurun, Septiani Wahyu. 2016. “Pengaruh Model Pembelajaran
Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Pada Materi Sifat-sifat Cahaya”.
Jurnal Pena Ilmiah, Volume 1 (hlm.
105-109).
Widiasworo. 2017. Strategi dan Metode
Mengajar Siswa di Luar Kelas.
Yogyakarta : AR-RUZZ Media. Yusuf, A.Muri. 2014. Metodologi Penelitian :
Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan. Jakarta : Kencana.