• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON-EXAMPLES BERBASIS LINGKUNGAN BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI GUGUS KAPTEN JAPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON-EXAMPLES BERBASIS LINGKUNGAN BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI GUGUS KAPTEN JAPA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN

EXAMPLES NON-EXAMPLES

BERBASIS

LINGKUNGAN BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR

IPA SISWA KELAS V SD NEGERI GUGUS KAPTEN JAPA

Ni Nyoman Purna Dewi

1

, I Gst. Agung Oka Negara

2

, I Nengah Suadnyana

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: [email protected]

1

, [email protected]

2

,

[email protected]

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Examples Non-Examples berbasis lingkungan dengan yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu dengan desain eksperimen “Nonequivalent Control Group Design”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar IPA pada ranah kognitif. Data dikumpulkan melalui metode tes, yaitu tes hasil belajar IPA dengan bentuk objektif tipe pilihan ganda biasa. Data hasil belajar IPA dianalisis menggunakan statistik uji-t. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thit = 6,343 > ttab (α= 0,05, 65) = 2,000, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Examples Non-Examples berbasis lingkungan dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Dengan perbedaan nilai rata-rata hasil belajar IPA kelompok eksperimen sebesar 74,75 dan nilai rata-rata kelompok kontrol sebesar 70,50 serta hasil uji-t menunjukkan perbedaan yang signifikan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Examples Non-Examples berbasis lingkungan berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara.

Kata kunci : model pembelajaran Examples Non-Examples, lingkungan,hasil belajar.

Abstract

This study aims to determine significant differences in science learning outcomes between students who learned with the learning model Examples Non Examples -based environment with that learned through conventional teaching in the Elementary School fifth grade students Force Kapten Japa North Denpasar . This research is a quasi experimental study with experimental design " Nonequivalent Control Group Design " . The population in this study were all fifth grade students of SD Negeri Force Kapten Japa North Denpasar . Determination of the samples was done by using random sampling . The data collected is the result of learning in cognitive science . The data collected through testing method , namely the science achievement test with objective type multiple-choice. Science learning outcomes data were analyzed using statistical t-test . Based on the analysis of data , obtained thit = 6.343 > ttab ( α = 0.05 , 65 ) = 2.000 , then Ho is rejected and Ha is accepted . So it can be interpreted that there are significant differences between students' science learning outcomes are learned with the learning model Examples Non - Examples -based environment with student’s that learned through conventional learning . With the difference in the average value of science learning outcomes for the experimental group 74.75 and the average

(2)

value of the control group was 70.50 and the t-test results showed a significant difference , it can be concluded that the application of the learning model based Examples Non - Examples effect on the environment science learning outcomes elementary School fifth grade students Force Kapten Japa North Denpasar .

Keywords : learning model Examples Non - Examples , environment , learning outcome

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu proses

untuk membantu manusia dalam

mengembangkan dirinya, sehingga

mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka

serta pendekatan-pendekatan yang

kreatif tanpa harus kehilangan identitas dirinya. Pemerintah melalui Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

Sisdiknas mendefinisikan pendidikan

sebagai berikut “Pendidikan merupakan

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Keberhasilan suatu negara terletak pada kualitas pendidikan yang dimiliki, yang tercermin pada mutu sumber daya manusia yang dihasilkannya. Oleh karena itu, pendidikan memiliki peranan yang

sangat penting dalam kehidupan

manusia, baik manusia sebagai individu ataupun sebagai seorang warga negara yang berkewajiban untuk ikut serta

membangun negaranya. Pemerintah

Indonesia telah melakukan berbagai

upaya untuk meningkatkan kualitas

pendidikan, mulai dari pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru, perbaikan

sarana dan prasarana, sampai

penyempurnaan kurikulum. Kurikulun

1994 disempurnakan menjadi kurikulum

berbasis kompetensi, kemudian

disempurnakan lagi menjadi kurikulum

tingkat satuan pendidikan, yang

diterapkan hingga sekarang. Dari

penyempurnaan kurikulum tersebut,

terjadilah perubahan paradigma

pembelajaran yang awalnya berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa. Tugas dan peran guru tidak hanya

sebagai pemberi informasi, tetapi juga sebagai pendorong belajar agar siswa

dapat mengkonstruksi sendiri

pengetahuannya melalui berbagai

aktivitas yang menuntut peran aktif siswa. Hal ini berbeda dengan pembelajaran

konvensional yang kegiatan

pembelajarannya berpusat pada guru, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa cenderung belajar sendiri-sendiri,

pengetahuan yang didapat bukan

dibangun secara bertahap dan atas dasar pemahaman sendiri.

Pendidikan di jenjang sekolah dasar telah dirancang beberapa mata pelajaran yang wajib diberikan kepada siswa, salah satunya yaitu mata pelajaran IPA. Mata

pelajaran ini juga menentukan

keberhasilan akademis siswa, terbukti

dengan terlibatnya sebagai mata

pelajaran yang di UAN kan.

IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur (Trianto, 2012: 136). IPA tidak akan menjadi mata pelajaran yang sulit bagi siswa, jika

pembelajarannya dikemas secara

menarik. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan, standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran IPA didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan membangun pengetahuan

sendiri yang difasilitasi oleh guru

(Depdiknas, 2006; 47). Tercapainya

tujuan pendidikan khususnya

pembelajaran IPA salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar IPA yang diperoleh siswa. “Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya” (Sudjana, 2011). Hasil belajar diketahui setelah diadakan tes hasil

(3)

belajar. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi belum optimalnya hasil

belajar IPA siswa. “Faktor yang

mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal yang terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis, dan faktor eksternal terdiri

atas faktor lingkungan dan faktor

instrumental (kurikulum,

sarana-prasarana, guru, model dan media)”. Dari beberapa faktor tersebut, dikaji

hal yang paling mendasar yang

mempengaruhi belum optimalnya hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus Kapten Japa Kecamatan Denpasar Utara yaitu model dan media pembelajaran. “Seorang guru perlu memiliki kemampuan

memilih dan merancang strategi

pembelajaran yang dianggap cocok

dengan minat dan bakat serta sesuai

dengan taraf perkembangan siswa

termasuk di dalamnya memanfaatkan

berbagai sumber dan media

pembelajaran untuk menjamin efektivitas pembelajaran” (Sanjaya, 2011).

Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di SD Gugus Kapten Japa Kecamatan Denpasar Utara, nilai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) adalah

berkisar 70-75 sedangkan nilai ulangan harian pelajaran IPA siswa kelas V pada semester I sebagian besar memperoleh nilai rata-rata berkisar 60-65.

Dari hasil tersebut menandakan siswa belum memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yang mana

disebabkan kurangnya pemahaman

materi pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa sehingga hasil belajar siswa rendah atau di bawah rata-rata.

Pemilihan sebuah model

pembelajaran merupakan bagian penting dalam merencanakan atau mendesain

pembelajaran, agar terjadi interaksi

antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan sumber

belajar yang lainnya. Agar dalam

pelaksanaan pembelajaran tidak

membosankan, perlu dicobakan berbagai macam model pembelajaran inovatif.

Model pembelajaran yang dipilih

diharapkan mampu mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, kreativitas, kemadirian, kerjasama, kepemimpinan, toleransi, dan menyenangkan bagi siswa. Model pembelajaran yang melibatkan

peran serta seluruh siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Dimana model kooperatif menekankan belajar dalam kelompok heterogen saling membantu

satu sama lain, bekerjasama

menyelesaikan masalah, dan

menyatukan pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun individual.

Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang melibatkan peran serta

seluruh siswa adalah model

pembelajaran kooperatif tipe examples

non-examples. Model ini merupakan

model pembelajaran berkelompok

dengan bantuan gambar-gambar yang menarik dan sesuai dengan lingkup

materi pembelajaran. Penggunaan

gambar-gambar yang sesuai dan menarik tersebut akan mengurangi dominasi guru dalam kegiatan pembelajaran dan secara

tidak langsung siswa dapat

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Model ini juga melibatkan keaktifan dan kerjasama siswa dalam pembelajaran yaitu siswa melakukan diskusi kelompok dan menyampaikan hasil diskusinya. Model pembelajaran kooperatif tipe

examples non-examples ditujukan untuk

membelajarkan siswa dalam belajar memahami dan menganalisis sebuah

konsep. Konsep pada umumnya

dipelajari melalui pengamatan dan

definisi.

Komalasari,dkk (2010:61)

berpendapat model pembelajaran

kooperatif tipe examples non-examples

adalah salah satu model pembelajaran yang membelajarkan kepekaan siswa

terhadap permasalahan yang ada

disekitarnya melalui analisis contoh-contoh berupa gambar, foto, atau kasus yang bermuatan masalah.

Eko (2011) menyatakan bahwa

model pembelajaran kooperatif tipe

examples non-examples merupakan

model pembelajaran dengan

menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan cara memecahkan

permasalahan-permasalahan yang

terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.

(4)

Keunggulan model pembelajaran

examples non-examples menurut Eko

(2011) antara lain : 1) Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya

digunakan untuk memperluas

pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih kompleks. Siswa

terlibat dalam satu proses discovery

(penemuan), yang mendorong mereka

untuk membangun konsep secara

progresif melalui pengalaman. 2) Siswa

diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu

konsep dengan mempertimbangkan

bagian non-example yang dimungkinkan

masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian

examples.

Penggunakan media, dapat

mengefektifkan dan membuat proses pembelajaran lebih menarik. Media yang dapat digunakan dalam pembelajaran

sangat bervariasi. Dalam

pelaksanaannya, model pembelajaran

kooperatif tipe examples non-example

selalu menyertakan lingkungan.

Lingkungan yang dimaksud yaitu dalam proses pembelajaran, lingkungan sekolah sebagai salah satu sumber belajar yang memungkinkan siswa dapat melakukan

berbagai kegiatan, seperti

mengeksplorasi, dan mengamati.

Pembelajaran yang berbasis lingkungan memberikan kesempatan dan dorongan untuk siswa dalam usaha memecahkan masalah dan merespon dengan seluruh kemampuan berpikir, anggota badan, serta segala minatnya. Segala kegiatan tersebut berkontribusi atau memberikan dampak positif terhadap pemahaman siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka untuk mencapai hasil belajar yang

optimal, dilakukan penelitian yang

berjudul “Pengaruh Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples

Non-Examples Berbasis Lingkungan

Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa

Denpasar Utara Tahun Ajaran

2013/2014”.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri gugus Katen Japa Denpasar Utara pada semester genap tahun pajaran 2013/2014.

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe examples

non-examples berbasis lingkungan

terhadap hasil belajar IPA siswa, dengan memanipulasi variabel bebas dalam strategi pembelajaran yang digunakan.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen karena tidak semua variabel dan kondisi eksperimen dapat diatur secara ketat, penelitian ini

dikategorikan eksperimen semu.

Rancangan penelitian yang digunakan

adalah Nonequivalent Control Group

Desain. Yang dibandingkan hanya skor

post test saja yang dilakukan pada akhir

penelitian atau dengan kata lain tanpa

memperhitungkan skor pre test

(Sugiyono, 2012:116). Dalam penelitian

ini skor pre-test digunakan untuk menguji keseteraan sampel yakni antara siswa kelompok eksperimen dengan siswa kelompok kontrol. Hal tersebut didukung oleh pendapat Dantes (2012:97) yang

menyatakan bahwa “pemberian pre-test

biasanya untuk mengukur ekuivalensi atau penyetaraan kelompok”.

Dalam suatu penelitian tidak lepas dari objek yang diteliti, seperti halnya

penelitian eksperimen ini tentang

pengaruh penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Examples

Non-Examples berbasis lingkungan

terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara. Subjek yang diteliti diistilahkan sebagai populasi dan sampel.

Populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian (Trianto, 2010:255).

Sedangkan menurut Sugiyono (2012:117) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

diterapkan peneliti untuk dipelajari

sehingga dapat ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara yang jumlahnya 442 siswa yang terdiri dari 6 sekolah

(5)

diantaranya SD Negeri 4 Dauh Puri, SD Negeri 9 Dauh Puri, SD Negeri 17 Dauh Puri, SD Negeri 22 Dauh Puri, SD Negeri 20 Dangin Puri, dan SD Negeri 33 Dangin Puri.

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2012:118). Dalam penelitian ini sampel yang dipilih adalah dua kelas, yaitu satu kelas eksprimen dan satu kelas

kontrol. Untuk pemilihan sampel

penelitian ini tidak dilakukan pengacakan individu, karena tidak bisa mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan subjek mengetahui dirinya dilibatkan dalam penelitian sehingga penelitian ini benar-benar menggambarkan perlakuan yang diberikan. Berdasarkan karakteristik populasi dan tidak bisa dilakukannya

pengacakan individu, maka dalam

penelitian ini, sampel dari populasi diambil dengan teknik random sampling, artinya sampel ini dipilih dengan cara acak yaitu dengan mengundi, dimana yang dirandom atau diacak adalah kelas

(Emzir, 2012:39). Setiap kelas

mendapatkan kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.

Penentuan sampel dilakukan

dengan mengadakan pengundian

terhadap seluruh kelas di SD Negeri Gugus Kapten Japa yaitu SDN 4 Dauh Puri, SDN 9 Dauh Puri, SDN 17 Dauh Puri, SDN 22 Dauh Puri, SDN 20 Dangin Puri dan SDN 33 Dangin Puri. Setelah

mendapatkan dua kelas, dilakukan

pengundian kembali untuk menentukan

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Berdasarkan hasil random

sampling, diperoleh hasil VC SDN 17

Dauh Puri sebagai kelompok

eksperimen dan kelas VB SDN 22 Dauh Puri sebagai kelompok kontrol. Untuk membuktikan kesetaraan antara kedua

kelompok dilakukan uji kesetaraan

menggunakan uji-t. Data yang dipakai

untuk menguji kesetaraan kedua

kelompok adalah skor pre-test. Skor pre-test diperoleh melalui pemberian pre-test yang berupa soal- soal terkait pelajaran IPA sebelum treatment diberikan.

Sebelum dilakukan uji kesetaraan

menggunakan uji-t, terlebih dahulu

dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Untuk

menguji kesetaraan digunakan uji-t

dengan rumus polled varians.

Variabel adalah suatu konsep yang mempunyai variasi atau keragaman

(Winarsunu, 2012:3). Sedangkan

menurut Hadi (2000:260) variabel

penelitian adalah gejala-gejala yang menunjukkan variasi baik dalam jenis

maupun tingkatannya. Menyambung

pendapat di tersebut, Sugiyono (2012:60) mengungkapan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel adalah suatu atribut atau gejala – gejala yang berbentuk apa saja yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan ditarik suatu kesimpulan. Penelitian ini melibatkan dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas adalah suatu

variabel yang apabila dalam suatu waktu berada bersamaan dengan variabel lain maka variabel itu (diduga) akan dapat berubah keragamannya dan biasanya diberi lambang X (Winarsunu, 2012:4). Sedangkan Noor (2012:48) menyatakan variabel bebas adalah sebab yang diperkirakan dari beberapa perubahan

dalam variabel terikat biasanya

dinotasikan dengan simbol X. Jadi, variabel bebas adalah variabel yang

apabila berada bersamaan dengan

variabel lain yang diperkirakan menjadi penyebab perubahan dalam variabel terikat dan dinotasikan dengan simbol X. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif

tipe Examples Non-Examples berbasis

lingkungan yang diterapkan pada

kelompok eksperimen dan pembelajaran

konvensional yang diterapkan pada

kelompok kontrol.

Variabel terikat adalah variabel tergantung, variabel tak bebas, variabel terpengaruh biasanya diberi lambang Y (Winarsunu, 2012:4) sedangkan Noor (2012:49) menyatakan bahwa variabel terikat adalah faktor utama yang ingin

(6)

dijelaskan atau diprediksi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor lain biasanya dinotasikan dengan simbol Y. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara.

Data dalam penelitian ini meliputi data hasil belajar IPA yang dilaksanakan pada siswa kelas VC SDN 17 Dauh Puri dan siswa kelas VB SDN 22 Dauh Puri semester II tahun pelajaran 2013/2014. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode tes. Pemberian tes yang dilakukan dalam bentuk tes objektif bentuk pilihan ganda

biasa yang digunakan untuk

mengumpulkan data hasil belajar yang dinilai melalui ranah kognitif siswa.

Sebelum digunakan, tes tersebut terlebih dahulu divalidasi secara teoritis dengan menyusun kisi-kisi soal dan dikonsultasikan dengan ahli, selanjutnya dilakukan validasi secara empirik dengan jumlah responden sebanyak 70 orang. Dari hasil uji instrumen yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji daya beda, dan indeks kesukaran. Berdasarkan uji instrument yang telah dilakukan diperoleh 42 butir tes yang dinyatakan layak digunakan dalam penelitian dari total 60 butir tes yang diujicobakan. Skor post-test dalam penelitian ini merupakan skor pada ranah kognitif.

Teknik yang digunakan untuk

menganalisis hasil belajar IPA dalam

penelitian ini adalah dengan

menggunakan analisis statistik yaitu uji-t. Sebelum dilaksanakannya uji-t terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hipotesis penelitian yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis nol (H0)

yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa

yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Examples

Non-Examples berbasis lingkungan

dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar

Utara tahun ajaran 2013/2014.

Sedangkan untuk hipotesis alternatif (Ha)

yaitu terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Examples Non-Examples

berbasis lingkungan dengan siswa yang

dibelajarkan dengan pembelajaran

konvensional pada kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014.

Hasil perhitungan menunjukkan nilai

rata-rata hasil belajar IPA siswa

kelompok eksperimen yang dibelajarkan

melalui model pembelajaran Examples

Non-Examples berbasis lingkungan

adalah 74,75 dengan varian 9,96 dan standar deviasi 3,16 sedangkan rata-rata nilai nilai post test untuk kelompok

kontrol yang mengikuti model

pembelajaran konvensional adalah

70,50 dengan varian sebesar 6,80, dan standar deviasi 2,61.

Dari data tersebut diketahui bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada kelompok eksperimen yang dibelajarkan

melalui model pembelajaran

Examples Non-Examples berbasis

lingkungan lebih tinggi dari nilai rata-rata siswa kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

Sebelum dilakukan analisis data dengan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Berdasarkan atas kurva normal, kelas interval, frekuensi observasi (fo) dan frekuensi empirik (fe) dari data hasil

belajar IPA siswa pada kelompok

eksperimen diperoleh 2hit= 3,50 dan

pada taraf signifikan 5% dan derajat

kebebasan(dk)= 5 diperoleh 2tabel =

2

(α=0,05,5) = 11,07.Karena 2hit =

3,50< 2tabel (α=0,05,5) = 11,07 maka H0

diterima. Ini berarti sebaran data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan untuk hasil belajar IPA pada kelompok kontrol diperoleh 2hit= 4,06. Nilai 2tabel pada

taraf signifikan 5% dan derajat

kebebasan(dk)= 5 diperoleh 2tabel =

2

(α=0,05,5) = 11,07. Karena 2hit =

(7)

diterima. Ini berarti sebaran data hasil belajar IPA pada kelompok kontrol berdistribusi normal.

Selanjutnya dilakukan uji

homogenitas varians untuk membuktikan perbedaan yang terjadi pada kedua kelompok benar-benar terjadi akibat

adanya perbedaan antar kelompok,

bukan sebagai akibat adanya perbedaan individu dalam kelompok. Berdasarkan perhitungan menggunakan uji F dari Havley diperoleh Fhitung = 1,46 sedangkan

Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan

db pembilang = 35 dan db penyebut = 37 adalah 1,72. Ini berarti Fhitung = 1,46< Ftabel (35,36) = 1,72. Ini berarti kedua kelompok

memiliki varians yang homogen.

Berdasakan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians, diketahui bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Dengan demikian uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dapat dilakukan. Uji-t yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan rumus

pooled varians. Hal tersebut dikarenakan

karena kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol memiliki jumlah sampel yang berbeda dan varian yang homogen. Berikut disajikan rekapitulasi hasil analisis data dengan menggunakan uji-t. pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Uji-t

Kelompok s2 N thitung ttabel Kesimpulan

Eksperimen 74,75 9,96 36

6,343 2,000 (H thitung > ttabel

0 ditolak, Ha diterima)

Kontrol 70,50 6,80 38

Uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dalam penelitian ini menggunakan

rumus pooled varians karena jumlah

sampel pada kedua kelompok berbeda dan memiliki varian yang homogen (Sugiyono, 2012:273). Dari perhitungan uji hipotesis menggunakan uji-t dengan rumus pooled varians, diperoleh thitung

sebesar 6.343 sedangkan ttabel pada taraf

signifikansi 5% (α = 0,05) dengan dk = n1

+ n2 - 2 = 35 + 32 - 2 = 65 adalah 2.000.

Oleh karena thitung > ttabel (6.343 > 2.000)

maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

Examples Non-Examples berbasis

lingkungan dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara.

PEMBAHASAN

Pembahasan hasil penelitian dan pengujian hipotesis terkait dengan nilai

akhir hasil belajar IPA yang

dibelajarkan dengn model

pembelajaran Examples Non-Examples

berbasis lingkungan maupun yang mengikuti pembelajaran konvensional.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh thitung sebesar 6,343. Dengan

menggunakan taraf signifikansi 5% dan

dk=72 diperoleh batas penolakan

hipotesis nol sebesar 2,000. Berarti thitung

6,343 > ttabel 2,000 maka hipotesis nol

yang diajukan berbunyi tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan

dengan model pembelajaran Examples

Non-Examples berbasis lingkungan

dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri Gugus Katen Japa Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014 ditolak dan menerima hipotesis alternatif yang berbunyi terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa

yang dibelajrarkan dengan model

pembelajaran Examples Non-Examples

berbasis lingkungan dengan siswa yang

dibelajarkan dengan pembelajaran

konvensional pada siswa kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014.

Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil

belajar IPA antara siswa yang

dibelajarkan dengan model pembelajaran

Examples Non-Examples berbasis

(8)

dibelajrakan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran

kooperatif tipe Examples Non-Examples

dapat mengakomodasikan karakteristik siswa sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sesuai dengan sintaks

pembelajarannya diawali dengan

pembelajaran individual dan dilanjutkan dengan belajar berkelompok, dan diakhiri penilaian secara individu. Selain itu,

pembelajaran dengan membentuk

kelompok-kelompok belajar kecil yang heterogen terdiri dari 4 sampai 5 siswa dalam setiap kelompoknya dan adanya bantuan dalam proses belajar kelompok

secara individu bagi siswa yang

memerlukannya serta materi yang

disampaikan lebih mudah dipahami oleh siswa, siswa juga merasa senang dan antusias selama proses pembelajaraan sehingga dapat menyelesaikan masalah yang diberikan.

Terjadinya interaksi dalam

kelompok dapat melatih siswa menerima

anggota kelompok lain yang

berkemampuan dan berlatar belakang

berbeda. Siswa bertanggung jawab

memberi penjelasan kepada temannya

sebagai anggota kelompok belajar.

Kerjasama antar anggota dalam

kelompok akan tercipta, karena siswa merasa bahwa keberhasilan kelompok ditentukan oleh masing-masing anggota

untuk menyelesaikan tugas yang

diberikan. Tumbuhnya motivasi untuk belajar yang disebabkan oleh pengaruh

kerja kelompok mengakibatkan

kemampuan belajar berkembang dan hasil belajar menjadi lebih baik. Selain model pembelajaran, salah satu yang mempengaruhi minat belajar siswa dalam pembelajaran IPA yaitu penggunaan lingkungan yang juga merupakan salah

satu sumber belajar yang dapat

membantu dalam memperkaya wawasan dalam pemahaman konsep IPA. Dengan

adanya lingkungan ini pemahaman

konsep IPA lebih mudah, di samping itu pembelajaran IPA menjadi lebih menarik karena siswa bisa langsung berinteraksi

dengan lingkungan di sekitarnya

sehingga pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan.

Berbeda dengan pembelajaran IPA

yang menggunakan pembelajaran

konvensional, selama pembelajaran

siswa terlihat pasif. Pembelajaran masih

berpusat pada guru (teacher centre) yang

lebih banyak memberikan ceramah

daripada kegiatan yang melibatkan siswa

secara aktif dalam pembelajaran.

Pembelajaran konvensional

mengakibatkan siswa sangat tergantung pada guru, hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa kurang optimal. Sehingga

siswa hanya menerima apa yang

disampaikan guru dan proses

pembelajaran cenderung membosankan. Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Examples Non-Examples berbasis lingkungan dengan siswa yang

dibelajarkan dengan pembelajaran

konvensional pada siswa kelas V SD negeri gugus Kapten Japa tahun ajaran 2013/2014.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe

Examples Non-Examples berbasis

lingkungan berbengaruh terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara.

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data

posttest menunjukkan perhitungan

rata-rata kelompok eksperimen sebesar 74.75 dan kelompok kontrol diperoleh rata-rata sebesar 70.50. Berdasarkan hasil analisis uji-t diperoleh thitung sebesar 6.343 dan ttabel dengan dk= 36 + 38 – 2 = 72 pada

taraf signifikansi 5% adalah 2.000.

Karena thitung > ttabel (6.343 > 2.000), maka

Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini

membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe examples

non examples berbasis lingkungan dan

yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar

(9)

Utara. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif

tipe examples non examples berbasis

lingkungan berpengaruh terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara.

Berdasarkan simpulan tersebut,

maka dapat diajukan beberapa saran yaitu bagi siswa, dengan diterapkan

model pembelajaran kooperatif tipe

examples non-examples berbasis

lingkungan, diharapkan siswa menjadi

aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran dan mendapatkan

pengalaman belajar yang lebih

menyenangkan dan bermakna sehingga siswa mampu mencapai hasil belajar yang optimal. Bagi guru, melihat hasil yang positif pada pembelajaran IPA dengan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe examples non examples

berbasis lingkungan, hendaknya guru

dapat menerapakan dan

mengembangkan model pembelajaran

kooperatif salah satunya model

pembelajaran kooperatif tipe examples

non-examples dalam pembelajaran IPA di

SD sebagai salah satu alternatif pilihan dalam meningkatkan keterampilannya untuk merancang pebelajaran yang lebih inovatif, kreatif dan menyenangkan sehingga hasil belajar menjadi optimal. Bagi sekolah, diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan, untuk dapat menciptakan kondisi yang mampu mendorong para guru untuk

mencoba menerapkan model-model

pembelajaran yang baru untuk

meningkatkan kualitas proses

pembelajaran di sekolah dasar. Bagi

peneliti lain, diharapkan peneliti

selanjutnya melakukan penelitian dengan model yang sama tetai dengan subjek

dan materi yang berbeda dalam

pembelajaran IPA sehingga siswa dapat belajar lebih aktif dan menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2010. Media

Pembelajaran. Jakarta : Rajawali

Pers.

Badan Standar Nasional

Pendidikan.2006. Standar Isi dan Kompetensi Dasar

SD/MI.Jakarta: Mendiknas

Dantes, I Nyoman. 2012. Metode

Penelitian Pendidikan.Yogyakarta:

Andi Offset.

Darmodjo, Hendro dan Jenny R.E. Kaligis. 1993. Pendidikan IPA 2. Jakarta: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi Proyek

Pembinaan Tenaga

Kependidikan.

Depdiknas. 2003.Pendekatan

Kontekstual ( Contextual teaching

and Learning (CTL)). Jakarta:

Ditjen Dikdasmen

Eko, Ras. 2011. Model Pembelajaran

Example Non-Example. Online

(tersedia pada

http://ras- eko.blogspot.com/2011/05/model-

pembelajaran-example-non-example.html, diakses tanggal 10 Desember 2013).

Emzir. 2012. Metodologi Penelitian

Pendidikan Kuantitatif dan

Kualitatif. Jakarta : Rajawali Pers.

Furoidah, Maya Fanny. 2009. Pengaruh

Penggunaan Media Animasi

Pembelajaran Terhadap Hasil

Belajar Siswa pada Mata

Pelajaran Biologi Kelas VII MTS

Surya Buana Malang. Jurnal

Ilmiah Jurusan Teknologi

Pendidikan Universitas Negeri

Malang.

Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi

Research. Yogyakarta: Yayasan

Penerbitan Fakultas Psikolgi

U.G.M

Hadiat, dkk. 1996. Alam Sekitar 6

Depdikbud. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar

(10)

Hernawan. 2010. Pengembangan

Kurikulum dan Pembelajaran.

Jakarta : Universitas Terbuka. Isjoni.2013.Cooperative

Learning.Bandung: Alfabeta

Khaeruddin, dkk. 2007. Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) ; Konsep dan

Implementasinya di Madrasah. Yogyakarta : Pilar Media.

Komalasari, Kokom, dkk. 2011.

Pembelajaran Kontekstual

Konsep dan Aplikasi. Bandung:

PT Refika Aditama.

Koyan, I Wayan. 2011.

Asesmen

dalam Penelitian.

Universitas

Pendidikan Ganesha Press

Mulyasa. 2009.

Kurikulum Berbasis

Kompetensi.

Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Noor, Juliansyah. 2012. Metodologi

Penelitian, SkrIPAi, Tesis,

Disertasi, Dan Karya Ilmiah.

Jakarta: Kencana.

Samatowa, Usman. 2010. Pembelajaran

IPA di Sekolah Dasar. Jakarta :

PT. Indeks Permata Puri Media. Sanjaya, Wina. 2011a.

Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum

Berbasis Kompetensi. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Subroto, Tisno Hadi dan Ida Siti

Herawati. 2000. Pembelajaran

Terpadu. Jakarta : Pusat

Penerbitan Unversitas Terbuka.

Sudjana,Nana. 2011. Penilaian Hasil

Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung:

Alfabeta.Badan Standar Nasional Pendidikan.2006. Standar Isi dan Kompetensi

Dasar SD/MI.Jakarta: Mendiknas

Trianto. 2012. Model Pembelajaran

Terpadu : Konsep, Strategi, Dan

Implementasinya Dalam

Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Jakarta :

Bumi aksara.

---. 2010b. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Dan Profesi Pendidikan Dan

Tenaga Kependidikan. Jakarta :

Kencana.

Universitas Pendidikan Ganesha. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi dan

Tugas Akhir. Singaraja:

Undiksha.

Winarsunu, Tulus. 2012. Statistik dalam

Penelitian Psikologi dan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Examples Non Examples dan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA siswa kelas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran Accelerated Learning berfasilitas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif Two Stay

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan model pembelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran model Accelerated Learning berbasis eksperimen dengan yang

Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model model discovery