• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD GUGUS II KECAMATAN MELAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD GUGUS II KECAMATAN MELAYA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD

GUGUS II KECAMATAN MELAYA

Ni Kadek Afri Ariantini1, Ni Wayan Rati2, I Nyoman Murda3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: 1, ariantiniafrinikadek@yahoo.com, niwayan.rati@undiksha.ac.id2, inyoman.murda@undiksha.ac.id3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share berbantuan media visual dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran yang berpusat pada guru pada siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan Melaya di Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi eksperimental) dengan jumlah siswa dalam populasi sebanyak 108 orang.

Sampel penelitian ini diambil dengan teknik Random Sampling yaitu: siswa kelas V SD N 2 Melaya yang bejumlah 28 orang dan siswa kelas V SD N 4 Melaya yang berjumlah 24 orang. Metode pengumpulan data hasil belajar IPA menggunakan tes pilihan ganda objektif. Data hasil belajar IPA dianalisis meggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share berbantuan media visual dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran yang berpusat pada guru dengan thitung = 4,87> ttabel = 3,182. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think pair share berbantuan media visual berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa.

Kata kunci: think pair share, media visual, hasil belajar IPA.

Abstract

This research almed to determine the difference of significant learning outcames of natural science learning between students who were taught by cooporative learning model type think pair share assisted visual media and by teacher – centered learning in class V of elementary school gugus II Melaya district in Jembrana regency period 2016/2017. This research was quasi experiment which amounted to 108 students as the population.The samples of this research were taken by random sampling technique that were students of class V in SD N 2 Melayaand in SD N 4 Melaya which amounted to 28 and 24 students respectively. Data collection method of learning outcomes in natural science learning were collected by multiple choice test. The data of learning outcomes in natural science learning analyzed by using descriptive and inferential statistical analysis (t-test). The result showed the significant differences between students who were taught by think pair share assisted visual media and were taught by teacher-centered learning, withthitung = 4,87 >ttabel =3,182. It proved that cooperative learning type think pair share assisted visual media has a positive effect to students learning outcomes in learning natural science. Assisted visual media has a possitive effect to students learning outcomes in Natural Since learning

(2)

2

Keywords: Think Pair Share, Visual Media, Natural Since Learning Result.

PENDAHULUAN

IPA adalah dasar dari teknologi.

Teknologi itu sendiri merupakan tulang punggung suatu pembangunan. Teknologi dimanfaatkan hampir pada semua bidang, sehingga dapat kita rasakan IPA pada semua segi kehidupan. Pembelajaran IPA sangat penting di sekolah dasar.

Pembelajaran IPA di sekolah dasar merupakan wahana untuk membekali siswa dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikan dan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan disekelilingnya.

Menurut Winataputra, dkk (2001) peranan IPA di sekolah, yaitu (1) IPA memberikan pengetahuan sebagai bekal hidup kepada anak tentang dunia dimana mereka hidup, agar anak tidak keliru terhadap alam sekitar, (2) memberi bekal pengetahuan praktis, agar anak dapat menyongsong dan menghadapi kehidupan modern yang serba praktis dan tepat, (3) menanamkan sikap hidup yang ilmiah, (4) disamping membekali dengan pengetahuan IPA juga memberikan keterampilan, dan (5) untuk mendidik anak menghargai penemuan-penemuan sains/IPA, pekerja- pekerja sains yang telah banyak berjasa bagi dunia dan kemanusiaan umumnya.

Pentingnya pembelajaran IPA, mewajibkan guru untuk dapat menciptakan suasana serta lingkungan belajar kondusif.

Lingkungan belajar yang kondusif memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar melalui interaksi positif, baik interaksi antara siswa dengan guru maupun interaksi antara siswa dengan siswa demi tercapainya tujuan pembelajaran IPA. Ketercapaian tujuan pembelajaran dalam pembelajaran IPA pada siswa dapat diukur dengan melihat hasil belajar siswa.

Hasil belajar IPA diperoleh secara optimal, ketika siswa mampu mengolah dan memahami materi pembelajaran yang diberikan. Hal tersebut tentu tidak terlepas dari peran seorang guru yang dituntut untuk melakukan pembaharuan-pembaharuan pendidikan dalam mengelola kelas secara

kondusif yang dapat membantu siswa dalam mencapai hasil belajar IPA yang optimal. Sejalan dengan pendapat Samatowa (2010) bahwa hasil belajar IPA tidak semata-mata bergantung pada apa yang dijelaskan guru, melainkan apa yang diperoleh anak dan bagaimana anak mengolah informasi tersebut berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya. Jika peran guru dan siswa beriringan, maka hal tersebut akan berdampak pada ketercapaian hasil belajar yang diinginkan.

Namun kenyataan yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Pembelajaran IPA di SD dalam pencapaian hasil belajar yang optimal belum dilaksanakan secara maksimal, demikian halnya yang terjadi di SD Gugus II Kecamatan Melaya. Hal tersebut diperkuat setelah dilakukan pencatatan dokumen, observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 14, 16, dan 17 Januari 2017.

Rendahnya tingkat penguasaan materi pelajaran dapat dibuktikan dengan perolehan hasil belajar siswa selama mengikuti UAS.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan proses pembelajaran IPA ditemukan permasalahan yang mengakibatkan suasana kelas cenderung pasif. Pertama, adanya kecenderungan guru dalam memilih dan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Dengan kata lain bahwa pembelajaran lebih berpusat pada guru.

Pembelajaran yang masih berpusat pada guru menyebabkan siswa belum mendapatkan kesempatan berpikir aktif untuk menemukan sendiri konsep yang dipelajari, siswa belum mendapatkan kesempatan optimal untuk melakukan interaksi berupa diskusi dengan siswa lain, serta siswa belum mendapatkan kesempatan untuk dapat mengutarakan pendapat atau hasil pemikiran secara optimal. Kedua, pada proses pembelajaran guru tidak menggunakan media pembelajaran. Ketiga, ada beberapa siswa

(3)

3 yang tidak memperhatikan pembelajaran yang diberikan guru.

Selain pencatatan dokumen dan observasi, diperkuat juga dengan hasil wawancara. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V SD Gugus II Kecamatan Melaya di Kabupaten Jembrana, kurangnya penerapan model pembelajaran dalam pembelajaran IPA, disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan guru tentang model pembelajaran inovatif.

Selanjutnya, pada proses pembelajaran IPA guru tidak menggunakan media pembelajaran disebabkan oleh keterbatasan waktu yang dimiliki oleh guru untuk menyiapkan media pembelajaran.

Dalam pembelajaran IPA apabila guru lebih mendominasi dalam menjelaskan materi, hal tersebut dapat menimbulkan rasa bosan dan kurang antusias dalam diri siswa untuk mengikuti pembelajaran di kelas, alhasil siswa tidak menerima materi pelajaran dengan baik dan akan berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karena itu, perlu diadakan pembaharuan dalam sistem pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD gugus II Kecamatan Melaya di Kabupaten Jembrana dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan semangat dan hasil belajar siswa. Pada pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya bertanggung jawab terhadap diri sendiri, tetapi juga bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Pembelajaran kooperatif adalah “sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama” Enggen and Kauchak (dalam Trianto 2012:58). Lebih jauh Ibrhim, dkk. (dalam Trianto 2012:59) mengemukakan “tujuan-tujuan pembelajaran kooperatif mencakup tiga jenis tujuan penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan

keterampilan sosial”. Model pembelajaran kooperatif tipe think-pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang sengaja dirancang agar terjadi interaksi antar siswa.

Dengan kata lain, model ini adalah suatu model pembelajaran yang mengemas pembelajaran berkelompok yang memberi siswa kesempatan lebih untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain.

Penggunaan model think-pair share (TPS) dalam pembelajaran diawali dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk berpikir sendiri-sendiri tentang topik yang sedang dipelajari atau berusaha menemukan jawaban atas pertanyaan yang diajukan guru terkait topik yang sedang

dibahas, kemudian siswa

mendiskusikannya dengan pasangan untuk memperoleh suatu kesepakatan bersama yang mewakili jawaban mereka berdua.

Selanjutnya, setiap pasangan menshare, memaparkan hasil kesepakatan bersama yang mewakili jawaban mereka berdua kepada siswa-siswa di kelas. Model pembelajaran Think-Pair Share (TPS) memberikan kesempatan optimal kepada siswa untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan melalui interaksi-interaksi positif yang dilakukan siswa dalam bentuk diskusi, tanya jawab, dan presentasi tentang jawaban sebagai hasil pemikiran atas pertanyaan yang diajukan guru untuk mendapatkan tanggapan dari siswa lain di dalam kelas.

Selain menggunakan model pembelajaran yang membuat siswa semangat belajar, guru juga perlu menggunakan media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran.

Pelajaran IPA di sekolah dasar alangkah lebih baik jika dipadukan dengan media pembelajaran, karena banyak materi pembelajaran IPA yang sulit dijelaskan dengan buku saja. Penggunaan media dalam pelajaran IPA di sekolah dasar sangatlah bermanfaat, karena dapat membangkitkan rangsangan kegiatan belajar IPA. Secara tidak langsung siswa termotivasi untuk belajar dan pembelajaran akan menjadi lebih menarik. Salah satu

(4)

4 media pembelajaran yang cocok untuk anak usia sekolah dasar adalah media visual.

Media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan. Media visual sebagai sumber belajar yang berisikan pesan atau materi pelajaran yang dibuat secara menarik dalam bentuk kombinasi gambar, teks, gerak dan animasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan usia peserta didik. Media visual digunakan agar dapat menarik peserta didik dalam belajar, sehingga pembelajaran akan menyenangkan dan tidak menjenuhkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Arsyad (2015) yang menyebutkan bahwa media visual dapat memperlancar pemahaman, memperkuat ingatan, menumbuhkan minat siswa serta memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.

Media visual sangat cocok diterapkan bersamaan dengan model pembelajaran TPS dalam pembelajaran IPA yang membahas materi tentang segala hal yang terjadi di alam. Pembelajaran dengan pemilihan model pembelajaran yang dipadukan dengan media pembelajaran yang tepat oleh guru, dapat membantu siswa untuk belajar secara optimal. Oleh karena itu, melalui model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media visual diharapkan dapat meningkatkan semangat, keaktifan siswa yang pada akhirnya akan berdampak pada hasil belajar siswa. Hal ini karena pada model Think Pair Share, siswa tidak hanya dituntut agar mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri, tetapi juga dituntut agar mampu bertanggung jawab terhadap pasangannya.

Selain itu, diharapkan agar mata pelajaran IPA yang selama ini kurang mendapat perhatian secara optimal dari siswa karena dianggap membosankan akan digantikan menjadi pembelajaran IPA yang menyenangkan dan selalu dinanti-nantikan oleh siswa. Dengan demikian tujuan pembelajaran IPA akan tercapai secara optimal.

Berdasarkan uraian di atas, untuk mencapai hasil belajar siswa yang optimal, dilakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Think Pair Share (TPS) Berbantuan Media Visual Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus II Kecamatan Melaya di Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2016/2017”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Gugus II Kecamatan Melaya di Kabupaten Jembrana. Penelitian ini dilaksanakan dalam rentang waktu semester II (Genap) pada tahun pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment (eksperimen semu). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu karena tidak semua variabel dapat dikontrol secara ketat. Penelitian ini menggunakan rancangan “Posttest Only Control Group Design.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan Melaya yang berjumlah 108 orang.

Sebelum dilakukan pengambilan sampel, maka populasi diuji kesetaraanya terlebih dahulu menggunakan uji ANAVA Satu Jalur. Dari hasil analisis, diperoleh hasil fhitung sebesar 1,75. Jika dibandingkan dengan ftabel didapatkan nilai 2,45 maka fhitung < ftabel maka H0 diterima atau dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas V semester ganjil Gugus II Kecamatan Melaya di Kabupaten Jembrana pada tahun pelajaran 2016/2017 adalah setara.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simple random sampling. Dengan teknik simple random sampling ini, maka semua kelas yang termasuk dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Teknik sampel random yang digunakan dalam pemilihan kelas sampel pada penelitian ini yaitu berdasarkan undian. Pemilihan kelas sampel dengan menggunakan cara/teknik undian pada penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali pengundian. Pengundian pertama dilakukan untuk menentukan kelas yang akan dijadikan sampel, kemudian pengundian kedua dilakukan untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sampel yang digunakan, yaitu

(5)

5 siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Melaya yang berjumlah 28 orang dan kelas V Sekolah Dasar Negeri 4 Melaya yang berjumlah 24 orang. Melalui proses pengambilan sampel tersebut ditetapkan Sekolah Dasar Negeri 4 Melaya sebagai kelas eksperimen yang diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan modell pembelajaran kooperatif tipe think pair share berbantuan media visual dan Sekolah Dasar Negeri 2 Melaya sebagai kelas kontrol yang diberikan perlakuan berupa pembelajaran yang berpusat pada guru.

Variabel dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe think pair share berbantuan media visual yang dilaksanakan pada kelompok eksperimen dan pembelajaran yang berpusat pada guru yang dilaksanakan pada kelompok kontrol.

Sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar IPA.

Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir eksperimen. Pada tahap awal yaitu terdiri atas, (1) menentukan sekolah yang dijadikan tempat penelitiaan, (2) mengunjungi sekolah yang telah dipilih dan meminta izin kepada kepala sekolah untuk melaksanakan pengumpulan data, (3) menentukan sampel dari populasi yang tersedia dengan teknik Random Sampling.

Selanjutnya dilakukan uji kesetaraan pada sampel untuk mendapatkan kelompok yang benar-benar setara. Kemudian dilakukan pengundian untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, (3) melaksanakan observasi disekolah yang sudah terpilih sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol mengenai rancangan pelaksanaan pembelajaran dan kegiatan belajar mengajar serta melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA di sekolah tempat melakukan penelitian, (4) menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama penelitian. Seperti, menyiapkan alat dan bahan pembelajaran, yaitu: (a) menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran kooperatif tipe

think pair share (TPS) berbantuan media visual, (b) menyiapkan alat dan media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, (5) peneliti dan guru mata pelajaran IPA kelas V untuk kelas

eksperimen melakukan

diskusi/menyamakan persepsi terkait dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) berbantuan media visual, (6) penyusunan instrumen tes hasil belajar, (7) mengkonsultasikan perangkat dan instrumen yang akan digunakan untuk penelitian dengan dosen pembimbing.

Kemudian menguji validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Pada tahap pelaksanaan yaitu, memberikan perlakuan terhadap pembelajaran yang diteliti.

Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) berbantuan media visual pada kelas eksperimen selama 7 kali pertemuan (masing-masing pertemuan 2 x 35 menit).

Dan tahap akhir yaitu memberikan post test. Hal ini dilakukan untuk dapat mengungkapkan secara tuntas mengenai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini.

Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan beberapa metode pengumpulan data yang disesuaikan dengan tuntutan data dari masing-masing rumusan permasalahan. Berkaitan dengan permasalahan yang dikaji pada penelitian ini maka jenis data yang diperlukan, yakni data hasil belajar IPA. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data hasil belajar IPA siswa adalah tes pilihan ganda.

Penelitian ini menggunakan instrumen sesuai dengan jenis dan sifat data yang dicari. Instrumen yang digunakan adalah tes pilihan ganda. Tes hasil belajar IPA juga diuji secara teoretik dan empirik.

Secara teoretik, tes hasil belajar IPA tersebut diuji melalui uji pakar. Secara empirik, dilakukan dengan uji validitas, uji reliabilitas, uji taraf kesukaran dan uji daya pembeda. Berdasarkan uji teoretik dan empirik, dari 40 butir soal, 25 soal dinyatakan layak digunakan untuk post-test.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik

(6)

6 deskriptif dan statistik inferensial. Analisis deskriptif dilakukan dengan menghitung mean, standar deviasi, dan varians terhadap masing-masing kelompok.

Statistik inferensial bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian. Sebelum melakukan pengujian hipotesis, dilakukan beberap uji prasyarat analisis data, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Pengujian hipotesis terhadap hipotesis nol (H0) menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkerelasi) dengan rumus polled varians.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, hasil belajar IPA siswa yang diperoleh melalui post-test terhadap 24 orang siswa pada kelompok eksperimen menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 24 dan skor terendah adalah 8. Hasil post- test kelompok eksperimen diperoleh Mean (18,00), Median (18,375), dan Modus (18,60). Apabila data tersebut divisualisasikan ke dalam kurva polygon akan tampak seperti Gambar 1.

Gambar 1. Kurva polygon data hasil post- test kelompok eksperimen Berdasarkan Gambar 1 tersebut, diketahui bahwa modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan demikian kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor kelompok eksperimen cenderung tinggi.

Untuk mengetahui kualitas variabel hasil belajar IPA setelah implementasi model pembelajaran kooperatif tipe think pair share berbantuan media visual pada kelompok eksperimen, skor rata-rata hasil belajar IPA siswa dikonversikan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Mi)

dan standar deviasi ideal (SDi). Sesuai dengan analisis statistik deskriptif diketahui bahwa mean (x) hasil belajar IPA setelah implementasi model pembelajaran kooperatif tipe think pair share berbantuan media visual pada kelompok eksperimen adalah 18,00. Jika dikonversikan ke dalam PAP Skala Lima, hasil belajar IPA setelah implementasi model pembelajaran kooperatif tipe think pair share berbantuan media visual pada kelompok eksperimen berada pada kategori tinggi.

Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, hasil belajar IPA siswa yang diperoleh melalui post-test terhadap 28 orang siswa pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 21 dan skor terendah adalah 6. Hasil post- test kelompok eksperimen diperoleh Mean (12,64), Median (12,30), dan Modus (11,83). Apabila data tersebut divisualisasikan ke dalam kurva polygon akan tampak seperti Gambar 2.

Gambar 2. Kurva polygon data hasil post- test kelompok kontrol

Berdasarkan Gambar 2 tersebut, diketahui bahwa modus lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari mean (Mo<Md<M). Dengan demikian kurva di atas adalah adalah kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor kelompok kontrol cenderung rendah.

Untuk mengetahui kualitas variabel hasil belajar IPA setelah implementasi model pembelajaran yang berpusat pada guru pada kelompok kontrol, skor rata-rata hasil belajar siswa dikonversikan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi). Sesuai dengan analisis data diketahui bahwa mean

(7)

7 (x) hasil belajar IPA kelompok kontrol adalah 12,64. Jika dikonversikan ke dalam PAP Skala Lima, hasil belajar kelompok kontrol berada pada kategori sedang.

Sebelum data penelitian ini dianalisis dengan statistik inferensial (uji-t), terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis terhadap data-data hasil penelitian. Uji prasyarat analisis dilakukan untuk memperoleh fakta tentang normalitas data dan homogenitas data varians antar kelompok. Prasyarat yang harus dipenuhi adalah sebaran data berdistribusi normal dan varians antar kelompok homogen.

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Kuadrat (

2)

dengan kriteria data berdistribusi normal jika

2

hitung <

2 tabel.

Dari hasil perhitungan, uji normalitas data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen diperoleh

2

hitung = 1,748 <

2

tabel = 7,815, maka data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji normalitas data hasil belajar IPA siswa pada kelompok kontrol

2

hitung = 1,150 <

2

tabel = 7,815, maka data hasil belajar IPA siswa pada kelompok kontrol berdistribusi normal.

Setelah data hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kontrol berdistribusi normal, maka dilanjutkan

dengan pengujian homogenitas varians antar kelompok. Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika F

hitung < F tabel. Pengujian dilakukan dengan taraf signifikansi 5 % dengan derajat kebebasan untuk pembilang V1 = n1 – 1 dan derajat kebebasan untuk penyebut V2 = n2 – 1.

Berdasarkan hasil pengujian homogenitas diperoleh nilai Fhitung =1,75.

Sedangkan Ftabel dengan dbpembilang = 28-1 = 27, dbpenyebut = 24-1 =23, dan taraf signifikansi 5 % diketahui Ftabel = 2,45. Hal ini berarti Fhitung < Ftabel. Sehingga, varians data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.

Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat analisis data tersebut, maka dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0).

Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians. Uji hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 5 % dan db

= n1+n2-2) dengan kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika thitung > ttabel dan H0 diterima jika thitung < ttabel. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Ringkasan Hasil Uji-t Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Hasil Belajar N Db Mean (x) s2 t hitung t tabel

Eksperimen 24

50

18,00 15,50

4,87 3,182

Kontrol 28 12,64 16,33

Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t, diketahui thit =4, 87 dan ttab = 3,182 dengan db 50 pada taraf signifikansi 5%. Bedasarkan kriteria pengujian, karena thit lebih besar dari ttab (thit 4,87 > ttab 3,182), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya terdapat perbedaan hasil

belajar IPA yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share berbantuan media visual dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran yang berpusat pada guru pada siswa kelas

(8)

8 V SD Gugus II Kecamatan Melaya Tahun Pelajaran 2016/2017.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) berbantuan media visual yang diimplementasikan oleh guru pada kelompok eksperimen dan pembelajaran yang berpusat pada guru yang dilaksanakan dalam pembelajaran oleh guru pada kelompok kontrol dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda pada hasil belajar IPA siswa.

Secara deskriptif, kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) berbantuan media visual memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkankan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran yang berpusat pada guru. Hal ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar IPA siswa dan kecenderungan skor hasil belajar IPA siswa. Rata-rata skor hasil belajar IPA kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) berbantuan media visual adalah 18,00 yang berada pada kategori tinggi, sedangkan skor kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran yang berpusat pada guru adalah 12,64 yang berada pada kategori sedang.

Berdasarkan pengujian hipotesis diketahui nilai thitung = 4,87 dan ttabel =3,182 untuk db = 50 pada taraf signifikasi 5%.

Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung lebih dari ttabel (thitung > ttabel ). Berdasarkan perhitungan tersebut, membuktikan terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share berbantuan media visual dengan pembelajaran yang berpusat pada guru.

Perbedaan hasil belajar IPA setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share berbantuan media visual membuat siswa merasa senang dalam pembelajaran. Huda (2011) menyatakan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran TPS memberikan kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Dengan ciri anak yang kompetitif, setiap pasangan berusaha

sebaik mungkin untuk tampil baik di depan siswa yang lainnya. Hal ini dapat dilihat dari keberanian siswa mengungkapkan pendapat tanpa rasa takut salah, tidak malu untuk menanyakan tentang hal-hal yang kurang dipahami, mau mendengarkan pendapat orang lain sehingga pembelajaran berjalan optimal dan hasil belajar siswa meningkat. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share berbantuan media visual menciptakan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan karena lebih berpusat pada siswa, yang mana dalam kegiatan pembelajaran siswa diberikan kesempatan lebih untuk berpikir, berkelompok dan berbagi. Hal ini nampak saat siswa berbagi hasil diskusi menggunakan media visual siswa lebih bersemangat. Sejalan pendapat Trianto (2009:81) yang menyatakan bahwa model pembelajaran Think Pair Share merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

Tidak hanya itu, langkah-langkah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yang terdiri atas berpikir (think), berpasangan (pair), dan berbagi (share) pada penerapannya dikaitkan dengan media visual. Dengan dikaitkannya media visual dapat menarik perhatian peserta didik dalam belajar, sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan.

Melalui media visual ingatan siswa menjadi lebih kuat, semangat siswa untuk belajar lebih tinggi dan media visual mampu memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Hal ini sejalan dengan pendapat Anitah (2008) yang mengatakan bahwa manfaat media visual dapat mempermudah siswa dalam mengerti suatu penjelasan yang bersifat abstrak. Keterkaitan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dengan media visual pada proses pembelajaran yaitu sebagai berikut: 1) pada proses berpikir (think) siswa lebih terarah ke materi pembelajaran yang dibahas menggunakan bantuan media visual. 2) pada proses berpasangan (pair) siswa dapat berinteraksi dengan siswa lain berupa tanya jawab maupun pengajuan pendapat. Pasangan

(9)

9 belajar memiliki peranan sebagai teman berpikir, sehingga permasalahan yang diberikan oleh guru dapat diupayakan penyelesaiannya secara bersama-sama dengan bantuan media visual melalui proses berpikir bersama serta urunan pendapat dalam diskusi. 3) pada proses berbagi (share) yang dimaksud dalam hal ini adalah siswa berbagi hasil diskusi terkait solusi dari masalah yang diberikan oleh guru menggunakan bantuan media visual.

Maka dari proses pembelajaran ini dapat memberikan pembelajaran yang bermakna dan dapat meningkatkan semangat, keaktifan siswa yang pada akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Sutarminingsih, melalui model pembelajaran think pair share yang dilaksanakan di SD N 7 Kubutambahan pada mata pelajaran IPA menunjukkan hasil model pembelajaran think pair share telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara berkelompok, memberi siswa kesempatan lebih untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara berkelompok, dikenal dengan istilah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah “sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama” Enggen and Kauchak (dalam Trianto 2012:58).

Pemanfaatan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) berbantuan media visual dapat meningkatkan semangat, keaktifan siswa yang pada akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari siswa bertanggung jawab terhadap diri sendiri, juga bertanggung jawab terhadap pasangannya dan kegiatan pembelajaran didominasi oleh siswa, guru hanya sebagai fasilitator yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa. Guru juga memberikan penghargaan kepada siswa yang mau menyampaikan pendapatnya, sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar. Dengan demikian

tujuan pembelajaran IPA tercapai secara optimal.

Temuan dalam penelitian ini dikuatkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2014) yang menemukan bahwa, dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan media lingkungan ini, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kreatif, dan kritis, yang akhirnya bermuara pada hasi belajar IPA lebih maksimal. Selain itu melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan media lingkungan ini, dapat melatih siswa untuk berdiskusi dan mengemukakan pendapatnya di depan kelas.

Berbeda halnya pada kelas kontrol yaitu dengan pembelajaran yang berpusat pada guru, pembelajaran lebih didominasi oleh guru. Dalam pemberian materi, guru hanya menggunakan metode ceramah, penugasan, diskusi, dan tanya jawab.

Ketika guru memberikan penjelasan materi kepada siswa, maka akan diselingi dengan melakukan tanya jawab. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah memahami atau menyimak dengan baik materi yang sudah disampaikan oleh guru.

Dalam kegiatan pembelajaran yang berpusat pada guru, hanya terjadi interaksi satu arah yaitu antara guru dan siswa.

Model pembelajaran ini tentunya akan membuat siswa cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran dan siswa akan cepat merasa bosan karena siswa hanya menyimak penjelasan dari guru dan menjawab guru apabila guru melontarkan suatu pertanyaan. Hal ini yang membuat kurangnya aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) berbantuan media visual mempunyai pengaruh lebih besar terhadap hasil belajar dari pada kelompok siswa yang belajar menggunakan pembelajaran yang berpusat pada guru pada mata pelajaran IPA siswa kelas V di SD Gugus II Kecamatan Melaya di

(10)

10 Kabupaten Jembrana semester genap tahun pelajaran 2016/2017.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Tipe TPS berbantuan media visual dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran yang berpusat pada guru pada kelas V SD Gugus II Kecamatan Melaya di Kabupaten Jembrana. Hal ini dapat dilihat dari rata – rata hasil belajar IPA kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan rata –rata hasil belajar IPA pada kelompok kontrol (X = 18> X =12,64). Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) berbantuan media visual berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Anitah, Sri. 2008. Media Pembelajaran.

Surakarta: Lembaga

Pengembangan Pendidikan (LPP) dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press).

Arsyad, Azhar. 2015. Media Pembelajaran.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Jihad, Asep & Abdul Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: Kencana.

Sutarminingsih, Ni Pt. Evi. 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V SD Negeri Kubutambahan Kecamatan Kubutambahan Tahun Pelajaran

2012/2013”. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif:

Konsep, Landasan, dan

Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jakarta: Kencana.

Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu (Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP).

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Winataputra, dkk. 2001. Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Universitas Terbuka.

Gambar

Gambar  1.  Kurva  polygon  data  hasil  post-        test kelompok eksperimen   Berdasarkan  Gambar  1  tersebut,  diketahui  bahwa  modus  lebih  besar  dari  median  dan  median  lebih  besar  dari  mean  (Mo&gt;Md&gt;M)

Referensi

Dokumen terkait

Perhatikanlah salah satu akar yang sudah diketahui adalah berupa bilangan irasional(bilangan bentuk akar), maka salah satu akar yang lainpun juga akan berupa bilangan irasional

Pengantar tugas akhir ini berjudul Perancangan Visual Branding Grup Band “Holy Spirit”. Adapun permasalahan yang dikaji adalah merancang promosi “Holy Spirit” agar lebih di

Analisis stakeholder pada pengembangan dan proyek manajemen sumberdaya alam selalu terfokus dalam inklusivitas, dan telah digunakan untuk memperkuat kelompok tambahan

Analisis SWOT dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan (faktor internal), serta peluang dan ancaman (faktor eksternal) pada usahatani

Islam sebagai agama yang hadir ditengah-tengah kondisi sosial ma- syarakat arab yang memandang remeh perempuan, Islam tidak melaku- kan perubuhan secara menyeluruh terhadap tradisi

Aplikasi yang dibangun pada artikel ini dapat membantu pengguna mencari informasi alam tanpa harus melakukan pencocokan dengan kata kunci pencarian. 5.2

Pengaruh cukup dalam diartikan bahwa orang tua tetap mengawasi dan menegur apabila melakukan tindakan merokok di rumah, namun apabila sudah di luar rumah kontrol

Nabati, Bahan Bakar Alternatif dari Tumbuhan Sebagai Pengganti Minyak. Bumi