• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TPS (THINK, PAIR, SHARE) BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS V SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TPS (THINK, PAIR, SHARE) BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS V SD"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TPS (THINK, PAIR, SHARE)

BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR

IPS KELAS V SD

Ni Made Dewi Sekarini1, IB. Gede Surya Abadi2, Ni Nym. Ganing3 1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

email: dewisekarini14@yahoo.com1, suryaabadi31@yahoo.co.id2, nyomanganing@yahoo.co.id3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model TPS (Think, Pair, Share) berbantuan Media Audio Visual dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran Konvensional di SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Penatih.Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment dengan rancangan non-equivalent control group

design. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas V di SD Gugus I Gusti Ngurah

Rai Penatih tahun ajaran 2013/2014 berjumlah 456 siswa. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas VB SD Negeri 1 Penatih sebanyak 32 siswa sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas V SD Negeri 2 Penatih yang berjumlah 39 siswa sebagai kelompok kontrol. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah instrumen tes. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model TPS (Think, Pair, Share) berbantuan Media Audio Visual dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil uji- t diperoleh thitung = 15,51 dan ttabel = 2,000. Berdasarkan kriteria pengujian, thitung > ttabel (15,51 > 2,000) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Rata-rata hasil belajar IPS yang diperoleh antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model TPS (Think, Pair, Share) berbantuan Media Audio Visual lebih tinggi dari siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional (74,97>56,36). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran TPS (Think, Pair, Share) berbantuan Media Audio Visual terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V di SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Penatih tahun ajaran 2013/2014.

Kata kunci : TPS, hasil belajar, media audiovisual Abstract

This study aims to determineing significantcy differences of social science learning outcomes between students that learned by implementing TPS (Think, Pair, Share) with media audiovisual with students who learned with the conventional learning in fifth grade goverment elementary school cluster I Gusti Ngurah Rai Penatih of 2013/2014 academic year. This research was a quasi experimental study with research design that is used is Non Equivalent Control Group Design. The population in this research were all students of fifth grade in goverment elementary school cluster I Gusti Ngurah Rai Penatih of 2013/2014 academic year totaling 456 students. The samples in this study were fifth grade students of goverment elementary school 1st Penatih totaling 32 students as

experimental groups and five grade students of goverment elementary school 2nd Penatih

the control group numbered 39 people. Social science learned outcomes data collected by test instrument. The results showed that there were significant differences of Social science learning outcomes between students that learned through implementing TPS (Think, Pair, Share) media audiovisual with students who learned with conventional

(2)

learning. Based on the t-test results obbained tvalue = 15,51 and ttable = 2,000. Based on the testing criteria that tvalue> ttable (15,51>2,000), then Ho was rejected and Ha accepted. The average of social students outcomes between students who learned with TPS (Think, Pair, Share) media audiovisual higher than students who learned with conventional learning (74,97>56,36). It can be concluded that the TPS media audiovisual influence against the outcomes of social science studies fifth grade students in goverment elementary school cluster I Gusti Ngurah Rai Penatih of 2013/2014 academic year.

Keywords : TPS, audiovisual media,outcomes learning PENDAHULUAN

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan aspek penting bagi pengembangan sumber daya manusia, pendidikan merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk

membebaskan manusia dari

keterbelakangan. Pendidikan juga dapat diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk mempelajari pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat diperoleh manusia yang produktif. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di Sekolah Dasar. IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar (Susanto, 2013:138). Berbagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPS telah dan terus dilakukan khususnya oleh guru yang mengajar mata pelajaran IPS. Salah satu keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran IPS ditentukan oleh pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan oleh guru. Dengan demikian pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk suatu materi pelajaran merupakan bagian penting dalam merencanakan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan harapan.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Penatih, khususnya pada mata pembelajaran IPS ditemukan bahwa dalam proses pembelajaran berlangsung guru masih cenderung menggunakan metode

pembelajaran ceramah yang disertai dengan pemberian tugas. Metode ceramah adalah metode pembelajaran yang dilakukan melalui komunikasi lisan dan cenderung lebih terpusat pada guru, sehingga menciptakan kejenuhan dalam lingkungan belajar yang pada akhirnya kurang membentuk sikap aktif pada diri siswa. Hal ini dikarenakan kurangnya penggunaan model-model pembelajaran yang inovatif dan kreatif dalam proses pembelajaran IPS. Hal tersebut, membuat siswa cenderung bosan dan kurang memahami materi yang diajarkan, sehingga dapat berdampak kurang optimalnya hasil belajar siswa. Persoalannya bukan hanya karena kemampuan siswa yang rendah, namun perlu dikaji hal apa yang menjadi pengaruh mendasar mengenai hasil belajar IPS siswa yang sering dicapai kurang maksimal. Berdasarkan hal tersebut, teridentifikasi masalah seperti strategi guru dalam membelajarkan siswa masih belum optimal dan guru kurang menguasai model pembelajaran inovatif dan kreatif.

Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan penelitian sebagai solusi dan memecahkan permasalahan. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dalam proses pembelajaran guru perlu mengadakan pembelajaran yang berlangsung menyenangkan dan dapat merangsang siswa agar lebih mengembangkan kemampuanya serta berperan aktif dalam pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah dengan menerapakan berbagai model pembelajaran.

Model pembelajaran memiliki beberapa variasi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran, salah satunya adalah

(3)

model pembelajaran TPS (Think, Pair, Share) berbantuan media Audio Visual. Model pembelajaran Think, Pair, Share (TPS) dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland. Arends (dalam Chotimah, 2007:33), menyatakan bahwa Think, Pair, Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think, Pair, Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Model pembelajaran TPS memperkenalkan gagasan tentang waktu „tunggu atau berpikir‟ (wait or think time) pada element interaksi pembelajaran kooperatif yang saat ini menjadi salah satu faktor ampuh dalam meningkatkan respons siswa terhadap pertanyaan. (Huda, 2013:206). Think, Pair, Share memiliki keunggulan dari segi prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi peserta didik waktu lebih banyak menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Pada pembelajaran TPS (Think, Pair, Share) terjadi beberapa proses seperti berikut 1) Thinking (berpikir) dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian peserta didik diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu yang telah dilontarkan secara mandiri untuk beberapa saat, 2) Pairing (berpasangan), dalam tahap ini guru meminta peserta didik untuk berpasangan dengan peserta didik yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkanya pada tahap pertama, dan 3) Sharing (berbagi), pada tahap akhir guru meminta pada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. “Pada kegiatan pembelajaran TPS (Think, Pair, Share) tampak peserta didik menuju pemenuhan sendiri kebutuhan intelektualnya dan mengembangkanya sebagai individu berpotensi karena dalam proses pembelajaran lebih melibatkan peserta didik sebagai pemikir dari pada pengumpul pengetahuan” (Chotimah, 2007:34). Keunggulan dari Model pembelajaran

Think, Pair, Share yaitu, pada kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Think, Pair, Share tampak peserta didik menuju pemenuhan sendiri kebutuhan intelektualnya dan mengembangkanya sebagai individu berpotensi karena dalam proses pembelajaran lebih melibatkan peserta didik sebagai pemikiran dari pada pengumpul pengetahuan (Chotimah, 2007:33).

Dalam penerapan model pembelajaran dipandang bahwa bantuan media sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Menurut Waryanto (2007:2) “media pembelajaran merupakan wahana dan penyampaian informasi atau pesan pembelajaran pada siswa”. Dengan adanya media pembelajaran pada proses pembelajaran, diharapkan dapat membantu guru menghilangkan kejenuhan siswa saat mengikuti proses pembelajaran. Media yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah media Audio Visual.

Menurut Sanaky, (2009:105) menyebutkan bahwa Media Audio Visual adalah seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Paduan antara gambar dan suara membentuk karakter sama dengan obyek aslinya. Media Audio Visual disesuaikan dengan tingkat usia siswa, sederhana atau tidak rumit sehingga siswa tidak salah menafsirkan pesan dalam media tersebut. Media Audio Visual dalam pembelajaran ini berfungsi sebagai pengkonstruksi pengetahuan siswa agar siswa lebih tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran. Jadi pembelajaran TPS (Think, Pair, share) berbantuan media Audio Visual adalah suatu pembelajaran dimana guru dapat mengubah pola diskusi kelas dan memungkinkan siswa untuk merespon dan saling membantu satu sama lain, dengan penggunaan media Audio Visual dalam proses pembelajaran dapat lebih menarik minat siswa untuk mengikuti pembelajaran sehingga memudahkan siswa untuk menyerap materi pelajaran. Dengan adanya proses pembelajaran yang menarik siswa pasti akan lebih

(4)

semangat dalam mengikuti proses pembelajaran yang berdampak positif pada hasil belajar siswa.

METODE

Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran TPS (Think, Pair, Share) Berbantuan Media Audio Visual terhadap hasil belajar IPS siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV Gugus I Gusti Ngurah Rai Penatih pada semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini didahului dengan penentuan kelas eksperimen dan kontrol melalui pengacakan kelas karena tidak dapat mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Pada dasarnya penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajran TPS (Think, Pair, Share) berbantuan media Audio Visual terhadap hasil belajar IPS siswa. Dengan memanipulasi variabel bebas yakni pembelajaran TPS (Think, Pair, Share) berbantuan media Audio Visual, dan variabel terikatnya adalah hasil belajar IPS siswa kelas V Gugus I Gusti Ngurah Rai Penatih. Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti secara langsung dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas eksperimen dan juga di kelas kontrol. Pada penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasy experiment). Desain dalam penelitian ini menggunakan eksperimental semu atau kuasi eksperimen, Desain ini dipilih karena tidak memungkinkan megubah kelas yang ada. Desain eksperimen semu yang digunakan adalah nonequivalent control group design. Dalam

nonequivalent control group design

terdapat dua kelompok yang dipilih, salah satu sebagai kelas eksperimen dan kelas lainnya sebagai kelas kontrol, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal kedua kelompok tersebut.

Prosedur yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran eksperimen. Dalam persiapan eksperimen, langkah-langkah yang akan dilakukan yaitu: (a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajran mempersiapakan media dan sumber

pembelajaran (alat peraga, LKS, Silabus dan Kurikulum) yang nanti digunakan dalam proses pembelajaran pada kelompok eksperimen. (b) Menyusun instrumen penelitian berupa tes hasil belajar pada ranah kognitif untuk mengukur hasil belajar IPS siswa. (c) Mengadakan validitas instrumen penelitian yaitu tes hasil belajar IPS. Pada saat pelaksanaan eksperimen langkah-langkah yang akan dilakukan yaitu: (a) Menentukan sampel penelitian berupa kelas dari populasi yang tersedia. (b) Dari sampel yang telah diambil kemudian diundi untuk menetukan kelas eksperimen dan kelas control. (c) Melaksanakan penelitian yaitu memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen berupa model pembelajaran TPS (Think, Pair, Share) berbantuan media Audio Visual dan memberikan perlakuan kepada kelas control berupa model pembelajaran Konvensional. Berdasarkan uraian diatas tugas dalam pembelajaran akan disajikan dan diberikan dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan diterapakan pada kelas Eksperimen dan kelas Kontrol. Pada tahap pengakhiran eksperimen langkah-langkah yang akan dilakukan adalah memberikan post-test pada akhir penelitian, baik untuk kelompok eksperimen maupuan kelompok kontrol.

Menurut Darmadi, (2011:14) menyatakan Populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan ciri yang sama, populasi terdiri dari orang, benda, kejadian, waktu dan tempat dengan sifat atau ciri yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Penatih tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 9 Sekolah yaitu SD Negeri 1 Penatih, SD Negeri 2 Penatih, SD Negeri 3 Penatih, SD Negeri 4 Penatih, SD Negeri 5 Penatih, SD Negeri 6 Penatih, SD Saraswati 6, SD PGRI, dan SD Negeri 9 Kesiman. Informasi yang diperoleh dari Kepala Sekolah serta guru kelas V di masing-masing sekolah yaitu bahwa kelas V yang ada di SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Penatih homogen atau setara secara akademik. Dikatakan setara karena pengelompokan siswa ke dalam kelas - kelas yang ada disebar secara merata antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah

(5)

sehingga tidak terdapat kelas unggulan maupun non unggulan. Oleh karena itu semua kelas V dapat dijadikan populasi dalam penelitian ini. Darmadi (2011:14), menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian. Dalam melakukan pemilihan sampel penelitian, tidak dapat dilakukan pengacakan individu karena tidak bisa mengubah kelas yang terbentuk sebelumnya dan kelas V yang akan dijadikan sampel berada di sekolah yang berbeda-beda. Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa adanya campur tangan peneliti dan tidak dilakukan pengacakan individu, dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan subjek mengetahui dirinya dilibatkan dalam penelitian sehingga penelitian ini benar-benar rmenggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan.

Berdasarkan karakteristik populasi dan tidak bisa dilakukan pengacakan individu, maka pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik Purposive Sampling. Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008:124). Menurut Dantes, (2012:46) menyebutkan bahwa Sampling Purposif (Purposive Sampling) merupakan teknik penarikan sampel yang didasarkan pada ciri atau karakteristik (tujuan) yang ditetapkan oleh peneliti sebelumnya. Asumsi dasar dari sampling purposif ini adalah pertimbangan yang cermat dan strategis dari peneliti dalam menentukan kasus-kasusnya untuk dimasukkan ke dalam sampel. Strategi yang biasa digunakan dalam sampling purposif adalah mengambil kasus-kasus yang dianggap dalam mewakili populasinya.

Pengambilan sampel dengan teknik Purposive Sampling dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memilih populasi yang berjumlah 32 ke atas, hal tersebut dilakukan karena apabila jumlah sampel dibawah 30 data cenderung berdistribusi tidak normal. Adapun populasi yang memenuhi syarat adalah SD Negeri 1 Penatih, dan SD Negeri 2 Penatih. Setelah didapatkan hasil yang di inginkan dilakukan pengundian untuk menentukan sampel yang akan digunakan. Berdasarkan

pengundian diperoleh dua kelas dan menguji kesetaraanya, kedua kelas tersebut dirandom kembali untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi itu. Selain berdasarkan informasi dari ketua gugus I Gusti Ngurah Rai Penatih yang mengatakan bahwa kelas yang digunakan sebagai sampel telah setara, penyetaraan juga dilakukan dengan memberikan soal-soal terkait pelajaran IPS sebelum treatment dilakukan, pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Skor yang diperoleh kemudian digunakan sebagai data dalam melakukan penyetaraan dengan menggunakan rumus uji-t kesetaraan melalui data hasil pre-test yang diberikan kepada masing-masing kelas. Penggunaan uji-t untuk menguji kesetaraan sampel harus memenuhi prasyarat statistik parametrik, yaitu data harus berdistribusi normal dan homogen sehingga data harus diuji normalitas dan homogenitasnya terlebih dahulu. Setelah dilakukan uji kesetaraan didapatkan dua kelas yang setara yaitu kelas VB SD Negeri 1 Penatih dan kelas V SD Negeri 2 Penatih, maka dilanjutkan dengan pengundian untuk mendapatkan kelas eksperimen dan kontrol. Setelah diundi maka muncullah kelas VB SD Negeri 1 Penatih sebagai kelas eksperimen dan kelas V SD Negeri 2 Penatih sebagai kelas kontrol. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Dantes, (2012:166) menyatakan variabel dapat diartikan sebagai suatu totalitas gejala atau objek pengamatan yang akan diteliti. Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran TPS (Think, Pair, Share) berbantuan media Audio Visual, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar IPS.

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar IPS siswa Kelas IV SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Penatih. Untuk mengumpulkan data

tersebut digunakan tes hasil belajar IPS. Tes adalah merupakan alat atau

prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana,

(6)

dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2010:53). Tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar IPS siswa adalah tes obyektif dengan bentuk pilihan ganda biasa digunakan untuk mengumpulkan data pada ranah kognitif siswa. Setiap soal disertai dengan empat alternatif jawaban yang terdiri dari alternatife a, b, c, dan d yang dapat dipilih oleh siswa. Setiap item akan diberikan skor satu apabila menjawab dengan benar dimana jawaban dicocokkan dengan kunci jawaban. Serta skor nol untuk siswa yang menjawab salah. Skor setiap jawaban kemudian dijumlahkan dan jumlah tersebut merupakan skor variabel hasil belajar IPS. Skor hasil belajar IPS berkisar dari 0-100. Skor 0 merupakan skor minimal serta 100 merupakan skor maksimal tes hasil belajar IPS. Tes disusun oleh peneliti dan guru bidang studi IPS melalui bimbingan dari dosen pembimbing.

Sebelum digunakan, tes tersebut terlebih dahulu dijui dengan jumlah responden sebanyak 98 orang. Uji instrumen meliputi uji validitas, uji daya beda, uji tingkat kesukaran, dan uji reliabilitas. Validitas adalah tingkat dimana suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu tes tidak bisa valid untuk sembarangan keperluan atau kelompok, suatu tes hanya valid untuk suatu keperluan dan pada kelompok tertentu (Darmadi,2011:87). Sedangakan menurut Agung (2010:44), “sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur dan mampu menyingkap objek yang hendak diukur atau ketepatan alat ukur dengan hal yang diukur”.Suatu instrumen dikatakan valid jika tes tersebut sudah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu validitas isi dan validitas butir. Uji validitas isi dilakukan dengan cara menyesuaikan butir tes dengan indikator dan standar kompetensi. Uji validitas isi dalam penelitian ini adalah kisi-kisi soal. Untuk mengukur validitas butir tes hasil belajar IPS dalam bentuk objektif pilihan ganda digunakan rumus koofesien korelasi point biserial (rpbi) karena merupakan data dikotomi. Dari 50 soal yang diuji validitas diperoleh 40 soal yang memenuhi syarat validitas. Kemudian 40 butir soal diuji

reliabilitasnya dengan menggunakan rumus Kuder Richadson (KR-20). Agung (2010:48) menyatakan suatu tes dikatakan memiliki reliabilitas tinggi, jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Reliabilitas dapat diartikan sama dengan konsistensi atau keajegan. Reliabilitas akan diuji dengan menggunakan formula Kuder Richardson yang menyatakan bahwa cara menentukan reliabilitas tes lebih tepat apabila dilakukan langsung terhadap butir-butir item tes bersangkutan. Adapun formula yang diajukan oleh dan Richardson ada dua buah yang masing-masing diberi kode KR20 dan KR21. Sudijono (2011:253) menyatakan bahwa rumus KR20 memiliki kebaikan yakni hasil perhitungannya lebih teliti ketimbang rumus KR21. Dari 40 soal yang dinyatakan valid maka diperoleh r11 = 0,99 > 0,70 artinya bahwa soal tes pilihan ganda pada penelitian ini tergolong reliabel dengan kriteria derajat reliabilitas tinggi. Kemudian 40 soal yang valid dan reliabel diuji daya beda. Uji daya beda pada soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan (perkembangan tinggi) dengan siswa yang kurang (kemampuan rendah). Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Indeks diskriminasi ini berkisar antara 0,00-1,00 Arikunto (2003:211). Dari 40 soal yang diuji daya beda diperoleh 13 butir soal dengan kriteria baik, 17 butir soal dengan kriteria cukup dan 10 soal dengan kriteria kurang baik. Soal yang kurang baik dihilangkan sehingga soal yang memenuhi syarat untuk dijui selanjutnya adalah 30 soal. Selanjutnya 30 butir soal dianalisis tingkat kesukarannya. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab tes dan bukan dari sudut guru sebagai pembuat soal. Arikunto, (2003:207) menyatakan bahwa penerbitan soal yang terlalu mudah tidak akan merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkanya, namun sebaliknya penerbitan soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkaunnya. Dapat juga dikatakan bahwa tingkat

(7)

kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan proporsi peserta tes yang menjawab betul butir soal yang diberikan. Dari 30 soal yang diuji tingkat kesukarannya diperoleh 6 soal dengan kriteria mudah, 15 soal dengan kriteria sedang dan 9 butir soal dengan kriteria sukar. Untuk tingkat kesukaran perangkat tes yaitu 0,50 dengan kategori sedang.

Dari hasil uji validitas instrumen yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji daya beda, dan uji tingkat kesukaran, diperoleh 30 butir tes yang dinyatakan layak digunakan dalam penelitian dari total 50 butir tes yang diujicobakan.

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dideskripsikan sesuai dengan variabel masing-masing, yaitu hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran TPS (Think, Pair, Share) berbantuan media Audio Visual dan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Deskripsi data ini berguna untuk memberikan gambaran umum mengenai penyebaran data menurut frekuensinya, menjelaskan kecenderungan tertinggi, kecenderungan menengah, dan kecenderungan rendah, serta untuk menjelaskan pola penyebaran data penelitian. Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk mendeskripsikan data yang diperoleh adalah sebagai berikut. Menghitung Mean, Mean ( atau disebut juga dengan rata-rata merupakan salah satu ukuran untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan singkat tentang sekumpulan data mengenai sesuatu persoalan. Herrhyanto (2007:4.3). Menghitung Modus, Modus adalah nilai yang paling sering muncul. Herrhyanto (2007:4.19) menyatakan bahwa modus digunakan untuk gejala-gejala yang sering terjadi, diberi simbol dengan Mo, dan umumnya Mo dipakai sebagai “nilai rata-rata” bagi data kualitatif. Menghitung Median, Median adalah nilai data yang terletak di tengah setelah data itu disusun menurut urutan nilainya sehingga membagi dua sama besar. Herrhyanto (2007:4.21).

Teknik yang digunakan untuk menganalisis hasil belajar IPS dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis statistik yaitu uji-t. sebelum

dilaksanakannya uji t terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah uji hipotesis dengan statistik paramentrik bisa dilakukan atau tidak. Untuk mengetahui apakah sebaran data skor hasil belajar IPS siswa berdistribusi normal atau tidak maka akan di uji dengan rumus Chi-Square. Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang tejadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Untuk mencari tingkat kehomogenan secara dua pihak yang diambil dari kelompok - kelompok terpisah dari satu populasi yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang akan diuji dengan menggunakan uji F dari Havley. Data yang telah diuji normalitas dan homogenitasnya maka akan diuji hipotesisnya. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji beda mean (uji t) kelompok tidak berkorelasi. Uji Hipotesis menggunakan uji-t dengan rumus polled varian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hipotesis penelitian yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis nol (H0) yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran model TPS (Think, Pair, Share) berbantuan media Audio Visual dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Sedangkan untuk hipotesis alternatif (Ha) yaitu terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran model TPS (Think, Pair, Share) berbantuan media Audio Visual dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

Hasil perhitungan menunjukan nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui model TPS (Think, Pair, Share) berbantuan media Audio Visual sebesar 74,97 dengan varians 28,68 dan standar deviasi 16,94. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar IPS

(8)

siswa kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional adalah 56,36 dengan varian sebesar 21,89 dan standar deviasi 14,79. Dari data tersebut menunjukkan bahwa kelompok eksperimen melalui model TPS (Think, Pair, Share) berbantuan media Audio Visual memiliki nilai rata-rata hasil belajar IPS yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional.

Sebelum dilakukan analisis data dengan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data kelompok eksperimen dan kelompok control.

Berdasarkan atas kurva normal, kelas interval, frekuensi observasi (fo) dan frekuensi empirik (fe) dari data hasil belajar IPA siswa pada kelompok eksperimen diperoleh x2hit = 8,10 dan pada taraf

signifikan 5% dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh x2tabel = x2 (0,95,5) = 11,07,

karena x2tabel > x2hit maka Ho diterima (gagal

ditolak). Ini berarti sebaran data nilai akhir kelas VB SD Negeri 1 Penatih (kelompok eksperimen) berdistribusi normal. Sedangkan untuk hasil belajar IPS pada kelompok kontrol diperolehx2hit =5,56

sedangkan untuk taraf signifikan 5% (α = 0,95) dan derajat kebebasan (db) = 5 diperoleh x2tabel = x2 (0,95,5) = 11,07,

karena x2tabel > x2hit maka Ho diterima (gagal ditolak). Ini berarti sebaran data nilai akhir kelas V SD Negeri 2 Penatih (kelompok kontrol) berdistribusi normal.

Selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan uji F dari Havley, diperoleh diperoleh Fhitung sebesar 1,72 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan db pembilang 31 dan db penyebut 38 adalah 1,76. Ini berarti Fhitung<Ftabel maka data nilai akhir kelompok eksperimen dan data nilai akhir kelompok kontrol adalah homogen.

Dari hasil uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas diperoleh bahwa data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dilanjutkan dengan menguji hipotesis dengan rumus separated varians (jumlah sampel sama (n1=n2). Berikut disajikan rekapitulasi hasil analisis data dengan menggunakan uji-t pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Uji-t

Kelompok X Varians N Db thitung ttabel Kesimpulan Eksperimen 74,97 28,68 32 69 15,51 2,000 Ha diterima Kontrol 56,36 21,89 39

Dari perhitungan uji hipotesis menggunakan uji-t diperoleh thitung = 15,51, sedangkan ttabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk= n1 + n2 – 2 = 32 + 39-2 = 69 adalah 2,000. Dengan demikian, thitung = 15,51 > ttabel = 2,000, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok yang dibelajarkan dengan menerapkan model pembelajaran TPS (Think, Pair, Share) berbantuan media Audio Visual dengan kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas V SD Negeri gugus I Gusti Ngurah Rai Penatih tahun ajaran 2013/2014.

Berdasarkan uji-t diperoleh thitung > ttabel (15,51 > 2,000) berarti hipotesis yang menyebutkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model TPS (Think, Pair, sShare) berbantuan media Audio Visual dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada taraf signifikansi 0,05 diterima.

Hal ini mengandung arti bahwa hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TPS (Think, Pair, Share) berbantuan media Audio Visual lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan dengan menerapkan model pembelajaran konvensional.

Hal ini disebabkan karena dengan menerapkan model pembelajaran TPS (Think, Pair, Share) berbantuan media Audio Visual siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.

(9)

Pembelajaran dengan model pembelajaran

Think, Pair, Share selama kegiatan

pembelajaran siswa berdiskusi bersama dengan pasangan untuk memecahkan sebuah permasalahan pada suatu topik yang dibahas sehingga mungkinkan siswa untuk saling berinteraksi untuk mengutarakan pendapatnya. Arends (dalam Chotimah, 2007:33), menyatakan bahwa Think, Pair, Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think, Pair, Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Penerapan model pembelajaran TPS

(Think, Pair, Share) dalam proses

pembelajaran dibantu dengan media Audio

Visual. Audio Visual adalah media

pembelajaran yang didalamnya terdapat unsur suara dan gambar yang bergerak membentuk karakter sama dengan obyek aslinya yang dalam proses pembelajaran mengaitkan antara dua indera yaitu indera penglihatan dan pendengaran. Sehingga pembelajaran TPS (Think, Pair, share) berbantuan media Audio Visual adalah suatu pembelajaran dimana guru dapat mengubah pola diskusi kelas dan memungkinkan siswa untuk merespon dan saling membantu satu sama lain, dengan penggunaan media Audio Visual dalam proses pembelajaran dapat lebih menarik minat siswa untuk mengikuti pembelajaran sehingga memudahkan siswa untuk menyerap materi pelajaran. Berbeda dengan pembelajaran IPS yang menerapkan model pembelajaran konvensional siswa terkadang lebih pasif mengikuti proses pembelajaran karena konsep IPS cenderung disampaikan langsung oleh guru kepada siswa, guru jarang memanfaatkan media pembelajaran dan jarang melakukan percobaan sehingga siswa kurang memperoleh pemahaman yang mendalam tentang konsep IPS.

Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran TPS (Think, Pair, share)

berbantuan media Audio Visual dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas V SD gugus I Gusti Ngurah Rai Penatih Tahun Pelajaran 2013/2014.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen 1= 74,97 dan kelas kontrol 2= 56,36. Ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen 1= 74,97 > 2 = 56,36 kelompok kontrol. Lebih lanjut, berdasarkan hasil uji hipotesis dan pembahasn hasil penelitian yang dipeoleh, bahwa pembelajaran yang menggunakan TPS (Think, Pair, share) berbantuan media Audio Visual memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan menggunakan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPS. Dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh kelompok siswa yang mendapat perlakuan model TPS (Think, Pair, share) berbantuan media Audio Visual yaitu 74,97 dam kelompok siswa dengan pembelajaran konvensional yaitu 56,36, serta berdasarkan kriteria pengujian taraf signifikasi 5% diperoleh thitung = 15,51 > ttabel = 2,000 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima.

Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarakan melalui model TPS (Think, Pair, share) berbantuan media Audio Visual dan kelompok siswa yang dibelajarkan memalui pembelajaran konvensional pada kelas V SD gugus I Gusti Ngurah Rai Penatih tahun ajaran 2013/2014. Hal ini disebabkan karena dengan menerapkan model pembelajaran TPS (Think, Pair, Share) berbantuan media Audio Visual siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dengan model pembelajaran

Think, Pair, Share selama kegiatan

pembelajaran siswa berdiskusi bersama dengan pasangan untuk memecahkan sebuah permasalahan pada suatu topik yang dibahas sehingga mungkinkan siswa untuk saling berinteraksi untuk mengutarakan pendapatnya. Arends (dalam Chotimah, 2007:33), menyatakan bahwa “Think, Pair, Share merupakan suatu cara

(10)

yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas”. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think, Pair, Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Penerapan model pembelajaran TPS

(Think, Pair, Share) dalam proses

pembelajaran dibantu dengan media Audio

Visual. Audio Visual adalah media

pembelajaran yang didalamnya terdapat unsur suara dan gambar yang bergerak membentuk karakter sama dengan obyek aslinya yang dalam proses pembelajaran mengaitkan antara dua indera yaitu indera penglihatan dan pendengaran. Sehingga pembelajaran TPS (Think, Pair, share) berbantuan media Audio Visual adalah suatu pembelajaran dimana guru dapat mengubah pola diskusi kelas dan memungkinkan siswa untuk merespon dan saling membantu satu sama lain, dengan penggunaan media Audio Visual dalam proses pembelajaran dapat lebih menarik minat siswa untuk mengikuti pembelajaran sehingga memudahkan siswa untuk menyerap materi pelajaran.

Berdasarkan simpulan tersebut adapun saran yang disampaikan yaitu agar dengan diadakan penelitian dengan model TPS (Think, Pair, Share) berbantuan media Audio Visual ini, hendaknya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dan dikembangkan dalam pembelajaran IPS di sekolah, guru diharapkan untuk lebih menambah wawasan atau pengetahuan tentang pembelajaran kreatif dan inovatif, dan mampu mengembangkan inovasi pembelajaran dengan menerapkan strategi, metode, model maupun media pembelajaran sehingga memberikan kontribusi yang baik terhadap hasil belajar siswa.

Bagi sekolah disarankan mampu menyediakan sarana dan prasarana yang maksimal untuk menunjang pembelajaran agar siswa semakin termotivasi untuk belajar dan memanfaatkan sarana tersebut untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa

sehingga mutu pendidikan sekolah menjadi semakin meningkat.

Bagi peneliti disarankan tidak hanya menerapkan model pembelajaran pembelajaran TPS (Think, Pair, Share) berbantuan media Audio Visual pada siswa kelas VB di SD Negeri 1 Penatih dan kelas V SD Negeri 2 Penatih namun bisa menerapkannya di subyek penelitian lain sehingga proses pembelajaran IPS dapat berlangsung optimal.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A.A Gede. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja.

Arikunto. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Chotimah, Hasnul. 2009. Strategi-strategi

Pembelajaran untuk Penelitian

Tindakan kelas. Malang: Surya Pena Gemilang.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian

Pendidikan. Pontianak:

Alfabeta,CV.

Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Herrhyanto, Nar. 2008. Statistika Dasar.

Jakarta: Universitas Terbuka. Huda, Miftahul, 2013. Model-Model

Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Sanaky, Hujair. 2009. Media pembelajaran. Yogyakarta: Sarifia Insania Press. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta,CV.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Kencana.

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Rantai tataniaga dalam perdagangan sapi Bali asal Timor yang diantar pulaukan ke DKI Jakarta dapat digambarkan sebagai berikut: 1) dimulai dari pedagang besar

Penggunaan Laserpunktur untuk Sinkronisasi Estrus pada Fase Luteal pada Kambing Peranakan Etawa (PE) [Thesis]. Universitas

Selain itu, dibuat juga beberapa functional specification untuk menjawab beberapa requirement dari Business process owner yang tidak ter- cover oleh SAP1. Ditambah lagi dengan

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa dengan motivasi belajar matematika tinggi akan mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pusat dan tinggi rata-rata wilayah kecamatan se – Kabupaten Banyumas melalui aplikasi sistem koordinat bola dengan bantuan

Hasil analisis menunjukkan rata-rata sikap siswa-siswi mengenai seks pranikah pada kelompok eksperimen setelah diberikan penyuluhan tentang seks pranikah mengalami peningkatan

Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis ucapkan karena skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan