• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR IPS

SISWA KELAS V

Ni Made Diantari, Ni Wayan Arini2, Ni Ketut Suarni3

1,2Jurusan PGSD, 3Jurusan BK, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: diantari295@gmail.com1, wayanarini@yahoo.co.id2, tut_arni@yahoo.com3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran STAD berbantuan peta konsep dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional siswa sekolah dasar kelas V di Gugus V Kecamatan Melaya tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini tergolong eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan rancangan non-equivalent posttest only control group design dan sampel sebanyak 51 orang yang diambil secara simple random sampling. Data hasil belajar IPS siswa dikumpulkan melalui instrument tes hasil belajar dengan bentuk tes objektif. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif STAD berbantuan peta konsep dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPS siswa Sekolah Dasar kelas V di Gugus V Kecamatan Melaya (thitung = 2,791 dan ttabel = 2,010 sehingga thitung > ttabel).Adanya perbedaan tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran STAD berbantuan peta konsep berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa Sekolah Dasar kelas V di Gugus V Kecamatan Melaya tahun pelajaran 2016/2017.

Kata Kunci: student teams achievement divisions (STAD), peta konsep, hasil belajar.

Abstract

This study aimed to determine the difference of social science learning outcomes between students who were given learning STAD assisted concept maps and students taught by given conventional learning of V grade elementary school students in Cluster V District Melaya academic year 2016/2017. This research is classified as quasi experiment with non- equivalent design of posttest only control group design and 51 samples taken by simple random sampling. Social science students' learning outcomes students were collected through test result learning instrument with objective test form. The students obtained were analyzed using descriptive analysis technique and inferential statistic (t-test). The results showed that there were significant differences in social science learning outcomes between students who were given learning STAD assisted with concept maps and students who were given conventional learning on social science subjects of elementary school class V in Cluster V District Melaya (thitung = 2,791 and ttable = 2.010 so thitung> ttable). The existence of the difference shows that the given learning STAD STAD assisted Concept Map influences the learning outcomes of social science of Elementary School Grade V in Cluster V District Melaya in academic year 2016/2017.

Key words: student teams achievement division (STAD), concept maps, learning outcomes

(2)

PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dalam pasal 37 ayat 1 bahwa

“Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat”, salah satunya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Hal ini mengisyaratkan bahwa pendidikan di sekolah dasar wajib membelajarkan pembelajaran IPS sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.

Setiap guru dituntut untuk memahami mengenai alasan mengapa suatu mata pelajaran yang diajarkan perlu dibelajarkan di sekolahnya.

Demikian halnya dengan guru IPS, baik itu sebagai guru mata pelajaran maupun sebagai guru kelas seorang guru harus tahu benar kegunaan-kegunaan apa saja yang dapat diperoleh dari pelajaran IPS untuk mendorong pola berpikir peserta didik agar termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal itu tentunya dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran tertentu agar proses belajar mengajar yang dilakukan menjadi lebih menarik.

Perlu diketahui bahwa pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah dasar yang ada di Gugus V Kecamatan Melaya belum memenuhi KKM yang telah ditetapkan di sekolah.

Dalam proses pembelajaran siswa hanya datang, duduk, mendengar, dan penugasan. Pembelajaran yang dilaksanakan membosankan, tidak menarik, dan hasil yang diharapkan menjadi tidak maksimal. Adanya permasalahan ini, tentu berdampak pada prestasi belajar IPS siswa.

Hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas V SD yang ada di Gugus V Kecamatan Melaya yang dilakukan pada tanggal 18 Januari 2017, diperoleh informasi bahwa masih rendahnya ketercapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

Rendahnya hasil belajar IPS tersebut tercermin dari nilai rata-rata mata pelajaran IPS siswa kelas V semester ganjil ternyata belum memenuhi KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah.

Rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran IPS disebabkan oleh dua faktor yaitu, faktor yang disebabkan oleh guru dan faktor yang disebabkan oleh siswa. Rendahnya ketercapaian hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS yang disebabkan oleh faktor guru di antaranya (a) guru kebingungan dalam memilih model pembelajaran yang mendukung pelaksanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan, (b) guru jarang menginstruksikan siswa untuk melakukan kegiatan belajar berkelompok, (c) kurangnya pemberdayaan sarana dan prasarana serta media yang mendukung pelaksanaan pembelajaran IPS, dan (d) kurangnya pemberian penghargaan guru kepada siswa. Rendahnya ketercapaian hasil belajar dalam mata pelajaran IPS juga disebabkan oleh faktor siswa di antaranya (a) kurangnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPS, (b) siswa pasif dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan guru sehingga pemahaman siswa kurang dan hasilnya berpengaruh pada hasil belajar siswa, (c) kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, (d) siswa banyak yang tidak menyampaikan pendapatnya karena tidak memahami materi yang diajarkan.

Berdasarkan hasil penelitian awal pada saat pelaksanaan pembelajaran di kelas V menunjukkan beberapa kelemahan-kelemahan guru dalam melaksanakan pembelajaran IPS, yaitu (a) guru memulai proses pembelajaran tanpa melakukan apersepsi atau

(3)

menggali pengetahuan awal yang dimiliki siswa, (b) guru cenderung menggunakan model pembelajaran yang didominasi dengan metode ceramah dalam menyampaikan materi atau pokok bahasan tanpa adanya proses penemuan kembali terhadap materi atau pokok bahasan tersebut, dan (c) guru belum memaksimalkan pembelajaran secara konstektual dengan memanfaatkan potensi lingkungan sebagai media dan sumber belajar. (d) guru jarang memberikan apresiasi kepada siswa yang berprestasi.

Penyebab rendahnya hasil belajar IPS tersebut dibuktikan dengan hasil pencatatan dokumen nilai ulangan tengah semester SD yang ada di Gugus V Kecamatan Melaya yang disajikan pada tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1 Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V di Gugus V Kecamatan MelayaTahun Pelajaran 2016/2017

No Nama Sekolah Dasar KKM Rata- Rata 1 SD Negeri 1 Tukadaya 64 63 2 SD Negeri 2 Tukadaya 65 62 3 SD Negeri 3 Tukadaya 63 60 4 SD Negeri 4 Tukadaya 68 65 5 SD Negeri 5 Tukadaya 63 60 6 SD Negeri 3 Tuwed 65 63

Jumlah 383 373

Rata-rata 64 62

(Sumber: Dokumen Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas V di Gugus V Kecamatan Melaya)

Hasil data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa rendahnya rata-rata nilai hasil belajar IPS yang masih di bawah KKM yaitu dengan nilai 64. Berdasarkan hasil wawancara, observasi awal, dan pencatatan dokumen yang dilakukan di

SD gugus V Kecamatan Melaya dengan guru mata pelajaran IPS di kelas V dilakukan secara lebih mendalam, terungkap bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS tergolong cukup rendah. Banyak siswa yang harus mengikuti program remedial untuk dapat mencapai KKM yaitu 64. Dalam proses belajar mengajar melibatkan berbagai macam kegiatan jika menginginkan hasil yang maksimal. Salah satu cara yang dapat digunakan agar mendapatkan hasil maksimal seperti yang diinginkan adalah memberi tekanan dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilaksanakan dengan memilih salah satu model pembelajaran yang tepat karena pemilihan model pembelajaran yang tepat pada hakikatnya merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini guru dituntut untuk lebih kreatif dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menginstrusikan siswa membuat peta konsep pada saat proses belajar mengajar berlangsung siswa mungkin dapat lebih memahami akan materi yang sedang dibelajarkan.

Selama ini pelajaran IPS lebih banyak berpusat pada guru, sehingga tidak mendorong kreativitas siswa.

Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sangat kecil. Hal ini yang menyebabkan siswa enggan berpikir, sehingga muncul perasaan jenuh dan bosan dalam mengikuti pelajaran IPS. Akibat dari sikap siswa tersebut, maka dapat dipastikan hasil belajarnya pun rendah. Artinya hasilnya tidak memenuhi batas ketuntasan minimum yang ditetapkan sekolah.

Adapun solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan sebuah model pembelajaran yang mampu mengoptimalkan kegiatan pembelajaran, sehingga siswa mampu menerima dan menguasai materi dengan baik.

(4)

Pemilihan model yang tepat dengan berbantuan peta konsep akan membantu guru untuk memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep yang telah dipelajarinya yaitu dengan menggunakan model STAD.

Alasan menggunakan model pembelajaran STAD adalah dengan menggunakan model STAD dapat memudahkan guru di dalam pengelompokan siswa yang heterogen, dan juga dapat meningkatkan peran serta keaktifan siswa karena masing- masing tim termotivasi untuk mendapatkan penghargaan yang akan diberikan oleh guru kepada masing- masing kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki konsep kerja yang sederhana, hal ini dapat memudahkan guru dalam memberikan materi ajar kepada siswa dengan cara membentuk kelompok agar siswa dapat saling membantu dalam memahami materi pembelajaran. Pada dasarnya model pembelajaran STAD merupakan model pembelajaran tipe kooperatif yang menggunakan kelompok-kelompok kecil yang tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa secara heterogen. Model STAD merupakan suatu model yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan model pembelajaran STAD siswa dilatih cara mengutarakan pendapat, dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran.

Dengan model pembelajaran STAD berbantuan peta konsep diharapkan dapat mempengaruhi pola interaksi siswa untuk memahami konsep-konsep yang diajarkan.

Pada dasarnya peta konsep merupakan suatu bagan skematik yang digunakan untuk membantu mengorganisasikan ide-ide pokok atau gagasan pikiran ke dalam materi pelajaran yang akan dipelajari. Dengan menguasai konsep dimungkinkan untuk memperoleh pengetahuan yang tidak terbatas, dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan sesuatu yang telah dicapai oleh pebelajar (siswa) berkat adanya usaha yang ditunjukkan yaitu perubahan tingkah laku yang mana perubahan tingkah laku tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam aspek kehidupan dan diukur secara kuantitatif.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, perlu adanya suatu tindakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun upaya yang dapat dilakukan yaitu berupa penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) Berbantuan Peta Konsep terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Sekolah Dasar Kelas V di Gugus V Kecamatan Melaya Tahun Pelajaran 2016/2017”.

METODE

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen) dengan rancangan non- equivalen post-test only control group design. Penelitian ini dilakukan di SD Gugus V Kecamatan Melaya, pada rentang waktu semester genap tahun pelajaran 2016/2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus V Kecamatan Melaya yang terdiri dari 6 kelas dan berjumlah 121 orang siswa. Sebelum digunakan sebagai populasi penelitian maka dilakukan uji kesetaraan dengan uji-t independent untuk menguji perbedaan hasil belajar nilai UTS mata pelajaran IPS siswa semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017.

(5)

Hasil analisis menunjukkan bahwa ke enam sekolah dinyatakan setara. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Dari 6 kelas yang ada dilakukan pengundian untuk diambil 2 kelas yang akan dijadikan sampel penelitian. Berdasarkan hasil pengundian diperoleh 2 sekolah sebagai sampel yaitu SD Negeri 1 Tukadaya sebagai kelas kontrol dan SD Negeri 2 Tukadaya sebagai kelas eksperimen.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes, dengan instrumen pengumpulan data adalah tes hasil belajar IPS. Instrumen yang dikembangkan adalah tes hasil belajar IPS dalam bentuk tes pilihan ganda. Tes tersebut telah dikonsultasikan dengan para ahli sebagai judges instrumen untuk mengetahui kevaliditasan isi tes tersebut, dan telah diuji cobakan, sehingga teruji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda tes.

Data dianalisis menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial.

Pada teknik analisis deskriptif dicari nilai Mean (M), Modus (Mo), Median (Md) dan Standar Deviasi (SD).

Penyajian data dalam penelitian ini disajikan dalam grafik polygon. Sebelum

dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi. Uji asumsi meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varian. Uji normalitas sebaran data dilakukan untuk mengetahui data kedua kelompok berdistribusi normal apa tidak. Uji normalitas sebaran data menggunakan analisis chi-square. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui sebaran data benar-benar bersifat homogen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah melakukan penelitian pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol maka diperoleh gambaran tentang hasil belajar IPS, data dianalisis dengan analisis deskriptif untuk mengetahui Mean (M), Median (Md), Modus (Mo) dan standar deviasi.

Dengan demikian hasil analisis data statistik deskriptif dapat disajikan pada tabel 2 sebagai berikut.

Statistik Deskriptif Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

N 25 26

Nilai Maksimal 30 26

Nilai Minimal 12 8

Mean (M) 22,24 16,65

Median (Md) 22,6 16,125

Modus (Mo) 25,5 14,7

Varians 21,16 13,27

Standar Deviasi 4,61 3,64

Tabel 2. Statistik Deskriptif Hasil Belajar IPS Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

(6)

Setelah disajikan data ke dalam tabel statistik deskriptif kemudian data disajikan ke dalam bentuk kurva polygon. Hubungan antara mean (M), median (Md), dan modus (Mo) digunakan untuk menentukan kemiringan kurva polygon distribusi frekuensi seperti penyajian data hasil post-test untuk kelompok eksperimen pada Gambar 1.

Gambar 1.

Kurva Polygon Post-test Data Hasil Belajar IPS Kelompok Eksperimen

Nilai rerata (mean) kemudian dikonversikan untuk mengetahui tinggi rendahnya hasil belajar IPS kelas V kelompok eksperimen dengan PAP kriteria lima kategori (skala lima). Sesuai analisis data bahwa rerata (Mean) pada hasil pembelajaran dengan menggunakan model STAD berbantuan peta konsep pada kelompok eksperimen adalah 22,24 maka dapat digolongkan pada kriteria sangat tinggi

Distribusi frekuensi data hasil belajar IPS pada kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2.

Kurva Polygon Post-test Data Hasil Belajar IPS Kelompok Kontrol

Berdasarkan kurva polygon di atas, dapat diketahui bahwa nilai modus lebih kecil dari median, dan median lebih kecil dari mean (Mo<Md<M) 14,7<16,125<16,65. Data yang termasuk pada distribusi juling poditif ini mengartikan bahwa sebagian besar skor hasil belajar IPS cenderung rendah.

Hasil belajar IPS siswa kelompok kontrol kemudian dikonversikan ke dalam PAP Skala Lima untuk menentukan tinggi rendahnya sebaran data. Berdasarkan hasil konversi, diperoleh bahwa skor rata-rata (mean) hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol adalah 16,65 dapat digolongkan pada kriteria rendah.

Setelah diketahui hasil analisis statistik deskriptif, selanjutnya dilakukan uji prasyarat terhadap sebaran data hasil post-test yang meliputi uji normalitas dan homogenitas.

0 2 4 6 8 10

15 18 21 24 27 30 33

frekuensi

Titik Tengah

M = 16,5 Md = 16,125 Mo = 14,7

01 23 45 67

13 16 19 22 25 28 31

frekuensi

Titik Tengah

Mo = 25,5 Md = 22,6 M = 22,24

22222222, 4

(7)

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat dalam mencari normalitas data untuk kelompok eksperimen, diperoleh χ²hit = 2,135 dan χ²tab pada taraf signifikansi 5% dan dk 4 adalah 9,488. Hal ini berarti χ²hit < χ²tab sehingga data post-test kelompok eksperimen berdistribusi normal.

Kemudian perhitungan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat dalam mencari normalitas data untuk kelompok kontrol, diperoleh χ²hit = 3,604 dan χ²tab pada taraf signifikansi 5% dan dk 4 adalah 9,488. Hal ini berarti χ²hit < χ²tab sehingga data post-test kelompok kontrol berdistribusi normal.

Pada uji homogenitas varian menggunakan rumus uji F dengan kriteria Fhit < Ftab, diperoleh Fhit data hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah 1,601 sedangkan Ftab pada taraf signifikansi 5% dan dk pembilang = 24 dan dk penyebut = 25 adalah 1,964.

Berdasarkan rangkuman hasil uji-t yang disajikan pada tabel 3, diketahui bahwa nilai thit = 2,791 sedangkan ttab

dengan taraf signifikansi 5% dan db = 49 adalah 2,010. Hal ini berarti thit > ttab

sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ”terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran STAD berbantuan peta konsep dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPS siswa sekolah dasar kelas V di Gugus V kecamatan Melaya tahun ajaran 2016/2017”.

Hal ini berarti, varians data hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen.

Berdasarkan hasil anaisis uji prasyarat, diperoleh bahwa data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol sudah memenuhi persyaratan analisis yaitu data berdistribusi normal dan bersifat homogen, sehingga pengujian hipotesis yang diajukan dapat dilaksanakan.

Pengujian hipotesis menggunakan rumus uji-t independent (tidak berkorelasi) polled varians (n1≠n2). Hipotesis yang diuji adalah terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran STAD berbantuan peta konsep dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.

Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan db = n1 – n2.

Kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika thit

> ttab . Hasil perhitungan uji-t dapat dilihat pada Tabel 3

Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa model pembelajaran STAD berbantuan peta konsep berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa sekolah dasar kelas V di Gugus V Kecamatan Melaya tahun pelajaran 2016/2017. Perbedaan yang signifikan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut.

Pertama, penggunaan peta konsep dalam proses pembelajaran menjadikan siswa merasa sangat senang dan tidak bosan saat proses pembelajaran berlangsung. Perasaan senang yang timbul dalam diri siswa menjadikan siswa memiliki keinginan untuk mempelajari mata pelajaran tersebut secara terus

Kelompok n 𝑿 s2 db thit ttab

Eksperimen 25 23,21 21,16

49 2,791 2,010

Kontrol 26 20,00 13,27

Tabel 3. Hasil uji-t

(8)

menerus, dan tidak memiliki rasa bosan saat proses pembelajaran berlangsung.

Pendapat ini sesuai dengan penjelasan Kurjono (dalam Wasti, 2013) yang menyatakan bahwa seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap mata pelajaran, maka ia akan menerima pelajaran tersebut dengan senang, terus menerus mempelajarinya, tidak merasa terpaksa dalam belajar dan tidak merasakan bosan akan pelajaran tersebut.

Kedua, adanya diskusi kelompok, model pembelajaran kooperatif Student Teams Achivement Division (STAD) berbantuan peta konsep adalah model pembelajaran yang dilaksanakan secara berkelompok. Dalam proses pembelajaran siswa berdiskusi untuk membahas lembar kerja siswa yang diberikan oleh guru.

Melalui diskusi kelompok siswa dapat menyampaikan pendapat atau gagasan untuk memecahkan suatu permasalahan.

Selain itu melalui diskusi kelompok siswa dapat mengembangkan sikap saling menghargai pendapat orang lain dan belajar bermusyawarah. Semua siswa aktif menyampaikan pendapat dalam kelompoknya untuk memahami suatu konsep yang sulit sehingga terbentuk sebuah pemahaman dan pengalaman belajar yang bertahan lama. Hal ini didukung oleh pendapat Kurniasih dan Berlin (2015) menyatakan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif Student Teams Achivement Division (STAD) berbantuan peta konsep setiap anggota kelompok saling mengeluarkan pendapat untuk memahami suatu konsep, sehingga terbentuk pemahaman dan pengalaman belajar yang bertahan lama.

Temuan ketiga, adanya pemberian penghargaan atau rewards kepada siswa.

Hal ini dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dan juga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa pun semakin meningkat. Dalam proses pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achivement Divison (STAD) berbantuan peta konsep penghargaan atau rewards diberikan kepada individu atau setiap kelompok setelah selesai menyampaikan hasil diskusinya dan penghargaan atau rewards berupa bintang prestasi dan tepuk tangan.

Dengan demikian siswa sangat antusias dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Temuan ini didukung oleh penjelasan Djamarah (2002) yang menyatakan bahwa pemberian ganjaran atau penghargaan terhadap prestasi siswa merupakan salah satu cara untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, dan pemberian ganjaran dapat merangsang siswa untuk lebih berprestasi di kemudian hari.

Dengaan demikian terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divison (STAD) berbantuan peta konsep dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Temuan dalam penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Suandi (2013) yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil Belajar IPS dan Keterampilan Sosial Siswa Kelas V SD Negeri 1 Jerowaru Lombok Timur” membuktikan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran tipe STAD mempunyai hasil belajar dan keterampilan sosial yang lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.

(9)

Penelitian yang dilakukan Puspawati (2013) yang berjudul

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Minat dan Prestasi Belajar IPS pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Nomor 3 Legian-Badung”

membuktikan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran model STAD mempunyai minat dan prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.

Penelitian yang dilakukan Suladri (2014) yang berjudul “Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Kurikulum 2013 Tema Hidup Rukun Kelas II Sekolah Dasar No. 1 Sempidi”. Juga membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan berbantuan media gambar dapat meningkatkan prestasi belajar pembelajaran tematik Kurikulum 2013, tema Hidup Rukun pada mata pelajaran matematika siswa kelas II semester 1 SD No. 1 Sempidi tahun pelajaran 2014/2015.

Penelitian yang dilakukan N Lestari (2013) yang menunjukkan bahwa nilai hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan bahan ajar lebih baik dari pada hasil belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Hal ini berarti terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divison (STAD) berbantuan bahan ajar siswa kelas V SD Gugus Budi Utomo Denpasar Timur tahun pelajaran 2013/2014.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS

antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran STAD berbantuan

peta konsep dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional di Sekolah Dasar kelas V Gugus V Kecamatan Melaya tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini dilihat dari rata-rata kelompok eksperimen lebih besar dari rata-rata kelompok kontrol (𝑋 𝐸= 23,21 >

𝑋 𝐾 = 20,00 ). Hasil ini dilihat juga dari penghitungan uji-t, thitung = 2,791>ttabel = 2,010 (dengan db 49 dan taraf signifikansi 5%), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.

Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran STAD berbantuan Peta Konsep berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V.

Adapun saran yang dapat diberikan dan secara praktis ditujukan ke berbagai pihak yaitu, (1) disarankan kepada siswa agar selalu belajar lebih giat dan mau berbagi ilmu antara siswa yang satu dengan yang lain. (2) disarankan kepada guru agar mampu berinovasi dalam proses kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD berbantuan peta konsep ini dengan baik di dalam setiap proses kegiatan mengajar, khususnya pada mata pelajaran IPS dan pada mata pelajaran lain (3) disarankan kepada sekolah, model pembelajaran kooperatif STAD diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dan pertimbangan untuk pengambilan kebijakan dalam proses belajar mengajar, guna memperbaiki kualitas pembelajaran di sekolah dan (4) peneliti lain, sebagai calon tenaga pendidik disarankan mampu menerapkan

dan mengembangkan model

pembelajaran kooperatif STAD dengan baik, sehingga ketika terjun ke lapangan peneliti memiliki wawasan, pengalaman, dan kemampuan mengembangkan model pembelajaran kooperatif STAD yang bertujuan untuk meningkatkan hasil

belajar siswa kelas V khususnya pada mata pelajaran IPS.

(10)

DAFTAR RUJUKAN

Djmarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar mengajar. Jakarta:

Rineka Cipta

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2015.

Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Kata Pena.

N Lestari, Wy dkk. 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Bahan Ajar terhadap Hasil Belajar IPS Kelas V Gugus Budi Utomo Denpasar Timur”. e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD, Vol:2 No 1 Tahun 2014.

Puspawati, Nyoman. 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Minat dan Prestasi Belajar IPS pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Nomor 3 Legian-Badung”. e- JournalProgram Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Dasar, Vol:3 Tahun 2013.

Suandi, Muhamad Sahdan dkk. 2013.

“Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil Belajar IPS dan Keterampilan Sosial Siswa Kelas V SD Negeri 1 Jerowaru Lombok Timur”. e-

Journal Program

Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar, Vol:3 Tahun 2013.

Suladri, Ni Made. 2014. “Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Kurikulum

2013 Tema Hidup Rukun Kelas II Sekolah Dasar No. 1 Sempidi”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.

Wasti, Sriana. 2013. Hubungan Minat Belajar dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran Tata Busana di Madrasah Aliyah Negeri 2 Padang.Artikel. Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.

Gambar

Tabel  1  Hasil  Belajar    IPS  Siswa  Kelas  V  di  Gugus  V  Kecamatan  MelayaTahun  Pelajaran  2016/2017

Referensi

Dokumen terkait

 Pelaksanaan pilot commodity trading berdasar pada persyaratan EITI 4.2 yaitu Jika penjualan bagian produksi atau pendapatan negara yang dikumpulkan dalam bentuk

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA

Dalam memasukkan penawaran, Peserta Tender diminta untuk menyatakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (“TKDN”) Barang yang ditawarkan dengan mengisi, menyertai meterai dan

Setiap kali Pelatihan dan praktek dilakukan di tempat- tempat home-home industry atau rumah-rumah penduduk yang memiliki alat-alat pelatihan/ praktek yang disewa

Untuk jenis data tentang motivasi belajar (motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik) akan dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menghitung berapa banyak peserta

Jogiyanto (2008:412) menjelaskan bahwa pasar dikatakan efisien bentuk setengah kuat jika investor bereaksi dengan cepat ( quickly ) untuk menyerap abnormal return

Walaupun perairan Gresik bukan jalur utama Arus Lintas Indonesia (Arlindo), tetapi terhubung melalui arus lokal yang dipengaruhi oleh angin muson, sehingga

1 Menganalisis konsep geografi yang berkaitan dengan fenomena geosfer 63,08 2 Menganalisis prinsip geografi yang berkaitan dengan fenomena geosfer 60,51 3 Menentukan pendekatan