• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP

HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V

Ni Kadek Dian Pusparini

1

, Nyoman Jampel

2

, Nyoman Kusmariyatni

3 1,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

2

Jurusan Teknologi Pendidikan,

FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:{dianpusparini4, nyoman.jampel, nym_kusmariyatni} @undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Teams Games

Tournamen (TGT) dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

konvesional pada siswa kelas V SD di Gugus X Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (quasy

exsperiment) dengan rancangan non-equivalent posttest only control group design yang

dilaksanakan dalam delapan kali perlakuan dan satu kali post-test. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD di Gugus X Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari SD N 1 Kaliuntu, SD N 2 Kaliuntu, SD N 3 Kaliuntu, SD Katolik Karya dengan jumlah siswa 115 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling yaitu cluster sampling dengan teknik undian. Sampel penelitian yaitu 28 orang siswa kelas V SD Negeri 1 Kaliuntu sebagai kelompok eksperimen dan 32 orang siswa kelas V SD Negeri 3 Kaliuntu sebagai kelompok kontrol. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tes yaitu tes objektif pilihan ganda. Dari hasil analisis data, rata-rata kelompok eksperimen 22,5 dan kelompok kontrol 17,31. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t diperoleh thitung lebih besar dibandingkan

dengan ttabel (thitung 5,23 > ttabel 2,021) dengan taraf signifikan 5%, hal ini berarti bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamen (TGT) dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus X Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017.

Kata kunci: Teams Games Tournament, hasil belajar Abstract

The research is to find out the significant difference of IPS learning result between groups of students who were taught by Teams GamesTournament (TGT) model learning and groups of students who were taught by conventional learning model in grade V elementary students in Buleleng District Buleleng Regency in academic year 2016 / 2017. The research is quasi experiment with non-equivalent posttest only control group design which conducted in eight treatments and one posttest. The research population is all students of class V SD in Gugus X Buleleng District Buleleng Regency in academic year 2016/2017, consist of SD N 1 Kaliuntu, SD N 2 Kaliuntu, SD N 3 Kaliuntu, and SD Katolik Karya with 115 students. The sampling is random sampling technique that is cluster sampling with lottery technique. The

(2)

2

sample of research is 28 students of grade V of SD Negeri 1 Kaliuntu as experiment group and 32 students of class V SD Negeri 3 Kaliuntu as control group. The data collection in this research is done by test that is multiple choice objective test. The result of the data analysis, the average experimental group was 22.5 and the control group was 17.31. The result of the research shows that the result of t-test analysis ( analisis uji–t) is t-hitung bigger than ttabel (thitung

5,23 > ttabel 2,021) with 5% significant level, this means there is significant difference of IPS

learning result between student which is taught by cooperative learning model Teams Games Tournament (TGT ) with students who were taught by conventional learning model in grade V of elementary school in Gugus X Buleleng district Buleleng Regency in academic year 2016/2017.

Keywords : Teams Games Tournament, learning result

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan sarana penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang bertujuan menjamin keberlangsungan pembangunan suatu bangsa. Peningkatan kualitas sumber daya manusia jauh lebih mendesak untuk segera direalisasikan terutama dalam menghadapi era persaingan global. Sehubung dengan hal tersebut, upaya untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas salah satunya didukung oleh pendidikan. Melalui bekal pendidikan pada diri manusia diharapkan akan mampu mengantarkan manusia itu sendiri ke dalam pola pikir yang lebih baik. Seperti halnya yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kehidupan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sejalan dengan fungsi sistem pendidikan nasional diatas, salah satu faktor yang paling menunjang dalam proses pendidikan, antara lain adalah sekolah. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang di dalamnya terdapat proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Proses pembelajaran dan komponen yang ada di dalamnya seperti guru, siswa, tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode pembelajaran, dan sarana serta prasarana yang tersedia merupakan hal-hal yang dapat menentukan suatu keberhasilan proses pendidikan ditandai dengan berhasilnya proses pembelajaran. Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa dapat memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dan mendapatkan hasil belajar yang diharapkan. Proses pendidikan formal sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dalam pendidikan formal proses belajar yang diberikan sesuai dengan kurikulum yang diterapkan. Untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, maka kurikulum yang ada merupakan pedoman bagi pendidik untuk dapat melakukan proses pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.

Kurikulum sebagai program pendidikan secara utuh mempunyai kedudukan yang cukup penting dalam keseluruhan program pendidikan dan pengajaran. Dalam pelaksanaan kurikulum, salah satu masalah yang sering menjadi penyebab terhadap kurang optimalnya pendidikan di Indonesia adalah berkaitan dengan kegiatan pembelajaran khususnya dalam bidang mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pada

(3)

3 pembelajaran IPS khususnya pada jenjang pendidikan sekolah dasar, masih sering ditemukan rerata hasil belajar yang tergolong rendah. Hal ini desebabkan pelaksanaan proses pembelajaran IPS

cenderung menerapkan model

pembelajaran yang bersifat konvensional. Pembelajaran yang terjadi secara umum masih diarahkan pada kemampuan pengetahuan siswa dalam menghafal informasi serta berpedoman terhadap buku teks sebagai sumber belajar. Secara keseluruhan pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher centered) menyebabkan kurangnya kesempatan bagi siswa untuk dapat sepenuhnya aktif dan kreatif dengan melibatkan siswa dalam kegiatan belajar. Siswa mengikuti pembelajaran sesuai dengan yang telah diinstruksikan oleh guru. Dalam situasi demikian peranan siswa dalam meningkatkan hasil belajar menjadi kurang maksimal. Siswa akan beranggapan bahwa pembelajaran hanya sekedar pemenuhan jangka pendek dan rasa ingin tahu terhadap pelajaran yang terkait dengan hasil belajar. Hal ini sangat bertentangan dengan pembelajaran IPS yang menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pemahaman, nilai-moral, dan keterampilan-keterampilan sosial pada siswa.

Ilmu Pengetahuan Sosial atau social

studies merupakan pengetahuan mengenai

segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat, baik itu lingkungan secara sempit maupun lingkungan secara luas. (Susanto, 2013: 143) menyatakan, “mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar merupakan mata pelajaran yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat”. Tujuan pembelajaran IPS untuk membentuk warga negara yang berkemampuan sosial, memiliki kekuatan fisik sosial yang nantinya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Peranan IPS sangat penting untuk

mendidik siswa mengembangkan

pengetahuan, sikap dan keterampilan agar dapat mengambil bagian secara aktif dalam

kehidupannya kelak sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik. Tujuan ini memberikan tanggung jawab yang berat kepada guru untuk menggunakan banyak pemikiran dan energi agar dapat mengajarkan IPS dengan baik. Melalui pendidikan IPS di sekolah diharapkan dapat membekali pengetahuan dan wawasan tentang konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial

dilingkungannya serta mampu

memecahkan masalah sosial dengan baik, yang pada akhirnya siswa yang belajar IPS dapat terbina menjadi warga yang baik dan bertanggung jawab.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Gugus X kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng, yaitu SD Negeri 1 Kaliuntu, SD Negeri 2 Kaliuntu, SD Negeri 3 Kaliuntu, dan SD Katolik Karya, diperoleh hasil observasi pembelajaran IPS sebagai berikut. 1) SD Negeri 1 Kaliuntu, SD Negeri 2 Kaliuntu, SD Negeri 3 Kaliuntu, dan SD Katolik Karya belum menerapkan model pembelajaran yang inovatif sehingga siswa kurang berinteraksi aktif dengan membelajarkan kecakapan akademik dan ketrampilan sosial selama pembelajaran IPS. 2) Siswa di SD Negeri 1 Kaliuntu, SD Negeri 2 Kaliuntu dan SD Negeri 3 Kaliuntu dalam kegiatan diskusi kelompok siswa lebih memilih teman dekatnya untuk dijadikan anggota kelompok. 3) Siswa yang pandai lebih cenderung berperan aktif dalam pembelajaran dibandingkan dengan siswa yang memiliki pengetahuan rendah sehingga mengakibatkan kegiatan pembelajaran menjadi kurang maksimal dikarenakan siswa lainnya tidak ikut berperan aktif.

Selain kegiatan observasi yang dilakukan, diperoleh juga data berupa rata-rata nilai hasil belajar Ulangan Akhir Semester (UAS) pada semester I dari guru mata pelajaran IPS kelas V di seluruh SD di Gugus X Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Adapun rata-rata UAS IPS kelas V SD di Gugus X Kecamatan Buleleng disajikan dalam Tabel 1.1.

(4)

4

Tabel 1.1 Rata-Rata Nilai Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Mata Pelajaran IPS Kelas V SD di Gugus X Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017.

No Nama Sekolah Nilai UAS KKM

1 SD Negeri 1 Kaliuntu 63 65

2 SD Negeri 2 Kaliuntu 66 67

3 SD Negeri 3 Kaliuntu 64 65

4 SD Katolik Karya Kelas A 67 65

5 SD Katolik Karya Kelas B 65 65

Berdasarkan Tabel 1, rata-rata nilai hasil belajar UAS IPS dari dua sekolah dasar di Gugus X Kecamatan Buleleng, yaitu SD Negeri 1 Kaliuntu, SD Negeri 2 Kaliuntu, dan SD Negeri 3 Kaliuntu belum berada di atas KKM. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar IPS di Gugus X Kecamatan Buleleng masih belum maksimal, karena masih ditemukan rata-rata hasil belajar IPS di beberapa sekolah masih berada di bawah KKM.

Menyikapi kondisi tersebut, guru sebagai tenaga pendidik yang memiliki peranan penting dalam pendidikan diharuskan menguasai keterampilan serta pengetahuan yang luas untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan maksimal.

Guru yang inovatif selalu menciptakan ide-ide baru dalam pembelajarannya agar setiap pembelajaran mengajak siswa secara aktif, sehingga guru mengetahui kesulitan yang dialami siswa dan selanjutnya mencari alternatif pemecahannya. Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran. Salah satu inovasi yang dapat dilakukan oleh guru adalah penggunaan model pembelajaran yang menarik dan dapat memicu siswa untuk ikut serta secara aktif dalam kegiatan pembelajaran yaitu dengan menggunakan model pembelajaran aktif dan inovatif . Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dirancang oleh guru, tidak seperti biasanya dilakukan, dan bertujuan untuk memfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan sendiri dalam

rangka proses perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar adalah model pembelajaran kooperatif. Riyanto (2009:267) menyatakan, “pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yng dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus ketrampilan social (social skill) termasuk interpersonal

skill”. Dengan mempraktekkan

pembelajaran kooperatif di kelas, maka

akan dapat menumbuhkan rasa

persaudaraan di antara siswa karena melalui model ini siswa dipandang sebagai makhluk social yang saling membutuhkan dan bekerja sama dengan orang lain. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe atau variasi model yang dapat diterapkan, salah satunya adalah model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe yang mudah diterapkan. Komalasari (2013: 67) menyatakan “model pembelajaran TGT melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan serta

reinforcement”. Menurut (Trianto, 2010:83)

“pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota tim untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka”. Dengan penerapan model pembelajaran TGT, setelah belajar dalam

(5)

5 kelompoknya masing-masing anggota kelompok yang kemampuannya setingkat akan dipertemukan dalam suatu pertandingan/turnamen. Pembelajaran yang dilakukan melalui permainan akademik ini bertujuan untuk mengingatkan kembali materi yang telah diajarkan sebelumnya. Terjadinya interaksi dalam kelompok dapat melatih siswa menerima anggota kelompok lain yang berlatarbelakang berbeda. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran IPS memungkinkan siswa dapat berperan aktif dan dapat belajar lebih rileks sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Selain itu, dengan adanya unsur permainan dapat mendukung terciptanya pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Hal ini dapat memunculkan motivasi dalam diri siswa yang dapat mendorong semangat untuk belajar lebih giat sehingga hasil belajar siswa juga menjadi optimal.

Berdasarkan pada uraian sebelumnya, maka perlu untuk diadakan penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran IPS dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Terhadap Hasil

Belajar Siswa Kelas V Semester Genap SD di Gugus X Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017”. METODE

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian desain eksperimen semu (quasy exsperiment) yaitu non-equivalent posttest only control group design. Pada desain ini

terdapat dua kelompok yang masing-masing terpilih secara random. Kelompok pertama diberikan perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang disebut kelompok eksperimen dan kelompok kedua diberikan perlakuan konvensional yang disebut kelompok konvensional.

Secara keseluruhan populasi penelitian ini berjumlah 115 orang siswa kelas V SD di Gugus X Kecamatan Buleleng

Kabupaten Buleleng. Berdasarkan karakteristik populasi, pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan random sampling jenis cluster sampling. Penarikan

sampel menggunakan sistem undian. Untuk mengetahui apakah kemampuan siswa kelas V masing-masing sekolah setara atau tidak, maka terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan dengan menggunakan ANAVA Satu jalur. Berdasarkan uji ANAVA satu jalur diketahui bahwa kelas di Gugus X Kecamatan Buleleng merupakan kelas yang setara. Dengan hasil Fhitung < Ftabel. Berdasarkan uji kesetaraan, maka sekolah yang lolos uji akan diundi dari sampel yang sudah lolos uji kesetaraan, untuk menentukan sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian. Dari hasil undian diperoleh jumlah sampel sebanyak 60 orang siswa yang masing-masing terdiri dari 28 orang siswa kelas V SD N 1 Kaliuntu da n 32 orang siswa kelas V SD N 3 Kaliuntu. Setelah dilakukan pengundian, kelas V SD N 1 Kaliuntu ditetapkan sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SD N 3 Kaliuntu sebagai kelompok kontrol. Kelas eksperimen akan diberi perlakuan dengan model pembelajaran TGT dan kelas kontrol

diberi perlakuan pembelajaran

konvensional.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) yang dilaksanakan pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, sedangkan untuk variabel terikat adalah hasil belajar IPS.

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar aspek kognitif. Hasil belajar ini diukur dengan metode tes dengan instrumen berupa lembar soal obyektif 30 butir pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban (a, b, c, dan d) kepada siswa. Pemberian skor tidak membedakan tingkat kesukaran butir soal, benar diberi skor 1 dan salah 0.

Data yang diperoleh dari uji coba instrumen dianalisis dengan menggunakan uji validitas butir tes, Uji reliabilitas tes, taraf kesukaran tes, dan daya beda tes. Pada

(6)

6 penelitian ini, analisis dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer

Microsoft Office Excel 2010 for Window.

Adapun jumlah soal yang diuji coba berjumlah 40 butir tes berbentuk esai yang sebelumnya sudah di uji judges dan hasilnya 40 butir soal dikatakan relevan. Selanjutnya dilakukan uji coba instrument kepada 65 siswa kelas VI di Gugus X Kecamatan Buleleng yang terdiri dari SDN 1 Kaliuntu, SDN 2 Kaliuntu Dan SDN 3 Kaliuntu. Kemudian hasilnya dianalisis dengan dilakukan uji validitas butir dengan rumus korelasi point biserial. Berdasarkan

hasil analisis, 30 butir soal yang diuji dinyatakan valid.

Selanjutnya soal yang sudah valid diuji reliabilitas dengan menggunakan formula Kuder Richardson. Berdasarkan perhitungan terhadap soal yang valid berjumlah 30 butir soal yang diperoleh reliabilitas keseluruhan butir tes sebesar 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen hasil belajar IPS memiliki reliabilitas sangat tinggi.

Analisis perhitungan taraf kesukaran instrumen hasil belajar IPS menggunakan program Microsoft Office Excel 2010. Berdasarkan hasil analisis dari 30 butir tes diperoleh 1 butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tes sukar, 17 butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tes sedang, dan 12 butir soal yang berada pada tingkat kesukaran mudah. Secara keseluruhan perangkat tes berada pada tingkat kesukaran 0,68 yang artinya kriteria kesukaran sedang.

Koyan (2011:141) “Daya beda butir tes adalah kemampuan butir tes untuk

membedakan antara peserta didik yang pandai dan bodoh”. Artinya, jika tes tersebut diberikan kepada siswa yang pandai akan lebih banyak dijawab dengan benar, sedangkan lebih banyak dijawab salah oleh siswa yang lemah. Tes yang baik pada analisis daya beda apabila tes tersebut memiliki D antara 0,15-0,20 atau lebih. Hasil analisis dari 30 butir tes diperoleh 30 butir tes dengan jumlah 3 butir soal yang berkualifikasi sangat baik, 13 butir soal yang berkualifikasi baik, 10 butir soal berkualifikasi cukup baik dan 4 butir soal yang berkualifikasi kurang baik.

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial dengan uji-t. Statistik deskriptif yang dicari adalah mean, median, modus dan standar deviasi. Uji-t digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Rumus uji-t yang digunakan adalah polled varians (n1 = n2 dan varians homogen dengan db = n1 + n2 – 2). Sebelum melaksanakan pengujian hipotesis maka sebelumnya dilakukan uji prasyarat hipotesis. Adapun uji prasyarat yang dilakukan adalah uji normalitas sebaran data dengan chi-square dan uji homogenitas varians dengan uji-F. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data penelitian ini adalah skor hasil belajar IPS siswa sebagai akibat dari pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team

Games Tournamen pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Rekapitulasi perhitungan data hasil penelitian tentang hasil belajar IPA siswa dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor hasil belajar IPS siswa Data

Statistik

Hasil Belajar IPA Siswa Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Mean 22,5 17,31 Median 23,07 17,17 Modus 24,17 16,51

(7)

7 Berdasarkan tabel 1, diketahui mean kelompok eksperimen lebih besar daripada mean kelompok kontrol. Kemudian data hasil belajar matematika dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon seperti pada Gambar 1.

Gambar 1 Grafik Polygon Data Hasil Belajar IPS Kelompok Eksperimen

Berdasarkan grafik polygon di atas, dapat dilihat bahwa 4 orang siswa memiliki skor antara 14-16, 6 orang siswa memiliki skor antara 17-19, 2 orang siswa memiliki skor antara 20-22, 7 orang siswa memiliki skor antara 23-25, 6 orang siswa memiliki skor antara 26-28, dan 3 orang siswa memiliki skor antara 29-31. Jika skor modus (Mo), median (Md), dan mean (M) digambarkan dari grafik, tampak bahwa kurva sebaran skor kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournamen (TGT) merupakan kurva juling negatif, karena Mo>Md>M (24,17>23,07>22,5). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor kelompok eksperimen cenderung tinggi. Jika nilai rata-rata dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala Lima berada pada kategori sangat tinggi.

Distribusi frekuensi data hasil belajar matematika kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Grafik Polygon Data Hasil Belajar IPS Kelompok Kontrol

Berdasarkan grafik polygon di atas, dapat dilihat bahwa 3 orang siswa memiliki skor antara 9-11, 5 orang siswa memiliki skor antara 12-14, 9 orang siswa memiliki skor antara 15-17, 7 orang siswa memiliki skor antara 18-20, 6 orang siswa memiliki skor antara 21-23, dan 2 orang siswa memiliki skor antara 24-25. Jika skor modus (Mo), median (Md), dan mean (M) digambarkan dari grafik, tampak bahwa kurva sebaran skor kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional merupakan kurva juling positif, karena Mo<Md<M (16,51<17,17<17,31). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor kelompok kontrol cenderung rendah. Jika nilai rata-rata dikonversi ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala Lima berada pada kategori sedang.

Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa frekuensi data hasil penelitian benar-benar berdistribusi normal. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi-Square

(

2

)

, diperoleh harga

2

hitung hasil post-test kelompok eksperimen

sebesar 4,22 dan

2tabel dengan derajat

kebebasan (dk) = 3 pada taraf signifikansi 5% adalah 7,83. Dengan demikian,

2hitung

= 4,22 < harga

2tabel = 7,82. Jadi, data

hasil belajar siswa kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan harga

2 0 2 4 6 8 14-16 17-19 20-22 23-25 26-28 29-31 fre k uens i interval M= 22,5 Md= 23,07Mo= 24,17 0 2 4 6 8 10 9--11 12--14 15-17 18-20 21-23 24-26 fr ek u en si interval M=17,31 Md=17,17 Mo=16,51

(8)

8

hitung hasil post-test kelompok kontrol

sebesar 0,786 dan

2tabel dengan derajat

kebebasan (dk) = 3 pada taraf signifikansi 5% adalah 7,83. Dengan demikian,

2hitung

= 0,786 < harga

2tabel = 7,82. Jadi, data

hasil belajar siswa kelompok kontrol berdistribusi normal.

Uji homogenitas varians dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji F dengan kriteria data homogen jika Fhitung < Ftabel. Berdasarkan hasil

perhitungan uji homogenitas didapatkan bahwa hasil post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan db pembilang = 32-1 = 31 dan db penyebut = 28-1 = 27

pada taraf signifikansi 5% diketahui Ftabel

=1,97 dan Fhitung = 1,68. Hal ini berarti

bahwa Fhitung < Ftabel (1,68 < 1,97) sehingga

data hasil belajar siswa bersifat homogen. Berdasarkan hasil analisis uji prasyarat hipotesis, diperoleh bahwa data hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen, sehingga pengujian hipotesis penelitian dengan uji-t dapat dilakukan.

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistik uji-t dengan rumus

polled varians. Kriteria pengujian adalah H0

ditolak jika thitung > ttabel. Pengujian dilakukan

pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 – 2. Hasil perhitungn uji-t dapat dilihat dalam Tabel 3.

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji-t Sampel Tak Berkorelasi/independent

Kelas

Varians

(s

2

)

N

Db

t

hitung

t

tabel

kesimpulan

Eksperimen

11,21

28

58

5,23

2,021

Signifikan

Kontrol

18,86

32

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas, didapatkan thitung sebesar

5,23. Sedangkan ttabel pada taraf signifikansi

5% adalah 2,021. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari

ttabel (5,23 > 2,021) sehingga H0 ditolak dan

H1 diterima. Ini berarti terdapat perbedaan

yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournamen (TGT) dengan kelompok

siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus X Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian eksperimen yang telah dilaksanakan di Gugus X Kecamatan Buleleng Kabupaten

Buleleng pada tahun pelajaran 2016/207 didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Model pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournament (TGT) diterapkan pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional diterapkan pada kelompok kontrol. Perbedaan perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan pengaruh yang berbeda terlihat dari hasil belajar IPS siswa. Secara deskriptif, hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Tinjauan ini berdasarkan rata-rata skor hasil belajar dan hasil uji-t. Rata-rata skor hasil belajar

(9)

9 siswa pada kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah 22,61 berada pada kategori sangat tinggi, sedangkan rata-rata skor hasil belajar siswa pada kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional adalah 17,31 berada pada kategori sedang. Hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen yang digambarkan pada grafik garis tampak bahwa kurve sebaran data merupakan kurve juling negative yang berarti sebagian besar skor yang diperoleh siswa cenderung tinggi. Pada kelompok kontrol, skor hasil belajar IPS siswa yang digambarkan dengan grafik garis tampak bahwa kurve sebaran data merupakan kurve juling positif yang artinya sebagian besar skor yang diperoleh siswa cenderung rendah.

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji-t diperoleh thitung= 5,23 dan

ttabel =2,02 untuk db = 58 dengan taraf

signifikan 5%. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung > ttabel, sehingga

H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournamen (TGT) dengan siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus X Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017.

Dari hasil analisis tersebut, tentu saja terdapat berbagai hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan hasil belajar secara signifikan antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran TGT dan siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini disebabkan adanya perlakuan pada proses pembelajaran. Dalam pembelajaran konvensional ditandai dengan ceramah, tanya jawab serta mengerjakan tugas latihan, guru lebih mendominasi proses pembelajaran sehingga pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher centered) yang menyebabkan interaksi siswa dan guru bersifat satu arah. Dalam model

pembelajaran konvensional, siswa cenderung sebagai pendengar saja dan jarang diberikan kebebasan untuk mengembangkan pengetahuan sendiri. Dalam kegiatan pembelajaran siswa lebih banyak belajar secara individu dengan menerima, mencatat dan menghafal materi pelajaran. Guru sebagai subjek yang aktif dan siswa sebagai objek yang pasif. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Trianto (2010) yang menyatakan bahwa pada pembelajaran konvensional siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Guru lebih banyak menyampaikan materi pembelajaran dan siswa mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Hal ini

menyebabkan siswa cenderung

menghapalkan setiap konsep yang diberikan tanpa memahami dan mengkaji lebih lanjut dari konsep-konsep yang diberikan. Kurang pahamnya siswa terhadap materi yang diberikan akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa itu sendiri.

Berbeda dengan model pembelajaran

Teams Games Tournamen (TGT), ditinjau

dari kegiatan belajar, aktivitas siswa terlihat lebih aktif dan antusias dalam belajar. Dalam proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Teams

Games Tournamen (TGT) siswa dapat lebih

leluasa berdiskusi dan bertukan pikiran dengan teman kelompoknya. Pembelajaran TGT mengandung unsur game atau permainan dengan melibatkan aktivitas belajar siswa dalam kelompok tanpa harus membedakan status siswa. Permainan dapat disusun oleh guru dalam bentuk kuis berupa kartu pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Setiap siswa akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka dan siswa berusaha untuk menjawab pertanyaan sesui dengan angka tersebut. Selain game atau permainan TGT juga ada tornamen, dalam turnamen ini siswa dibentuk dalam kelompok baru. Dalam turnamen ini siswa

(10)

10 saling berkompetisi untuk mendapatkan skor terbaik bagi kelompoknya, dan penghargaan kelompok diberikan sesuai skor yang diperoleh. Dengan pembelajaran seperti ini siswa merasa senang saat kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga proses pembelajaran dalam pemahaman siswa lebih maksimal.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wijayanti (2013). Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan Kewarganegaan siswa kelas IV SD Negeri 1 Kerobokan. Hasil penelitian menunjukan rata-rata hasil belajar Pendidikan Kewarganegaan siswa kelas IV yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TGT lebih besar dari siswa

yang dibelajarkan menggunakan

pembelajaran konvensional. Hasil analisis membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TGT dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional .

Selain itu, hasil penelitian lain juga dilakukan oleh Emi Saptayanti (2016) yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games

Tournament) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V di SD Gugus Singasari Kecamatan Pekutatan tahun Pelajaran 2015/2016” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus Singasari yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran TGT dengan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional.

Model pembelajaran TGT dan model pembelajaran konvensional mempunyai sintak dan langkah-langkah pembelajaran yang berbeda, dapat diterapkan pada materi pembelajaran yang sama namun cara penyampainya yang berbeda. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournamen (TGT) siswa menjadi aktif dan

semangat dalam mengikuti pembelajaran dan semangat dalam menjawab pertanyaan

untuk mengumpulkan poin bagi

kelompoknya. Perbedaan juga dapat dilihat dari cara siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran kooperatif tipe TGT berbeda dengan siswa yng mengikuti pembelajaran konvensional, ini dapat dilihat dari pelaksanaan proses pembelajaran dan menyelesaikan permsalahn yang diberikan oleh guru. Saat pembelajaran IPS yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembeajaran TGT siswa juga difasilitasi dengan LKS, sehingga membuat siswa menjadi semangat dan lebih aktif dalam kegiatan diskusi sehingga siswa merasa nyaman mengikuti proses pembelajaran. Berbeda dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional, siswa hanya diberikan ceramah yang diselingi dengan sedikit tanya jawab, kemudiaan diikuti dengan pemberian soal-soal evalusi dan tugas-tugas. Dengan pembelajaran seperti ini siswa tidak memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan teman atau guru dengan baik. Dengan demikian, hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

Teams Games Tournamen (TGT) lebih baik

dibandingkan hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamen (TGT) dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus X Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017. Hasil tersebut diperoleh dari perhitungan uji-t, thitung = 5,23 > ttabel = 2,021 (dengan db 58

dan taraf signifikansi 5%), sehingga H0

(11)

11 Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa saran yaitu pertama, bagi siswa agar menyiapkan diri dengan baik sebelum pembelajaran berlangsung dan mengikuti pembelajaran sesuai dengan arahan guru, selalu memotivasi diri untuk belajar sehingga hasil belajar yang maksimal mampu dicapai. Selain itu, disarankan kepada siswa agar selalu menjaga kedisiplinan dalam kelas. Kedua, bagi guru di sekolah dasar agar dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman, menerapkan model pembelajaran kooperatif yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan sehingga berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Ketiga, bagi kepala sekolah agar membina para guru dalam

memilih dan menerapkan model

pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Keempat, bagi peneliti lain agar meneliti permasalahan ini dalam lingkup yang lebih luas sehingga memperoleh sumbangan ilmu yang lebih baik sesuai perkembangan zaman, dan juga agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 2015. Statistik

Inferensial. Singaraja: Undiksha.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2016. Tips Efektif

Cooperatif Learning. Yogyakarta:

DIVA Press

Gunawan, Rudy. 2011. Pendidikan IPS. Bandung: Alfabeta

Komalasari, Kokom. 2013.Pembelajaran

Kontekstual Konsep dan Aplikasi.

Bandung: PT. Refika Aditama Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan.

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press

Koyan, I Wayan. 2011. Asesmen dalam

Pendidikan. Singaraja: Undiksha.

Putra, Nyoman Andi. 2015. Pengaruh Model

Pembelajaran Teams Games Tornament Berbantuan Media Hidden Chart Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SD di Gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Tahun Ajaran 2014/2015. Singaraja (Journal di terbitkan)

Rasana, I Dewa Putu Raka. 2009. Laporan

Sabbatical Leave Model-model Pembelajaran. Singaraja: Undiksha.

Riyanto, H. Yatim. 2009. Paradigma Baru

Pembelajaran sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalm Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta:

Kencana Prenada Media Grup Riduwan. 2008. Metode & Teknik Menyusun

Tesis. Bandung: Alfabeta

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Kharisma Putra

Utama Offset

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran

Mengenbangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RahaGrafindo

Persada.

Sangadji. 2010. Metodologi Penelitian

Pendekatan

Praktis

Dalam

Penelitian. Yogyakarta: CV. Andi

Offset

(12)

12 Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran

Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Santyasa, I Wayan. 2005. Belajar dan

Pembelajaran. Singaraja: Undiksha

Saptayanti, Gusti Ayu Kade Emi. 2016.

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V di SD Gugus Singasari Kecamatan Pekutatan Tahun elajaran 2015/2016. Singaraja ( jurnal diterbitkan)

Setyosari, Punaji. 2015. Metode Penelitian

Pendidikan dan Pengembangan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media.

Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil

Proses Belajar Mengajar. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Sudrajat, Akhmad. 2011. Karakteristik Mata

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Tersedia pada https: akhmadsudrajat.wordpress.com/20 11/03/12/ karakteristik-mata- pelajaranilmu-pengetahuan-sosial-ips/. (diakses tanggal 10 Januari 2017).

Sugiyono. 2013. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabet.

Surapranata, S. 2004. Analisis Validitas,

Reabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar &

Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Tjandra, Made, dkk. 2011. Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Singaraja: Undiksha.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.

Surabaya: Kencana Prenada Media Grup.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Departemen Pendidikan Nasional. Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran

Inovatif Kontenporer. Jakarta: Bumi

Aksara.

Wijayanti, Ni Luh Gd Suryani. 2013.

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) terhdap Hasil

Belajar Pendidikan

Kewarganegaraan Siswa kelas IV SD Negeri 1 Kerobokan. Singaraja

Gambar

Gambar 2 Grafik Polygon Data Hasil Belajar  IPS Kelompok Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun perairan Gresik bukan jalur utama Arus Lintas Indonesia (Arlindo), tetapi terhubung melalui arus lokal yang dipengaruhi oleh angin muson, sehingga

Data yang berupa cerita film dalam film kartun Upin dan Ipin dirilis sejak 14 September 2007 di Malaysia sebanyak 270 episode dengan 102 judul film kartun. Film

Kegiatan membaca yang dapat dilakukan adalah membacakan buku dengan nyaring (read aloud) dan membaca dalam hati (sustained silent reading/SSR). b) Memperkaya koleksi bacaan

Laporan awal CT akan dikirimkan pada anggota Tim Pelaksana EITI pada pertengahan Agustus 2017 untuk mendapatkan masukan dalam seminggu atau 2 minggu. Draft final

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan dalam penelitian ini, persepsi masyarakat terhadap dampak pengembangan migas dari kegiatan migas menunjukkan bahwa adanya kegiatan migas

Dalam memasukkan penawaran, Peserta Tender diminta untuk menyatakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (“TKDN”) Barang yang ditawarkan dengan mengisi, menyertai meterai dan

yang artinya ada hubungan antara ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di ruang ponek Bapelkes RSD Jombang.Diharapkan bagi petugas

Menurut Hayati at al (2012) proses ekstraksi dengan suhu tinggi diketahui dapat mendegradasi komponen-kmponen yang sensitif terhadap panas, oleh karena itu perlu