• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS INTERAKSI SOSIAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS INTERAKSI SOSIAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STAD BERBASIS INTERAKSI SOSIAL TERHADAP HASIL

BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD

Ni Kd Ratna Wahyuni

1

,I Km Ngurah Wiyasa

2

, I Kt Adnyana Putra

3 1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail : dexna46@yahoo.com

1

,komang.wiyasa@yahoo.com

2

,

adnyanaputra653@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus 4 Widyasmara Klungkung Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen) yang dilaksanakan dengan pemberian pre test, treatmen, dan post tes. Rancangan penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group desain, dengan populasi seluruh siswa kelas V SD di Gugus 4 Widyasmara Klungkung yang berjumlah sebanyak 216 orang siswa. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar IPS meliputi aspek kognitif saja. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes yaitu tes kognitif pilihan ganda biasa. Data yang sudah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan uji-t.Berdasarkan hasil analisis uji-t diperoleh thitung = 2,54 > ttabel =

1,98 dengan dk= 63 dan taraf signifikan 5%. Nilai rata-rata kelas eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial lebih dari kelas kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional yaitu : 80,09 > 68,69. Dari hasil uji-t menunjukkan bahwa thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial Terhadap Hasil Belajar IPS siswa kelas V Gugus 4 Widyasmara Klungkung Tahun Ajaran 2013/2014.

Kata kunci : Model Pembelajaran, Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD), Interaksi Sosial, Hasil Belajar IPS

Abstract

The research aimed to find out the significant differences of students result learning on sociology with cooperative learning model Student Teams Achievement Division (STAD) based social interaction and conventional learning model in grade five of primary school at Gugus 4 Widyasmara Klungkung 2013/2014 academic year. The research an exterior experiment, done with pre test, treatmens, and post test. The research design was nonequivalent control group design, the population were all students in class V (216 students). The sample was chosen using purposive sampling technique. The data collected was the students result learning on sociology in cognitive asfect only. The data collection was through the multiple choice test. T-tes was used to analyse the

(2)

data collected. Based on t-test analyse, it found tcount =2,54 > ttable= 1,98 with dk=

63 and a significance level of 5%. The everage of students result learning who used cooperative learning model Student Teams Achievement Division (STAD) based social interaction was higher than students result learning who used conventional learning model. The result of t-tes showed that > t table so Ho refused and Ha accepted. It can be concluded that there was a significant effect on students result learning to the cooperative learning model Student Teams Achievement Division (STAD) based social interaction of IPS study in grade five of primary school at Gugus 4 Widyasmara Klungkung 2013/2014 academic year.

Key words: Learning Model, Cooperative Type Student Teams Achievement Division (STAD), Social Interaction, IPS Result Learning.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan, baik

dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Kemajuan suatu bangsa

sebagian besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan di negara tersebut.

Begitu pentingnya peran dan tujuan

pendidikan, maka mutu pendidikan

haruslah ditingkatkan. Salah satu upaya

untuk meningkatkan mutu pendidikan

adalah melalui peningkatan kualitas

pembelajaran.

Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, hendaknya dimulai dari

jenjang Sekolah Dasar (SD) karena

pendidikan dasar merupakan pondasi untuk menuju pendidikan yang lebih tinggi. Pendidikan dijenjang SD dibentuk oleh beberapa komponen, salah satunya adalah komponen mata pelajaran. Banyak terdapat mata pelajaran dalam jenjang SD salah satunya adalah mata pelajaran IPS.

IPS merupakan suatu ilmu yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan IPS idealnya harus responsif dan menata diri berhadapan dengan globalisasi. Pembelajaran IPS memegang peranan penting dalam upaya mewujudkan tujuan- tujuan pendidikan nasional. Hal ini karena mengembangkan potensi siswa menjadi manusia yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab. Karena

pentingnya pembelajaran IPS bagi siswa,

maka pembelajaran IPS sebaiknya

dilaksanakan dengan baik sehingga apa yang dibelajarkan dapat dipahami oleh siswa dan dapat diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari. Tetapi banyak siswa yang belum memahami manfaat IPS

dalam kehidupan, hal ini dikarenakan siswa menganggap bahwa IPS sulit dipelajari dan terlalu banyak hafalan yang harus diingat, serta kebanyakan guru dalam proses pembelajaran masih menggunakan metode yang masih bersifat tradisional sehingga proses pembelajaran kurang menarik dan menyenangkan. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS masih banyak berada di bawah nilai KKM. Kondisi seperti ini dilihat oleh peneliti di SD gugus 4 Widyasmara Klungkung pada saat

melakukan observasi awal dengan

beberapa guru, salah satunya ibu Nengah Tantri,S.Pd yang dilakukan pada tanggal 8 November 2013.

Sesuai dengan karakteristik anak dan IPS SD, maka metode ekspositori akan menyebabkan siswa bersikap pasif, dan menurunkan derajat IPS menjadi pelajaran hafalan yang membosankan (Gunawan,

2011:40). Siswa hanya duduk dan

mendengarkan penjelasan guru tanpa memahami materi yang sedang dipelajari. Pada saat inilah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai tidak dapat terlaksana dengan optimal. Menyikapi hal ini, pemerintah dan pihak-pihak terkait telah melakukan banyak hal untuk memperbaiki kondisi yang ada. Salah satu hal yang dilakukan adalah

dengan mensosialisasikan strategi

pembelajaran dan model-model

pembelajaran inovatif serta penggunaan

media pembelajaran dalam poses

pembelajaran yang diharapkan mampu melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.

Melihat kesenjangan antara harapan-harapan yang telah disampaikan dengan kenyataan lapangan sangat jauh berbeda,

dalam upaya memperbaiki mutu

(3)

perbaikan cara dalam proses pembelajaran

dengan menggunakan strategi

pembelajaran. Strategi pembelajaran

merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode

dan pemanfaatan berbagai sumber

daya/kekuatan dalam pembelajaran.

(Sanjaya,2008:125). Salah satunya dengan

menerapkan model pembelajaran

Kooperatif tipe STAD berbasis interaksi sosial di dalam proses pembelajaran.

Pada hakikatnya pembelajaran

merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

menginisiasi, memfasilitasi dan

meningkatkan intensitas dan kualitas

belajar pada diri peserta didik (Udin, 2007 :1.18). Dalam hal ini pendidik secara perorangan atau secara kolektif dalam suatu sistem, merupakan ciri utama dari konsep pembelajaran. Disamping itu, ciri lain dari pembelajaran adalah adanya interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan adanya hubungan dinamis menyangkut hubungan antara individu dengan individu, antara kelompok dengan kelompok, dan

antara idividu dengan kelompok

(Abdullah,2011:81).

Penerapan Model pembelajaran

kooperatif tipe STAD adalah suatu model

pembelajaran yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bekerja

sama dengan siswa lain dalam

mengerjakan tugas-tugas terstruktur. Lebih jauh Slavin memaparkan (dalam Rusman,

2011:212) bahwa gagasan utama

dibelakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Dalam hal ini terjadinya interaksi sosial yang secara terus-menerus dilakukan oleh siswa dan guru yang nantinya dapat melatih siswa

untuk meningkatkan kemampuan

akademik, meningkatkan kreativitas siswa untuk belajar dari berbagai sumber serta

meningkatkan motivasi belajar siswa,

meningkatkan interaksi kelompok (etnik dan status sosial) baik dalam pembelajaran di kelas maupun dalam hubungan sosial di luar kelas sehingga mutu pendidikan dan tujuan pendidikan dapat dicapai secara optimal.

Berlandaskan dari pemaparan, maka

dilakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif tipe Student Teams

Achievement Division (STAD) Berbasis Interaksi Sosial terhadap Hasil Belajar IPS Kelas V SD Gugus 4 Widyasmara Klungkung tahun ajaran 2013/1014”.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V SD Gugus 4 Widyasmara

Klungkung Tahun Ajaran 2013/2014.

Penelitian ini dilakukan langsung oleh

peneliti dalam mengajar di kelas

eksperimen maupun dikelas kontrol dan guru kelas yang terus mendampingi dari

awal persiapan eksperimen sampai

pengakhiran eksperimen.

Prosedur penelitian ini terdapat 3 tahap, yaitu berupa persiapaan eksperimen,

pelaksanaan eksperimen, dan akhir

eksperimen. Adapun langkah-langkah yang

dilakukan dalam tahap persiapan

eksperimen meliputi : a) menyusun media pembelajaran yang digunakan selama

pembelajaran yang dilakukan pada

kelompok eksperimen (RPP, Alat peraga, LKS, dll). b) menyusun instrumen penelitian berupa tes hasil belajar pada ranah kognitif untuk mengukur hasil belajar IPS siswa. c) mengkonsultasikan instrument penelitian dengan guru IPS dan dosen pembimbing.

d) mengadakan validasi instrument

penelitian yaitu tes hasil belajar IPS. e) menentukan sampel penelitian berupa kelas dari populasi yang tersedia dengan melakukan kesetraan dengan uji-t. Langkah – langkah yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan eksperimen meliputi : a) melaksanakan penelitian yaitu dengan

memberikan perlakuan kepada kelas

eksperimen berupa model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial. b)

memberikan perlakuan kepada kelas

kontrol berupa pembelajaran konvensional. Dan langkah-langkah dalam tahap akhir eksperimen yaitu memberikan post test kepada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan undianPenelitian ini dilaksanakan pada Gugus 4 Widyasmara Klungkung pada siswa kelas V tahun ajaran 2013/1014 dengan mata pelajaran IPS.

(4)

Adapun pelaksanaanya dari bulan maret

sampai bulan april tahun 2014.

Pertimbangan penelitian dilaksanakan pada Gugus 4 Widyasmara Klungkung adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar

antara siswa yang belajar dengan

menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional dalam mata pelajaran IPS siswa kelas V Gugus 4

Widyasmara Klungkung tahun ajaran

2013/1014.

Jenis penelitian ini merupakan

penelitian eksperimen, penelitian ini

dikategorikan eksperimen semu. Design yang disunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Desain. Data hasil belajar IPS dalam ini diambil dari skor

post-test yang diberikan pada akhir

penelitian. Pre-test dilakukan untuk

menyetarakan kelompok dengan

memberikan tes IPS dengan materi

sebelumnya yang sudah dibelajarkan oleh guru yang bersangkutan.

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yatu variabel bebas dan variable terikat. variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial dan variabel terikat yaitu hasil belajar IPS. Dalam suatu penelitian , populasi dan sampel sangat diperlukan karena akan

dijadikan sebagai subjek penelitian.

Populasi adalah keseluruhan atau

himpunan objek dengan ciri yang sama, populasi terdiri dari orang, benda, kejadian, waktu dan tempat dengan sifat atau ciri yang sama (Darmadi, 2011:14). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus 4 Widyasmara Klungkung Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah sebanyak 216 siswa. Sampel merupakan sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian (Darmadi:2011:14).

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan menunjuk langsung siapa

yang akan menjadi sample dalam

penelitian, tetapi pemilihannya didasarkan

pada tujuan spesifikasi dari penelitian yang dilakukan (Musfiqon 2012:96). Teknik ini digunakan bertujuan untuk menemukan sampel yang memiliki jumlah siswa 30 orang atau lebih perkelasnya sehingga semakin banyak jumlah sampel maka kemungkinan besar sebaran data akan berdistribusi normal. Setelah diadakan

teknik purposive sampling, ditemukan

sampel yang memiliki jumalah siswa 30 keatas yaitu SDN 1 Semarapura klod dan SDN 3 Semarapura Klod yang terdiri dari 3 kelas. Kemudian ketiga kelas tersebut diuji kesetaraannya dengan uji-t.

Namun sebelumnya dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas sebanyak 3 kali yaitu kelas VA dengan kelas VB SDN 1 Semarapura Klod, kelas VB SDN 1 Semarapura Klod dengan kelas V SDN 3 Semarapura Klod dan kelas V SDN 3 Semarapura Klod dengan kelas VA SDN 1 Semarapura Klod. Kemudian telah diperoleh bahwa hasil pre-test kelas VA dan VB SDN 1 Semarapura Klod dan SDN 3 Semarapura Klod berdistribusi normal dan homogen. Setelah itu dilanjutkan dengan uji t polled varians.

Hasil perhitungan pre-test kelas VA dan VB SDN 1 Semarapura Klod diperoleh t hitung sebesar 0,16 . Sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5 % dan dk = n1 + n2 – 2 = 33 + 30 – 2 = 61, adalah 1,98. Oleh karena itu nilai thitung < ttabel, maka kedua kelompok dinyatakan Setara.

Hasil perhitungan pre-test kelas VB SDN 1 Semarapura Klod dan kelas V SDN 3 Semarapura Klod diperoleh t hitung sebesar -0,05 . Sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5 % dan dk = n1 + n2 – 2 =

30+ 32 – 2 = 60, adalah 1,98. Oleh karena

itu nilai thitung < ttabel, maka kedua kelompok

dinyatakan Setara

Hasil perhitungan pre-test kelas V SDN 3 Semarapura Klod dan VA SDN 1

Semarapura Klod diperoleh t hitung

sebesar -0,12. Sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5 % dan dk = n1 + n2 – 2 = 32 + 33 – 2 = 63, adalah 1,98. Oleh karena itu nilai thitung < ttabel, maka kedua kelompok dinyatakan Setara

Setelah diketahui bahwa ketiga

kelompok dinyatakan setara, kemudian untuk menentukan kelas eksperimen dan

(5)

Didapat siswa kelas VA SDN 1 Semarapura Klod sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V SDN 3 Semarapura Klod sebagai kelas kontrol.

Data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini adalah hasil belajar IPS. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes. Menurut Arikunto (2010:193) Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk

mengukur ketrampilan, pengetahuan

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Bentuk tes dalam penelitian ini adalah bentuk tes objektif dengan tipe pilihan ganda biasa sebanyak 30 soal. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, tes

tersebut diujicobakan terlebih dahulu

dikelas 6. Tes tersebut diujicobakan untuk memperoleh kelayakan suatu tes yang nantinya dipergunakan sebagai instrumen penelitian. Uji coba instrument meliputi: (1) Uji Validitas, (2) Uji reliabelitas, (3) Uji Daya Beda, (4) Uji Tingkat Kesukaran.

Berdasarkan hasil uji validitas, dari 50 soal berdasarkan hasil perhitungan dengan

menggunakan rtabel terdapat 36 soal yang

valid dan 14 soal yang tidak valid.

Berdasarkan analisis uji reliabilitas

diperoleh r11 = 1.01 dan rtabel = 0.70

sehingga r11 lebih dari r tabel (1.01 > 0.70)

maka tes tergolong reliabel. Kemudian berdasarkan hasil perhitungan uji daya beda, terdapat 2 butir soal dengan kriteria jelek, 15 butir soal dengan kriteria cukup, dan 19 butir soal dengan kriteria baik. Dan

berdasarkan hasil perhitungan tingkat

kesukaran, terdapat 9 butir soal dengan kriteria sukar, 15 butir soal dengan kriteria sedang, dan 12 butir soal dengan kriteria mudah. Hasil pengujian ini digunakan sebagai instrumen penelitian yang akan

diberikan kepada siswa pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol setelah siswa diberikan perlakuan sebagai instrumen post test untuk mengukur hasil belajar IPS siswa.

Setelah data hasil belajar yang meliputi ranah kognitif terkumpul, data hasil belajar tersebut di analisis dengan uji hipotesis. Sebelum dilakukan uji hipotesis terhadap data hasil belajar, sebelumnya akan dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.

Kemudian Untuk uji prasyarat analisis menggunakan uji normalitas sebaran data dengan uji Chi-Kuadrat untuk menyajikan bahwa sampel benar-benar berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah uji hipotesis dengan statistik parametrik bisa dilakukan atau tidak. Setelah dilakukan uji normalitas dilanjutkan dengan uji homogenitas. Uji homogenitas

dilakukan untuk menunjukkan bahwa

perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis

benar-benar terjadi akibat adanya

perbedaaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas varians untuk kedua kelompok diuji dengan menggunakan uji F dan jika dari hasil uji normalitas dan homogenitas

varians, diketahui bahwa sampel

berdistribusi normal dan homogen, maka dapat dilakukan atau dilanjutkan dengan uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji t-test. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah Ho = tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif tipe

Student Teams Achievement Division

(STAD) berbasis Interaksi Sosial dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD gugus 4

Widyasmara Klungkung tahun ajaran

2013/1014.

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah t-test sampel related.

Uji t-test ini digunakan untuk

membandingkan sebelum dan sesudah treatment atau membandingkan kelompok control dengan kelompok eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN

Data dalam penelitian ini

dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a) kelas eksperimen yaitu siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student

Teams Achievement Division (STAD)

berbasis interaksi sosial. b) kelas kontrol yaitu siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan menerapkan pembelajaran

konvensional.

Data hasil belajar IPS siswa setelah dianalisis diperoleh rata-rata nilai hasil belajar IPS yaitu nilai kognitif (post test)

(6)

untuk kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams Achievement Division (STAD)

berbasis interaksi sosial adalah 80,09 dengan varians 67,21 dan standar 8,19 sedangkan nilai rata-rata kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional adalah 68,69 dengan varians sebesar 78,84 dan standar deviasi 8,87.

Skor hasil belajar IPS yang mengikuti

model pembelajaran pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial yaitu siswa kelas VA SD Negeri 1 Semarapura Klod menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 93 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai siswa adalah 100, sedangkan skor terendah yang dicapai adalah 60 dari skor yang mungkin dicapai adalah 0.

Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Nilai Hasil Belajar IPS Siswa

Hasil Analisis Kelompok

Eksperimen Kelompok Kontrol Nilai Terbesar 93 87 Nilai Terkecil 60 53 Rentangan 33 34

Banyak Kelas Interval 6 6

Panjang Kelas Interval 5,5 5,3

Mean 80,09 68,69

Median 80 67

Modus 80 63

Standar Deviasi 8,19 8,87

Hasil perhitungan di atas,

menunjukkan bahwa pengelompokkan

distribusi frekuensi untuk hasil belajar IPS siswa kelas VA SDN 1 Semarapura Klod dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial diperoleh presentase 75,75% atau 25 siswa yang hasil belajarnya berkategori sangat baik, 24,24 atau 8 siswa yang hasil belajarnya berkategori baik.

Kemudian skor hasil belajar IPS yang mengikuti pembelajaran konvensional siswa

kelas V SDN 3 Semarapura Klod

menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai siswa 83 dari skor tertinggi yang

mungkin dicapai siswa adalah 100,

sedangkan skor terendah yang dicapai adalah 53 dari skor yang mungkin dicapai adalah 0.

Hasil perhitungan di atas,

menunjukkan bahwa pengelompokkan

distribusi frekuensi untuk hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 3 Semarapura Klod

dengan menggunakan pembelajaran

konvensional diperoleh presentase 28,12% atau 9 siswa yang hasil belajarnya berkategori sangat baik, 68,71% atau 22 siswa yang hasil belajarnya berkategori baik dan 3,12% atau 1 siswa yang hasil belajarnya berkategori cukup baik.

Hal ini menunjukkan bahwa kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams Achievement Division

(STAD) berbasis interaksi sosial rata-rata nilai hasil belajar IPS lebih besar dari pada

kelompok kontrol yang mengikuti

pembelajaran konvensional. Sebelum

melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yakni : uji normalitas dan uji homogenitas.

Uji normalitas data dilakukan pada dua kelompok data, meliputi data kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial dan data kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Uji normalitas

(7)

sebaran data dilakukan menggunakan Chi-Kuadrat .

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas kelompok eksperimen . Dari tabel kerja diperoleh x2hit = 3,65 sedangkan

untuk taraf signifikan 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (db) = 5 diperoleh x2tabel

= x2 (0,05,5) = 11,07, karena x2tabel > x2hit ,

ini berarti sebaran data nilai akhir kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) berbasis interaksi sosial berdistribusi normal.

Sedangkan hasil perhitungan uji

normalitas kelompok kontrol .Dari tabel

kerja diperoleh x2hit = 1,72 sedangkan untuk

taraf signifikan 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (db) = 5 diperoleh x2tabel = x2

(0,05,5) = 11,07, karena x2tabel > x2hit , ini

berarti sebaran data nilai akhir kelompok

kontrol yang dibelajarkan dengan

menggunakan pembelajaran konvensional berdistribusi normal. Untuk lebih jelas, uji normalitas dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

No Kelas X2hitung X2tabel Keterangan

1 Eksperimen 3,65 11,07 Normal

2 Kontrol 1,72 11,07 Normal

Uji homogenitas varian dilakukan berdasarkan data hasil belajar IPS yang meliputi data kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial dan kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Jumlah kelompok eksperimen adalah 33 siswa dan jumlah kelompok kontrol adalah 32 siswa. Uji homogenitas varian menggunakan uji F. Kriteria pengujian jika Fhitung < Ftabel maka

sampel homogen.

Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung

sebesar 1,17 ini kemudian dibandingkan

dengan nilai Ftabel. Derajat kebebasan

pembilang 32 – 1 = 31 dan derajat

kebebasan penyebut 33 – 1 = 32 dengan

taraf signifikansi 5 %, maka diperoleh Ftabel

= 1,85. Nilai Fhitung < Ftabel , ini berarti nilai

post-tes IPS ke dua sekolah yaitu SD

Negeri 1 Semarapura Klod dengan SD Negeri 3 Semarapura Klod Homogen.

Berdasarkan hasil pengujian

normalitas dan homogenitas diperoleh bahwa data yang didapat dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan uji hipotesis

dengan menggunakan uji-t. Kriteria

pengujian adalah Ho ditolak jika thitung > ttabel

dengan derajat kebebasan dk = n1 + n2 – 2

dan α = 5%. Hipotesis penelitian yang diuji adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus 4 Widyasmara Klungkung. Untuk menguji hipotesis digunakan uji-t. Hasil uji hipotesis

dapat dibaca pada tabel 3.

Tabel 3. Analisis Uji-t

Kelas Mean Skor Nilai thitung Nilai ttabel Hipotesis Alternatif Eksperimen 80,09 2,54 1,98 Ha Diterima Kontrol 68,69 2,52 1,98 Ha Diterima

(8)

Berdasarkan uji-t diperoleh diperoleh thitung sebesar 2,54. Dengan menggunakan

taraf signifikansi 5% dan dk = 63 diperoleh batas penolakan hipotesis nol sebesar 1,98 thitung> ttabel berarti hipotesis yang

menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan yang

antara mengikuti model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus 4 Widyasmara Klungkung pada taraf

signifikansi 0,05 diterima. Hal ini

mengandung arti bahwa siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial hasil belajarnya lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Hal-hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan hasil belajar antara kelompok

eksperimen dengan kelompok kontrol

antara lain : kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial

dalam pembelajarannya dibentuk

kelompok-kelompok belajar secara

heterogen untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa di dalam

kelompok melakukan interaksi, saling

mendorong dan memotivasi semangat agar bisa berhasil bersama. Dalam kelompok ini siswa dapat mengembangkan ketrampilan

berdiskusi, dan dapat bertukar

pengetahuan sehingga setiap siswa akan lebih aktif berperan dalam interaksi di

dalam kelompok. Dalam proses

pembelajaran hendaknya berlangsung

beberapa interaksi , yaitu interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dalam kelompok atau siswa secara individual. Penghargaan prestasi tim pada

akhir pembelajaran selalu diberikan.

Penghargaan yang diberikan kepada tim yang mendapatkan nilai tertinggi dalam pembelajaran menumbuhkan semangat, minat serta motivasi dalam pembelajaran

sebagai faktor-faktor individual yang

mempengaruhi hasil belajar yang pada

akhirnya berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa.

Adapun langkah-langkah model

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ini didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri dari 6 langkah, yaitu : Tahap 1, penyampaian

tujuan dan motivasi dimana guru

menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar, Tahap 2 adalah pembagian kelompok yaitu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 5 sampai 6 siswa yang memprioritaskan heterogenitas atau keragaman kelas dalam prestasi akademik , jenis kelamin, rasa atau etnik. Tahap 3 adalah presentasi dari guru yaitu

Guru menyampaikan materi pelajaran

terlebih dahulu menjelaskan tujan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau

masalah nyata yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya. Tahap 4 adalah kegiatan belajar dalam tim Siswa belajar dalam kelompok yang sudah dibentuk sedangkan guru menyiapkan lembaran

kerja sebagai pedoman bagi kerja

kelompok, sehingga semua anggota

menguasai dan masing-masing

memberikan kontribusi. Selama team

bekerja, guru melakukan pengamatan, memberi bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja team ini merupakan ciri terpenting dari STAD. Tahap 5 adalah Kuis (Evaluasi) yaitu Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kuis secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami

(9)

bahan ajar tersebut. Dan yang terakhir tahap 6 adalah Penghargaan prestasi tim yaitu setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0 – 100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok.

Sedangkan di kelas kontrol yang

dibelajarkan melalui pembelajaran

konvensional dalam pembelajarannya lebih berpusat kepada guru, guru sebagai subjek pembelajaran yang menyampaikan materi pembelajaran. Setelah penyampaian materi siswa diberikan tugas masing-masing. Hal ini menyebabkan siswa cenderung kurang aktif karena kurang adanya interaksi sosial yang positif antara siswa satu dengan siswa lainnya seperti tutor sebaya sehingga menyebabkan siswa merasa bosan dalam

pembelajaran, kurang dapat

mengembangkan pola pikir siswa,

pembelajaran yang monoton membuat

siswa kurang termotivasi dalam

pembelajaran sehingga menimbulkan

keributan di kelas karena pembelajaran menjadi kurang menarik dan kurang

menyenangkan. Dengan demikian

menurunnya motivasi dan minat siswa dalam pembelajaran konvensional di kelas kontrol yang merupakan salah satu faktor individual hasil belajar menyebabkan hasil belajar kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Hal ini sejalan dengan

keunggulan Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD yaitu (a) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok. (b) Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama. (c) Aktif berperan

sebagai tutor sebaya untuk lebih

meningkatkan keberhasilan kelompok. (d) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam

berpendapat. (e) Dapat memberikan

kesempatan kepada siswa untuk

menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah. (f) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa

untuk lebih intensif mengadakan

penyelidikan mengenai suatu masalah. (g)

Dapat mengembangkan bakat

kepemimpinan dan mengajarkan

keterampilan berdiskusi. (h) Dapat

memungkinkan guru untuk lebih

memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya. (i) Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi. (j) Dapat memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengembangkan rasa

menghargai, menghormati pribadi

temannya, dan menghargai pendapat orang lain.

Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Adnyani Putri (2012) yang menyatakan terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achivement Division (STAD) terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan pada siswa kelas IV SD di gugus VII Kediri Tabanan 2012. Beserta penelitian yang dilakukan Ami Diantini (2012) yang menyatakan

terdapat pengaruh penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams Achivement Division (STAD)

terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD gugus Ubud Tahun Ajaran 2012/2013.

Dengan demikian hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams Achievement Division

(STAD) berbasis interaksi sosial dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD gugus 4

Widyasmara Klungkung tahun ajaran

2013/1014.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan mengenai model

pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams Achievement Division (STAD)

berbasis interaksi sosial maka, dapat disimpulkan sebagai berikut.

Dari hasil analisis uji-t menunjukkan bahwa thitung = 2,54 dan ttabel = 1,98 dengan

derajat kebebasan (dk) = 63 dan taraf signifikan 5%. Berdasarkan hal tersebut, thitung > ttabel (2,54 > 1,98 ) maka Ho ditolak

dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan

(10)

pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams Achievement Division (STAD)

berbasis interaksi sosial dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus 4 Widyasmara

Klungkung tahun ajaran 2013/1014.

Berdasarkan hasil post tes diketahui

bahwa rata-rata hasil belajar kelas

eksperimen lebih besar dari kelas kontrol (80,09 > 68,69), sehingga dapat dikatakan

bahwa rata-rata hasil belajar kelas

eksperimen yang dibelajarkan melalui

model pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams Achievement Division (STAD)

berbasis interaksi sosial lebih baik dari kelas kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

Jadi dapat disimpulkan terdapat

Pengaruh Model Pembelajaran Koopertif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus 4 Widyasmara Klungkung tahun ajaran 2013/1014.

Berdasarkan kesimpulan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut.

Bagi Siswa, Pada saat dilakukan kegiatan berkelompok, siswa hendaknya berani menyampaikan pendapat dan siswa harus lebih serius mengikuti kegiatan pembelajaran dengan sumber belajar yang baik agar pengetahuan yang didapat bermanfaat dan terserap secara maksimal.

Bagi Guru, Guru hendaknya

memotivasi siswa dalam kegiatan

pembelajaran dengan memanfaatkan

berbagai sumber belajar yang dapat

menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan sehingga siswa tidak

merasa bosan pada saat mengikuti

kegiatan pembelajaran salah satunya

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) di dalam proses

pembelajaran.

Bagi Kepala Sekolah, Dalam proses

pembelajaran agar siswa bisa lebih

termotivasi untuk belajar, sekolah

hendaknya menyediakan sarana dan

prasarana yang maksimal agar kegiatan pembelajaran berjalan secara kondusif dan

terciptanya suasana belajar yang

menyenangkan.

Bagi Peneliti Lain, Bagi peneliti lain diharapkan nantinya saat melaksanakan penelitian dapat melakukan penelitian yang serupa pada mata pelajaran lain di SD sehingga dapat memberikan manfaat bagi siswa dan memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar siswa. DAFTAR RUJUKAN

Abdullah, Idi. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Ahmadi, Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Ayu Putu Adnyani Putri. 2012. Pengaruh

Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif tipe Student Teams

Achievement Division (STAD)

Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas IV SD di Gugus VI Kediri Tabanan 2012. Skripsi (tidak diterbitkan ). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah

Dasar. Unversitas Pendidikan

Ganesha.

Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan.Pontianak: Alfabeta, cv. Gunawan, Rudy. 2011. Pendidikan IPS.

Bandung: Alfabeta.

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajran. Bandung: Remaja Rosdakarya

.

Musfiqon. 2012. Metodelogi Penelitian

Pendidikan. Jakarta : Prestasi

Pustaka.

Ni Wayan Ami Diantini. 2012. Pengaruh

Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif tipe Student Teams

Achievement Division (STAD)

Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Gugus Ubud Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi (tidak diterbitkan ). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Unversitas Pendidikan Ganesha.

(11)

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi

Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Udin,Wiranataputra. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi merupakan tolok ukur keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi yang

Berdasar uji stastistik didapatkan nilai r = 0,337 dengan nilai p= 0,001 yang artinya terdapat hubungan antara kualitas pelayanan keperawatan dengan kepuasan pasien

Psoriasis adalah suatu penyakit inflamasi kulit kronis yang di mediasi oleh sistem imunitas sel T dan dikarakteristikkan sebagai perubahan pada pertumbuhan dan

Begitu pun di PT Pos Indonesia (Persero), fenomena yang terjadi di PT Pos Indonesia (Persero) seperti yang dikemukan oleh Accounting Manager PT Pos Indonesia

Walaupun perairan Gresik bukan jalur utama Arus Lintas Indonesia (Arlindo), tetapi terhubung melalui arus lokal yang dipengaruhi oleh angin muson, sehingga

Program pembinaan pendidikan dasar dan prasekolah bertujuan untuk (1) memperluas jangkauan dan daya tampung SD dan Madrasah Ibtidaiyah (MI), SLTP dan Madrasah

Hasil pengamatan tinggi tanaman menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata tinggi tanaman antar varietas jagung yang diuji dengan kisaran 140,32–181,13 cm, dimana

Kepuasan anggota terhadap pelayanan yang diberikan Accoun Officer sebagai asat berharga bagi perusahaan, karena anggota akan senantiasa menggunakan produk atau jasa yang