• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V GUGUS SRIKANDI DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V GUGUS SRIKANDI DENPASAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

INSTRUCTION BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP

HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V GUGUS SRIKANDI DENPASAR

Luh Dewi Puspiatasari

1

, Dr.I.G.A.Agung Sri Asri 1

2

, Drs. I Komang Ngurah Wiyasa2

3 1,2,3

Jurusan PGSD, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail : dewixpuspita@yahoo.com

1

, agungasri@gmail.com

2

,

wiyasa.ngurah@yahoo.co.id

3

Abstrak

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran

problem based intruction berbantuan media audio visual dan siswa yang belajar

menggunakan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPS siswa di SD Gugus Srikandi Tahun pelajaran 2013 / 2014. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus Srikandi tahun ajaran 2013/2014, yang banyaknya 684 orang siswa terdiri dari delapan sekolah di random sampling mendapatkan SD N 13 Kesiaman sebagai kelompok eksperimen dan SD N 10 Sumerta sebagai kelompok kontrol. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasy eksperiment) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Non Equivalent Control Group

Design.Data tentang hasil belajar IPS dikumpulkan dengan instrumen berupa tes pilihan

ganda biasa berjumlah 30 butir soal yang valid dan reliabel. Data ini analisisnya dengan t-test. Hasil penelitian menunjukkan, terdapat pengaruh yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti Model Pembelajaran Problem Based Instruction Berbantuan Media Audio Visual dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional siswa kelas IV SD Gugus Srikandi Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Ini terlihat dari hasil t-test ( thit = 6.418 > ttabel = 2.000 ) dengan db = 63 ( Ʃn-2 = 65 – 2 = 63 ) dan taraf

signifikansi 5%. Hal ini diperkuat oleh perbedaan nilai rata-rata siswa kelompok eksperimen lebih baik dari pada nilai rata-rata siswa kelompok kontrol (83.97 > 74.73).

Kata kunci : problem based instruction, audio visual, hasil belajar, IPS.

Abstract

The objective of this study is to determine the significant differences between students’ learning outcomes of social subject with used Problem Based Instruction which assist by Audio Visual Media with students who use the conventional teaching of SD Gugus Srikandi in academic year 2013/2014. The population of this study is conducted to the fourth grade students of SD Gugus Srikandi in academic year 2013/2014, the total of the students are 684 which consist of eight schools in random sampling and the result is SD N 13 Kesiman as the experiment class and SD N 10 Sumerta as the control class. This study is a quasy experiment with the design of the study is a non-Equivalent control group design. The result data of learning social subject was collected by multiple choice tests that consist of 30 questions which valid and reliable. Data was analyzed by t-test. The result showed there were significant differences in learning outcomes of students who learned social subject with using Problem Based Instruction which assist by Audio Visual Media with students who learned with using Conventional Learning of the fourth grade students of SD Gugus Srikandi Denpasar in academic year 2013/2014. It shown from the result of the test ( thit = 6.418 > ttabel = 2.000 ) with db = 63 ( Ʃn-2 = 65 – 2 = 63 )

with standard of the significant is 5%. It can be seen from the differences between the average of experiment class which more satisfied than the control class (83.97 > 74.73).

(2)

Keywords:Promblem based instruction, audio visual, the results of learning, social

subject.

PENDAHULUAN

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mempengaruhi hampir seluruh kehidupan manusia di berbagai bidang. Untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kualitas sumber daya manusia harus ditingkatkan melaui peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. Pendidikan tidak hanya bertujuan memberikan materi pembelajaran saja, tetapi lebih menekankan kepada bagaimana cara mengajak siswa dalam menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri sehingga siswa dapat mengembangkan kecakapan hidup dan siap untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan seharai-hari saat ini maupun yang akan datang.

Pendidikan yang kurang melibatkan siswa secara aktif dapat menghambat kemampuan berpikir kritis dan keterampilan dalam pemecahan masalah sehingga perlu dipilih dan diterapkan suatu model pembelajaran untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran. Ketika siswa belajar ilmu alam, maka yang dipelajari adalah ilmu alam sekitar yang dekat dengan kehidupan siswa. Situasi pembelajaran sebaiknya dapat menyajikan fenomena dunia nyata, masalah yang autentik dan bermakna yang dapat diterapkan.

Banyak kritik yang ditujukan kepada guru, dimana cara mengajar guru tersebut yang terlalu menekankan pada penguasaan sejumlah informasi/konsep belaka. Penumpukan informasi / konsep pada subjek didik dapat saja kurang bermanfaat, bahkan tidak bermanfaat sama sekali, apabila hanya di komunikasikan oleh guru kepada subjek pendidik melalui satu arah seperti menuang air ke dalam sebuah gelas Trianto (2009). Tidak dapat disangkal, bahwa konsep merupakan suatu hal yang sangat penting. Konsep yang dimaksud dini adalah bagimana konsep itu dipahami dalam proses belajar mengajar, dimana konsep tersebut sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara– cara memecahkan masalah, serta bagaimana siswa mampu menentukan dan merumuskan masalah tersebut.

Berbicara mengenai proses pembelajaran, siswa harus mampu memahami mengenai materi pelajaran yang diterangkan oleh guru. Walapun demikian, kita menyadari bahwa ada siswa yang mampu memiliki tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diterimanya, namun kenyataan mereka sering kurang memahami dan mengerti secara mendalam pengetahuan yang bersifat hafalan tersebut (Depdiknas 2002 : 1). Pemahaman yang dimaksud ini adalah pemahan siswa terhadap dasar kulaitatif mengenai fakta–fakta saling berkaitan dengan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi yang baru. Sebagian besar siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut dapat dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi yang baru. Salah satu mata pelajaran yang sering kali menggunakan hafalan adalah IPS.

(3)

IPS merupakan suatu program pendidikan yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk tujuan pembinaan warga Negara yang baik. Melalui mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar para siswa diharapkan dapat memahami beberapa hal, antara lain: pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta keterampilan mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial tersebut. Melalui mata pelajaran IPS diharapkan para siswa dapat terbina menjadi warga Negara yang baik dan bertanggung jawab.

Ilmu pengetahuan sosial berfungsi sebagai penambah pengetahuan siswa di bidang sejarah. Peran pembelajaran IPS bagi siswa, khususnya bagi siswa SD sangat penting, karena pembelajaran ini mengingatkan kita kepada para pahlawan yang sudah rela mengorbankan raganya demi membela tanah air. Dilihat dari peran dari pembelajaran IPS, seorang guru seharusnya membuat pembelajaran ilmu pengetahuan sosial ini menjadi salah satu mata pelajaran yang menyenangkan dan digemari oleh siswa. Namun, sebagian siswa menganggap bahwa mata pelajaran ilmu pengetahuan sosila ini masih merupakan pelajaran yang dianggap sulit, membosankan dan sering menimbulkan masalah dalam belajar. Kondisi ini mengakibatkan mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial ini tidak disenangi, tidak diperdulikan, dan bahkan diabaikan oleh siswa. Hal ini dibuktikan dengan sedikitnya jumlah guru pengajar mata pelajaran IPS dimasing-masing sekolah, khususnya di sekolah dasar (SD). Sehingga, menimbulkan kesenjangan yang cukup besar antara apa yang diharapkan dari belajar ilmu pengetahuan sosial dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Di satu sisi IPS mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, yaitu meningkatkan pengetahuan dalam bidang sejarah. Di sisi lain banyak siswa yang tidak menyenangi mata pelajaran IPS.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam rangka membangun pemahaman siswa yang nantinya diharapkan bermuara pada peningkatan mutu pendidikan, khususnya pendidikan ilmu pengetahuan sosial. Namun demikian, semua usaha tersebut nampaknya belum membuahkan hasil yang optimal. Berbagai indikator menunjukkan bahwa mutu pendidikan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, pola pembelajaran yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah pola pembelajaran Problem Based Intruction dalam pembelajaran Problem Based Intruction ini siswa dibentuk kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang di berikan oleh guru Trianto (2009: 55).

Kondisi ini dapat dilihat di SD Gugus Srikandi yang terdiri dari delapan sekolah, yaitu SD N 1 Sumerta, SD N 2 Sumerta, SD N 5 Sumerta, SD N 8 Sumerta, SD N 10 sumerta , SD Cipta Darma, SD iT AL Bana, SD N 13 Sumerta. Secara umum proses pembelajaran IPS yang berlangsung di SD Gugus Srikandi yang digunakan adalah pembelajaran konvensional. Guru menganggap siswa sebagai objek pengajaran sedangkan guru adalah subjek pengajaran. Guru berpandangan bahwa ilmu pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa sehingga pembelajaran masih bersifat searah. Dampaknya adalah didalam proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru sedangkan siswa hanya menjadi pendengar yang dipaksa untuk memperhatikan. Pembelajaran yang seperti ini tentu sangat mudah dilupakan oleh siswa karena kegiatan pembelajaran menjadi tidak menyenangkan. Pembelajaran seperti ini juga kurang bermakna bagi kehidupan siswa karena kurangnya pengaitan pengalaman sehari-hari siswa dengan materi pembelajaran yang diberikan.

Salah satu patokan yang sering digunakan untuk menggambarkan kurang berhasilnya pembelajaran IPS di semua jenjang pendidikan khusunya di Sekolah Dasar adalah nilai hasil ulangan, baik ulangan harian maupun ulangan umum. Karena ulangan merupakan indikator yang mudah dilihat oleh masyarakat luas untuk digunakan sebagai acuan tentang keberhasilan pendidikan, khususnya pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Kenyataan menunjukkan bahwa secara umum rata-rata nilai ulangan IPS siswa SD pada tahun terakhir ini berkisar di bawah nilai KKM yakni 7,5. Sementara itu, khusus di SD N 10 SUMERTA dan SD 13 KESIMAN, rata-rata nilai ulangan umum untuk mata pelajaran IPS masih sulit beranjak naik. Pelajaran IPS ini adalah pola pembelajaran Kooperatif, dalam pembelajaran Kooperatif ini siswa di bentuk kelompok dimana setipa kelompok beranggotakan 4-5 orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang di berikan oleh guru Trianto (2009).

Trianto (2009: 56) menyatakan bahwa dalam belajar Kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan

(4)

bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. Dalam pembelajaran Kooperatif banyak terdapat model-model pembelajaran yang menunjang proses pembelajaran menjadi menyenangkan salah satunya adalah PBI (Problem Based

Intruction), atau sering dikenal dengan model

pembelajaran berdasarkan masalah. Model pembelajaran berdasarkan masalah ini, didasarkan pada masalah yang terdiri dari bagaimana menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Keterampilan social atau kooperatif berkembang secara signifikan dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatih keterampilan – keterampilan kerja sama dan kolaborasi, dan juga keterampilan – keterampilan Tanya jawab. ( Ibrahim, dkk, 2000: 9 ). Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat di gunakan dalam proses pembelajaran di SD khsussnya dalam mata pelajaran IPS adalah model pembelajaran Problem Based Intruction.

Problem Based Intruction ini bisa

diartikan dengan pembelajaran berbasis masalah karena model pembelajaran ini diadopsi dari istilah inggris sehingga menjadi

Problem Based Intruction. Model pengajaran

berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Dewasa ini , model pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autenstik dan bermakna yang dapat meberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Menurut Arends ( 1997 ), pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan magsud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiridan keterampilan berfikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri. Pembelajaran ini membantu siswa memperoses informasi sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Adapun Ciri – ciri Pembelajaran Berdasarkan Masalah( Problem

Based Intruction ) Menurut Arends ( 2001: 349 ),

berbagai pengembang pengajaran berdasarkan masalah telah memmberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut ; (1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya mengorganisasikan di sekitar prinsip – prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah

mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua – duanya secara social penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Merelka mengajukan situasi kehidupan nyata antentik, menghindar jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu. (2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu( IPA, matematika, dan ilmu ilmu social ), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar – benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. Sebagai contoh, masalah polusi yang dimunculkan dalam mata pelajaran di Teluk Chesapeake mencakup berbagai subjek akademik dan terapan mata pelajaran biologi, ekonomi, sosiologi, psriwisata, dan pemerintah. (3) Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mengidentifikasi masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpul dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen ( jika diperlakukan ), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Sudah barang tentu, metode penyelidikan yang digunakan, bergantung kepada masa;ah yang sedang dipelajari. (4) Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa menghasilkan prosuk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk tersebut dapat berupa transkrip debat seperti pada pelajaran “ Roots and Wings “ . produk itu dapat juga berupa laporan , model fisik, video mapun program computer. Karya nyata dan peragaan seperti yang akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan kepada teman – teamanya yang lain tentang apa yang mereka pelajari dan menyediakan suatu alternative segar terhadap laporan tradisional atau masalah. (5) Kolaborasi, pembelajaran berdasarkan masalha dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas – tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan social dan keterampilan berpikir.

(5)

Selain ciri dan karakteristik yang khas pembelajaran ini juga memiliki tujuan yang sangat jelas, Tujuan Pengajaran Berdasarkan Masalah ( Problem Based Intruction ) meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan keterkaitan antardisiplin. Penyelidikan autenrik, kerjasama, dan maenghasilkan karya dan penghargaan. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu memberikan sebanyak – banyaknya kepada siswa. Berdasarkan karakter tersebut, pembelajaran berdasarkan masalah memilki tujuan .

a) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah. PBI memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekadar berfikir sesuai yang bersifat konkret, tetapi lebih dari berfikir terhadap ide – ide yang abstrak dan kompleks. Dengan kata lain PBI melatih peserta didik untuk memiliki keterampilan berfikir tingkat tinggi. Hakikat kekomplekan dan konteks dan keterampilan berfikir tingkat tinggi tidak dapat diajarkan menggunakan pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan ide dan keterampilan yang lebih konkret, tetapi hanya dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah ( Problem solving ) oleh peserta didik sendiri.

b) Belajar peranan orang dewasa yang autentik. Menurut Resnick ( dalam Ibrahim dan Nur, 2000: 7 ), bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah amat penting untuk menjebatani gapa anatara pembelajaran di sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Berdasarkan pendapat Resnick tersebut, maka PBI memiliki Implikasi: (a) Mendorong kerja sama dalam menyelesaikan tugas. (b) Memiliki elemen – elemen belajar magang, hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan orang lain, sehingga secara bertahap dapat memahami peran orang yang diamati atau yang diajak dialog ( ilmuan, guru, dokter, dan sebagainya ). (c) Melibatkan siswa dalam penyeledikan pilihab sendiru, sehingga memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangung. (d) Pemahaman terhadap fenomena tersebut secara mandiri.

c) Menjadi pembelajaran yang mandiri. PBI berusaha membantu siswa menjadi pembelajaran yang mandiri dan otonon.

Dengan bimbingan guru yang secara berulang – ulang mendorong dan mengarahkan mereka terhadap masalahnyata mereka sendiri, siswa belajar untuk menyelesaikan tugas – tugas itu secara mandiri dalam hidupnya kelak.

Pengalaman siswa diperoleh dari lingkungan akan menjadikan bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya. Dalam proses pembelajaran dengan menerapkan PBI dapat lebih menyenangkan jika guru bisa mengkombinasikannya dengan media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan keadaan pada saat proses pembelajaran. Sehingga hal tersebut akan berdampak bagi siswa, dimana pada saat proses pembelajaran siswa tidak lagi merasa bosan ataupun jenuh dengan pelajaran yang diberikan khususnya mata pelajaran IPS.

Salah satu media pembelajaran yang dapat kita gunakan untuk menunjang proses pembelajaran agar lebih menyenangkan adalah media audio visual. AVA atau lebih dikenal dengan media audio visual merupakan media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi), meliputi media yang dapat dilihat, didengar, dan yang dapat dilihat dan didengar. jadi dengan pendekatan pemeblajaran yang dikombinasikan dengan media pembelajaran yang tepat besar harapan untuk dapat mencapai hasil belajar IPS yang optimal.

Berdasarkan paparan diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran problem based instruction

berbantuan media audio visual dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014.

METODE

Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan pembelajaran problem based instruction

berbantuan media audio visual terhadap hasil belajar siswa dalam pelajaran IPS. Dengan memanipulasi variabel bebas pembelajaran

problem based instruction berbantuan media

audio visual dan variabel terikat yaitu hasil belajar IPS yang tidak dapat dikontrol secara ketat sehingga jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu

(6)

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non

Equivalent Control Group Design.

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh siswa V SD Gugus Srikandi Denpasar Tahun Ajaran 2013/2014, yang banyaknya 684 orang siswa terdiri dari 8 sekolah. Untuk pengambilan sampel menggunakan teknik Random Sampling.

Didapatkan SD N 13 Kesiman yang banyaknya 32 orang siswa sebagai kelompok eksperimen dan SD N 10 Sumerta yang banyaknya 33 orang siswa sebagai kelompok kontrol.

Untuk pengumpulan data digunakan metode tes,. Tes yang digunakan untuk menilai hasil belajar IPS adalah tes objektif berupa tes pilihan ganda biasa dengan 4 pilihan jawaban yang jumlahnya 30 butir soal valid dan reliabel. Untuk uji prasyarat analisis menggunakan uji normalitas sebaran data dengan uji

Chi-Kuadrat, uji homogenitas varians menggunakan

uji F, dan uji hipotesis menggunakan uji-t polled

varians. Dalam proses analisis data

menggunakan bantuan Microsoft Office Excel

2007.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil setelah perhitungan diperoleh rata-rata nilai hasil belajar IPS yaitu kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menerapkan pembelajaran problem based

instruction berbantuan media audio visual

adalah 83.97 dengan varian 29.77 dan standar deviasi 5.45. Sedangkan rata-rata nilai hasil belajar IPS untuk kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan menerapkan pembelajaran konvensional adalah 74.73 dengan varian sebesar 37.45, dan standar deviasi 6.12. Dan data tersebut menunjukkan bahwa kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran problem based

instruction berbantuan media audio visual

memiliki nilai rata-rata lebih tinggi daripada kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.

Uji normalitas data dilakukan pada dua kelompok data, meliputi data kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran problem based

instruction berbantuan media audio visual dan

data kelompok kontrol yang dibelajarkan dengen menggunakan pembelajaran konvensional. Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui sebaran data nilai post test hasil

belajar IPS yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji normalitas sebaran data dilakukan dengan menggunakan Chi Kuadrat (X2) pada

taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan db = k-1. Untuk Iangkah-Iangkah uji Chi-Kuadrat

(X2) kelompok eksperimen yang dibelajarkan

dengan menggunakan pembelajaran problem

based instruction berbantuan media audio visual

diuraikan seperti berikut ini: terlihat bahwa x2hit=0.59 dan X

2

tabdengan taraf signifikansi 5%

diperoleh (α = 0,05) dan derajat kebebasan (db) = 5 diperoleh x2tabel(0,05,5) = 11.07, karena x

2 tabel =

11.07> x2hit=0.59 berarti sebaran data nilai akhir

hasil belajar IPS kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan

pembelajaran problem based instruction

berbantuan media audio visual berdistribusi normal. Untuk kelas yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional terlihat bahwa x2hit=2.28 dan X

2

tab dengan taraf signifikansi 5%

(α = 0,05) dan derajat kebebasan (db) = 5 diperoleh x2tabel(0,05,5) = 11.07, karena x

2

tabel 11.07

> x2hit 2.28, berarti sebaran data nilai akhir hasil

belajar IPS kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional berdistribusi normal.

Uji homogenitas varian ini dilakukan berdasarkan data nilai hasil belajar IPS yang meliputi data kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran problem based instruction berbantuan media audio visual dan data kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Jumlah kelompok eksperimen adalah 32 dan jumlah kelompok kontrol adalah 33. Uji homogenitas varian menggunakan uji F. Kriteria pengujian jika Fhitung < Ftabel maka sampel

homogen. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1 – 1 (33 - 1=32) dan derajat

kebebasan untuk penyebut n2 – 1 (32-1=31).

Hasil uji homogenitas varians menunjukkan hasil bahwa Fhitung = 1.25 < Ftabel

=1.82. lni berarti bahwa varians antar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen. Hipotesis penelitian yang diuji adalah Ha: terdapat perbedaan yang signifikan hasil

belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran problem based instruction

berbantuan media audio visual dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. H0: Tidak terdapat

perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran

problem based instruction berbantuan media

(7)

pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014.

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t-test , dengan kriteria pengujian adalah dengan kriteria pengujian

adalah H0 ditolak jika

t

hit

t

(tab), di mana )

(tab

t

di dapat dari tabel distribusi t pada taraf signifikan ( ) 5% dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 - 2) dan Ha ditolak jika

) (tabel

hit

t

t

.

Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis

Kelas Varians N Db thi t ung ttabell Kesimpulan

Kelas Eksperimen

29.77 32 63 6.418 2.000 Ha diterima

Kelas Kontrol 37.45 33

Berdasarkan uji t yang dilakukan pada data

post test diperoleh thitung > ttabel berarti hipotesis

yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran

problem based instruction berbantuan media

audio visual dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Konvensional siswa kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar pada taraf signifikan 5% diterima. Hal ini berarti bahwa siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran problem based instruction

berbantuan media audio visual hasil belajar pada ranah kognitifnya lebih baik dari pada siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Konvensional. Hal ini disebabkan karena problem based instruction merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa memperoses informasi sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks ( Ratumanan, 2000; 123 ). Pada problem based instruction, kelompok – kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam – macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berfikir kritis. Model

problem based instruction dilandasi oleh teori

belajar kontrutivis. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaianya membutuhkan kerja sama diantara siswa – siswa. Dalam model

pembelajaran ini guru memadukan siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap - tahap kegiatan, guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang di butuhkan supaya tugas – tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa. Problem

based instruction merupakan suatu pendekatan

pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan magsud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiridan keterampilan berfikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri. Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembelajaran yang lain, seperti “ pembelajaran berdasarkan proyek ( proyect-based instruction )”, pembelajaran berdasarkan pengalaman (

experience-based instruction )”, “ belajar

autentik ( authentic learning )” dan “ pembelajaran bermakna atau pembelajaran berakar pada kehidupan ( anchored instruction )” Pembelajaran Problem Based Intruction Merupakan model pembelajaran yang memberikan interaksi antara interaksi dan respon yang menghubungkan dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan member masukan kepada isiswa berupa bantuan dan masalah,sedangkan materi saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan iru secara efektif sehingga masalah yang di hadapi dapat dapat diselidiki, dinilai, dianalisis,serta dicari pemecahanya dengan baik. Dari hal tersebut pantaslah

problem based instruction dapat

mengoptimalkan hasil Belajar IPS siswa Kelas V Gugus Srikandi Denpasar.

(8)

Selain itu pemanfaatan media audio visual sangat membatu dalam menujang pembelajaran

problem based instruction, siswa jadi lebih

bersemangat mengikuti pembelajran, kelas menjadi lebih semarak, situasi pembelajaran tidak kaku. Audio Visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman ( kemanjuan ikmu pengetahuan dan teknologi ), meliputi media yang dapat dilihat, didengar dan yang dapat dilihat dan didengar, seperti ;

a) Film, film mempunyai kelebihan sebagai berikut; (1) penerimaan pesan akan memperoleh tanggapan yang lebih jelas dan tidak mudah dilupakan, karena antara melihat dan mendengar dapat dikombinasikan menjadi satu. (2) Dapat menikmati kejadian dalam waktu yang lama pada suatu prooses atau peristiwa tertentu. (3) Dengan teknik Slow- Motion dapat mengikuti suatu gerakan atau aktivitas yang berlangsung. (4) Dapat membangun sikap, perbuatan dan membangkitkan emosi dan mengembangkan problem.

b) TV, TV sebagai media instruksional edukatif serta implikasi ke dalam pendidikan antara lain; (1) Kenyataaan yang ditayangkan konkret dan langsung. (2) Melalui indra penglihatan dan pendengar, TV dapat membawa kontak dan peristiwa dan langsung. (3) Memberikan tantangan untuk mengetahui lebih lanjut. (4) Keseragaman komunikasi. (5) Keterangan ringkas yang memprogramkan harus bersifat komprehensif.

c) Radio, Sebagai suatu media, radio mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan media yang lain, yaitu; (1) Harganya relative lebih murah dan variasi programnya lebih banyak dari pada TV. (2) Sifatnya lebih mudah di pindahkan ( mobile ). Radio dapat dipindah – pindahkan dari suatu ruang ke ruang lain dengan mudah. (3) Jika digunakan bersama – sama dengan alat perekam radio mengatasi problem jadwal karena program dapat direkam dan diputar lagi sesuka hati. (4) Radio dapat mengembangkan daya imajinasi anak. (4) Dapat merangsang partisipatif aktif pendengar. Sambil mendengarkan, siswa boleh menggambar, menulis, melihat, peta, menyanyi, ataupun menari. (5) Radio dapat memusatkan perhatian siswa pada kata- kata yang digunakan, pada bunyi dan artinya, terutama ini amat berguna bagi program sastra/puisi.

Dalam penelitian penerapan pembelajaran problem based instruction

berbantuan media audio visual sangat menyenangkan dan mengesankan membuat situasi pembelajaran seakan aktivitas biasa, jadi interaksi siswa begitu rileks dan tidak terasa dalam kondisi belajar. Berbeda dengan pembelajaran IPS yang menggunakan pembelajaran konvensional, selama proses pembelajaran siswa terlihat kurang kreatif dan aktif. Kenyataan ini terlihat karena pembelajaran masih menggunakan metode seperti ceramah dan diskusi kelas dengan sintak yang masih belum jelas dan tertata. Siswa hanya mendengarkan penjelasakan guru secara seksama dan mencatat materi yang dipaparkan oleh guru lalu menyelesaikan soal-soal latihan dari guru. Pembelajaran seperti itu membuat siswa cepat bosan dan cenderung putus asa dalam menyelesaikan soal-soal dari guru, siswa pun menjadi pasif, karena dominasi guru dalam pembelajaran melumpuhkan keinginan siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri, sehingga siswa hanya menjadi pendengar yang cenderung membuat siswa jenuh, kurang inisiatif dan selalu bergantung pada guru.

Hasil penelitian ini telah membuktikan hipotesis yang diajukan, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran

problem based instruction berbantuan media

audio visual dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ni Wayan Fitriani pada penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Intruction Berbasis Kebudayaan Bali Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD GUGUS III Sukawati Tahun ajaran 2012/2013” dengan hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Intruction dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik simpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran problem based instruction

(9)

yang mengikuti pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian yang menunjukkan thitung lebih besar dari pada

ttabel yaitu 6.418 > 2.000 dan didukung oleh

perbedaan skor rata – rata yang diperoleh antara siswa yang mendapat treatment

pembelajaran problem based instruction

berbantuan media audio visual yaitu 83.97 dan siswa dengan pembelajaran konvensional yaitu 74.73 oleh karena itu hipotesis alternatif diterima.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa saran yang dapat diajukan yaitu ; (1) Bagi guru, sengan dilaksanakannya penelitian ini guru diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya dalam membelajarkan siswa. Guru lebih mampu merencanakan dan melaksanakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelas dan jaman sehingga tidak terpaku pada satu model saja, namun senantiasa dapat menerapkan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan dan bersifat kontekstual, seperti pembelajaran problem based instruction. (2) Bagi siswa, dengan diterapkannya model pembelajaran Problem Based Intruction siswa diharapkan dapat memahami materi IPS dengan lebih mudah dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS. (3) Bagi Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pendukung sumber belajar guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dan menciptakan output yang lebih berkualitas. (d) Bagi Peneliti lain, Bagi peneliti lain diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi dalam membuat penelitian tentang pembelajaran yang bersifat kontekstual ataupun penelitian yang menggunakan model pembelajaran Problem

based Intruction.

DAFTAR RUJUKAN.

Agung, A.A Gede. 2010. Metodologi Penelitian

Pendidikan.Singaraja: Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Ganesha Agung, A.A Gede. 2005. Metodologi

Penelitian Pendidikan.

Singaraja. Universitas Pendidikan Ganesha.

Agung, A.A Gede. 2010. Metodologi

Penelitian Pendidikan.

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Agung, A.A Gede. 2010. Penelitian

Konvensional Makalah.

Disajikan pada Seminar dan Lokakarya tentang Penelitian dan dan Pola Bimbingan Skripsi di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha pada tanggal 27 September 2010. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Bumi aksara.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2010. 7 Tips

Aplikasi PAKEM. Jogjakarta:

Diva Press.

Asyhar, H. Rayandra. 2012. Kreatif

Mengembangkan Media

Pembelajran. JakartaAnggota

IKAPI.

Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.

Dimyati dan Moedjiono. 1994. Belaiar

dan Pembelaiaran. Jakarta:

Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Djamarah, Syaiful Bahri da Zain Aswan.

2006. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rineka Cipta Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan Nasional.2002.

Bahan Ajar Cetak Kapita Selekta Pembelajaran.Jakarta:Balai

(10)

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar

dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka

Cipta.

Emzir. 2012. Metodelogi Penelitian

Pendidikan Kualikatif & Kuantitatif

Jakarta: RajawaliPers Fitriani,Wayan. 2013. “ Pengaruh

model Pembelajaran Problem Based

IntructionBerbasis Kebudayaan

BalBerpengaruh TErhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Gugus III Sukawati Tahun Pelajaran 2012/2013”.

Universitas Pendidikan Ganesha. George Boeree, C. 2008. Metode

Pembelajaran & Pengajaran.

Yogyakarta:Ar – Ruzz

MediaGunawan, Rudy. 2011. Pendidikan IPSBandung:

Alfabeta.

Gunawan, Rudy. 2011. Pendidikan IPS

filosofos,Konsep,dan Aplikasi. Bandung

:

ALPABETA,cv

Hadari, Nawawi. 1981 . Organisasi

Sekolah dan Pengelolaan

Kelas. Jakarta:

Haji Masagung.

Hadi, Sutrisno. 2000. Statistik.

Yogyakarta: Andi

Hamalik, Oemar. 2003. Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: Rineka

Cipta.

Iru, La dan Arihi, La Ode Safiun. 2012.

Pendekatan, Metode, Strategi,

dan Model-model

Pembelajaran. Yogyakarta:

Multi Presindo.

Jauhar, Mohammad. 2011.

Implementasi PAIKEM. Jakarta:

Prestasi Pustaka.

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik

Pendidikan Teknik Analisis

Data Kuantitatif. Singaraja;

Undiksha.

Koyan, I Wayan. 2004. Konsep Dasar

dan Teknik Evaluasi Hasil

Belajar.

Singaraja: IKIPNegeri Singaraja

La Sulo, L. S. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Mendiknas. 2011. Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.

Jakarta: Mendiknas

Nurkancana dan Sunartana. 1992.

Evaluasi Hasil Belajar.

Surabaya : Usaha Nasional. Nasution, S. 2011. Berbagai

Pendekatan dalam Proses

Belajar & mengajar.

Jakarta : PT BumiAksara.

Gambar

Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Dari perhitungan tersebut untuk variabel Kompensasi Finansial (X 1 ) terhadap Prestasi Kerja Karyawan (Y 2 ) besarnya pengaruh langsungnya 0,181 dan pengaruh tidak

Untuk soal nomor 7–11, pilihlah kata-kata atau frasa yang yang merupakan padanan kata atau padanan pengertian yang paling dekat dengan kata yang dicetak dengan huruf kapital

Hasil analisis menunjukkan rata-rata sikap siswa-siswi mengenai seks pranikah pada kelompok eksperimen setelah diberikan penyuluhan tentang seks pranikah mengalami peningkatan

Bukti kontrak pengalaman paling sedikit 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta termasuk

Sebagai content provider, pada tanggal 30 Agustus 2011 Kompas TV melakukan siaran percobaan dengan kerjasama dengan stasiun TV lokal Ktv atau PT Komando Media Televisi

ada lima puluh ruangan, sepuluh ruangan dalam kondisi baik. dan empat puluh ruangan lain dalam

[r]

Kapal ikan ini akan mengolah hasil tangkapan ikan kurisi yang diperoleh dari para nelayan di atas kapal dengan hasil akhir tepung ikan yang dikemas pada