TIMUR KECAMATAN KAMPAR TIMUR
KABUPATEN KAMPAR
Oleh
NURAINI
NIM. 10815001877
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
1433 H/2012 M
TIMUR KECAMATAN KAMPAR TIMUR
KABUPATEN KAMPAR
Oleh
NURAINI
NIM. 10815001877
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
1433 H/2012 M
TIMUR KECAMATAN KAMPAR TIMUR
KABUPATEN KAMPAR
Oleh
NURAINI
NIM. 10815001877
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
TIMUR KECAMATAN KAMPAR TIMUR
KABUPATEN KAMPAR
Skripsi
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd.)
Oleh
NURAINI
NIM. 10815001877
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
1433 H/2012 M
TIMUR KECAMATAN KAMPAR TIMUR
KABUPATEN KAMPAR
Skripsi
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd.)
Oleh
NURAINI
NIM. 10815001877
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
1433 H/2012 M
TIMUR KECAMATAN KAMPAR TIMUR
KABUPATEN KAMPAR
Skripsi
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd.)
Oleh
NURAINI
NIM. 10815001877
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
i
Solution Posing terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII SMP N 1 Kampar Timur Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar, yang ditulis oleh Nuraini NIM. 10815001877 dapat diterima dan disetujui untuk diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Pekanbaru, 12 Shafar 1433 H 06 Januari 2012 M
Menyetujui Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika Pembimbing
ii
N 1 Kampar Timur Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar, yang ditulis oleh Nuraini NIM. 10815001877 telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau pada tanggal 02 Rabi’ul Awal 1433 H/26 Januari 2012 M. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika.
Pekanbaru, 02 Rabi’ul Awal 1433 H 26 Januari 2012 M Mengesahkan
Sidang Munaqasyah
Ketua Sekretaris
Drs. Hartono, M.Pd. Dra. Risnawati, M.Pd.
Penguji I Penguji II
Drs. Zulkifli Nelson, M.Ed. Noviarni, M.Pd.
Dekan
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Dr. Hj. Helmiati, M.Ag. NIP. 19700222 199703 2 001
vi
KELAS VII SMP NEGERI 1 KAMPAR TIMUR KECAMATAN KAMPAR TIMUR KABUPATEN KAMPAR”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan penguasaan konsep belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kampar Timur yang belajar menggunakan pendekatan Problem Posing Tipe Post Solution Posing dan siswa yang belajar menggunakan metode konvensional. Dalam penelitian ini, rumusan masalah adalah apakah ada perbedaan penguasaan konsep antara siswa yang belajar menggunakan pendekatan Problem Posing Tipe Post Soluiton Posing dan penguasaan konsep matematika siswa menggunakan model pembelajaran konvensional?
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan/treatment kepada sampel. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP N 1 Kampar Timur yang berjumlah 52 orang dan objek penelitian ini adalah pemahaman konsep siswa.
Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi dan lembar observasi yang dilakukan setiap kali pertemuan. Dalam penelitian ini, pertemuan dilaksanakan selama enam kali, yaitu lima kali pertemuan dengan menggunakan pendekatan Problem Posing Tipe Post Solution Posing dan satu pertemuan lagi dilaksanakan postes. Setelah data tes penguasaan konsep diperoleh, peneliti menganalisis data tersebut menggunakan rumus tes-t.
Berdasarkan hasil analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penguasaan konsep yang signifikan antara siswa yang menggunakan pendekatan Problem Posing Tipe Post Solution Posing dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, dengan kata lain terdapat pengaruh yang signifikan pemberian perlakuan pendekatan Problem Posing Tipe Post Solution Posing terhadap penguasaan konsep matematika siswa kelas VII SMP N 1 Kampar Timur Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar.
ix PENGESAHAN ... ii PENGHARGAAN ... iii PERSEMBAHAN... v ABSTRAK ... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Definisi Istilah ... 5
C. Permasalahan ... 5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
BAB II. KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis ... 8
B. Penelitian yang Relevan ... 15
C. Konsep Operasional... 15
D. Hipotesis... 19
BAB III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 20
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 20
C. Populasi dan Sampel ... 20
D. Teknik Pengumpulan Data... 21
E. Teknik Analisi Data ... 25
BAB IV. PENYAJIAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Setting Penelitian... 28
B. Penyajian Data... 39
C. Analisis Data ... 48
x LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
Tabel III. 1 Analisis Validitas Tes Pemahaman Konsep... 23
Tabel III. 2 Analisis Tingkat Kesukaran Tes Pemahaman Konsep... 24
Tabel III. 3 Analisis Daya Pembeda Tes Pemahaman Konsep... 25
Tabel IV. 1 Sarana Dan Prasarana SMP N 1 Kampar Timur ... 31
Tabel IV. 2Daftar Guru Dan Pegawai Tata UsahaSMP N 1 Kampar Timur. ... 32
Tabel IV. 3 Daftar Keadaan SiswaSMP N 1 Kampar Timur... 34
Tabel IV. 4 Cakupan Kelompok Mata Pelajaran ... 35
Tabel IV. 5 Stuktur kurikulum Kelas VII dan Kelas VIII ... 38
Tabel IV. 6 Struktur Kurikulum Kelas IX ... 38
Tabel IV. 7 Distribusi Frekuensi Hasil Pretes Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 49
Tabel IV. 8 Distribusi Frekuensi Hasil Pretes Siswa Pada Kelas Kontrol 50 Tabel IV. 9 Nilai Varian Besar dan Kecil... 51
Tabel IV. 10 Distribusi Frekuensi Hasil Postes Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 52
Tabel IV. 11 Distribusi Frekuensi Hasil Postes Siswa Pada KelasKontrol 54 Tabel IV. 12 Distribusi Frekuensi Pada Kelas Eksperimen... 56
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan suatu negara pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting dalam mempersiapkan sumber daya yang berkualitas. Kualitas dari suatu negara dapat kita lihat dari kualitas pendidikannya, semakin berkualitas suatu pendidikan maka semakin berkualitas negara tersebut sebaliknya semakin rendah kualitas pendidikan
semakin rendah pula kualitas suatu negara tersebut. “Pendidikan adalah suatu
proses yang sadar tujuan. Maksudnya kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang terikat, terarah pada tujuan dan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan”.1
Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan yakni bimbingan pengajaran atau latihan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang merupakan bagian dari proses pendidikan di sekolah dan mempunyai peranan penting dalam segala jenis dimensi kehidupan siswa dengan fungsinya untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, dan sebagainya yang
1Sardiman A. M, 2010, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grapindo
Persada, h. 57.
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.2 Mata pelajaran matematika itu sendiri memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagaimana yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu:
1. Memiliki konsep matematika, menjelaskan kaitan antara konsep dan mengaplikasikan algoritma secara luas, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dan membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan atau pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki perasaan ingin tahu, memiliki perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.3
Berdasarkan tujuan mata pelajaran matematika tersebut, terlihat jelas bahwa matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan pemahaman konsep dalam memecahkan permasalahan. Pemahaman konsep matematika merupakan salah satu tujuan yang mendasar dalam proses pembelajaran dan salah satu tujuan dari materi yang disampaikan oleh guru. Namun, salah satu masalah yang sering muncul dalam pembelajaran matematika adalah rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika yang dikemas dalam bentuk soal yang lebih menekankan pada pemahaman konsep suatu pokok bahasan tertentu.Kemampuan siswa yang rendah dalam aspek pemahaman konsep merupakan hal penting yang harus ditindaklanjuti.
2
Depdiknas Dirjen Pendasmen, 2002, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Direktorat Pendidikan, h. 3.
3 Masmur Muslich, 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi
Siswa yang yang telah memahami konsep dengan baik dalam proses belajar mengajar dimungkinkan memilikiprestasi belajar yang tinggi karena lebih mudah mengikuti pembelajaransedangkan siswa yang pasif cenderung lebih sulit mengikuti pembelajaran.Pada kenyataannya, tidak sedikit dijumpai siswa berprestasi tinggi namunmemiliki kemampuan pemahaman konsep yang rendah. Hal ini dikarenakan banyak siswa yang mencapai keberhasilan akademis tetapi hanya sedikit menunjukkankemampuan pemahamannya dalam proses belajar mengajar. Padahal dalam konsep penilaian hasil belajar matematika siswa meliputi 5 aspek, yaitu: pemahaman konsep, pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan koneksi.4
Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada hari Jumat tanggal 06 Mei 2011 dangan Ibu Rukmini. S salah satu guru bidang studi matematika SMP Negeri 1 Kampar Timur, beliau mengatakan bahwa siswa cenderung menghapal rumus-rumus dari materi yang diberikan, siswa juga terfokus pada satu rumus dalam masalah/soal yang diberikan. Jika guru memberikan soal yang berbeda dari contoh yang sudah diberikan, siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikannnya. Dari hasil wawancara itu dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa masih rendah. Di SMP N 1 Kampar Timur, terdapat faktor pendukung yaitu perpustaan sekolah. Perpustakaan ini menyediakan buku pelajaran matematika dari penerbit Erlangga dan Bumi Aksara. Dengan adanya buku-buku matematika ini dapat membantu proses belajar mengajar di SMP N 1 Kampar Timur.
4 Rozi Fitriza, 2009, Penilaian Berbasis Kelas (Classroom Assesment) dalam Pembelajaran Matematika, Pekanbaru, h. 7-8.
Pembelajaran Problem Posing merupakan model pembelajaran dapat merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan. Post Solution Posing merupakan salah satu tipe pembelajaran Problem Posing, Post Solution Posing adalah memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal baru yang sejenis.
Model pembelajaran ini dapat dikembangkan oleh guru dengan memberikan pengarahan kepada peserta didik bahwa peserta didik dapat mengajukan soal-soal sendiri dan mengerjakannya. Soal yang telah disusun dapat diajukan sebagai bahan berdiskusi bersama teman sekelompoknya dan hasil yang telah dikerjakan dapat dijadikan sebagai kunci jawaban dari soal-soal yang telah diajukan tersebut. Apabila menemukan permasalahan di dalam menyelesaikan soal tersebut dapat ditanyakan kepada guru pengajar dan dibahas kembali di dalam kelas, secara bersama agar memperoleh penyelesaian masalah tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran problem posing tipe post solution posing dapat dijadikan satu model yang inovatif dan model pembelajaran yang cukup bermanfaat dan mengefektifkan proses pembelajaran, sehingga penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul:Pengaruh PendekatanProblem Posing Tipe Post Solution Posing Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Kampar Timur Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar.
B. Definisi Istilah
1. Problem Posing tipe Post Solution Posing
Problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka memecahkan soal yang rumit (problem posing sebagai salah satu langkah problem solving).5
Post Solution Posing yaitu jika seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru yang sejenis.6
2. Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep merupakan merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat.7
C. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Dari permasalahan yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
a. Kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan guru sehingga pada proses belajar mengajar dominasi guru sangat tinggi, sedangkan
5 Suyatno, 2009, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Waru-Sidoarjo : Masmedia Buana
Pustaka, h. 62.
6http://herdy07.wordpress.com/2009/04/19/model-pembelajaran-problem-posing/
7Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Model Penilaian Kelas, Jakarta:
partisipasi siswa sangat rendah sehingga pembelajaran cenderung searah dan klasikal.
b. Dalam proses belajar mangajar matematika di kelas, sebagian besar siswa masih terlihat pasif, jarang mengajukan pertanyaan atau mengutarakan pendapatnya, banyak siswa terlihat malas, dan tidak percaya diri mengerjakan soal di depan kelas.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ada, peneliti memfokuskan pada pengaruh pendekatanProblem Possing tipe Post Solution Posing terhadap penguasaan konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kampar Timur.
3. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah : “Apakah ada perbedaan penguasaan konsep antara siswa yang belajar menggunakan pendekatanProblem Posing Tipe Post Solution Posing dan penguasaan konsep matematika siswa menggunakan model pembelajaran
konvensional?”
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara penguasaan konsep matematika siswa menggunakan pendekatanProblem Posing Tipe Post Solution Posing dan penguasaan
konsep matematika siswa menggunakan model pembelajaran konvensional.
2. Manfaat Penelitian a. Bagi siswa
PendekatanProblem Posing tipe Post Solution Posing dapat digunakansebagai landasan cara meningkatkan penguasaan matematika siswa.
b. Bagi guru
PendekatanProblem Posing tipe Post Solution Posing dapat disajikan sebagai salah satu bahan perbandingan dalam merancang model pembelajaran agar dapat mencapai hasil yang optimal.
c. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu masukan dalam meningkatkan dan memperbaiki kualitas pendidikan.
c. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini menjadi landasan berpijak dalam rangka menindaklanjuti penelitian ini dalam ruang lingkup yang lebih luas.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Konsep Teoritis
1. Problem Posing tipe Post Solution Posing a. Pengertian Problem Posing
Problem Posing adalah istilah dalam bahasa Inggris yaitu dari kata “problem” artinya masalah, soal/persoalan dan kata “pose” yang
artinya mengajukan. Jadi, Problem Posing bisa diartikan sebagai pengajuan soal atau pengajuan masalah.1Problem Posing mempunyai tiga pengertian:
Pertama, problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka memecahkan soal yang rumit (problem posing sebagai salah satu langkah problem solving). Kedua, problem posing adalah perumusan soal yang telah dipecahkan dalam rangka mencari alternatif pemecahan lain (sama dengan mengkaji kembali langkah problem solving yang telah dilakukan). Ketiga, problem posing adalah merumuskan atau membuat soal dari situasi yang diberikan.2
b. Tipe-Tipe Problem Posing
Terdapat tiga tipe pendekatanProblem Posing yang bisa digunakan dalam proses belajar mengajar, antara lain:
1John M Echols dkk, 1995, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia, h. 439,
448.
2Suyatno, 2009, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Waru-Sidoarjo : Masmedia Buana
Pustaka, h. 62.
1) Pre Solution Posing
Pre Solution Posing yaitu jika seseorang siswa membuat soal dari situasi yang diadakan. Jadi, guru diharapkan mampu membuat pertanyaan yang berkaitan dengan pernyataan yang dibuat siswanya. 2) Within Solution Posing
Within Solution Posing yaitu jika seorang siswa mampu merumuskan ulang pertanyaan soal tersebut menjadi sub-sub pertanyaan yang baru yang urutan penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan sebelumnya, diharapkan siswa mampu membuat sub-sub pertanyaan baru dari sebuah pertanyaan yang ada pada soal yang bersangkutan. 3) Post Solution Posing
Post Solution Posing yaitu jika seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru yang sejenis.3
c. Kelebihan dan Kekurangan Problem Posing 1) Kelebihan Problem Posing
a) Kegiatan pembelajaran tidak terpusat pada guru, tetapi dituntut keaktifan siswa.
b) Minat siswa dalam pembelajaran matematika lebih besar dan siswa lebih mudah memahami soal karena dibuat sendiri.
c) Semua siswa terpacu untuk terlibat secara aktif dalam membuat soal.
d) Dengan membuat soal dapat menimbulkan dampak terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah.
e) Dapat membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada dan yang baru diterima sehingga diharapkan mendapat pemahaman yang mendalam dan lebih baik, merangsang siswa untuk memunculkan ide yang kreatif dari yang diperolehnya dan memerlukan bahasan/ pengetahuan, siswa dapat memahami soal sebagai latihan untuk memecahkan masalah.
2) Kelemahan Problem Posing
a) Persiapan guru lebih karena menyiapkan informasi apa yang dapat disampaikan.
b) Waktu yang digunakan lebih banyak untuk membuat soal dan penyelesaiannya sehingga materi yang disampaikan lebih sedikit.4
3http://herdy07.wordpress.com/2009/04/19/model-pembelajaran-problem-posing/ 4 http://sutisna.com/artikel/artikel-kependidikan/kelebihan-dan-kelemahan-pembelajaran-dengan-pendekatan-problem-posing/
Untuk mengatasi kelemahan model ini maka guru harus mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan seperti masalah-masalah yang akan diberikan. Masalah itu harus relevan dengan materi yang diajarkan. Selain itu, guru harus bisa mengalokasikan waktu dengan tepat agar tujuan pembelajaran dapat dicapai.
d.Langkah-langkah pendekatan Problem Posing Tipe Post Solution Posing
1) Guru menjelaskan tentang pembelajaran yang akan diharapkan kepada siswa dengan harapan mereka dapat memahami tujuan serta dapat mengikuti dengan baik proses pembelajaran baik dari segi frekuensi maupun intensitas. Penjelasan meliputi bahan yang akan diberian kegiatan sampai dengan prosedur penilaian yang mengacu pada ketercapaian prestasi belajar baik dari ranah kognitif maupun afektif.
2) Guru melakukan tes awal yang hasilnya digunakan untuk mengetahui tingkat daya kritis siswa. Hasil tes tersebut akan menjadi dasar pengajar dalam membagi peserta didik ke dalam sebuah kelompok. Apabila jumlah siswa dalam satu kelas adalah 26 orang. Agar kegiatan dalam kelompok berjalan dengan proporsional maka setiap kelompok terdiri atas 5 orang sehingga akanada 5 kelompok. Fungsi pembagian kelompok ini antara lain untuk memperoleh pengamatan yang terfokus, namun juga merata, dalam arti setiap kelompok hendaknya terdiri atas siswa yang memiliki kecerdasan yang heterogen.
3) Pengajar kemudian menugaskan setiap kelompok belajar untuk meresume beberapa buku yang berbeda dengan sengaja dibedakan antarkelompok.
4) Masing-masing siswa dalam kelompok membentuk pertanyaan berdasarkan hasil resume yang telah dibuatnya dalam lembar problem posing I yang telah disiapkan (antara 5-7pertanyaan). 5) Kesemua tugas membentuk pertanyaan dikumpulkan kemudian
dilimpahkan pada kelompok yang lain. Misalnya tugas membentuk pertanyaan kelompok 1 diserahkan kepada kelompok 2 untuk dijawab dan dikritisi, tugas kelompok 2 diserahkan kepada kelompok 3, dan seterusnya hingga kelompok 5 kepada kelompok 1.
6) Setiap siswa dikelompoknya melakukan diskusi internal untuk menjawab pertanyaan yang mereka terima dari kelompok lain disertai dengan tugas resume yang telah dibuat kelompok lain
tersebut. Setiap jawaban atas pertanyaan ditulis pada lembar problem posing II.
7) Pertanyaan yang telah ditulis pada lembar problem posing I dikembalikan pada kelompok asal untuk kemudian diserahkan pada guru dan jawaban yang terdapat pada lembar problem posing II diserahkan kepada guru.
8) Setiap kelompok mempresentasikan hasil rangkuman dan pertanyaan yang telah dibuatnya pada kelompok lain. Diharapkan adanya diskusi menarik diantara kelompok-kelompok baik secara eksternal maupun internal menyangkut pertanyaan yang telah dibuatnya dan jawaban yang paling tepat untuk mengatasi pertanyaan-pertanyaan bersangkutan.5
2. Pemahaman Konsep Matematika
Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah siswa
mempunyai kemmampuan memahami konsep. “Paham berarti mengerti
benar (akan), tahu benar (akan). Pemahaman berarti proses, perbuatan,
cara memahami atau memahamkan”.6 Menurut Sadirman “pemahaman adalah menguasai sesuatu dengan pikiran”.7Sedangkan “konsep adalah ide
abstrak yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek ke dalam
contoh dan noncontoh”.8 Selain itu, “konsep juga merupakan pemahaman dasar”.9 Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematika adalah kemampuan dasar menjelaskan suatu tindakan dalam matematika.
5B.suryosubroto, 2099, Proses Belajar- Mengajar di Sekolah, Jakarta : PT. Rineka Cipta,
h .212
6Depdikbud , 1989, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, h. 456. 7Sardiman A. M, 2010, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grapindo
Persada, h. 43.
8Sadirman, A. M. ibid., h. 367.
9 Mulyono Abdurrahman, 2009, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,
Matematika merupakan bagian dari bidang sains, yang menuntut kompetensi belajar pada ranah pemahaman. Menurut Gagne,
Dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek tak langsung yaitu kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana semestinya belajar. Sedangkan objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep dan aturan. Jadi, berdasarkan uraian di atas, konsep merupakan objek tak langsung dari matematika yang dapat diperoleh siswa.10
Salah satu mitos sesat seputar matematika menyatakan bahwa matematika selalu berhubungan dengan kecepatan menghitung. Memang berhitung adalah bagian tak terpisahkan dari matematika, terutama pada tingkat SD. Tetapi, kemampuan menghitung secara cepat bukanlah hal terpenting dalam matematika. Yang terpenting adalah pemahaman konsep.
Melalui pemahaman konsep, kita akan mampu mengadakan analisis (penalaran) terhadap permasalahan (soal) untuk kemudian mentransformasikan ke dalam model dan bentuk persamaan matematika, setelah itu barulah kemampuan menghitung diperlukan. Itupun bukan sesuatu yang mutlak, sebab pada saat ini telah banyak beredar alat bantu menghitung kalkulator dan computer. Jadi, mitos yang lebih tepat adalah bahwa matematika selalu berhubungan dengan pemahaman dan penalaran.
Pemahaman mempunyai tingkatan-tingkatan. Menurut Sudjana, pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori yaitu, tingkat pertama adalah pemahaman terjemahan, tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, dan tingkat ketiga 10Miftahul Jannah, Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMP N 2 Tanjung Brebes Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Realistic Mathematics Education(RME), 2007, Universitas Negeri Semarang, h. 17.
adalah pemahaman ekstrapolasi yakni dapat melihat kelanjutan dari suatu temuan.11
Matematika adalah mata pelajaran yang diajarkan dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah. Selain mempunyai sifat yang abstrak, pemahaman konsep matematika yang baik sangatlah penting karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasyarat pemahamn konsep sebelumnya.
Pada kurikulum 2004 Standar Kompetensi Pembelajaran Matematika SMP/MTs dinyatakan bahwa kemampuan yang perlu diperhatikan dalam penilaian pembelajaran matematika antara lain adalah pemahaman konsep dan prosedur (algoritma). Lebih jauh dinyatakan bahwa siswa dikatakan memahami konsep bila siswa mampu mendefinisikan konsep, mengidentifikasikan dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep. Sedangkan siswa dikatakan memahami prosedur jika mampu mengenali prosedur atau proses menghitung yang benar dan tidak benar.
Pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan matematika. Dalam pemahaman konsep, siswa mampu untuk menguasai konsep, operasi dan relasi matematis. Pembelajaran matematika realistik memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali dan merekontruksikan konsep-konsep matematika.
11 Nana Sudjana, 1995, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bndung: Remaja
3. Hubungan PendekatanProblem Posing dengan Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Pada dasarnya konsep adalah suatu kelas stimulus yang memiliki sifat-sifat umum. Suatu konsep adalah suatu kelas atau kategori stimulus yang memiliki cirri-ciri umum. Stimulus adalah objek atau orang. “Konsep adalah menggambarkan secara abstrak tentang suatu keadaan, kejadian
atau kelompok”.12
Pemahaman konsep mengacu pada pengetahuan yang mendasari struktur suatu masalah yang saling berkaitan dan rangkaian ide yang menjelaskan dan memberi makna pada prosedur yang dilakukan. Pemahaman konsep mampu menghubungkan ide yang baru dengan ide-ide yang telah ada. Tujuan pemahaman konsep adalah agar ilmu pengetahuan dan kemahiran yang dipelajari dalam suatu konteks dapat dipindahkan, digeneralisasikan dan digunakan dalam konteks lain.
Problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka memecahkan soal yang rumit (problem posing sebagai salah satu langkah problem solving).13Post Solution Posing yaitu jika seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru yang sejenis.14
Berdasarkan uraian tersebut maka dalam pembentukan pemahaman konsep matematika siswa perlu dilakukan melalui suatu pembelajaran
12
Risnawati, 2008, Strategi Pembelajaran Matematika, Pekanbaru : Suska Press, h. 63.
13Suyatno, 2009, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Waru-Sidoarjo : Masmedia Buana
Pustaka, h. 62.
inovatif. Model pembelajaran yang sesuai adalah pendekatanProblem Posing tipe Post Solution Posing. Dalam Problem Posing tipe Post Solution Posin, siswa diharapkan akan lebih mendalami pengetahuan dan menyadari pengalaman belajar. Selain itu, dapat membantu siswa memahami soal yang dilakukan dengan menulis kembali soal tersebut dengan kata-katanya sendiri, serta siswa dapat mengajukan permasalahan dan memecahkan permasalahan.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Mahabbah Intan di SMP Negeri 1 Balapulang Tegal menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatanProblem Posing Tipe Post Solution Posingberpengaruh secara signifikan terhadap pemahaman konsep siswa SMP Negeri 1 Balapulang Tegal.
Berdasarkan penelitian tersebut, pendekatan Problem Posing Tipe Post Solution Posingdapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. Pada penelitian ini, akan dilakukan penelitian terhadap penguasaan konsep matematika pada siswa kelas VII SMP N 1 Kampar Timur pokok bahasan persamaan linear satu variabel.
C. Konsep Operasional
1. Langkah-langkah PendekatanProblem PosingTipe Post Solution Posing:
a. Kegiatan Pendahuluan
2) Guru memberi motivasi dan menginformasikan bahwa pembelajaran yang akan diterapkan yaitu Pembelajaran Problem Posing Tipe Post Solution Posing
3) Membagikan Lembaran Problem Posing b. Kegiatan Inti
1) Guru menjelaskan tentang pembelajaran yang akan diharapkan kepada siswa dengan harapan mereka dapat memahami tujuan serta dapat mengikuti dengan baik proses pembelajaran baik dari segi frekuensi maupun intensitas. Penjelasan meliputi bahan yang akan diberian kegiatan sampai dengan prosedur penilaian yang mengacu pada ketercapaian prestasi belajar baik dari ranah kognitif maupun afektif.
2) Guru melakukan tes awal yang hasilnya digunakan untuk mengetahui tingkat daya kritis siswa. Hasil tes tersebut akan menjadi dasar pengajar dalam membagi peserta didik ke dalam sebuah kelompok. Apabila jumlah siswa dalam satu kelas adalah 26 orang. Agar kegiatan dalam kelompok berjalan dengan proporsional maka setiap kelompok terdiri atas 5 orang sehingga akanada 5 kelompok. Fungsi pembagian kelompok ini antara lain untuk memperoleh pengamatan yang terfokus, namun juga merata, dalam arti setiap kelompok hendaknya terdiri atas siswa yang memiliki kecerdasan yang heterogen.
3) Pengajar kemudian menugaskan setiap kelompok belajar untuk meresume beberapa buku yang berbeda dengan sengaja dibedakan antarkelompok.
4) Masing-masing siswa dalam kelompok membentuk pertanyaan berdasarkan hasil resume yang telah dibuatnya dalam lembar problem posing I yang telah disiapkan (antara 5-7pertanyaan). 5) Kesemua tugas membentuk pertanyaan dikumpulkan kemudian
dilimpahkan pada kelompok yang lain. Misalnya tugas membentuk pertanyaan kelompok 1 diserahkan kepada kelompok 2 untuk dijawab dan dikritisi, tugas kelompok 2 diserahkan kepada kelompok 3, dan seterusnya hingga kelompok 5 kepada kelompok 1.
6) Setiap siswa dikelompoknya melakukan diskusi internal untuk menjawab pertanyaan yang mereka terima dari kelompok lain disertai dengan tugas resume yang telah dibuat kelompok lain tersebut. Setiap jawaban atas pertanyaan ditulis pada lembar problem posing II.
7) Pertanyaan yang telah ditulis pada lembar problem posing I dikembalikan pada kelompok asal untuk kemudian diserahkan pada guru dan jawaban yang terdapat pada lembar problem posing II diserahkan kepada guru.
8) Setiap kelompok mempresentasikan hasil rangkuman dan pertanyaan yang telah dibuatnya pada kelompok lain. Diharapkan
adanya diskusi menarik diantara kelompok-kelompok baik secara eksternal maupun internal menyangkut pertanyaan yang telah dibuatnya dan jawaban yang paling tepat untuk mengatasi pertanyaan-pertanyaan bersangkutan.
c. Kegiatan Penutup
1) Guru bersama siswa merangkum hasil pembahasan 2) Guru bersama siswa melakukan refleksi
2. Konsep Operasional dari Pemahaman Konsep
Departemen Pendidikan Nasional dalam model penilaian kelas pada satuan SMP menyebutkan indikator-indikator yang menunjukkan pemahaman konsep antara lain:
a. Menyatakan ulang sebuah konsep
b. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya
c. Memberi contoh dan non contoh dari konsep
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep f. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.15
15 Departemen Pendidikan Nasional, 2006, Model Penilaian Kelas, Badan Standar
Tabel II
Penskoran Indikator Pemahaman Konsep Matematika Penskoran Indikator Pemahaman Konsep Matematika
Indikator 3 dan 5 (0%-10%)
0 = tidak ada jawaban 2,5 = ada jawaban tetapi salah
5 = ada jawaban tetapi benar sebagian kecil 7,5 = ada jawaban, benar sebagian besar
10 = ada jawaban, benar semua
Indikator 1,2,4 dan 6 (0%-15%)
0 = tidak ada jawaban 3,75 = ada jawaban, tetapi salah
7,5 = ada jawaban, tetapi benar sebagian kecil 11,25 = ada jawaban, benar sebagian besar 15 = ada jawaban, benar semua
Indikator 7 (0%-20%)
0 = tidak ada jawaban 5 = ada jawaban, tetapi salah
10 = ada jawaban, tetapi benar sebagian kecil 15 = ada jawaban, benar sebagian besar 20 = ada jawaban, benar semua
D. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara yang perlu diuji lebih dulu kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha: Ada perbedaan yang signifikan pembelajaran matematika dengan menggunakanpendekatanProblem Posing tipe Post Solution Posingterhadap penguasaan konsep siswa.
H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan pembelajaran matematika dengan menggunakanpendekatanProblem Posing tipe Post Solution Posingterhadap penguasaan konsep siswa.
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai pada tanggal 05 sampai dengan 26Oktober 2011. Penelitian ini dilaksanakan diSMP N 1 Kampar Timur Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar di Jl. Raya Pekanbaru-Bangkinang Km. 39 Desa Sawah Baru.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIISMP N 1 Kampar Timur Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep siswa.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester 1SMP N 1 Kampar Timur Tahun Pelajaran 2011/2012 sebanyak 154siswa yang terbagi dalam 6 kelas, yaitu kelas VII-1 sebanyak 25 siswa, kelas VII-2 sebanyak 26 siswa, kelas VII-3 sebanyak 26 siswa , kelas VII-4 sebanyak 26 siswa, kelas VII-5 sebanyak 26 siswa dan VII-6 sebanyak 25 siswa.
Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah kelas VII-3 dan kelas VII-4 dengan menggunakan random samplingdan dilakukan uji homogenitas varian kedua kelas. Di mana kelas VII-3 sebagai kelas eksperimen yang akan digunakan pendekatanProblem Posing tipe Post Solution Posing dan kelas VII-4 sebagai kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi.
Teknik observasi menggunakan lembar pengamatan siswa untuk mengamati kegiatan siswa yang diharapkan muncul dalam pembelajaran matematika dengan pendekatanProblem Posing tipe Post Solution Posingdilakukan setiap kali tatap muka.
2. Dokumentasi
Dokumentasi ini dilakukan untuk mengetahui sejarah sekolah, keadaan guru dan siswa, sarana dan prasarana yang ada di SMP N 1 Kampar Timur Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampardan data tentang hasil belajar matematika siswa yang diperoleh secara langsung dari guru bidang studi matematika.
3. Tes
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terutama terhadap pemahaman konsep matematika sebelum menggunakanpendekatanProblem Posing tipe Post Solution Posingyang diperoleh dari nilai ulangan siswa. Sedangkan data tentang pemahaman konsep setelah menggunakan pendekatan ini akan diperoleh melalui lembar tes yang dilakukan pada akhir pertemuan.
Sebelum tes dilakukan, tes tersebut harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan dengan menggunakan bantuan program ANATES versi 4.0.5. Adapun persyaratan tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Uji Validitas
Pengujian vaiditas bertujuan untuk melihat tingkat kendalan atau keshahihan (ketepatan) suatu alat ukur. Pengujian validitas dapat dilakukan dengan analisis faktor, yaitu mengkorelasikan antara skor butir soal dengan skor total dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment. Dengan bantuan program ANATES Versi 4.0.5. dapat diperoleh secara langsung koefisien korelasi setiap butir soal. Setelah diketahui koefisien korelasi (rXY), maka langkah selanjutnya adalah mengonsultasikannya dengan nilai r product moment table pada interval kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan n – 2 . Menurut Mimi Hariani yang dikutip dari Muhidin dan Abdurahman, setiap butir soal dikatakan valid jika nilai rXY lebih besar daripada nilai rtabel.1 Hasil analisis validitas tes pemahaman konsep disajikan pada TabelIII.1.
1
Mimi Hariani,Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa Sekolah Dasar,
Bandung, Program Studi Magister Pendidikan Dasar Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2010, h. 53.
Tabel III.1
Analisis Validitas Tes Pemahaman Konsep Nomor Soal rXY rtabel Keterangan
1 0,380 0,374 Valid 2 0,426 0,374 Valid 3 0,660 0,374 Valid 4 0,555 0,374 Valid 5 0,587 0,374 Valid 6 0,674 0,374 Valid 7 0,806 0,374 Valid
Dari Tabel III.1 dapat dijelaskan bahwa setelah diketahui koefisien korelasi (rXY), maka langkah selanjutnya adalah mengonsultasikannya dengan nilai r product moment table pada interval kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan n – 2.Untuk n=30, dengan derajat kebebasan n – 2 (30-2=28) didapat nilai r product moment table 0,374. Walaupun koefisien korelasi (rxy) berbeda namun tetap lebih besar jika dibandingkan dengan nilai rtabel. Dengan demikian, semua butir soal dalam tes pemahaman konsep adalah valid.
b. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengukur ketetapan instrumen atau ketetapan siswa dalam menjawab alat evaluasi tersebut. Suatu alat evaluasi (instrumen) dikatakan baik bila reliabilitasnya tinggi. Untuk mengetahui apakah suatu tes memiliki reliabilitas tinggi, sedang atau rendah dapat dilihat dari nilai koefisien reliabilitasnya.
Berdasarkan hasil ujicoba reliabilitas butir soal secara keseluruhan diperoleh koefisien reliabilitas tes sebesar 0,75 yang berarti bahwa tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik
mempunyai reliabilitas yang sedang. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran H.
c. Uji Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal diperoleh dengan menghitung persentase siswa dalam menjawab butir soal dengan benar. Semakin kecil persentase menunjukkan bahwa butir soal semakin sukar dan semakin besar persentase menunjukkan bahwa butir soal semakin mudah. Tingkat kesukaran untuk tes pemahaman konsep disajikan pada TabelIII.2.
Tabel III.2
Analisis Tingkat Kesukaran Tes Pemahaman Konsep Nomor Soal Tingkat Kesukaran (%) Interpretasi Tingkat Kesukaran 1 78,13 Mudah 2 71,88 Mudah 3 55,00 Sedang 4 64,58 Sedang 5 56,25 Sedang 6 58,33 Sedang 7 54,69 Sedang
Dari Tabel III.2 dapat disimpulkan bahwa dari sebanyak dua soal tes pemahaman konsep merupakan soal dengan kategori soal mudah dan dan lima soal dengan kategori soal sedang.
d. Uji Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat evaluasi (tes) dapat membedakan antara siswa yang berada pada kelompok atas (kemampuan tinggi) dan siswa yang berada pada kelompok bawah (kemampuan rendah).
Daya pembeda untuk tes pemahaman konsep dapat disajikan pada Tabel III.3.
Tabel III.3
Analisis Daya Pembeda Tes Pemahaman Konsep Nomor Soal Daya Pembeda (%) Interpretasi Daya Pembeda 1 37,50 Baik 2 37,50 Baik 3 70,00 Sangat Baik 4 41,67 Baik 5 41,67 Baik 6 66,67 Sangat Baik 7 81,25 Sangat Baik
Dari Tabel III.3 dapat disimpulkan bahwa dari tujuh soal tes pemahaman konsep tersebut mempunyai empat daya pembeda yang baik dan mempunyai tigadaya pembeda yang sangat baik.
Berdasarkan hasil analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran maka tes pemahaman konsep yang telah diujicobakan dapat digunakan sebagai instrumen pada penelitian ini. Hasil analisis uji instrumen yang diperoleh dari program ANATES Versi 4.0.5 serta klasifikasi interpretasi reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran secara lengkap disajikan pada Lampiran H.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian adalah tes“t” dengan bantuan program SPSS 16.00 for windows menggunakan uji statistik Compare Mean Independent Samples Test. Tes “t” merupakan salah satu uji statistik yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang
signifikan dari buah mean sampel (dua buah variabel yang dikomparatifkan).2 Bentuk penyajian data yang dilakukan dalam bentuk data interval. Sebelum
melakukan analisis data dengan test “t” ada dua syarat yang harus dilakukan,
yaitu:
a. Uji Homogenitas
Uji homogenitas merupakan suatu uji yang dilakukan untuk melihat kedua kelas yang diteliti homogen atau tidak. Pada penelitian ini, kelas yang akan diteliti sudah diuji homogenitasnya dengan cara menguji data nilai ulangan sebelumnya dengan cara membagi variabel kelas eksperimen dengan variabel kelaskontrol, kemudian hasilnya dibandingkan dengan F tabel.
Bila perhitungan varians diperoleh < , maka sampel dikatakan mempunyai varians yang sama atau homogen.
b. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Pada perhitungan diperoleh < maka dinyatakan bahwa data berdistribusi normal. Dan sebaliknya, jika > maka dinyatakan bahwa data tidak berdistribusi normal.
c. Uji Hipotesis
Cara memberikan interpretasi uji statistik ini dilakukan dengan mengambil keputusan dengan ketentuan apabila t0>tt, maka H0 ditolak, artinya ada perbedaan yang signifikan jikapendekatanProblem Posing tipe
2Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
Post Solution Posing digunakan dan jika t0<tt, maka H0 diterima, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan jika digunakan pendekatanProblem Posing tipe Post Solution Posing.
A. Deskripsi Setting Penelitian
1. Sejarah SMP N 1 Kampar Timur
SMP N 1 Kampar Timur didiri pada tahun 1976 dengan luas tanah 8.870 dan luas bangunan 2.163 dan beroperasi pada tahun 1968 dengan status filial SMP Negeri Air Tiris dengan kepala sekolah dibawah pimpinan Hasan Basri Djamil. Pada tahun 1978 SMP N 1 Kampar Timur dinegrikan dengan SK Mendiknas 0298/0/1978 tanggal 13 September 1978 dengan nama SMP N 3 Kampar. Tahun 1979 kepala sekolah digantikan oleh Nursal Mukhtar, BA sampai tahun 1988. Tahun 1988 sampai 1999 SMP N 3 Kampar dipimpin oleh Baharuddin Imam. Pada tahun 1997 nama SMP N 3 Kampar berubah menjadi SLTP N 3 Kampar dengan surat No 034/0/1997 tanggal 3 Juli 1997. Tahun 1999 sampai dengan 2002 dipimpin oleh H. Djadi Setiadi, S. Pd. Tahun 2002 sampai dengan 2007 dipimpin oleh H. Kiram, S. Sos. Tahun 2007 sampai Mei 2011 dipimpin oleh H. Hendri, S. Pd. Pada tanggal 21 April 2011 nam SLTP N 3 Kampar berubah menjadi SMP N 1 Kampar Timur dengan surat no 420/Dikpora-BP/2010/1266. Pada tanggal 4 Juni 2011 sampai dengan sekarang, SMP N 1 Kampar Timur dipimpin oleh Zamri, SE.1
1
Nurmawati, Kurikulum SMP N 1 Kampar Timur, Kampar Timur,Kementrian Pendidikan Nasional Kabupaten Kampar.
2. Visi dan Misi
Perkembangan dan tantangan masa depan seperti : Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, globalisasi yang sangat cepat, era informasi, dan berubahnya kesadaran masyarakat dan orang tua terhadap pendidikan memicu sekolah untuk merespon tantangan sekaligus peluang itu. SMP N 1 Kampar Timur memiliki citra moral yang menggambarkan profil sekolah yang diinginkan di masa datang yang diwujudkan dalam visi dan misi sekolah berikut:
a. Visi
“Berprestasi, Beriptek berdasarkan Imtaq”.
Visi tersebut diatas mencerminkan cita-cita sekolah yang berorientasi ke depan dengan memperhatikan potensi kekikinian, sesuai dengan norma dan harapan masyarakat.
b. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut, sekolah menentukan langkah-langkah strategis yang dinyatakan dalam misi berikut :
1) Melaksanakan pelayanan pembelajaran yang kondusif 2) Melaksanakan penilaian olahraga dan seni
3) Mengembangkan pendidikan Agama Islam
4) Menerapkan keterampilan teknologi dan informasi 5) Meningkatkan disiplin warga sekolah
3. Sarana dan Prasarana
Dalam suatu lembaga pendidikan, sarana dan prasarana memegang peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai kemungkinan lebih besar akan tercapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Dalam upaya mendukung sistem pembelajaran, SMP N 1 Kampar Timur menyiapkan berbagai fasilitas demi kelancaran proses pembelajaran. Keberadaan dan kelengkapan serta penggunaan sarana-prasarana yang optimal menjadi keharusan di dalam suatu instansi pendidikan. SMP N 1 Kampar Timur sebagai lembaga pendidikan menengah atas memberikan kesiapan sarana dan prasarana yang mencukupi agar KBM (kegiatan belajar mengajar) dapat berlansung secara optimal.
Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki SMP N 1 Kampar Timur dapat dilihat pada tabel berikut:
TabelIV.1
Sarana Dan Prasarana SMP N 1 Kampar Timur
No. Sarana Prasarana Jumlah
1 Ruang kepala Sekolah 1 ruangan 2 Ruang wakil kepala sekolah 1 ruangan
3 Ruang majelis guru 2 ruangan
4 Ruang tata usaha 1 ruangan
5 Ruang belajar 18 ruangan
6 Ruang perpustakaan 1 ruangan
7 Ruang Laboratorium IPA 1 ruangan
8 Ruang Komputer 2 ruangan
9 Ruang Osis 1 ruangan
10 Ruang UKS 1 ruangan
11 Ruang BK 1 ruangan
12 Ruang Multimedia 1 ruangan
13 Mushalla 1ruangan
14 Kantin 4 ruangan
15 Koperasi 1 ruangan
16 WC Kepala Sekolah 1 ruangan
17 WC Siswa 7 ruangan
18 Lapangan Upacara 1buah
19 Lapangan Basket 1 buah
20 Tempat Parkir 1 buah
Sumber Data : Kantor Tata Usaha SMP N 1 Kampar Timur 4. Keadaan Guru dan Siswa
a. Keadaan Guru
Jumlah seluruh personil sekolah ada sebanyak 73 orang, terdiri atas guru 58 orang dan karyawan Tata usaha 15 Orang.
Tabel IV.2
Daftar Guru Dan Pegawai Tata UsahaSMP N 1 Kampar Timur
No Nama Jabatan
1. Zamri, SE. Kepala Sekolah
2. Yuharmin Waka. Sekolah /Guru Penjas
3. Jasri Waka. Kur/Guru Matematika
4. Drs. Hasril Waka.Kesiswaan/GuruMtk 5. Drs. Naziruddin Waka.Sarana./Guru B. Indonesia 6. Dewi Sari, S. Pd. Waka. Humas./Guru IPA Terpadu 7. Yuli Azmi, S. Pd. Kepala Pustaka/Guru B. Indonesia 8 H. Azhar Ka.Lab.IPA/Guru IPA Terpadu 9. Hj. Nurmawati Kepala Tata Usaha
10. Rukmini. S Guru Matematika 11. Ardiana, S. Pd. Guru Matematika 12 Hj. Nurjasni Guru Matematika 13 Hj. Samsimar , S. Pd. Guru Matematika 14 Zaidalisman Guru Matematika 15 Hj. Asyiah, S. Pd. Guru IPA Terpadu
16 M. Yunus Guru IPA Terpadu
17 Rosmawati Guru IPA Terpadu
18 Hj. Helmidar Guru IPA Terpadu
19 Abu Yazid Guru IPA Terpadu
20 Nofriyanti Marta, S. Pd. Guru IPA Biologi 21 Hj. Nurilas, S.Pd. Guru IPS Terpadu 22 Hj. Syafridah Rasni Guru IPS Terpadu 23 Erna, S. Pd. Guru IPS Terpadu 24 Yusmanidar Guru IPS Terpadu
25 Ernadi. K Guru IPS Terpadu
26 Jalimis, S. Pd. Guru IPS Terpadu 27 Nasrinawati, S. Pd. Guru IPS Terpadu
28 Nurjanati Guru IPS Terpadu
29 Khairnas Guru IPS Terpadu
30 Nurhasanah Guru IPS
31 Sarihan. D Guru Bahasa Indonesia 32 Irsad, S. Pd. Guru Bahasa Indonesia 33 Mardianis, S. Pd. Guru Bahasa Indonesia 34 Desniati, S. Pd. Guru Bahasa Indonesia
35 Asni Guru Bahasa Indonesia
36 Hj. Hermida Guru Bahasa Indonesia 37 Meldawati Guru Bahasa Inggris
38 Hamidah Guru Bahasa Inggris
39 Ruwaida Bukhari Guru Bahasa Inggris 40 Rusnidar, BA. Guru BK/BP
41 Dra. Hadizarriawanti Guru PKn
No Nama Jabatan 43 Ratnawilis, S. Pd. Guru PKn
44 Dra. Rahmi Suryanti Guru Sejarah
45 Hayatu Asma Guru PENDAIS
46 Syamsinar, BA Guru PENDAIS
47 Eli Vauza Guru PENJAS
48 Nur Asia, S. Pd. Guru PENJAS
49 Hj. Dasnimar Guru IRT
50 Yuslaini, S. Ag. Guru PAI 51 Abu Hanipah, S. Ag. Guru PAI 52 Hermayanti, S. Ag. Guru PAI 53 Hasni Yusnita, S. Pd. Guru Kesenian 54 Sri Wahyuni, S. Pd. Guru Kesenian 55 Ika Putri Aisyah, S. Pd. Guru IPA Fisika 56 Aprinaldi, S. Sos. Guru Komputer 57 Nurhayati, S. Pd. Guru Komputer
58 Irwan Saputra Guru
59 Nurhasni, S. Pd. I. Guru 60 M. Nasir Staff TU 61 Hj. Hamidah Staff TU 62 Dalismawati Staff TU 63 Rosmaniar Staff TU 64 Nursila Staff TU 65 Zulhasdi Staff TU 66 Spruddin Staff TU
67 Abdul Halim Staff TU
68 Yusmarni Staff TU 69 H. Nasar Staff TU 70 Dahrubis Staff TU 71 Sarman Staff TU 72 Nurkholis Staff TU 73 Rosnani Staff TU
Sumber Data : Kantor Tata Usaha SMP N 1 Kampar Timur
Dari sejumlah guru 90, 41% yang berstatus guru PNS dan9,
59%sebagai guru honorer.
b. Keadaan Siswa
Jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2011/2012 seluruhnya berjumlah 480 orang.Peserta didik di kelas VII sebanyak enam rombongan belajar. Peserta didik di kelas VIII sebanyak
enamrombongan belajar. Peserta didik di kelas IX sebanyak enam rombongan belajar.
Adapun keadaan siswa di SMP N 1 Kampar Timur dapat dilihat padaTabel IV.3 berikut:
Tabel IV.3
Daftar Keadaan Siswa SMP N 1 Kampar Timur Kelas Jumlah
Kelas Jumlah
Kelas VII 6 Kelas 154
Kelas VIII 6 Kelas 156
Kelas IX 6 Kelas 170
Jumlah 18 Kelas 480
Sumber Data : Kantor Tata Usaha SMP N 1 Kampar Timur 5. Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum SMP N 1 Kampar Timur memuat kelompok mata pelajaran sebagai berikut ini:
a. Kelompok mata pelajaran Agama
b. Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan kepribadian c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi d. Kelompok mata pelajaran estetika
e. Kelompok mata pelajaran jasmani,olahraga dan kesehatan
Masing-masing kelompok mata pelajaran tersebut diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran pada setiap mata pelajaran secara menyeluruh. Dengan demikian cakupan dari masing-masing kelompok itu dapat diwujudkan melalui mata pelajaran yang relevan.
Tabel IV.4
Cakupan Kelompok Mata Pelajaran
No Kelompok Mata
Pelajaran Cakupan
1. Agama Kelompok mata pelajaran
agamadimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
2, Kewarganegaraan dan kepribadian
Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta peningkatan kwalitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, pengahargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi dan nepotisme.
3. Ilmu Pengetahuan dan teknologi
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan pada SMP dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berfikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri 4. Estetika Kelompok mata pelajaran estetika
dimaksudkan untuk meningkatkan sensitifitas, kemampuan mengekpresikan dan kemampuan mengapresiasikan keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup,
No Kelompok Mata
Pelajaran Cakupan
5. Jasmani Olahraga dan Kesehatan
maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.
Kelompok mata pelajaran Jasmani Olahraga dan kesehatan pada MA dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik-fisik dan serta membudayakan sikap sporti, disiplin, kerjasama, dan hidup sehat.
Budaya hidup sehat termasuk kesadaran, sikap, dan prilaku hidup sehat yang bersifat individual ataupun yang bersifat kolektif kemasyarakatan seperti keterbebasan dari prilaku seksual bebas, kecanduan narkoba, HIV Aids, demam berdara, muntahber, dan penyakit lain yang potensial untuk mewabah.
Sumber: Tata Usaha SMP N 1 Kampar Timur
Penyusunan struktur kurikulum didasarkan atas standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh BSNP. Sekolah atas persetujuan komite sekolah dan memperhatikan keterbatasan sarana belajar serta minat peserta didik, menetapkan pengelolaan kelas sebagai berikut :
a. SMP N 1 Kampar Timur menerapkan sistem paket. Peserta didik mengikuti pembelajaran sesuai dengan yang telah diprogramkan dalam struktur kurikulum.
b. Jumlah rombongan belajar berjumlah 6 rombongan belajar pada masing-masing tingkatan kelas
a. Struktur Kurikulum Kelas VII 1)Kurikulum Kelas VII terdiri atas :
a) 11 mata pelajaran b) Muatan Lokal
2)Sekolah tidak menambah alokasi waktu untuk setiap pelajaran. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum
3)Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 40 menit b. Struktur Kurikulum Kelas VIII
1)Kurikulum Kelas VIII terdiri atas : a) 11 mata pelajaran
b) Muatan Lokal
2)Sekolah tidak menambah alokasi waktu untuk setiap pelajaran. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum
3)Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 40 menit c. Struktur Kurikulum Kelas IX
1)Kurikulum Kelas IX terdiri atas : a) 11 mata pelajaran
b) Muatan Lokal
2)Sekolah tidak menambah alokasi waktu untuk setiap pelajaran. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum
3)Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 40 menit Tabel IV.5
Stuktur kurikulum Kelas VII dan Kelas VIII
Komponen Aloksi waktu
Semester I Semester II A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama
3 3
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
3. Bahasa dan sastra Indonesia 5 5
4. Bahasa Inggris 4 4
5. Matematika 2 2
6. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4
8. Seni Budaya 2 2
9. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
2 2
10. Keterampilan 1 1
11. Teknologi Informasi dan Komunikasi
2 2
B. Muatan Lokal 2 2
Jumlah 34 34
Tabel IV.6
Struktur Kurikulum Kelas IX
Komponen Aloksi waktu
Semester I Semester II B. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama
3 3
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
3. Bahasa dan sastra Indonesia 4 4
4. Bahasa Inggris 4 4
5. Matematika 2 2
6. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4
8. Seni Budaya 2 2
9. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
2 2
10. Keterampilan 1 1
11. Teknologi Informasi dan Komunikasi
2 2
B. Muatan Lokal 2 2
B. Penyajian Data
Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab I bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakahterdapat perbedaan antara pemahaman konsep matematika siswa menggunakan pendekatanProblem Posing Tipe Post Solution Posing dan pemahaman konsep matematika siswa menggunakan model pembelajaran konvensional.Pada Bab ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan, namun terlebih dahulu disajikan deskripsi pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatanProblem Posing Tipe Post Solution Posing.
Adapun deskripsi pelaksanaan pembelajaran matematika dengan
pendekatanProblem Posing Tipe Post Solution Posingpada kelompok eksperimen, dijelaskan sebagai berikut:
1. Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 05Oktober 2011. Materi yang dipelajari adalah kalimat terbuka dan pengertian persamaan linear satu variabel.
Kegiatan awal, peneliti memulai pembelajaran dengan memberitahukan materi pembelajaran pada hari itu, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan memotivasi siswa untuk belajar, lalu menyampaikan metode yang digunakan yaitu pendekatanProblem Posing Tipe Post Solution Posing, kemudian memberitahu bahwa pada tahap awalpeneliti akan membagi kelompok.
Pada kegiatan inti, peneliti memulai dengan membagi kelompok siswa dan memberikan lembar Problem Posing I dan lembar Problem
Posing II kepada masing-masing kelompok. Kemudian peneliti meminta siswa untuk meresume materi tentang kalimat terbuka dan pengertian persamaan linear satu variabel. Setelah itu, peneliti meminta siswa untuk membuat pertanyaan dari materi tentang kalimat terbukadan pengertian persamaan linear satu variabel. Kemudian, masing-masing pertanyaan dari kelompok diberikan ke kelompok lain untuk dijawab. Pertanyaan dari kelompok 1 dijawab oleh kelompok 2, pertanyaan dari kelompok 2 dujawab oleh kelompok 3, pertanyaan dari kelompok 3 dijawab oleh kelompok 4, pertanyaan dari kelompok 4 dijawab oleh kelompok 5, dan pertanyaan dari kelompok 5 dijawab oleh kelompok 1. Setelah masing-masing kelompok menjawab pertanyaan tersebut, masing-masing-masing-masing kelompok mengumpulkan jawabannya. Selanjutnya, peneliti meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil rangkuman dan pertanyaannya. Dalam membuat pertanyaan, peneliti memberikan contoh soal terlebih dahulu. Kemudian, peneliti meminta siswa membuat pertanyaan. Dalam membuat pertanyaan, siswa lebih banyak membuat pertanyaan yang sederhana. Namun, ada juga siswa yang membuat pertanyan yang sulit. Selanjutnya, pertanyaan-pertanyaan tersebut dilimpahkan kepada kelompok lain untuk dijawab. Dengan melakukan langkah dari pendekatan Problem Posing Tipe Post Solution Posing tersebut, dapat menambah pemahaman siswa terhadap materi tentang kalimat terbuka dan pengertian persamaan linear satu variabel.
Kegiatan akhir, peneliti bersama siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Dari pertemuan pertama ini disimpulkan bahwa kalimat terbuka dan pengertian persamaan linear satu variabel dapat digunakan untuk menentukan unsur-unsur dalam suatu persamaan apabila unsur-unsur yang lain telah diketahui. Kemungkinan unsur-unsur yang diketahui: variabel, koefisien dan konstanta.
Pada pertemuan pertama ini, sebahagian besar siswa bingung dengan perubahan sistem pembelajaran yang terjadi di dalam kelas yang tidak seperti biasanya.
2. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 06Oktober 2011. Materi yang dipelajari adalah operasi pada persamaan linear satu variabel.
Kegiatan awal, peneliti memulai pembelajaran dengan mengulas kembali tentang apa yang telah dipelajari pada pertemuan yang lalu, Kemudian peneliti kembali memberitahukan dan mengingatkan metode pembelajaran pada hari itu, yaitu masih dengan pendekatanProblem Posing Tipe Post Solution Posing. Di samping itu, peneliti memotivasi siswa untuk senantiasa bersemangat dalam belajar dan tidak menganggap matematika itu membosankan melainkan menyenangkan bagi siswa. Sementara siswa yang lain memperhatikan penjelasan peneliti dengan baik dan termotivasi untuk belajar.
Pada kegiatan inti, peneliti meminta siswa untuk meresume materi tentang operasi pada persamaan linear satu variabel. Setelah itu, peneliti
meminta siswa untuk membuat pertanyaan dari materi tentang operasi pada persamaan linear satu variabel. Kemudian, masing-masing pertanyaan dari kelompok diberikan ke kelompok lain untuk dijawab. Pertanyaan dari kelompok 1 dijawab oleh kelompok 2, pertanyaan dari kelompok 2 dijawab oleh kelompok 3, pertanyaan dari kelompok 3 dijawab oleh kelompok 4, pertanyaan dari kelompok 4 dijawab oleh kelompok 5, dan pertanyaan dari kelompok 5 dijawab oleh kelompok 1. Setelah masing kelompok menjawab pertanyaan tersebut, masing-masing kelompok mengumpulkan jawabannya. Dalam membuat pertanyaan, peneliti memberikan contoh soal terlebih dahulu. Kemudian, peneliti meminta siswa membuat pertanyaan. Dalam membuat pertanyaan, siswa lebih banyak membuat pertanyaan yang sederhana. Namun, ada juga siswa yang membuat pertanyan yang sulit. Selanjutnya, pertanyaan-pertanyaan tersebut dilimpahkan kepada kelompok lain untuk dijawab.
Kegiatan akhir, peneliti bersama siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Untuk menyelesaikan persamaan linear satu variabel dapat dilakukan dengan cara menambah, mengurang, mengali, dan membagi kedua ruas persamaan dengan bilangan yang sama. Dari pertemuan kedua ini, keseluruhan langkah dari pendekatan Problem Posing Tipe Post Solution Posing belum terlaksana karena keterbatasan waktu.
3. Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketigadilakukan pada tanggal 12 Oktober 2011. Pada pertemuan ini, siswa akan melanjutkan aktivitas-aktivitas dari pembelajaran sebelumnya.
Kegiatan awal, peneliti memulai pembelajaran dengan mengulas kembali tentang apa yang telah dipelajari pada pertemuan yang lalu, kemudian peneliti kembali memberitahukan dan mengingatkan metode pembelajaran pada hari itu, yaitu masih dengan pendekatanProblem Posing Tipe Post Solution Posing. Di samping itu, peneliti kembali memotivasi siswa untuk senantiasa bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran. Sementara itu, siswa yang lain memperhatikan penjelasan dari peneliti.
Pada kegiatan inti, peneliti meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil rangkuman dan pertanyaannya. Siswa bersemangat mendengarkan teman-temannya dan bertanya apabila mereka tidak mengerti. Namun, masih ada kesalahan siswa dalam menjawab soal. Hal ini dikarenakan kurang telitinya siswa dalam proses penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Kemudian peneliti menjelaskan ketidaktelitian siswa dalam menjawab sosal dan menjelaskan kembali tentang operasi pada persamaan linear satu variabel.Dengan melakukan langkah dari pendekatan Problem Posing Tipe Post Solution Posing tersebut, dapat menambah pemahaman siswa terhadap materi tentang operasi pada persamaan linear satu variabel.
Kegiatan akhir, peneliti bersama siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Dari pertemuan ketiga ini disimpulkan bahwa untuk menyelesaikan persamaan linear satu variabel, dapat dilakukan dengan menambah, mengurang, mengalikan dan membagi kedua ruas dengan bilangan yang sama.
Dalam proses pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan ketiga ini, kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa lebih baik daripada pertemuan sebelumnya walaupun masih terdapat beberapa siswa yang belum terlibat secara aktif dalam mengikuti sistem pembelajaran yang telah ditetapkan.
4. Pertemuan Keempat
Pertemuan keempatdilakukan pada tanggal 13 Oktober 2011. Dan melanjutkan materi yang dipelajari adalah menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan persamaan linear satu variabel.
Kegiatan awal, peneliti memulai pembelajaran dengan mengulas kembali tentang apa yang telah dipelajari pada pertemuan yang lalu. Selanjutnya, peneliti menyampaikan materi secara singkat, tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk semakin giat belajar matematika.
Pada kegiatan inti, peneliti meminta siswa untuk meresume materi tentang menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan persamaan linear satu variabel.Setelah itu, peneliti meminta siswa untuk membuat pertanyaan dari materi tentang menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan persamaan linear satu variabel.Kemudian,
masing-masing pertanyaan dari kelompok diberikan ke kelompok lain untuk dijawab. Pertanyaan dari kelompok 1 dijawab oleh kelompok 2, pertanyaan dari kelompok 2 dijawab oleh kelompok 3, pertanyaan dari kelompok 3 dijawab oleh kelompok 4, pertanyaan dari kelompok 4 dijawab oleh kelompok 5, dan pertanyaan dari kelompok 5 dijawab oleh kelompok 1. Dalam membuat pertanyaan, peneliti memberikan contoh soal terlebih dahulu. Kemudian, peneliti meminta siswa membuat pertanyaan. Dalam membuat pertanyaan, siswa lebih banyak membuat pertanyaan yang sederhana. Namun, ada juga siswa yang membuat pertanyan yang sulit. Selanjutnya, pertanyaan-pertanyaan tersebut dilimpahkan kepada kelompok lain untuk dijawab.
Setelah masing-masing kelompok menjawab pertanyaan tersebut, masing-masing kelompok mengumpulkan jawabannya. Selanjutnya, peneliti meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil rangkuman dan pertanyaannya. Pada tahap presentasi ini, kelompok yang tampil hanya 1 kelompok saja. Presentasi akan dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya.
Kegiatan akhir, peneliti bersama siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Dari pertemuan ini, keseluruhan langkah pendekatan Problem Posing Tipe Post Solution Posingbelum terlaksana karena keterbatasan waktu.
Pada pertemuan keempat ini, kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa jauh lebih baik daripada pertemuan-pertemuan