• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM INFORMASI KEBENCANAAN LONGSOR BERBASIS WEB UNTUK JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM INFORMASI KEBENCANAAN LONGSOR BERBASIS WEB UNTUK JAWA BARAT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM INFORMASI KEBENCANAAN LONGSOR

BERBASIS WEB UNTUK JAWA BARAT

Sukristiyanti1, Afnindar F.1, Andarta F. Khoir1, Dedi Mulyadi1, dan Yunarto1 1Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jl. Sangkuriang, Bandung 40135

Email: sukris.tiyanti@gmail.com

ABSTRAK

Sistem Informasi Kebencanaan Longsor (SIK-L) yang mencakup beberapa wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Barat (Kabupaten Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Cianjur, dan Sukabumi), dibuat untuk membantu proses mitigasi bencana longsor khususnya di lingkungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan masyarakat pada umumnya. SIK-L menyampaikan informasi kejadian longsor dalam bentuk teks, peta, maupun diagram batang; serta daftar sarana prasarana yang tersedia untuk kegiatan tanggap darurat. Pada saat ini sudah ada beberapa web sistem informasi kebencanaan namun sistem ini berbeda dengan yang lain. Perbedaannya SIK-L memuat peta kejadian longsor dan peta-peta pendukung dalam format peta digital yang berbasis GIS (Geographic Information System), sementara di web lain peta kejadian longsor hanya ditampilkan berupa peta analog yang digitalkan (dengan menggunakan format *.pdf, *jpg) sehingga tidak dapat langsung dianalisis secara GIS (menggunakan program GIS). Metode yang dilakukan dalam penyusunan sistem ini adalah mengumpulkan masukan dari pihak BPBD dengan wawancara, kuesioner, dan FGD (Focus Group Discussion); mengumpulkan dan mempelajari karakter data kejadian longsor; merancang isi SIK-L; serta menyusun sistem tersebut dengan menggunakan teknologi FOSS (Free and Open Source Software). Teknologi FOSS membuat proses penyusunan sistem tidak berbayar dan teknologinya dapat dikembangkan lebih jauh. Hasil dari penelitian ini adalah web SIK-L yang sudah dapat diakses dengan alamat http://sik.geotek.lipi.go.id/. Pihak BPBD sangat antusias dengan keberadaan sistem ini; namun masih banyak pekerjaan rumah karena penggunaan GPS receiver yang masih kurang familiar di lingkungan BPBD dan belum adanya prediksi longsor di dalam sistem yang dibangun.

Kata kunci: sistem informasi kebencanaan, longsor, GIS.

ABSTRACT

Landslide Disaster Information System (SIK-L) covering some regencies in West Java Province (Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Cianjur, and Sukabumi) was made for helping landslide mitigation especially in Regional Disaster Management Agency (BPBD) and society in general. SIK-L conveys information of landslide occurrence in the form of text, maps, and bar charts; as well as a list of available infrastructures for emergency response activities. Nowadays several websites about such disaster information system have been created but SIK-L is different from the others. The difference is SIK-L contains map of landslide occurrence and its supporting maps in the format of GIS (Geographic Information System) based map, while in other websites, map of landslide occurrence is shown only in the form of digitized analog maps (by using the format *.pdf, *.jpg) so it cannot be directly analyzed in GIS (using GIS program). The methods in building of this system are collecting input from the BPBDs with interviews, questionnaires, and Focus Group Discussion (FGD); collecting and studying landslide occurrence data characters; designing the content of SIK-L; and developing the system by using Free and Open Source Software (FOSS) technology. FOSS technology makes the system building process does not pay and its technology can be developed further. The result of this study is website of SIK-L that is accessible in http://sik.geotek.lipi.go.id/. BPBDs are excited to the existence of this system; but there is a lot of homework because the use of the GPS receiver in BPBDs environment is less familiar and the lack of landslide prediction in this system.

(2)

PENDAHULUAN

Data kejadian longsor adalah data yang memuat informasi mengenai lokasi dan waktu suatu kejadian longsor, serta dampak yang diakibatkan oleh setiap kejadian longsor tersebut. Longsor merupakan istilah awam bagi semua tipe bencana gerakan tanah, baik itu aliran (flow), luncuran (slide), maupun jatuhan (fall) (McGeary, et.al., 2004). Data kejadian longsor dikumpulkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) sejak tahun 1970-an dan akhir-akhir ini juga dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). BPBD dibentuk berdasarkan PERMENDAGRI 46/2008 dan PERKA BNPB 3/2008 (Pristiyanto, 2009). Usia BPBD masih tergolong muda sehingga data kejadian longsor yang dikumpulkannya pun baru beberapa tahun terakhir.

Menurut US Geological Survey (USGS), lokasi yang pernah mengalami longsor adalah lokasi yang rentan terhadap longsor dengan kata lain ada kemungkinan lokasi yang pernah mengalami longsor memiliki kemungkinan untuk mengalami longsor kembali (USGS, 2013). Data kejadian longsor di Indonesia belum dikelola ke dalam sistem basis data yang terstruktur sehingga pencarian informasi mengenai suatu kejadian longsor masih sering sulit dilakukan. Sistem yang terstruktur dalam menyimpan histori kejadian longsor merupakan salah satu langkah kongkret untuk membantu pengurangan bencana; disamping beberapa langkah kongkret lain seperti perencanan pembangunan yang tepat, sosialisasi mengenai zona kerentanan longsor tinggi, mengimplementasikan teknologi konservasi yang tepat, dan pemberian instruksi ke penduduk dan pemerintah setempat (Bhat, et.al., 2013).

Data historis kejadian longsor dikelola menjadi informasi yang memiliki manfaat lebih serta menjadi informasi yang mudah diperoleh bagi berbagai kalangan pengguna khususnya bagi BPDB sebagai sebuah lembaga khusus yang menangani penanggulangan bencana di daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Memiliki manfaat lebih artinya data historis kejadian longsor disampaikan di dalam sistem yang berbasis web dalam bentuk peta digital yang berbasis GIS (Geographic Information System), yang dilengkapi dengan peta-peta pendukung (peta dasar; beberapa peta tematik seperti kerentanan gerakan tanah, peta penggunaan lahan, peta sebaran pemukiman) sehingga dapat dilakukan analisis spasial di dalamnya. Visualisasi data kejadian longsor dalam bentuk peta memberikan informasi berupa gambaran spasial sebaran titik longsor yang lebih mudah dipahami. Analisis spasial yang melengkapi tampilan peta titik longsor memberikan informasi yang lebih lengkap karena melibatkan beberapa peta yang lain. Selain dalam bentuk peta, data historis kejadian longsor juga disampaikan di web dalam bentuk diagram batang yang menampilkan informasi jumlah kejadian longsor atau dampaknya dalam kurun waktu tertentu di wilayah tertentu sehingga mempermudah pengguna dalam merangkum semua data kejadian longsor yang ada di dalam basis data. Sistem yang dibuat adalah Sistem Informasi Kebencanaan Longsor (SIK-L) berbasis web yang mencakup data kejadian longsor lima wilayah kabupaten (Kabupaten Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Cianjur, dan Sukabumi).

Beberapa web sejenis telah lebih dahulu menampilkan data kejadian longsor. Web tersebut adalah web milik PVMBG (http://www.vsi.esdm.go.id/) dan web milik BNPB (http://dibi.bnpb.go.id/, http://geospastial.bnpb.go.id/, dan aplikasi mobile “Pantauan Bencana”). Web-web tersebut menyajikan data kejadian longsor dalam bentuk tabel (belum dikelola secara terstruktur dalam basis data) serta dalam bentuk peta kejadian longsor dalam format yang tidak dapat diolah dan dianalisis

(3)

langsung dengan Sistem Informasi Geografi (SIG) seperti *.pdf atau *.jpg. Oleh karenanya SIK-L tetap disusun dan dikembangkan untuk dapat memberikan informasi yang bermanfaat dalam upaya mitigasi bencana.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian adalah untuk membangun dan mengembangkan Sistem Informasi Kebencanaan dengan tema bencana longsor dengan ruang lingkup lima kabupaten di Jawa Barat yaitu Kabupaten Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Cianjur, dan Sukabumi.

METODOLOGI

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan Sistem Informasi Kebencanaan Longsor (SIK-L) adalah:

1. mengumpulkan masukan dari pihak BNPB, PVMBG, dan BPBD dengan wawancara, kuesioner, dan FGD (Focus Group Discussion);

2. mengumpulkan dan mempelajari karakter data kejadian longsor; 3. merancang isi sistem; dan

4. menyusun sistem dengan menggunakan teknologi FOSS (Free and Open Source Software). Metode yang digunakan dalam menyusun SIK-L adalah sebagai berikut:

1. bahasa pemrograman menggunakan PHP yaitu bahasa pemograman yang sangat terkenal dan sangat cocok untuk pembangunan web (Anonim, 2015);

2. pengembangan kerangka antarmuka web menggunakan codeigniter dan AJAX; 3. inti pemrosesan data spasial menggunakan Mapserver dan PostGIS;

4. basis data yang berhubungan dengan query database (read, delete, update) sebagai server basis data menggunakan PostgreSQL; dan

5. antarmuka dalam penanganan basis data spasial menggunakan PostGIS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari penelitian ini adalah SIK-L berbasis web untuk mengelola data historis kejadian longsor. Sistem yang dibuat mengacu dan mempertimbangkan hasil dari FGD yang telah dilakukan pada tanggal 28 Maret 2012 yang melibatkan para pemangku kebijakan (stake holders), sehingga sistem yang dibuat diharapkan dapat memenuhi harapan mereka sebagai pengguna (user). Hasil dari FGD adalah sebagai berikut:

1. desain sistem informasi yang mudah dioperasikan oleh siapa saja; 2. dibuat web yang ringan yang tidak berat untuk diakses;

3. kesederhanaan dalam memasukkan data (data entry);

4. diperlukan keseragaman format data longsor, yang mencakup waktu kejadian, korban, lokasi kejadian, waktu kejadian, dan gambar/foto;

(4)

5. dibutuhkan pelatihan penggunaan sistem untuk staf BPBD; 6. sistem menyajikan lokasi fasilitas umum dan alat berat;

7. sistem mampu memberikan informasi/fasilitas dalam menangani semua tahap dalam mitigasi bencana ( pra, saat, dan pasca bencana); dan

8. sistem menyediakan link ke berbagai instansi.

SIK-L dapat dibuka di http://sik.geotek.lipi.go.id/. Isi SIK-L antara lain informasi terbaru (yang berkaitan dengan bencana longsor), web GIS yang memetakan data kejadian longsor d an peta-peta lain yang menunjang analisis longsor, statistik data longsor yang ditampilkan dalam diagram batang, daftar kontak pihak-pihak yang berkaitan dengan penanganan longsor, dan juga bantuan (help) yang menampung berkas-berkas yang terkait dengan penanganan longsor. Isi web tersebut tertampung di dalam lima menu di SIK-L yaitu GIS, Statistik, Sarpras (Sarana Prasarana), Kontak, dan Help; serta halaman utama (Gambar 1).

Halaman Utama Menu GIS

Menu Statistik

Menu Help Menu Kontak

Menu Sarpras

(5)

Informasi terbaru “Berita Terbaru” terdapat di tampilan utama SIK-L. Informasi yang ada di “Berita Terbaru” masih hanya sekedar contoh. Hal itu juga terjadi di Menu Kontak dan Menu Sarpras. Menu Kontak dapat diisi dengan daftar kontak penting yang dibutuhkan setiap saat oleh masing -masing pihak BPBD kabupaten. Menu Help yang sudah terisi berkas (file) tentang petunjuk penggunaan SIK-L dan sebagainya, juga dapat diisi/diubah/ditambahkan oleh pihak BPBD kabupaten mengenai berkas-berkas (file) yang ada kaitannya dengan kegiatan penanganan bencana. Sama halnya dengan informasi di “Berita Terbaru” yang dapat diedit dan ditambahkan oleh pihak BPBD mengenai berita yang berkaitan dengan bencana longsor maupun penanganannya; seperti kejadian longsor terkini, sosialisasi daerah rawan longsor yang akan dilakukan dan sudah dilakukan, dan sebagainya.

Data kejadian longsor yang ada di web GIS SIK-L dibedakan menjadi dua yaitu titik longsor (pasti) dan titik longsor (asumsi). Titik longsor pasti adalah historis kejadian longsor yang dilengkapi dengan informasi lokasi (bujur, lintang) yang merupakan data kejadian longsor yang dikumpulkan oleh PVMBG. Titik longsor asumsi adalah historis kejadian longsor yang tidak dilengkapi dengan informasi lokasi (bujur, lintang) yang dikumpulkan oleh BPBD. Hal ini karena penggunaan GPS receiver di lingkungan BPBD kabupaten belum dilakukan secara optimal dengan alasan kurangnya Sumberdaya Manusia (SDM). Dengan demikian sebaran lokasi longsor yang bersumber dari BPBD yang ada di peta web GIS SIK-L bukan lokasi yang tepat di lapangan, karena kejadian longsor BPBD dicatat tanpa informasi koordinat geografis. Pengeplotan kejadian longsor dari BPBD pada peta hanya menggunakan informasi lokasi. Setiap kejadian longsor diplot sesuai dengan lokasi desa dimana kejadian longsor itu terjadi. Setiap wilayah desa merupakan suatu poligon di dalam peta. Pengeplotan lokasi longsor dilakukan secara random di dalam poligon desa. Dengan demikia n, lokasi longsor dari BPBD di peta web GIS SIK-L bersifat tentatif karena belum diverifikasi di lapangan dengan menggunakan GPS receiver (pencatat kooordinat geografis).

Layer intensitas longsor, volume kerugian, intensitas korban jiwa, dan intensitas ru mah rusak merupakan layer-layer dampak kejadian longsor yang diperoleh dari data kejadian longsor. Layer-layer dampak longsor ini bermanfaat untuk mengetahui kecamatan yang mengalami dampak terbanyak akibat longsor sehingga dapat menjadi salah satu referensi pihak BPBD/pemerintah dalam usaha mitigasi bencana longsor, misalnya dengan memberikan perhatian lebih ke suatu kecamatan yang terkena dampak terbanyak.

Layer fasilitas umum, rute terdekat, rel kereta api, jalan, sungai, desa, kecamatan merupakan peta -peta dasar yang diperoleh dari -peta Rupa Bumi Indonesia (RBI). Layer tata guna lahan adalah -peta tematik yang juga diperoleh dari peta RBI. Layer pemukiman merupakan peta tematik turunan yang diambil dari peta tata guna lahan dengan memilih kelas pemukiman saja dari sejumlah kelas yang ada di peta tata guna lahan. Layer pemukiman bersama-sama ditampilkan dengan layer titik longsor akan bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai keberadaan longsor, apakah di lokasi pemukiman atau tidak. Hal ini tentu saja akan berdampak lebih besar, apabila longsor sering terjadi di lokasi pemukiman.

Layer kerentanan gerakan tanah yang terdapat di web GIS SIK-L adalah peta yang dikeluarkan oleh PVMBG. Peta tersebut dibuat berdasarkan hasil skoring beberapa peta parameter yaitu peta geologi, peta sudut lereng, dan peta tata guna lahan. Kerentanan gerakan tanah dibedakan ke dalam empat

(6)

zona; zona sangat rendah, rendah, menengah, dan tinggi (Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2000).

Layer analisis zona evakuasi di web GIS tersebut adalah peta yang menggambarkan zona potensi evakuasi yang dihasilkan oleh suatu modul analisis spasial yang dibuat dalam SIK-L. Algoritma disusun dengan menggunakan asumsi sebagai berikut. Tempat evakuasi merupakan tempat perlindungan sementara. Syarat tempat evakuasi longsor adalah (1) harus bebas bencana, (2) ketersediaan air bersih, (3) berupa gedung atau tanah lapang, dan (4) aksesibilitas. Aksesibilitas menunjukkan kemudahan akses atau pencapaian dari suatu tempat kejadian longsor menuju lokasi evakuasi tertentu. Untuk menentukan lokasi potensi evakuasi longsor, maka hanya memperhitungkan tiga faktor pertama yaitu bebas bencana, adanya ketersediaan air bersih, dan berupa gedung atau tanah lapang. Dengan mempertimbangkan ketiga faktor tersebut dan ketersediaan data yang ada di dalam basis data longsor, maka dibuat metode dengan pendekatan GIS untuk menentukan lokasi potensi evakuasi longsor. Spasial analisis di dalam GIS ini digunakan untuk mendapatkan informasi baru yang berbeda dari informasi masukannya. Spasial analisis yang dipakai adalah seleksi, buffering, union, dan intersect. Hasil dari analisis tersebut menghasilkan sebaran zona potensi evakuasi, yaitu zona-zona yang berpotensi untuk tempat evakuasi, ditinjau dari peruntukan lahannya dan segi keamanannya (memperhatikan jaraknya dari garis pantai dan sungai). Namun zona tersebut belum ditinjau dari segi aksesibilitas (kemudahan dijangkau dari lokasi bencana) dan ketersediaan sarana prasarananya. Pembuatan algoritma tersebut menggunakan asumsi-asumsi saja, apabila asumsinya kurang tepat, maka algoritma penentuan lokasi potensi evakuasi dapat direvisi dan disempurnakan.

Pada web GIS SIK-L tersebut dapat dilakukan analisis spasial jarak terdekat (nearest network) yang menghubungkan lokasi longsor dengan zona potensi evakuasi terdekat. Hasil dari analisis spasial jarak terdekat ini berupa rute terdekat yang menghubungkan lokasi longsor terpilih dengan zona potensi evakuasi yang terdekat. Hasil peta zona potensi evakuasi yang dihasilkan dala m analisis spasial di web GIS SIK-L ini masih sekedar etalase, belum bersifat operasional. Hal ini menunjukkan bahwa yang ditonjolkan di web GIS SIK-L adalah operasi analisis spasialnya bukan hasilnya. Kemampuan SIK-L dalam melakukan analisis spasial ini dapat digunakan untuk melakukan analisis spasial yang lain dengan menyusun algoritmanya terlebih dahulu. Pengembangan algoritma ke depan mampu memperkaya dan menyempurnakan SIK-L sehingga dapat bersifat operasional.

Menu “Statistik” menyajikan diagram batang yang berisi informasi jumlah kejadian longsor maupun dampak yang diakibatkan di wilayah tertentu dan di waktu tertentu. Diagram batang dibuat untuk mempermudah pengguna membaca historis kejadian longsor. Modifikasi diagram batang dapat dilakukan dengan memilih pilihan yang ada (topik statistik, lingkup, propinsi, kabupaten, kecamatan, dan tahun). Gambar 2 berikut adalah diagram batang yang menggambarkan kondisi kabupaten-kabupaten di Propinsi Jawa Barat pada tahun 2012 yang diperoleh dari memanfaatkan fasilitas di menu “Statistik”.

SIK-L telah disosialisasikan ke semua BPBD terkait (BPBD Provinsi Jawa Barat dan lima kabupaten di Provinsi Jawa Barat). Ke-6 BPBD tersebut sangat antusias dengan keberadaan sistem ini karena SIK-L bermanfaat untuk pelaporan dan pengarsipan data kejadian longsor, sementara pelaporan dan pengarsipan data kejadian longsor di lingkungan BPBD saat ini masih dilakukan

(7)

secara manual. Pihak BPBD juga meminta pelatihan yang lebih detail mengenai penggunaan sistem hingga penggunaan GPS receiver. Hal ini agar pelaporan dan pengarsipan data kejadian longsor dari manual yang selama ini digunakan dapat beralih ke sistem yang digital seperti yang ditawarkan oleh SIK-L. Hal lain yang menjadi catatan adalah belum adanya modul prediksi longsor yang sangat membantu pihak BPBD dalam kegiatan pra bencana.

Gambar 2. Diagram batang kejadian longsor per kabupaten per bulan di Jawa Barat tahun 2012

KESIMPULAN

1. Pihak BPBD sangat antusias dengan keberadaan sistem ini karena SIK-L bermanfaat untuk pelaporan dan pengarsipan data kejadian longsor, sementara pelaporan dan pengarsipan data kejadian longsor di lingkungan BPBD saat ini masih dilakukan secara manual.

2. SIK-L merupakan suatu sistem yang kecil, apabila dibandingkan dengan sistem kebencanaan lain seperti DIBI (milik BNPB) ataupun web lain; baik secara tema kebencanaan maupun cakupan wilayahnya. Namun SIK-L dibuat untuk memperkaya DIBI khususnya untuk tema bencana longsor.

3. Sebaran lokasi longsor yang bersumber dari BPBD yang ada di peta web GIS SIK-L masih bersifat tentatif, karena kejadian longsor BPBD dicatat tanpa informasi koordinat geografis melainkan dengan informasi lokasi wilayah administrasi, sehingga perlu dilakukan verifikasi lapangan untuk melakukan revisi lokasi sebaran titik longsor tersebut.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Bapak Dr. Heru Santoso yang selalu memberikan dukungan dan masukannya dalam kegiatan penelitian ini.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2015. PHP. https://secure.php.net/ [29 Jul 2015].

Bhatt, B.P., Awasthi, K.D., Heyojoo, B.P., Silwal, T., Kafle, G., Using Geographic Information System and Analytical Hierarchy Process in Landslide Hazard Zonation: Applied Ecology and Environmental Sciences, 2013, Vol. 1, No. 2, p. 14-22.

Gambar

Gambar 1. Tampilan SIK-L
Gambar 2. Diagram batang kejadian longsor per kabupaten per bulan di Jawa Barat tahun 2012

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi dan pengembangan kurikulum Program Studi Diploma III Teknik Sipil diarahkan untuk menghasilkan lulusan yang mampu mengaplikasikan konsep perencanaan konstruksi

Kerangka pemikiran penelitian ini berdasar- kan pada pendapat bahwa peningkatan kemam- puan berwirausaha atau entrepreneurship me- lalui kreativitas, inovasi, pengambil risiko,

Daya tarik Guru Danau tidak hanya terletak pada kemampuannya dalam berdakwah tetapi juga adanya persepsi umum bahkan kepercayaan dari jamaahnya bahwa orang-orang

Hasil penelitian menunjukkan penerapan model Problem Based Learning selama dua siklus dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas XII MIPA

Mufasir dari generasi pertengahan Abu Bakar Muhammad bin Abdullah atau sering dikenal dengan Ibnu al-Arabi menafsirkan surat an-Nisa’ dalam Tafsir Ah } kam

Rancangan bentuk masukkan berfungsi untuk menjelaskan secara rinci mengenai semua dokumen input yang digunakan program Perancangan Website Komunitas Penggemar Burung

2. Bagaimana Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Dalam Membangun Infrastruktur Kota Bandar Lampung Ditinjau Berdasarkan Perspektif Ekonomi