• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKONSTRUKSI CEKUNGAN HIDROGEOLOGI MAKASSAR.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REKONSTRUKSI CEKUNGAN HIDROGEOLOGI MAKASSAR.pdf"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

REKONSTRUKSI CEKUNGAN HIDROGEOLOGI SEBAGAI DASAR

REKONSTRUKSI CEKUNGAN HIDROGEOLOGI SEBAGAI DASAR

KONSERVASI AIR TANAH MAKASSAR

KONSERVASI AIR TANAH MAKASSAR

Muhammad Ramli & Bunga A. M Muhammad Ramli & Bunga A. M

Jurusan Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jurusan Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea – Makassar, 90245 Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea – Makassar, 90245

Telp/Fax.: (0411) 580202 Telp/Fax.: (0411) 580202 e-mail ;

e-mail ; ramli@unhas.ac.idramli@unhas.ac.id

 Abstrak  Abstrak  Analisis

 Analisis terhadap terhadap dampdampak ak lingkungalingkungan n akibat akibat pengpengembangembangan an air air tanah tanah memerlumemerlukankan  pemahama

 pemahaman n terhadap terhadap kondisi kondisi cekungan cekungan air air tanah tanah dan dan sistem sistem aliran aliran tanah tanah regionaregional l yangyang komprehensif. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum tentang komprehensif. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum tentang kondisi dan sistem aliran airtanah pada cekungan air tanah Makassar. Kajian didasarkan kondisi dan sistem aliran airtanah pada cekungan air tanah Makassar. Kajian didasarkan  pada

 pada karakteristkarakteristik ik akifer akifer melalui melalui pendekapendekatan tan sifat sifat fisik fisik batuan batuan yang yang dapat dapat diamati diamati didi  permukaa

 permukaan n yang yang didukundidukung g dengan dengan nilai nilai tahanan tahanan jenis jenis batuan batuan di di bawbawah ah permukaan permukaan ..  Informasi

 Informasi geologi geologi tersebut tersebut digunakadigunakan n untuk untuk merekonsmerekonstruksi truksi struktur struktur geologi geologi bawbawahah  permukaa

 permukaan n yang yang menjadmenjadi i lapisan lapisan pembawpembawa a air air tanah tanah (akifer) di (akifer) di wilayah wilayah Kota Kota MakassMakassar.ar. Cekungan air tanah ini tersusun atas batuan gunung api (vulkanik) dan endapan aluvial. Cekungan air tanah ini tersusun atas batuan gunung api (vulkanik) dan endapan aluvial.  Batuan

 Batuan tersebut tersebut membenmembentuk tuk adanya adanya lapisan lapisan pembawpembawa a air air tanah tanah bebas bebas dan dan air air tanahtanah tertekan.

tertekan.  Keywords

 Keywords; akifer, hidrogeologi, cekungan air tanah.; akifer, hidrogeologi, cekungan air tanah.

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Air tanah mempunyai peranan penting untuk lingkungan dan ekonomi yang mensuplai sekitar sepertiga Air tanah mempunyai peranan penting untuk lingkungan dan ekonomi yang mensuplai sekitar sepertiga kebutuhan air dunia. Di beberapa daerah, eksploitasi air tanah dilakukan secara besar-besaran. Hal ini kebutuhan air dunia. Di beberapa daerah, eksploitasi air tanah dilakukan secara besar-besaran. Hal ini dikarenakan beberapa kelebihan air tanah dibandingkan dengan air permukaan. Namun demikian, isu kualitas dikarenakan beberapa kelebihan air tanah dibandingkan dengan air permukaan. Namun demikian, isu kualitas dan kuantitas air tanah kurang mendapat perhatian karena keterdapatannya di bawah permukaan tanah. Isu ini dan kuantitas air tanah kurang mendapat perhatian karena keterdapatannya di bawah permukaan tanah. Isu ini menjadi perhatian publik ketika terjadi degradasi kualitas dan kuantitas, ataupun penurunan muka tanah yang menjadi perhatian publik ketika terjadi degradasi kualitas dan kuantitas, ataupun penurunan muka tanah yang dirasakan langsung oleh masyarakat.

dirasakan langsung oleh masyarakat.

Perubahan siklus hidro-geologi karena aktifitas manusia memicuh timbulnya dampak pada lingkungan air Perubahan siklus hidro-geologi karena aktifitas manusia memicuh timbulnya dampak pada lingkungan air tanah. Di daerah pengembangan air tanah, peningkatan permintaan akan air menyebabkan peningkatan tanah. Di daerah pengembangan air tanah, peningkatan permintaan akan air menyebabkan peningkatan eksploitasi air tanah yang berakibat pada tidak terkontrolnya penurunan muka air tanah secara berkelanjutan eksploitasi air tanah yang berakibat pada tidak terkontrolnya penurunan muka air tanah secara berkelanjutan meliputi wilayah yang sangat luas. Perubahan ini akan diikuti oleh sejumlah dampak lingkungan, yang meliputi wilayah yang sangat luas. Perubahan ini akan diikuti oleh sejumlah dampak lingkungan, yang diklassifikasikan pada tiga kategori utama, yaitu ; intrusi air laut, penurunan muka tanah (

diklassifikasikan pada tiga kategori utama, yaitu ; intrusi air laut, penurunan muka tanah ( land subsidenceland subsidence), dan), dan penyebaran kontaminan lainnya.

penyebaran kontaminan lainnya.

Analisis terhadap dampak lingkungan akibat pengembangan air tanah tersebut memerlukan suatu pemahaman Analisis terhadap dampak lingkungan akibat pengembangan air tanah tersebut memerlukan suatu pemahaman yang komprehensif terhadap kondisi cekungan air tanah dan sistem aliran tanah secara regional. Hal ini yang komprehensif terhadap kondisi cekungan air tanah dan sistem aliran tanah secara regional. Hal ini dikarenakan aliran air tanah sangat dipengaruhi oleh banyak obyek-obyek hidrologi lainnya di permukaan dikarenakan aliran air tanah sangat dipengaruhi oleh banyak obyek-obyek hidrologi lainnya di permukaan tanah, misalnya danau, aliran sungai, dan daerah-daerah genangan. Guna pengintegrasian obyek-obyek tersebut, tanah, misalnya danau, aliran sungai, dan daerah-daerah genangan. Guna pengintegrasian obyek-obyek tersebut, pemahaman tentang batas cekungan air tanah menjadi sangat penting. Mengingat ketersediaan informasi pemahaman tentang batas cekungan air tanah menjadi sangat penting. Mengingat ketersediaan informasi cekungan air tanah secara konkret belum tersedia, maka kajian tentang Rekonstruksi Cekungan Hidrogeologi cekungan air tanah secara konkret belum tersedia, maka kajian tentang Rekonstruksi Cekungan Hidrogeologi sebagai Dasar Konservasi Air Tanah Makassar perlu dilaksanakan sebagai dasar untuk merumuskan model sebagai Dasar Konservasi Air Tanah Makassar perlu dilaksanakan sebagai dasar untuk merumuskan model pengelolaan air tanah dalam upaya konservasi sumber daya air tanah.

pengelolaan air tanah dalam upaya konservasi sumber daya air tanah.

Kegiatan penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum tentang kondisi cekungan air tanah Kegiatan penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum tentang kondisi cekungan air tanah Makassar, sistem aliran air tanah, dan pengaruh sumber-sumber kontaminan terhadap kondisi air tanah regional. Makassar, sistem aliran air tanah, dan pengaruh sumber-sumber kontaminan terhadap kondisi air tanah regional. Penelitian akan mengkaji tentang karakteristik akifer melalui pendekatan sifat fisik batuan yang dapat diamati Penelitian akan mengkaji tentang karakteristik akifer melalui pendekatan sifat fisik batuan yang dapat diamati di permukaan. Rangkaian dari seluruh informasi geologi di permukaan dapat direkonstruksi struktur geologi di permukaan. Rangkaian dari seluruh informasi geologi di permukaan dapat direkonstruksi struktur geologi bawah permukaan yang menjadi wadah air tanah yang di wilayah Kota Makassar.

(2)

METODE PENELITIAN

Kajian Laporan Geologi dan Hidrogeologi

Kajian laporan geologi dan hidrogeologi dilakukan terhadap publikasi yang terkait dengan lokasi penelitian. Data-data yang dianalisis meliputi ;

a. Peta Topografi yang dikeluarkan Bakosurtanal dengan ketajaman pemetaan berskala 1 ; 50.000 b. Peta Geologi Lembar Ujungpandang, Benteng, dan Sinjai, Sulawesi yang berskala 1 : 250.000 c. Peta Hidrogeologi Lembar Ujungpandang, Benteng, dan Sinjai, Sulawesi, yang berskala 1 :

250.000.

d. Data pemboran dan hasil pengukuran geolistrik pada kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan sebelumnya.

Pemetaan Geologi & Hidrogeologi

Kegiatan ini merupakan pengamatan dan pengukuran langsung yang dilaksanakan di lapangan. Pemetaan geologi permukaan dimaksudkan untuk mengetahui kondisi geologi daerah survei secara detail. Peta geologi regional Lembar Ujungpandang, Benteng, dan Sinjai, Sulawesi yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung akan digunakan acuan dalam pemahaman dasar kondisi daerah. Seperti halnya dengan kegiatan pemetaan geologi lainnya, pemetaan geologi ini meliputi analisis tentang kondisi geomorfologi, litologi dan stratigrafi, serta struktur geologi yang berkembang di daerah survei.

Metode pemetaan yang dilakukan adalah ;

 Penelusuran daerah yang kemungkinan dapat ditemukan singkapan batuan, misalnya sungai, jalan raya, dan puncak-puncak bukit (jika ada). Jalur ini umumnya dikenali daerah singkapan batuan karena ada proses penggalian baik oleh aktifitas manuasia maupun proses alam (erosi).

 Pengeplotan posisi singkapan di atas peta dasar yang berupa peta topografi berskala 1 : 50.000, atau 1 : 25.000.

 Pendeskripsian terhadap unsur-unsur geologi yang ada pada singkapan tersebut.

 Analisis kondisi bawah permukaan berdasarkan hubungan antara seluruh singkapan geologi yang ada. Hal ini dilakukan melalui pembuatan penampang geologi yang ditarik melewati daerah survei.

 Penafsiran sifat dan kondisi lapisan pembawa air (akifer) di bawah permukaan tanah. Hasil analisis ini merupakan pendekatan awal terhadap kondisi air tanah di daerah survei.

Rekonstruksi Cekungan Air Tanah Analisis data-data meliputi;

• Interpretasi peta geologi regional, untuk menentukan sifat batuan terhadap keterdapatan air tanah • Rekonstruksi struktur geologi untuk menentukan model cekungan air tanah

• Evaluasi keterdapatan air tanah berdasarkan data geolistrik dengan menggunakan software IP2Win untuk menentukan nilai tahanan jenis batuan.

• Pendefinisian system hidrogeologi dan pembuatan jaring-jaring aliran air tanah.

HASIL DAN BAHASAN Geologi Umum

Uraian kondisi geologi berdasarkan pada Peta Geologi Lembar Ujung Pandang, Benteng, dan Sinjai, terbitan P3G Bandung oleh Sukamto dan Supriatna (1982) yang didukung hasil pengamatan langsung di lapangan. Daerah Makassar dan sekitarnya terdiri atas 5 kelompok batuan; yaitu

• Qac (Endapan Aluvium dan Pantai),

• Qlvb (Batuan Gunungapi Lompobattang), Qlvp, Qlvb

• Tpbv (Batuan Gunungapi Baturape-Cindako); Tpbl &Tpbc, basal • Temt (Formasi Tonasa), dan

(3)

Endapan Aluvium, Rawa dan Pantai (Qac) ; tersusun atas kerikil, pasir, lempung, lumpur, dan batugamping koral, terbentuk dalam lingkungan sungai, rawa, pantai dan delta. Batuan Gunung Api Lompobattang; tersebar setempat-setempat di ibukota Kabupaten Jeneponto. Kelompok batuan ini tersusun atas breksi, endapan lahar dan tufa.

Formasi Camba (Tmc); berupa batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunungapi, batupasir tufaan berselingan dengan tuga, batupasir dan batulempung; bersisipan napal, batugamping, konglomerat dan breksi gunungapi, dan batubara. Batuan terdiri dari beraneka warna dari putih, coklat, merah, kelabu muda sampai kehitaman, yang umumnya mengeras kuat dengan perlapisan tebal dari 4 cam – 100 cm. Tufa berbutir halus hingga lapilli. Penyebaran batuan ini di sebelah timur endapan aluvium, rawa dan pantai.

Batuan Gunungapi Baturape-Cindako (Tpbv); lava dan breksi, dengan sisipan sedikit tufa dan konglomerat, bersusunan basal, sebagian besar profir dengan penokris piroksen besar-besar sampai 1 cm dan sebagia kecil tansatmata, kelabu tua kehijauan hingga hitam warnanya, lava sebagian berkekar meniang dan sebagian berkekar lapis, pada umumnya breksi berkomponen kasar, dari 15 cm – 60 cm, terutama basal dan sedikit andesit, sengan semen tufa berbutir kasar sampai lapili, banyak mengandung pecahan piroksen. Komplek terobosan diorit berupa stok dan retas di Baturape Cindako diperkirakan merupakan bekas pusat erupsi (Tpbc), batuan disekitarnya terubah kuat, amigdaloidal dengan mineral sekunder seolit dan kalsit, mineral galena di Baturape kemungkinan berhubungan dengan terobosan diorit itu, daerah sekitar Baturape dan Cindako batuannya didominasi oleh lava Tpbl.

Basal ; terobosan basal berupa retas, sil dan stok, bertekstur profiri dengan penokris piroksen kasar mencapai ukuran lebih dari 1 cm, berwarna kelabu tua kehitaman dan kehijauan, sebagian dicirikan oleh struktur meniang, beberapa diantaranya mempunyai tekstur gabro. Terobosan basal di sekitar Jeneberang berupa kelompok retas yang mempunyai arah kira-kira radier memusat ke Baturape dan Cindako.

Batuan Gunungapi Lompobattang (Qlvb); aglomerat, lava, breksi, endapan lahar dan tufa, membentuk kerucut gunungapi strato, batuannya sebagian besar berkomposisi andesit dan sebagian basal. Bentuk morfologi tubuh gunungapi masih jelas dapat dilihat pada potret udara; Qlvc adalah pusat erupsi yang memperlihatkan bentuk kubah lava, bentuk kerucut parasit memperlihatkan paling sedikit ada 2 periode kegiatan erupsi, yaitu Qlvp1 dan Qlvp2. Di daerah sekitar pusat erupsi batuannya terutama terdiri dari lava dan aglomerat (Qlv), dan didaerah yang agak jauh terdiri dari terutama dari breksi, endapan lahar dan tufa (Qlvp).

(4)

Gambar 2. Foto kenampakan singkapan batuan (a) Tidak dapat berfungsi sebagai akifer, (b) Dapat berfungsi sebagai akifer terbatas

Tahanan Jenis Batuan

Nilai tahanan jenis batuan penyusun daerah Cekungan Air Tanah Kota Makassar diperoleh melalui hasil pengukuran geolistrik. Variasi nilai tahanan jenis batuan tersebut kemudian diintegrasikan dengan kondisi geologi untuk menafsirkan keterdapatan air tanah dalam akifer. Output dari hasil analisis ini adalah ;

• posisi lapisan pembawa air. • ketebalan lapisan pembawa air. • kualitas air tanah.

• penyebaran lateral lapisan pembawa air. • kondisi material di bawah permukaan.

Gambar 3. Peta sebaran titik geolistik dengan symbol

(5)

Metode pengukuran menggunakan geolistrik tahanan jenis (resistivity) dengan konfigurasi elektroda Aturan Schlumberger. Pada konfigurasi ini arus (I) diinjeksi ke dalam tanah melalui dua elektroda arus (AB) dan besar beda potensial (V) yang terjadi akan terekam oleh dua buah elektroda potensial (MN). Susunan elektroda diatur sedemikian rupa sehingga posisi elektroda arus (AB) berada di luar dari pada elektroda potensial (MN). harus penempatan elektroda arus dan potensial diatur sedemikian rupa yaitu elektroda arus (A – B) berada di sebelah luar dan elektroda potensial (M – N) berada di sebelah dalam yang terletak pada satu garis lurus. Hubungan antara jarak konfigurasi elektroda (faktor geometri elektroda) dengan nilai tahanan listrik yang terukur menghasilkan nilai tahanan jenis semu (a) batuan. Hubungan tersebut dapat ditulis dalam bentuk persamaan berikut ;

( ) (

)

I ∆V MN MN/2 AB/2 π ρ 2 2 s − =

 Dimana ;s = tahanan jenis semu (ohm-m), AB = panjang bentangan elektroda arus (meter), MN= panjang

bentangan elektroda potensial (meter), V= beda potensial (mVolt), I= kuat arus (mA)

Variasi nilai tahanan jenis semu tersebut kemudian diinterpretasi lebih lanjut untuk mendapatkan nilai tahanan  jenis batuan (true resistivity). Dalam pekerjaan akan digunakan software IP2Win yang diproduksi oleh Moscow State University. Bentuk keluaran ditunjukkan jumlah lapisan tahanan jenis, besar nilai tahanan jenis sebenarnya, ketebalan setiap lapisan, kedalaman setiap lapisan, dan elevasi batas kontak antara lapisan.

Tabel 1. Nilai tahanan jenis batuan di wilayah Makassar (Imran, dkk, 2009)

TITIK LAYER TAHANAN JENIS (ohm-m) POSISI LAPISAN (m) PENAFSIRAN G-01 1 2 3 0,06 0,89 987 0,00 – 0,56 0,56 – 8,33  8,33

Lapisan tanah penutup Lapisan air tanah payau

Lapisan air tanah tawar sangat terbatas

G-02 1 2 3 0,18 7,88 0,24 0,00 – 4,33 4,33 – 10,0 >10,0

Lapisan tanah penutup Lapisan air tanah payau Lapisan air tanah asin

G-03 1 2 0,81 51,7 0,00 – 0,58  0,58

Lapisan tanah penutup Lapisan air tanah tawar

G-04 1 2 3 0,04 164 0,10 0,00 – 0,61 0,61 – 4,54 >4,54

Lapisan tanah penutup Lapisan air tanah tawar Lapisan air tanah asin

G-05 1 2 3 0,06 0,89 987 0,00 – 0,56 0,56 – 8,33  8,33

Lapisan tanah penutup Lapisan air tanah asin Lapisan air tanah tawar

G-06 1 2 3 0,05 4,02 693 0,00 – 0,58 0,58 – 30,6 30,6

Lapisan tanah penutup Laisan air tanah payau Lapisan air tanah tawar

G-07 1 2 3 0,05 0,73 12,5 0,00 – 0,32 0,32 – 16,7 > 16,7

Lapisan tanah penutup Lapisan air tanah asin Lapisan air tanah tawar

G-08 1 2 3 0,01 0,36 46,10 0,00 – 0,48 0,48 – 72,80 > 72,80

Lapisan tanah penutup Lapisan air tanah asin Lapisan air tanah tawar

G-09 1 2 3 0,01 32,2 0,06 0,00 – 0,55 0,55 – 4,26 > 4,26

Lapisan tanah penutup Lapisan air tanah tawar Lapisan air tanah asin

G-10 1 2 3 0,03 0,37 114 0,00 – 0,75 0,75 – 33,3 > 33,3

Lapisan tanah penutup Lapisan air tanah asin Lapisan air tanah tawar

G-11 1 2 3 0,01 0,29 52,5 0,00 – 0,45 0,45 – 22,1 > 22,1

Lapisan tanah penutup Lapisan air tanah asin Lapisan air tanah tawar

Interpretasi data survei geolistrik dengan menggunakan software IP2Win tersebut mewakili satu titik pendugaan (sounding). Pengintegrasian antara sejumlah titik akan digunakan dalam membuat ;

(6)

 Penampang iso-resistivity yang menggambarkan hubungan nilai tahanan jenis pada kedalaman tertentu.

Rekonstruksi Cekungan Air Tanah Kesetimbangan Dinamik Hidrogeologi

Dalam rangka memahami sistem lingkungan, hubungan sebab-akibat, dan pengaruh aktifitas manusia pada air tanah, diperlukan beberapa informasi yang meliputi konsep dasar dari sistem, faktor yang mengontrol respon akifer akibat eksploitasi, dan interaksi air tanah dan air permukaan. Dengan mencermati siklus hidrologi/hidrogeologi, pengaruh aktifitas manusia dapat dirasakan secara langsung terhadap air tanah yang mempunyai sirkulasi pendek, sedangkan air tanah dengan sirkulasi panjang akan terasa setelah melalui kegiatan eksploitasi dalam jangka waktu lama. Walaupun dampak eksploitasi terasa dalam waktu yang berbeda, kedua hal tersebut akan berpengaruh langsung terhadap perubahan dinamika air tanah yang seharusnya menjadi dasar pertimbangan dalam memperkirakan produksi air tanah dan problem-problem yang akan muncul dalam konsep pengelolaan berkesinambungan (Burke dkk dalam Llamas, 2001). Perubahan kondisi air tanah tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap manusia, tetapi juga unsur ekosistem lainnya. Perubahan kedudukan permukaan air tanah akan berpengaruh terhadap besar rembesan pada mata air di sungai, danau, dan tubuh air permukaan lainnya. Perubahan elevasi muka air permukaan pada badan-badan air tersebut akan berakibat terhadap vegetasi dan organisme lainnya.

Sistem aliran dalam cekungan air tanah perlu dikaji secara komprehensif dalam melakukan perencanaan suatu proyek. Pemahaman terhadap kondisi lapangan merupakan hal penting dalam memahami sejumlah permasalahan lingkungan, seperti kontaminasi air tanah, dampak struktur terhadap sistem aliran, dsb. Banyak proyek mengalami kegagalan dalam penempatannya karena investigasi difokuskan pada daerah terbatas di suatu sistem air tanah regional.

Gambar 4. Pergerakan air tanah dari daerah imbuhan ke pelepasan (Toth dalam Llamas, dkk, 2001)

Dalam kondisi tidak terganggu, tipikal pergerakan air tanah dari daerah imbuhan (rehcarge) ke daerah pelepasan (discharge) dapat diilustrasikan seperti gambar 3. Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa di bawah kondisi hidrostatik tinggi hidrolika, air mengalir dari daerah imbuhan ke daerah pelepasan. Dalam pergerakannya, air tersebut mengalami perubahan komposisi anion dari HCO3, SO4, ke Cl secara sistematis.

Interaksi antara air dengan mineral/batuan meningkatkan kandungan zat terlarut (TDS). Selain itu, juga terjadi peningkatan konsentrasi kadar garam dari daerah imbuhan ke pelepasan.

Dalam kondisi kesetimbangan dinamik, suatu akifer akan melepas air sebesar volume air yang terimbuhkan (Theis 1938). Oleh karenanya permukaan potensiometer dan jumlah air dalam akifer adalah konstan. Untuk akifer bebas, besar air yang terimbuhkan ditentukan oleh tiga faktor yakni;

(7)

•  jumlah air yang tersedia untuk imbuhan yang berupa jumlah hujan dikurangi dengan evapotranspirasi dan aliran permukaan,

• nilai konduktifitas hidrolika vertikal lapisan penutup di daerah imbuhan, dan

• transmissifitas akifer dan landaian hidrolika air yang akan mengalir dalam akifer dari zona imbuhan ke zone pelepasan.

Pada sisi lain, imbuhan pada akifer tertekan akan terjadi di daerah tanpa lapisan penutup. Pada kondisi demikian, tiga faktor yang mempengaruhi imbuhan pada akifer bebas menjadi pengontrol terhadap besarnya imbuhan. Selain itu, akifer tertekan juga dapat menerima imbuhan jika lapisan penutup tidak bersifat kedap sempurna yang memungkinkan air masuk ke dalam akifer. Besar imbuhan yang terjadi akan tergantung pada konduktifitas hidrolika vertikal, ketebalan lapisan penutup, dan tinggi muka air tanah diatas dan dibawah lapisan penutup. Kondisi ini sering juga didefinisikan sebagai akifer semi-tertekan.

Perubahan kesetimbangan dinamik di atas terjadi dengan adanya pemompaan dari sumur produksi air tanah. Ketika suatu sumur dipompa dari akifer, permukaan air tanah akan mengalami penurunan di sekitar sumur yang membentuk kerucut depresi. Kerucut depresi ini berkembang sesuai dengan perkembangan pemompaan sumur hingga mencapai daerah pengimbuhan dan/atau pelepasan akifer. Jika kerucut depresi mencapai daerah pelepasan akifer, maka terjadi penurunan muka air tanah yang berakibat terhadap penurunan debit mata air. Jika kerucut depresi mencapai daerah imbuhan, maka volume air yang dulunya tertolak, akhirnya dapat terinjeksi kembali. Dengan dua kondisi di atas, adalah mungkin terjadi perubahan proses dalam penampang akifer dari daerah imbuhan ke pelepasan. Sebagai contoh, penurunan muka air tanah sekitar sungai akan mengurangi pelepasan air tanah ke sungai, dan dapat menyebabkan terjadi penambahan infiltrasi dari sungai ke akifer. Dalam berbagai kondisi, kerucut pemompaan akan berkembang hingga tercapai kondisi kesetimbangan baru antara penurunan debit pelepasan, peningkatan imbuhan, dan volume pemompaan akifer (Theis dalam Freeze, dkk, 1979). Akan tetapi, perlu diingat bahwa bilamana debit pemompaan melebihi kesetimbangan ini maka terjadi penurunan dan perluasan kerucut depresi secara berkelanjutan. Kecepatan pelebaran kerucut depresi adalah fungsi dari storatifitas untuk akifer tertekan dan specific yield   untuk akifer bebas. Dengan nilai storatifitas lebih kecil 100 – 1000 kali dari specific yield , maka kerucut depresi pada akifer bebas meluas 100 – 1000 kali lebih cepat daripada akifer tertekan. Oleh karena itu, akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk kesetimbangan antara pengimbuhan, pelepasan, dan pemompaan pada akifer tertekan.

Penampang Hidrogeologi

Penafsiran bentuk cekungan air tanah Kota Makassar dilakukan melalui pembuatan penampang hidrogeologi sebagai hasil interpretasi data geologi permukaan dan data geolistrik. Informasi tentang kondisi bawah permukaan diperoleh hingga kedalaman 200 meter dari permukaan tanah (Imran, dkk, 2009). Analisis sistem dan kondisi hidrogeologi di Kota Makassar didasarkan pada tiga buah penampang hidrogeologi yang dibuat sejajar garis pantai, tegak lurus garis pantai, dan arah diagonal terhadap garis pantai. Ketiga penampang tahanan jenis yang terukur di lapangan (apparent resistivity) menunjukkan lapisan batuan penyusun mempunyai heterogenitas yang tinggi. Variasi nilai tahanan jenis lapangan tersebut mengindikasikan karakteristik lapisan pembawa air yang sangat tidak beraturan.

Pembuatan penampang tahanan jenis lapisan batuan (true resistivity) yang merupakan hasil interpretasi data tahanan jenis lapangan juga mencirikan lapisan pembawa air yang sangat bervariasi, baik ketebalan lapisan maupun posisi kedalaman. Simplifikasi nilai tahanan jenis tersebut melalui pendekatan kondisi geologi setempat menunjukkan bahwa sejumlah lapisan pembawa air tanah kemungkinan terdapat berselingan dengan lapisan yang telah terintrusi oleh air laut.

(8)

Gambar 5. Penampang hidrogeologi pada titik pengukuran geolistrik G11 – G01 – G04 – G05.

Gambar 6. Penampang hidrogeologi pada titik pengukuran geolistrik G02 - G11 – G10 – G09.

Gambar 7. Penampang hidrogeologi pada titik pengukuran geolistrik G03 - G04 – G06 – G08 - G07.

Penyebaran kesebelas titik pengukuran geolistrik berada pada jenis litologi yang berbeda. Titik pengukuran geolistrik G-01, G-02, G-03, G-04, G-05, G-06, G-10, dan G-11 berada pada endapan aluvial. Endapan ini terdiri atas batugamping terumbu dan endapan delta, pantai, dan sungai. Titik pengukuran lainnya yaitu G-07, G-08, dan G-09 berada pada batuan Formasi Camba. Kelompok batuan ini terdiri atas endapan vulkanik yang diperkirakan sebagai lapisan batuan berada di bawah endapan aluvial pada beberapa titik pengukuran yang disebutkan sebelumnya.

Berdasarkan atas perbedaan nilai tahanan jenis dan karakteristik batuan Daerah Kota Makassar, maka diinterpretasikan sifat hidrogeologi tersebut sebagai berikut;

 Lapisan permukaan merupakan lapisan tanah penutup yang mempunyai nilai tahanan jenis lebih kecil dari 1 ohm-meter. Lapisan ini merupakan hasil pelapukan batuan yang ada di bawahnya dan tidak mempunyai kandungan air tanah. Ketebalan lapisan umumnya lebih kecil dari 1 m.

 Lapisan di bawah lapisan tanah penutup dengan nilai tahanan jenis lebih kecil dari 10 ohm-meter yang ditafsirkan sebagai lapisan batuan yang telah terintrusi air laut, sehingga kondisi air tanah

(9)

bersifat payau – asin. Keterdapatan lapisan ini sangat bervariasi, sehingga dapat berada pada kedalaman lebih kecil dari 10 meter hingga mencapai kedalaman 150 meter di bawah permukaan tanah.

 Lapisan batuan dengan nilai tahanan jenis 10 ohm-m – 100 ohm-m yang ditafsirkan sebagai lapisan batuan pembawa air tanah. Lapisan dapat berupa sebagai lapisan dari batuan penyusun kelompok endapan aluvial dan batuan Formasi Camba. Kedalaman lapisan sangat bervariasi, sehingga di beberapa tempat dapat dijumpai dalam bentuk kantong-kantong air tanah.

 Lapisan batuan dengan nilai tahanan jenis lebih besar dari 500 ohm-meter. Lapisan batuan ini ditafsirkan sebagai lapisan batugamping terumbu yang mempunyai kandungan air tanah sangat terbatas. Lapisan ini sangat sulit untuk dapat berfungsi sebagai lapisan yang dapat dimanfaatkan sebagai lokai pengembangan sumur produksi air tanah.

SIMPULAN

1. Cekungan hidrogeologi Kota Makassar tersusun atas endapan alluvial pantai dan sungai (Qac), dan batuan FOrmasi Camba (Tmc).

2. Di bagian timur cekungan ini juga terdapat Batuan Gunungapi Baturape-Cindako (Tpbv) dan Batuan Gunungapi Lompobattang (Qlvb) yang juga berpotensi sebagai lapisan pembawa air secara setempat-setempat.

3. Kondisi air tanah dapat bersifat sangat berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain karena kondisi lapisan pembawa air yang tidak menerus.

DAFAR PUSTAKA

1. Bedient, PE., Rifai, HS., Newell, CJ., 1994, Groundwater Contamination, Transport and Remediation, PTR Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

2. Fetter, CW., 1994, Applied Hydrogeology, Third Edition, Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffs, New Jersey.

3. Foster, S., Lawrence, A., and Morris, B., 1998, Groundwater in Urban Development , Assesing management needs and formulating policy strategies, World Bank Technical Paper No. 390.

4. Freeze, R.A., and Cherry, J.A., 1979, Groundwater . Prentice Hall Inc.

5. Imran, A.M, Ramli, M., dan Rafiuddin., (2009),  Analisis Zona Pengimbuhan Terhadap Airtanah  Bebas Sebagai Usaha Konservasi Airtanah Di Kota Makassar , Penelitian Strategi Nasional.

6. Kinzelbach W., 2002,  A survey of methods for groundwater recharge in arid and semi-arid regions, United Nations Environment Programme, UNEP/DEWA/RS.02-2.

7. Llamas, R, and Custodio, E., 2001,  Intensive Use of Groundwater, Challenges and Opportunities, Workshop on Intensively Exploited Aquifers, Madrid.

8. Saenton, S., Illangasekare, TH., 2003,  Evaluation of benefits of partial source zone treatment using intermediate-scale physical model testing and numerical analysis, Groundwater engineering – Recent advances, A.A. Balkema Publishers, Tokyo.

9. Schwartz F.W., and Zhang H., 2003, Fundamental of Groundwater , John Wiley & Sons, Inc, New York.

10. Sophocleous, M.A., 2002,  Interactions between Groundwater and Surface Water , Hydrogeology Journal, Springer-Verlag.

11. Sukamto, R., dan Supriatna, S., (1982), Peta Geologi Bersistem Lembar Ujungpandang, Benteng, dan Sinjai Sulawesi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan permukaan tanah pada saat muka air tanah diturunkan yang dikarenakan terjadinya proses penurunan kadar air tanah yang

masyarakat mengunakan air tanah sehingga terjadi penurunan muka air tanah bahkan penurunan muka tanah di beberapa tempat di Pulau Tarakan. Kompleksitas permasalahan

Permu- kaan-atas sungai yang demikian lebih rendah daripada muka air tanah atau permukaan potentiometri ying lain dari akuifer yang. memberi air tersebut

Gelombang yang datang dari laut menuju pantai menyebabkan fluktuasi muka air di daerah pantai terhadap muka air diam. Pada waktu gelombang pecah, akan terjadi penurunan

Hasil penelitian menunjukkan posisi muka air tanah yang lebih dekat dengan permukaan lereng menyebabkan penurunan suction dan faktor aman lereng yang lebih cepat

Daerah yang dulunya sawah sekarang dirubah menjadi kawasan perumahan.Untuk menghindari terjadinya penurunan muka air tanah, dan limpasan air hujan yang terbuang secara

pemantauan amblesan tanah di daerah pertambangan. Pada makalah ini akan dibahas metode 4D microgravity untuk pemantauan penurunan muka air tanah di daerah Semarang dan

a b Gambar 5.Model korelasi a perubahan muka air tanah dan b penurunan muka air tanah drawdown pada jarak radius pengaruh 25 m pada daerah sekitar sumur A-1 PotensiSettlementAkibat