• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANG BANGUN SISTEM RADIO OVER FIBER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANG BANGUN SISTEM RADIO OVER FIBER"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

TUGAS AKHIR

Dibuat untuk Melengkapi

Dibuat untuk Melengkapi SyaratSyarat –  –  Syarat yang Diperlukan Syarat yang Diperlukan

untuk Memperoleh Diploma Tiga Politeknik untuk Memperoleh Diploma Tiga Politeknik

SITI NUR ASIYAH JAMIL SITI NUR ASIYAH JAMIL

1314030087 1314030087

PROGRAM STUDI TELEKOMUNIKASI

PROGRAM STUDI TELEKOMUNIKASI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

2017

2017

(2)
(3)

ii ii LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN SISTEM

RANCANG BANGUN SISTEM

RADIO

RADIO O

OVER FI

VER FI BER

BER

 PADA PADA

FREKUENSI FM “ANTENA

FREKUENSI FM “ANTENA

RE

RE CEI

CEI VER

VER FRACTA

FRACTAL KO

L KOCH DI

CH DI PO

POLE 

LE 

””

Tugas Akhir diajukan oleh: Tugas Akhir diajukan oleh:

 Nama

 Nama : Siti Nur Asiyah Jamil: Siti Nur Asiyah Jamil  NIM

 NIM : 1314030087: 1314030087 Program

Program Studi Studi : : Teknik Teknik TelekomunikasiTelekomunikasi Judul

Judul Tugas Tugas Akhir Akhir : : Rancang Rancang Bangun Bangun SistemSistem Radio Over Fiber  Radio Over Fiber  pada pada Frekuensi FM “Antena

Frekuensi FM “Antena Receiver Fractal Koch Dipole Receiver Fractal Koch Dipole””

Telah diuji oleh tim penguji dalam Sidang Tugas Akhir pada 10 Agustus 2017 dan Telah diuji oleh tim penguji dalam Sidang Tugas Akhir pada 10 Agustus 2017 dan dinyatakan

dinyatakan LULUS.LULUS. Pembimbing

Pembimbing : : Ir. Ir. Sri Sri Danaryani, Danaryani, MT.MT.  NIP. 1963 05  NIP. 1963 0503 199103 2 0003 199103 2 0011 Depok, Depok, Disahkan Oleh Disahkan Oleh

Ketua Jurusan Teknik Elektro Ketua Jurusan Teknik Elektro

(4)

iii iii KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR  Assalamu’alaiku  Assalamu’alaikum Wr. Wbm Wr. Wb

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “

Akhir ini yang berjudul “RANCANG BANGUN SISTEMRANCANG BANGUN SISTEM  RADIO OVER  RADIO OVER FIBERFIBER PADA FREKUENSI FM SEBAGAI ANTENA

PADA FREKUENSI FM SEBAGAI ANTENA  RECEIVER RECEIVER”. Penulisan Tugas”. Penulisan Tugas Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu s

Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu s yarat untuk mencapai gelaryarat untuk mencapai gelar Diploma Tiga Politeknik.

Diploma Tiga Politeknik.

Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu,  penulis mengucapkan terima kasih kepada:

 penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.

1. Ir. Sri Danaryani, MT. selaIr. Sri Danaryani, MT. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakanku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis

waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunandalam penyusunan Tugas Akhir ini.

Tugas Akhir ini. 2.

2. Orang tua dan keluarga penulis Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan dukunganyang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral

material dan moral 3.

3. Sarah Hafidzah, Ta’sya Sakila dan Thalia Ariyaputri selakuSarah Hafidzah, Ta’sya Sakila dan Thalia Ariyaputri selaku partner partner yangyang telah bekerja sama dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

telah bekerja sama dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 4.

4. Auliya Hanif selaku sahabat terbaik Auliya Hanif selaku sahabat terbaik yang selalu dengan tulus memberikanyang selalu dengan tulus memberikan dukungan tiada henti kepada penulis.

dukungan tiada henti kepada penulis.

Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikat semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas Akhir ini dapat kebaikat semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas Akhir ini dapat  bermanfaat bagi pengembangan ilmu.

 bermanfaat bagi pengembangan ilmu. Depok,

Depok, Agustus Agustus 20172017 Penulis,

Penulis,

Siti Nur Asiyah Jamil Siti Nur Asiyah Jamil  NIM. 131403

(5)

iv

RANCANG BANGUN SISTEM

RADI O OVER F I BER

PADA FREKUENSI FM

“ANTENA

RECE I VER FRACTAL KOCH DI POLE 

 AB STR AK

 Radio over Fiber merupakan suatu teknologi yang menggabungkan transmisi radio dengan transmisi optik dimana sinyal radio yang telah termodulasi ditumpangkan dalam cahaya dan ditransmisikan dalam jaringan optik. Pada teknologi Radio over Fiber tersebut dibutuhkan antena untuk mendukung proses penerima gelombang radio yang kemudian dimodulasikan dengan gelombang cahaya. Salah satu jenis antena yang digunakan adalah antena Fractal Koch Dipole. Sehingga pada Tugas Akhir ini dirancang Antena Fractal  Koch Dipole sebagai antena receiver untuk sistem Radio over Fiber yang bekerja pada  frekuensi FM (88 MHz-108 MHz). Sistematika perancangan antena meliputi mekanisme

dari perancangan antena, simulasi hasil rancangan antena, fabrikasi antena, pengukuran  parameter antena serta pengujian kinerja antena..Simulasi antena dilakukan menggunakan CST 2015, kemudian dibandingkan dengan hasil rancangan setelah  fabrikasi. Hasil pengukuran parameter antena diperoleh sesuai dengan karakterisktik antena yang direncanakan yaitu gain >3 dB, VSWR <2, Return Loss <-10 dB, dan pola radiasi omnidirectional. Hasil pengujian kinerja antena yang didapatkan adalah antena menghasilkan retun loss sebesar -38,790 dB, VSWR sebesar 1,023, gain sebesar 4,9 dB, dan memiliki pola radiasi omnidirectional. Pengujian dan pengukuran Antena Fractal  Koch Dipole dapat berfungsi dengan baik ketika antena dipasangkan pada rangkaian

receiver. Hasil dari pengujian sistem adalah laser pada rangkaian dapat menyala. Sistem  Radio over Fiber dapat menjangkau pada daerah yang tidak terjangkau oleh siaran radio

dengan level sinyal 1,3 mW pada jarak 5 meter.

(6)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Tujuan ... 2

1.5 Metode Pelaksanaan Tugas Akhir ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Pengenalan Radio over Fiber (RoF) ... 4

2.2 Sistem Kerja RoF ( Radio over Fiber ) ... 4

2.3 Konsep Dasar Antena ... 5

2.3.1 Pola Radiasi ... 6

2.3.2 Gain ... 10

2.3.3  Bandwidth ... 10

2.3.4 Voltage Standing Wave Ratio (VSWR) ... 11

2.3.5  Return Loss ... 11

2.3.6  Half Power Beam Width (HPBW) ... 11

2.4 Antena Dipole ... 12

2.5 Antena Fractal  ... 14

2.6 Antena Fractal Koch Dipole ... 15

2.7 Kabel ... 16

2.8 Konektor N ... 18

2.9 CST Studio Suite ... 18

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ... 20

3.1 Perancangan Alat ... 20

3.1.1 Deskripsi Alat ... 20

3.1.2 Cara Kerja Alat ... 20

3.1.3 Spesifikasi Antena ... 21

3.2 Realisasi Alat ... 22

(7)

vi

BAB IV PEMBAHASAN ... 39

4.1 Pengujian ... 39

4.1.1 Deskripsi Pengujian ... 39

4.1.2 Prosedur Pengujian ... 40

4.1.3 Data Hasil Pengujian ... 46

4.1.4 Hasil Pengujian Antena ... 52

4.2 Analisa Data Hasil Pengujian ... 68

4.2.1 Analisa Hasil Pengukuran Parameter Antena ... 68

4.2.2 Analisa Hasil Pengukuran Pola Radiasi ... 71

4.2.3 Analisa Hasil Pengukuran Gain ... 73

4.2.4 Analisa Hasil Pengujian Fungsi Antena ... 74

BAB V PENUTUP ... 75

5.1 Simpulan ... 75

5.2 Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA

(8)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konfigurasi Sederhana RoF ... 5

Gambar 2.2 Peran Antena di Sistem Komunikasi Nirkabel ... 6

Gambar 2.3 Ilustrasi Bidang Pola Radiasi ... 7

Gambar 2.4 Pola Radiasi Antena Directional  ... 7

Gambar 2.5 Bentuk Pola Radiasi Gelombang Antena Directional  ... 8

Gambar 2.6 Pola Radiasi Antena Omnidirectional  ... 8

Gambar 2.7 Bentuk Pola Radiasi Gelombang Antena Omnidirectional  ... 9

Gambar 2.8 Half Power Beam Width (HPBW) ... 12

Gambar 2.9 Berbagai Macam Bentuk Fractal ... 14

Gambar 2.10  Fractal Koch Dipole ... 15

Gambar 2.11 Struktur Kabel Koaksial ... 17

Gambar 2.12 Konektor Tipe N ... 18

Gambar 2.13 CST Studio Suite ... 19

Gambar 3.1 Sistem Kerja Antena ... 21

Gambar 3.2 Diagram Alir Perancangan Antena Fractal Koch Dipole ... 23

Gambar 3.3 Perancangan Awal Antena Fractal Koch Dipole... 24

Gambar 3.4 Desain Setengah Panjang Gelombang Dipole, Diameter dan Gap atau Celah antar Elemen ... 26

Gambar 3.5 Panjang Faktor Skala Antena Fractal Koch Dipole ... 27

Gambar 3.6 Hasil Akhir Perancangan Antena ... 28

Gambar 3.7 Rancangan Antena dengan CST Studio Suite 2015 ... 29

Gambar 3.8 Hasil Simulasi Nilai Return Loss (S1,1) Rancangan Awal ... 30

Gambar 3.9 Hasil Simulasi Nilai VSWR Rancangan Awal ... 30

Gambar 3.10 Hasil Simulasi Bentuk Polar untuk Gain Antena ... 31

Gambar 3.11 Hasil Simulasi Bentuk Pola Radiasi 3 Dimensi Antena ... 32

Gambar 3.12 Hasil Optimasi Return Loss Antena pada Frekuensi 98 MHz ... 34

Gambar 3.13 Hasil Optimasi VSWR Antena pada Frekuensi 98 MHz ... 34

Gambar 3.14 Hasil Optimasi Pola Radiasi Antena dalam Bentuk Polar  pada Frekuensi 98 MHz ... 35

Gambar 3.15 Hasil Optimasi Pola Radiasi 3 Dimensi pada Frekuensi 98 MHz 34 Gambar 3.16 Garis Pembatas Bandwidth Antena ... 37

Gambar 3.17 Antena Fractal Koch Dipole ... 38

Gambar 4.1 Antena Fractal Koch Dipole terhubung ke Network Analyzer  .. 41

Gambar 4.2 Set up Rangkaian Pola Radiasi Antena ... 43

Gambar 4.3 Antena Horn sebagai Antena Pemancar dan Referensi ... 44

Gambar 4.4 Antena Horn sebagai antena pemancar dan Antena Fractal  Koch Dipole sebagai antena penerima ... 44

Gambar 4.5 Antena  Fractal Koch Dipole sebagai antena pemancar dan antena Horn sebagai antena penerima ... 45

Gambar 4.6 Set Up Rangkaian Pengujian Fungsi Antena ... 46

Gambar 4.7 Hasil Pengukuran Return Loss Antena ... 47

Gambar 4.8 Hasil Pengukuran VSWR Antena ... 48

(9)

viii

Gambar 4.10 Hasil Pengukuran Level Sinyal Antena Fractal Koch Dipole

sebagai Penerima ... 51 Gambar 4.11 Hasil Pengukuran Level Daya Sinyal Antena Horn sebagai

Penerima ... 51 Gambar 4.12 Set up Rangkaian Pengukuran Output TP1 menggunakan

Antena Fractal Koch Dipole ... 53 Gambar 4.13 Bentuk Sinyal Audio sebagai Radio Smooth FM pada Output

Tuner FM menggunakan Antena ... 54 Gambar 4.14 Bentuk Sinyal Audio sebagai Radio RJ Radio pada Output  Tuner

FM menggunakan Antena ... 55 Gambar 4.15 Bentuk Sinyal Audio sebagai Radio Tegar Beriman pada Output

Tuner  FM  menggunakan Antena ... 55 Gambar 4.16 Bentuk Sinyal Audio sebagai RoF Smooth FM pada Output

Tuner FM menggunakan Antena ... 56 Gambar 4.17 Bentuk Sinyal Audio sebagai RoF RJ Radio pada Output Tuner

FM menggunakan Antena ... 57 Gambar 4.18 Bentuk Sinyal Audio sebagai RoF Tegar Beriman pada Output

Tuner FM menggunakan Antena ... 58 Gambar 4.19 Set up Rangkaian Pengukuran Output  TP1 tanpa Antena Fractal

 Koch Dipole ... 58 Gambar 4.20 Bentuk Sinyal Audio sebagai Radio Jack Radio pada Output

Tuner FM tanpa Antena... 59 Gambar 4.21 Bentuk Sinyal Audio sebagai Radio V Radio pada Output 

Tuner FM tanpa Antena ... 60 Gambar 4.22 Bentuk Sinyal Audio sebagai Radio Dinar Radio pada Output 

Tuner FM tanpa Antena... 61 Gambar 4.23 Bentuk Gelombang Sinyal Audio Input Speaker pada TP2

Frekuensi 99,5 MHz ... 62 Gambar 4.24 Bentuk Gelombang Sinyal Audio Output Speaker pada TP3

Frekuensi 99,5 MHz ... 62 Gambar 4.25 Bentuk Gelombang Sinyal Audio Input Speaker pada TP2

Frekuensi 89,2 MHz ... 63 Gambar 4.26 Bentuk Gelombang Sinyal Audio Output pada TP3

Frekuensi 89,2 MHz ... 64 Gambar 4.27 Bentuk Gelombang Sinyal Audio Intput pada TP2

Frekuensi 95,3 MHz ... 64 Gambar 4.28 Bentuk Gelombang Sinyal Audio Output pada TP3

Frekuensi 95,3 MHz ... 65 Gambar 4.29 Set up Rangkaian Pengukuran tegangan pada Catu Daya ... 66 Gambar 4.30 Set up Rangkaian Pengukuran tegangan pada Catu Daya ... 67 Gambar 4.31 Perbandingan Return Loss Hasil Simulasi dengan Hasil

Pengukuran Antena Fractal Koch Dipole ... 69 Gambar 4.32 Perbandingan VSWR Hasil Simulasi dengan Hasil Pengukuran

Antena Fractal Koch Dipole ... 70 Gambar 4.33 Perbandingan Hasil Pengukuran Pola Radiasi ... 72 Gambar 4.34 HPBW Antena Fractal Koch Dipole ... 73

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis-jenis Kabel dan Penggunaannya ... 17

Tabel 3.1 Spesifikasi Antena Fractal Koch Dipole ... 21

Tabel 3.2 Nilai Parameter Antena sesuai Perhitungan ... 29

Tabel 3.3 Nilai Parameter Hasil Simulasi Rancangan Awal ... 33

Tabel 3.4 Dimensi Antena Sebelum Optimasi dan Sesudah Optimasi ... 33

Tabel 3.1 Perbandingan Hasil Simulasi Antena Setelah Optimasi ... 36

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Pola Radiasi Antena ... 49

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran pada Input dan Output IC 7809 ... 66

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran pada Input  dan Output IC 7809 pada Sistem  Radio over Fiber ... 68

(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN L-1 DOKUMENTASI KEGIATAN

(12)

1

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia telekomunikasi, teknologi Radio over Fiber  (RoF) bukanlah hal yang baru khususnya di negara-negara maju, namun lain halnya dengan di Indonesia yang belum begitu banyak diterapkan.  Radio over Fiber merupakan suatu teknologi yang menggabungkan transmisi radio dengan transmisi optik dimana sinyal radio yang telah termodulasi ditumpangkan dalam cahaya dan ditansmisikan dalam jaringan optik. Namun, pada proses penerima ketika gelombang radio dikonversi menjadi gelombang cahaya lebih sulit didapatkan karena daya terima sinyal yang rendah, sehingga perlu menambahkan biaya instalasi amplifier.

 Radio over Fiber  menawarkan berbagai macam keuntungan, seperti  bandwidth yang lebar, tahan terhadap interferensi, redaman rendah dan dapat digunakan pada transmisi jarak jauh, sehingga teknologi  Radio Over Fiber   ideal dan menjadi solusi paling fleksibel untuk mendapatkan efisiensi dan pengiriman sinyal radio dengan meletakkan antena untuk jarak yang jauh.

Pada teknologi Radio over Fiber  tersebut dibutuhkan antena, salah satu jenis antena yang digunakan adalah antena Fractal Koch Dipole. Oleh karena itu, dapat dirancang antena yang terhubung dengan modulator optik untuk mengkonversi gelombang radio menjadi gelombang cahaya. Hal ini yang menjadi dasar untuk melakukan rancang bangun antena  Fractal Koch Dipole sebagai antena penerima sinyal radio yang bekerja pada frekuensi FM (88-108 MHz).

(13)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penyusunan laporan tugas akhir adalah:

1. Bagaimana merancang antena  fractal koch dipole dengan frekuensi FM (88-108 MHz) sebagai receiver   dengan menggunakan  software CST Studio Suite 2015?

2. Bagaimana membuat dan menguji parameter antena  fractal koch dipole untuk mengetahui kualitas kerja antena yang meliputi return loss, VSWR,  gain dan pola radiasi antena pada frekuensi FM (88-108 MHz)?

3. Bagaimana mengaplikasikan Antena Fractal Koch Dipole sebagai antena receiver untuk sistem radio over fiber?

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka perancangan antena dal am rancang  bangun sistem radio over fiber (RoF) ini dibatasi oleh beberapa hal, yakni:

1. Merancang antena fractal koch dipole yang beroperasi pada frekuensi FM (88-108 MHz) sebagai receiver dengan bantuan software CST 2015. 2. Membuat antena fractal koch dipole yang beroperasi pada frekuensi FM

(88-108 MHz)sebagai receiver .

3. Melakukan pengukuran parameter antena  fractal koch dipole  yang meliputi VSWR, return loss, gain, dan pola radiasi.

1.4 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan laporan Tugas Akhir ini adalah:

1. Merancang dan membuat antena fractal koch dipole sebagai receiver yang akan diaplikasikan pada sistem radio over fiber (RoF) dengan frekuensi FM (88-108 MHz).

2. Menjelaskan penggunaan Antena Fractal Koch Dipole pada frekuensi FM (88-108 MHz) sebagai antena receiver untuk sistem radio over fiber . 3. Mengetahui nilai-nilai pengukuran antena yang meliputi VSWR, return

(14)

1.5 Metode Penyelesaian Masalah

Untuk pelaksanaan dalam penyusunan tugas akhir ini, diperlukan data-data teknis baik secara teori maupun praktek dilapangan, hal ini diperlukan agar dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Untuk mengumpulkan data-data lapangan, ada beberapa metode yang digunakan:

1. Studi Pustaka

Yaitu mencari dan mempelajari buku-buku dan sumber informasi dari  berbagai media yang digunakan sebagai bahan referensi yang  berhubungan dengan tugas akhir.

2. Konsultasi dan Bimbingan

Yaitu melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing dan diskusi dengan dosen pengajar lainnya untuk mencari solusi yang tepat guna menyelesaikan permasalahan yang dihadapi selama tugas akhir.

3. Perencanaan

Membuat perencanaan rancangan antena yang akan dibuat berdasarkan dengan aplikasinya dalam bentuk simulasi  software CST Studio Suite 2015.

4. Implementasi dan Pembuatan system

Membuat sistem yang sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. 5. Pengujian

Proses pengujian antena  prototype dilakukan dengan menggunakan alat-alat ukur seperti  spectrum analyzer dan  sweep oscilator . Pengujian dilakukan secara indoor  dan outdoor .

6. Pembuatan Laporan Akhir

Membuat laporan tugas akhir mengenai hasil kegiatan tugas akhir yang telah dilaksankan.

(15)

4

menunjang pembahasan yang berkenaan dengan judul Tugas Akhir ini, yaitu Rancang Bangun Sistem Radio Over Fiber “Antena Receiver ”pada Frekuensi FM. 2.1 Pengenalan RoF (

Radio Over F iber 

)

 Radio over Fiber adalah proses pengiriman sinyal radio melalui kabel optik untuk mendapatkan pengiriman data yang lebih cepat (Putra, I Wayan.2013). RoF merupakan sebuah teknologi dimana sinyal radio dimodulasi atau ditumpangkan dengan cahaya yang ditransmisikan melalui serat optik. Dengan menggabungkan serat optik sebagai media perantara, maka akan dapat menghasilkan kecepatan transmisi yang lebih tinggi dibandingkan jika dilakukan transmisi secara langsung. Kualitas sinyal informasi yang ditransmisikan akan tetap bagus atau dapat dikatakan gangguan yang timbul selama proses transimi sangat kecil. Selain itu  penggunaan kabel serat optik dapat menghemat biaya serta menambah performansi

untuk high speed fiber  berdasarkan akses nirkabel. 2.2 Sistem Kerja RoF (

Radio Over F iber 

)

Pada dasarnya prinsip kerja RoF adalah penggabungan segi kelebihan dari teknologi serat optik dan nirkabel. Hal ini bertujuan agar dalam cakupan area nirkabel, dapat dipasang jaringan pengguna yang dapat menikmati performansi yang lebih bagus daripada nirkabel tetapi biaya instalasi tidak semahal pada instalasi kabel serat optik. Dalam cakupan daerah area nirkabel, dapat dipasang link radio over fiber antar Radio Access Point (RAP) untuk memancarkan sinyal sebesar daerah sel mikro. Hal tersebut memungkinkan tercakupnya seluruh area coverage yang semestinya dapat dijangkau oleh nirkabel, dan dengan adanya link radio over  fiber, maka kualitas sinyal dapat dipertanggungjawabkan dan diharapkan  performansi yang diterima oleh pelanggan akan lebih baik (Putra. I Wayan. 2013).

(16)

Gambar 2.1 Konfigurasi Sederhana RoF

Sumber: Fransisca, M.,et al.2007

Keuntungan dari Radio over Fiber diantaranya: a. Memiliki loss redaman yang rendah.

 b. Memiliki bandwith yang lebar (tanpa batas).

c. Menghasilkan frekuensi subcarier microwave samapai 100 GHz. d. Menghindari penggunaan alat pengkonversi dengan harga mahal. e. Mengurangi kontaminasi noise dan meningkatkan kualitas pelayanan. f. Meningkatkan komunikasi nirkabel dan kapasitas data.

2.3 Konsep Dasar Antena

Antena adalah sebuah komponen yang dirancang untuk bisa memancarkan dan atau menerima gelombang elektromagnetika. Antena sebagai alat pemancar (transmitting antenna) adalah sebuah transduser (pengubah) elektromagnetis, yang digunakan untuk mengubah gelombang tertuntun didalam saluran transmisi kabel, menjadi gelombang yang merambat diruang bebas, dan sebagai alat penerima (receiving antenna) mengubah gelombang ruang bebas menjadi gelombang tertuntun (Alaydrus, Mudrik. 2011).

(17)

Gambar 2.2 Peran Antena di Sistem Komunikasi Nirkabel

Sumber: Alaydrus, Mudrik. 2011

Untuk mengetahui kinerja dari antena, maka perlu diketahui berbagai  parameter antena. Karakteristik yang sangat penting untuk mengetahui kinerja suatu antena antara lain adalah pola radiasi, gain, bandwidth, voltage standing wave ratio (VSWR) dan return loss (RL).

2.3.1 Pola Radiasi

Pola radiasi (radiation pattern) merupakan salah satu parameter penting dari suatu antena. Parameter ini sering ditemui dalam spesifikasi suatu antena, sehingga  pembaca dapat membayangkan bentuk pancaran yang dihasilkan oleh antena tersebut. Pola radiasi dapat disebut sebagai pola medan ( field pattern) apabila intensitas radiasi yang digambarkan adalah kuat medannya dan disebut pola daya ( power pattern) apabila intensitas radiasi yang digambarkan adalah vektor  poynting-nya.

Apabila dilihat dari penamaan bidang pola radiasi ada 4 macam, yaitu: Bidang H ialah bidang magnet dari pola radiasi antena, bidang E ialah medan listrik dari  pola radiasi antena, bidang elevasi ialah pola radiasi yang diamati dari sudut elevasi

dan bidang azimuth ialah pola radiasi yang diamati dari sudut azimuth. dimana antara bidang H dan bidang E saling tegak lurus dan antara bidang elevasi dan  bidang azimuth juga sama saling tegak lurus (Sujendro, Herry. 2013).

(18)

Gambar 2.3 Ilustrasi Bidang Pola Radiasi

Sumber: Sujendro, Herry. 2013

Gambar 2.3 memperlihatkan bentuk koordinat pada bidang pola radiasi, untuk warna hijau adalah bidang azimuth atau bidang H, sedangkan warna ungu menjelaskan bidang elevasi atau bidang E.

a. Pola Radiasi Antena

Directional

Antena Directional  biasanya digunakan oleh client, dikarenakan antena ini mempunyai pola radiasi yang terarah dan dapat menjangkau jarak yang relatif  jauh daripada antena lainnya. Pola radiasi antena ini digambarkan pada Gambar

2.4.

Gambar 2.4 Pola Radiasi Antena Directional

(19)

Gambar 2.4 merupakan gambaran secara umum bentuk pancaran yang dihasilkan oleh antena  Directional , apabila dalam koordinat polar atau grafik  pola radiasi seperti gambar 2.5.

Gambar 2.5 Bentuk Pola Radiasi Gelombang Antena Directional : (a) Pola radiasi bidang medan magnet (H)

(b) Pola radiasi bidang medan listrik (E)

Sumber: Sujendro, Herry. 2013

b. Pola Radiasi Antena

Omnidirectional

Antena Omnidirectional pada umumnya mempunyai pola radiasi 360 derajat apabila pola radiasinya dilihat pada bidang medan magnet (H). Gain  antena omnidirectional   antara 3 dBi sampai 12 dBi. Antena tersebut menggunakan sambungan Point-to-Multi-Point  (P2MP).

Gambar 2.6 Pola Radiasi Antena Omnidirectional

Sumber: Sujendro, Herry. 2013

Gambar 2.6 merupakan gambaran secara umum bentuk pancaran yang dihasilkan oleh antena omnidirectional, apabila dalam koordinat polar atau grafik pola radiasi seperti gambar 2.7.

(20)

Gambar 2.7 Bentuk Pola Radiasi Gelombang Antena Omnidirectional: (a) Pola radiasi bidang medan listrik (E)

(b) Pola radiasi bidang medan magnet (H)

Sumber: Sujendro, Herry. 2013

Dalam melakukan pengujian pola radiasi perlu diketahui jarak minimum antara antena referensi dan antena yang akan diuji (Balanis, Constantine A. 2016). Untuk mengetahui jarak minimum tersebut dapat menggunakan  persamaan (2.1).

R ≥



... (2.1)

Dimana:

R = Jarak minimum antara antena pemancar dan penerima D = Diagonal antena mikrostrip,

dimana

D =

√  

  

λ = Panjang Gelombang

2.3.2

Gain

Gain  (Penguatan) adalah karakter antena yang terkait dengan kemampuan antena mengarahkan radiasi sinyalnya atau penerima sinyal dari arah tertentu (Balanis, Constantine A. 2016). Penguatan pada ante na mikrostrip dapat ditentukan oleh gain perbandingan, yaitu perbandingan daya yang dipancarkan atau diterima oleh antena yang diuji dengan daya yang dipancarkan atau diterima antena

(21)

referensi. Besarnya  gain  perbandingan tersebut dapat ditentukan menggunakan  persamaan (2.2).

Gain =

 – 

 +



... (2.2) Dimana:

Gain = Gain antena yang diukur (dB)



 = Gain antena referensi yang sudah diketahui (dB)

 = Daya yang diterima antena yang diukur (dBm)

 = Daya yang diterima antena referensi (dBm) 2.3.3

Bandwidth

 Bandwidth  suatu antena di defenisikan sebagai rentang frekuensi yang  berhubungan dengan beberapa karakteristik antena lain seperti, impedansi masukan, bandwidth, polarisasi dan gain. Bandwidth suatu antena ditentukan oleh  parameter yang digunakan. Dimana menentukan bandwidth adalah frekuensi atas kurang frekuensi bawah di bagi dengan frekuensi carier , dirumuskan menggunakan  persamaan (2.3) (Sihombing, Nevia. 2014).

BW =

 

 

... (2.3) Dimana:

BW = Bandwidth (MHz)

 

 = Jangkauan frekuensi atas (Hz)

 

 = Jangkauan frekuensi bawah (Hz) 2.3.4

Voltage Standing Wave Ratio

(VSWR)

VSWR adalah tingkat ketidaksesuaian antara beban dan saluran pada antena (Sihombing, Nevia. 2014). Besar VSWR didapatkan dengan melakukan  perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri ( standing wave) maksimum

dengan minimum. Bila impedansi saluran transmisi tidak sesuai dengan impedansi transceiver maka akan timbul daya refleksi pada saluran yang ber-interferensi dengan daya maju. Interferensi ini menghasilkan gelombang berdiri yang besarnya

(22)

 bergantung pada besarnya daya refleksi. Besarnya VSWR dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.4).

 =

maxmin

=

       1 1 ... (2.4) Dimana   adalah koefisien refleksi tegangan yang memiliki nilai kompleks

dan menunjukkan besarnya magnitude dan fasa dari refleksi. Besar dari VSWR diharapkan bernilai 1, yaitu nilai amplitude gelombang berdiri maksimum dan minimumnya sama.

2.3.5

Return Loss

 Return loss adalah perbandingan antara amplitudo dari gelombang yang direfleksikan terhadap amplitudo gelombang yang dikirimkan (Sihombing, Nevia. 2014).  Return loss dapat terjadi akibat adanya diskontinuitas antara saluran transmisi dengan impendasi dari beban antena. Besar  Return Loss dapat dihitung menggunakan persamaan (2.5).

 = 20 log

−

+

... (2.5)

2.3.6

H alf Power Beam Width

 (HPBW)

 Beamwidth  adalah besarnya sudut berkas pancaran gelombang frekuensi radio utama (main lobe) yang dihitung pada titik 3 dB menurun dari puncak lobe utama. HPBW merupakan sudut pancaran antena dimana dayanya turun setengah (-3dB) terhadap daya terima paling besar. Pada umumnya sudut HPBW antena ini digunakan untuk menentukan besarnya azimuth antena. Spesifikasi antena mengenal banyak azimuth antena misalkan saja (satuan sudut = derajat) 45, 60, 90, 120 dan sebagainya (Sujendro, Herry. 2013).

(23)

Gambar 2.8 Half Power Beam Width (HPBW)

Sumber: Sujendro, Herry. 2013

Pada Gambar 2.8 dapat dilihat HPBW dari pola radiasi antena yang ditunjukan menggunakan garis berwarna merah. Besar dari HPBW adalah lebar sudut yang ditunjukkan oleh garis merah dengan satuan derajat (°).

2.4 Antena

Dipole

Antena dipole  adalah sebuah antena yang dibuat dari kawat tembaga dan dipotong sesuai ukuran agar beresonansi pada frekuensi kerja yang diinginkan. Antena dipole merupakan antena yang paling banyak digunakan karena memiliki struktur sederhana dan sering digunakan sebagai dasar untuk pembuatan antena komplek (Lesmana, Ridwan. 2001).

Kawat yang dipakai sebaiknya minimal ukuran AWG ( American Wire Gauge) diameter 2 mm. Lebih besar akan lebih baik secara kekuatan mekanik. Karakteristik dari antena dipolee antara lain adalah sebagai berikut:

1. Omnidirectional, yaitu memancarkan dan menerima gelombang secara merata pada sudut tertentu.

2. Perolehan yang rendah. Karena gelombang yang dipancarkan merata ke  berbagai arah, menyebabkan daya yang dipancarkan terdistribusi sama  besar, sehingga nilai daya tersebut tidak sebesar apabila gelombang

(24)

3. Tidak memerlukan ground plane.

4. Bentuk yang sederhana, karena dapat dibuat hanya dengan dua buah kawat konduktor.

Antena dipole  bisa dikatakan cikal bakal dari jenis-jenis antena kawat linier seperti dipole  pendek, dpole setengah panjang gelombang, dipole  5/4 panjang gelombang, dipole 3/4 panjang gelombang, dsb (Alaydrus, Mudrik. 2011). Antena yang paling banyak disukai oleh para pembuat radio karena beberapa kelebihannya, yaitu murah, efisien, mudah dibuat cukup memakai kawat tembaga atau sejenisnya, broadband, dan lain sebagainya.

Secara umum nilai frekuensi kerja yang digunakan akan menentukan fisik dari dimensi antena, semakin tinggi frekuensi maka dimensi antena ak an semakin kecil. Frekuensi kerja yang digunakan pada tugas akhir ini adalah 88 MHz  –  108 MHz (frekuensi untuk radio FM). Untuk perhitungan panjang antena dipole,  terlebih dahulu ditetapkan nilai frekuensi tengah (center ) menggunakan persamaan (2.6).

 =

−

...

(2.6) Panjang antena dipole  ditentukan berdasarkan frekuensi kerja. Agar dapat  beresonansi, maka panjang total sebuah dipole digunakan menggunakan persamaan

(2.7).

λ =

... (2.7) Dimana:

λ  = panjang gelombang di udara. f = frekuensi kerja yang diinginkan. c = 3 x 10

 m/s

Dalam tugas akhir ini digunakan antena dipolee

. Medan listrik antena dipole

dengan panjang L diberikan pada persamaan (2.8). Medan radiasi yang dihasilkan antena dipole

diperoleh dengan mensubsitusikan menggunakan persamaan (2.8).

(25)

2.5 Antena

F ractal

Istilah  fractal   pertama kali di perkenalkan pada tahun 1975 oleh matematikawan francis bernama Benoit B. Mandelbrot. Fractal  berasal dari bahasa latin Fractus yang artinya retak atau dirusak. Bentuk fractal  adalah bentuk geometri yang dapat difragmenteasi atau dibagi-bagi menjadi bagian yang lebih kecil, yang mana bila hasil dari proses pembagian tersebut diperbesar, akan memiliki bentuk yang mirip dengan bentuk aslinya, yakni bentuk sebelum dilakukan proses  pembagian (Jawad K,2010). Beberapa contoh bentuk  fractal   dapat dilihat pada

Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Berbagai macam bentuk fractal

Sumber: Jawad,K.2010.”A Multiband Fractal  Dipolee Antena for Wireless Communication Aplications”

Antena fractal  adalah antena yang mengadopsi bentuk  fractal  dengan maksud untuk mengoptimalkan struktur dan kinerja dari antena tersebut. Beberapa keuntungan pemakaian bentuk fractal  pada natena adalah sebagai berikut:

1. Meminiaturisasi bentuk dari antena. 2. Memiliki impedansi masukan yang baik.

3. Mengurangi mutual coupling  pada antena susun larik. 4. Dapat memiliki sifat multiband.

2.6 Antena

F ractal Koch Di pole

 Fractal koch  pertama kali diperkenalkan oleh matematikawan swedia, H.V.Koch.  Fractal koch  mempunyai bentuk iterasi yang sangat kompleks dan detail, sehingga sangat handal untuk diimplementasikan ke antena (Jawad,K. 2010).  Fractal koch dapat meningkatkan impedansi masukan, dapat menghilangkan

(26)

frekuensi resonansi, dapat mengurangi panjang total kawat seperempat lambda  pada frekuensi rendah, dan dapat diperbaharui menggunakan fungsi  fractal yang dapat diterapkan secara efektif untuk memperbaharui bentuk dasar antena sampai iterasi ke-n seperti pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Fractal Koch Dipole

Sumber: A.Ismahayati, P.J Soh, R.Hadibah, G.A.E.Vandenbosch. 2011

Pada Gambar 2.10 sebuah  fractal koch  dibentuk dengan membuat  penambahan secara terus menerus bentuk yang sama pada sebuah segitiga sama sisi. Penambahan dilakukan dengan membagi sisi-sisi segitiga menjadi tiga sama  panjang dan membuat segitiga sama sisi baru pada tengah-tengah dan setiap sisi

(luar). Setiap frame menunjukkan lebih banyak kompleksitas, namun setiap segitiga  baru dalam bentuk tersebut terlihat persis seperti bentuk semula. Refleksi bentuk

yang lebih besar pada bentuk-bentuk yang lebih kecil.

Untuk menghasilkan gambar seperti Gambar 2.10, dibutuhkan sebuah rumus yang digunakan untuk mengetahui panjang total  fractal koch curve dipolee seperti  pada persamaan (2.9).

(27)

Dimana:

L = Panjang total fraktal

h = Panjang kawat iterasi awal n = Banyaknya iterasi

Untuk radius dan diameter kawat dapat diperoleh dengan menggunakan kawat tembaga biasa (Niang, Ong Hui. 2013) dengan persamaan (2.10) dan (2.11).

 = 0.00625" = 1.5875 

... (2.10)

 = 1.25" = 31.75 

... (2.11) Dan untuk menentukan panjang faktor skala dari Antena Fractal Koch Dipole dapat dihitung menggunakan persamaan (2.12).

 = 2 1  cos

... (2.12) Dimana nilai dari cos θ tersebut adalah 60°, maka dapat ditentukan panjang setiap koch dengan persamaan (2.13).

ℎ =   

ⁿ

... (2.13) Dimana:

L = Panjang total fractal s = Panjang faktor skala 2.7 Kabel

Menurut Mudrik Alaydrus (2009) menyatakan bahwa kabel merupakan salah satu saluran transmisi yang berfungsi sebagai penghantar, yang digunakan untuk menghubungkan suatu pembangkit sinyal (sumber) dengan sebuah penerima (beban). Kabel koaksial merupakan jenis kabel yang digunakan untuk mentransmisikan energi dan sinyal serta elemen rangkaian dimana arus dan tegangan sebagai besaran sinyal. Struktur dari kabel koaksial terdapat pada Gambar 2.11.

(28)

Gambar 2.11 Struktur Kabel Koaksial

Sumber: : Alaydrus, Mudrik. 2011

Dari struktur penampang kabel koaksial yang terdapat pada Gambar 2.11, didapat tiga komponen utama: penghantar dalam, pengahnatar luar, dan dielektrika  pengisolir kedua penghantar tersebut. Penghantar dalam biasanya terbuat dari  batang yang masih atau potongan kawat halus yang diputar bersama –  sama. Tabel

2.1 menunjukkan jenis –  jenis kabel dan penggunaannya.

(29)

Kerugian (losses) pada kabel koaksial terutama sekali disebabkan daya hantar (konduktivitas) dari metal yang tak terhingga, sehingga menyebabkan keberadaan medan listrik tangensial di atas konduktor. Medan listrik tangensial  Et  dan medan magnet tangensial H

 (Alaydrus, 2011).

2.7 Konektor Tipe N

Konektor tipe N adalah konektor RF yang terulir, tahan cuaca dan berukuran medium yang digunakan untuk menggabungkan kabel koaksial. Konektor ini adalah konektor pertama yang berkapasitas untuk membawa sinyal frekuensi microwave, dan ditemukan pada tahun 1940-an oleh Paul Neill dari Laboratorium Bell. Konektor ini didesain untuk membawa sinyal pada frekuensi hingga 1 GHz untuk aplikasi militer, tapi pada saat ini konektor tipe N pada umumnya menangain frekuensi hingga 11 GHz bahkan ada yang mengembangkan sampai dengan 18 GHz. Konektor N ini tersedia dalam impedansi 50 Ω dan 75 Ω (Sujendro, Herry. 2013).

Gambar 2.12 Konektor Tipe N: (a) Male Connector (b) Female Connector

Sumber: Sujendro, Herry. 2013

2.8 CST

 Studio Suite

CST Studio Suite adalah software yang dapat digunakan untuk membuat desain dan menganalisis dari semua jenis sistem antena. Tools ini sangat membantu seorang desainer antena melakukan analisa parameter antena, perhitungan S Parameter, perhitungan fasa, directivity atau mengkaji antena dalam 3D,  berdasarkan polar dan koordinat cartesius fitur yang disajikan pada perangkat lunak ini memudahkan dalam analisis elektromagnetik. Berikut menunjukan  software

(30)

yang digunakan yaitu CST Studio Suite 2015 seperti yang terlihat pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13 CST Studio Suite 2015

Desain dari  software ini hampir akurat dengan aslinya, sehingga mempermudah dalam pembuatan antena. Setelah mendesain antena yang diinginkan dan mengetahui besar outputnya, maka pembuatan antena akan lebih meyakinkan. Keuntungan dalam menggunakan software ini sebagai simulasi adalah antena dapat dioptimasi sehingga didapat hasil yang lebih maksimal. Tahap awal adalah membuat desain antena sesuai dengan perhitungan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan acuan desain antena yang didapatkan melalui perhitungan teoritis. Selanjutnya melakukan optimasi dengan menggunakan  par. sweep yang dapat memudahkan dalam mencari ukuran antena dengan hasil terbaik.

(31)

20

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai deskripsi alat, cara kerja alat, spesifikasi alat, serta blok diagram yang menunjukkan cara kerja alat.

3.1.1 Deskripsi Alat

Pada tugas akhir ini, dilakukan pembuatan alat yaitu berupa Antena  Fractal  Koch Dipole yang bekerja pada frekuensi FM (88 MHz -108 MHz) sebagai antena

receiver dalam sistem radio over fiber. a.  Nama Alat:

Antena  Fractal Koch Dipole  sebagai antena penerima (receiver ) sistem radio over fiber  yang bekerja pada frekuensi FM (88 MHz –  108 MHz).  b. Fungsi:

Antena Fractal Koch Dipole  berfungsi sebagai antena penerima (receiver ) untuk sistem radio over fiber   pada frekuensi FM (88 MHz-108 MHz). Antena  Fractal Koch Dipole  akan menerima sinyal gelombang elektromagnetik di udara yang berasal dari stasiun pemancar luar dan merubahnya menjadi gelombang listrik yang di teruskan pada bagian Tuner FM. Frekuensi yang diterima di antena memiliki kisaran frekuensi 88 MHz -108 MHz dengan frekuensi center 98 MHz.

3.1.2 Cara Kerja Alat

Cara kerja Antena Fractal Koch Dipole sebagai antena penerima (reciver ) dalam sistem radio over fiber dapat dilihat pada Gambar 3.1.

(32)

Gambar 3.1 Sistem Kerja Antena

Pada Gambar 3.1 antena yang digunakan adalah Antena  Fractal Koch  Dipole. Antena  fractal ini digunakan sebagai antena penerima (receiver ) pada sistem radio over fiber dengan frekuensi FM (88-108 MHz) yang berfungsi untuk menerima sinyal gelombang elektromagnetik di udara yang berasal dari stasiun  pemancar luar dan merubahnya menjadi gelombang listrik yang di teruskan pada  bagian Tuner FM.

3.1.3 Spesifikasi Antena

Antena yang dirancang adalah antena  Fractal Koch Dipole yang direalisasikan pada sistem radio over fiber  yang bekerja pada frekuensi FM (88-108 MHz). Antena yang dirancang memiliki spesifikasi seperti pada Tabel 3.1  berikut.

Tabel 3.1 Spesikasi Antena Fractal Koch Dipole

Parameter Nilai Frekuensi Kerja  Return Loss VSWR Polaradiasi Gain Software Simulasi 88-108 MHz < -10dB < 2 Omnidirectional > 3dB CST Studio Suite 2015

(33)

Pada Tabel 3.1 dapat dilihat spesifikasi dari Antena  Fractal Koch Dipole. Spesifikasi ini merupakan parameter yang digunakan untuk melakukan  perancangan antena tersebut.

3.2 Realisasi Alat

Alat yang akan dibuat dalam tugas akhir ini adalah Antena Fractal Koch Dipole yang bekerja pada frekuensi FM (88-108 MHz). Sebelum melakukan pembutan antena, ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Adapun perangkat yang menunjang proses perancangan antena ini diantaranya sebagai berikut:

a. Perangkat Keras

Perangkat keras yang digunakan dalam perancangan ini antara lain: Laptop, Kabel RG-58, 1 buah konektor N- Female ( port antena), konektor N-male, konektor PL, konektor RG-58, kawat tembaga (3mm), solder, timah dan cutting sticker  berbentuk design antena yang akan dibuat.

 b. Perangkat Lunak:

Perangkat lunak yang digunakan dalam perancangan antara lain: CST Studio Suite 2015, Microsoft Excel 2013, dan Microsoft Visio2016.

Pada Gambar 3.2 menunjukkan diagram alir proses pembuatan Antena  Fractal Koch Dipole.

(34)

Membuat simulasi antena menggunakan CST Studio Suite

2015 berdasarkan perhitungan Mulai

Menentukan parameter antena (f=98 MHz, VSWR< 2, Return

Loss-10 dB)

Menentukan panjang, diameter,  jari-jari dari antena fractal koch

dipole dengan perhitungan

Sesuai dengan  parameter yang diinginkan? Optimasi Simulasi Antena Pembuatan Antena Pengukuran Sesuai dengan  parameter yang diinginkan? Optimasi Simulasi Antena Tidak  Ya Ya Tidak  Pengujian Antena

Pengambilan data yang diperlukan

Selesai

Gambar 3.2 Diagram Alir Perancangan Antena Fractal Koch Dipole

Dari Gambar 3.2 dapat dilihat langkah-langkah yang dilakukan dalam  perancangan Antena Fractal Koch Dipole adalah sebagai berikut:

1. Menentukan parameter-parameter antena mulai dari frekuensi kerja yang digunakan, material yang digunakan, serta parameter hasil pengukuran yang diharapkan seperti return loss, VSWR, pola radiasi dan gain.

2. Melakukan simulasi pada program CST Studio Suite 2015 dengan nilai-nilai elemen yang sesuai dengan perhitungan yang telah ditentukan.

3. Optimasi simulasi antena akan dilakukan apabila hasil simulasi parameter antena belum sesuai dengan harapan. Optimasi dilakukan dengan merubah nilai panjang dari antena fractal koch dipole sampai hasil simulasi antena sesuai dengan yang diharapkan.

(35)

4. Melakukan pembuatan antena farctal  dengan material yang telah ditentukan  pada langkah pertama dari pembentukan kawat tembaga (cooper ) sesuai dengan desain yang dibuat, proses pemasangan konektor pada antena dan  pembuatan kabel beserta pemasangan konektor pada kabel.

5. Melakukan pengukuran parameter-parameter antena mulai dari return loss, VSWR, bandwidth, pola radiasi dan gain.

6. Optimasi antena dilakukan apabila hasil pengukuran parameter antena  belum sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan. Optimasi dilakukan dengan berbagai cara mulai dari merubah ukuran panjag antena dengan memotong tembaganya, penggantian  port antena, pembuatan ulang kabel, dan lain-lainnya. Optimasi dilakukan sampai dengan hasil pengukuran sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan.

3.2.1 Menetukan Dimensi Elemen Peradiasi Antena

Bentuk dari elemen peradiasi antena  fractal   yang digunakan adalah koch (bunga salju). Gambaran dari rancangan awal Antena  Fractal Koch Dipole ditunjukkan pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Perancangan Awal Antena Fractal Koch Dipole Dimana: L = Panjang total farctal koch dipole (mm)

l = Setengah panjang gelombang dipole (mm)

s = Panjang faktor Skala Antena Fractal Koch Dipole (mm) d = Gap atau celah antar elemen (mm)

(36)

Untuk menentukan dimensi elemen peradiasi Antena  Fractal Koch Dipole dapat ditentukan beberapa tahap yaitu:

A. Menentukan Frekuensi

Center

dan Panjang Gelombang

Antena  fractal koch dipole  hasil rancangan akan dihubungkan dengan sebuah rangkaian tuner FM yang bekerja pada frekuensi 88-108 MHz. Sebelum dapat menghitung panjang gelombang, dilakukan perhitungan untuk menentukan frekuensi tengah dari frekuensi FM (88-108 MHz). Untuk menentukan frekuensi tengah tersebut maka dapat dihitung dengan menggunakan rumus (2.6):

  =   

2

= 10888

2

= 98 

Setelah mengetahui frekuensi tengah dari frekuensi kerja yang akan digunakan, maka panjang gelombang di udara dapat dihitung dengan mrnggunakan persamaan (2.7) sebagai berikut:

λ =  

λ = 3.10⁸

98

= 3,061 m

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, didapat frekuensi kerja cut off  sebesar 98 MHz dan nilai panjang gelombang sebesar 3061 mm.

B. Menentukan Setengah Panjang Gelombang

Dipole

Dalam perancangan antena fractal koch dipole ini digunakan antena dipole

λ 

.

Berikut pada Gambar 3.4 adalah desain setengah panjang gelombang

(37)

Gambar 3.4 Desain setengah panjang gelombang dipole, diameter dan gap atau celah antar elemen antena

Pada Gambar 3.4 dapat dilihat elemen –  elemen yang akan dicari melalui  perhitungan, yaitu l, d, dan r.

Dimana: l = setengah panjang gelombang dipole 2r = diameter dari kawat tembaga

d = gap atau celah antar elemen Untuk menentukan

  panjang gelombang  fractal dipole  menggunakan

 persamaan (2.8):

λ = 3061 mm

λ =

 3061

= 1,530 

 Nilai 1,530 m merupakan

 panjang gelombang dari antena fractal koch

dipole  yang akan digunakan. Untuk niali r (diameter kawat) , kawat yang digunakan adalah menggunakan kawat tembaga biasa dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan (2.10):

 = 0.00625" = 1.5875 

Dan untuk mengetahui nilai d (celah/gap) pada saat iterasi 0 atau standard dipole menggunakan persamaan (2.11) sebagai berikut:

(38)

C. Menentukan Faktor Skala

F ractal K och Dipole

Pada Gambar 3.5 adalah untuk menentukan faktor skala dari antena  fractal koch dipole Bentuk dari antena fractal ini menggunakan iterasi dua, karena memiliki bentuk yang sederhana dan mudah dalam melakukan  pembuatannya.

Gambar 3.5 Panjang Faktor Skala Antena Fractal Koch Dipole

Dari Gambar 3.5 untuk mengetahui panjang faktor skala (s) dapat dihitung menggunakan persamaan (2.12) sebagai berikut:

 = 2 1  cos

= 2 1  cos60

= 3

Setelah diketahui panjang faktor skala (s), maka dapat dite ntukan  panjang setiap koch dengan persamaan sebagai berikut:

ℎ =   (1)ⁿ

= 1360  (13)²

= 1360

9

= 151.1 

(39)

D. Menentukan Panjang Total

F ractal K och Dipole

Untuk mengetahui panjang total farctal koch dipole seperti pada  persamaan (2.7) berikut:

 = ℎ (43)ⁿ

Dimana h merupakan panjang dari inisiator dipol dengan persamaan (2.8) berikut:

ℎ = λ 4

=

,

= 0,765 

Sehingga panjang total fractal koch dipole dapat dihitung:

=0.765(43)²

= 1.360 

Berdasarkan perhitungan dalam proses perancangan diatas maka didapatkan desain antena secara keseluruhan seperti yang terlihat pada Gambar 3.6 berikut.

Gambar 3.6 Hasil Akhir Perancangan Antena

Pada Gambar 3.6 didapat nilai parameter untuk perancangan antena sesuai dengan perhitungan. Dimana nilai parameter yang didapatkan yaitu sebagai berikut:

(40)

Tabel 3.2 Nilai Parameter Antena Sesuai Perhitungan Parameter Nilai (mm) Lamda 1530 l 765 d 31,75 r s 1,58 3

Pada Tabel 3.2 dapat dilihat nilai dari parameter –  parameter antena yang telah dihitung sesuai dengan perhitungan untuk perancangan pada simulasi CST Studio Suite 2015.

3.2.2 Simulasi Antena

Sebelum melakukan pembuatan antena ini, dilakukan perancangan Antena  Fractal Koch Dipole yang telah disimuasikan menggunakan  software CST Studio

Suite 2015. Pada Gambar 3.7 merupakan bentuk simulasi dari perancangan awal  berdasarkan perhitungan.

Gambar 3.7 Rancangan Antena dengan CST Studio Suite 2015

Pada Gambar 3.7 dapat dilihat bentuk antena  fractal koch dipole  yang dirancang sesuai dengan perhitungan pada simulator CST Studio Suite  2015. Setelah antena selesai dirancang, selanjutnya adalah melakukan simulasi untuk

(41)

melihat hasil return loss, VSWR  , dan gain antena. Hasil simulasi return loss (S1,1) rancangan awal antena dapat dilihat pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8 Hasil Simulasi Nilai Return Loss (S1,1) Rancangan Awal

Berdasarkan Gambar 3.8 dapat dilihat hasil simulasi perancangan awal belum mencapai nilai return loss yang diharapkan, dimana nilai return loss pada frekuensi 98 MHz adalah -4,9906095 dB. Nilai return loss  tersebut masih belum sesuai dengan spesifikasi dari nilai return loss yang diinginkan yaitu <-10 dB, sehingga  perlu dilakukan optimasi simulasi.

Pada simulasi rancangan awal antena juga diperoleh hasil simulasi nilai VSWR antena. Hasil simulasi rancangan awal antena dapat dilihat pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9 Hasil Simulasi Nilai VSWR Rancangan Awal

S1,1 : - 4,9906095

(42)

Berdasarkan Gambar 3.9 dapat dilihat bahwa hasil simulasi perancangan awal belum menncapai nilai VSWR yang diharapkan, pada frekuensi 98 MHz nilai VSWR yang didapatkan adalah 3,5761312. Dimana nilai VSWR tersebut masih  belum sesuai dengan spesifikasi VSWR yang diharapkan yaitu < 2, sehingga perlu

dilakukannya optimasi simulasi. Dari hasil simulasi didapatkan pula hasil gain baik dalam bentuk 3 dimensi dan polar.

Selain return loss dan VSWR, pada perancangan awal antena juga diperoleh hasil simulasi gain antena. Hasil simulasi gain antena dapat dilihat dalam bentuk  polar dan 3D. Pada Gambar 3.10 menunjukkan hasil  gain yang didapatkan dalam  bentuk polar dan Gambar 3.11 menunjukkan hasil gain dalam bentuk 3D.

Gambar 3.10 Hasil Simulasi Bentuk Polar untuk Gain Antena

Frequency = 98

Main lobe magnitude = 1,96 dB Main lobe direction = 179.0 deg.

(43)

Gambar 3.11 Hasil Simulasi Bentuk Pola Radiasi 3 Dimensi Antena

Berdasarkan Gambar 3.10 dan Gambar 3.11 dapat dilihat bahawa nilai gain yang didapatkan adalah sebesar 1,959 dB, dimana hasil tersebut mash belum sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan yaitu >3 dB, Se hingga perlu dilakukan optimasi kembali. Pada kedua gambar tersebut juga dapat dilihat bentuk pola radiasi baik dalam bentuk polar (Gambar 3.10) dan 3D (Gambar 3.11) yang menunjukkan  bahwa pola radiasi yang terbentuk adalah omnidirectional . Hasil pola radiasi

tersebut sudah sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan.

Dari hasil simulasi rancangan awal antena, dapat terlihat parameter-parameter antena yang belum memenuhi spesifikasi yang diharapkan yaitu return loss, VSWR dan gain. Namun pola radiasi yang terbentuk sudah sesuai degan spesifikasi yang diinginkan, yaitu omnidirectional . Untuk mendapatkan hasil spesifikasi sesuai dengan yang diharapkan maka dilakukan optimasi pada simulasi antena. Nilai  parameter hasil simulasi rancangan awal dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Type = farfield Approximation = enabled (kR >> 1) Monitor = farfield (f=98) [1] Component = Abs Output = Gain Frequency = 98 Rad.effic = -0,01393 dB Tot.effic = - 0,06198 dB Gain = 1,959 dB

(44)

Tabel 3.3 Nilai Parameter Hasil Simulasi Rancangan Awal

Parameter Nilai yang diinginkan Simulasi Rancangan Awal  Return Loss (dB) <-10 -4,9906095 dB

VSWR <2 3,5761312

Gain (dB) >3 1,959 dB

Pola Radiasi Omnidirectional Omnidirectional 

3.2.3 Hasil Optimasi Simulasi Antena

Untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan, maka dilakukan optimasi pada simulasi perancangan antena. Optimasi simulasi antena ini bertujuan untuk mendapatkan nilai return loss, VSWR  dan gain yang lebih baik dibandingkan sebelumnya serta antena dapat bekerja pada frekuensi 98 MHz. Pada perancangan antena ini, optimasi dilakukan dengan cara merubah l1, r dan d. Pada Tabel 3.4 menujukan urutan percobaan yang dilakukan  pada optimasi simulasi antena dengan mengubah nilai parameter antena.

Tabel 3.4 Dimensi Antena Sebelum Optimasi dan Sesudah Optimasi Dimensi Antena (mm) Ukuran Sebelum Dioptimasi (mm) Ukuran Sesudah Dioptimasi (mm) L 1530 1371 l1 765 51,75 d 31,75 30 r 1,58 1,5

 Nilai parameter l1 sebesar 51.55 mm, nilai d sebesar 30 mm, dan nilai r sebesar 1.5 mm. Setelah perubahan parameter dan optimasi selesai dilakukan, didapatkan hasil simulasi akhir retun loss (S1,1) antena yang dapat dilihat pada Gambar 3.12.

(45)

Gambar 3.12 Hasil Optimasi Return Loss Antena pada Frekuensi 98 MHz Berdasarkan Gambar 3.12 dapat dilihat bahwa nilai return loss menjadi lebih baik setelah dilakukan optimasi. Nilai return loss yang didapat sebelumnya sebesar -4,9906095 dB dan setelah dioptimasi nilai return loss pada frekuensi 98 MHz didapatkan nilai sebesar -49,260518 dB. Hasil tersebut sudah sesuai dengan spesifikasi yang telah diharapkan, yaitu return loss < -10 dB.

 Nilai VSWR yang didapatkan setelah dilakukan optimasi pada simulasi antena dapat dilihat pada Gambar 3.13, dimana VSWR terbaik tepat berada di frekuensi kerja yang diinginkan yaitu 98 MHz.

Gambar 3.13 Hasil Optimasi VSWR Antena pada Frekuensi 98 MHz

 berdasarkan Gambar 3.13 dapat dilihat bahwa hasil simulasi nilai VSWR setelah dilakukan optimasi adalah sebesar 1,0069104, dimana hasilnya jauh lebih  baik dibandingkan dengan nilai sebelumnya yaitu 3,5761312. Hasil tersebut sudah

sesuai dengan spesifikasi yang telah diharapkan, yaitu VSWR < 2.

VSWR1: 1,0069104 S1,1 : -49,260518

(46)

Setelah didapatkan nilai retun loss  dan VSWR maka selanjutnya adalah melihat nilai  gain  setelah di optimasi. Pada Gambar 3.14 menunjukkan hasil simulasi gain yang didapatkan dalam bentuk polar setelah dilakukan optimasi.

Gambar 3.14 Hasil Optimasi Pola Radiasi Antena dalam Bentuk Polar pada Frekuensi 98 MHz

Berdasarkan Gambar 3.14 dapat dilihat pola radiasi antena dalam bentuk  polar, dimana  gain yang didapatkan adalah 3,38 dB. Bentuk pola radiasi yang didapatkan adalah omnidirectional , sama seperti bentuk pola radiasi yang didapatkan sebelum dilakukannya optimasi. Untuk nilai  gain  yang didapatkan setelah optimasi telah sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan yaitu bernilai 3,38 dB dibandingkan dengan nilai rancangan awal yaitu 1,959 dB. Dengan gain sebesar 3,38 dB, maka telah sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan yaitu gain > 3 dB.

Selain dalam bentuk polar, hasil simulasi  gain dapat dilihat dalam bentuk 3D yang ditunukkan pada Gambar 3.15.

Frequency = 98

Main lobe magnitude = 3,38 dB Main lobe direction = 90,0 deg.

(47)

Gambar 3.15 Hasil Optimasi Pola Radiasi 3 Dimensi pada Frekuensi 98 MHz Hasil optimasi yang dilakukan telah memenuhi spesifi kasi yang diinginkan. Perbandingan antara hasil simulasi antena rancangan awal dengan hasil simulasi antena setelah dilakukannya optimasi dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Perbandingan Hasil Simulasi Antena setelah Optimasi

Parameter Sebelum Sesudah

VSWR  Return Loss Gain (dB) Pola radiasi 3,5761312 - 4,9906095 1,96 Omnidirectional 1,0069104 -49,260518 3,38 Omnidirectional Dari Tabel 3.5 diatas dapat dilihat perubahan nilai dari parameter antena setelah dilakukannya optimasi. Nilai VSWR berubah dari 3,5761312 menjadi 1,0069104, dimana spesifikasi yang diharapkan adalah < 2. Perubahan yang baik dari return loss juga akan mempengaruhi nilai return loss. Nilai return loss berubah dari -4,9906095 dB menjadi -49,260518 dB, dimana hasil tersebut sudah sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan, yaitu return loss < -10 dB. Nilai gain setelah optimasi menjadi lebih bagus, dimana nilai gain berubah dari 1.96 dB menjadi 3,38

Type = farfield Approximation = enabled (kR >> 1) Monitor = farfield (f=98) [1] Component = Abs Output = Gain Frequency = 98 Rad.effic = -0,01532 dB Tot.effic = - 10,38 dB Gain = 3,385 dB

(48)

dB. Dan untuk bentuk pola radiasi yang didapatkan sebelum maupun sesudah optimasi tetap berbentuk omnidirectional   sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan.

Dari hasil simulasi return loss dan VSWR diperoleh rentang frekuensi dimana antena mampu bekerja dengan baik atau biasa disebut bandwidth  seperti yang terlihat pada Gambar 3.16.

Gambar 3.16 Garis Pembatas Bandwidth Antena

Pada Gambar 3.16 dapat terlihat berdasarkan grafik return loss  yang didapatkan, maka diperoleh nilai rentang frekuensi kerja dari bandwidth simulasi antena. Salah satu dari parameter yang menunjukan baik atau buruknya suatu  performansi antena adalah nilai return loss <-10 dB. Oleh karena itu dapat diperoleh

rentang frekuensi bandwidth dari antena yang disimulasikan, yaitu mulai dari batas  bawah 94.667 MHz dimana return loss menunjukan hasil <-10 dB, sampai dengan frekuensi batas atas 101.33 MHz dimana return loss menunjukan hasil < -10 dB  juga. Dari hasil tersebut maka diperoleh nilai bandwidth  dengan menggunakan  persamaan (2.3) seperti berikut:

=

 = 101.33  94.667 

= 6.663 

(49)

3.3 Proses Pembuatan Antena

Dalam melakukan pembuatan antena fractal koch dipole diperlukan beberapa  bahan-bahan diantaranya adalah:

a. Kawat Tembaga 3mm  b. Konektor N- female

c. Konektor N-male d. Kabel RG58 e. Timah

Untuk mempermudah pembuatan antena dibutuhkan peralatan penunjang antara lain sebagai berikut:

a. Solder

 b. Tang Potong c. Tang Bengkok d. Cutter 

Setelah alat dan bahan disiapkan maka selanjutnya adalah masuk ke tahap  pembuatan antena Fractal Koch Dipole. Adapaun tahap-tahap proses pembuatan

antena adalah sebagai berikut:\

1. Memotong kawat tembaga sesuai dengan ukuran pada perancangan.

2. Membentuk  fractal menggunakan tang bengkok sesuai dengan ukuran yang sudah diukur dan bentuk antena disesuaikan dengan pada saat  perancangan.

3. Menyolder konektor N- female sebagai port antena.

(50)

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan Tugas Akhir yaitu  pengujian parameter Antena Fractal Koch Dipole dan pengujian pengiriman sinyal radio pada sistem radio over fiber  sebagai receiver pada frekuensi kerja FM (88-108 MHz). Tujuan dari proses ini adalah agar dapat mengetahui proses kerja alat secara keseluruhan.

4.1 Pengujian

Pengujian alat dilakukan bertujuan untuk mengetahui kesesuaian parameter Antena  Fractal Koch Dipole  hasil perancangan melalui  software  dengan hasil setelah fabrikasi dan memastikan bahwa alat dapat bekerja pada rangkaian receiver sebagai antena penerima (receiver ) yang bekerja pada frekuensi FM (88-108 MHz). 4.1.1 Deskripsi Pengujian

Pengujian pertama dilakukan bertujuan untuk mengetahui kesesuaian  parameter return loss, VSWR, bandwidth, pola radiasi dan gain hasil perancangan

CST dengan hasil fabrikasi. Pengujian ini dilakukan berdasarkan data berikut: 1. Lokasi Pengujian : Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi

LIPI Bandung, Gedung 20 Lantai 4 2. Tanggal Pengujian : Jum’at, 19 Mei 2017

3. Pelaksana : Siti Nur Asiyah Jamil 4. Instruktur : Bapak Hendra Kurniadin

Pengujian kedua dilakukan untuk mengetahui kemampuan Antena  Fractal  Koch Dipole  sebagai antena receiver   pada sistem radio over fiber . Pengujian dilakukan dengan menggunakan rangkaian receiver   (tuner FM dan laser diode) yang terhubung dengan antena. Pengujian ini bertujuan untuk melihat gelombang sinyal radio yang ditangkap oleh antena, yang kemudian dikirimkan melalui rangkaian tuner FM. Tuner FM ini berfungsi sebagai pengatur frekuensi yang bisa disesuaikan sesuai dengan yang diinginkan. Kemudian tuner FM dihubungkan

(51)

dengan rangkaian laser driver, sinyal radio tersebut akan dikonversi menjadi si dengan rangkaian laser driver, sinyal radio tersebut akan dikonversi menjadi si nyalnyal optik pada laser driver. Laser driver ini dihubungkan dengan kabel fiber optik. optik pada laser driver. Laser driver ini dihubungkan dengan kabel fiber optik. Pengujian ini dilakukan berdasarkan data berikut:

Pengujian ini dilakukan berdasarkan data berikut: 1.

1. Lokasi Lokasi Pengujian Pengujian : : Gedung Gedung G G Lab Lab TelekomunikasiTelekomunikasi Rumah di daerah Beji, Depok Rumah di daerah Beji, Depok 2.

2. Tanggal Tanggal Pengujian Pengujian : : 1818 –  –  24 Juli 2017 24 Juli 2017 3.

3. Pelaksana Pelaksana : : Siti Siti Nur Nur Asiyah Asiyah JamilJamil Sarah Hafidzah Sarah Hafidzah Ta’sya Sakila Ta’sya Sakila Thalia Ariyaputri Thalia Ariyaputri 4.

4. Instruktur Instruktur : : Ir. Ir. Sri Sri Danaryani, Danaryani, MT.MT.

Yenniwarti Rafsyam, SST.,MT. Yenniwarti Rafsyam, SST.,MT. M. Fathurahman, ST.,MT. M. Fathurahman, ST.,MT. Benny Nixon, ST.,MT. Benny Nixon, ST.,MT. 4.1.2

4.1.2 Prosedur PengujianProsedur Pengujian

Pada bagian ini akan dijelaskan tentang prosedur pengujian. Pengujian Pada bagian ini akan dijelaskan tentang prosedur pengujian. Pengujian dilakukan dalam dua tahap, yaitu pengujian di Lembaga Ilmu Pengetahuan dilakukan dalam dua tahap, yaitu pengujian di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung dan Politeknik Negeri Jakarta. Pengujian

Indonesia (LIPI) Bandung dan Politeknik Negeri Jakarta. Pengujian yang dilakukanyang dilakukan di LIPI Bandung adalah pengujian antena untuk mengetahui parameter-parameter di LIPI Bandung adalah pengujian antena untuk mengetahui parameter-parameter hasil rancang bangun yang meliputi frekuensi kerja, VSWR,

hasil rancang bangun yang meliputi frekuensi kerja, VSWR, return lossreturn loss, pola, pola radiasi,

radiasi, gain gain, dan, dan bandwidthbandwidth pada antena. Sedangkan pengujian yang dilakukan di pada antena. Sedangkan pengujian yang dilakukan di Politeknik Negeri Jakarta adalah untuk mengetahui bahwa

Politeknik Negeri Jakarta adalah untuk mengetahui bahwa antena yang dibuat dapatantena yang dibuat dapat  bekerja sebagai antena penerima sistem

 bekerja sebagai antena penerima sistem radio over fiber radio over fiber , melakukan perbandingan, melakukan perbandingan  pengujian pada saat

 pengujian pada saat rangkaian penerima rangkaian penerima menggunakan antena dan menggunakan antena dan pada saat pada saat tidaktidak menggunakan antena.

menggunakan antena.

Prosedur pengujian Antena

Prosedur pengujian Antena Fractal Koch Dipole Fractal Koch Dipole dilakukan dengan beberapa dilakukan dengan beberapa  proses sebagai berikut:

(52)

A.

A. Pengukuran Parameter AntenaPengukuran Parameter Antena

Pengujian parameter antena ini hanya menggunakan Antena

Pengujian parameter antena ini hanya menggunakan Antena  Fractal Koch Fractal Koch  Dipole

 Dipole  yang diukur, tanpa melibatkan antena yang lain atau antena referensi.  yang diukur, tanpa melibatkan antena yang lain atau antena referensi. Pengukuran dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pengukuran dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung. Antena yang yang telah di fabrikasi dapat diukur sengan Bandung. Antena yang yang telah di fabrikasi dapat diukur sengan menggunakan alat ukur

menggunakan alat ukur network analyzer network analyzer  Advantest Advantest R3770 yang bekerja padaR3770 yang bekerja pada rentang frekuensi 300 KHz sampai dengan 20 GHz. Parameter-parameter yang rentang frekuensi 300 KHz sampai dengan 20 GHz. Parameter-parameter yang dapat diketahui dari hasil pengukuran parameter antena antara lain VSWR, dapat diketahui dari hasil pengukuran parameter antena antara lain VSWR, return loss,

return loss, pola radiasi, pola radiasi, gain, gain, dan dan bandwidthbandwidth..

Proses pengukuran parameter antena adalah sebagai berikut: Proses pengukuran parameter antena adalah sebagai berikut:

1.

1. Mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan, seperti;Mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan, seperti; a)

a) AntenaAntena Fractal Koch Dipole Fractal Koch Dipole  b)

 b)  Network analyzer Network analyzer AdvantestAdvantest R3770R3770 c)

c) Kabel BNC to N-Kabel BNC to N- Female Female 2.

2. Melakukan kalibrasiMelakukan kalibrasi Network Analyzer Network Analyzer Advantest R3770Advantest R3770 3.

3. Menghubungkan AntenaMenghubungkan Antena  Fractal  Fractal Koch Koch DipoleDipole dengan salah satu portdengan salah satu port  Network Analyzer 

 Network Analyzer  dengan menggunakan konektor dengan menggunakan konektor adapter adapter  BNC to N- BNC to N- female

 female seperti pada Gambar 4.1 seperti pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Antena

Gambar 4.1 Antena Fractal Koch Dipole Fractal Koch Dipole terhubung keterhubung ke Network Network  Analyzer

(53)

Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa Antena

Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa Antena  Fractal  Fractal Koch Koch DipoleDipole dihubungkan ke

dihubungkan ke  Network  Network Analyzer Analyzer   untuk melakukan pengujian  untuk melakukan pengujian terhadap antena tersebut.

terhadap antena tersebut. 4.

4. MenentukanMenentukan rangerange frekuensi kerja yang akan ditampilkan padafrekuensi kerja yang akan ditampilkan pada  Network Analyzer 

 Network Analyzer , yaitu sebesar 98 MHz., yaitu sebesar 98 MHz. 5.

5. Menampilkan nilai masing-masing parameter seperti VSWR danMenampilkan nilai masing-masing parameter seperti VSWR dan returnreturn loss

loss  pada  pada layar, layar, kemudian kemudian setelah setelah hasilnya hasilnya sesuai sesuai dengan dengan yang yang telahtelah ditentukan disimpan ke dalam

ditentukan disimpan ke dalam flasdisk  flasdisk .. B.

B. Pengukuran Pola RadiasiPengukuran Pola Radiasi

Pengukuran pola radiasi adalah pengukuran yang dilakukan untuk Pengukuran pola radiasi adalah pengukuran yang dilakukan untuk menentukan bentuk pola radiasi dari antena yang diukur. Pola radiasi sebuah menentukan bentuk pola radiasi dari antena yang diukur. Pola radiasi sebuah antena akan lebih baik diukur dalam tempat yang bebas pantulan atau ruang antena akan lebih baik diukur dalam tempat yang bebas pantulan atau ruang  bebas

 bebas gema gema (( Anechoic  Anechoic Chamber Chamber ) agar hasil dari pengukuran pola radiasi) agar hasil dari pengukuran pola radiasi maksimal tanpa dipengaruhi medan-medan elektromagnetik di sekitarnya. maksimal tanpa dipengaruhi medan-medan elektromagnetik di sekitarnya. Setelah melakukan pengukuran pola radiasi, maka akan dapat menghitung Setelah melakukan pengukuran pola radiasi, maka akan dapat menghitung  gain gain yang didapatkan.

yang didapatkan.

Pada pengukuran pola radiasi ini terdapat 2 buah antena yang akan Pada pengukuran pola radiasi ini terdapat 2 buah antena yang akan digunakan, yaitu Antena

digunakan, yaitu Antena  Fractal  Fractal Koch Koch DipoleDipole sebagai antena yang akan diuji sebagai antena yang akan diuji dan antena

dan antena hornhorn sebagai antena referensi dalam pe sebagai antena referensi dalam pengujian. Prosedur pengukuranngujian. Prosedur pengukuran  pola radiasi Antena

 pola radiasi Antena Fractal Koch Dipole Fractal Koch Dipole adalah sebagai berikut: adalah sebagai berikut: 1.

1. Mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan, seperti;Mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan, seperti; a)

a) AntenaAntena Fractal Koch Dipole Fractal Koch Dipole  b)

 b) AntenaAntena Horn Horn c)

c) Spectrum AnalyzerSpectrum Analyzer Hewlett Packard 8593A untuk frekuensi 9 KHzHewlett Packard 8593A untuk frekuensi 9 KHz sampai dengan 22 GHz.

sampai dengan 22 GHz. d)

d) Signal Generator Signal Generator   Hewlett Packard B308  Hewlett Packard B308 Sweep OscilatorSweep Oscilator  Frequency

 Frequency e)

(54)

2. Memasang Antena  Fractal Koch Dipole  dan Antena  Horn  dengan menggunakan tripod  sesuai dengan set up rangkaian yang terlihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Set up Rangkaian Pola Radiasi Antena

Pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa antena horn dihubungkan ke  signal generator   dan Antena  Fractal Koch Dipole  dihubungkan ke

network analyzer .

3. Mengatur frekuensi pada sweep oscillator  sesuai dengan frekuensi kerja tengah dari antena, yaitu 98 MHz sesuai dengan frekuensi kerja Antena  Fractal Koch Dipole.

4. Melihat level sinyal antena pada spectrum analyzer . Level sinyal yang dilihat adalah level sinyal paling tinggi.

5. Mengatur pola radiasi dengan memutar antena searah dengan jarum jam dari 0° sampai dengan 360° dengan interval 10° secara horizontal. C. Pengukuran

Gain

Pengukuran  gain  adalah pengukuran untuk mengukur besar  gain atau  penguatan dari sebuah antena. Pada saat pengukuran gain sama halnya dengan  pengukuran pola radiasi, yaitu pengukuran dilakukan di tempat yang bebas  pantulan atau ruang tanpa gema ( Anechoic Chamber ) agar hasil dari pengukuran  gain maksimal tanpa dipengaruhi medan-medan elektromagnetik di sekitarnya

Gambar

Gambar 2.3 Ilustrasi Bidang Pola Radiasi
Gambar 2.8 Half Power Beam Width (HPBW)
Gambar 3.2 Diagram Alir Perancangan Antena Fractal Koch Dipole
Gambar 3.3 Perancangan Awal Antena Fractal Koch Dipole Dimana: L = Panjang total farctal koch dipole (mm)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil simulasi antena microstrip yang telah dilakukan optimasi akan digunakan pada pengembangan antena microstrip array pada tahap selanjutnya untuk

Setelah melakukan proses perancangan dan pembuatan antena serta pengukuran atau pengujian antena Omnicollinear 2,4 GHz, proses selanjutnya adalah membandingkan

Hasil simulasi perancangan pada software telah dilakukan fabrikasi menggunakan bahan yang sesuai dengan hasil rancangan dan telah dilakukan pengujian untuk menilai unjuk kerja

Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat bahwa antena dipole fraktal kurva Koch yang dibuat memiliki kualitas gambar dan suara yang sama baik dibandingkan dengan

Berhubung hasil simulasi perancangan antena Yagi-Uda Cohen- Minkowski belum memenuhi parameter yang diinginkan, maka tahap selanjutnya yang akan dilakukan adalah

Pada pengujian ini dilakukan pengujian software simulasi, pengujian tangki pemanas, pengujian destilator bertujuan untuk proses perancangan pada tangki pemanas dan

Perbandingan hasil respon pada parameter-parameter yang ditentukan pada antena mikrostrip konvensional dengan antena mikrostrip dengan penambahan slot dilakukan

Dari protoype ini dilakukan pengujian perancangan sistem kontrol dengan bantuan software CodeVisionAVR pada laptop untuk menggerakan pelontar peluru plastik sesuai