Gain=
-
+
= -31,08 dBm – ( -28,98 dBm) + 6 dB = 4.9 dBDari persamaan diatas dapat dilihat bahwa persamaan untuk mengetahui nilai gain dimana
merupakan power receiver dari Antena Fractal Koch Dipole sebagai antena yang diuji. Dimana
diketahui memiliki nilai sebesar -31,08 dB. Dan
merupakan power receiver dari antena horn sebagai antena referensi,
memiliki nilai sebesar -28,98 dB. Kemudian
merupakan gain referensi yang dimiliki antena horn dengan nilai sebesar 6 dB. Setelah diketahui semuanya maka nilai gain yang didapatkan yaitu sebesar 4.9 dB. Nilai ini didapatkan dari perhitungan seperti diatas.4.1.4 Hasil Pengujian Antena
Pengujian fungsi antena dilakukan untuk mengetahui kualitas antena yang telah dibuat yaitu Antena Fractal Koch Dipole. Pengujian fungsi antena dilakukan dalam 2 keadaan, yaitu pada saat antena terpasang dan tidak dipasang untuk melihat perubahan pada gelombang sinyal audio pada rangakaian tuner FM.
1. Hasil Pegujian Sinyal Audio pada
Output
Rangkaian Tuner FM menggunakan Antena saat difungsikan hanya sebagai RadioPengujian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan kualitas sinyal audio pada saat antena terpasang dan pada saat antena tidak terpasang menggunakan
antena fractal koch dipole. Untuk mengukur sinyal keluaran dari TP1, yang terdapat pada rangkaian Tuner FM. Pada Gambar 4.12 dapat dilihat set up rangkaian yang dilakukan saat pengukuran output TP1.
Gambar 4.12 Set up Rangkaian Pengukuran Output TP1 menggunakan Antena Fractal Koch Dipole
Pada Gambar 4.12 merupakan set up rangkaian pengukuran output menggunakan Antena Fractal Koch Dipole. Hasil dari pengujian pengukuran sinyal audio pada output rangkaian tuner FM menggunakan antena dapat dilihat pada Gambar 4.13. Berikut adalah pengujian siaran radio pada saat antena terpasang yang dilakukan pada beberapa frekuensi:
Pada Gambar 4.13 merupakan hasil pengujian yang dilakukan pada TP1 rangkaian tuner FM.
Gambar 4.13 Bentuk Sinyal Audio sebagai Radio Smooth FM pada Output Tuner FM menggunakan Antena
Dalam pengukuran sinyal output pada Gambar 4.12, bentuk sinyal output selalu berubah-ubah. Hal ini karena tekanan suara atau nada dari lagu yang diputar selalu berubah-ubah setiap waktu. Pada frekuensi 99,5 MHz (Smooth FM) didapatkan frekuensi suara sebesar 677.4 Hz.
b. Frekuensi 89,2 MHz pada Siaran RJ Radio FM
Pada Gambar 4.13 merupakan hasil pengujian yang dilakukan pada TP1 rangkaian tuner FM pada frekuensi 89,2 MHz (RJ Radio).
Gambar 4.14 Bentuk Sinyal Audio sebagai Radio RJ Radio pada Output Tuner FM mengunnakan Antena
Bentuk sinyal audio pada Gambar 4.14 Pada frekuensi 89,2 MHz (RJ Radio) didapatkan frekuensi suara sebesar 2,333 kHz. Bentuk gelombang sinyal yang didapatkan pada Gambar 4.14 tidak beraturan, dikarenakan bentuk gelombang sinyal audio yang dikeluarkan berubah-ubah.
c. Frekuensi 95,3 MHz pada Siaran Radio Tegar Beriman FM
Pada Gambar 4.15 merupakan hasil output dari bentuk sinyal audio pada frekuensi 95,3 MHz.
Gambar 4.15 Bentuk Sinyal Audio sebagai Radio Tegar Beriman pada Output Tuner FM menggunakan Antena
Bentuk sinyal audio pada Gambar 4.15 yang terlihat pada osiloskop pada frekuensi radio 95,3 MHz radio Tegar Beriman FM didapatkan
frekuensi suara sebesar 2,333 kHz. Bentuk gelombang sinyal yang didapatkan pada Gambar 4.14 tidak beraturan, dikarenakan bentuk gelombang sinyal audio yang dikeluarkan berubah-ubah.
2. Hasil Pegujian Sinyal Audio pada
Output
Rangkaian Tuner FM menggunakan Antena saat difungsikan sebagai sistemRadio Over F iber
Pada Gambar 4.16 merupakan hasil output dari bentuk sinyal audio pada frekuensi 95,3 MHz, pengujian yang dilakukan pada TP1 rangkaian
tuner FM.
Gambar 4.16 Bentuk Sinyal Audio sebagai RoF Smooth FM pada Output Tuner FM menggunakan Antena
Bentuk sinyal audio pada Gambar 4.16 yang terlihat pada osiloskop pada frekuensi radio 99,5 MHz (Smooth FM) didapatkan frekuensi suara sebesar 980,4 Hz. Bentuk gelombang sinyal yang didapatkan pada Gambar 4.14 tidak beraturan, dikarenakan bentuk gelombang sinyal audio yang dikeluarkan berubah-ubah.
b. Frekuensi 89,2 MHz pada Stasiun RJ Radio
Pada Gambar 4.17 merupakan hasil output dari bentuk sinyal audio pada frekuensi 89,2 MHz, pengujian yang dilakukan pada TP1 rangkaian
Gambar 4.17 Bentuk Sinyal Audio sebagai RoF RJ Radio pada Output Tuner FM menggunakan Antena
Bentuk sinyal audio pada Gambar 4.17 yang terlihat pada osiloskop pada frekuensi radio 89,2 MHz (RJ Radio) didapatkan frekuensi suara
sebesar 1,697 kHz. Bentuk gelombang sinyal yang didapatkan pada Gambar 4.17 tidak beraturan, dikarenakan bentuk gelombang sinyal audio yang dikeluarkan berubah-ubah.
c. Frekuensi 95,3 MHz pada Stasiun Tegar Beriman Radio
Pada Gambar 4.18 merupakan hasil output dari bentuk sinyal audio pada frekuensi 95,3 MHz, pengujian yang dilakukan pada TP1 rangkaian
Gambar 4.18 Bentuk Sinyal Audio sebagai RoF Tegar Beriman pada Output Tuner FM menggunakan Antena
Bentuk sinyal audio pada Gambar 4.18 yang terlihat pada osiloskop pada frekuensi radio 95,3 MHz (Tegar Beriman) didapatkan frekuensi
suara sebesar 1,648 kHz. Bentuk gelombang sinyal yang didapatkan pada Gambar 4.18 tidak beraturan, dikarenakan bentuk gelombang sinyal audio yang dikeluarkan berubah-ubah.
3. Hasil Pegujian Pengukuran Sinyal Audio pada
Output
Rangkaian Tuner FM tanpa Antena saat difungsikan sebagai RadioPada Gambar 4.16 merupakan set up rangkaian pengukuran output tanpa Antena Fractal Koch Dipole. Hasil dari pengujian pengukuran sinyal audio pada output rangkaian tuner FM menggunakan antena dapat dilihat pada
Gambar 4.19.
Gambar 4.19 Set up Rangkaian Pengukuran Output TP1 tanpa Antena Fractal Koch Dipole
Hasil dari pengujian sinyal keluaran dari output tuner FM dilakukan pegujian dan beberapa pengukuran pada beberapa titik pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan osiloskop digital. Berikut adalah pengujian siaran radio pada saat antena terpasang yang dilakukan pada beberapa frekuensi:
Pada Gambar 4.20 merupakan hasil output TP1 dari bentuk sinyal audio pada frekuensi 101,0 MHz tanpa dihubungkan ke antena.
Gambar 4.20 Bentuk Sinyal Audio sebagai Radio J ack Radio pada Output Tuner FM tanpa Antena
Pada Gambar 4.20 merupakan bentuk gelombang sinyal audio pada saat antena tidak terpasang. Pada saat radio berada di frekuensi 101,0 MHz, frekuensi suara atau audio yang didapatkan adalah sebesat 2,573 kHz. Dapat dilihat bahwa pada saat antena tidak terpasang bentuk gelombang menjadi renggang tidak serapat hasil gelombang saat atena terpasang.
b. Frekuensi 106,6 MHz Stasiun V Radio FM
Gambar 4.21 merupakan gelombang sinyal audio hasil dari output TP1. Berikut adalah bentuk sinyal audio pada frekuensi 106,6 MHz tanpa dihubungkan ke antena.
Gambar 4.21 Bentuk Sinyal Audio sebagai Radio V Radio pada Output Tuner FM tanpa Antena
Pada Gambar 4.21 merupakan bentuk gelombang sinyal audio pada saat antena tidak terpasang. Pada saat radio berada di frekuensi 106,6 MHz, frekuensi suara atau audio yang didapatkan adalah sebesat 8,333 kHz. Dapat dilihat bahwa pada saat antena tidak terpasang bentuk gelombang menjadi renggang tidak serapat hasil gelombang saat atena terpasang.
c. Frekuensi 107,8 MHz pada Stasiun Dinar Radio
Pada Gambar 4.22 merupakan hasil output TP1 dari bentuk sinyal audio pada frekuensi 101,0 MHz tanpa dihubungkan ke antena.
Gambar 4.22 Bentuk Sinyal Audio sebagai Radio Dinar Radio pada Output Tuner FM tanpa Antena
Pada Gambar 4.22 merupakan bentuk gelombang sinyal audio pada saat antena tidak terpasang. Pada saat radio berada di frekuensi 107,8 MHz, frekuensi suara atau audio yang didapatkan adalah sebesar 789.5 Hz. Dapat dilihat bahwa pada saat antena tidak terpasang bentuk gelombang menjadi renggang tidak serapat hasil gelombang saat atena terpasang.
4. Hasil Pegujian Sinyal Audio
I nput dan Output
pada RangakianAudio
Amplifi er
Hasil pengujian sinnyal audio input dan output pada speaker ini dilakukan pada dua titik pengukuran, yaitu pada TP2 dan Tp3. Untuk dapat mendengarkan frekuensi yang ditangkap oleh antena dan di tunning oleh rangkaian tuner, maka digunakan output speaker supaya dapat didengarkan. Output speaker ini mendapatkan input dari rangkaian tuner. Berikut adalah hasil pengujian dari TP2 dan TP3:
a. Pengukuran TP2 pada Frekuensi 99,5 MHz Stasiun Smooth FM Radio
Pada Gambar 4.23 merupakan hasil gelombang sinyal audio input pada rangkaian audio amplifier pada TP2.
Gambar 4.23 Bentuk Gelombang Sinyal Audio Input Speaker pada TP2 Frekuensi 99,5 MHz
Pada Gambar 4.23 merupakan hasil dari gelombang sinyal audio pada input TP2 speaker. Dapat dilihat bahwa pada frekeunsi radio 99,5 MHz yang diterima didapatkan frekuensi audio sebesar 11,07 kHz. Frekuensi yang tertera pada layar osiloskop selalu berubah-ubah karena bergantung pada frekuensi suara yang di terima.
b. Pengukuran TP3 pada Frekuensi 99,5 Stasiun Smooth FM Radio Pada Gambar 4.24 merupakan hasil gelombang sinyal audio output pada rangkaian audio amplifier pada TP3.
Gambar 4.24 Bentuk Gelombang Sinyal Audio Output Speaker pada TP3 Frekuensi 99,5 MHz
Pada Gambar 4.24 merupakan hasil dari gelombang sinyal audio pada output TP3 speaker. Dapat dilihat bahwa pada frekeunsi radio 99,5 MHz yang diterima didapatkan frekuensi audio sebesar 1,607 kHz. Frekuensi yang tertera pada layar osiloskop selalu berubah-ubah karena bergantung pada frekuensi suara yang di terima.
c. Pengukuran TP2 pada Frekuensi 89,2 Stasiun RJ Radio
Pada Gambar 4.25 merupakan hasil gelombang sinyal audio input pada rangkaian audio amplifier pada TP2.
Gambar 4.25 Bentuk Gelombang Sinyal Audio Input Speaker pada TP2 Frekuensi 89,2 MHz
Pada Gambar 4.25 merupakan hasil dari gelombang sinyal audio pada input TP2 speaker. Dapat dilihat bahwa pada frekeunsi radio 89,2 MHz yang diterima didapatkan frekuensi audio sebesar 4,992 kHz. Frekuensi yang tertera pada layar osiloskop selalu berubah-ubah karena bergantung pada frekuensi suara yang di terima.
d. Pengukuran TP3 pada Frekuensi 89,2 Stasiun RJ Radio
Pada Gambar 4.26 merupakan hasil gelombang sinyal audio output pada rangkaian audio amplifier pada TP3.
Gambar 4.26 Bentuk Gelombang Sinyal Audio Output Speaker pada TP3 Frekuensi 89,2 MHz
Pada Gambar 4.26 merupakan hasil dari gelombang sinyal audio pada output TP3 speaker. Dapat dilihat bahwa pada frekeunsi radio 89,2 MHz yang diterima didapatkan frekuensi audio sebesar 715,4 Hz. Frekuensi yang tertera pada layar osiloskop selalu berubah-ubah karena bergantung pada frekuensi suara yang di terima.
e. Pengukuran TP2 pada Frekuensi 95,3 Stasiun Tegar Beriman Radio
Pada Gambar 4.27 merupakan hasil gelombang sinyal audio input pada rangkaian audio amplifier pada TP2.
Gambar 4.27 Bentuk Gelombang Sinyal Audio Input Speaker pada TP2 Frekuensi 95,3 MHz
Pada Gambar 4.27 merupakan hasil dari gelombang sinyal audio pada input TP2 speaker. Dapat dilihat bahwa pada frekeunsi radio 95,3 MHz yang diterima didapatkan frekuensi audio sebesar 4,992 kHz. Frekuensi yang tertera pada layar osiloskop selalu berubah-ubah karena bergantung pada frekuensi suara yang di terima.
f. Pengukuran TP3 pada Frekuensi 95,3 Stasiun Tegar Beriman Radio
Pada Gambar 4.28 merupakan hasil gelombang sinyal audio output pada rangkaian audio amplifier pada TP3.
Gambar 4.28 Bentuk Gelombang Sinyal Audio Output Speaker pada TP3 Frekuensi 95,3 MHz
Pada Gambar 4.28 merupakan hasil dari gelombang sinyal audio pada output TP3 speaker. Dapat dilihat bahwa pada frekeunsi radio 95,3 MHz yang diterima didapatkan frekuensi audio sebesar 463,9 Hz. Frekuensi yang tertera pada layar osiloskop selalu berubah-ubah karena bergantung pada frekuensi suara yang di terima.
5. Hasil Pegujian Pengukuran Tegangan pada Rangkaian Catu Daya (
input
danoutput
) SpeakerDalam pengujian yang dilakukan pada Gambar 4.29 catu daya yang dibutuhkan adalah 9 Volt. Dalam pengujian ketika antena terpasang pada rangkaian reciver , antena dapat bekerja dengan baik. Pengukuran yang dilakukan adalah pada kaki-kaki IC Regulator 7809.
Gambar 4.29 Set up Rangkaian Pengukuran tegangan pada Catu Daya Gambar 4.29 merupakan set up rangkaian dari pengukuruan tegangan catu daya pada kaki IC 7809. Berikut merupakan hasil pengukuran tegangan pada catu daya IC 7809 yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran pada Input dan Output IC 7809
No. Frekuensi
I nput Output
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 89,2 MHz 94,3 MHz 94,7 MHz 95,3 MHz 95,9 MHz 96,3 MHz 99,5 MHz 102,2 MHz 105,0 MHz 107,9 MHz 15,42 V 15,24 V 15,34 V 15,2 V 15,03 V 15,02 V 15,29 V 15,28 V 15,11 V 14,84 8,96 V 8,96 V 8,96 V 8,96 V 8,96 V 8,96 V 8,96 V 8,96 V 8,96 V 8,96 V
Hasil pengukuran tegangan pada Tabel 4.2 merupakan hasil dari pengukuran input (TP2) dan output (TP3) dari IC 7809. Untuk hasil pengukuran tegangan output dari IC 7809 hampir mendekati 9 Volt, untuk hasil
6. Hasil Pegujian Pengukuran Tegangan pada Rangkaian Catu Daya (
input
danoutput
) pada SistemRadio Over F iber
Dalam pengujian yang dilakukan pada Gambar 4.30 catu daya disuplai dari power supply dengan tegangan 12 Volt DC. Dalam pengujian semua rangkaian dan antena dapat bekerja dengan baik ketika diberikan catu daya 12 Volt DC, pengukuran yang dilakukan adalah pada kaki-kaki IC Regulator 7809.
Gambar 4.30 Set up Rangkaian Pengukuran tegangan pada Catu Daya Gambar 4.30 merupakan set up rangkaian dari pengukuruan tegangan catu daya pada kaki IC 7809. Berikut merupakan hasil pengukuran tegangan pada catu daya IC 7809 yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran pada Input dan Output IC 7809
No. Frekuensi
I nput Output
1. 2. 3. 89,2 MHz 94,3 MHz 94,7 MHz 15,70 V 15,41 V 15,56 V 8,96 V 8,96 V 8,96 V
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 95,3 MHz 95,9 MHz 96,3 MHz 99,5 MHz 102,2 MHz 105,0 MHz 107,9 MHz 15,35 V 15,52 V 15,53 V 15,81 V 15,59 V 15,11 V 14,84 V 8,96 V 8,96 V 8,96 V 8,96 V 8,96 V 8,96 V 8,96 V
Hasil pengukuran tegangan pada Tabel 4.3 merupakan hasil dari pengukuran input (TP2) dan output (TP3) dari IC 7809. Untuk hasil pengukuran tegangan output dari IC 7809 hampir mendekati 9 Volt, dikarenakan tegangan yang ditetapkan sebagai karakterisitik IC 7809 adalah 9 Volt. Sedangkan hasil yang didapatkan pada saat pengukuran adalah 8,96 Volt, hal tersebut sudah mendekati sesuai dengan keinginan.
4.2 Analisa Data Hasil Pengujian
4.2.1 Analisa Hasil Pengukuran Parameter Antena
Dari hasil pengukuran parameter antena untuk Antena Fractal Koch Dipole terdapat 3 parameter yang di analisa, yaitu parameter return loss, VSWR, dan bandwidth.
1.
Return Loss
Gambar 4.31 Berikut memperlihatkan grafik perbandingan return loss antara antena hasil simulasi dengan hasil pengukuran.
(a)
(b)
Gambar 4.31 Perbandingan Return Loss Hasil Simulasi dengan Hasil Pengukuran Antena Fractal Koch Dipole
(a) Hasil Simulasi (b) Hasil Pengukuran
Dari Gambar 4.31 dapat dilihat perbandingan dari hasil return loss pada saat simulasi dan pengukuran. Nilai return loss yang didapatkan pada frekuensi tengah 98.0 MHz pada saat simulasi dapat dilihat pada Gambar 4.25 (a), yaitu -49,260518 dB. Sedangkan nilai return loss yang didapatkan pada saat pengukuran dapat dilihat pada Gambar 4.14 (b), yaitu -38.790 dB. Sehingga, fabrikasi Antena Fractal Koch Dipole ini telah memenuhi spesifikasi yang diharapkan, yaitu mampu bekerja pada frekuensi 98.0 MHz dengan nilai return loss < - 10 dB.
2. VSWR
Gambar 4.32 berikut memperlihatkan grafik perbandingan VSWR antara hasil simulasi dengan hasil pengukuran.
(a)
(b)
Gambar 4.32 Perbandingan VSWR Hasil Simulasi dengan Hasil Pengukuran Antena Fractal Koch Dipole
(a) Hasil Simulasi (b) Hasil Pengukuran
Dari Gambar 4.32 dapat dilihat bahwa perbandingan dari hasil VSWR pada saat simulasi dan pengukuran. VSWR yang didapatkan pada frekuensi tengah 98.0 MHz pada saat simulasi dapat dilihat pada Gambar 4.15 (a) yaitu 1,0069104. Sedangkan VSWR pada saat pengukuran dapat dilihat pada Gambar 4.15 (b) yaitu 1,023. Maka hasil pengukuran VSWR ini telah memenuhi
VSWR : 1,0069104
MKR01: 88,768 750MHz 1,925 MKR02: 98,000 000MHz 1,023 MKR03: 110,462 500MHz 1,911
spesifikasi yang diharapkan, yaitu mampu bekerja pada frekuensi kerja 98.0 MHz dengan nilai VSWR < 2.
4.2.2 Analisa Hasil Pengukuran Pola Radiasi
Dari hasil pengukuran pola radiasi Antena Fractal Koch Dipole dapat terlihat bentuk pola radiasi terhadap bidang H atau azimuth. Gambar 4.33 memperlihatkan plot perbandingan pola radiasi azimuth antena hasil simulasi dengan hasil pengukuran.
(b)
Gambar 4.33 Perbandingan Hasil Pengukuran Pola Radiasi (a) Hasil Simulasi (b) Hasil Pengukuran
Pada Gambar 4.33 (a) dan (b) dapat dilihat pengukuran pola radiasi dari masing masing gambar. Kedua hasil pola radiasi tersebut memiliki bentuk yang tidak jauh berbeda antara hasil simulasi dengan pengukuran. Dari gambar diatas menunjukan bahwa pola radiasi yang terbentuk adalah omnidirectional atau segala arah. Dari hasil pengukuran pola radiasi tersebut dapat dicari nilai HPBW dengan cara menurunkan nilai daya pancar maksimum sebesar 3 dB dan meggarisnya sesuai dengan plot pola radiasi yang ada. Dari Gamabr 4.16 diketahui nilai daya pancar maksimum adalah sebesar – 41.43 dB untuk pola radiasi azimuth. Sehingga jika diturunkan 3 dB maka nilai daya pancar maksimum dari pola radiasi azimuth adalah menjadi -44.43 dB. Gambar 4.17 menunjukan HPBW dari hasil pengukuran pola radiasi yang telah dilakukan.
Gambar 4.34 HPBW Antena Fractal Koch Dipole
Dari Gambar 4.34 dapat dilihat HPBW dari Antena Fractal Koch Dipole dari pola radiasi terhadap bidang H. Pada Gambar 4.17 dapat dilihat bahwa titik turun 3 dB dari daya pancar maksimum berada pada sekitar 40° dan 330° sehingga diketahui besar HPBW dari pengujian pola radiasi azimuth adalah 70°.
4.2.3 Analisa Hasil Pengukuran
Gain
Hasil pengukuran gain dari Antena Fractal Koch Dipole adalah 4,9 dB, sedangkan pada simulasi bernilai 3,38 dB. Hasil dari pengukuran lebih bagus dibandingkan dengan hasil simulasi. Sehingga fabrikasi antena ini telah sesuai dengan spesifikasi yang telah direncanakan sebelumnya yaitu mampu bekerja pada frekuensi 98.0 MHz dengan nilai gain > 3 dB.
4.2.4 Analisa Hasil Pengujian Fungsi Antena
Dari hasil pengujian Antena Fractal Koch Dipole pada saat terpasang dan tidak terpasang memiliki perbedaan. Pada saat antena terpasang suara yang dihasilkan dari speaker lebih kencang dan jernih dibandingkan pada saat antena tidak terpasang. Dan noise menjadi berkurang ketika rangkaian sudah dihubungkan pada antena. Namun pada saat antena tidak dipasang suara yang dihasilkan
memiliki noise. Bentuk gelombang audio yang dihasilkan pada osiloskop pun berbeda, pada saat antena terpasang bentuk gelombang audio rapat dikarenakan
noise sudah berkurang. Sedangakan pada saat antena tidak terpasang bentuk gelombang menjadi renggang karena adanya noise.
Untuk frekuensi yang dihasilkan pada osilokop merupakan rentang frekuensi suara manusia, yaitu jatuh pada rentang frekuensi 20 Hz – 20 kHz. Bentuk gelombang yang selalu berubah-rubah dikarenakan tekanan suara atau nada dari lagu yang diputar selalu berubah-ubah setiap waktunya. Sehingga frekuensi yang muncul pada saat pengujian menggunakan osiloskop, frekuensi yang dihasilkan tidak tetap.
Pengukuran sinyal output bertujuan untuk mengetahui fungsi dari antena yang digunakan. Dan berdasarkan hasil pengukuran pada saat antena terpasang dapat berfungsi dengan baik karena sinyal yang ditangkap dapat diproses ke tahap berikutnya yaitu masuk pada sistem fiber yang terhubung pada rangkaian
transmitter dan antena transmitter .
Antena Fractal Koch Dipole dapat dikatakan bekerja dengan baik karena mampu menangkap siaran radio dengan rentang frekuensi 88 MHz – 108 MHz. Hal tersebut sudah sesuai dengan apa yang dirancang, yaitu mampu bekerja pada frekuensi FM dan sistem Radio over Fiber berjalan.
75
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pembuatan Tugas Akhir “Rancang Bangun Sistem Radio Over Fiber pada Frekuensi FM sebagai Antena Receiver ” sebagai berikut:
1. Antena Fractal Koch Dipole dirancang menggunakan software CST Studio Suite 2015, hasil dari perancangan antena mampu bekerja pada frekuensi kerja 98 MHz dengan nilai return loss sebesar – 49,260518 dB, nilai VSWR 1,0069104 dan memiliki nilai gain sebesar 3,38 dB sehingga hasil yang didapatkan pada saat simulasi pada software memenuhi spesifikasi antena yang dirancang.
2. Antena Fractal Koch Dipole dibuat menggunakan bahan cooper (tembaga) dengan diamter 3mm. Hasil pengujian antena mampu bekerja pada frekuensi kerja 98 MHz dengan nilai retun loss -38,790 dB, nilai VSWR sebesar 1,023, memiliki nilai gain sebesar 4,9 dB dan bentuk pola radiasi yang dihasilkan omnidirectional . Sehingga hasil yang didapatkan pada pengukuran memenuhi spesifikasi antena yang dirancang.
3. Pengujian dan pengukuran Antena Fractal Koch Dipole dapat berfungsi dengan baik ketika antena dipasangkan pada rangkaian receiver . Hasil dari pengujian sistem adalah laser pada rangkaian receiver dapat menyala. Sistem Radio over Fiber dapat menjangkau pada daerah yang tidak terjangkau oleh siaran radio dengan level sinyal 1,3 mW pada jarak 5 meter.
5.2 Saran
Dengan adanya tugas akhir Antena Fractal Koch Dipole ini, diharapkan akan ada variasi bentuk yang lebih kreatif maupun lebih banyaknya port antena digunakan dan lebih diperluas aplikasinya guna menunjang berbagai kegiatan dalam kehidupan sehari-hari.
Universiti Malaysia Perlis
Alaydrus, Mudrik. 2011. Antena Prinsip dan Aplikasi. Jakarta: Graha Ilmu
Balanis, Constantine A. 2016. Antenna Theory Analysis and Design (
4
edition). Amerika Serikat: Wiley-InterscienceJawad K. Ali, Dr. Essam M. Abdul-Baki, Mahir H. Hammed. 2010. A Multiband Fractal Dipole Antena for Wireless Communication Applications. Electrical and Electronic Engineering Department, University of Technology, Baghdad, Iraq.
Kraus, John D. 1998. Antenas Second Edition. New York: McGraw-Hill, Inc. Lesmana, Ridwan. 2001. Antena Dipole. Jakarta: LEMLOKTA.
Niang, Ong Hui. 2013. Fractal Koch Antenna for Indoor TV and FM Reception. Malaysia: Universiti Tun Hussein Onn Malaysia
Pratidina, Riska. Darmono, Hendro. Rasyid, Abdul. 2011. Perancangan dan Analisa Kinerja Antena Dipole Fraktal Seirpinski Gasket untuk Frekuensi Dualband . Politeknik Negeri Malang
Putra, I Wayan Semara. Hambali A. Sarwoko. 2013. Perancangan dan Implementasi KIT Sederhana Radio Over Fiber pada Frekuensi 1 MHz-43 MHz. Universitas Telkom
Sihombing, Nevia. Rambe, Ali Hanafiah. 2014. Studi Perancangan Antena Mikrosrip Array Patch Segitiga Dual-Band untuk Aplikasi WLAN (2,45 GHz)
dan WiMAX (3,35 GHz). Medan: Universitas Sumatera Utara
Sujendro, Herry. 2013. Perekayasaan Sistem Antena. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Pembengkokan tembaga untuk membentuk sebuah Fractal menggunakan Tang Bengkok
Pengujian Parameter Medan Dekat di LIPI Bandung
01 DESAIN ANTENAF RACTAL KOCH DI POLE PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Nama : Siti Nur Asiyah Jamil
Diperiksa Oleh :Ir. Sri Danaryani., MT.