• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI SUMBER API PENYEBAB KEBAKARAN, RIAM KANAN KALIMANTAN SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI SUMBER API PENYEBAB KEBAKARAN, RIAM KANAN KALIMANTAN SELATAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN PENELITIAN

(MANDIRI)

IDENTIFIKASI SUMBER API PENYEBAB

KEBAKARAN, RIAM KANAN

KALIMANTAN SELATAN

Oleh:

Hj. DINA NAEMAH, S.HUT, MP

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

(2)

2 RINGKASAN

Identifikasi Sumber Api Penyebab Kebakaran Hutan di Riam Kanan Kalimantan Selatan . Kebakaran hutan terjadi disebabkan oleh bersatunya ketiga unsur pembentuk api, yaitu bahan bakar, oksigen dan panas. Musim kemarau yang kering dan panas. kondisi alam serta prilaku manusia dalam menggunakan api menyebabkan kebakaran hutan menjadi masalah rawan. Areal di sekitar Daerah Tangkapan Air Sungai Besar Sub-sub DAS Riam Kanan sangat rawan akan bahaya kebakaran. Akibat pembakaran, api bisa berpindah dari sumber-sumber bahan bakar yang kecil terbawa angin sehingga mengakibatkan kelompok-kelompok hutan lainnya, karena hal ini maka ingin diketahui sumber-sumber api penyebab kebakaran. Penelitian dilakukan secara deskriftif, data diambil dalam skala kualitatif dan kuantitatif, penentuan sampel (responden) berdasarkan purposive sampling dengan intensitas minimal 10 % dari jumlah Kepala keluarga. Pengumpulan data lapangan dilakukan pendekatan dengan metode Wawancara langsung (interview guide) serta observasi. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa sumber api sebagai penyebab kebakaran terbesar dari aktivitas yang ditentukan adalah sebagai berikut : Lokasi pertama 50% berasal dari pekerjaan beternak, Lokasi kedua 42% dari pekerjaan ladang, dan lokasi ketiga 40% berasal dari pekerjaan adalah variasi keduanya yaitu berladang dan beternak. Berdasarkan pengujian yang dilakukan maka sumber api sebagai penyebab kebakaran yang terjadi diketiga desa tempat penelitian adalah tidak sama.

(3)

3 I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan memiliki berbagai fungsi antara lain sebagai plasma nuftah, ekosistem, habitat flora dan fauna serta sebagai pengatur tata air dan pengawetan tanah. Fungsi tersebut sangat penting bagi kehidupan manusia sehingga perlu dijaga kelestariannya. Gangguan dari luar yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi hutan salah satunya adalah kebakaran hutan. Kebakaran hutan telah kita ketahui bersama menimbulkan dampak sangat merugikan kehidupan manusia. Kerugian yang ditimbulkannya tidak saja berupa hilangnya sumber daya hutan, namun juga berdampak merugikan bagi sektor di luar kehutanan seperti kesehatan, perhubungan, perdagangan , sektor pariwisata serta mengakibatkan terjadinya banjir.

Kebakaran hutan terjadi disebabkan oleh bersatunya ketiga unsur pembentuk api, yaitu bahan bakar, oksigen dan panas. Musim kemarau yang kering dan panas. kondisi alam serta prilaku manusia dalam menggunakan api menyebabkan kebakaran hutan menjadi masalah rawan. Wibowo (1995) mengatakan kondisi iklim sulit dimodifikasi, oleh karena itu menekan potensi bahan bakar untuk mengurangi/mengendalikan kebakaran merupakan salah satu usaha yang mendapat prioritas dalam kegiatan pengelolaan hutan. Mengingat bahwa rempah-rempah dan serasah lantai hutan yang lapuk dan kering di musim kemarau akan mudah sekali terbakar, tentunya semua itu akan menjadi media jalaran api yang efektif, untuk memusnahkan tegakan-tegakan hutan yang sangat bernilai ekonomis (Saferiansyah, 2000).

(4)

4 Pencegahan kebakaran hutan adalah semua usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan-kemungkinan terjadinya kebakaran hutan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk pencegahan adalah dalam fase sebelum kebakaran itu terjadi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pencegahan kebakaran hutan antara lain mendeteksi dini kebakaran yaitu dengan cara mengetahui sumber api penyebab kebakaran hutan.

Areal di sekitar Daerah Tangkapan Air Sungai Besar Sub-sub DAS Riam Kanan sangat rawan akan bahaya kebakaran. Akibat pembakaran, api bisa

berpindah dari sumber-sumber bahan bakar yang kecil terbawa angin sehingga mengakibatkan kelompok-kelompok hutan lainnya. Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis melakukan penelitian mengenai identifikasi sumber-sumber api penyebab kebakaran hutan di Daerah Tangkapan Air Sungai Besar Sub-sub DAS Riam Kanan Kalimantan Selatan

B.Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sumber api penyebab kebakaran hutan di Daerah Tangkapan Air Sungai Besar Sub-sub DAS Riam Kanan kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dan bahan masukan bagi instansi terkait untuk mengembangkan sistem penanggulangan kebakaran hutan.

(5)

5 II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebakaran Hutan

Kebakaran Hutan dibedakan dengan kebakaran lahan. Kebakaran hutan adalah kebakaran yang terjadi di dalam kawasan hutan, sedangkan kebakaran lahan adalah kebakaran yang terjadi di luar di kawasan hutan. Kerbakaran hutan terjadi baik disengaja maupun tanpa disengaja. Dengan kata lain kebakaran hutan dan lahan diakibatkan oleh faktor kesengajaan manusia oleh beberapa kegiatan, seperti kegiatan perladangan, peerkebunan (PIR), HTI, Penyiapan lahan untuk ternak sapi, dan sebagainya.

Davis (1959), menyebutkan agar api dapat menyala maka dibutuhkan tiga hal utama yaitu bahan bakar, panas dan oksigen (udara), diamana ketiga komponen itu tersebut dikenal dengan istilah segitiga api (fire triagle). Pendapat tersebut didukung oleh Sagala (1988) yang menyatakan bahwa api sebagai penyebab utama kebakaran adalah suatu proses kimia yang berlangsung antara bahan bahan bakar, panas dan udara (oksigen), dimana untuk dapat terjadinya kebakaran temperatur bahan bakar harus naik sampai mencapai titik bakar.

B. Tipe-Tipe Kebakaran Hutan

Menurut Purbowoseso (2000),kebakaran hutan dan lahan ditinjau dari aspek jenis kebakaran dapat dibedakan menjadi tiga bentuk :

1. Kebakaran bawah (Ground fire)

Kebakaran bawah biasanya terjadi pada hutan bertanah gambut, atau jenis tanah mengandung mineral seperti batu bara. Hal ini terjadi karena adanya bahan-bahan organik di bawah lapisan serasah yang mudah terbakar, kebakaran bentuk

(6)

6 ini menjalar di bawah permukaan tidak merupakan nyala api dan muncul kepermukaan berupa asap sehingga sangat sulit dideteksi dan dipadamkan. Kebakaran bawah tidak dipengaruhi oleh angin sehingga umumnya bentuk kebakaran ini adalah bundar.

2. Kebakaran permukaan (Surface fire)

Kebakaran ini terjadi pada permukaan tanah, dimana api membakar serasah, semak-semak dan anakan pohon tetapi tidak sampai membakar tajuk pohon, namun apabila angin bertiup kencang, kebakaran permukaan bisa menjalar ke atas sehingga menyebabkan kebakaran tajuk. Kebakaran permukaan dipengaruhi oleh angin, sehingga kebakaran berbentuk elips.

3. Kebakaran Tajuk (Crown fire)

Kebakaran tipe ini adalah kebakaran yang terjadi pada tajuk-tajuk pohon. Api berawal dari serasah, kemudian merambat ke tajuk pohon. Api loncat bisa juga menyebabkan kebakaran tajuk, karena angin bertiup kencang sehingga membawa api yang berasal dari areal kebakaran ke areal lain dan apabila mengenai tajuk dengan kondisi kering maka tajuk tersebut akan terbakar. Kebakaran tajuk dipengaruhi oleh angin sehingga kebakaran berbentuk elips seperti bentuk kebakaran permukaan. Kebakaran ini menimbulkan kebakaran berskala besar, sehingga sulit dipadamkan.

C.Sumber api yang Menyebabkan Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan dapat terjadi karena 2 faktor yaitu secara alam maupun disebabkan oleh kelalaian manusia (Departemen Kehutanan, 1992). Kebakaran hutan yang terjadi selama ini sangat kecil kemungkinannya disebabkan faktor

(7)

7 alam, akan tetapi faktor manusialah yang sangat berperan. Manusia dapat menyebabkan terjadinya kebakaran melalui dua cara yaitu langsung dan tidak langsung (Nicolas et al, 2002).

Menurut Suratmo (1978), sebab-sebab timbulnya kebakaran hutan sangat penting untuk diketahui dan menetukan cara pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan. Pada umumnya sebab-sebab timbulnya kebakaran hutan dapat dibagi sebagai berikut :.

1. Bekas suatu pembakaran

Api berasal dari suatu pembakaran yang bisa dilakukan petani pada ladangnya yang berdekatan dengan hutan

2. Api dari pekerjaan hutan dan penebangan hutan

Pekerjaan hutan, baik yang bekerja sebagai penebang, pemotong, pengangkut kayu atau pemeliharaan hutan, sering menyalakan api di hutan baik yang merebus air maupun untuk merokok dan karena kelengahannya api tersebut dapat menyebabkan kebakaran hutan

3. Api diperkemahan

Sering terjadi pada hutan-hutan wisata atau hutan didekat tempat dimana banyak wisatawan berkemah. Api berasal dari dapurnya (api untuk masak), lampu dan lain-lain.

4. Rokok dan korek Api

Api dari puting rokok dan korek api orang-orang yang lewat didekat hutan, biasanya terjadi sepanjang jalan kaki atau jalan mobil

(8)

8 Termasuk disini adalah kebakaran hutan yang belum pasti atau sama sekali belum diketahui penyebabnya, sampai saat ini masih banyak kebakaran hutan yang penyebabnya secara pasti belum diketahui, kebakaran yang belum pasti sebabnya sangat sulit untuk diketahui cara pencegahannya.

Faktor penyebab kebakaran hutan dan lahan, terjadi karena adanya dua hal yaitu adanya sumber api dan bahan bakar. Sumber api dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu api dari pembuakan lahan, api dari kebakaran yang disengaja dan api dari bahan bakar (lahan perkebunan/pertanian, hutan, batu bara yang terbuka) berada dalam kondisi yang cukup kering akibat iklim, yaitu kemarau panjang (Subari,2002).

Kebakaran hutan dan lahan merupakan indikator pengelolaan kawasan hutan dan lahan yang tidak mantap. Kebakaran hutan dapat saja terjadi di areal HPH, HTI dan kawasan hutan konversi jika kondisi vegetasi hutannya sudah rusak sedang kebakaran lahan dapat terjadi pada lahan tidur milik masyarakat, perkebunan, areal transmigrasi dan areal pertanian. Adapun penyebab utama kebakaran tersebut adalah konversi lahan, perladangan liar, pertanian, kecemburuan social dan perilaku masyarakat dan pengusaha yang telah menyalah gunakan pemakaian api dalam aktifitas sehari-hari. Penyebab utama kebakran tersebut harus diketahui sejak dini sebagai bahan strategi pengendalian kebakaran hutan dan lahan (Tampubolon, 2002).

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebakaran Hutan

Menurut Simatupang (1991) dikutip oleh Mayangsari (2003) mengemukakan bahwa kecepatan menjalarnya api dan besarnya api yang berbeda-beda pada setiap kebakaran hutan disebabkan oleh faktor-faktor yang

(9)

9 mempengaruhinya. Guna usaha pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan faktor-faktor tersebut harus diperhatikan dan diketahui , faktor-faktor tersebut antara lain :

1. Bahan Bakar

Sifat-sifat dari bahan bakar yang dpat mempengaruhi terjadinya kebakaran hutan dapat dibagi menjadi lima yaitu :

a. Ukuran Bahan Bakar

Ukuran bahan bakar ada kaitannya dengan kelakuan sifat kebakaran yang terjadi. Bahan bakar yang halus akan mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, mudah mengering, namun mudah pula menyerap air. Api akan semakin cepat menjalar bila luas permukaan bahan bakar semakin besar. Bahan bakar kasar, kadar air yang bila luas permukaan bahan bakar semakin besar. Bahan bakar kasar, kadar air yang dikandung lebih stabil, tidak cepat mengering, sehingga sulit terbakar. Namun apabila terbakar akan memberikan penyalaan api lebih lama (Purbowaseso, 2000).

b. Susunan bahan bakar

Susunan bahan bakar dibedakan atas susunan secara vertikal dan horisontal. Bahan bakar dengan susunan vertikal atau ke arah atas tajuk akan memungkinkan api mencapai tajuk dalam waktu singkat. Susunan bahan bakar secara horisontal bahan bakar dapat menyebar, sehingga api dapat juga menyebar berkesinambungan secara mendatar

c. Volume Bahan Bakar

Volume bahan bakar dalam jumlah besar akan menyebabkan api lebih besar, temperatur disekitar lebih tinggi, sehingga terjadi kebakaran yang sulit

(10)

10 dipadamkan. Sedangkan volume bahan bahan bakar yang sedikit akan terjadi sebaliknya.

Wibowo (1997), yang dikutip oleh Purbowoseso (2000), mengistilahkan volume bahan bakar dengan kuantitas bahan bakar. Selanjutnya dibagi menjadi dua bagian yaitu :bahan bakar potensial (total) dan bahan bakar tersedia. Bahan bakar potensial adalah jumlah bahan bakar yang terbakar pada kondisi cuaca ekstrim (kering dan panas) serta intensitas kebakaran yang tinggi, sedangkan bahan bakar tersedia adalah bahan bakar yang tersedia pada setiap kebakaran hutan. Jumlah dari bahan bakar tersedia akan bervariasi dan tergantung dari ukuran, susunan dan kadar air bahan bakar.

d. Jenis bahan bakar

Bahan bakar berasal dari berbagai macam komponen vegetasi, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati (Purbowaseso, 2000).

Sagala (1994), membedakan jenis bahan bakar ini lebih terperinci lagi, yaitu serasah lantai hutan, serasah tebangan, tumbuhan bawah (epatorium, alang-alang dan resam), kanopi, tumbuhan bawah bertaut dengan kanopi, rerumputan, semak, gambut, batang melapuk tergeletak dan batang melapuk berdiri.

e. Kandungan kadar air dan kimiawi bahan bakar

Kadar air bahan bakar sangat berpengaruh dalam menentukan perilaku kebakaran, kemudahan bahan bakar untuk menyala, kecepatan proses pembakaran, kecepatan menjalarnya api dan kemudahan usaha pemadaman dalam kebakaran. Kelembaban bahan bakar yang rendah akan mendirikan dampak penting pada penyalaan, penyebaran dan intensitas api. Bahan bakar yang banyak mengandung air akan sulit, demikian sebaliknya.

(11)

11 Beberapa jenis vegetasi mengandung bahan-bahan kimiawi, seperti kandungan minyak dan damar yang membantu api menyebar, meskipun pada keadaan kelembaban yang tinggi (Sagala, 1994).

2. Cuaca

Purbowaseso (2000), membagi faktor-faktor penting penyebab kebakaran hutan dalam lima bagian , yaitu :

a. Angin

Angin merupakan faktor pemicu dalam tingkah laku api. Adanya angin akan menurunkan kelembaban udara, sehingga mempercepat pengeringan bahan bakar, memperbesar kesediaan oksigen, sehingga api dapat berkobar dan merambat cepat, serta dengan adanya angin akan mengarahkan lidah api ke bahan bakar yang belum terbakar. Angin juga dapat menerbangkan bara api sehingga menimbulkan api loncat, yang bisa menyebabkan lokasi kebakaran baru.

b. Suhu udara

Suhu udara tergantung dari intensitas panas/penyinaran matahari. Areal dengan intensitas penyinaran matahari yang tinggi akan menyebabkan bahan bakar cepat mengering, sehingga memudahkan terjadinya kebakaran. Suhu yang tinggi akan mengindikasikan bahwa daerah tersebut cuacanya kering sehingga rawan kebakaran.

c. Curah hujan

Bahan bakar yang mengandung kadar air tinggi dan kelembaban udara tinggi akan sulit terjadi kebakaran. Faktor curah hujan diduga merupakan faktor pemicu utama terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

(12)

12 d. Keadaan air tanah

Keadaan air tanah ini sangat penting terutama di aerah gambut. Pada musim penghujan, daerah gambut hampir seluruh tanahnya terendam air. Hal ini karena keadaan air tanahnya yang melimpah. Pada musim kemarau, kondisi air tanah akan menurun menyebabkan lapisan permukaan gambut menjadi kering. Penurunan air tanah pada daerah gambut bisa mencapai tiga meter, dan pada batas kedalaman ini pulalah merupakan gambut yang rawan kebakaran.

e. Kelembaban nisbi

Kelembaban nisbi adalah perbandingan antara jumlah uap air yang ada dengan jumlah uap air yang dapat ditampung oleh suatu volume udara pada suhu dan tekanan atmosfer tertentu.

3. Waktu

Perbandingan waktu secara alamiah dibedakan atas waktu siang dan malam. Pada waktu siang, umumnya kondisi cuaca yang terjadi adalah kelembaban udara rendah, suhu udara tinggi dan angin bertiup kencang. Sedangkan pada waktu malam hari cuaca umumnya justru sebaliknya. Oleh karena itu adanya kondisi cuaca yang menyertai waktu terjadinya, menyebabkan adanya hubungan antara waktu dengan keadaan kebakaran.

4. Topografi

Topografi adalah gambaran permukaan bumi yang meliputi relief dan posisi alamnya serta cirri-ciri merupakan hasil dari bentukan manusia.

(13)

13 a. Kemiringan

Kemiringan merupakan faktor utama yang emempengaruhi tingkah laku api. Lahan dengan kemiringan sangat curam memungkinkan terjadinya lidah api yang besar, sehingga hal ini mempercepat pengeringan bahan bakar.

b. Arah lereng (aspek)

Wilayah dengan arah lereng menghadap matahari menyebabkan kondisi yang rentan terhadap kebakaran karena bahan bakar cepat kering dan mudah tersulut, apabila sudah tersulut maka api akan lebih cepat menjalar karena angin bertiup lebih kencang. Pada arah lereng yang langsung menghadap matahari akan terjadi hal-hal

sebagai berikut :

1) Kondisi suhu lebih tinggi 2) Angin bertiup lebih kencang 3) Kelembaban udara rendah

4) Kandungan air bahan lebih rendah c. Medan

Kondisi medan berperan sebagai penghalang yang mampu mengendalikan aliran angin seperti bukit, mengakibatkan aliran angin bisa berubah menyebabkan turbulensi atau pusaran angin. Di wilayah belakang penghalang tersebut dan apabila di wilayah tersebut terdapat lembah terjal, maka angin akan bertiup lebih kencang lagi dan kemungkinan besar akan terjadi api loncat yang cukup jauh sehingga bisa menyebabkan areal kebakaran baru pada wilayah lain.

(14)

14 III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak dan Luas

1. Sebelah Utara : Kecamatan Astambul 2. Sebelah Timur : Kecamatan Aranio 3. Sebelah Selatan : Kecamatan Pelaihari 4. Sebelah Barat : Kecamatan Bati-Bati

Luas Kecamatan Karang Intan adalah 215.35 Km2, luas desa Sungai Besar 3.0 Km2, Desa Biih 11.44 Km2 dan desa Abirau 19.51 Km2.

B. Jenis Tanah

Jenis tanah di Desa Sungai Besar dan Desa Biih organosol dengan bahan organik alluvial, di Desa Abirau batuan beku dengan komponen podsolik komplek Merah kuning dan laterik.

C. Iklim

Iklim merupakan salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi seberapa besar kebakaran terjadi, faktor iklim diantaranya adalah suhu, curah hujan dan kelembaban. Untuk menentukan tipe iklim digunakan sistem Schmidt dan Fergusson yaitu dengan didasarkan perbandingan rata-rata jumlah bulan kering dan bulan basah yang dinyatakan dalam persen (%) atau nilai Q. Kriteria bulan kering bila curah hujan kurang dari 60 mm dan bulan basah apabila jumlah curah hujan lebih dari 100 mm. Seacara rinci dapat dilihat pada tabel 1.

Perhitungan di atas dapat diketahui nilai Q adalah 17,44 %. Berdasarkan klasifikasi tipe iklim menurut Schmidt dan fergusson pada tebel 1 kecamatan karang Intan termasuk dalam tipe iklim B (basah).

(15)

15

D. Penggunaan Lahan

Luas penggunaan lahan pada ketiga (3) desa yang dijadikan lokasi penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Luas penggunaan lahan ketiga desa kecamatan Karang Intan

Kegunaan Luas

Sungai Besar Biih Abirau

Pertanian sawah 575 60 3

Ladang / Tegalan 25 - 5

Perkebunan 425 800 7

Padang 40 - 375

Lahan tidur 10 - 200

E. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat

Jumlah penduduk kecamatan karang Intan 28.380 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut terdiri dari laki-laki sebanyak 14.304 jiwa dan perempuan sebanyak 14.076 jiwa, jumlah penduduk desa Sungai besar 625 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 329 jiwa dan perempuan 323 jiwa dengan 165 kepala keluarga, jumlah penduduk desa Biih 1.525 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 718 jiwa dan perempuan 807 jiwa dengan 464 kepala keluarga, jumlah penduduk desa Abirau 1.172 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 584 jiwa dan perempuan 588 jiwa dengan 300 kepala keluarga. (Sumber : Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar).

Sebagian besar penduduk Kecamatan karang intan adalah petani sawah,peani karet, peternak ayam,peternak sapi petani kebun, petambak,penambang batu sungai, pegawai negeri dan karyawan swasta.

(16)

16 IV. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Tangkapan Air Sungai Besar Sub-sub DAS Riam Kanan Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan ini selama kurang lebih 2 (dua) bulan (April-Mei 2011)

B. Objek dan Peralatan Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah masyarakat. Peralatan yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Daftar pertanyaan/kuisioner

2. Alat tulis menulis untuk mencatat data 3. Peta lokasi.

C. Prosedur Pengambilan Data

Penelitian tentang sumber api penyebab kebakaran hutan ini tergolong dalam penelitian deskriftif. Data diambil dalam skala kualitatif dan kuantitatif, maka jenis data yang akan dikumpulkan berupa pengumpulan data jenis secara empiris dan pengumpulan data secara normatif. Penentuan sampel (responden) berdasarkan purposive sampling dengan intensitas minimal 10 % dari jumlah Kepala keluarga.

Dalam pengumpulan data lapangan dilakukan pendekatan dengan metode sebagai berikut:

1. Wawancara langsung (interview guide) dengan masyarakat yang berada di sekitar lokasi kebakaran

(17)

17 2. Observasi yaitu mengadakan peninjauan dan pengamatan di lokasi areal

kebakaran

D. Analisis Data

Data yang dikumpulkan dibuat rekapitulasinya, sehubungan dengan data yang dikumpulkan sebagian dalam skala kulitatif, maka dalam analisisnya digunakan pendekatan “analisis tabulasi” atau “content analysis”. data kuantitatif yaitu untuk mengetahui bagaimana kemungkinan sumber-sumber api ditentukan masyarakat desa terhadap lokasi kebakaran dilakukan uji “Chi Square”. Bentuk rancangan tabulasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah seperti Tabel 4.

Tabel 3. Sumber-sumber kebakaran hutan di DTA Sungai Besar Sub-sub DAS Riam Kanan

NO Responden (KK)

Sumber Api Tidak

tahu Lokasi Pekerjaan ladang Pekerjaan Hutan Ternak sapi Areal reboisasi 1 2 dst K1 1 2 dst K2 n Kn

Keterangan : K1, K2, Kn = Lokasi Kebakaran; 1,2,3…n = Responden

Table 4. Jumlah Responden Sumber-sumber Kebakaran pada Berbagai Lokasi Kebakaran di Sub Das Sungai Besar Das Riam Kanan

NO Lokasi

Kebakaran

Sumber Api Tidak tahu

Pekerjaan ladang Pekerjaan Hutan Ternak sapi Areal reboisasi 1 2 N Jumlah ()

(18)

18 Untuk mengetahui bagaimana peluang Sumber-sumber api ditentukan masyarakat Desa sekitar terhadap lokasi kebakaran, maka dilakukan uji “Chi Square”. Sugiono (1997) dikutip oleh Saferiansyah (2000) menyatakan rumus dasar uji “Chi Square”: Hipotesis yang digunakan adalah :

Ho : Peluang sunber-sumber kebakaran hutan pada lokasi kebakaran adalah sama Ha : Peluang sumber-sumber kebakaran hutan pada lokasi kebakaran tidak sama

Kemudian untuk mengetahui persentase jumlah responden yang Tabel 7. Tabel 5. Perasentase sebab-Sebab Kebakaran Hutan di DTA Sungai Besar Sub-sub DAS Riam Kanan

A. Lokasi Kebakaran Pertama

Sumber Api Jumlah Responden Persentase (%) 1. Pekerjaan ladang 2. Pekerjaan Hutan 3. Ternak Sapi 4. Areal Reboisasi 5. Tidak Tahu Jumlah

(19)

19 V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari data kuisioner mengenai sumber api penyebab kebakaran hutan di Derah Tangkapan Air, kemudian disajikan sebagai berikut :

Tabel 6. Jumlah responden sumber api penyebab kebakaran Hutan

di Daerah Tangkapan Air Sungai Besar Sub-sub Das Riam Kanan

NO Lokasi Kebakaran Pekerjaan .Ladang Pekerjaan. Hutan Ternak Sapi Areal Reboisasi Tidak Tahu 1 Sungai Besar 6 2 10 0 2 2 Biih 21 6 18 0 5 3 Abirau 14 6 12 0 1 JUMLAH 41 14 40 0 8

Untuk mengetahui lebih jelas persentase sebab-sebab kebakaran hutan di Daerah Tangkapan Air Sungai Besar Sub-sub Das Riam Kanan dapat dilihat

pada gambar 1.

Gambar 1. Persentase sumber Api Penyebab Kebakaran di Desa Sungai Besar, Desa Biih dan desa abirau

0 10 20 30 40 50 P .Lad ang P .hu ta n T er n ak sa p i Ar ea l re b o isa s i T idak Tah u Sungai Besar Biih Abirau

(20)

20 Tabel 7. Hasil Perhitungan Uji “Chi Square”

Alternatif sumber

Kebakaran Fo fn fo-fn (fo-fn)2

(fo-fn)2 fn P. Ladang 6 4 2 4 1 P.Hutan 2 4 -2 4 1 Ternak Sapi 10 4 6 36 9 A.Reboisasi 0 4 -4 16 4 Tidak Tahu 2 4 -2 4 1 Jumlah 20 20 0 64 16 X2 16

Berdasarkan dk= 4 dan pada tingkat kesalahan 5 % maka diperoleh harga Chi Square tabel = 9.49. Ternyata harga X2 hitung (16) > X2 tabel (9.49), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini Berarti peluang sumber api penyebab kebakaran hutan di Desa Sungai Besar adalah tidak sama.

Tabel 8. Hasil Perhitungan Uji “Chi Square Di desa Biih Alternatif sumber

Kebakaran fo fn fo-fn (fo-fn)2

(fo-fn)2 fn P. Ladang 21 10 11 121 12.1 P.Hutan 6 10 -4 16 1.6 Ternak Sapi 18 10 8 64 6.4 A.Reboisasi 0 10 -10 100 10 Tidak Tahu 5 10 -5 25 2.5 Jumlah 50 50 0 326 32.6 X2 32.6

Berdasarkan dk= 4 dan pada tingkat kesalahan 5 % maka diperoleh harga Chi Square tabel = 9.49. Ternyata harga X2 hitung (32.6) > X2 tabel (9.49), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini Berarti peluang sumber api penyebab kebakaran hutan di Desa Biih adalah tidak sama, artinya pada lokasi kedua ini peluang sumber-sumber kebakaran hutan juga tidak sama dan berdasarkan data persentase sumber api penyebab kebakaran hutan lokasi kedua disajikan pada gambar 1.

(21)

21 Tabel 9. Hasil Perhitungan Uji “Chi Square” Di desa Abirau

Alternatif sumber

Kebakaran fo fn fo-fn (fo-fn)2

(fo-fn)2 fn P. Ladang 14 7 7 49 7.00 P.Hutan 6 7 -1 1 0.14 Ternak Sapi 14 7 7 49 7.00 A.Reboisasi 0 7 -7 49 7.00 Tidak Tahu 1 7 -6 36 5.14 Jumlah 35 35 0 184 26.29 X2 26,29

Berdasarkan dk= 4 dan pada tingkat kesalahan 5 % maka diperoleh harga Chi Square tabel = 9.49. Ternyata harga X2 hitung (26,29) > X2 tabel (9.49), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini Berarti peluang sumber api penyebab kebakaran hutan di Desa Sungai Besar adalah tidak sama.

Untuk mencegah masalah kebakaran yang sengaja oleh orang-orang yang bertanggung jawab, maka haruslah dipahami latar belakangnya dan disesuaikan dengan keadaan setempat. Hubungan dengan masyarakat untuk mengadakan wawancara dan penerangan akan banyak membantu pemecahan masalah kebakaran hutan. Lebih jauh ditegaskan pula, sangsi atau hukuman yang berat bagi orang yang sengaja membakar hutan karena kelalainnya, akan menyebabkan timbulnya kesadaran bahwa kelalaian itu harus dibayar sanagt mahal, lagi pula menimbulkan kebakaran hutan dapat dituntut secara perdata dan pidana karena perbuatannya akan dapat merugikan anggota masyarakat lainnya.

(22)

22 VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sumber api sebagai penyebab kebakaran terbesar dari aktivitas yang ditentukan adalah sebagai berikut : Lokasi pertama 50% berasal dari pekerjaan beternak, Lokasi kedua 42% dari pekerjaan ladang, dan lokasi ketiga 40% berasal dari pekerjaan adalah variasi keduanya yaitu berladang dan beternak.

2. Berdasarkan pengujian yang dilakukan maka sumber api sebagai penyebab kebakaran yang terjadi diketiga desa tempat penelitian adalah tidak sama.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penyuluhan dan penerangan kepada masyarakat yang tinggal disekitar hutan tentang bahaya kebakaran hutan. Lebih jauh lagi untuk seluruh lapisan msyarakat agar muncul kesadaran akan adanya bahaya kebakaran hutan.

2. Agar lebih efektif perlu dibentuk suatu regu (tim) yang terdiri dari masyarakat yang tinggal disekitar hutan, yang bertugas untuk mengontrol atau menangani kebakaran hutan dalam hal ini juga diharapkan peran serta dari instansi terkait untuk penyandang biaya dalam pengawasan kebakaran hutan.

(23)

23

DAFTAR PUSTAKA

Mayangsari, R. 2003. Pengaruh Kadar Air Serasah Dari Berbagai Jenis Vegetasi terhadap Bahaya Kebakaran Permukaan Di Areal Uji Coba BP2HTI-BT Riam Kiwa kabupaten Banjar. Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru

Nicolas, M.V.J, Anugriansyah, M, and Budi,S.E. 2002. Pengelolaan Kebakaran Hutan Berbasis Massyarakat. European Commission. Indonesia Forest Programme

Purbowaseso, Bambang. 2000. Pengendalian Kebakaran Hutan. Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru

Saferiansyah, M. 2000. Studi Sumber api Penyebab Kebakaran Hutan di Desa Artain Kawasan Lindung Riam Kanan Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Fakultas Kehutanan Unlam Banjarbaru

Sagala,A.P.S, 1994. Pengendalian Api Pada Reboisasi di Lahan Alang-alang di Tapin. Departemen Kehutanan Direktorat Jendral Reboisasi &

Rehabilitasi lahan. Balai teknologo reboisasi Banjarbaru. Kalimantan Selatan

Subari, D. 2002. Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan. Buletin Kehutanan Kalimantan Selatan No.1

Suratmo, F.G. 1978. Ilmu Perlindungan Hutan. Pusat Pendidikan kehutanan Cepu Direksi Perum Perhutani, Cepu

Tampubolon, A.P. 2002. Status IPTEK dan Sinergi Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan. Prosiding Gelar Teknologi Pengendalian Kenakaran Hutan dan lahan Terpadu. Badan Litbang Kehutanan Pusat Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Banjarbaru

Wibowo, A. 1995. Pembakaran terkendali pada Hutan Eucalyptus Kering di Wombat State, Viktoria, Australia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konsenvasi Alam. Bogor

. 1997. Memahami Perilaku Kebakaran Hutan. Duta Rimba No.205-206.

Gambar

Tabel 2. Luas penggunaan lahan ketiga desa kecamatan Karang Intan
Table 4. Jumlah Responden Sumber-sumber Kebakaran pada Berbagai Lokasi  Kebakaran di Sub Das Sungai Besar Das Riam Kanan
Tabel 5. Perasentase sebab-Sebab Kebakaran Hutan di DTA Sungai Besar  Sub-sub DAS Riam Kanan
Tabel 6.  Jumlah responden sumber api penyebab kebakaran Hutan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Mata kuliah ini disampaikan disemester-2 dan semester-3, tentunya kemampuan mahasiswa untuk dapat mengingat materi statistik yang telah disampaikan, akan mempengaruhi

Terdapat peningkatan kegiatan belajar siswa dengan diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check pada mata pelajaran Konstruksi Bangunan kelas X TGB 1 SMKN 1

Tingginya rata-rata skor post-test siswa kelas eksperimen dikarenakan pada kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan model CLIS disertai booklet yang memuat sederetan

Namun berdasarkan uji pada kedua kelompok, akupresur kombinasi pada titik LR3, LI4 dan titik Yintang tidak berpengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore pada remaja

Pertunjukkan Pacu Jawi yang sarat akan nilai-nilai dan pesan-pesan moral telah memberikan corak dalam membentuk karakter, sikap dan prilaku masyarakat Tanah Datar

Metode penelitian dalam makalah ini adalah studi eksplorasi literatur dan empiris tentang dimensi budaya di beberapa organisasi yang berada di Indonesia, dengan

Judul Karya Ilmiah : Kepemilikan Pemerintah, Kepemilikan Asing, dan Kredit Valuta Asing Bank di Indonesia. Jumlah Penulis : 2 (dua) orang (1

Penghapusan Alat Kesehatan Bermerkuri dan Penarikan Alat Kesehatan Bermerkuri di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilaksanakan sesuai dengan Pedoman Penghapusan dan