GANGGUAN TIROID
GANGGUAN TIROID
ANATOMI KELENJAR TIROID MANUSIA ANATOMI KELENJAR TIROID MANUSIA
Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak pada leher bagian bawah di sebelah anterior trakea. Kelenjar ini
pada leher bagian bawah di sebelah anterior trakea. Kelenjar ini merupakamerupakan kelenjarn kelenjar endokrin yang dibungkus oleh kapsula yang berasal dari lamina pretracheal fascia endokrin yang dibungkus oleh kapsula yang berasal dari lamina pretracheal fascia profunda. Kaps
profunda. Kapsula ini melekula ini melekatkan tiroid ke laring atkan tiroid ke laring dan trakea. dan trakea. Kelenjar ini teKelenjar ini terdiri atasrdiri atas dua buah lobus lateral yang dihubungkan jembatan jaringan isthmus tiroid yang tipi dua buah lobus lateral yang dihubungkan jembatan jaringan isthmus tiroid yang tipi ss di bawah kartilago krikoidea di leher.
di bawah kartilago krikoidea di leher.
Suatu keadaan yang menandai bahwa kondisi kelenjar tiroid dan kadar hormonnya Suatu keadaan yang menandai bahwa kondisi kelenjar tiroid dan kadar hormonnya normal disebut eutiroid
normal disebut eutiroid
Proses pengeluaran hormon tiroid secara normal adalah sebagai berikut Proses pengeluaran hormon tiroid secara normal adalah sebagai berikut a.
a. Kondisi Kondisi kadar kadar hormon hormon tiroid tiroid rendah rendah b. Kondisi b. Kondisi kadar kadar hormon hormon tiroid tiroid tinggitinggi
Konversi T4 ke T3 Konversi T4 ke T3 Hipotalamus Hipotalamus Sekresi TRH Sekresi TRH Hi Hi ofofisisisis Sekresi TSH Sekresi TSH
Reseptor TSH/TIH merangsang kelenjar tiroid Reseptor TSH/TIH merangsang kelenjar tiroid
Sekresi hormon tiroid (T3 & T4) Sekresi hormon tiroid (T3 & T4)
Kadar hormon tiroid di tubuh Kadar hormon tiroid di tubuh ↑↑
Hipotalamus Hipotalamus Sekresi TIH Sekresi TIH Hi Hi ofofisisisis
Reseptor TSH/TIH merangsang Reseptor TSH/TIH merangsang
kelenjar tiroid kelenjar tiroid
Sekresi hormon tiroid (T3 & T4) Sekresi hormon tiroid (T3 & T4)
dihentikan dihentikan
Kadar hormon tiroid di tubuh Kadar hormon tiroid di tubuh ↓↓
T3 dan T4
T3 dan T4 dihasilkan di kelenjar tiroiddihasilkan di kelenjar tiroid
T3 dan T4 beredar ke pembuluh darah dan jaringan T3 dan T4 beredar ke pembuluh darah dan jaringan
Di sel, T3
Di sel, T3 dapat menuju taget sel melalui difusi atau transportdapat menuju taget sel melalui difusi atau transport
T4 diubah menjadi T3 oleh 5-deiodinease di
T4 diubah menjadi T3 oleh 5-deiodinease di sitoplasmasitoplasma
T3 masuk ke nukleus
HIPERTIROID
Faktor Risiko
o Genetik penyakit autoimun memilki kecenderungan untuk mewariskan kepada keluarganya. o Riwayat penyakit gondok
o Gender : wanita lebih beresiko untuk terjadinya hipertiroid dibandingkan dengan pria karena produksi
hormon pada wanita lebih kompleks dibandingkan dengan produksi hormon pria (Harmanto, 2004).
o Penyakit autoimun penyakit autoimun akan menyebabkan tubuh menyerang sel, jaringan atau organ
tubuhnya sendiri karena diangap sebagai sesuatu yang asing, maka tubuh juga akan menyerang sel- sel dalam kelenjar tiroid sehingga sel- sel mati dan tidak menghasilkan hormon.
o Ibu hamil (Graves Disease) peningkatan hormon estrogen pada saat kehamilan akan meningkatan
TBG (Tiroid Binding Globulin) yang berikatan dengan T3 dan T4 untuk diedarkan keseluruh tubuh.
Tanda dan Gejala
o Dada kiri berdebar- debar
Penderita hipertirod jantung terjadi peningkatan jumlah dan afinitas dari reseptor beta adrenergik, hal ini kan mengakibatkan peningkatan kerja otot jantung denyut jantung meningkat bersaam dengan meningkatnya cardiac output.
o Mata tampak melotot (exoptalmus)
TSH yang tinggi merangsang sel- sel mata akibatnya terjadi pengeluaran sitokin yang mendorong terjadinya peradangan dan edema eksoftalmus yang merusak mata sehingga timbul double vision. Selain itu terjadi pembengkakan jaringan lemak disekitar mata.
o Tremor
Pada penedita hipertiroid sistem syaraf perifer terjadi lebih cepat. Mekanisme kontraksi otot perifer umumnya dikontrol lewat serebelum dan ganglion basalis, namun pada pasien hipertiroid terjadi rangsangan berlebihan terhadap ganglion basalis. Oleh karena itu pada otot terjadi kontraksi yang berlebihan yang akan terjadi tremor.
o Sering berkeringat
Pada pasien hipertiroid terjadi peningkatan keringat akibat tingginya metabolisme dalam tubuh sehinga terjadi akumulasi panas dalam tubuh (intoleransi panas). Keringat memungkinkan pengeluaran panas berlebihan melaui penguapan atau evaporasi dari permukaan kulit (Marks, 2000).
o Cepat merasa lapar
Pada hipertiroid terjadi takikardi yang menyebabkan meningkatnya aktivitas gastrointestinal. Selain itu T3 dan T4 merangsang proses glukoneogenesis dan glikogenesis. Glukoneogenesis menyebabkan massa otot menurun dan kelemahan.
Patofisiologi
a. Kondisi hipertiroid
b. Iodida
Iodida sering digunakan sebagai terapi tambahan untuk menyiapkan pasien dengan penyakit Grave sebelum
menjalani operasi, untuk menginhibisi pelepasan hormon tiroid dan dengan cepat mencapai keadaan euthyroid (= kelenjar tiroid berfungsi normal) pada pasien yang sangat tirotoksik dengan dekompensasi kardia, atau untuk meng-inhibit pelepasan hormon tiroid setelah terapi RAI.
Bentuk sediaan:
- Kalium iodidatersedia sebagailarutan jenuh(larutan jenuh kalium iodida[SSKI]), yang berisi 38mgiodidaperdrop, atau
- Larutan Lugol, yang berisi 6,3mgiodidaper drop
Kontra-indikasi: Iodida kontraindikasi dengan multinodular goiters (MNGs) toksik Hipotalamus Sekresi TIH Hipofisis ≠ berikatan dengan reseptor di kelenjar tiroid TSI merangsang kelenjar tiroid dengan berikatan dengan reseptor Sekresi hormon tiroid (T3 & T4) tidak berhenti Kadar hormon tiroid di tubuh ↑ Sekresi hormon tiroid (T3 & T4) tidak berhenti Terapi 1. Tujuan
Tujuan terapi secara keseluruhan untuk menghilangkan kelebihan hormon tiroid dan meminimalkan gejala dan efek jangka panjang dari hipertiroidisme. Terapi harus individual berdasarkan jenis dan tingkat keparahan dari hipertiroidisme, usia pasien dan jenis kelamin, adanya kondisi nonthyroidal, dan respon terhadapterapisebelumnya (Dipiro, 2008).
2. Terdapat 5 treatment yang digunakan untuk terapi Grave’s
disease, yaitu obat golongan β-blocker, Iodida, obat antitiroid/antithyroid drugs (ADTs), radioactive iodine therapy dan Thyroidectomy (operasi pengangkatan kelenjar).
a. Obat golongan β-blocker
β-blockerdigunakan untuk mengobati gejala dari
hipertiroidism, khususnya takikardi. Takikardi harus segera ditangani karena banyak kasus kematian akibat keterlambatan penanganan pada pasien Hipertiroid
Farmakokinetika (propranolol): bioavailabilitas
sebesar 30-70%, 90% terikat protein pada pasien dewasa, metabolisme di hati, waktu paruh pada dewasa adalah 3,9-6,4 jam (immediate release) atau 8-10 jam (extended release), eksresi melalui urin 96-99%.
Efek Samping: mual, muntah, gelisah, insomnia,
pusing, bradikardia, dan gangguan hematologi.
Kontra indikasi: gagal jantung dekompensasi. Sinus
bradikardia, pasien yang menerima monoamine oxidase inhibitors atau antidepresan trisiklik, dan orang-orang dengan hipoglikemia spontan.
Efek samping:Efek toksikyangpaling seringdengan terapiiodidaadalahreaksi hipersensitivitas(ruam kulit,
demam, rhinitis, dankonjungtivitis); pembengkakan kelenjar ludah; "Iodism" (rasa logam, rasa terbakar di dalammulut dan tenggorokan, gigi dan gusisakit, sakit kepala, dan kadang-kadangsakit perutdan diare); danginekomastia.
c. Obat Antitiroid/ADTs
Terdapat 2 golongan ADTs yang tersedia yaitu: Propylthiouracil (PTU) dan imidazoles (seperti: Methimazole
(MMI), carbimazole dan thiamazole).
Mekanisme Propylthiouracil (PTU) dan Methimazole (MMI)
Hormon tiroid diproduksi oleh kelenjar tiroid, tiroksin(T4) dan triiodothyronine(T3), yang dibentuk dari gabungan yodium dan protein yang disebut tiroglobulin dengan bantuan enzim peroksidase.Thyroglobulin adalah glikoprotein berukuran besar yang diproduksi kelenjar tiroid sebagai prekursor bagi hormon tiroid dan berfungsi sebagai protein mayor yang terlibat pada metabolisme yodium.
Tiroglobulin terdiri dari protein yang mengandung yodium, yang kemudian terkonversi (melalui proses oksidasi iodin) menjadi hormon tiroksink etika kelenjar tiroid terstimulasi TSH (thyroid stimulating hormone) yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis. PTU& MMI menghambatsintesis hormon pembentukan tiroglobulin dengan cara menggangguenzimperoksidase, sehingga tiroglobulin tidak terbentuk yang menyebabkan produksi hormontiroid berkurang. Obat tersebutjugamengganggu konversi T4 ke T3dengan cara menghambat deiodinasi pada sitoplasma di sel-sel tubuh, sehingga T4 tidak dapat diubah menjadi T3.
Farmakokinetik
diabsorpsi dari GIT dengan baik yaitu 80-95%, dengan konsentrasi serum puncak sekitar 1 jam setelah konsumsi. Waktu paruh PTU dan MMI adalah 1 sampai 2,5 jam dan 6-9 jam. Ekskresi urin sekitar 35% untuk PTU dan <10% untuk MMI.Sekitar 60% sampai 80% dari PTU terikat albumin plasma, sedangkan MMI tidak terikat protein.
Efek samping : Efek samping yang paling serius dari obat tiourea/antitiroid adalah agranulositosis yang
ditandai dengan demam, malaise, gingivitis, infeksi orofaringeal dan jumlah granulosit kurang dari 250/mm3. Efek ini lebih sering terjadi pada pasien yang berumur lebih dari 40 tahun dan menerima dosis MMI lebih besar dari 40mg/hari. Efek samping minor dari PTU dan MMI memiliki insiden keseluruhan dari 5% sampai
25% tergantung pada dosis obat, seperti ruam, arthralgia, demam, leukopenia.
Efek samping ini jarang terjadi namun merupakan efek samping yang dapat menyebabkan komplikasi serius.Hal ini ditandai dengan berkurangnya granulosit dibawah 500/mikroliter. Perkembangan terjadinya agaranulositosis sangat bervariasi yaitu 4 bulan hingga 2 tahun setelah menggunakan obat antitiroid dan kan berulang meskiipun sudah tidak menggunakan ATD. Oleh karena itu perlu adanya kewaspadaan selama dan
setelah menggunakan ATD.
Agranulositosis berkembang muncul secara tiba- tiba dan sulit untuk di cegah, karena itu pasien perlu diberikan edukasi mengenai tanda dan gejala dari adanya efek samping ini yaitu radang tenggorokan dan demam tinggi. Mekanisme agranulositosis belum diketahui secara pasti, namun dimungkinkan karena 2 tipe patogenensis yaitu proses imune-mediated dan direct intoxication. Pada proses imun complemen antibodi IgM menyerang granulosit pada pasien yang menerima PTU dan secara tiba- tiba berkembang menjadi agranulositosis, sedangkan perusakan granulosit secara langsung maupun tidak langsung dimungkikan karena induksi agranulositosis dari anti tiroid drug (Nakamura, 2013).
d. Radioactive iodine therapy
Natrium iodida 131 (131I) adalah cairan oral yang terkumpul di tiroid dan mengganggu sintesis hormon
dengan masuk ke hormone tiroid dan tiroglobulin, menyebabkan nekrosis selular dan fibrosis jaringan interstitial sehingga kelenjar tiroid rusak dan tidak dapat memproduksi hormone tiroid.
Efek samping: hipotiroid (karena kelenjar tiroid rusak sehingga tidak dapat menghasilkan hormone tiroid),
disfagia/nafsu makan turun (karena kelenjar tiroid letaknya berdekatan dengan kerongkongan dan tenggorokan, dimana saat terjadi peningkatan hormone tiroid akan menimbulkan inflamasi kelenjar sehingga menyebabkan rasa tidak enak untuk menelan dan menyebabkan penurunan nafsu makan).
Kontraindikasi: wanita hamil dan menyusui, pasien dengan kanker tiroid, atau pasien yang dicurigai
menderita kanker tiroid, perempuan yang merencanakan kehamilan 4-6 bulan yang akan datang, tingkat Grave’s disease yang parah.
e. Thyroidectomy (operasi pengangkatan kelenjar)
Operasi pengangkatan kelenjar tiroid merupakan terapi pilihan terakhir bila terapi dengan obat antitiroid dan
iodin radioaktif gagal.
Kontraindikasi: penyakit cardiopulmonary, kanker tingkat akhir, dan penyakit lainnya. Efek samping: jarang muncul, seperti mual, muntah, nyeri dan rasa kesulitan untuk menelan.
Berikut tabel terapi dari Grave’s Disease:
Nama Obat Dosis Duration
of action Mekanisme Keterangan Beta-blocker Propanolol Nadolol Dosis awal: 20-40 mg (4 kali sehari) Severe hipertiroid: 240-480 mg/hari
6-12 jam Memblok reseptor β1-adrenergik yang terletak di myocardium, sehingga menyebabkan penurunan denyut jantung.
Digunakan untuk mengatasi gejala hipertiroid (khususnya takikardi) 40 mg (2 kali sehari) 17-24 jam Iodida, bentuk sediaan: - Kalium iodidatersedia sebagailarutan jenuh(larutan jenuh kalium
iodida[SSKI]), yang berisi 38mgiodidaperdrop, atau - LarutanLugol, yang berisi 6,3mgiodidaper drop Dosis awal tipikal SSKI : 3-10 tetes tiap hari (120-400 mg) dalam air atau jus (Dipiro, 2008). Dosis lugol: 1gram/hari selama 12 minggu 6 minggu Menghambat konversiperifertiroksin(T4) ketriiodothyronine(T3) danmenghambatpelepasan hormon.
- Ketika digunakan untuk mempersiapkan pasien sebelum operasi, sebaiknya diberikan 7-14 hari sebelum operasi.
- Sebagai pelengkap RAI, SSKI sebaiknya tidak digunakan sebelum tapi sebaiknya 3-7 hari setelah perawatan dengan RAI
sehingga radioactive iodine bisa terkumpul di tiroid. - Iodida tidak digunakan
dalam pengobatan rutin hipertiroidismedengan penggunaan jangka panjang
karena dapat meningkatkan sekresi hormontiroid . Obat Antitiroid Propylthiouracil (PTU) Dosis awal: 100-200 mg (3 x sehari) Maintenance dose: 50 mg (2-3 kali sehari) (Indonesian PG, 2012). 12-24 jam
menghambat oksidasi iodin di
kelenjar tiroid, menyebabkan tiroglobulin tidak terbentuk, sehingga sintesis hormone tiroid terhambat
menghambat sintesis tiroksin
(T4) menjadi triiodotironin (T3)
PTU lebih disarankan untuk ibu hamil trimester I, pasien dengan sekresi tiroid yang berlebihan (thyroid storm), riwayat alergi terhadap radioactive iodine atau operasi
Methimazole (MMI) Dosis awal: 10-20 mg/ hari Maintenance dose: 5-10 mg/hari (Indonesian PG, 2012).
24 jam Titrasi dosis dapat dilakukan
dengan melihat kondisi pasien. MMI dapat diberikan satu kali sehari dan dpt mengurangi risiko efek samping utama dibanding PTU. Radioactive iodine therapy dosis tunggal 5-15 mCi (80-200 microCi/gram jarngan) (Dipiro, 2008).
- Merusak kelenjar tiroid agar
hormone tiroid tidak
dihasilkan. Iodin yang terkena radiasi akan mengubah iodine menjadi I- yang sifatnya sangat reaktif (sifat dari golongan Halogen). I- inilah yang akan menyebabkan nekrosis sel-sel dalam kelenjar tiroid sehingga kelenjar rusak dan hormone tiroid tidak dapat diproduksi yang menyebabkan rendahnya hormone tiroid dalam tubuh.
Perlu dilakukan monitoring antara 1-3 bulan setelah terapi dengn iodin radioaktif, termasuk monitoring T4 bebas dan total T3. Jika setelah 3 bulan masih tetap menunjukkan thyrotoxic maka diberikan terapi lagi yang kedua.
Sumber: Indonesian Clinical Practice Guidelines for Hyperthyroidism (2012), Dipiro (2008), American Family Phycisians (2002).
1. Terapi Non-farmakologi
Operasi pengangkatan kelenjar tiroid (Thyroidectomy), mengurangi kafein, rokok dan konsumsi alcohol, olah raga secara teratur, konsumsi protein harus tinggi, diet yang diberikan harus tinggi kalori (Dipiro, 2008).Operasi dilakukan bila kondisi dan keadaan darurat, atau pasien alergi terhadap obat antitiroid.
2. Graves Disease pada wanita hamil
Perubahan mencolok dalam paramater tiroid selama kehamilan adalah terjadinya peningkatan dari TBG (Tiroid Binding Globulin). TBG sendiri merupakan protein yang dihasilkan oleh hepar , yang berikatan dengan T3 dan T4 dan bertugas untuk mengedarkannya keseluruh tubuh melalui aliran darah. TGB tinggi berakibat meningkatnya T4 total dan T3 total pada serum. Saat hamil, kadar esterogen meningkat, hal ini akan memicu hepar untuk memproduksi TBG lebih banyak. Peningkatan TBG inilah yang menyebabkan jumlah T4 dan T3 mengalami kenaikan. Berdasarkan guidelineAmerican Thyroid Association, American Association of Clinical Endocrinologists, dan Endocrine Society merekomendasikan penggunaan PTU pada trimester I, kemudian pada trimester berikutnya digunakan MMI sebagai terapi (Labadzhyan, et al., 2014)
MMI mudah melewati plasenta dan muncul dalam ASI. Sehingga obat pilihan untuk ibu hamil adalah PTU, dengan dosis 300 mg atau kurang dan kemudian diturunkan (tapering dose) hingga 50-150 mg/hari. Pada trimester ketiga (Dipiro, 2008).
HIPOTIROID
1. Hipotiroidisme dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis berdasarkan lokasi lesi primernya : a. Hipotiroidisme primer
Disebabkan karena ada gangguan pada kelenjar tiroid, sehingga kadar TSH meningkat. Penyebab hipotiroidisme jenis ini yang paling umum adalah penyakit Hashimoto (penyakit autoimun yang menyebabkan sistem imun untuk menyerang tiroid), dan pasca terapi hipotiroidisme khususnya karena penggunanan radioaktif iodin (merusak tiroid) atau operasi tiroid. Efek hipotiroidisme dari penggunaan PTU,
MMI, dan iodide akan mereda setelah terapi dihentikan. Karena tidak ada umpan balik negatif dari hipofisis, maka TSH meningkat, sedangkan T4 bebas rendah. Hipotiroidisme sekunder :
b. Hipotiroid sekunder
Terjadi gangguan pada kelenjar hipofisis anterior sehingga terjadi penurunan stimulasi TSH. Dalam hipotiroidisme sekunder, T4 bebas dan TSH rendah (kadang-kadang TSH normal tetapi dengan penurunan bioaktivitas). Dapat terjadi karena hipopituitari yang dapat disebabkan karena brain Injury atau terapi radiasi
ata pituitu dapat juga karena kanker kelenjar pituitari c. Hipotiroidisme tersier
Terjadi gangguan pada hipotalamus sehingga terjadi penurunan sintesis TRH.
Faktor Risiko
o Usia lanjut (>60 tahun) pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi organ (Tandon, 2011).
o Memiliki penyakit autoimun penyakit autoimun akan menyebabkan tubuh menyerang sel, jaringan
atau organ tubuhnya sendiri karena diangap sebagai sesuatu yang asing, maka tubuh juga akan menyerang sel- sel dalam kelenjar tiroid sehingga sel- sel mati dan tidak menghasilkan hormon.
o Genetik penyakit autoimun memilki kecenderungan untuk mewariskan kepada keluarganya.
o Memperoleh terapi radioaktif iodine dan operasi pengambilan kelenjar tiroid terapi ini akan
menyebabkan hipotiroid.
o Ibu hamil Selama kehamilan hormon tiroksin ibu akan berpindah ke janin untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin. (Mayo Clinic)
Tanda dan Gejala
Kurang konsentrasi dan menurunnya heart rate
Pada penderita hipotiroid, hormon yang dihasilkan sedikit termasuk hormon dopamin, serotonin dan adrenalin. Hormon- hormon tersebut berperan dalam pengaturan daya ingat, perasaan dan perilaku. Hormon ini juga berfungsi meningktakan denyut jantung dan tekanan draah dengan meningkatkan pompa jantung dan suplai darah ke ginjal, namun penderita hipotiroid memiliki hormon yang sedkit
sehingga konsentrasi berkurang dan heart rate menurun.
Kelelahan
Metabolisme yang terjadi pada penederita hipotiroid terjadi lambat dan mengalami penurunan, oleh karena itu metabolisme dalam pembentukan energi juga terbatas sehingga pasien kan merasa kelelahan.
Siklus menstruasi yang tidak teratur
Pada penderita hipotiroid terjadi permsalahan pada pengaturan hormon- hormon yang berperan dalam siklus menstruasi seperti gonadotropin releasing hormon, folicle stimulating hormon, luteizing hormon, dan estrogen, sehingga pengaturan siklus menstruasi menjadi tidak teratur.
Sensitif terhadap dingin
Pada penderita hipotiroid metabolisme dii dalam tubuh mengalami penurunan yang menyebabkan panas tubuh menjadi berkurang sehingga penderita akan lebih sensitif terhadap dingin dibandingakan
Patofisiologi
TERAPI
Tujuan Terapi :Mengembalikan konsentrasi hormon tiroid dalam jaringan kembali normal, meringankan gejala, mencegah defisit neurologis pada bayi baru lahir dan anak-anak, dan membalikkan abnormalitas biokimia hipotiroidisme (DiPiro, 2008).
Terapi non farmakologi :Istirahat yang cukup, menghilangkanstres emosional, olahraga ringan, Diet makanan yang seimbang (DiPiro, 2008).
Terapi farmakologi :
a. Hormon tiroid yang alami
b. Tiroid dessicated berasal dari kelenjar tiroid babi, sapi, atau domba. Tiroid USP (38 mcg levothyroxine dan 9 mcg liothyronine setiap 65mg (1 butir) tiroglobulin). Tiroglobulin USP (36mcg levothyroxine dan 12mcg liothyronine setiap 65mg(1 butir) tiroglobulin). (DiPiro, 2008).
c. Hormon tiroid sintetis
Levothyroxin
Levothyroxine(T4; L-tiroksin) adalah merupakan prohormon untuk pengganti antiroid danterapi supresif karena stabil secara kimiawi, relatif murah, bebas antigenisitas, dan memiliki potensi yang seragam. Waktu paruh dari levothyroxine adalah sekitar 7hari, sehingga cukup digunakan sekali sehari.Namun bioekivalensinya masih belum jelas.(DiPiro, 2008).
Liothyronine : Liothyronine(T3) murni secara kimiai dan memiliki
waktu paruh1,5hari. T3 memiliki beberapa kelemahan klinis, antara lain insiden efek samping pada jantung yang tinggi, lebih mahal, dan pemantauannya sulit dengan tes laboratorium yang konvensional (DiPiro, 2008).
Liotrix : Liotrix adalah kombinasi T4 sintetik dan T3 dalam rasio 4: 1.
Liotrix stabil secara kimiadanmurni. Kekurangan produk ini adalah mahal dan kurangnya rasionalitas terapi karena sekitar 35% T4 dikonversi menjadi T3. Kombinasi ini menurut beberapa percobaan yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa kombinasi T4 dengan T3 tidak lebih baik dari penggunaan monoterapi T4 (DiPiro, 2008)..
Hormon tiroid umumnya diminum pagi hari, 30 menit sebelum makan.Atau untuk pasien yang sulit bangun pagi, dapat dikonsumsi menjelang tidur, sehingga dapat mengakibatkan TSH rendah dan tingkat T4 bebas lebih
tinggi.(Gaitonde, Rwley, and Sweeney, 2012).
Hipotalamus Reseptor TSH/TIH merangsang kelenjar tiroid
Sekresi hormon tiroid (T3 & T4) ↓
Antibodi blocking reseptor di kelenjar tiroid
Kadar hormon tiroid di tubuh ↓
Sekresi TRH Hipofisis
Sekresi TSH
≠ berikatan dengan reseptor di kelen ar tiroid
PASIEN DENGAN KONDISI KHUSUS
Dosis levothyroxine pada kondisi khusus
Kondisi Dosis
Pasien tua dan pasien dengan penyakit jantung iskemik dosisawalumumnya25mcgatau50mcgper hari, dan ditingkatkan 25mcgsetiap 3-4 minggu
Pasien hamil 36 mcg/hari
Hipotiroidisme konginetal 10-15mcg/kg/hari
Myxedema koma Dosis awal 300-500 mcg secara iv bolusdan
glukokortikoid dengan hidrokortisonn intravena 100 mg setiap 8 jam
Dosis pemeliharaan levothyroxine biasanya 75 sampai 100 mcg diberikan secara intravena sampai pasien stabil dan selanjutnya dilanjutkan dengan terapi oral
Daftar Pustaka:
DiPiro, J.T., Tarbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., 2008, Pharmacotherapy : A Pathophysiological Approach, 7th ed., Mc-Graw Hill Companies, New York, pp. 1289-1291.
Division of Endocrinology and Metabolism, Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia, Cipto Mangunkusumo National Hospital, 2012, Indonesian Clinical Practice Guidelines for Hyperthyroidism, Journal of the ASEAN Federation of Endocrine Societies, 27(1), pp. 34-39.
Reid, J.R., wheeler, S.F., 2005, Hyperthyroidism: Diagnosis and Treatment, American Family Physician, 72(4), pp. 623-630.
Labadzhyan, et al., 2014, Thyrotoxitocis of Pregnancy, Journal of Clinical & Translational Endocrinology, 4 (1), 140-144.
Nakamura, H., Miyauchi, A., Miyawaki, N., Imagawa, J., 2013, Analysis of 754 Cases of Antithyroid Drud- Induce Agranulocytosis Over 30 Years in Japan, J Clin Endocrinol Metab, 98 (12): 46-4783.
Marks, D. B., 2000, Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan Klinis, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 274
Hermanto, N., 2004, Mahkota Dewa Panglima Penakluk Kanker , PT Agromedia Pustaka, Depok,pp.35-36 Tandon, N., 2011, Management of Hypothyroidism in Adults, Supplement to JAPI , Vol. 59.
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hyperthyroidism/basics/risk-factors/con-20020986. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hyperthyroidism/basics/risk-factors/con-20020986.