• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kitab

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kitab"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

D

engan memajatkan puji syukur Kehadirat Allah Swt, dengan

ini saya berikan

:

“ Risalah Insan Kamil mu Kamil ”,

ini

kepada Sdr (i) :

N a m a

: ………

Alamat

: ……….

Sebagai pelengkap dari apa yang telah kami sampaikan, untuk

dapat dipelajari dan diamaliyahkan pada kehidupan

sehari-harinya

Semoga Allah Swt Ridho dan senantiasa mencurahkan Rahmat

dan Nikmatnya kepada kita semua,… Amin yaa robbal

‘alamin.

Dikeluarkan di : Balikpapan.

Pada tanggal : 5 Syawal 1430 H

Oleh

(2)

Daftar isi

Pengantar Pengajian

1

Mutiara Ilmu

5

Tawassul Ilmu

10

Pengantar Perjalanan Diri

11

o Fropil Maqom kedelapan

13

Pendahuluan

16

Pasal Kejadian

20

Bab Asal Muasal Diri

28

o Pasal Nama-Nama Diri

36

Bab Mengenal Diri

39

o Maqom Tuhan yang Sesungguhnya

53

Pasal Sholat atau Sembahyang

58

o Asal Muasal Sholat

59

o Asal Waktu Sholat

61

o Pemaknaan Al-Hamdu

65

o Pasal tentang Suratul Fatekha

65

o 7 Bismillah dalam Kitab Barencong

68

o Musabab jumlah raka’at Sholat

69

o Ashrarus Sholah

70

o Rukun 13

74

o Muqaranah Niat

76

o 4 Hal dalam Takbiratul Ikhram

79

Bab Mematikan Diri

81

Garis besar Sifat 20 dan Tasawwuf

84

(3)

Tasawwuf

89

Tauhid

92

Bab Amaliyah

94

o Mendudukkan diri

94

o Tobat, Syahadat Dzikir, Takbir

95

o Tata cara beramalan

97

o Pintu Hijab 10

97

o Pintu Syurga 8

98

o Kesempurnaan Suami Istri

98

o Cara ber-KB

99

o Amalan supaya bertemu Nabi Khaidir.As

99

o Do’a untuk bertemu Nabi Khaidir.As

100

o Mandi Junub/ Janabat

100

o Mandi 9

101

o Kisar Ruh pada diri kita

101

o 7 Nathar yang ada pada diri kita

101

Penutup

103

Dasar-dasar Rujukan

104

Daftar Istilah

113

(4)

dan diperjual belikan dengan dalih dan alasan apapun”

1

Pengantar pengajian

Syareat dengan tiada hakekat adalah

hampa

,

Begitu pula sebaliknya

Hakekat dengan tiada Syareat Bathal

(Sia-Sia Saja)

Risalah

ini adalah sebuah risalah yang Bermadzhab Syafi’i, yang didalam Amaliyahnya senantiasa berisikan 2 (dua) pandangan, yaitu :

Pandangan umum yang berdasarkan aturan-aturan hukum Syar’i

(Hukum-hukum syareat/ hukum-hukum fikih) yang mengatur semua bentuk peribadatan dan amaliyah manusia didalam hidup dan kehidupan ini, baik antar sesama makhluk hidup (manusia), alam maupun yang bersifat khusus, yaitu sang pencipta (Khaliq).

Pandangan khusus ( hikmah/tahkik ), pandangan yang tersirat, dan

tersembunyi dibalik semua bentuk peribadatan dan amaliyah umat manusia didalam mencapai hakikat kesempurnaan hidup dan kehidupan yang tertinggi dengan menyelarasaskan 2 ilmu disetiap bentuk peribadatannya, yaitu ilmu-ilmu yang bersifat lahiriyah serta ilmu-ilmu yang bersifat batiniyah.

Risalah ini merupakan risalah rapat mupakat dari Akhli Sunnah wal

jama’ah, yang turun temurun hingga saat ini sampai kepada kita semua.

Diatas disebutkan bahwa, Risalah ini bermadzhaf syafi’i, yaitu suatu

Madzhaf yang dibawakan, disusun dan didirikan oleh Imam Muhammad bin Idris As-syafi’i, murid dan sahabat dari Imam Malik, pendiri madzhaf Maliki.

(5)

As-syafi’i

lahir di Kuuzzah, pada tahun 150 H dan meninggal dunia di Mesir tahun 204 H, diusia 7 tahun Ia telah hafal Al-Qur’an, usia 10 tahun 2

Ia telah hafal kitab gurunya “ Al-Muwattaha “, walaupun pada saat itu Ia sendiri belum pernah bertemu dengan Imam Malik, baru diusianya yang ke 20, kemudian ia berangkat ke Madinah dan belajar langsung kepada pengarang kitab “Al-Muwattaha”, yang telah dihapalnya itu.

Dalam beberapa masalah, Ia berbeda pendapat dengan para Imam lainnya, bahkan Ia sendiri telah mengoreksi pendapat-pendapat mereka dan menggantinya dengan pendapat yang baru yang disebut Qaulul Qadim

(pendapat lama) dan Qaulul Djadid (pendapat baru). Oleh sebab itu Ia

menyatakan bahwa :

“Madzhaf-Ku adalah Hadits yang syah”.

Ia berkata :

“Apa saja pendapat pribadiku yang tidak sesuai dengan Hadits yang syah, silahkan dibuang saja “.

Penginkut Madzhaf As-syafi’i, bertebaran diseluruh penjuru dunia, beberapa diantaranya, ialah :

Mesir, Kurdistan, Indonesia, Malaysia, Yaman, India (Gujarat), dan negri Afrika.

Wahai Saudaraku…..!

Sekedar untuk saudaraku diketahui bahwasannya didalam Islam itu

nantinya akan ada 73 (tujuh puluh tiga) golongan atau firqoh.

Rosulullah Saw bersabda

:

“Telah berfirkah-firkah orang Yahudi, menjadi 71 Firkah dan orang Nasrani seperti itu pula, dan akan berrfirkah umat-Ku menjadi 73 Firkah “

(HR. Tarmidzi dari Abu Hurairah.ra)

“Bahwasannya Bani Israil, telah berfirkah-firkah sebanyak 72 millah (firkah), dan akan berfirkah umat-Ku sebanyak 73 firkah, semuanya masuk Neraka, kecuali satu”

Para sahabat bertanya : “Siapakah yang satu itu, ya Rosulullah ?”. Rosulullah Saw pun menjawab :

(6)

pegangan-Ku (I’itiqad-Ku) dan sahabat-sahabat-Ku” (HR, Tarmidzi. Ra)

3 “Demi Tuhan yang memegang jiwa Muhammad ditangan-Nya, akan berfirkah umat-Ku sebanyak 73 firkah, yang satu masuk Syurga dan yang lain masuk Neraka”

Bertanya para sahabat : “Siapakah firkah (yang tidak masuk Neraka) itu yaRosulullah ?

Rosulullah Saw menjawab : “Ahlussunnah wal jama’ah” (HR, Thabrani)

“Akan ada segolongan dari umat-Ku yang tetap atas kebenaran sampai hari qiyamat dan mereka tetap atas kebenaran itu”

(HR, Bukhori)

“Barang siapa yang hidup (lebih lama) diantaramu, niscaya akan melihat perselisihan (faham) yang banyak, ketika itu pegang teguhlah sunah-Ku dan sunah Khalifah Rasyidin yang diberi hidayah, pegang teguh itu dan gigitlah dengan gerahammu”

(HR, Abu Dawud.)

Demikian yang telah diingatkan oleh Rosulullah Saw ketika itu dan peringatan itu akan tetap berlaku hingga sampai akhir zaman.

73 golongan/ firqoh yang dimaksudkan Rosulullah Saw itu, asalnya adalah 15 golongan (kaum), yaitu :

1. Syiah 2. Khawarij 3. Murjiah 4. Mutazillah 5. Qadariyah 6. Jabariyah 7. Najariyah 8. Musyabbihah 9. Ibnu Taimiyah 10.Bahaiyyah 11.Ahmadiyah 12.Wahabi (Muhammadiyah) 13.Islam Jama’ah 14.Islam Liberal

(7)

Untuk selanjutnya kemudian diadakan penyusutan sehingga hanya menjadi 9 kaum (golongan) saja, yaitu :

4

1. Kaum Syiah, terbagi dalam 22 firqoh 2. Kaum Khawarij, terbagi dalam 20 firqoh 3. Kaum Mu’tazillah, terbagi dalam 20 firqoh 4. Kaum Murjiah, terbagi dalam 5 firqoh 5. Kaum Najariyah, terbagi dalam 3 firqoh 6. Kaum Jabariyah

7. Kaum Musyabbihah

8. Kaum Sunny (Ahlussunah wal jama’ah)

Keterangan ini tersebut didalam

“Kitab Bugyatul Mustaryidin”,

karangan Mufti Syeikh Sayid Abdurrahman bin Muhammad bin Husein

bin Umar (beliau termashur bergelar Ba’alawi)

(Keterangan lebih lanjut mengenai golongan-golongan yang kami sebutkan diatas tadi, akan kami himpunkan diluar dari risalah ini sebagai pendamping dari risalah yang ada ini).

---

“Tidaklah ada yang kita dapatkan seumur kita ini,

(8)

selain dengan mengumpulkan pendapat dan kata-kata

sifulan dan sifuat “.

5

Mutiara Ilmu

S

ahabat, …..

Jadikanlah Ma’rifat, sebagai modal yang tiada

akan pernah rugi, dan akal fikiran sebagai tempat

berpijak untuk mengayunkan langkah, sedangkan

keridhoan adalah tujuan akhirnya.

S

ahabat, ……

Cinta itu nafas kehidupan, sedangkan rindu

adalah alat untuk datang pada-Nya.

S

ahabat, …….

Jadikanlah duka sebagai kawan setiamu,

keteguhan adalah perbendaharaan yang tiada

akan pernah susut sedangkan kefakiran patut

menjadi kebanggaan.

S

ahabat, …….

Jadikanlah perjuangan untuk membela kebenaran

sebagai perangaimu sehari-hari, sedangkan ilmu

adalah senjata yang ampuh untuk meraih

kemenangan, Sesungguhnya pakaian kebesaran

yang mulia didalam pandangan-Nya adalah

ketabahan.

(9)

6

Sedangkan hidangan yang lezat dan abadi adalah

keyaqinan.

S

ahabat,……….

Pekerjaan yang paling menguntungkan adalah

menahan diri, sedangkan wakil atau perantaranya

yang terpuji adalah kejujuran.

Ketaatan adalah ukuran yang pasti.

sedangkan percakapan yang mengasyikkan dan

menggairahkan ada didalam sholatmu.

S

ahabat, …………

Jika ini kau pahami, maka teranglah sudah

jalanmu, labuhkan dan tambatkan simpul

bahteramu pada ma’rifatullah, itulah kemuliaan

yang sebenarnya.

---“

H

ai orang-orang yang beriman, ikutilah perintah Allah dan perintah Rosul dan orang yang menjadi Ulil Amri dari kamu, dan apabila berselisih, maka kembalilah kepada perintah Allah dan perintah Rosul”

(10)

(QS, An-Nisa’ : 59)

7

Ku awali menulis Risalah ini dengan menyebut Asma Allah yang maha Pengasih lagi maha Penyayang.

Semoga Rahmat dan Nikmat Allah Swt senantiasa tercurahkan dari-Nya untuk kita semua, semoga pula kita didalam mengarungi hidup dan kehidupan ini senantiasa didalam petunjuk dan bimbingan-Nya, dengan satu harapan, agar seluruh aktivitas yang menghiasi dan mengiringi perjalanan hidup dan kehidupan ini senantiasa bernilai Ibadah sehingga tidak satupun yang sia-sia,….Amin ya robbal ’alamin.

Al-hamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, Tuhan seru sekalian alam, raja diraja yang menguasai segalanya, tempat seluruh makhluk menggantungkan diri dari segala harapan dan pengharapan, hidup dan kehidupan, hingga kelak pada suatu masa sebagaimana yang telah ditentukan dan ditetapkan-Nya, maka hanya kepada-Nya-pulalah kita semua akan kembali untuk mempertanggung jawabkan seluruh amanah-Nya yang telah dipertaruhkan atas diri kita.

Salawat serta salam, tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan kita,

Nabi besar Muhammad Saw, penghulu sekaligus penutup para Nabi dan

Rosul yang diutus oleh Allah Swt sebagai penyempurna Akhlaq dan Rahmat bagi semesta alam.

Demikian pula kepada para sahabat dan keluarga Beliau, yang dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan hati, rela berkorban dan mengorbankan segalanya, Nyawa, darah serta harta, hanya semata-mata demi untuk tegaknya kalimah Tauhid “Laa Ilaha Illallah” (Tiada Tuhan selain

Allah) keseluruh penjuru dunia, semoga Allah Swt Ridho atas mereka dan

menempatkan mereka semua pada satu tempat yang layak disisi-Nya ‘Ila

yaumil qiyamah (hingga hari Qiyamat).

Saudara-saudaraku sekalian…!

Risalah yang tertulis disini, adalah sebuah risalah yang amat Akbar, yaitu sebuah risalah yang menyatakan kepada kita semua tentang “kebenaran“, kebenaran yang telah dipertaruhkan oleh Allah Swt atas dirikita.

(11)

Kebenaran itulah yang merupakan kesudahan Ilmu bagi orang tahkik yang ma’rifat kepada Allah Swt.

8

Oleh sebab itu, maka tidak akan ada yang dapat diperoleh lebih dari pada itu walau ambiya Allah sekalipun, untuk itu renungkan olehmu baik-baik, karna perkataan yang sedikit itu, jika kamu paham dan mengerti, maka maknanya amat besar sekali bagi hidup dan kehidupanmu baik didunia maupun diakhirat kelak.

Wahai saudaraku sekalian….!,

Risalah ini sengaja kami himpun dan kami tulis semata-mata hanya karna mengharapkan ridho Allah, karna kami sendiri yaqin bahwa hanya dengan ridho-Nya lah, maka risalah ini insya Allah akan membawa mamfaat dan kebaikan bagi kita semua, sehingga didalam mempelajari dan memahaminya kita semua akan senantiasa mendapatkan petunjuk dan hidayah dari-Nya, diberikannya Ilmu pengetahuan dan diberikannya kemudahan-kemudahan dalam segala urusan terutama dalam menyingkap rahasia-rahasia-Nya.

Wahai saudara-saudaraku semua….!

Pada bagian-bagian tertentu didalam risalah ini nantinya saudaraku akan banyak dihadapkan dengan perkataan-perkataan dan pernyataan-pernyataan yang amat musykil dan tidak layak serta tidak pantas rasanya untuk diutarakan dan diperbincangkan, untuk itu demi kebenaran yang sesungguhnya, maka sebelumnya izinkanlah kami memohon ampun dan maaf yang sebesar-besarnya atas kelancangan kami ini serta berpesan kepada saudaraku semua agar :

“ Janganlah kamu angkat bicara dan membicarakan risalah yang ada ini, terkecuali jika memang kamu sepaham dan sependapat dengannya, karna apa yang kami sampaikan didalam risalah ini cara pakainya bukan untuk pakaian jahir semata (pakaian luar), akan tetapi merupakan pakaian batin (pakaian dalam yang tersembunyi didalam yang jahir), sifatnya sangat rahasia sekali, cukup dirimu saja yang boleh tau, karna jika ini terungkap dan keluar dari dirimu, dikhawatirkan akan dapat menimbulkan fitnah yang amat besar nantinya dikalanganmu sendiri, untuk itu berhati-hatilah wahai saudaraku, jangan sampai kita bercerai-berai hanya karna perbedaan pandangan dan perbedaan pendapat, karna jika kita mengetahui dan paham akan maksudnya maka sesungguhnya sudah tidak akan ada lagi yang harus dipertentangkan dan dipermasalahkan serta diperdebatkan“.

(12)

Pandai-pandailah membawa diri, gunakan waktu yang tersisa pada diri mu itu dengan sebaik-baiknya, niscaya Allah Swt akan senantiasa

9

mencurahkan Rahmat dan Nikmatnya serta membukakan seluruh pintu-pintu hijab, menghalau kebimbangan dan keragu-raguan yang ada atas dirimu, karna sesungguhnya memang tidak ada yang patut dan pantas untuk dibimbangkan dan diragukan lagi, semua nyata dan jelas jika kamu sudah mengetahuinya.

“Jangan kamu berfikir dan memikirkan serta mencari akan Dzat Allah, niscaya kamu tidak akan pernah menemukannya, karna Ia sudah Laitsya atas dirimu, baginya tiada jarak, tiada ruang dan waktu serta tiada tempat atas dirimu dan alam semesta ini, tugasmu hanya sekedar memikirkan dan merenungkan saja, apa sesungguhnya mamfaat yang dapat kamu peroleh dengan adanya Dzat Allah ta’ala itu bagi hidup dan kehidupan dirimu”.

Peringatan

Camkan dan perhatikanlah wasiatku ini baik-baik

wahai saudaraku semua….!

Berhati-hatilah didalam menuntut dan mempelajari

Ilmu tentang “ Pengenalan Diri “ ini, perhatikan dan

renungkan serta bertanyalah jika memang kamu tidak

memahami dan mengetahuinya, itu akan lebih baik dan

mamfaat bagimu.

Ilmu pengenalan diri ini laksana Air dan minyak

didalam satu bejana, air dan minyak tidak akan pernah

bersatu, ada jarak dan sekat pemisah yang sangat tipis

sekali, Salah ketika kamu menggerak minyaknya, maka

airpun akan ikut bergerak. Untuk itu maka carilah

olehmu guru atau pembimbing yang benar, mintalah

petunjuk padanya agar ketika minyak digerak, air tidak

akan ikut tergerak.

(13)

Untuk itu sekali lagi kami berpesan benar-benar,

berhati-hatilah didalam menuntutnya..

10

Tawassul Ilmu

o Ila Hadratin Nabiyil Mustafa, Rosulillah Saw, Syai’ul

lillahi lahumul Fatekha……….……(Fatekha 1x)

o Abu Bakar wa Umar wa Utsman wa Ali wa‘an qulli

sahabati Rosulillah Saw

o Wabil khusus, Balia Ibnu Mulkan Ismul Khaidir As

o Wa Syachona Abdul Qodir Al-Jailani

o Wa Syachona Muhammad saman Al-Madani

o Wa Syachona Junaid Al-Bagdadi

o Wa Syachona Ahmad At-tizani

o Wa Syachona Muhammad Arsyad Al-Banjari wa

jurriyatihim

o Wa Syachona Djaini bin Abdul ghoni

o Wa Syachona Muhammad Nafis

o Wa Syachona Abdus Shomat Al-Palembangi

o Wa Syachona Abina Ibrahim bin Muhammad

o Wa Syachona Sohibul wafa tajul Arifin

o Wa Auliya ika ya Allah, minal masyrik wal magrib

o Wal Kutub wal Ghaus wal abdhol iya wan nijam

o Wa jasad war ruh wa taubatan nasuha

o Walijami’il Muslimin wal Muslimat, wal Mu’minin wal

mu’minat min ummati Muhammadin Saw

o Wa ala hajjihin Niat ………Bibarkati Syaidina

(14)

Keterangan :

Masukkan niat ketika sampai pada “ wa ala hajjijin niat “

11

Pengantar Perjalanan Diri

“Al-Insanul Kamil Mu kamil ”,

demikianlah kami memberikan Nama pada risalah ini.

Allah Swt, telah berfirman :

“Aku ciptakan Manusia itu dalam bentuk yang paling sempurna, apa bila ia ingkar kepada-Ku, maka akan Aku lemparkan ia kesuatu tempat yang amat hina, bahkan lebih hina dari pada yang hina “.

Pada fitrahnya, sesungguhnya anak manusia itu ketika terlahirkan ia sudah dipandang sempurna oleh Allah Swt, seandainya pada saat itu ia dipandang belum sempurna oleh Allah Swt, maka sekali-kali ia tidak akan pernah terlahirkan kemuka bumi ini.

Kehadiran dalam bentuk yang sempurna itulah, maka disebut ia Insan

Kamil, yaitu Insan yang telah sempurna menurut Hukum Allah Swt, akan

tetapi kesempurnaannya belum lagi Mukamil ( diatas kesempurnaan). Agar dapat Ia mencapai derajat sempurna diatas dari kesempurnaan, maka padanya dibebankan tugas dan amanah yang harus ia laksanakan tahap demi tahap secara kontinyu dan berkesinambungan sampai menjadi terang baginya kesempurnaan itu.

Bila didalam perjalanannya ia berhasil dan sukses meraih kesempurnaan itu, maka Allah Swt akan senantiasa menjamin dirinya, hingga suatu masa apa bila ia kembali kepada Allah Swt, iapun akan kembali dalam keadaan yang sempurna.

Maksudnya : Ia akan kembali kepada awalnya, yaitu :

• Dari tiada

• Kemudian diadakan

• Pada akhirnya kelak ia akan kembali pada ketiadaan tanpa ada yang tertinggal dan ditinggalkan walau sehelai rambutpun.

(15)

Ketika kita akan keluar dari alam rahim, Allah Swt membekali kita tugas dan kewajiban yang harus kita kerjakan dan harus selesai batas waktu yang telah ditentukan dan kita menyepakatinya, apabila batasan waktu itu habis, sementara tugas dan kewajiban yang dibebankan kepada kita itu juga

12 semuanya telah terselesaikan dengan baik, maka ia akan kembali keasal dengan tanpa meninggalkan bekas sedikitpun (lenyap), namun apabila tugas dan kewajiban itu tidak terselesaikan dengan baik, sekalipun ia kembali keasal tapi ada saja bagian dari tubuhnya yang tertinggal (tidak lenyap)

Para Sufi mengklasipikasikan orang-orang yang kembali kerahmattullah itu berdasarkan pekerjaannya didalam menyelesaikan tugas dan kewajibannya yang telah Allah Swt amanahkan atas dirinya, Sbb :

Orang Syareat matinya hancur (tubuhnya rusak dan berbau) yang

tersisa hanya tulang belulang saja

Orang Tarekat matinya kurus kering dan kotor karna ketika

menjelang ajal ia selalu buang-buang air dan kotoran, kotoran yang ia keluarkan sudah tidak bisa ia tempatkan lagi pada tempat yang semestinya.

Orang Hakekat matinya tidak rusak, bila suatu saat kuburnya

dibongkar maka akan ditemukan jasadnya itu utuh tanpa ada yang kurang atau berubah sebagaimana ketika ia dikuburkan dulu.

Orang Ma’rifat matinya hilang lenyap tanpa meninggalkan bekas

dan jejak walau sehelai rambutpun, artinya ia kembali pada asalnya yaitu dari tiada kemudian ada dan pada akhirnya kembali pada ketidak adaan (Sempurna).

Silahkan anda mempertanyakannya pada diri anda sendiri, kira-kira saat ini anda duduknya dimana :

Disyareatkah, ditarekatkah, dihakekatkah atau dima’rifatkah….?,

Jawabnya, hanya anda sendiri saja yang tau.

Untuk mencapai derajat kesempurnaan (Insan kamil mu kamil), hanya ada 3 (tiga) jalan yang bisa dipergunakan sebagai rujukannya, yaitu :

1. Mengenal asal muasal diri 2. Mengenal diri

3. Mematikan diri

Ketiga jalan itu berisikan “Tauhid” sebagai pokok dan landasan serta dasar dari sebuat nilai kebenaran, yang Allah Swt pertaruhkan atas diri kita ini.

(16)

Risalah yang ada ini, kami kaji dan kami telaah dari sudut pandang maqom kedelapan, yaitu suatu maqom tentang rahasia ilmu Haq Allah ta’ala.

1 3

Profil Maqom kedelapan

( Maqom Syara ‘ul Hisab )

Maqom ke delapan

, begitulah kami menyebutkannya didalam ilmu,

sesungguhnya sebutan itu hanya sebatas nama saja, atau sebatas keterangan yang menerangkan tentang identitas formal jati diri yang sesungguhnya, dalam rangka mengekspresikan maksud dan tujuan, yang tersurat maupun yang tersirat, yang nyata maupun yang tersembunyi pada pernyataan dan kenyataan diri kita yang sebenarnya, dengan satu harapan kiranya diri ini dapat terhantarkan hingga sampai pada hakikat kesempurnaan hidup yang sebenarnya.

Maqom ke delapan juga bukan suatu maqom yang khusus dan istimewa, sebab kelak bila kita telah mencapai pemahaman yang sebenarnya, maka maqom itupun akan lenyap dengan sendirinya, kembali kepada arti awalnya yaitu hanya sebuah nama dalam sebutan saja.

Maqom kedelapan, juga disebut Maqom Perjalanan Syara‘ul Hisab atau Maqom perjalanan Rahasia ilmu Haq Allah ta’ala, atau dapat juga

disebut dengan Maqom Perjalanan Baginda Rosulullah Saw, kedudukan- nya satu tingkat diatas maqom Ladduni (maqom ke-tujuh) didalam perjalanan 99.

Disebut Maqom Ilmu Haq Allah ta’ala oleh karna apa yang dikaji dan

dibicarakan pada maqom ini adalah sesuatu yang sifatnya Haq bagi Allah, sedangkan jika dikatakan Maqom Perjalanan Baginda Rosulullah Saw, oleh karna didalam amaliyahnya, apa yang telah diperintahkan, dianjurkan dan dicontohkan oleh Baginda Rosulullah Saw, itulah yang senantiasa diterapkan (dikerjakan dan dilaksanakan) didalam hidup dan kehidupan ini. Ini mengisyaratkan kepada kita bahwa maqom kedelapan adalah maqom tertinggi atau maqom terakhir.

(17)

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosulullah itu Suri Tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Qiyamat dan Ia banyak menyebut (Nama) Allah” (QS, Al-Ahzab : 21)

14

Rosulullah Saw, berpesan :

“Aku tinggalkan dua pusaka atas diri kalian semua, yang mana apabila kalian semua berpegang teguh atasnya, maka selamanya kalian semua tidak akan pernah sesat, kedua pusaka itu ialah Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnattullah (Al-Hadits)“

Allah Swt, juga mengingatkan kepada kita :

“ Sesungguhnya Agama yang syah dan benar pada pandangan Allah, ialah Islam “

( QS, Ali Imran : 19 )

“ Barang siapa mencari Agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklahakan diterima (Agama itu) dari pada-Nya, dan diakhirat (mereka) termasuk orang-orang yang rugi “

( QS, Ali Imran : 85 )

Adapun pokok-pokok kajian yang diulas dan dibahas pada maqom kedelapan ini berkisar pada permasalahan yang pokok dan mendasar sekali, yaitu mencari dan mengenal jati diri yang sesungguhnya.

Sebab apabila hal ini tidak kita ketahui, maka sesungguhnya kita termasuk didalam golongan orang-orang yang merugi.

Allah Swt, berfirman :

“Demi masa sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, terkecuali mereka yang beriman dan beramal sholeh yang saling berwasiat dengan kebenaran dan saling berwasiat kepada kesabaran”

(QS, Al-Ashr : 1 – 3)

Dalam perjalanannya, pokok-pokok kajian itu di klasifikasikan menjadi 3 (tiga) bagian atau tahapan,

Tahaf pertama, yaitu mengetahui akan asal muasa diri kita yang

sesungguhnya, (dari tiada, kemudian diadakan untuk kemudian

(18)

Allah Swt, berfirman :

“Hendaklah kamu (manusia) memikirkan akan asal kejadian dirimu”

15

Tahaf kedua, yaitu mengenal diri, siapa sebenarnya diri kita ini

(diri yang sebenar-benarnya diri yang hidup dan tidak akan pernah mati).

Rosulullah Saw, bersabda :

“Barang siapa mengenal akan dirinya, niscaya ia akan kenal Tuhannya,

Kenal Tuhannya maka binasalah Jasadnya”

Tahaf ketiga, mengetahui asal muasal diri, juga mengetahui akan

diri yang sebenar-benarnya diri, maka perjalanan akan berakhir pada proses mematikan diri (belajar mati), mati yang dimaksud adalah mati secara ma’nawiyah bukan mati Hissiyah atau mati jasad laksana jenazah.

“Rasakanlah mati sebelum engkau mati”

Jika ketiga tahapan itu mampu dikuasai dengan baik dan benar, maka dipandang sempurnalah sudah I’itiqtnya dan sempurnalah dirinya, seluruh aktivitas kesehariannya baik itu yang disengaja maupun yang tidak disengaja, yang nyata maupun yang tersembunyi, dari membuka mata sampai kembali akan menutup mata (tidur) bahkan selama dalam ingat maupun tidak ingat, seluruhnya akan bernilai ibadah dalam pandangan-Nya (tidak ada yang sia-sia).

Allah Swt berfirman :

“Tidak Ku ciptakan Jin dan Manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku ” (QS.Adz Dzariyaat, ayat 56)

Rosulullah Saw, bersabda :

“Sesungguhnya diri anak Adam itu adalah dosa yang besar, terkecuali ia mengetahuinya”

(19)

Dem

ikian sekilas tentang “Profil Maqom Kedelapan” yang dapat kami sampaikan sebagai bagian dari pengantar Perjalanan mengenal diri.

--- Sebagai sarana informasi, silahkan kunjungi wab site Air Setitik

http://airsetitik.tk

16

Pendahuluan

B

ermula

Agama itu, ialah

“ AWALUDDIN MA’RIFATULLAH “

(Awal Agama ialah mengenal Allah)

(Hadits Rosulullah Saw)

T

idaklah seseorang itu dipandang beragama, bila ia tidak tau dan kenal akan Allah, hendak diaqadkan (idzab qobul) kemana seluruh akitivitas peribadatannya, sementara keyaqinan dan keimanan yang ada dirinya hanya sebatas bualan saja, bersyahadat, tetapi syahadatnya hanya sekedar pemanis bibir saja, palsu, kosong dan dusta belaka saja (taqlid buta).

Ia tau dan kenal akan Allah hanya sekedar dengar-dengar saja, dari kata si

A dan Si B atau dari sebab-sebab lainnya.

Jika ditanya apa agamamu, tanpa rasa malu ia berucap “ Islam “ sementara keilmuan tentang Islam yang ia miliki cetek dan dangkal sekali bahkan hampir-hampir tidak ada.

Islam yang ia anut hanya Islam ikut-ikutan atau Islam keturunan saja, kakek dan nenek, ayah dan ibunya Islam lalu ia mengaku sudah Islam, betapa naifnya dan hinanya hal itu andai kata terjadi atas diri kita, maka sangat wajar dan lumrah jika keberadaan akan Allah itu hanya ada dalam persangkaannya semata, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Swt didalam hadits Qudsy :

“ Aku ada hanya dalam sangka-sangka hamba-Ku saja “

Betapa rugi dan celakanya, jika kita mempunyai Aqidah dan keyaqinan yang keliru dan salah, menganggap Tuhan, apa yang sebenarnya bukan

(20)

Tuhan, menganggap Nabi, apa yang sebenarnya bukan Nabi, begitu pula dengan Rosul, Al-Qur’an dan hari Akhir.

Dengan penuh keangkuhan dan kesombong diri, ia berani berikrar dan berani angkat saksi, mengikrarkan dan mempersaksikan sesuatu yang ia sendiri tidak mengetahui akan kebenarannya.

“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi pula, bahwa Muhammad itu benar pesuruh dan utusan Allah “

17

Mempersaksikan tentang Tuhan sedangkan Tuhan yang ia persaksikan itu hanya ada dalam ilusi dan imaginasi fikirnya saja, begitu pula dengan persaksiannya tentang Muhammad hanya isapan jempol semata.

Bukankah ini artinya suatu kebohongan besar yang telah ia cipatakan dan ia lakukan tanpa ia sadari.

Misalkan ia didudukkan didalam sebuah persidangan dalam kasus pembunuhan, kemudian ia dihadirkan sebagai saksi, oleh yang berwenang ia diminta untuk bersaksi atas kasus pembunuhan itu, kemudian saksi yang ia berikan itu bohong, rekayasa, dusta dan palsu, kira-kira apa yang akan terjadi atas dirinya……?

Jangan-jangan dirinyalah yang akan tervonis sebagai tersangka akibat kebohongan dan kepalsuan yang ia ciptakan sendiri.

Apakah yang seperti ini yang dikatakan “Islam”, seandainya memang demikian kenyataannya yang terjadi, maka sesungguhnya kitalah orangnya yang ingkar dan lalai itu, sebagai mana yang telah difirmankan oleh Allah Swt didalam Al-Qur’an :

“Demi masa sesungguhnya manusia itu senantiasa

sidalam kerugian“

Sangat wajar sekali jika keimanan dan keislamannya diragukan dan dipertanyakan, Naudzu billahi mindzalik,Summa naudzu billah.

Terlepas dari itu, hal lain yang perlu juga untuk diketahui adalah ketika kita akan menafsirkan akan ayat-ayat Allah atau firman-firman Allah, perlu 2 (dua) hal yang harus kita ketahui, yaitu :

Penafsiran secara Jahiriyah atau tafsir jahir (tersurat)

Penafsiran secara Batiniyah atau tafsir batin (tersirat)

(21)

Allah Swt, menegaskan dalam firmannya :

“Segala sesuatu itu aku ciptakan saling berpasang-pasangan”

Tidak satupun yang Allah ciptakan didunia ini, yang tidak saling berpasangan semua saling berpasangan, ada siang ada malam, ada laki-laki ada perempuan, ada hidup dan ada mati, begitu seterusnya semua saling berpasangan-pasangan.

18

Sebagian ulama mengatakan, bahwa dari kedua penafsiran itu, maka penafsiran secara batiniyah atau tafsir batin itulah yang kebanyakan akan menyalahi kaidah-kaidah umum secara jahirnya, karna bukan yang tersurat yang diambilnya, tetapi justru hikmah yang tersiratlah yang diambil dan dijadikan pegangan batinnya, maka apabila kamu akan masuk pada penafsiran secara batiniyah maka tinggalkan olehmu akan kaidah-kaidah jahir (tinggalkan olehmu pandangan-pandangan jahiriyah yang bersifat umum) itu sebabnya mereka yang mau masuk kebatin itu tidak banyak jumlahnya, jika dibandingkan dengan mereka-mereka yang hanya masuk pada permukaan atau jahir saja.

Didalam Islam pun, kita juga mengenal akan adanya beberapa tingkatan-tingkatan, seperti :

o Tingkat Awam, o Tingkat Khawas

o Tingkat Khawasul Khawas.

Ketiga tingkatan itu, satu dengan yang lainnya sangat jauh perbedaannya. apa kiranya yang dicari oleh orang-orang Arif Billah itu, pastilah akan menyalahi dan bertolak belakang dengan apa yang dicari oleh kebanyakan orang, maka tidaklah mengherankan jika mereka yang mau masuk kebatin itu jumlahnya tidak sebanyak dan seramai seperti mereka-mereka yang hanya masuk kejahirnya saja, sebagai mana yang kami sebutkan tadi.

Bagi mereka-mereka yang sudah mencapai maqom Arif Billah (kenal kepada Allah), maka bicaranya bukan pada lidah lagi, juga bukan pada hati, bukan pada Ruh dan juga bukan pada Sirr lagi, akan tetapi yang ada hanya diam saja, karna memang sudah tidak akan ada lagi yang mau dibicarakannya, apa lagi mengenai hamba, karna sesungguhnya hamba itu sendiri pun tidak ada.

(22)

Berbeda dengan mereka orang-orang jahir, bicaranya hanya sebatas lisan saja, masukkah sudah kehati….?, Belum.

Dan jika pembicaraan yang keluar itu kuwalitetnya hanya sebatas lisan saja, maka pembicaraan itu tidak akan pernah memberikan bekas, minimal pembicaraan itu bersumber dari hati, sehingga pembicaraan itu akan memberikan bekas dan mamfaat, itulah yang sesungguhnya.

Kembali kita kepada

“ Awwaluddin Ma’rifatullah “

19

AwalA

wal Agama,

ialah mengenal Allah

atau awal Agama ialah mengetahui akan Sirr Allah, yaitu Sirr Allah (Rahasia Allah) yang ada atas dirimu (Rahasia yang telah Allah letakkan dan pertaruhkan atas dirimu) tidak kamu ketahui, maka selama itu pula kamu belum lagi dipandang orang yang beragama dan selama itu pula seluruh aktivitas peribadatanmu yang dulu, sekarang dan yang akan datang seluruhnya tetap dipandang tidak syah dan sia-sia saja.

Rosulullah Saw, bersabda :

“Barang siapa menyembah Allah, dan ia tidak tahu dengan yang empunya nama Allah itu, maka dihukumkan bagi mereka itu, seperti hanya menyembah nama saja, bukan menyembah siempunya nama “

“B

arang siapa menyembah nama, tiada ia mengetahui dengan yang empunya nama, maka orang itu kafir lagi jahil, dan barang siapa menyembah-nyembah nama Allah, tetapi ia tidak tau dengan yang empunya nama Allah itu, maka ia dihukumkan batal perkataan, yaitu sia-sia saja “

“Diri anak Adam itu dosa yang besar, terkecuali ia mengetahuinya “

Menyikapi hal itu, Rosulullah Saw, memberikan solusi.

“ Menuntut Ilmu itu Hukumnya wajib,

bagi setiap laki-laki Muslim dan perempuan Muslim “ “ Tuntutlah ilmu itu, walau sampai kenegri Cina “ “ Tuntutlah ilmu itu dari buaian hingga keliang lahat “

Pada profil maqom kedelapan, disebutkan bahwa, ada 3 (tiga) tahapan, yaitu :

(23)

Mengetahui asal muasal diri,

Mengenal diri yang sebenar-benarnya diri, dan

Mematikan diri (mati dalam pengertian ma’nawiyah).

Sebagai pembuka sebelum kita sampai pada tahapan yang pertama yaitu mengetahui akan asal muasal diri, maka kita mulai pembicaraan dan pengkajian ini dengan terlebih dahulu membicarakan tentang pasal kejadian sebagai mana tersebut dibawah ini :

20

Pasal Kejadian

Bermula

yang sebenar-benarnya asal kejadian dari pada Nur Muhammad itu, berlangsung didalam alam yang kosong (kekosongan), artinya kosong tiada siapa-siapa, pada saat itu Tuhan-pun belum lagi bernama Allah, Aras dan Qursy juga belum ada, langit, bumi, syurga dan neraka serta firman pun juga belum ada, semua kosong, semua hening dan semua hampa..

Dalam kondisi demikian itu, lalu Tuhan (ketika itu belum lagi bernama Allah) menjahirkan untuk yang pertama kali dengan ilmu-Nya ialah Nur, yang kemudian kita kenal dengan nama Nur Muhammad yaitu dari pada

Nur Zat-Nya.

Penjahiran Nur Muhammad kala itu, berlangsung didalam satu alam yang bernama “Alam Satiyaril Ghaib (Satiyaul Buhti)”.

Keterangan :

Ketika Nur Muhammad itu dijahirkan dari pada Nur Zat-Nya, proses itu berlangsung didalam satu alam dan dihari yang ghaib (Alam hari Zat

Zatul Buhti), jadi bukan dialam dunia, akan tetapi disuatu alam yang

dialam itu nama Zat Wajibal Wujud-pun juga belum ada (Nurul Bahtinul

lati namanya).

Setelah itu barulah kemudian Nur Muhammad itu diturunkan kealam Sir

Zat Ilbuhgti, yaitu alam rahasia yang ada dibagian diri Tuhan, (ketika itu

masih belum bernama Allah, bahkan awal nama-Nya pun masih gaib dan tersembunyi), setelah Nur Muhammad diturunkan lagi kealam Ilmu (Alam

pengetahuan), untuk selanjutnya kemudian Nur Muhammad itu

(24)

Ketika sudah berada dialam dunia (dunia yang dimaksud disini bukan dunia seperti yang kita tempati seperti sekarang ini tetapi dunianya Nur Muhammad itu sendiri) barulah Ia tajalli, dan ketika itu Ia tidak melihat siapa-siapa melainkan hanya dirinya sendiri.

Ia pun berkata :

Asyhadu Anla Ilaha Illallah

“ Tiada yang ada hanya Aku “

(Inilah Syahadat Nur Muhammad ketika dialam Zatul Buhti)

21

Berkatalah Nur Muhammad dengan lantangnya tanpa ada sedikitpun keraguan atas dirinya “ Akulah Tuhan “

Hal ini wajar-wajar saja, sebab memang pada saat itu, Ia tidak melihat siapa-siapa, melihat keatas, kebawah, kedepan, kebelakang, kekanan dan kekiri tidak ada siapapun yang besertanya, yang ada hanya dirinya sendiri. Pengakuan Nur Muhammad itu ternyata mendapat respon dari Tuhan yang ketika itu masih belum lagi bernama Allah :

Asyhadu Anna Muhammadar Rosulullah

“Ya Nur, diri engkau itu kujadikan dari pada Nur Zat-Ku, kelak sekalian alam ini akan jadi dari pada engkau wahai Nur kekasih-Ku“

(Inilah Syahadat Zat Wajibal Wujud, dan inilah asal dari pada kejadian Syahadat seperti yang kita ketahui saat ini)

Betapa terkejut dan tersentaknya Nur Muhammad ketika itu, kala Ia mendengar perkataan dari Nur Zat Allah.

Ia pun berkata :

“Ternyata bukan diriku yang awal (pertama), ada yang lebih awal dari diriku, seraya Ia bermunajat kepada Nur Zat Allah, dengan mengangkat Zikir Awal (Zikir awal Nur Muhammad) dan Salawat Awal (Salawat

awal Nur Muhammad) sebagai permohonan dan permintaan do’a, Ia

kepada Nur Zat Allah”.

Laa Ilaha Illallah Muhammaddur Rosulullah

“Tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah,

hai Tuhan-ku bahwasannya diriku ini dari pada Ujud diri-Mu“

(25)

Nurul Haqqullah Air Laa Ilaha Illallah

“Tiada yang disembah melainkan Allah, hai Tuhanku bahwasannya diriku ini dari pada Air Nuktah cahaya diri-Mu“

Laa Ilaha Illallah Muhammaddun Astagfirullah

“Tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah, hai Tuhanku bahwasannya aku minta ampun, bertaubat aku kepada engkau yang telah engkau terima”

(Inilah asal kejadiannya Taubat)

22

Kun Sholli ‘Ala Muhammad

“Jadilah, maka jadilah diriku sebagai mana yang telah engkau kehendaki, jadilah atas diriku “

(Inilah asal kejadiannya Salawat)

Kemudian Nur Zat Allah ta’ala berkata kepada Nur Muhammad :

o

Ketahuilah olehmu hai Nur,

bahwasannya :

 Aku jadikan Zat-Ku itu untuk menjadi Nyawa kepadamu.  Aku jadikan Sifat-Ku itu untuk menjadi Tubuh kepadamu  Aku jadikan Asma-Ku itu untuk menjadi Nama kepadamu  Aku jadikan Af’al-Ku itu untuk menjadi Kelakuan kepadamu

o Ya Nur, asal kejadian dirimu itu dari pada Zat-Ku, dan asal kejadian dirimu itu akan menjadikan seluruh ummat-mu.

o Ya Nur, Aku berpesan kepadamu bahwasannya :

Jadikanlah nyawamu itu, menjadi rahasia kepada ummatmu,

Jadikanlah tubuhmu itu, menjadi ruh kepada umatmu,

Jadikanlah kelakuanmu itu, menjadi hati kepada ummatmu,

Apabila Aku memuliakan dirimu, maka itu sama juga Aku memuliakan atas ummatmu.

o Ya Nur, Aku wajibkan atas ummatmu itu untuk ia mengenal akan asal kejadian dirinya dan Aku wajibkan pula atas ummatmu itu agar

(26)

ia mengenal akan Agama-Ku dan Aku wajibkan pula atas ummatmu itu untuk mengenal akan dirinya dengan sungguh-sungguh (dengan sebaik-baiknya pengenalan).

o Ya Nur, titikkanlah air nuktahmu itu untuk menjadikan malaikat yang 4 (empat),

Titikkan yang pertama, bernama Nur Mada,

Titikkan yang kedua, bernama Nur Madi,

Titikkan yang ketiga, bernama Nur Mani

Titikkan yang yang keempat, bernama Nur Manikam

Apabila engkau berucap, Iya Kun jadi Jibril, maka jadilah ia Jibril.

23

Apabila engkau berucap, Iya Kun Fayakun jadi Mikail, maka jadilah ia Mikail,

Apabila engkau berucap, Iya Kun Fayakun Jadi Isrofil, maka jadilah ia Isrofil

Apabila engkau berucap, Iya Kun Fayakun jadi Idzroil, maka jadilah ia Idzroil.

o Ya Nur, perintahkan olehmu :

Malaikat Jibril, agar anasirnya menjadikan Bumi (tanah)

Malaikat Mikail, agar anasirnya menjadikan Air

Malaikat Isrofil, agar anasirnya menjadikan Angin

Malaikat Idzroil, agar anasirnya menjadikan Api

Selanjutnya perintahkan pula olehmu wahai Nur, kepada :

Malaikat Jibril, mengambil Tanah dialam Akbar untuk kujadikan

lembaga Adam.

Malaikat Mikail, mengambil Air dialam Mualaq untuk kujadikan

lembaga Adam

Malaikat Isrofil, mengambil Angin dialam Izzati untuk kujadikan

lembaga Adam

Malaikat Idzrail, mengambil Api dialam Amarah untuk kujadikan

lembaga Adam.

o Ya Nur, Aku gaibkan diri-Ku dengan kehendak-Ku, dan setelah itu Aku gaibkan pula engkau hai Nur, maka gaiblah engkau kealam

(27)

Sirr, Alam Ruh, Alam Nur, baru setelah itu Aku jadikan dunia ini, akan tetapi masih dalam keadaan kosong dan belum ada isinya.

Kemudian tajallilah 4 (empat ) huruf yang awal, yang pada perjalanan 99 menjadikan cikal bakal dan keterangan dari maqom kedelapan, 4 huruf awal itu ialah: :

Huruf Alif ( ا )Huruf Mim ( م )Huruf Nun ( ن ) Huruf Tha ( ت )

Huruf Alif ( ا ),

Dari huruf Alif, akan menjadikan titik-titik yang jumlahnya 9999 titik, untuk kemudian jahir kedunia yang kosong dan belum ada isinya ini,

24 hanya 99 titik saja, sisanya 9900 titik tertinggal dialam baqa dan hanya milik Allah semata.

99 titik yang jahir itulah yang akan menjadikan perjalanan 99 (Perjalanan

Syara’ul Asgah),

Dengan Nas Qur’annya, berbunyi :

Man Khalaqal Insanu Min Thin, atau

Man Kholaqal Insanu Min Nutfatin

”Sesungguhnya Insan itu berasal dari pada tanah / sesungguhnya Insan itu berasal dari Nuktah ( setetes air )”

Maqom tertinggi didalam perjalanan 99 ini, ialah Maqom ke tujuh (7), yaitu Maqom Laduni, yang jika disebutkan kaumnya, maka inilah

Kaum

Mupassirin.

Huruf Nun ( ن ),

Dari huruf Nun, akan menjadikan titik-titik yang jumlahnya 8888 titik, untuk kemudian jahir kedunia yang kosong dan belum ada isinya ini hanya 88 titik saja, sisanya 8800 titik, tertinggal dialam baqa dan hanya milik Allah semata.

(28)

88 titik yang jahir itulah yang akan menjadikan Perjalanan Syara’ul

Hisab.

Dengan Nas Qur’annya berbunyi :

Huwal Awwalu Man Kholaqallahu ta’ala An- Nur

”Yang pertama kali dijadikan oleh Allah ta’ala itu adalah Nur”

Inilah Maqom kedelapan (8), Maqom Khas atau Maqom Rahasia, yaitu

Maqom Rahasia Perjalanan Ilmu Haq Allah ta’ala, atau Maqom Perjalanan Baginda Rosulullah Saw, jika mau disebutkan kaumnya,

maka inilah

Kaum Mudj’tatahidin.

Huruf Mim ( م ),

Dari huruf Mim, akan mengadakan titik-titik yang jumlahnya 7777 titik, untuk kemudian jahir kedunia yang kosong dan belum ada isinya ini hanya 25 77 titik saja, sisanya 7700 titik tertinggal dialam baqa dan hanya milik Allah semata.

77 titik yang jahir itu, pada kenyataan hanya 73 titik saja yang diketahui orang dan menjadikan I’tiqat yang 73, berarti masih ada 4 buah titik lagi yang tersembunyi, kemana kiranya yang 4 titik itu...?

4 titik sisanya yang tersembunyi itulah yang menjadikan Dzikir 4 didalam perjalanan Rahasia Ilmu Haq Allah ta’ala, yaitu :

o Taubat

o Syahadat o Zikir o Takbir

Untuk selanjutnya dijadikan Istinja pada maqom kedelapan, yaitu Istinja jahir dan Istinja batin (keterangan mengenai Istinja Jahir dan Istinja Batin akan dibahas Khusus).

Huruf Tha ( ت ),

Dari huruf Tha, akan mengadakan titik-titik yang jumlahnya 6666 titik, untuk kemudian jahir kedunia yang kosong dan belum ada isinya ini hanya 66 titik saja, sisanya 6600 titik tertinggal dialam baqa dan hanya milik Allah semata.

(29)

66 titik yang jahir itu, pada kenyataannya hanya 63 titik saja yang diketahui orang, dan menjadikan Kaidul Iman yang 63, berarti masih ada 3 titik lagi yang tersembunyi, kemana kiranya yang 3 titik itu....?

3 titik sisanya yang tersembunyi itu jatuh kepada huruf yang 3, yaitu Huruf

A,

huruf

I

dan huruf

U

, isinya :

o

A ( اَ )

: Aku Asal dari pada Allah ta’ala. o

I ( اِ )

: Aku (I) karna Allah ta’ala

o

U ( اُ )

: Aku ujud Allah ta’ala yang (I) tiada mati

Ke 3 (tiga) huruf itu, pada Maqom kedelapan, dipakai untuk mendudukan diri (diri yang sebenar-benarnya diri)

Allah ta’ala, berfirman :

Bikanu Makanu Wabiyakunu Mayakunu ”Sebelum terjadi bumi dan langit, Arsy dan Kursy sudah sedia- Nya Aku ”

26

Kemudian tajallilah Allah ta’ala pada ”Gaibul Mutallaq”, disini Allah ta’ala membawa : o Zat o Sifat o Asma o Af’al.

Kemudian tajalli lagi Allah ta’ala pada ”Gaibul Hawiyah”, dengan membawa :

o Huruf Alif ( ا )

o Huruf Lam Awal ( ل ) o Huruf Lam Akhir ( ل ) o Huruf Ha ( ﻫ)

Baru setelah itu, Allah ta’ala mengadakan Sifat Nur, dan juga mengadakan dua (2) nama, yaitu :

”Kun Sa dan Kun Zat”.

Keterangan :

(30)

Kun Sa adalah titik dari Nur Muhammad yang berada diatas Arsy, yang meliputi 7 petala langit, dan mengadakan nama, yaitu :

Nama Awal-Awal Nur Muhammad (zzh) inilah Nama dari Ibu

Bapaknya sekalian Amal dan Pahala.

o Kun Zat

Kun Zat adalah titik dari Nur Muhammad yang berada dibawah Arsy, yang meliputi 7 petala bumi, dan mengadakan nama, yaitu

Nama Awal-Awal Ummat (Anth), inilah Sulbi Ifra’it.

Setelah itu, baru :

o Zat maujud kepada huruf Alif ( ا )

o Sifat maujud kepada huruf Lam Awal ( ل ) o Asma maujud kepada huruf Lam Akhir ( ل ) o Af’al maujud kepada huruf Ha ﻫ ) )

Allah ta’ala, berfirman :

Hai Nur, engkau yang menunjukkan Aku, Aku yang engkau tunjukan.

27

Hai Nur, engkaulah ganti diri-Ku.

Hai Nur, engkaulah yang bernama Allah.

Hai Nur, semesta sekalian alam ini terjadi dari pada Nur-Mu dengan serta-Ku jua.

Ketika itu tajallilah Nur sembari mengata ”AK”, dan bersuaralah Nur Ya Allah, ya Tuhanku, ya Syaidi, ya Maulana, bagaimana aku

menunjukkan Tuhanku...?

Ya Allah, ya Tuhanku, ya Syaidi, ya Maulana, bagaimana aku menggantikan Tuhanku....?

Ya Allah, ya Tuhanku, ya Syaidi, ya Maulana, kenapa aku yang bernama Allah...?

Ya Allah, ya Tuhanku, ya Syaidi, ya Maulana, bagaimana aku mengadakan semesta sekalian alam ini dengan Nur-ku dan serta-Mu jua.

Lalu Allah ta’ala, berkata :

(31)

“ Hai Nur, Aku sudah laitsya pada diri-Mu, jangan kau cari lagi Aku, karna Aku tiada bertempat “

Aku tidak bulu, Aku tidak kulit, Aku tidak daging, Aku tidak di-darah, Aku tidak di-urat, Aku tidak di-tulang, Aku tidak di-otak -dan Aku tidak di-sumsum, hanya batin pada rahasia-mu, yang berkata-kata itu Aku.

Berkata, Allah ta’ala, selanjutnya :

Barang siapa ummat-Mu, menda’wakan Aku: zahir pada hatinya, bahwa yang berkata-kata itu Aku, maka Kafir Munafiq-lah ia, dan barang siapa ummat-Mu, menda’wa Aku : zahir pada lidahnya yang berkata-kata itu Aku, maka Kafir Zindik-lah ia

28

Bab Asal Muasal Diri

B

ermula asal muasal kejadian diri itu ada 2 perkara, yaitu :

Perkara pertama, ialah Asal muasal kejadian Hamba,

Perkara kedua, ialah Asal muasal kejadian Insan.

Asal Muasal Hamba dan Asal Muasal Insan, dipandang menurut anasirnya jelas berbeda :

Anasir hamba, berasal dari :

Tanah

Air

Angin

Api

(Sebagaimana yang kita ketahui pada proses penciptaan Nabi Adam As).

(32)

Mada

Madi

Mani

Manikam

Perbedaan inilah yang menyebabkan timbulnya 2 sifat yang berbeda dalam satu kesatuan ujud menurut pandangan umumnya :

Sifat Hamba berisikan

:

Tanah

Air

Angin

Api

Sifat Insan (Manusia) berisikan

:

MadaMadiManiManikam 29

----

Untuk

diketahui

---•

Sifat Hayat

, berisikan

:

o Bulu o Kulit o Daging o Urat o Tulang o Otak o Sumsum

Sifat Ilmu

,

berisikan

:

o Pengrasa o Hawa o Nafsu

(33)

o Akal o Fikir

o Ilmu pengetahuan o Rahasia

Sifat Tuhan

, berisikan

:

o Zat o Sifat o Asma o Af’al

Sifat Allah

,

berisikan

:

o Iman o Islam o Tauhid o Ma’rifat

Sifat Ta’ala

,

berisikan

:

o Tauhiduz dzat o Tauhidus sifat o Tauhidu asma o Tauhidu af’al 30

Sifat Muhammad

, berisikan

:

o Hidup o Tahu

o Berkehendak o Bergerak

Kembali kepokok masalah .

Lihat kembali proses penciptaan Nabi Adam As, ketika lembaganya akan diadakan oleh Allah Swt, Allah Swt berseru kepada malaikat yang empat untuk mengambil tanah, air, angin dan api dialamnya masing-masing (Pasal Kejadian), kemudian perbandingkan pula olehmu dengan proses penciptaan Insan (manusia)

(34)

Proses penciptaan Nabi Adam As,

adalah Sbb :

Thuraq

= Tanah asal

Thin

= Tanah dan zat air

Hama

= Tanah dan zat hawa (angin)

Fakhar

= Tanah dan zat panas (api)

Shalsa

= Bagan (bentuk)

Akhsanu taqwin

= Bentuk sempurna

Ruh

= Jiwa.

Proses kejadian/Penciptaan Insan,

adalah Sbb :

Sulalah Min Thin

= Rangkaian Tanah asal

Nuktah

= Air Mani laki-laki

Alaqah

= Percampuran sperma

Mudgoh

= Segumpal darah

Inham

= Tulang belulang

Haham

= Daging pembungkus

Khalkan

Akhar = Ruh.

Pandangan apa yang anda dapatkan setelah melihar proses penciptaan tersebut diatas, secara umum tentu berbeda bukan, tapi benarkah berbeda ?, 31 Silahkan saudaraku renungkan sendiri kemudian bandingkan dengan keterang yang ada dalam risalah ini.

Wahai saudara-saudaraku sekalian...!

Dari 7 rangkaian tersebut diatas, sesungguhnya mengisyaratkan kepada kita tentang penciptaan Allah Swt yang serba tujuh, yaitu :

o 7 Sifat yang ada pada diri manusia o 7 Anggota didalam sembahyang o 7 Ayat pada suratul fatekha

o 7 Huruf yang tidak boleh salah pengucapannya ketika membaca suratul fatekha

o 7 Jumlah hari dalam seminggu o 7 Bintang yang besar

o 7 Lautan yang besar o 7 Lapisan langit

(35)

o 7 Lapisan bumi

o 7 Keajaiban yang ada didunia o 7 Syurga

o 7 Neraka

Allah Swt

didalam mencipta sesuatu itu cukup dengan satu kali

penciptaan saja hingga dunia ini Qiyamat tidak berulang-ulang, untuk selanjutnya hasil dari ciptaannya itulah yang akan berkembang dengan sendirinya berdasarkan Qudrat dan Iradat-Nya, sehingga jadilah jumlah yang banyak, berkaum-kaum, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, namun jika ditela’ah dengan baik, maka dari yang banyak itu pada hakekatnya satu jua adanya.

” Pandanglah olehmu yang banyak itu kepada yang satu, dan pandang pula olehmu yang satu itu kepada yang banyak, maka pandanganmu akan terhenti kepada memandang yang satu kepada yang satu saja”

Keterangan-keterangan tersebut diatas, menyimpulkan dan mengisyaratkan bahwa, baik Hamba maupun Insan (Manusia) pada penciptaannya sesungguhnya berasal dari unsur yang satu jua adanya.

Kalau diatas tadi disebutkan bahwa Adam As itu Asal dari tanah, air, angin dan api sedangkan Insan (manusia) asalnya dari mada, madi, mani dan manikam, penjelasannya adalah sebagai berikut :

Proses penciptaan Insan (manusia) itu sesungguhnya bermula dan berawal dari kedua orang tua kita, yaitu Bapak dan Ibu kita.

32

Berkumpulnya kedua insan itu (bapak dan ibu) itulah yang menyebabkan adanya anasir yang 4, yaitu :

o Nur Mada o Nur Madi o Nur Mani o Nur Manikam.

Dari keempat anasir itu, hanya Nur manikam-lah yang berlanjut hingga sampai menjadi seorang janin, cikal bakal anak manusia, keturunan Nabi Adam As, Umat Nabi Muhammad Saw yang penuh dengan Rahmat dan Nikmat, Fiddunyya wal Akhirat.

Namun tidaklah Ia disebut Manikam apabila Nur Manikam itu tidak jatuh pada rahim seorang perempuan yang bernama Tara’ib

(36)

Manikam itu adalah ”Hidayatul Amanah” dari pada Allah

ta’ala,

dan istananya ada pada otak laki-laki, tidak ada pada otak

perempuan, sehingga inilah yang membedakan antara laki-laki dengan perempuan.

Lihat dan perhatikan kedudukan Manikam didalam otak seorang laki-laki, sebagaimana ilustrasi gambar dibawah ini, betapa maha sempurnanya Allah ta’ala didalam mencipta dan meletakkan amanahnya atas diri kita, tertutup dan tersembunyi oleh lapisan-lapisan yang sangat kokoh sehingga menjadikan benteng yang hebat dan sangat kokoh terhadap rusaknya Amanah itu . 7 6 5 4 3 2 1

33

Keterangan Nomer pada gambar

1. Otak 2. Lemak 3. Minyak 4. Nur 5. Nur Aqly 6. Hijabun Nur 7. Manikam.

Didalam Otak laki-laki itu ada lemak, didalam lemak itu ada minyak, didalam minyak itu ada Nur, didalam Nur itu ada Nur Aqly, didalam Nur Aqly itu ada Hijabun Nur dan didalam Hijabun Nur itulah letak

Manikam.

(37)

Masa Manikam itu 40 hari,

yaitu :

o 7 hari pertama, Manikam itu berada didalam istananya, yaitu

didalam otak laki-laki,

o 7 hari kemudian, Ia turun pada tulang belakang dan bertahan

pada punggung,

o 7 hari selanjutnya, Ia berpindah pada tulang dada, o 7 hari selanjutnya, Ia turun lagi kepusat,

o 7 hari kemudian, Ia turun pada sulbi, dan

o 5 hari kemudian, ia berpindah pada kalam/ zakar , untuk

selanjut-nya jatuh kerahim seorang perempuan yang bernama tara’ib untuk selanjutnya dikandung selama 9 bulan 9 hari lamanya.

Manikan bernama Mada, apabila ia sampai pada awal kalam, bernama Madi apabila ia sampai pada tengah kalam dan bernama Mani apabila ia berada diujung kalam kemudian terpancar keluar.

ketika ia jatuh pada rahim perempuan barulah ia bernama Manikam, Maka jadilah ia Nur Muhammad atau Roh Idhofi atau syahadat.

Tatkala manikam itu 40 hari umurnya berada didalam taraib, maka

berhentilah darah haid yang biasa dialami oleh seorang perempuan, oleh

sebab seluruh permukaan peranakan tertutup oleh Manikam.

Pada bulan ke 4 barulah kemudian ia bernyawa (bergerak), darah haid ang berhenti oleh karna seluruh peranakan tertutup manikam, pada bulan

ke 5 akan menjadikan Upik kanak-kanak atau tembuni.

34

Sedangkan darah haid yang berhenti, 40 hari sebelum manikam itu

bernyawa, maka itulah yang akan menjadi darah nifas (darah kotor yang keluar bersamaan dengan proses persalinan).

Semasa Manikam itu berada didalam kandungan, maka

o Pada usia 1 hari 1 malam, ia sudah memuji, pijiannya ”Hu ” o Pada usia 3 hari 3 malam, pujiannya ” Allah ”

o Pada usia 7 hari 7 malam, pujinya ” Innallah ”

o Pada usia 40 hari 40 malam, pujinya ” Surobbun Nur ” o Pada usia 4 bulan 4 hari, pujinya ” Subhanallah ” o Pada usia 6 bulan 6 hari, pujinya ” Al-hamdulillah ” o Pada usia 8 bulan 8 hari, pujinya ” Allahu Akbar ”

(38)

o Pada usia 9 bulan 9 hari, pujinya ” Inna Ana Amana ” (belum Ia

keluar).

Keterangan :

Inna

: Sesungguhnya

Ana

: Saya (aku)

Amana

: Iman (aman)

Inilah asalnya :

Kejadian Air Zatullah Akbar, atau Air Nur Zat Allah

Catatan :

Mada :

Ada rasa tiada rupa ---Nafas.

Madi :

Tiada rasa dan tiada rupa tapi ada ---Bayangan.

Mani :

Rasa dan rupa kita ini

Manikam :

Rasa dan ujud kita ini.

Dasar-dasar yang melandasi tentang asal muasal diri itu, diantaranya, adalah :

Abdullah Ibnu Abbas. Ra, dari Rosulullah Saw

:

“Bahwa sesungguhnya Allah ta’ala menjadikan dahulu dari pada segala sesuatu itu, yaitu dari Nur Nabi-mu”.

35

Syech Abdul Wahab As-syarani. Ra, berkata

:

“Sesungguhnya Allah ta’ala menjadikan ruh nabi Muhammad itu dari pada Nur Zat-Nya dan dijadikan ruh sekalian alam ini dari pada Nur Muhammad”

Rosulullah Saw bersabda :

“Aku bapak dari sekalian ruh dan Adam itu bapak dari sekalian batang tubuh”.

Referensi

Dokumen terkait