• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR-DASAR TEORI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR PONDASI. Berdasarkan SNI tujuan perencanaan struktur adalah untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DASAR-DASAR TEORI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR PONDASI. Berdasarkan SNI tujuan perencanaan struktur adalah untuk"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

II-1 BAB II

DASAR-DASAR TEORI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR PONDASI

2.1 Perencanaan Struktur Baja

2.1.1 Syarat konstruksi Baja

Berdasarkan SNI 03-1729-2002 tujuan perencanaan struktur adalah untuk menghasilkan suatu struktur yang stabil, cukup kuat, mampu-layan, awet, dan memenuhi tujuan-tujuan lainnya seperti ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. Suatu struktur disebut stabil bila ia tidak mudah terguling, miring, atau tergeser selama umur bangunan yang di rencanakan. Suatu struktur disebut cukup kuat dan mampu-layan bila kemungkinan terjadinya kegagalan-struktur dan kehilangan kemampuan layan selama masa hidup yang direncanakan adalah kecil dan dalam batas yang dapat diterima. Suatu struktur disebut awet bila struktur tersebut dapat menerima keausan dan kerusakan yang diharapkan terjadi selama umur bangunan yang direncanakan tanpa pemeliharaan yang berlebihan.Batas-batas lendutan harus sesuai dengan struktur, fungsi penggunaan, sifat pembebanan, serta elemen-elemen yang didukung oleh struktur tersebut.

Tabel 2.1.Batas Lendutan Maximum

Komponen struktur dengan beban tidak terfaktor Beban tetap Beban sementara

Balok pemikul dinding atau finishing yang getas L/360

-Balok biasa L/240

(2)

II-2

Kolom dengan analisis orde kedua h/300 h/200

sumber:SNI03-1729-2002

Keterangan:

L = panjang bentang h = tinggi tingkat

Beban tetap = beban hidup

Beban sementara = beban gempa/beban angin Beban hidup = beban sementara

Dalam perencanaan struktur baja harus di penuhi syarat-syarat :

a. Analisis struktur harus dilakukan dengan cara-cara mekanika teknik yang baku.

b. Analisis dengan komputer, harus memberitahukan prinsip cara kerja program dan harus ditunjukan dengan jelas data masukan serta penjelasan data keluaran.

c. Percobaan model diperbolehkan bila diperlukan untuk menunjang analisis teoritis.

d. Analisis struktur harus dilakukan dengan model-model matematis yang mensimulasikan keadaan struktur yang sesungguhnya dilihat dari segi sifat bahan dan kekakuan unsur-unsurnya.

2.1.2 Sifat mekanis material Baja

Sifat mekanis bangunan baja di dapat dari uji tarik. Pengujian melibatkan pembebanan tarik dari contoh material baja dan bersamaan dengan itu dilakukan

(3)

pengukuran beban dan perpanjangan sehingga di peroleh grafik hubungan antara tegangan dan regangan. Ketika beban terus bertambah, regangan pun ikut bertambah dan jika beban dihilangkan akan kembali ke panjang/kondisi awal, daerah ini di sebut daerah elastis. Dan apabila tegangannya tidak dapat melampaui harga diatas limit proporsional maka peristiwa ini di sebut limit elastis. Limit elastis dan limit poporsional memiliki harga yang sangat mendekati sehingga sering dianggap sama. Dan pada kondisi dimana beban di tambah terus tapi yang berubah hanya regangan sampai titik tertentu sedang tegangannnya konstan , hal ini di sebut kondisi plastis. Naiknya tegangan dan regangan yang tidak lagi berbanding lurus, melainkan berupa lengkung hingga mencapai tegangan ultimate di sebut ultimate tensile strength.

Gambar 2.1. Grafik Hubungan Tegangan - Regangan Tabel 2.2. Sifat Mekanis Baja Struktural Jenis Baja Tegangan putus

minimum, fu Tegangan leleh minimum, f y Peregangan minimum II-3

(4)

(MPa) (MPa) (%) BJ 34 340 210 22 BJ 37 370 240 20 BJ 41 410 250 18 BJ 50 500 290 16 BJ 55 550 410 13 Sumber:SNI03-1729-2002

Berikut ini beberapa bentuk profil baja yang biasa di pakai buat konstruksi, yaitu:

2.2. Gambar Bentuk Profil Baja 2.1.3 Desain Elemen Struktur Baja Metode LRFD

a. Desain Komponen Struktur Tekan

(5)

Suatu struktur yang mengalami beban aksial tekan di sebut balok kolom. Aksi ini dapat menimbulkan tekuk pada kolom, dimana dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.3 . Gaya Tekan Pada Komponen Tekan

Desain kekuatan batang tekan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

……….2.1 Nu= Øn x Nn

Keterangan:

Nu= kuat tekan perlu (kg)

Nn= kuat tekan nominal komponen struktur (kg) Øn = factor reduksi kekuatan = 0.85

Untuk penampang yang mempunyai perbandingan lebar terhadap tebalnya lebih kecil daripada nilai λr pada Tabel 7.5-1 (SNI 03-1729-2002 hal 30 sd 31) , daya dukung nominal komponen struktur tekan dihitung sebagai berikut:

N = A fcr ………...2.2

(6)

II-6

fcr = ……… ………..2.3

untuk λc ≤ 0,25 maka ω = 1

untuk 0,25 < λc < 1,2 maka maka ω = . .. untuk λc ≥ 1,2 maka ω = 1,25

Keterangan:

Ag adalah luas penampang bruto (mm2) fcr adalah tegangan kritis penampang (MPa) fy adalah tegangan leleh material (MPa)

Parameter kelangsingan kolom, λc, ditetapkan sebagai berikut:

………..2.4

Lk = kc* L ………2.5

Keterangan :

Lk = panjang tekuk (m)

fy = tegangan leleh material. Dalam hal

kc adalah faktor panjang tekuk. Nilai kc ditetapkan sesuai dengan Butir 7.6.3.2 atau 7.6.3.3; (Lihat SNI 03-1729-2002 hal 30 sd 31)

Perbandingan kelangsingan komponen struktur tekan harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Pelat sayap balok-I dan kanal dalam lentur :

………..………..2.6

λc =

b/2tf < λf<λp

(7)

II-7

a ar

ap tebal

al

b. Untuk batang-batang yang direncanakan terhadap tekan:

………..………..2.7 Tabel 2.3. Perbandingan maksimum lebar terhadap tebal untuk elemen

tertekan ( f y) dinyatakan dalam MPa,

Jenis Elemen Perbanding leb terhad (λ)

n Perbandingan maksimum lebar terhadap teb

p k) λr (tak-kompa λ (kompa k)

Pelat sayap balok-I d

kanal dalam lentur an b/t 170 / (c) 370 / (e) Pelat sayap balok-I

k tersusun lentur b/t / hibrida atau balo yang di las dalam 170 / (e)(f)

Pelat sayap dari nen b/t - 290 / komponenkompo struktur tersusun dalam tekan (f)

Sayap bebas dari profil g menyatu elat mponen struktur ial ang u dengan balok nen struktur b/t - 290 / siku kembar yan pada sayap lainnya, p sayap dari ko

kanal dalam aks tekan,

profil siku dan plat y menyat

atau kompo tekan

Sayap dari profil siku l pada penyokong, ku opel pada lemen aku, yaitu, pu pada salah satu

b/t -

200 /

tungga

sayap dari profil si ganda dengan pelat k penyokong, e yang tidak diperk yang ditum λ=Lk/r 200.

(8)

II-8

sisinya

Pelat badan dari profil T d/t - 335 / Pelat sayap dari

penampan

persegi panjang dan g

bani lentur tup g terletak au las b/t 500 / bujursangkar berongga dengan ketebalan seragam yang dibe atau

tekan; pelat penu dari n pelat pelat sayap da diafragma yan di antara baut-baut at 625 /

Bagian lebar yang tak b/t - 830 / terkekang dari pelat

penutup berlubang [b] Bagian-bagian pelat at [a] h/tw 1.680 badan

dalam tekan akib lentur c 2550 g Bagian-bagian pelat an h/tw Untuk Nu / φbNy<0,125 [c] 1680 badan

dalam kombinasi tek dan lentur 1 2.75 ø Untuk Nu/ φbNy>0,125 500 2.33 ø 665/ 2550 1 ø 0.74 Elemen-elemen lainnya yang

diperkaku dalam tekan murni; yaitu dikekang

sisinya b/t h/tw 665 / sepanjang kedua - Penampang bulat berongga D/t (d)

(9)

Pada tekan aksial Pada le ur - 14800/fy 22000/fy 62000/fy nt

[a] Untuk balok hibrida, gunakan gai ganti fy.

] Ambil luas neto plat pada lubang kapasitas rotasi inelastis besar 3.

ntuk struktur-struktur pada zona gempa tinggi

bih gunakan 9.000/fy.

[e] fr = tegangan tekan residual pada pelat sayap

= 70 MPa untu penampang dirol = 115 MPa untuk penampang dilas (f) ke=

tegangan leleh elat sayap fyf seba

p [b terbesar. [c] Dianggap se U

diperlukan kapasitas rotasi yang le besar.

[d] Untuk perencanaan plastis

k

tapi, 0,35 < ke < 0,763

[g] f y adalah tegangan leleh minimum

S 29-2002

b. ur Le

Balok merupakan salah satu elemen struktur yang memikul beban tegak ongitudinal sehingga balok mengalami lentur.

lami beban terpusat, mak balok tersebut akan melentur seperti di tunjukan sebagai berikut dengan umber:SNI03-17

Desain Komponen Strukt ntur dan Geser

lurus dengan sumbu l

Apabila balok bertumpuan sederhana menga

diagram geser (Q) dan momen (M):

(10)

II-10

Gambar 2.4. Diagram Momen dan Lintang Pada Balok Baja yang di bebani

Sya

… ………..………...2.8

Keterangan:

/perlu (kgm)

M

or reduksi kekuatan = 0.9 (SNI 03-1729-2002 hal 18) tentukan sebagai berikut:

………...……..…..2.9

b. elat sayap berpenampang kompak :

….. ……….2.10 t kuat lentur nominal:

……….2.11

l ditinjau dengan rat Momen lentur Rencana :

Mu ≤ φ Mn

 

Mu adalah momen lentur rencana

n adalah kuat lentur nominal penampang (kgm)

Φ adalah fakt

Kelangsingan penampang balok lentur dapat di a. pelat badan berpenampang kompak :

… ………

P

untuk balok berpenampang kompak syara

Kuat lentur nominal penampang dengan pengaruh tekuk latera

membagi jenis balok menurut panjang bentang yang tidak terkekang secara lateral (Lb), sebagai berikut: < λf<λp Mn = Mp   dimana  Mp = fy * Z b/2tf < λf<λp

(11)

II-11 h (Lp ≤ L ≤ Lr) ……….………...2.13 c. ……….………...2.14 ………....2.15 ………..……...2.16 ………..……....2.17 2.1.4 Beban-Beban Yang Di gunakan

Stru

1,4D (6.2-1)

1,2D + 1,6 L + 0,5 (La atau H) (6.2-2)

+ γ L L + 0,5 (La atau H) (6.2-4)

kibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk si tetap, tangga, dan peralatan layan tetap

a. Bentang pendek (L ≤ Lp ) ……….….2.12 b. Bentang menenga Mn = Mp  Bentang panjang( Lr ≤ L ) Mn = Cb ……… Dimana untuk Profil I dan Canal ganda:

……… Profil kotak pejal atau berongga :

ktur baja harus mampu memikul semua kombinasi pembebanan di bawah ini:

1,2D + 1,6 (La atau H) + (γ L L atau 0,8W) (6.2-3)

1,2D + 1,3 W

1,2D ± 1,0E + γ L L (6.2-5)

0,9D ± (1,3W atau 1,0E) (6.2-6) Keterangan:

D = beban mati yang dia

dinding, lantai, atap, plafon, parti

Mp  ≤ Mp  Mcr = 2 Cb E Mcr = Cb* ry = Lp = 1.76 ry

(12)

II-12

hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut,

ekerja,

n gempa,

a. Beban mati adalah beban kerja akibat gravitasi yang tetap posisinya dan bekerja terus-menerus dengan arah kebumi tempat struktur didirikan. Berat struktur dianggap beban mati dan juga perlengkapan-perlengkapan yang tetap

dapat dikatakan bekerja secara perlahan-lahan pada struktur.

ositif dan tekanan negatif

L = beban

tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain

La = beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh p

peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak

H = beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air W = beban angin

E = beba

posisinya selama struktur berdiri seperti pipa listrik, pipa air, plafon, lampu dan lain lain.

b. Beban hidup adalah beban-beban yang bisa ada atau tidak ada pada struktur untuk suatu waktu yang diberikan. Meskipun dapat berpindah-pindah beban hidup masih

Yang termasuk beban hidup adalah manusia, perabot, kendaraan dan material yang dapat diganti selama umur gedung tersebut.

c. Beban Angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban angin di tentukan dengan menganggap adanya tekanan p

(hisap) yang tegak lurus pada bidang-bidang yang ditinjau. Besarnya kedua tekanan tersebut ditentukan dengan cara mengalikan tekanan tiup yang

(13)

ditentukan untuk berbagai kondisi dengan koefisien-koefisien angin yang ditentukan.

d. Beban Gempa

Gempa bumi menimbulkan pergerakan kea rah vertikal dan horizontal, dengan besar gerak

II-13 0.05

√ C = koefisien gempa =

vertikal umumnya jauh lebih kecil. Karena gerak horizontal pengaruh paling besar maka pengaruh gerak ini dipandang

Syarat Gaya geser untuk analisi dinamis yaitu =

……….………2.18 …….………2.19

a geser dasar nominal sebagai renspon pertama

siklus getaran mengakibatkan

sebagai beban gempa. Berdasarkan SNI 03-1726-2002 Untuk struktur gedung tidak beraturan pengaruh Gempa Rencana terhadap struktur gedung tersebut harus ditentukan melalui analisis dinamis.

V≥ 0.8 V1

………V1 = t

……….…2.20 V = KCW Keterangan:

V = gaya geser dasar nominal V1 = gay

(14)

II-14

puan batang untuk menyerap deformasi plastis.

C1

tur

asuk beban hidup yang sesuai

………2.21

a lateral di lantai tingkat ke n

semua lantai

Jika w secara rasional dari data teknis,

T bisa dianggap sebagai berikut:

……….2.22

gi bangunan diatas alasnya

K = koefisien yang berkisar antara 0.67-3.0 yang menunjukan kemam

= Faktor renspon gempa I = Faktor keutamaan struk R = Faktor reduksi gempa W/Wt = Berat total gedung, term

Beban lateral total didistribusikan mnurut rumus: ………Fn = V Keterangan:

Fn = gay

Wn = berat di lantai tingkat ke n ∑ = jumlah total dari Wh untuk

aktu getar alamiah T tidak dapat ditentukan

………T = . Keterangan:

(15)

II-15

2 Sambungan terdiri dari komponen sambungan (pelat pengisi, pelat buhul, pelat pendukung, dan pelat penyambung) dan alat pengencang (baut dan las). Sambungan tipe tumpu adalah sambungan yang dibuat dengan menggunakan baut yang dikencangkan dengan tangan, atau baut mutu tinggi yang dikencangkan untuk menimbulkan gaya tarik minimum yang disyaratkan, yang kuat rencananya disalurkan oleh gaya geser pada baut dan tumpuan pada bagian-bagian yang disambungkan.

Perencanaan sambungan harus memenuhi persyaratan berikut:

1) Gaya-dalam yang disalurkan berada dalam keseimbangan dengan gaya-gaya yang bekerja pada sambungan;

2) Deformasi pada sambungan masih berada dalam batas kemampuan deformasi sambungan;

3) Sambungan dan komponen yang berdekatan harus mampu memikul gaya-gaya yang bekerja padanya.

x Teg ijin

D = dimensi bangunan dalam arah sejajar gaya yang diberikan 2.1.5 Perencanaan Sambungan Berdasarkan SNI 03-1726-200 a. Sambungan Baut Т egangan rata≤ 0.75 Teg rata-rata = ………2.23 Keterangan :

(16)

II-16 al pada batang (kg) il lihat potongan 1-2-3………2.24 Keterangan: mpang utuh

bang pada arah sejajar sumbu batang N = gaya norm

Fn = Luas penampang bersih terkec Fn dapat di hitung dengan persamaan: ………Fn = F – nsd + ∑

……….lihat potongan 1-3………2.25 Fn = F - nsd

2.5. Gambar Jarak Antar Baut Berseling

F = luas pena

s = tebal penampang d = diameter lubang t = jarak lubang ke lu

(17)

n = banyaknya lubang dalam garis potongan yang ditinjau Chek kekuatan baut:

II-17 r pada baut:

σ geser = 0.6 x σ ijin ………..………..2.26

Ň = A baut x σ geser ………..…………..2.27

σ tarik = 0.7 x σ ijin ……….……….…….2.28 Cek kombinasi beban:

σ = σ tarik σ geser 1. Cek terhadap gese

σ ijin ……..……….………….….2.29 2. Cek terhadap akibat lubang pada profil:

σ tumpu = 1.2 x σ ijin ……….….…..…………..…..2.30

Ň = d x t x σ tumpu ……….……..……….…2.31

d = diameter lubang = diameter baut ( + 2mm jika d≤22mm, +3mm jika d≥22mm)

Jumlah baut = Ň ……….…………...2.32

(18)

II-18 S1 = 1.5d≤ S1≤2

t

baut (mm)

n tebal profil (ambil yang terkecil)

Tipe Baut Diameter (mm) Proof stress (Mpa) Kuat tarik Min (Mpa) d

S = 2.5d≤ S≤7d/14 U = 2.5d≤ S≤7d/14t Keterangan:

d = diameter

t = tebal plat sambung da

Tabel 2.4. Tipe-tipe Baut

A307 6.35-104 - 60

A325 12.7-25.4 585 825

28.6-38.1 510 725

A490 12.7-38.1 825 1035

S Perencanaa aja Metode L , 2008

c. Sambungan Las:

baja ada 2 jenis bentuk las, yaitu:

1. huluan

Las ini terdiri dari :

a. las sudut pipih/datar (paling banyak di gunakan)

umber: n Struktur B RFD

Dalam konstruksi

(19)

II-19 g

2. tergantung dari tebal bagian yang akan di sambung.

Cek kekuatan las:

………..2.33

arah gaya dengan bidang geser las

Ln = panjang bersih las = Lbr-3a (mm)

a = tebal rigi-rigi las ≤ b.Las sudut cekung c. Las sudut cembun Las tumpul : bentuknya

Keterangan:

α = sudut yang di bentuk antara A = luas penampang las ( Ln x a) (

Lbr = panjang kotor rigi-rigi las (mm) (mm) T =tebal profil (mm)

arat 10a≤Ln≤40a

inimum las sudut

Tebal plat (t,mm las sudut (a,mm)

Sy panjang bersih las =

Tabel 2.5. Ukuran m

) paling tebal Ukuran minimum

t ≤ 7 3

7< t ≤ 10 4

10< t ≤ 15 5

(20)

15 < t 6

II-20

Sumber: Perencanaan Struktur Baja Metode LRFD, 2008

2.7. Gambar Rigi-Rigi Las

Gaya yang dapat dipikul las berdasarkan sudut bidang bgeser las:

………….……….2.34

2.8.Gambar Bidang Geser las α =90° 3. Jika α =0°

……….……….2.35

2.9 Gambar Bidang Geser las α =0° 1. Jika α =90°

P=σijin x A

(21)

II-21 4. Jika =45°

..……….……….2.36

2.1.6 Perencanaan Perka

Kolom tidak ikut menahan goyangan

pegas pada puncak kolom

ku saling silang maka pengaku yang satu akan tertekuk dan

Gambar 2.11. Portal yang diberi bracing Gambar 2.12. portal tanpa bracing

α

P=0.707 σijin x A

2.10 Gamb

kuan (Bracing)

ar Bidang Geser las α =45°

Stabilitas portal di dapat dengan memberikan pengaku, portal yang diberi pengaku dapat di idealisasi dengan asumsi:

• Pengaku bekerja secara bebas sebagai a. Bracing type X

Jika ada dua penga

yang satunya akan tertarik. Kekakuan yang di dapat dari adanya bracing dapat di lihat di gambar di bawah ini:

(22)

II-22 Rang

pada satu lantai dengan lantai lainnya. Prinsip membuat rangka berselang seling

n

ersilang bresing harus menerus dari kolom

ngaruh semua beban mati dan hidup, dengan menganggap

pu memikul gaya lateral yang besarnya = 2% kuat nominal sayap balok.

Gambar 2.13. bracing type V

ka di gunakan pada setiap lantai dan disususn menurut pola selang-seling

sangat efisien apabila di terapkan untuk menahan beban vertical dan horizontal. b. Bracing type V / Type V terbalik

Portal yang menggunakan bresing type ini harus memenuhi persyarata sebagai berikut:

• Kuat rencana bresing minimal 1.5 x beban terfaktor • Balok yang b an dengan batang

ke kolom

• Balok yang bersilangan dengan batang bresing harus di rencanakan untuk memikul pe

bahwa batang bresing tidak ada.

• Sayap-sayap atas dan bawah balok pada titik persilangan dengan batang bresing harus direncanakan mam

(23)

II-23 c. Bracing type K

Bracing type ini biasanya dipakai pada bangunan-bangunan dua tingkat atau kurang dan struktur atap.

2.2

iri dari butiran mineral-mineral padat yang berasal dari bahan-bahan organik yang sudah melapuk disertai dengan zat cair dan ra partikel-partikel padat tersebut.

kerikil pasir lanau lempung

2.2 Perencanaan Struktur Pondasi

.1 Karakteristik tanah

Tanah merupakan material yang terd

gas yang mengisi ruang-ruang kosong dianta

Tanah merupakan campuran dari partikel-partikel yang terdiri dari salah satu/seluruh jenis beriku:

Tabel 2.6 Batasan-batasan ukuran golongan tanah Nama Golongan Massachusetts Institute of Technologi (MIT) ≥2 2-0.06 0.06-0.002 ≤0.002

U.S Departement of Agriculture (USDA)

≥2 2-0.05

0.05-0.002

≤0.002

American Association of state

ASHTO)

76.2-2 2-0.075 ≤0.002

Highway and transportation official (A

0.075-0.002

Unified Soil classification system (US Army corp of 4

76.2-.75 0.0075

5

(24)

engineering, US bureau of Reclamation

II-24 S

2.2.2 Sifat-sifat F

kumpulan partikel padat dengan rongga diantaranya. Rongga dapat diisi air, udara, sebagian air dan udara.

Gambar 2.14 Diagram fase hubungan volumetric dan masa tanah eterangan:

Vt = vol

solid/butiran

Kadar air merupakan perbandingan antara berat air dengan berat partikel umber: Braja M.Das, 1985

isis Tanah

Tiap massa tanah terdiri dari

K

ume tanah = Vs+Vv Vs = volume

Vv = volume void = Vw+Va Vw = volume air

Va = volume udara d. Kadar air (w)

(25)

II-25

………..….…..2.37

e. )

………..……2.38

adat.

ri untuk tanah lunak berkisar antara 1.2 s/d 3.0 d.

Merupakan perbandingan volume pori dan volume total.

γ)

tal.

erat satuan No

(n%) pori air satuan

Derajat kejenuhan (S

Merupakan perbandingan antara volume air dan volume total pori.

f. Angka Pori (e)

Merupakan perbandingan antara volume pori dan volume partikel p

……….2.39 Besarnya angka po

Porositas (n)

……….2.40 e. Berat satuan (

Merupakan perbandingan antara berat total dan volume to

……….2.41

Tabel 2.7 Harga-harga porositas, angka pori, kadar air dan b

Uraian Porositas Angka Kadar Berat

(e) (w%) (gr/cm3)

γd γ

1 Pasir seragam, lepas 36 0.85 12 1.43 1.89

2 Pasir seragam, 34 0.51 19 1.75 2.09 w =  %   S =   e =    100%  n =  γ=  

(26)

II-26 adat p 3 Pasir berbutiran campuran, lepas 40 0.67 25 1.59 1.99 4 Pasir berbutiran 30 0.43 16 1.86 2.16 campuran, padat 5 t n 20 0.25 9 2.12 2.32

Till glacial, sanga berbutir campura 6 Lempung glacial 55 1.2 45 - 1.77 lunak 7 Lempung glacial 37 0.60 22 - 2.07 kaku 8 Lempung organic 66 1.90 70 - 1.58 agak lunak

9 Lempung organic 75 3.00 110 - 1.43

sangat lunak

10 Beton lunak 84 5.20 194 - 1.27

Sumb f. P

Merupakan sifat tanah k dapa ba ah atau dibentuk tanpa

dan perubahan isi. Kadar air sangat uhi plastisitas tanah lunak. Berdasarkan kadar air tanah dapat

disebut batas kekentalan atau batas konsistensi. er : Terzaghi dan Peck, 1967

lastisitas

untu t beru h-uab

terjadi retakan , keruntuhan mempengar

digolongkan sebagai berikut: cair, plastis, semi padat, dan padat.

(27)

II-27

asih dalam keadaan plastis. it)

apat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Batas tas konsisten anah (Braja M.D 1985)

ingkat plastisitas tanah dapat ditentukan oleh besarnya indeks plastisitas, aitu kadar air yang dapat diserap pada tanah dalam kondisi plastis.

I = LL-PL (%) 2.2.3 S

a. Pe

elalui esarnya permeabilitas tanah dinyatakan dalam koefisien koefisiean permeabilitas tanah bergantung pada ukuran dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, Batas-batas konsistensi itu adalah:

1. Batas Cair –LL (Liquid Limit)

Yaitu kadar air tanah pada batas antara cair ke keadaan plastis 2. Batas Plastis-PL (Plastis Limit)

Yaitu kadar air minimum dimna tanah m 3. Batas Susut –SL (Shrinkage Lim

Yaitu batas dimana tanah sudah kehilangan kadar air. Kondisi batas-batas konsistensi d

LL  PL SL

Padat 

Cair  Plastis   Semi 

padat -ba si t as. T y P ifat-Sifat Teknis rmeabilitas (Permeability)

Permeabilitas tanah adalah kemampuan untuk dilewati oleh air m pori-pori tanah. B

permeabilitas (k),

rata-rata pori tanah yang

(28)

II-28

. Semakin besar perubahan isi yang rjadi maka tanah dikatakan semakin kompresif dan sebaliknya semakin

ang terjadi maka tanah dikatakan kurang kompresif. b. Kompresibilitas

Merupakan kemampuan tanah untuk mengalami perubahan akibat keluarnya air dari pori-pori tanah

te

kecil perubahan isi y

Kompresibilitas tanah dapat ditunjukan dengan Indeks Pemampatan (Cc). Tabel 2.5 Nilai Cc untuk berbagai jenis tanah adalah sebagai berikut:

Jenis tanah Nilai Cc

Gambut 1-4.5

Lempung Plastis 0.15-1

Lempung kaku 0.06-0.15

Lempung setengah keras 0.03-0.06

Pasir Lepas 0.025-0.05

Pasir Padat 0.0005-0.01

Sumbe

Untuk i dan Peck m n pemakaian rumus

sebagai berik

a. Untuk tan yang strukturnya tidak terganggu (Undisturbed): ………....2.42

………..2.43 r : Craig, 1987

tanah lempung, Terzagh enyaranka

ut:

ah lempung

b. Untuk tanah lempung yang berbentuk kembali (Remolded) :

Cc = 0.009 (LL‐10) 

(29)

II-29

Persamaan Acuan Daerah pemakaian

Tabel 2.7.Rumus untuk menghitung Cc

Cc = 0.007 (LL-7) Skempton Lempung remolded

Cc = 0.01 WN Lempung Chicago

Cc = 1.15 (e0-0.27) Nishida Semua lempung

Cc = 0.30 (e0-0.27) Hough Lanau, lempung, lempung berlanau

Cc = 0.0115 WN Tanah organic, gambut lanau

organik, lempung

Cc = 0.0046 (LL-9) Lempung brazilia

Cc = 0.75(eo-0.5) Tanah dengan plastisitas rendah

Cc = 0..208 e0+0.0083 Lempung chicago

Cc = 0.15 e0+0.0107 Semua lempung

Sumber: Braja M Das, 19

o = angka pori tanah dila angan

c. pangan

asi profil tanah secara antaranya adalah Uji sondir dan alat

1. Uji sondir

Uji sondir dapat menunjukan pelapisan tanah dari hasil pembacaan tahanan ujung dan gesekan selimutnya.

88 Keterangan:

e p

WN = kadar air tanah dilapangan Pengujian La

Pengujian lapangan dapat memberikan inform kontinu. Pengujian lapangan di

(30)

II-30 2. St

M

un informasi mengenai kondisi dibawah permukaan tanah dan

dari desain pondasi untuk gedung bertingkat menggunakan cara in

tanah kohesif

6-15 16-25 >25

andard Penetration Test (SPT)

etode pengujian tanah dengan SPT termasuk cara yang cukup ekonomis tuk memperoleh diperkirakan 85% i. Tabel 2.8 Nilai N-SPT N <4 4-6 Konsistensi Sangat lunak

lunak sedang Kenyal (stiff)

keras

Sumber: Bowles, 1984

2.2.4 Pondasi

A. Jenis d

Ada 2 hal yang paling mendasar untuk menentukan jenis, bentuk, dan type pondasi. Yang pertama adalah total beban yang akan dipikul oleh pondasi persatuan luas. Sedangkan yang kedua adalah daya dukung tanah persatuan luas.

a unsur tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan :

………2.44

Qu = Daya dukung tanah per satuan luas (kN// ) an Type Pondasi

Hubungan kedu

………F : Q x U  Keterangan:

(31)

II-31

ah rhadap pondasi

ari pemahaman di atas, jelaslah bahwa ilmu pondasi memiliki kaitan yang erat rhadap ilmu mekanika tanah dan ilmu struktur bangunan yang ada di atasnya. Pada ilmu mekanika tanah dipelajari tentang karakteristik dari suatu type tanah baik daya dukung, berat jenis, kohesi, sudut geser dan lain sebagainya. Sedangkan

ada ilm tentang gaya-gaya yang bekerja pada

h yang berada di bawahnya. Menurut jenisn

2. Pondasi Dalam

Gambar 2.15. Daya dukung tan te D

te

p u struktur bangunan dipelajari

akan dipikul oleh tana pondasi tersebut yang akhirnya

ya Pondasi dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu: 1. Pondasi dangkal

Pondasi ini berada pada lapisan tanah yang dangkal. Biasanya pondasi seperti ini digunakan hanya pada bangunan- bangunan sederhana yang hanya memiliki beban yang kecil. Hal itu dikarenakan biasanya lapisan tanah yang berada tidak jauh dari muka tanah memiliki daya dukung yang kecil pula. Pada pondasi dangkal metode yang paling dikenal adalah teori dari Terzaghi.

(32)

II-32

unakan apabila pondasi dangkal tidak mampu lagi menahan

tersebut memiliki beberapa keuntungan dan kerugiannya.

No Pondasi tiang bor Pondasi tiang pancang

Pondasi dalam dig

beban yang bekerja di atasnya karena keterbatasan daya dukung tanahnya. Pondasi tiang adalah salah satu dari type pondasi dalam yang dikenal oleh banyak orang. Pondasi ini berupa tiang yang dipancang (precast pile) dan tiang yang dibuat di lokasi dengan melakukan pengeboran terlebih dahulu (cast in place pile).

Dari kedua type

Berikut adalah perbandingannya:

Prinsip dasar dari pondasi tiang adalah mentransmisikan beban-beban permukaan ke lapisan tanah yang lebih dalam yang memiliki daya dukung yang diharapkan. Mekanisme transfer beban dari tiang ke tanah sungguh kompleks.

1

Dapat digunakan pada semua jenis

tanah Pelaksanaan cepat

2 Kedalaman dapat diukur Mutu terjamin

3

Dari pengeboran, dapat melakukan pengecekan hasil laboratorium

Dalam pelaksanaannya kondisi lapangan lebih bersih

4

Biaya loading test lebih yang lebih kecil

Suara getaran rendah

murah karena diameter

5

Kemudahan terhadap perubahan igunakan

kontruksi

Peralatan yang d lebih sedikit

(33)

II-33 mis 6

Diameter dan kedalaman dapat bervariasi sehingga lebih ekono

Dapat mengantisipasi gaya horisontal

7 Tidak terjadi heaving

Dengan m hal tersebut, maka proyek ini akan menggunakan

pondasi ti

loka an las an penggunaan tiang bor me ik dibandingkan

dengan tia

B. Penentuan Daya Dukung Pondasi Tiang

Daya dukung pondasi tiang terdiri dari daya dukung ujung tiang dan daya dukung empertimbangkan

hal-ang bor. Dilihat dari lokasinya yhal-ang ber g sempit, a

ada di lingkungan padat dan njadi lebih ba si y ng pancang. kulit. ………..2.45 Dimana Qall = Keterangan:

Qu = daya dukung pondasi (kN)

= tahanan gesek kulit (kN) = faktor

Qp = daya dukung ujung tiang (kN) Qs

(34)

Gambar 2.16. mekanisme daya dukung pada pondasi tiang

a.

1. Berdasarkan

• Metode Meyerhof Meyerhof (1976) juga m suatu tanah granular yang hom SPT.

………..………... 2.46

ekat ujung tiang (sekitar 10D diatas 4D

δ ………..………..2.48

Daya Dukung ujung & Gesek Tiang Tunggal Tanah Pasir Data Laboratorium

enggagas bahwa tahanan ujung batas (qp) pada ogeny (L=Lb) dapat diperoleh dari nilai

N-II-34 Keterangan:

qp (kN/ ) = 40xNx ≤400 N

N = nilai N-SPT rata-rata di d dibawah ujung tiang).

Ap = luas ujung tiang ( )

……….2.47 Qp = Ap x qp  

(35)

II-35 •

ajukan sebuah metode untuk menghitung daya be asar pada teori expansion of cavities.

τ’o =

Metode Vesic Vesic (1977) meng

dukung ujung tiang rd

Merujuk pada teori ini, dengan parameter tegangan efektif, q’ …

Ko =1-sin

Qp = Ap xτ’o xN*τ ……….………2.52 tidak adanya perubahan volume (yaitu, pasir padat atau

2. Ber an D

0.7-4D dibawah ujung tiang.

………...………2.54 Keterangan:

Qp = daya dukung ujung tiang (kN) Ap = luas penampang tiang ( )

………...………2.50 ………..…2.51

Untuk kondisi

lempung jenuh), Δ = 0. Sehingga, Ir = Irr

Qs As x fs………...………2.53

Dimana fs = 107 kN/m² dasark ata CPT (Sondir)

Metode Nottingham & Schmertmann, 1975

Nottingham & Schmertmann, 1975 mengajukan perhitungan daya dukung ujung tiang menurut cara begemann, yaitu diambil dari nilai rata-rata perlawanan ujung ujung sondir 8D (diatas ujung tiang) dan

(36)

II-36

ujung tiang (kN/ atau kg/ ) qc1 = nilai qc rata-rata 0.7D-4D dibawah ujung tiang (kN/ atau

kg/ )

qc2 = nilai qc rata-rata 8D diatas

Qs = Ks ∑ :: ………...………2.55 3. Be ta N-SPT • Keterangan: pang tiang ( Nb = Nilai N rata-rata • Metode Schmertmann 1.6 ………2.58 0.04 ………..…2.59

• Metode Coyle & Castello

………..…2.60 ………..2.61 2 ………2.62 Keterangan:

fav = tahanan gesek kulit rata-rata

Ň       = nilai N-SPT rata-rata rdasarkan Da Metode Mayerhoff 1956 40 ………..……2.56 0.2 ………2.57 Ap = luas penam q ……… Ň

(37)

II-37 C.

………..2.63 Keterangan:

ή = efisiensi kelo

Q g(u) = daya dukung batas tiang kelompok (kN) Qu = daya dukung batas tiang tunggal (kN) a. Efisiensi Tiang dalam Pasir

………2.64               …………..………..2.65  dimana   cm)  d   = jarak as ke as antar tiang (m atau cm)  d+2(D/2)) dengan Lg≥Bg     

2.12 Gambar Plan Pondasi kelompok

b. Efisiensi Tiang dalam Lempung 

• Sebagai tiang tunggal Efisiensi Pondasi Tiang

mpok (%) ή =     Keterangan:  D   = diameter luar tiang (m atau n   = jumlah tiang ( Lg = (n1‐1)d+2(D/2) dan Bg = (n2‐1)   ή = = Jika ή≤1 ika ή≥1 ή = =1-  

(38)

II-38 1n2 (Qp+Qs)………2.66 ………..2.67 D. Penurunan Pondasi a. Penurunan Elastik • Tiang Tunggal s = s1+s2+s3 ………...…..2.68 ………..……..……2.69 ……….….2.71 ………..2.72 Keterangan:

s = penurunan tiang total (m atau mm)

s2 = penurunan tiang akibat beban titik (m atau mm)

atau mm) ∑Qu = n

• Sebagaisebuah blok

∑pgcuΔL = ∑2 … ………s1=   ……….……….2.70 s2= 1   1   s3=

s1 = penurunan batang tiang (m atau mm)

(39)

Qwp = beban yang dipikul ujung tiang dibawah kondisi beban kerja

II-39 (kN)

Qws = beban yang dipikul kulit tiang dibawah kondisi beban kerja (kN) Ap = luas penampang tiang ( )

L = panjang tiang (m)

Ep = modulus young bahan (Mpa) kelompok Menurut vesic (1989): ………..……….2.73 ………..…..2.74 ata ……….….2.75 Keterangan:

nan elastic tiang kelompok (mm) elompok tiang (cm atau m)

= penurunan elastik masing-masing tiang (mm) • Tiang

Sg=  

Untu tanah pasir dan batuan , Mayerhof (1976):

. Sg (mm)=   u Sg  =   sg = penuru Bg = lebar dari k

D = diameter luar tiang (cm atau m) s

(40)

II-40 = 1- 8 ≥0.5 q = I = nilai rata-rata qc (kg/ ) E. Faktor Keamanan

Dalam perencanaan pondasi, nilai factor keamanan didapat dengan membagi gaya yang dapat ditahan oleh tiang dengan daya dukung ultimit, sehingga diperoleh daya dukung ijin.

Pada perencanaan struktur untuk menentukan besarnya factor keamanan didasarkan pada asumsi bahwa beban yang akan bekerja pada struktur yang akan direncanakan melebihi dari yang sebenarnya. Sedangkan desain kekuatan bahan diasumsikan bahwa struktur yang miliki kekuatan yang lebih kecil dari yang qc

FS = 1.10 

direncanakan me

Gambar

Tabel 2.1.Batas Lendutan Maximum
Gambar 2.1. Grafik Hubungan Tegangan - Regangan
Gambar 2.3 . Gaya Tekan Pada Komponen Tekan
diagram geser (Q) dan momen (M):
+7

Referensi

Dokumen terkait

Contoh-contoh dimana pengaruh dari momen puntir dapat sangat membahayakan adalah, pada bangunan gedung dengan bentuk struktur yang tidak beraturan, atau pada gedung-gedung dengan

Metode pendekatan sistem yang digunakan oleh penulis adalah pendekatan terstruktur. Pendekatan terstruktur dilengkapi dengan alat-alat dan teknik-teknik yang dibutuhkan dalam