• Tidak ada hasil yang ditemukan

bangsa, yang diharapkan dapat menumbuhkan manusia pembangunan yang dapat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "bangsa, yang diharapkan dapat menumbuhkan manusia pembangunan yang dapat"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam menyukseskan pembangunan

bangsa, yang diharapkan dapat menumbuhkan manusia pembangunan yang dapat

membangun dirinya, serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan

negara dan bangsa. Oleh sebab itu pendidikan perlu mendapat perhatian dari semua agar dapat mengejar ketertinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang

mutlak diperlukan untuk meningkatkan pembangunan bangsa dan negara secara

efektif dan efesien dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur baik

materil maupun spiritual.

Upaya pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia telah dimulai sejak lama, dan lebih giat lagi sejak tahun 1969 dalam Pelita I, melalui

proyek-proyek pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi, dengan dana APBN ataupun dana pinjaman luar negeri.

Seiring dengan bertambahnya penduduk secara kuantitatif hasilnya terlihat antara lain dari bertambahnya jumlah Sekolah Dasar, SLTP, SMU, SMK, dan Perguruan Tinggi seperti Politeknik, jumlah dan jenis sarana pendidikan, guru dan tenaga kependidikan yang telah mengikuti pelatihan, demikian juga kepala sekolah

(2)

Ironisnya, secara kualitatif, mutu pendidikan dasar dan menengah relatif menurun bila dibandingkan dengan mutu pendidikan pada periode 1965-1975.

Pada periode tersebut banyak guru-guru MIPA Indonesia yang diminta

pembelajaran di Malaysia untuk meningkatkan mutu pendidikan mereka, saat ini

pada tahun 2000-an terjadi sebaliknya, banyak guru-guru kita yang dikirim ke Malaysia untuk belajar di Perguruan Tinggi mereka dalam rangka peningkatan mutu pendidikan kita.

Dalam Rakorkesra yang dilaksanakan pada bulan September dan Oktober

2001, Mendiknas memaparkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, antara

lain : Hasil studi The Third International Mathematics and Science Study Repeat (1991) menunjukkan bahwa untuk 1PA, siswa SLTP Indonesia menempati

peringkat ke 32 dan matematika ke 34 dari 38 negara yang di survey di Asia,

Australia dan Afrika. (Suderadjat, 2002:1)

Data tersebut di atas menggambarkan rendahnya mutu akademik lulusan SLTP kita, padahal Kurikulum 1994 dengan suplemenya tahun 1999 adalah

kurikulum yang berorientasi akademik yang terdiri atas mata pelajaran yang

terpisah-pisah (separate subject curriculum). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara akademik penyelenggaraan Kurikulum 1994 kurang berhasil. Ada beberapa kemungkinan yang menjadi penyebabnya, antara lain, pertama kurikulum

memuat terlalu banyak mata pelajaran dan setiap mata pelajaran memuat terlalu banyak materi pelajaran (sarat materi), setiap materi pelajaran diarahkan kepada kecakapan akademik dari mata pelajaran yang bersangkutan. Kedua dengan

(3)

ketetapan bahwa Kurikulum 1994 adalah kurikulum minimal maka semua sekolah

mendapat kewajiban untuk melaksanakan seluruh mata pelajaran dan seluruh

materi yang ada dalam mata pelajaran, yang kemudian mengakibatkan guru-guru merasa kekurangan waktu untuk menyelenggarakan KBM, sehingga akhirnya

proses pembelajaran berlangsung secara transfer ofknowledge atau penyampaian

informasi saja Ketiga penyelenggaraan EBTANAS dan mendapatkan NEM yang

tinggi.

Hari Suderadjat (2002:6), dalam Landasan Konseptual Teoritis Pendidikan

Berbasis Luas (BBE) dan Life Skill, mengemukakan bahwa

Kurikulum 1994 merupakan separate subject curriculum, yaitu kurikulum yang terdiri atas mata pelajaran yang terpisah dan berorientasi akademik.

Banyaknya mata pelajaran pada kurikulum 1994 dan saratnya materi pada setiap mata pelajaran, menyebabkan tujuan akademik yang ditetapkan pada setiap mata pelajaran akhirnya tidak tercapai, karena proses pembelajaran lebih banyak berlangsung secara penyampaian informasi (transfer of knowledge) dan cenderung kearah terjadinya verbalisme.

Tidak sedikit konsep-konsep pendidikan yang tidak dapat terlaksana, antara

lain misalnya:

a. Pembelajaran yang berfokus pada siswa (student centerd atau student

active learning), tidak dapat terlaksana, padahal kita ketahui bahwasanya proses pembelajaran yang efektif adalah dengan adanya

aktivitas dan kreativitas siswa yang dominan. Artinya kalau siswa tidak mendapat kesempatan belajar dan berlatih untuk menguasai dan memiliki kemampuan, maka ia tidak akan memperoleh apa-apa.

b. Evaluasi hasil belajar yang cenderung pada domain kognitif tingkat

rendah, mendorong siswa untuk menghafalkan materi pengetahuan dan berorientasi pada perolehan nilai yang berujung pada perolehan STTB

(sertiftcate oriented), dan bukan pada kecakapan.

c. Proses dan hasil belajar yng kurang terkait dengan lingkungan, membuat siswa tidak mampu memanfaatkan konsep kunci keilmuan dalam proses pemecahan masalah kehidupan yang dialami siswa sehari-hari. Hasil belajar siswa tidak dalam bentuk kompetensi atau kecakapan hidup yang bermanfaat bagi peningkatan harkat dan

(4)

Apabila ketiga hal tersebut terjadi, maka ada kecenderungan hasil belajar

siswa kearah verbalisme dengan mutu akademik yang rendah. Mutu pendidikan

yang rendah tersebut, berkaitan juga dengan mutu proses pembelajaran yang rendah, yang menurut penelitian Blazely dkk pada 1997 bahwa:

Pembelajaran di Indonesia cenderung sangat teoritik dan tidak terkait

dengan lingkungan dimana siswa berada. Akibatnya peserta didik mampu

menerapkan apa yang dipelajarinya di sekolah, guna memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan telah mencabut peserta didik dari lingkungannya sehingga mereka menjadi asing di dalam

masyarakatnya. (Suderadjat, 2002:2)

Penyelenggaraan pembelajaran yang tidak kontekstual atau yang tidak

berwawasan lingkungan tersebut, sebenarnya dapat juga merupakan dampak dari kurikulum yang bersifat sentralistik dan berorientasi akademik secara parsial dan masing-masing mata pelajaran. Kualitas hasil pendidikan dan kualitas proses pembelajaran yang rendah tersebut, merupakan gambaran dari rendahnya kualitas

sistem pendidikan di Indonesia. Berdasarkan data Survey the Political and

Economics Risk Consultation melaporkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia

berada pada peningkatan ke 12 dari 12 negara yang disurvey.

Rendahnya mutu sistem pendidikan di Indonesia berdampak pada rendahnya mutu SDM, yang tergambar dari hasil penelitian yang dilakukan Human Development Index (HDI) menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-102 dari 106 negara yang disurvey, satu tmgkat di bawah Vietnam.

Era Otonomi Daerah atas dasar UU Nomor 22 tahun 1999 dan UU Nomor

(5)

Kewenangan antara Pusat dan Daerah membawa nuansa baru, antara lain

ber-kembangnya pemikiran untuk melaksanakan desentralisasi pengelolaan pendidikan

sejalan dengan otonomi daerah.

Desentralisasi pendidikan diharapkan akan mendorong peningkatan

pelayanan di bidang pendidikan kepada masyarakat yang bermuara pada upaya

peningkatan kualitas pengelolaan pendidikan dalam tataran yang paling bawah (at

the bottom), yaitu sekolah melalui penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

MBS sebagai suatu model implementasi kebijakan desntralisasi pendidikan

merupakan suatu konsep inovatif, yang bukan hanya dikaji sebagai wacana baru

dalam pengelolaan pendidikan tetapi sebaiknya juga dipertimbangkan sebagai

langkah inovatif dan strategis kearah peningkatan mutu pendidikan melalui

pendekatan manajemen yang bercirikan akar rurnput (grass root).

Dewasa mi sering diamati dalam pembelajaran klasikal pada satu bidang

studi, guru kurang memperhatikan relevansi bahan yang disampaikan, dengan

kebutuhan hidup anak di masyarakat, lebih cenderung bersifat transfer of

knowledge, kurang bermakna bag, anak didik dalam menambah pengalaman

belajar.

Frema Elbaz (1981) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa

kelemahan penguasaan bidang studi oleh guru mencakup (1) penguasaan isi bidang

studi, (2) orientasi bidang studi, dan (3) penguasaan struktur.

Kelemahan penguasaan bidang studi oleh guru berkaitan dengan lemahnya

penguasaan guru mengenai isi kurikulum, baik itu berkenaan ruang lingkup (scope)

(6)

maupun urutan (squence). Selain itu kelemahan terjadi pada orientasi bidang studi,

yaknik reflect the way that subject ,s field. Hal ini berkaitan dengan cara guru

menguasai bidang studi.

Makagiansar (1990) mengemukakan bahwa "melalui pendidikan harus

mampu mengembangkan empat hal pada siswa, yaitu kemampuan mengantisipasi

(anticipate), mengerti dan mengatasi (cope), mengakomodasi (accomodate), dan

mereorientasi (reorient).

Ke empat hal di atas, harus dipersiapkan anak didik supaya bisa

mengantisipasi perkembangan berdasarkan ilmu pengetahuan. Kalau kita kembali

kepada praktek pendidikan sekarang masih jarang mengembangkan kemampuan

ini. Misalnya, seorang guru pembelajarankan sosiologi, kebanyakan yang diajarkan

adalah teori-teori yang sudah ada, sementara itu, guru tidak membangkitkan

potensi intelektual dan perasaan, sikap (afeksi) yang ada pada setiap anak didik

tersebut untuk mampu mengantisipasi, masih kurang disentuh. Kemampuan

antisipasi memang bukan hanya ditentukan oleh faktor intelektual, melainkan oleh

afeksi. Selain itu, pengembangan kemampuan dari sikap siswa untuk dapat

menangani situasi dan berhadapan dengan situasi yang baru.

Kemampuan berikutnya adalah kemampuan siswa untuk dapat

mengakomodasi setiap perubahan yang serba cepat, sehingga dapat mengikuti

setiap langkah dan gerak perubahan. Selain itu, mampu menyerap dan

(7)

penting dan kurang penting, yang besar dengan yang kurang besar. Jadi perlu filter,

di sini sistematika dan struktur berpikir perlu sekali.

Hasil pemantauan peneliti sebelum tindakan dilakukan, menunjukkan

bahwa kegiatan belajar siswa pada umumnya hanya melakukan apa yang

diinstruksikan guru, siswa kurang aktif, sehingga suasana belajar tampak kaku.

Persoalan ini juga merupakan persoalan guru kelas pada penyelenggaraan

pembelajaran, dan hal ini terungkap pada hasil diskusi antara peneliti dengan guru

tentang masalah dan kendala KBM sekolah dasar. Persoalan yang erat kaitannya,

sebagaimana dikemukakan guru kelas, yaitu kurangnya kemampuan dan

keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan dan

masalah yang ingin dipelajari, menyelesaikan tugas dengan baik, kehadiran belajar

dan lain sebagainya.

Mempelajari masalah dan kendala tersebut, diyakini bahwa aspek

pembelajaran terpadu mampu menjembataninya untuk menciptakan siswa belajar

aktif dan efektif Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dipahami

secara umum, adalah suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan

konsep-konsep dari beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman belajar yang

(8)

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Rumusan Masalah

Bertumpu pada preposisi yang telah dikemukakan pada latar belakang

masalah, maka permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran yang perlu

untuk dikaji adalah: (a) Aspek pembelajaran terpadu yang memfasilitasi

terciptanya kesempatan bagi siswa untuk melihat dan membangun kaitan

konseptual intra dan antar bidang studi yang sangat membantu peningkatan

kebermaknaan belajar, (b) Aspek pengetahuan dan keterampilan guru yang

diperlukan untuk peningkatan kemampuan profesional guru sekolah dasar.

Atas dasar pemikiran tersebut, maka tidak ada pilihan lain upaya

pengembangan strategi pembelajaran harus diarahkan kepada keaktifan optimal

belajar siswa. Knowles (1926) menyarankan bahwa sebagai hasil dari cepatnya

perubahan, pendidikan harus kembali

memikirkan

peranannya serta

memperhatikan terhadap sikap dan keterampilan pembelajaran siswa yang

dibutuhkan bagi pencarian dirinya secara langsung. Lebih lanjut Alfred North

(1926) menyatakan bahwa buah nyata dan pendidikan adalah proses berpikir

sebagai hasil dari mempelajari mata pelajaran, bukan akumulasi dari informasi yang diterima. Sementara ini masih terus terjadi di mana banyak sekolah-sekolah

atau universitas yang menekankan pada belajar informasi dan isi daripada

pengembangan kemampuan berpikir. Model kuliah atau belajar masih

mendominasi

gaya

pembelajaran.

Siswa

membutuhkan

kemampuan

(9)

kurikulum sebagai sebuah inovasi. Karena pada dasarnya kebutuhan terhadap

pengembangan kemampuan berpikir ditandai oleh pertumbuhan yang mengacu pada berpikir kritis dan inovatif.

Salah satu model yang dapat memfasilitasi terhadap kemungkinan terangkatnya kemampuan berpikir kritis pada peserta didik, yaitu model

pembelajaran terpadu. Melalui model pembelajaran terpadu, pengetahuan dapat

diterima dan tersimpan lebih baik, karena pengetahuannya masuk otak setelah

melalui proses "masuk akal". Model pembelajaran terpadu dapat juga dikatakan

sebagai upaya mendekatkan siswa kepada objek yang dibahas. Pengajaran yang

menjadikan materi pelajaran yang dibahas secara langsung dihadapkan kepada siswa atau siswa secara langsung mencari informasi tentang hal yang dibahas

melalui lingkungan atau masyarakat sekitarnya.

Model pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk: 1) berlatih memadukan antara konsep yang diperoleh dari penjelasan guru atau dari

buku/bacaan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari; 2) siswa diberi

kesempatan untuk mencari informasi di luar kelas, baik informasi yang sifatnya

benda/bacaan, penglihatan (objek langsung, TV/radio/intemet) maupun

orang/pakar/tokoh; 3) membuat altematif untuk mengatasi topik/objek yang dibahas; 4) membuat suatu keputusan (sesuai kemampuannya) yang berkaitan dengan konsep yang telah dipelajarinya; dengan mempertimbangkan nilai-nilai

(10)

ft''

4&&- </>

mengatasi masalah dan mencegah timbulnya masalah yang berkaitan\dlr^iS^f/••

yang dibahas.

2. Pertanyaan Penelitian

Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana

Penerapan Model Pembelajaran Terpadu untuk meningkatkan Keterampilan Berpikir dan pemahaman konsep? Agar penelitian ini lebih terarah, maka masalah penelitian tersebut dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran terpadu di SD, terutama yang berkaitan dengan:

a. Bagaimana perencanaan model pembelajaran terpadu?

b. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran terpadu? c. Bagaimana evaluasi model pembelajaran terpadu? 2. Apakah model pembelajaran terpadu dapat:

a. Meningkatkan keterampilan berpikir siswa?

b. Meningkatkan penguasaan konsep-konsep pada siswa kelas VSD?

3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran terpadu?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini memiliki tujuan untuk menerapkan model pembelajaran yang dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas

(11)

11

pemahaman konsep serta hasil pendidikan di sekolah dasar. Selain itu,

juga sejauhmana model pembelajaran terpadu dapat meningkatkan kreativitas anak dalam keterampilan berpikir dan pemahaman konsep dari

masing-masing bidang studi yang dipadukan.

b. Tujuan Khusus

Adapun secara khusus tujuan penelitian, yaitu:

1) Memperoleh gambaran penerapan model pembelajaran terpadu, dalam

hal:

a. Perencanaan model pembelajaran terpadu. b. Pelaksanaanmodel pembelajaran terpadu. c. Evaluasi model pembelajaran terpadu.

2. Mengetahui dampak penerapan model pembelajaran terpadu terhadap

kemampuan berpikir.

3. Mengetahui dampak penerapan model pembelajaran terpadu terhadap

pemahaman konsep.

4. Mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran

terpadu.

2. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat, terutama bagi kepentingan:

(12)

a. Praktis

1) Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk memperkaya

wawasan dan bekal untuk menanamkan konsep-konsep tertentu, juga

dapat dijadikan sebagai alternatif dalam memilih model pembel ajaran.

2) Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menilai sejauhmana keberhasilan pengelolaan proses

pendidikan di Sekolahnya.

3) Bagi Pengawas TK/SD, dapat dijadikan sebagai acuan untuk

mem-bimbing dan membina dalam rangka pembinaan profesionalisme guru

sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

4) Bagi Kepala Cabang Dinas Pendidikan dapat dijadikan referensi un tuk menilai kualitas pendidikan di Kecamatan yang menjadi

tano-gungjawabnya.

5) Bagi masyarakat yang tergabung dalam Dewan Sekolah dijadikan sebagai bahan kajian untuk dipromosikan kembali kepada masyarakat

untuk memperoleh dukungan dalam membantu meningkatkan mutu

pendidikan.

6) Bagi pengembang program pendidikan bagi calon guru SD (PGSD), penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan kualitas perkuliahan (mata kuliah Pembelajaran

(13)

7) Kontribusi lainnya, yaitu pada sistem pembelajaran di sekolah dan

dapat dijadikan sebagai landasan awal untuk penelitian lebih lanjut.

b. Teori

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pembuktian tentang pengembangan model pembelajaran terpadu, yang dapat

memperkaya dan memberikan kontribusi bagi pengembangan landasan,

konsep, prosedur model pembelajaran terpadu.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai langkah awal dan

perlu ditindaklanjuti sebagai upaya untuk meningkatkan serta

memperbaiki kualitas proses pembelajaran yang selama ini dilakukan guru. Selain itu, juga dijadikan sebagai bahan kajian untuk mengembangkan model pembelajaran yang relevan.

D. Definisi Operasional

Berikut ini dikemukakan penjelasan singkat beberapa istilah yang menjadi kajian utama dan ruang lingkup permasalahan yang diteliti, yaitu:

1. Penerapan Model, adalah salah satu usaha untuk menerapkan atau

menyaji-kan konsep atau disain sistem pembelajaran.

2. Pembelajaran Terpadu, yaitu suatu bentuk kegiatan pembelajaran tertentu

yang berusaha mengintegrasikan pembelajaran dari berbagai bidang studi. Dengan kata lain meniadakan batas-batas antara berbagai bidang studi dan

(14)

kebulatan bahan pembelajaran ini diharapkan dapat membentuk peserta didik

menjadi pribadi-pribadi yang integrated, yaitu manusia seutuhnya dalam arti

manusia yang sesuai atau selaras hidupnya dengan kebutuhan dirinya serta

lingkungan sekitarnya.

3. Keterampilan Berpikir, yaitu merupakan proses mental yang didasarkan pada

penalaran untuk memperoleh pengetahuan serta pengambilan keputusan yang

dimanifestasikan dalam bentuk keterampilan mengingat (recalling),

mem-bayangkan (imagining), mengelompokkan (classifyaing), menggenaralisasikan

(generalizing), membandingkan (comparing), mengevaluasi (evaluating),

menganalisis (analyzing), menyintesis (synthesizing), mendeduksi (deducing),

dan membuat kesimpulan (inferring).

4. Pemahaman Konsep, yaitu kemampuan yang dimiliki siswa dalam memahami

hubungan antar konsep yang terorganisir secara baik dan bermakna.

5. Sekolah Dasar, yaitu jenjang pendidikan formal, dan merupakan lingkungan

baru bagi anak yang baru memasuki dunia pendidikan formal. Menurut

jenjangnya anak mengikuti pendidikan pada tingkat dasar, yaitu 6tahun, mula.

dari kelas I sampai dengan kelas VI.

E. Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penerapan model pembelajaran terpadu ini, dilaksanakan di

Sekolah Dasar Negeri Cibaduyut VKecamatan Bojongloa Kidul Kota Banndung.

Yang menjadi alasan Sekolah Dasar dipilih sebagai tempat dalam menerapkan

(15)

model pembelajaran terpadu, hal ini didasarkan pada pendapat para pakar

pendidikan, bahwa sekolah dasar merupakan tempat yang cocok dan strategis

untuk menerapkan model pembelajaran terpadu, mengingat guru di sekolah dasar

adalah guru kelas (bukan bidang studi). Alasan lain, bahwa SD. Cibaduyut V

merupakan sekolah dasar negeri yang tergolong baik diwilayah Kecamatan

Bojongloa Kidul, dan hasil penelitian sangat memungkinkan untuk dikembangkan

pada SD-SD lain yang ada di wilayah Kecamatan Bojongloa Kidul.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

” Selanjutnya, dalam Artikel 133 Akta Sidang Sinode GKD XI 1969 nampak bahwa ada usul dari Klasis Surakarta Timur untuk menterjemahkan Kidung Pasamuwan

(2) Penyalahguna narkotika bagi diri sendiri, yang dimaksud dengan “penyalahguna narkotika” adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau melawan hukum, menurut Pasal

Pada bayi cukup bulan penundaan penjepitan tali pusat satu sampai tiga menit setelah lahir dapat mencegah anemia sampai usia dua bulan dan meningkatkan cadangan besi sampai usia

Berangkat dari visi, misi, dan tujuan seorang Perancang Acara / Produser maka masyarakat akan lebih mengetahui tentang sesuatu hal yang kecil yang tidak banyak di

Radikalisme dan Terorisme pada Konteks Geo Politik Indonesia: Sebuah Tinjauan Komunikasi dan Media.. Dalam Sri Hastjarjo editor Masa Depan Komunikasi, Masa Depan Indonesia:

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Selain itu, perhitungan harga pokok produksinya pun masih belum tepat karena biaya bahan baku langsung belum dihitung berdasarkan standar yang spesifik dan