• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Menurut Poerwadarminta (2003:558), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain, oleh karena itu konsep penelitian ini adalah mengenai:

2.1.1 Struktur

Menurut Abrams (Pradopo, 2002:21), karya sastra itu adalah sesuatu yang mandiri, bebas dari pengaruh sekitarnya, baik pengarang dan pembaca. Dari pengertian ini konsep struktur dalam karya sastra mengutamakan totalitas. Pengertian ini diperkuat oleh Teuw (Pradopo, 2002: 72, 276) bahwa struktur itu murni untuk membongkar apa yang membentuk karya sastra. Hubungan pengertian para ahli ini dengan konsep struktur yang diaplikasikan dalam penelitian cerita rakyat Batak Toba adalah, ke-31 teori dari Vladimir Propp yang oleh Alan Dundes disederhanakan menjadi 6 motifeme, pembongkaran dengan konsep totalitas terhadap apa yang membentuk cerita rakyat Batak Toba adalah konsep dasar dari teori struktur ini.

2.1.2 Fungsi

Fungsi adalah suatu kegunaan atau faal yang dapat diambil dalam melakukan sesuatu. Demikian juga dengan karya sastra, memiliki fungsi dalam masyarakat, apakah itu fungsi langsung atau tidak langsung. Bila dilihat secara langsung,

(2)

fungsi karya sastra itu pada dasarnya adalah media penyampaian isi hati pengarang atas apa yang dirasakan atau yang dialami oleh pengarang itu sendiri atas apa yang terjadi pada masyarakat. Karya sastra dapat dikatakan merupakan gambaran tentang apa yang terjadi dalam masyarakat dengankata lain hal yang disampaikan dalam karya sastra adalah cerminan masyarakat .

2.1.3 Folklore

Menurut Jhon Harlod Brunvard dalam Danandjaja (1986:2), folklore adalah ”Sebagian hasil kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan secara turun temurun oleh anggota kolektif macam apa saja yang dimiliki secara tradisonal dalam versi berbeda baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai oleh alat gerak atau alat pembantu pengingat (mnemonic device).”

Menurut Iing Suniarti dkk, dalam Sudjiman (16:1990) foklore adalah ” Kisahan anonim yang tidak terikat ruang dan waktu yang beredar secara lisan di tengah masyarakat”.

2.1.4 Batak Toba

Dewasa ini suku Batak Toba terdiri dari sejumlah daerah Toba (Toba Holbung), tetapi ada juga daerah di luar Toba yaitu, Uluan, Humbang, Samosir, dan Silindung yang sebenarnya tidak termasuk daerah Toba.

Oleh Uli Kozok (Kozok, 1999:3) ”Suku Batak Toba adalah masyarakat yang memiliki kesamaan atau kemiripan dari segi bahasa dan budaya serta pendidikan dengan masyarakat yang berdiam di tempat yang disebut Toba Holbung, dan mereka ini lazim disebut etnis Toba oleh para ahli bahasa dan antropologis”.

(3)

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural yang dikembangkan oleh Propp. Pada awalnya teori Propp ini muncul karena penelitiannya pada cerita rakyat Rusia. Setelah dibandingkan dengan cerita-cerita rakyat yang tersebar di belahan dunia memiliki kesamaan tindakan (function), hanya cara penyampaainnya yang lebih beragam.

Adapun strukturalsime Propp ini yang diutamakan adalah perbuatan, ( function ), ada 31 fungsi yang mendasari klasifikasi cerita rakyat itu ( Junus, 1988 : 63-64 ).

Adapun ke-31 fungsi tersebut adalah :

1. Seorang anggota keluarga meninggalkan rumah. 2. Wira diperingatkan dengan suatu larangan tertentu. 3. Larangan itu dilanggar.

4. Tokoh jahat berusaha untuk berkenalan.

5. Tokoh jahat mendapat informasi mengenai korbannya. 6. Tokoh jahat berusaha dan mencoba menipu korbannya.

7. Korban menyerah pada tipuan tokoh jahat atau terpengaruhi muslihat dari tokoh jahat.

8. Tokoh jahat melukai atau menculik salah satu anggota keluarganya. Anggota keluarga memerlukan pertolongan.

9. Malapetaka atau kekurangan itu dinyatakan; Wira dihadapkan kepada suatu permintaan atau perintah; ia dibiarkan pergi atau disuruh.

10. Pencari setuju atau memutuskan suatu tindakan balas tertentu. 11. Wira meninggalkan rumah.

(4)

12. Wira mengalami percobaan. Ia diserang dan mendapat bantuan dari mahluk atau kekuatan supernatural.

13. Wira bereaksi atas kekuatan atau kepada yang menolongnya. 14. Wira mampu mendayagunakan kekuatan supernatural. 15. Wira dibawa ke tempat benda yang dicarinya.

16. Wira dan tokoh jahat terlibat pertempuran. 17. Wira dikenal.

18. Tokoh jahat dikalahkan.

19. Malapetaka atau kekurangan pertama ditiadakan. 20. Wira kembali ke rumah (dalam perjalann). 21. Wira dikejar.

22. Wira selamat dari pengejaran.

23. Wira sampai di rumah, atau di daerah atau di negara lain tanpa dikenali oleh siapapun.

24. Orang yang menyamar sebagai Wira mengajukan tuntutan yang tidak berdasar.

25. Wira kemabali dihadapkan pada tugas yang sukar. 26. Tugas itu dapat diselesaikan.

27. Wira dikenali.

28. Kedok orang yang menyamar sebagai Wira terbuka. 29. Orang yang menyamar sebagai Wira diberi muka baru. 30. Tokoh jahat dihuku m.

(5)

Fungsi-fungsi di atas dilengkapi dengan tujuh orang yang melakukan tindakan atau action yang melekat apa yang namanya function, adapun function tersebut adalah,:

1. Tokoh jahat. 2. Pemberi . 3. Penolong.

4. Orang yang dicari (putri mahkota) dan ayahnya. 5. Yang disuruh.

6. Wira (pencari atau korban).

7. Seorang yang menyamar sebagai Wira. (Junus,1988; 63-64)

Hubungan function yang dikemukankan di atas sangat berkaitan dengan motifeme yang dikemukakan oleh Alan Dundes. Berdasarkan pandangan Alan Dundes, setiap cerita itu mengandung, dua motifeme, empat motifeme, dan enam motifeme.

Struktur motifeme itu adalah sebagai berikut:

a. Dua motifeme; L (Lack), dan LL (Lack Liquidatet) .

L adalah Lack, kekurangan atau discuiblirium yaitu keadaan yang tidak seimbang.

LL adalah Lack Liquidatet, kekurangan dihilangkan atau ecuilibrium yaitu (seimbang).

b. Empat motifeme; Int, Viol, Conseq, dan AE. Int adalah Interdiction yaitu larangan. Viol adalah Voilation yaitu pelanggaran. Conseq adalah Consequence yaitu akibat.

(6)

AE adalah Attempted Escape yaitu berusaha untuk melarikan diri. c. Enam motifeme yaitu; L, LL, Int, Viol, Conseq, dan AE.

L adalah Lack, kekurangan atau discuiblirium yaitu keadaan yang tidak seimbang.

LL adalah Lack Liquidatet, kekurangan dihilangkan atau ecuilibrium yaitu (seimbang).

Int adalah Interdiction yaitu larangan. Viol adalah Voilation yaitu pelanggaran. Conseq adalah Consequence yaitu akibat.

AE adalah Attempted Escape yaitu Berusaha untuk melarikan diri.

Setelah cerita rakyat dianalisis secara struktural kemudian dilanjutkan dengan analisis fungsi yang dikemukakan oleh Bascom (Danandjaya, 1986:19-20), foklor memiliki empat fungsi yaitu:

a. Sebagai system proyeksi ( Projective system )

b. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan.

c. Sebagai alat pendidikan anak ( Pedagogical device ).

d. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar anggota kolektif dari masyarakat tersebut mematuhinya.

Fungsi yang diutarakan tersebut di atas didasarkan pada pencatatan hal-hal yang tampak atau tersirat dalam cerita Batak Toba. Tentang fungsi tersebut, kemudian dilanjutkan dengan penyebaran angket yang berisi sejumlah pertanyaan kepada masyarakat Batak Toba secara acak. Hal ini bertujuan untuk melihat bagaimana sebenarnya fungsi cerita rakyat itu di tengah-tengah masyarakat yang

(7)

cenderung meninggalkan dan mulai lupa cerita rakyat tersebut. Penyebaran angket ini tidak “menghancurkan” konsep teori fungsi dari William R. Bascom, justru sebaliknya. Hal ini digunakan untuk memperkuat legitimasi akan teorinya tersebut.

Penulis memilih teori ini karena teori fungsi yang dikemukakan oleh Bascom mampu memberikan penjelasan mengenai kebenaran fungsi cerita rakyat itu bagi kehidupan masyarakakat Batak Toba.

2.3 Tinjauan Pustaka

Peraturen Sukapiring, beliau adalah dosen pengajar di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, pernah melakukan penelitian mandiri tentang struktur sastra lisan yaitu, “Analisis Struktur Sastra Lisan Nias” (1994). Dengan menggunakan teori Propp, beliau berhasil menarik kesimpulan bahwa sastra lisan Nias itu memiliki struktur yang hampir sama dengan apa yang dihadirkan oleh Propp dalam teorinya mengenai struktur sastra lisan.

Iing Suniarti dkk., melakukan peneliatan ”Cerita Rakyat Lampung’ Wakhahan’ Analisis Struktur, Fungsi, dan Manfaatnya Bagi Pengajaran Sastra”. Melalui penelitian tersebut ditarik suatu kesimpulan bahwa cerita rakyat Lampung ”Wakhahan” memiliki fungsi:

1. Sebagai tontonan atau hiburan. 2. Sarana pendidikan dalam arti luas 3. Pembangkit rasa estetik atau keindahan 4. Pembangkit semangat patriotis

5. Media penerang pemahaman masyarakat

(8)

Onggung Sitohang, alumni Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, pernah meneliti fungsi dari cerita rakyat yang hadir di daerah Tapanuli Utara dengan judul penelitian ” Fungsi Cerita Rakyat di Daerah Tapanuli Utara”, peneliti tersebut menemukan bahwa cerita rakyat itu memiliki fungsi:

1. Kewibawaan dalam masyarakat.

2. Adat yang berkembang dalam masyarakat 3. Ajaran moral.

4. Memperkokoh kepercayaan spritual.(Sitohang 1984:12)

Dewasa ini penelitian terhadap cerita rakyat bukanlah hal yang baru lagi Namun sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian mahasiswa terhadap cerita rakyat Batak Toba belum ada yang menerapkan teori struktural Propp. Atas dasar kesempatan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian terhadap struktur dan fungsi mite, legenda, dan dongeng masyarakat Batak Toba.

BAB III

METODE PENELITIAN

Referensi

Dokumen terkait

Dengan terbatasnya alat produksi proses pembuatan Bakso Aci juga berdampak pada tidak terpenuhinya target produksi Bakso Aci (Nursalim et al., 2019). Dari uraian diatas maka

Penelitian dengan judul “Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Obat Generik di Apotek SAIYO FARMA Jombang” ini dilakukan untuk mengetahui

Yang bukan termasuk perilaku demokrasi yang perlu dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut .... Memaksakan pendapat dalam

Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya penelitian yang di keluarkan oleh Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Bantul yang telah melakukan pendampingan dan

– Cantumkan semua attribute dari relationship R sebagai attribute biasa dalam skema relasi – Primary key dari S biasanya berupa kombinasi dari semua FK yang terbentuk di atas.

baru yaitu Datum Geodesi Nasional (DGN-95). Datum ini ditentukan dengan pengamatan GPS dan menggunakan ellipsoid referensi WGS-84. Berkaitan dengan batas maritim, Datum

Lokasi penelitian Sapuregel memiliki indeks keanekaragaman tertinggi pada stasiun I dan diduga penyebabnya diduga juga karena stasiun I memiliki rata-rata nilai salinitas yang

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik interaktif (wawancara, focus group discussion) dan teknik non interaktif (dokumentasi dan observasi tidak berperan),