• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Jangka Panjang di Puskesmas Jatibening Bekasi Periode Mei - Juni Tahun 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Jangka Panjang di Puskesmas Jatibening Bekasi Periode Mei - Juni Tahun 2017"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi

Jangka Panjang di Puskesmas Jatibening Bekasi Periode Mei - Juni

Tahun 2017

Maryati Sutarno

¹Program Studi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta Anip

²Program Studi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta

ABSTRAK

LATAR BELAKANG Menurut World Health Organization (WHO, 2014) pengguna kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin dan terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun 1990 menjadi 54,7% pada tahun 2014. Secara regional, proporsi pasangan usia subur 15-49 tahun melaporkan penguna metode kontrasepsi modern telah meningkat minimal 6 tahun terakhir.

TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Puskesmas Jatibening periode Mei-Juni tahun 2017.

METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain yang digunakan adalah cross sectional,dimana data yang berhubungan dengan variabel independen dan variabel dependen, diukur dalam waktu yang bersamaan dengan data sekunder. Penelitian ini dilasanakan di Puskesmas Jatibening yang dilakukan pada bulan Mei-Juni 2017.

HASIL PENELITIAN berdasarkan Analisis Univariat Distribusi Pemilihan Akseptor KB MKJP dapat dilihat dari pemilihan akseptor KB yang memilih menggunakan MKJP berjumlah 90 orang, proposi akseptor KB yang memilih menggunakan MKJP implant yaitu sebanyak 51 orang (56,0%), sedangkan proposi akseptor KB yang memilih menggunakan IUD sebanyak 39 orang (44,0%). Berdasarkan analisis bivariat Hubungan Umur Akseptor KB MKJP dari 72 responden yang berusia 20-35 tahun sebagian besar adalah yang memilih menggunakan implant sebanyak 49 responden (54,4%). Sementara dari 18 responden yang berusia > 35 tahun yang memilih menggunakan IUD hanya 1 responden (1,1%). Dari hasil uji statistik diperoleh P value = 0,000 (P < 0,05), maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna antara umur dengan pemilihan KB MKJP. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penjelasan pada BAB sebelumnya bahwa hasil penelitian tentang pemilihan MKJP pada akseptor KB di Puskesmas Jatibening Bulan Februari - Mei 2017. Distribusi frekuensi dari 90 responden yang memilih MKJP di Puskesmas Jatibening Bulan Februari - Mei 2017. Sebagian besar akseptor KB yang menggunakan MKJP implant sebanyak 51 orang (56,0%).

Bahan Bacaan : 31 bahan bacaan (2009-2017) Kata Kunci : MKJP, IMPLANT, IUD

(2)

ABSTRACT

BACKGROUND According to the World Health Organization (WHO, 2014) contraceptive users have increased in many parts of the world, especially in Asia and Latin America and the lowest in Sub-Saharan Africa. Globally, modern contraceptive users have increased not significantly from 54% in 1990 to 54.7% in 2014. Regionally, the proportion of fertile couples aged 15-49 years reporting the use of modern contraceptive methods has increased by at least the last 6 years.

RESEARCH OBJECTIVES To find out the factors related to the selection of the Long Term Contraception Method (MKJP) in Fertile Age Couples (PUS) at the Jatibening Health Center in the May-June period of 2017.

RESEARCH METHODS This research is a quantitative study with the design used is cross sectional, where data relating to independent variables and dependent variables, measured at the same time with secondary data. This research was conducted at the Jatibening Health Center which was conducted in May-June 2017.

RESEARCH RESULTS based on Univariate Analysis of the Selection Distribution MKJP KB acceptors can be seen from the selection of KB acceptors who choose to use MKJP amounting to 90 people, the proportion of KB acceptors who choose to use MKJP implants is 51 people (56.0%), while the props of KB acceptors who choose to use IUD is 39 people (44.0%). Based on bivariate analysis of the Relationship of Age MKJP KB acceptors from 72 respondents aged 20-35 years were mostly those who chose to use implants as many as 49 respondents (54.4%). While from 18 respondents aged> 35 years who chose to use IUD, only 1 respondent (1.1%). From the results of statistical tests obtained P value = 0,000 (P <0.05), it can be concluded that Ho is rejected and Ha is accepted which means there is a meaningful relationship between age with the selection of KB MKJP.

CONCLUSION Based on the explanation in the previous chapter, the results of research on the selection of MKJP in family planning acceptors in Jatibening Health Center in February - May 2017. Frequency distribution of 90 respondents who chose MKJP in Jatibening Health Center February - May 2017. Most KB acceptors who use MKJP implants 51 people (56.0%). Reading Materials: 31 reading materials (2009-2017)

Keywords: MKJP, IMPLANT, IUD

Pendahuluan Menurut World Health Organization (WHO, 2014) pengguna kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin dan terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun 1990 menjadi 54,7% pada tahun 2014. Secara regional, proporsi pasangan usia subur 15-49 tahun melaporkan penguna metode

kontrasepsi modern telah meningkat minimal 6 tahun terakhir. Di Afrika dari 23,6% menjadi 27,6%, di Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi 61,6% sedangkan Amerika Latin dan Karibia naik sedikit dari 66,7% menjadi 67,0%. Diperkirakan 225 juta perempuan di negara-negara berkembang ingin menunda atau menghentikan kesuburan tapi tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun dengan alasan sebagai berikut : Terbatas

(3)

pilihan metode kontrasepsi dan pengalaman efek samping. Kebutuhan yang belum terpenuhi untuk kontrasepsi masih terlalu tinggi. Ketidakadilan di dorong oleh pertumbuhan populasi.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia sebanyak 258.704.200 jiwa pada tahun 2017, angka tersebut lebih tinggi sekitar 8,5% atau bertambah 20.518.800 jiwa. Provinsi Jawa Barat sendiri memiliki jumlah penduduk sebanyak 47.379.400 jiwa atau sekitar 18,3% dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia. Sampai saat ini laju pertumbuhan penduduk di Indonesia masih tinggi mencapai 1,49% atau sekitar 6 juta kelahiran pertahun. Laju pertumbuhan ditentukan oleh kelahiran dan kematian dengan adanya perbaikan pelayanan kesehatan menyebabkan tingkat kematian rendah, sedangkan tingkat kelahiran tetap tinggi hal ini penyebab utama ledakan penduduk. Menekan jumlah penduduk dengan menggalakan program Keluarga Berencana (KB) (Badan Pusat Statistik, 2017).

Jawa Barat menjadi provinsi dengan kepadatan paling tinggi di Indonesia. Jumlah penduduk di Jawa Barat mencapai 48 juta atau 18,34% dari total populasi Indonesia. Jawa Timur urutan kedua 39 juta dan Jawa

Tengah di urutan ketiga yaitu 34 juta jiwa. Di urutan ke 6 yaitu DKI Jakarta dengan jumlah 10 juta lebih (Tumoutou, 2017). Untuk wilayah Jawa Barat yang merupakan urutan pertama daerah terpadat di Indonesia dengan jumlah pasangan usia subur (PUS) 9.521.667, peserta KB baru mencapai (13,73%) akseptor dengan klasifikasi metode kontrasepsi IUD sebanyak (27,72%) akseptor, MOW sebanyak (4,68%), MOP sebanyak (0,26%) akseptor, kondom sebanyak (11,09%) akseptor, implan sebanyak (27,65%) akseptor, KB suntik sebanyak (68%) akseptor, Pil sebanyak (84%) akseptor. Dan yang bukan menjadi akseptor KB sejumlah 2.628.360 (BKKBN, 2017).

Cakupan peserta KB baru dan KB aktif di Indonesia pada tahun 2017 dengan jumlah PUS sebanyak 48.536.690. Peserta KB baru sebesar (13,73%) meliputi suntik sebanyak (51,53%), pil sebanyak (23,17%), kondom sebanyak (4,78%), implant sebanyak (11,37%), IUD sebanyak (7,23%), dan MOW sebanyak (1,73%), MOP sebanyak (0,18%). Pada umumnya masyarakat memilih non metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Sehingga metode KB MKJP seperti AKDR/IUD, implant, kontap wanita (MOW), dan kontap pria (MOP) kurang dimintai (Arum, 2013). Di provinsi Jawa Barat rendahnya pemakaian MKJP juga tercemin dari hasil mini survey 2013 peserta KB di Jawa Barat masih sangat didominasi suntik dan pil (Depkes RI, 2017).

(4)

Sasaran program Kependudukan dan Keluarga Berencana adalah menekan laju pertumbuhan penduduk melalui pembinaan terhadap keluarga dan pelayanan kontrasepsi. Oleh karenannya, pemantauan terhadap pelayanan kontrasepsi mutlak diperlukan terutama capaian terhadap peserta KB aktif. Hal ini didasarkan pemikiran bahwa peserta KB Aktiflah yang memiliki kontribusi besar dalam upaya menekan laju pertumbuhan penduduk. Penggunaan kontrasepsi untuk jangka panjang secara langsung akan berdampak pada menurunnya angka kelahiran. Salah satu faktor yang mendukung terjadinya laju pertumbuhan penduduk di Indonesia adalah tingginya angka kelahiran. Dengan persepsi bahwa peserta KB aktif menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka panjang merupakan pendukung utama dalam mengurangi kelahiran dan menekan laju pertumbuhan penduduk maka sangat wajar apabila pemerintah melalui BKKBN menekankan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang bagi Pasangan Usia Subur yang mengatur kelahiran maupun yang menghentikan kehamilan (BKKBN, 2013).

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) merupakan salah satu cara yang dinilai efektif untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk, namun dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai masalah di masyarakat

terhadap mitos salah satunya adalah banyak anak banyak rezeki, budaya seperti faktor pengambilan keputusan yang dilakukan tidak oleh istri belum puas bila tidak memiliki anak perempuan atau laki-laki. Oleh karena itu, penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dikalangan peserta KB cenderung menurun, Kepala Pusat Pengembangan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengeluhkan soal menurunnya penggunaan MKJP, penggunaan MKJP terus menurun dalam kurun waktu 10 tahun terakhir pada Survey Demokrasi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002 mencatat penggunaan MKJP mnecapai 14,6% dan pada SDKI 2012 menjadi 10,6% atau turun 4% (BKKBN, 2013).

Berdasarkan dari hasil data yang peneliti dapatkan dari Puskesmas Jati Bening, akseptor KB baru di Puskesmas Jati Bening pada tahun 2015 yang menggunakan KB implant (22,1%) IUD (20,6%), pada tahun 2017 KB implant (10,6%) IUD (17,1%), pada tahun 2017 KB implant (18%) IUD (20%). Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian mengenai “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Di Puskesmas Jatibening Tahun 2017 “. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain yang digunakan adalah

(5)

cross sectional,dimana data yang berhubungan dengan variabel independen dan variabel dependen, diukur dalam waktu yang bersamaan dengan data sekunder. Metode penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan data

sekunder yang diambil dari data rekam medik pasien. Hal ini untuk mendapatkan distribusi antara independen dan variabel dependen dan mendapatkan faktor yang berhubungan dengan pemilihan akseptor KB menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP).

Tabel 5.1.1.

Distribusi Frekuensi Akseptor KB MKJP di Puskesmas Jatibening Periode Februari-Mei Tahun 2017

No. Akseptor KB yang Menggunakan MKJP Jumlah %

1. Implant 56 74,7

2. IUD 19 25,3

Total 75 100,0

Berdasarkan Tabel 5.1.1 diatas dapat diketahui bahwa dari 75 responden terbanyak pada responden yang memilih menggunakan MKJP implant yaitu sebanyak 56 orang (74,7%), sedangkan proposi terkecil akseptor KB yang memilih menggunakan IUD sebanyak 19 orang (25,3%).

Tabel 5.2.1

Hubungan Umur Akseptor KB MKJP di Puskesmas Jatibening Periode Februari-Mei Tahun 2017

KB MKJP

(6)

F % F % F % 1. <20 tahun 20 26,7 0 0,0 20 26,7 2. 20-35 tahun 30 40,0 0 0,0 30 40,0 0,000 3. >35 tahun 6 80,0 19 25,3 25 33,3 Total 56 74,7 19 25,3 75 100,0

Berdasarkan analisis Tabel 5.2.1 diatas diketahui bahwa dari 20 responden yang berumur <20 tahun terbanyak yang memilih menggunakan KB implant sebanyak 20

responden (26,7%), dari 30 responden yang berumur 20-35 tahun terbanyak yang memilih menggunakan KB impalnt sebanyak 30 responden (40,0%), dari 25 responden yang terbanyak pada pemilihan KB IUD sebanyak 19 responden (25,3%)

Tabel 5.2.2.

Hubungan Pendidikan Akseptor KB MKJP di Puskesmas Jatibening Periode Februari-Mei Tahun 2017

KB MKJP

No Pendidikan Implant IUD Total P- Value

F % F % F %

1. Rendah 15 20,0 0 0,0 15 20,0

2. Menengah 35 46,7 0 0,0 35 46,7 0,000

3. Tinggi 6 8,0 19 25,3 25 25,3

(7)

Berdasarkan analisis Tabel 5.2.2 dari 15 responden yang berpendidikan rendah yang terbanyak memilih implant sebanyak 15 responden (20,0%), dari 35 responden yang berpendidikan menengah terbanyak yang memili KB implant sebanyak 35 responden (46,7%). Sementara dari 19 responden yang berpendidikan tinggi yang memilih IUD sebanyak 19 orang (25,3%).

Tabel 5.2.3.

Hubungan Pekerjaan Akseptor KB MKJP di Puskesmas Jatibening Periode Februari-Mei Tahun 2017

KB MKJP

No Pekerjaan Implant IUD Total P- Value

F % F % F % 1. Bekerja 50 66,7 0 0,0 50 66,7 0,000 2. Tidak Bekerja 6 8,0 19 25,3 25 8,0 Total 56 74,7 19 25,3 75 100,0

Berdasarkan analisis Tabel 5.2.3. diatas dari 50 responden yang bekerja terbanyak yang memilih implant sebanyak 50 responden (66,7%). Sementara dari 25 responden yang tidak bekerja terbanyak yang memilih IUD sebanyak 19 orang (25,39%).

Tabel 5.2.4.

Hubungan Paritas Akseptor KB MKJP di Puskesmas Jatibening Periode Februari-Mei Tahun 2017

(8)

KB MKJP

No Paritas Implant IUD Total P- Value

F % F % F % 1. Primipara 20 26,7 0 0,0 20 26,7 0,000 2. Multipara 36 48,0 4 5,3 40 53,3 3. Grande multipara 0 0,0 15 20,0 15 20,0 Total 56 74,7 19 25,3 75 100,0

Berdasarkan analisis Tabel 5.2.4 dari 20 responden primipara yang terbanyak memilih Implant sebanyak 20 responden (26,7%), sementara dari 40 responden multipara terbanyak yang memilih menggunakan implant sebanyak 36 orang ( 48,0%), dari 15 responden yang paritasnya grande multipara terbanyak yang memilih menggunakan IUD sebanyak 15 responden ( 20,0%).

Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dari 75 responden di dapatkan pengguna KB MKJP implant sebanyak 56 orang, KB MKJP IUD sebanyak 19 orang .

Menurut pendapat peneliti dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa akseptor KB yang memilih implant lebih banyak dibandingkan dengan IUD, hal ini disebabkan karena masih banyaknya akseptor yang merasa malu ataupun risih dengan cara pemasangan IUD di masukkan kedalam rahim melalui vaginasehingga mereka lebih memilih menggunakan KB implant yang pada dasarnya cara pemasangannya

diletakkan dibawah kulit lengan atas sehingga tidak harus membuka pakaian dalamnya yang mengakibatkan akseptor menjadi malu dan risih.

Oleh sebab itu disarankan pada setiap petugas kesehatan bidan di KIA untuk lebih banyak melakukan konseling KB sehingga akseptor dapat benar-benar mengerti tentang macam-macam MKJP dan dapat memilih model MKJP yang paling cocok dan tepat

Hubungan Umur Ibu Dengan Pengunaan KB MKJP Di Puskesmas Jatibening Periode Februari-Mei Tahun 2017

(9)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari 75 responden dalam penelitian ini responden yang berusia 20-35 tahun memilih KB implant sebanyak 30 responden (40,0%), sedangkan yang berusia >35 tahun sebanyak 19 responden yang memilih menggunakan KB IUD . Dari hasil uji statistik diperoleh P value = 0,000 (P <0,05), maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna antara umur dengan penggunaan KB MKJP.

Menurut pendapat peneliti meskipun dari penelitian orang lain kategori umur 20 – 35 tahun lebih banyak menggunakan IUD. Dibandingkan dengan hasil peneliti lebih banyak menggunakan implant hal ini dikarenakan suami lebih mengizinkan karena pemasangan implant lebih mudah hanya di bawah kulit lengan atas dan tidak mengganggu dalam hubungan seksual bisa menjarangkan kehamilan selama 3 – 5 tahun dan bisa dicabut kapan saja.

Oleh karena itu disarankan kepada bidan di KIA untuk memberikan konseling kepada calon akseptor KB dengan menggunakan Alat Bantu Pemilihan Keputusan ber KB (ABPK) dan ikut sertakan suami dalam konseling agar ibu dan suami bisa memilih metode KB yang cocok. Dan pentingnya pengenalan KB lebih sering disampaikan baik secara langsung maupun tidak langsung melaluio media berupa poster, atau pamphlet sehingga pesan lebih mudah sampai kepada seluruh masyarakat. Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Pengunaan KB MKJP Di

Puskesmas Jatibening Periode Februari-Mei Tahun 2017

Berdasarkan penilitian yang dilakukan dari 75 responden, sebagian besar yang berpendidikan menengah sebanyak 35 responden, sedangkan yang berpendidikan rendah sebanyak 15 orang. Dari hasil uji statistik diperoleh P value = 0,00 (P < 0,05), maka dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan penggunaan KB MKJP.

Oleh karena itu disarankan kepada bidan di KIA untuk memberikan konseling kepada calon akseptor KB dan ikut sertakan suami dalam konseling agar ibu dan suami bisa memilih metode KB yang cocok. Dan pentingnya pengenalan KB lebih sering disampaikan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media berupa poster, atau pamphlet sehingga pesan lebih mudah sampai kepada seluruh masyarakat. Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Pengunaan KB MKJP Di Puskesmas Jatibening Periode Februari-Mei Tahun 2017

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari 75 responden, sebagian besar yang bekerja sebanyak 50 responden, sedangkan yang tidak bekerja sebanyak 25 responden. Dari hasil uji statistik diperoleh P value = 0,00 (P < 0,05), maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pemilihan KB MKJP.

(10)

Menurut pendapat peneliti meskipun dari penelitian Maya Sari (2013) PUS bekerja lebih banyak menggunakan IUD. Dibandingkan dengan hasil penelitian lebih banyak menggunakan implant hal ini disebabkan karena pekerjaan akseptor menentukan pemilihan KB, PUS yang bekerja lebih memilih KB implant karen cara mengontrol implant tidak perlu ke bidan hanya dengan meraba sendiri bagian lengan atas yang dipasang implant, sehingga tidak perlu setiap bulannya mengontrol ke bidan dan bagi ibu yang pelupa juga tidak perlu khawatir karena implant tidak mengingat setiap saat karena efektifitasnya sangat lama sehingga PUS yang bekerja lebih memilih KB implant.

Maka disarankan kepada tenaga kesehatan (bidan) untuk mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang KB MKJP yang hanya sekali pemasangan bisa digunakan dalam waktu lama dan tidak perlu mengingat setiap saat dan tidak perlu setiap bulannya mengeluarkan biaya.

Hubungan Paritas Ibu Dengan Pengunaan KB MKJP Di Puskesmas Jatibening Periode Februari-Mei Tahun 2017

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari 75 responden dalam penelitian ini, sebagian besar yang paritasnya primipara sebanyak 20 responden, sedangkan yang paritasnya multipara berjumlah 40 responden. Dari hasil uji statistik diperoleh P value = 0,00 (P < 0,05), maka dapat di simpulkan Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada

hubungan yang bermakna antara paritas dengan pemilihan KB MKJP.

Menurut pendapat peneliti paritas sangat menentukan dalam pemilihan KB, jika PUS yang sudah memiliki anak >2 dan ingin mengatur jarak kehamilan bisa menggunakan metode KB IUD karena efektifitas IUD dapat mencegah kehamilan selama 10 tahun dan implant juga efektif untuk mengatur jarak kehamilan selama 3 – 5 tahun. Sedangkan yang sudah memiliki anak banyak dan tidak ingin mempunyai anak lagi sebaiknya menggunakan metode KB MOW.

Oleh karena itu petugas kesehatan (bidan) disarankan untuk memberikan informasi dan konseling terhadap calon akseptor KB tentang mengatur jarak kehamilan dan KB MKJP sehingga calon akseptor KB tersebut bisa memahami dan mengerti serta dapat memilih metode KB yang efektif untuknya.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi jangka panjang di puskesmas jatibening periode 2017”. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa dari 75 responden di dapatkan responden terbanyak memilih menggunakan KB implant sebanyak 56 responden (74,7%), dan yang paling sedikit adalah responden yang memilih menggunakan KB IUD sebanyak 19 responden (25,3%). Hasil analisis secara bivariat dari 4 variabel independen yang diambil dalam penelitian ini yaitu (umur, pendidikan, pekerjaan, dan paritas) didapatkan semua variabel memililki hubungan yang bermakna dengan faktor-faktor pemilihan kontrasepsi

(11)

jangka panjang di puskesmas jatibening periode Februari-Mei tahun

2017.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Soni. 2011. Pengertian Keluarga Berencana. Jakarta: TIM.

Amiranti. 2009. Hubungan Pekerjaan dengan MKJP. Surabaya: TIM.

Arum dan Sujiatini.2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Jogjakarta : Nuha Medika.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Laju Pertumbuhan Penduduk. hppt//www.bps.go.id.

Diperoleh tanggal 28 Januari 2014.

BKKBN.2010. Advokasi dan KIE Program Keluarga Berencana (KB). Jakarta: Jani Pustaka. BKKBN.2010. Laporan Pengendalian

Program KB Nasional. Jakarta: TIM

BKKBN.2013. Visi dan Misi Program Keluarga Berencana. Jakarta : Direktorat pelaporan dan statistik.

Ekarini.2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Analisis Lanjut SDKI 2012 : BKKBN Jakarta

Fienalia.2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Puskesmas Pancoran Mas Tahun 2011. Depok: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Handayani, Sri.2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Risma

Hartanto, Hanafi.2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinas Harapan.

Imbarwati.2009. Beberapahgv Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD dan Non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Tesis Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponogoro. Semarang

Niken,dkk,2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Fitramaya.

Syafrudin,dkk,2010. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC. Manuaba, IBG.2010. Ilmu Kebidanan,

Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo.2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo.2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

(12)

Pinem, Saroha. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media. Purba.2011. Peranan Dukungan

Suami dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi Pada Peserta KB di Kelurahan Serasan Jaya, Soak Baru dan Balai Agung

Kecamatan Sekayu

Kabupaten Musi Banyuasin Sumatra Selatan Tahun 2011.

Saifudin, Abdul Bari.2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirihardjo. Saleha.2009. Pelayanan Keluarga

Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Media.

Sakinah.2010. Karya Tulis Ilmiah Gambaran Pengetahuan Kontrasepsi Implant Pada Pasangan Usian Subur (PUS) Di Puskesmas Perawatan Lakessi Kota Parepare tahun 2010. Soni.2009. Pengertian kb : http://ahmadsoni.blogspot.co m/2011/10/pengertian-kb-keluarga-berencana.htm 20:57 senin 27/10/1014. Suratun, dkk.2009. Pelayanan

Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: TIM.

Widayana.2009. Faktor yang Mempengaruhi pemilihan MKJP. Jakarta: TIM

Wiknjosatro.2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan MKJP. Yogyakarta: TIM http://rhajil.blogspot.com/2012/05/kont rasepsi-iud-1_28.html diakses pada tanggal 27/10/2014 http://ilmugreen.blogspot.com/2012/07 /definisi-kontrasepsi-jangka-panjang.html diakses pada tanggal 27/10/2014

http://www.ibudanbalita.net/info/keluar

ga-berencana-dan- kontrasepsi-pengertian-mkip.html diakses pada tanggal 27/10/2014

http://www.Suparyanto.com/2013/06/p asangan-usia-subur.html diakses pada tanggal 27/10/2014

Yuliana.2009. Faktor Eksternal Pemilahan MKJP. Jakarta: TIM.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian: Untuk mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemakaian Kontrasepsi Kondom Pada Pasangan Usia Subur Di Wilayah Kerja Puskesmas Campalagian..

Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan kepada 255 mahasiswa kependidikan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta yang terdiri dari angkatan 2012 dan

Subjek dalam penelitian ini adalah 87 siswa dari kelas X dan XI IPS sedangkan objeknya adalah faktor personal dan faktor institusional terhadap minat baca siswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bercak gejala khas serangan penyakit Downy mildew pada tanaman uji (mentimun, melon, timun suri dan labu kuning) yang di

Saran untuk penyempurnaan analisis dispersi polutan dari kebakaran hutan adalah reaksi kimia yang terjadi pada polutan di atmosfer perlu dipertimbangkan, penelitian

Pasal 44 ayat (1) Penyusunan naskah akademik rancangan undang-undang dilakukan sesuai dengan teknik penyusunan naskah akademik; (2) Ketentuan mengenai teknik

Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini yaitu untuk lokasi rumah sakit sudah terjangkah oleh peserta JKN, untuk tenaga kesehatan rata-rata belum memberikan

Dosen User Aktor yang menggunakan Sistem Informasi Portal Web Program Studi Teknik Informatika Unsrat untuk Melihat data mahasiswa bimbingan hasil asistensi tugas