• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kondisi Fisik Rumah B Alita Penderita Ispa Di Desa Ranggo Kabupaten Dompu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Kondisi Fisik Rumah B Alita Penderita Ispa Di Desa Ranggo Kabupaten Dompu"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

STUDI KONDISI FISIK RUMAH B ALITA PENDERITA ISPA

DI DESA RANGGO KABUPATEN DOMPU

OLEH:

NURAENI

NIM: P05303330181498

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIKINDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KUPANG

PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN

TAHUN 2019

(2)

X fm enterian % psehatan <%çpu6Cif(,Indbnesia

(PoCiteknibJKpsefiatan K jm en ées % upang

<Program Stucfi ‘K fseü atan L ingbiingan

HaCaman JnduC

Stîicfi X o n d isi (Fisif{j(R im a(i (BaCita <Peruferita IS<PA

<Di <Desa <Jfanggo lQ iôupaten (Dompu

(3)

STUDI KONDISIFISIK RUMAH B ALITA PENDERITA ISPA

DI DESA RANGGO KABUPATEN DOMPU

Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Ijazah

Diploma Tiga Kesehatan Lingkungan pada Program Percepatan Pendidikan Tenaga

Kesehatan melalui Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL)

OLEH:

NURAENI

NIM: PO5303330181498

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POL1TEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KIJPANG

PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN

TAHUN 2019

(4)

T&menterian % çsefatan (HçpuôCif^Indonesia

<PoCiteÇni^Kfsefiatan ‘Kjm enÇes %wpang

(Program S tu d i % psehatan LingÇungan

Lem 6ar (Pengesaüan

S tîid i % ondisi T isiÇ jliirnafi (BaCita P enderita IS<PA

Œ>i <Desa (Ranggo % p6upaten <Dompu

(5)

TUGAS AKHIR

STUDI KONDISI FISIK RUMAH B ALITA PENDERITAISPA

DI DESA RANGGO KABUPATEN DOMPU

Di susun oleh:

Nuraeni

Telah dipertahankan di depan dewan penguji Tugas Akhir

Poltekkes Kemenkes Kupang Program Studi Kesehatan Lingkungan

pada tanggal 18 Juli 2019

NIP. 197808102000122002

ewan Penguji,

Olga M. tiuk^bain, ST., M.Kes

NIP. 197808102000122002

Karolus Ngambut

ïambut, 5KM., M.Kes

NIP. 197405012000031001

NIP. 197201061996032001

Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh ijazah Diploma III Kesehatan Lingkungan

Mengetahui

Ketua Program Studi Kesehatan Lingkungan

Poltekkes Kemenkes Kupang,

K arolus N gam but, SK M ., M .K es

(6)

% em enterian % esefiatan (RepuôCif^Indonesia

(poCite^ni^J^esefiatan %emen^es % upang

<Program S tu d i % esehatan LingÇungan

! Ys E H ^ > " Y <&#. V» I

z \

i ^

| m

CO -'ANG

(Biodata (PenuRs

S tu d i X o n d isi ŒisibjRumafi (Bafita (Penderita IS P A

Œ)i (Desa (Rartppo % aSupaten (Dompu

(7)

BIO DÀ TA PENULIS

N am a : N uraeni

Tem pat Tanggal Lahir: W oro, 17 April 1970 Jenis K elam in : Perem puan

A lam at : Lingkungan I, K elurahan M ontabaru K ecam atan W oja Riwayat Pendidikan :

1. SD N egeri Inpres W oro 1, W oro Tanun 1983 2. SM P N egeri 1 Dena, Dena Tahun 1986

3. SM A Swasta Gotong Royong Bima, Rasanae K abupaten Bima T ah u n l9 8 9 4. D I Kesehatan lingkungan YAPM A M ataram 2002

Tugas A khir ini saya persem bahkan untuk :

Kedua orang tua dan Suami tercinta serta Rekan Rekan Kerja dalam m em bantu proses m enyelesaikan Tugas akhir ini

M otto

”Sesungguhnya Allah tidak akan m erubah keadaan suatu kaum sebelum m eraka m erubah keadaan diri m ereka sendiri (Q.S A r-R a’d: 11)”

(8)

K A TA PE N G A N T A R

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Y ang M aha Esa yang telah m elim pahkan T aufik dan H idayah-N ya sehingga penulis dapat m enyelesaikan Tugas A khir ini, dengan ju d u l *’ STUDI K O ND ISI FISIK RU M AH B ALITA PEN D ER ITA ISPA DI DESA RANGGO KA BU PA TEN DO M PU

Dengan selesainya Tugas A khir ini, penulis tidak lupa m enyam paikan ucapan terim a kasih atas segala bim bingan, saran dan dorongan kepada :

1. Kepada Kepala B adan PPSDM Kesehatan Kem enkes Republik

Indonesia,yang telah m erancang program Rekognisi Pem belanjaran Lampau sehingga m em bantu A paratur Sipil N egara dalam m elaksanakan dalam waktu yang singkat.

2. Kepada Kepala Dinas K esehatan Propinsi N usa Tenggara Barat yang telah m einberikan dukungan dan fasilitas Pelaksanaan kelas Rekognisi Pem belajaran Lampau.

3. Ibu R.H. Kristina, SKM , M , Kes , D irektur Politeknik Kem enkes Kupang 4. Kepala K epala Dinas K esehatan K abupaten Dom pu yang telah mem berikan

dukungan dalam pelaksanaan kelas Rekognisi Pem belajaran Lampau

5. Kepada K epala U PTD Puskesm as Ranggo yang telah memberikan dukungan pelaksanaan kegiatan kelas Rekognisi Pem belajaran Lampau 6. Bapak Karolus N gam but SKM, M, Kes. Selaku Ketua Jurusan Kesehatan

Lingkungan Politeknik Kem enkes Kupang.

(9)

7. Ibu O lga M. Dukabain ,ST,M , Kes, Seiaku D ew an Pem bim bing yang telah m eluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam m em berikan petunjuk dan bim bingan serta arahan-arahan yang sangat berharga.

8. Ibu Lidia Br. Tarigan, SKM, M, Si. Dan Bapak Karolus N gam but, SKM, M, Kes Seiaku penguji yang telah m eluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam m em berikan petunjuk dan bim bingan serta arahan-arahan yang sangat berharga.

9. Tem an-tem an angkatan RPL 2018 yang telah banyak m em bantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Senantiasa m eluangkan w aktunya m em berikan sem angat, terim a kasih atas semuanya.

Sem oga kebaikan dan bantuan yang telah di berikan kepada penulis biarlah Tuhan berkenan m em balasnya dan semoga tulisan berm anfaat bagi para pem baca dan peneliti selanjutnya kritik dan saran di butuhkan untuk perbaikan tulisan ini untuk m enjadi lebih baik.

K upang, Juli 2019

(10)

% pmenterian % fseüatan (RgpuôCif^Indonesia

<PoCitef&ikJK£sefiatan ‘Kfm en^es % upang

(program S tu d i % pse(iatan LingÇungan

A è stra £

Stucfi X p n d ïsi Œisi^JRjimaü (BaCita (Penderita IS P A

(Di <Desa d&nggo X fiôupaten <Dompu

(11)

ABSTRAK

Studi Kondisi Fisik Rumah Balita Penderita ISPA Di Desa Ranggo Kabupaten Dompu

Nuraeni, Olga M, Dukabain*)

*)Prodi Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Kupang vii + 41 halaman: 8, tabel, 4 1 amp iran

ISPA dapat timbul karena rumah yang sempit, kepadatan hunian yang berlebihan, kotor, penghawaan yang kurang, dan pencahayaan yang kurang, Dari 10 penyakit terbanyak di Desa Ranggo yang paling tinggi adalah Penyakit ISPA dengan jumlah penderita 70 orang per 3 bulan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan kejadian ISPA dengan kondisi fisik rumah balita yang meliputi luas ventilasi, kondisi lantai, kondisi dinding, suhu dan kelembaban, kepadatan hunian serta kebiasaan merokok anggota keluarga dalam rumah.

Metode dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan, menggunakan metode pendekatan studi cross sectional dengan jumlah poputasi 70 dan sampel 22 rumah balita penderita ISPA yang ada di Desa Ranggo, Hasil penelitia akan dianalisis secara deskriptif

Hasil penelitian menunjukkan 17 rumah dengan persentase 77,27% memiliki ventilasi yang memenuhi syarat dengan luas 10% dan luas lantai sedangkan 5 rumah dengan persentase 22,72%, tidak memenuhi syarat dengan luas ventilasi kurang dari 10% dari luas lantai, terdapat 15 rumah dengan persentase 68,18% yang memenuhi syarat, sedangkan 7 rumah dengan persentase 31,82%, tidak memenuhi syarat, terdapat 9 rumah dengan persentase 40,90%, yang memenuhi syarat dengan kondisi dinding permanen (tembok yang diplester, tidak berdebu, sedangkan 13 rumah dengan persentase 59,09%, dinding yang tidak memenuhi syarat dengan kondisi semi parmanen setengah tembok, terdapat 22 rumah dengan 100%, suhu yang tidak memenuhi syarat dengan lebih dari 20 °C-25°C sedangkan 0 rumah dengan 0%, suhu yang memenuhi syarat dengan kurang dari 20°C-25 °C, dan kelembaban terdapat 1 rumah dengan 4,5%, yang memenuhi syarat dengan kelembaban dengan lebih dari 40-60% sedangkan 21 rumah dengan 95,5%, yang tidak memenuhi syarat dengan lebih dari 40-60% kelembaban, sedangkan terdapat 2 rumah dengan 9,09%, kepadatan hunian yang memenuhi syarat dengan lebih dari Sm2/orang sedangkan 20 rumah dengan 90,90%, tidak memenuhi syarat dengan kurang dari 8 m2/orang, sedangkan terdapat 10 rumah (45,45%) anggota keluarga dengan kebiasaan merokok sedangkan 12 rumah 54,55%, anggotanya keluarga kebiasaan tidak merokok.

Saran yang dapat diberikan yaitu membuat ventilasi yang cukup agar sirkulasi udara lancar,membuat jendela pada pagi dan siang hari,tidak menghalang halangi udara yang masuk ke ventilasi dengan tirai, status gizi ,pola asuh pengasuhan anak ,dan perilaku merokok dalam rumah dan menanam pohon sebagai tirai penahan debu.

kata kunci: kondisi fisik Rumah Balita Penderita ISPA

Kepustakaan : 9 buah (1990-2019)

(12)

X em enterian K psehatan ÇÿpuôCif^Inddnesia

(poCiteknikJ{esefiatan %emenbgs % upang

(Program S tu d i % esehatan Lingbiingan

JLèstract

Stiicfi X p n d isi T is i^ jim a U (BaCita P enderita IS<PA

(Di <Desa <Ranggo % aSupaten (Dompu

(13)

ABSTRACT

STUDY THE PHYSICAL CONDITION OF TODDLER HOMES WITH ARI IN RANGGO VILLAGE

DOMPU DISTRICT

Nuraeni, Olga M, Dukabain*)

*) Environm ental Health D epartm ent — K upang H ealth Polytechnic X ii+ 41 pages :8 tables, 4 attachments

Acute respiratory (ARI) can arise due to a narrow house, excessive occupancy density, dirty, lacking air, and under-lighting. O f the 10 m ost diseases in Ranggo Village the highest is ARI with a total o f 70 people per 3 m onths. The purpose o f this study was to déterm ine the relationship o f ARI events to the physical condition o f toddlers' hom es which included ventilation area, floor conditions, wall conditions, tem pérature and hum idity, occupancy density and sm oking habits o f fam ily m em bers in the home.

The m ethod in this study is descriptive research, using a cross sectional study approach with a populasi 70 and sample o f 22 toddlers with ARI in Ranggo V illage, results researc wiipl analyze dina m anner descriptive. The results showed 17 houses with a percentage o f 77.27% had ventilation that m et the requirem ents w ith an area o f 10% o f the floor area while 5 houses with a percentage o f 22.72% , did not m eet the requirem ents o f ventilation area less than 10% o f the floor area, there were 15 houses with a percentage o f 68.18% who fulfilled the requirem ents, w hile 7 houses with a percentage o f 31.82% , did not fulfïll the requirem ents, there were 9 houses with a percentage o f 40.90% , which m et the condit’ons with a perm anent wall condition (plastered walls, not dusty, w hereas 13 houses with a percentage o f 59.09% , walls that do not m eet the requirem ents with sem i- parm anen conditions are half walls, there are 22 houses with 100%, tem pératures that do not m eet the requirem ents with more than 20 0C -250C while 0 houses w ith 0% , tem pératures that meet term s with less than 200C-25 0C, and hum idity there is 1 house with 4.5% , which qualifies with hum idity w ith m ore than 40-60% while 21 houses with 95.5% , which do not fulfïll sy arat with m ore than 40-60% hum idity, while there are 2 houses with 9.09% , occupancy density that m eets the requirem ents with m ore than 8m2 / person while 20 houses with 90.90% , do not m eet the requirem ents with less than 8 m2 / person while there were 10 houses (45.45% ) fam ily m em bers with sm oking habits while 12 houses 54.55% , the m em bers were fam ily non-sm oking habits.

Suggestions that can be given are m aking adéquate ventilation to keep air circulation smooth, m aking Windows in the m om ing and afternoon, not blocking the air entering the vents with curtains, nutritional status, parenting, and sm oking behavior in the house and planting trees as dust curtain.

keyw ord : physical condition o f the home o f toddlers with ISPA Literature : 9 pièces (1990-2019)

(14)

K jm en terian X fsed a ta n <Rgpuôd^Indonesia

(PoRtefyiifCKpsefiaUin %pmenf{es K jipan g

(Program S tu d i % psehatan LingÇungan

<D a fta rlsi

S ttu fi X pn disi F isi^R um afi (Bafita (Penderita IS<PA

D i <Desa (Ranggo % aSupaten D om pu

(15)

D A F T A R 1S I

HALAMAN JU D U L... i

LEMBAR PENGESAHAN... « BIODATA PENULIS... iii

ABST RA K ... iv

A BSTRA CK ... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... X DAFTAR LAMPIRAN... Xi BAB I PENDAHUUJAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 2 C. Tujuan Penelitian... 2 D. Manfaat Penelitian...3

E. Ruang Lingkup Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi ISP A... 5

B. Etiologi ISP A ...6

C. Klasifikasi ISPA ... 7

D. Tanda dan gejala ISPA...8

E. Faktor-Faktor yang mempengaruhi teijadinya ISPA... 10

(16)

F. H ubungan yang m em pengaruhi penyakit I S P A ... 13

G. Pencegahan dan Penata laksanaan... 17

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan P e n e litia n ... 19

B. K erangka K o n s e p ... 19

C. Defenisi O p e ra sio n a l...20

D. Populasi dan sampel ... 21

E. M etode Pengum pulan D a t a ... 21

F. Anaîisis D a t a ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gam baran U m um Lokasi D esa R a n g g o ... 23

B. Hasil Penelitian ... 24 C. Pem bahasan ... 29 BAB V PENUTUP A. S im p u la n ...39 B. S a r a n ... 40 DAFTAR PU ST A K A ... 42 L A M PIR A N ... 43 ix

(17)

% çm enterian % esefiatan (RgpuôCif^Imfonesia

(podte^ni^ X esehatan %emen^es % upang

(Program S tiu fi K esefïatan LingÇungan

ii LU

% \

ïti

\\

t

Z l

; _J

x !

h 0

m

j

CO;

\\

î M

'

v KUPANG y

/ /

(D aftarTabeC

S tu d i % ondisi TisibjR um afi (RaCita Pem ferita IS<PA

<Di <Desa P&nggo K jiSupaten (Domjrn

(18)

D A FT A R TABEL

Halaman

Tabel 1. Defmisi O perasional 20

Tabel 2. Jenis dan jum lah rum ah rumah balita penderita ISPA di Desa Ranggo K ecam atan Pajo K abupaten Dom pu Tahun 2019 23

Tabel 3. Luas Ventilasi Rum ah Balita penderita ISPA di D esa Ranggo

K ecam atan Pajo K abupaten Dom pu Tahun 2019 24

Tabel 4. K ondisi lantai Rum ah Balita Penderita ISPA di D esa Ranggo

K ecam atan Pajo K abupaten Dom pu Tahun 2019 25

Tabel 5. Kondisi dinding Rum ah Balita Penderita ISPA di D esa Ranggo

K ecam atan Pajo Kabupaten Dom pu Tahun 2019 25

Tabel 6. Kondisi Suhu dan K elem baban Balita Penderita ISPA di Desa Ranggo K ecam atan Pajo K abupaten

D om pu Tahun 2019 26

Tabel 7. K epadatan H unian Rum ah Balita Penderita ISPA di D esa Ranggo Kecam atan Pajo K abupaten Dompu

Tahun 2019 27

Tabel 8. K ebiasaan M erokok Anggota K eluarga di Rum ah Balita Penderita ISPA di D esa Ranggo

K ecam atan Pajo Kabupaten Dom pu Tahun 2019 27

(19)

%pmenterian Xpsehatan QÿpuôCif^Irufonesia

Pofitefnif^Kçsehatan %pmenf{es %ivpang

C

Vrogram Stiufi ‘Kjsefiatan Lingbungan

o r

/ $

t

Il ™

i

'

\ O- \ \ i l

W

i i

11

&**■ s| * :f

m

#

i

\ KURA

<D aftar Lampiran

Stiufi Xpndïsi Tisif^cRumah (Bafita (Peruferita IS<PA

(Di <Desa (R&nggo KjiSupaten (Dornpu

(20)

D A FT A R LAM PIRÂN

Lam piran I: Rekom endasi Penelitian dan surat Ijin KESBA N G LIN PO L, kabupaten Dom pu dan penelitian di D esa Ranggo.

Lam piran II: Lem baran Checklist Lam piran III: M aster Tabel

Lam piran IV: D okum entasi Penelitian

penelitian dari Ijin penariakan

(21)

Xpm enterian % psehatan QÿpuôCif^lTufonesia

PoCite^ni^ Xpsefia tan %pmenbgs % upang

Program S tu d i X esehatan LingÇunÿan

(Ba6 L (PendahuCuan

S tu d i X pn disi FisiÇjRiimafi (BaCita P enderita IS P A

(Di D esa P&nggo X fiSupaten (Dompu

(22)

BA S I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

K esehatan m erupakan besaran yang sangat penting bagi suatu kehidupan Sehat yaitu dalam keadaan yang sem pum a dan bebas dari segala penyakit sehingga dapat beraktifitas dengan baik ( Potter dan Perry 2005, h 35).

M enurut World Health Organitation (W H O) pengertian sehat adalah suatu keadaan dim ana seseorang yang sehat baik secara fisik, m ental, sosial dan spiritual, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelem ahan seseorang yang tidak sehat di katakan dalam keadaan sakit.

Infeksi saluran pem apasan akut (ISPA) m erupakan infeksi yang terdapat pada saluran nacas atas m aupun saluran napas bagian bawah. Penyakit infeksi ini dapat m enyerang sem ua um ur bayi dan balita paling rentan untuk terinfeksi penyakit ini.

ISPA adalah penyebab utam a m orbiditas dan m ortalitas penyakit m enular m enurut W HO tahun 2007 setiap tahunnya ham pir em pat ratus ju ta orang m eninggal dan 98% disebabkan oleh infeksi saluran pem apasan. M enurut data hasil Riset kesehatan dasar ( Riskesdas ) dalam bab penelitian dan pengem bangan kesehatan (2017) di Indonesia m enunjukkan Persentase nasional ISPA 25,5% ( 16 propinsi di atas angka nasional ) Di N usa Tenggara B arat Persentasenya 28,3% .

(23)

2

Di K abupaten Dom pu ISPA m erupakan salah saîu penyakit terbesar dari 10 penyakit yang ada di K abupaten D om pu, data d* Puskesm as Ranggo dijum pai kasus ISPA m ulai Januari sampai D esem ber 2018 pada Balita beijum lah 471.

G am baran rum ah tem pat tinggal di D usun R anggo Kabupaten Dom pu adalah rumah perm anen, sem i-perm anen dan rumah panggung. Sedangkan rum ah perm anen jam ng yang m em punyai ventilasi yang m em adai untuk m enerangi kam ar tersebut, penghuni terpaksa harus m enggunakan cahaya listrik di siang hari.

Berdasarkan hasil data tahun 2018 pada Balita di D usun Ranggo K abupaten Dom pu ditem ukan sebanyak 70 orang anak yang m engalam i penyakit ISPA dengan kondisi rumah.

Dari uraian di atas peneliti berkesim pulan untuk m elakukan penelitian dengan judul” Kondisi Fisik Rum ah Balita Penderita ISPA Di D esa Ranggo Kabupaten Dompu wilayah kerja U PTD Puskesm as Ranggo.

B. Rumusan masalah

Bagaim ana Kondisi Fisik Rum ah Balita Penderita ISPA Di Desa R anggo K abupaten Dom pu 2019?

C. Tuj uan Penelitian

1. T u juan U m u m

M engetahui Kondisi Fisik Rum ah Balita Penderita ISPA Di Desa R anggo K abupaten Dompu

(24)

3

2. T uju an K h u su s

a. U ntuk m engetahui luas ventilasi rum ah balita penderita ISPA di Desa Ranggo.

b. U ntuk m engetahui kondisi lantai rumah balita penderita ISPA di D esa Ranggo.

c. U ntuk m engetahui kondisi dinding rum ah balita penderita ISPA di D esa Ranggo.

d. U ntuk m engetahui suhu kelem baban dalam satu rum ah balita Penderita ISPA di D esa Ranggo.

e. U ntuk m engetahui kepadatan hunian dalam satu rumah balita penderita ISPA di D esa Ranggo.

f. U ntuk m engetahui kebiasaan m erokok dalam satu anggota keluarga rum ah balita penderita ISPA di D esa Ranggo.

D. Manfaat Penelitian

1. U ntuk M asyarakat

M em berikan informasi tentang svarat rum ah sehat agar m asyarakat m engetahui pentingnya kesehatan dan m enam bah pengetahuan m engenai rum ah sehat.

2. Bagi D inas K esehatan K abupaten Dom pu

Sebagai acuan dalam m erencanakan, m engevaluasi dan m enentukan kebijakan program Pem berantasan Penyakit M enular sebagai pem banding untuk penelitian yang akan datang.

(25)

4

3. Bagi Puskesm as Ranggo

Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai bahan pertim bangan dalam rangka meningkatkan program kesehatan terutam a yang berhubungan dengan penyakit ISPA yang ada di puskesm as Ranggo

4. Bagi Institusi Kesehatan Lingkungan

M enam bah referensi bagi kepustakaan prodi Poltekkes Kem enkes Kupang Program Studi D III Kesehatan Lingkungan.

£ . Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup M ateri

Ruang Lingkup M ateri dalam penelitian ini adalah Kondisi fisik rumah balita penderita ISPA di Desa Ranggo.

2. Ruang Lingkup Sasaran

Dalam penelitian ini adalah kondisi fisik rum ah balita penderita ISPA di Desa Ranggo.

3. Ruang Lingkup Lokasi

Dalam penelitian ini Lokasi adalah rumah balita penderita ISPA di Desa Ranggo

4. R uang Lingkup W aktu

D alam penelitian ini waktu penelitian dilakukan pada bulan M ei - Juli 2019.

(26)

X çm enterian X psehatan <Hçpu6Ci^Ind6nesia

PoCitefgiifi Xçseha tan %pmenbgs % upang

C

Program StucCi X psefïatan LingÇiingan

<Ba6 IL Tînjauan PustaÇa

S tu d ï % ondisi P isiÇ jR im ah PaCita P enderita IS P A

PH P e sa Pg-tiggo %çiSupaten P)ompu

(27)

B A B II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA)

Istilah ISPA yang m erupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam iokakarya N ational Ispa di Cipanas. Istilah ini m erupakan pada istilah in g g ris^ c u /e

respiratory di singkat AR1. D alam Lokakarya N ational Ispa tersebut ada 2 pendapat yang pertam a istilah Ispa (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dan pendapat yang kedua m em ilih ISNA (Infeksi Saluran N apas Akut). Pada akhir lokakarya di putuskan untuk m em ilih ISPA dan istilah ini juga di pakai hingga sekarang (D epkes R I, 2002,h 45).

ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas, yang benar ISPA m erupakan singKatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA m eliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah (http://id.w iki pedia.com ) diakses 5 Januari 2010.

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) m engandung 3 (tiga) unsur yaitu infeksi, saluran pernapasan, dan akut dengan pengertian sebagai berikut

1. Infeksi adalah m asuknya kum an atau m ikroorganism e kedalam tubuh m anusia dan berkem bang biak sehingga m enim bulkan gejala penyakit. 2. Saluran pernapasan adalah organ m ulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksenya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah, dan pleura ISPA secara anatom is m encakup saluran pem afasan bagian atas, saluran pernapasan

(28)

6

bagian bawah (term asuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pem apasan. Dengan batasan ini jarin g an paru term asuk da'lam saluran pem apasan ( rerspiratory track).

Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sam pai dengan 14 hari. Batas 14 hari di ambil untuk m enunjukkan proses akut m eskipun untuk beberapa penyakit yang dapat di golongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

B. Etiologi ISPA

Infeksi saluran pem apasan akut m erupakan kelom pok penyakit yang komp'lek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. K ebanyakan infeksi saluran pem apasan akut disebabkan oleh virus dan m ikroplasm a. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis bakteri, virus,dan jam ur. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Strepto-kokus Hemolitikus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordella Pertu-sis, dan Korïnebakîerium Dijfteria (A chm adi.dkk,2004/https://rahm anbudvono.w ordpress.com /2009/03 /13/ispa kesehatan/).

Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan m enem pel pada saluran pem apasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. B iasanya bakteri tersebut m enyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah m isalnya saat perubahan m usim panas ke m usim hujan.

U ntuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan mikro virus (term asuk di dalam nya virus para-influensa, virus influensa, dan virus cam pak), dan adenovirus. Virus para-influensa m erupakan penyebab terbes? •

(29)

7

dari sindrom a batuk rejan, brookioiitis dan penyakit dem am saluran nafas bagian atas. U ntuk virus influensa bukan penyebab îerbesar teijadinya teijadinya sindrom a saluran pem apasan kecuali hanya epidem i-epidem i saja. Pada bayi dan anak-anak, virus-virus influenza m erupakan penyebab teijadinya lebih banyak penyakit saluran napas bagian atas dari pada saluran napas bagian baw ah (DepKes RI, 2007/ http://w w w .depkes.go.id/).

C . Klasifikasi ISPA

Pada tahun 1998 telah m em publikasikan pola baru tatalaksana penderita ÎSPA. Dalam pola baru ini sam ping digunakan cara diagnosis yang praktis dan sederhana dengan teknologi tepat guna jug a dipisahkan antara tatalaksana penyakit pneum onia dan tatalaksana penderita penyakit infeksi akut telinga dan tenggorokan. Kriteria untuk m enggunakan pola tatalaksana penderita ISPA adalah: balita, dengan gejala batuk dan atau kesukaran bem apas.( W orld Health O rganization (2002).

Pola tatalaksana penderita ini terdiri dari 4 (em pat) bagian yaitu : 1. Pem eriksaan

2. Penentuan ada tidaknya tanda bahaya 3. Penentuan klasifikasi penyakit 4. Pengobatan dan tindakan

K lasifikasi penyakit dibagi berdasarkan jenis dan derajat keparahannya. Terdapat 3 klasifikasi ISPA yaitu :

1. ISPA Ringan bukan Pneum onia 2. ISPA Sedang Pneum onia

(30)

8

3. ÏSPA Berat Pneum onia berat

Penentuan klasifikasi dibedakan atas dua kelom pok, yaitu kelom pok untuk um ur 2 bulan.

D. Tanda dan Gejala ISPA

Sebagian besar balita dengan infeksi saluran pem apasan bagian atas m em berikan gejala yang am at penting yaitu batuk. Infeksi saluran napas bagian bawah m em berikan beberapa tanda lainnya seperti napas yang cepat dan retraksi dada. Semua ibu dapat m engenali batuk tetapi m ungkin tidak m engenal tanda-tanda lainnya dengan m udah. Selain batuk gejala ISPA pada balita ju g a dapat dikenali yaitu flu, dem am dan suhu tubuh anak m eningkat lebih dari 38,5°C dan disertai sesak napas.

M enurut derajat keparahannya, ISPA dapat dibagi m enjadi tiga golongan yaitu:

1. ISPA ringan bukan Pneum onia 2. ISPA sedang, Pneum onia 3. ISPA berat, Pneum onia berat

Khusus untuk bayi di bawah dua bulan, hanya di kenal ISPA berat dan ringan (tidak ada ISPA sedang). Batasan ISPA berat untuk bayi kurang dari dua bulan adalah bila frekuensi napasnya cepat (60 kali per m enit atau lebih) atau adanya tarikan dinding yang kuat.

Pada dasam ya ISPA ringan tidak berkem bang m enjadi ISPA sedang atau ISPA berat tapi jik a keadaan m em ungkinkan m isalnya pasien kurang i îendapatkan peraw atan atau daya tahan tubuh pasien yang kurang dapat

(31)

9

kem ungkinan akan terjadi. Gejala ISPA ringan dapat dengan m udah dikeiahm oleh orang awam sedangkan ISPA sedang dan berat m em erlukan beberapa pengam atan sederhana yaitu:

1. Gejala ISPA Ringan

Seorang anak dinyatakan m enderita ISPA ringan jik a ditem ukan gejala sebagai berikut :

a. Batuk.

b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu m engeluarkan suara (misalnya pada waktu berbicara atau menangis).

c. Pilek yaitu m engeluarkan lendir atau ingus dari hidung.

d. Panas atau demam , suhu badan lebih dari 37°C atau jik a dahi anak diraba dengan punggung tangan terasa panas.

2. Gejala ISPA Sedang

Seorang anak dinyatakan m enderita ISPA sedang jik a di jum pai gejala ISPA ringan dengan disertai gejala sebagai berikut :

a. Pem apasan lebih dari 50 kali/m enit pada um ur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.

b. Suhu lebih dari 39°C.

c. Tenggorokan berw am a m erah.

d. Tim bul bercak-bercak pada kulit m enyerupai bercak campak. e. Telinga sakit akan m engeluarkan nanah dari lubang telinga. f. Pem apasan berbunyi seperti berdengkur

(32)

10

3. G ejala ISPA Berat

Seorang anak dinyatakan m enderita ISPA berat jik a ada gejala ISPA ringan atau sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut :

a. Bibir atau kulit membiru.

b. Lubang hidung kem bang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bem apas.

c. Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun.

d. Pernapasan berbunyi m engorok dan anak tam pak gelisah. e. Pernapasan m enciut dan anak tam pak gelisa.

f. Sela iga tertarik kedalam pada waktu bem apas. g. N adi cepat lebih dari 60 x/m enit atau tidak teraba. h. Tenggorokan berw am a merah. (DepKes RI, 2007)

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya ISPA Pada Balita

M elanjutkan tulisan terdahulu tentang ISPA serta klasifikasi ISPA pada Balita, m aka kita perlu m engetahui beberapa faktor resiko ISPA pada Balita. Berbagai publikasi m elaporkan tentang faktor resiko yang m eningkatkan m orbiditas dan m ortalitas pneumonia. Jika dibuat daftar faktor resiko tersebut adalah sebagai berikut:

1. Faktor resiko yang m eningkatkan insiden ISPA a. U m ur

b. Laki-laki c. Gizi kurang

(33)

11

e. T idak m endapaî ASI m em adai f. Polusi udara

g. K epadatan tem pat tinggal h. Imunisasi yang tidak m em adai

i. M em bedong anak (m enyelim uti berlebihan) j. Defisiensi vitam in A

2. Faktor resiko yang m eningkatkan angka kem atian ISPA a. Um ur

b. Tingkat sosial ekonom i rendah c. Gizi kurang

d. Berat badan lahir rendah

e. Tingkat pendidikan ibu yang rendah

f. Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah g. K epadatan tem pat tinggal

h. Imunisasi yang tidak m emadai i. M enderita penyakit kronis 3. Faktor Lingkungan

a. Pencem aran udara daiam rumah

Asap rokok dan asap hasil pem bakaran bahan bakar untuk m em asak dengan konsentrasi tinggi dapat m erusak m ekanism e pertahan paru sehingga akan m em udahkan tim bulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi pada rum ah yang keadaan ventilasinya kurang dan dapur terletak di daiam rum ah, oersatu dengan kamar tidur, ruang tem pat bayi dan anak

(34)

12

balita bermain. H al ini lebih dim ungkinkan kareaa bayi dan anak balita lebih lama berada di rumah bersam a-sam a ibunya sehingga dosis pencem aran tentunya akan lebih tinggi.

Hasil penelitian diperoleh adanya hubungan antara ISPA dan polusi udara, diantaranya ada peningkatan resiko bronchitis, pneum onia pada anak-anak yang tinggal di daerah lebih terpolusi, dim ana efek ini teijadi pada kelom pok um ur 9 bulan dan 6 - 1 0 tahun.

b. V entilasi rumah

Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke atau dari ruangan baik secara alam i m aupun secara mekanis. Fungsi dari ventilasi dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) M ensuplai udara bersih yaitu udara yang m engandung kadar oksigen yang optim um bagi pem apasan.

2) M em bebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun debu dan zat-zat pencem ar lain dengan cara pengenceran udara.

3) M ensuplai panas agar nilangnya panas badan seimbang. 4) M ensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan bangunan. 5) M engeluarkan kelebihan udara panas yang disebabkan oleh radiasi

tubuh, kondisi, evaporasi ataupun keadaan ekstem al. 6) M endisfungsikan suhu udara secara merata.

c. K epadatan hunian rumah

K epadatan hunian dalam rumah m enurut keputusan m enteri kesehatan nom or 829/M ENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan

(35)

13

K epadatan hunian dalam rum ah m enurut keputusan m enteri kesehatan nom or 829/M ENKES/SK/VTI/1999 tentang persyaratan kesehatan rumah, satu orang m inimal m enem pati luas rumah 8m2. Dengan kriteria tersebut di-harapkan dapat m encegah penularan penyakit dan m elancarkan aktivitas.K eadaan tem pat tinggal yang padat dapat m eningkatkan faktor polusi dalam rum ah yang telah ada. Penelitian m enunjukkan ada hubungan berm akna antara kepadatan dan kem atian dari bronkopneum onia pada bayi, tetapi disebutkan bahwa polusi udara, tingkat sosial, dan pendidikan m em beri korelasi yang tinggi pada faktor ini.

F. Hubungan-hubungan Yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit ISPA Pada Balita

1. Hubungan V entilasi dengan penyakit ISPA

Ventilasi m erupakan tem pat daur ulang udara yaitu tem patnya udara m asuk dan keluar , ventilasi yang di utuhkan untuk penghawaan di dalam rum ah yakni ventilasi m em iliki luas m inimal 10% dari luas lantai rum ah ( W HO ,2007). Jika sebuah rum ah berventilasi buruk , asap dan udara kotor terperangkap di dalam rum ah . ventilasi yang buruk jug a menahan kelem baban di dalam rumah oleh karena itu perlu m em perbaiki ventilasi.

Suatu ruangan yang tidak memiliki ventilasi yang baik akan m enim bulkan keadaan yang m erugikan kesehatan antara lain;

a. kadar oksigen akan berkurang padahal m anusia tidak m ungkin hidup tanpa oksigen dalam udara

(36)

14

b. K adar karbon dioksida yang bersifat racun bagi m anu sia akan meningkat.

c. R uangan akan berbau, disebabakan oleh bau tubuh, pakaian, pem apasan dan mulut.

d. K elem baban udara dalam ruangan akan m eningkat disebabkan oleh penguapan cairan oleh kulit dan pem apasan (A ZW A R ,1990).

2. H ubungan Lantai dengan Penyakit ISPA

Penyakit berbasis lingkungan m asih m erupakan penyebab utam a kem atian di Indonesia. Penyakit penyakit berbasis lingkungan m enyum bangkan lebih rum ah yang tidak m em enuhi syarat kesehatan akan terikat erat dengan 80 % dari penyakit yang di derita m asyarakat. Keadaan tersebut m engindikasikan m asih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan (Data Susenas 2001). Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan m asyarakat yang m enitik beratkan pada pengaw asan terhadap struktur fisik dim ana orang m enggunakannya untuk tem pat tinggal berlindung yang m em pengaruhi derajat kesehatan manusia.

Rum ah ju g a m erupakan salah satu bangunan tem pat tinggal yang harus m em enuhi kriteria, kenyam anan, keam anan dan kesehatan serta m em iliki kondisi fisik yang teijam in seperti dim ana lantai tersebut harus kedap air dan tidak lem bab,tinggi m inim um 10 cm dan pekarangan dan 25 cm dari badan jalan , bahan kedap air, untuk rum ah panggung dapat terbuat dari papan atau anyam an bam bu guna m endukung penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif

(37)

15

I^antai rum ah dapat m erapengaruhi terjadinya penyakit 1SPA karena lantai yang tidak m em enuhi standar m erupakan m edia yang baik untuk perkem bangbiakkan bakteri atau virus penyebab penyakit ISP A, Lantai yang baik adalah lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab, bahan lantainya harus kedap air, tidak kasar dan m udah dibersikan, jad i paling tidak lantai perlu di plester dan akan lebih baik lagi kalau dilapisi ubin atau kram ik yang m udah dibersihkan (Ditjen PPM dan PL 2002). 3. Hubungan Dinding dengan Penyakit ISP A

Dinding Rum ah bertungsi untuk m endukung atau m enyangga atap, m enahan angin dan air hujan, m elindungi dari panas dan debu dari luar, W HO 2009 ju g a m enyebutkan jam ur dan bakteri akan pada dinding yang lembab dan kotor.

Dinding yang m enyebabkan penyakit karena dinding yang sulit di bersihkan akan m enyebabkan penum pukkan debu, sehingga akan dijadikan m edianya yang baik bagi perkem bangbiakan kum an (Suryanto 2003). a. Suhu dan Kelem baban

Kelembaban rumah yang tinggi dapat m em pengaruhi penurunan daya tahan tubuh seseorang dan m eningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit terutam a penyakit infeksi, kelem baban dapat juga m eningkatkan daya tahan tubuh bakteri.

M enurut Perm enkes No. 1077/M E N K E S/PER /2011. Kelembaban yang dipersyaratkan berkisar antara 40-60% dan buruk jik a berkurang dari 40% atau lebih dari 60% . Suhu udara dan kelem baban ruangan

(38)

16

sangat dipenganihi oleh penghawaan dan pencahayaan. Penghaw aan yang kurang atau tidak lancar akan m em pengaruhi ruang terasa pengap atau sum pek dan akan m enim bulkan kelem baban tinggi daiam ruangan. K elem baban ruangan perlu diperhatikan karena:

1) Penyakit pernapasan kronis seperti Asthma, bronkhistis m udah kambuh.

2) Daya tahan tubuh terhadap penyakit secara um um menurun. 3) Perasaan tidak nyaman

4) Jam ur/lum ut m udah tum buh sehingga m em percepat kerusakan bangunan.

5) K elem baban udara dijaga-jangan sampai terlalu tinggi m enyebabkan kulit orang kering, bibir pecah-pecah dan hidung berdarah (Kep M enkes RI no 829/M enkes/SK /V l 1/1999).

b. K epadatan hunian rumah

K epadatan hunian daiam rumah m enurut keputusan m enteri kesehatan nom or 829/M ENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan rumah, satu orang minimal m enem pati luas rumah 8m2. Dengan kriteria tersebut diharapkan dapat m encegah penularan penyakit dan m elancarkan aktivitas. Keadaan tem pat tinggal yang padat dapat m eningkatkan faktor polusi daiam rum ah yang telah ada. Penelitian m enunjukkan ada hubungan bermakna antara kepadatan dan kem atian dari bronkopneum onia pada bayi, tetapi disebutkan bahwa

(39)

17

polusi udara, tingkat sosial, dan pendidikan m em beri korelasi yang tinggi pada faktor ini.

Untuk kam ar tidur diperlukan luas lantai m inim um 3 m1 2/'orang dan untuk m encegah penularan penyakit saluran ja ra k antara tepi tem pat tidur yang satu dengan yang lain m inim um 90 cm. K am ar tidur sebaiknya dihuni >2 orang, kecuali untuk suami istri dan anak dibaw ah dua tahun.

c. Kebiasaan m erokok

M erokok adalah perilaku yang m asih banyak dilakukan oîeh m asyarakat hingga saat ini. Padahal m erokok m enyum bang resiko kem atian yang besar disam ping itu kebiasaan m erokok m erupakan kebiasaan yang suiit untuk dihentikan tanpa disadari m erokok m enjadi perilaku yang m em budaya di Indonesia.

Perilaku m erokok m enjadi saiah satu penyebab penyakit ISPA yaitu adanva paparan zat racun yang terkandung dalam asap rokok sehingga faktor perilaku m erokok m enjadi salah satu faktor kejadian ISPA yang terulang.

G . Pencegahan Dan Penata Laksanaan

Pencegahan dan penatalaksanaan ISPA m eliputi langkah dan tindakan sebagai berikut :

1. Upaya pencegahan

(40)

18

a. M enjaga keadaan gizi agar tetap baik b. Imunisasi

c. M enjaga kebersihan perorangan dan lingkungan d. M encegah anak berhubungan dengan penderita ISPA e. Pengobatan scgera

2. Pengobatan dan peraw atan

a. M eningkatkan istirahat m inimal 8 jam per hari b. M eningkatkan m akanan bergizi

c. Bila dem am beri kom pres

d. Bila hidung tersum bat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih

e. Bila badan seseorang dem am gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat

f. Bila terserang pada anak tetap berikan m akanan dan ASI bila anak tersebut m asih m enyusui.

(41)

Xçmenterian Xesehatan <]typu6Ci^Indonesia

(PoCite^ni^Xesefiatan X f menées %upang

Drogram S tu d ï Xeseflatan Ling^ungan

H

.4 7 ^ W

lu i

fl h-

m

rn\\

Z

i U

1:

! 7^ !

|0 1

► ml

ex*

.

°> l

%

KURANG

4

<Ba6 III. M etode Deneütian

Stiufi %ondisi Œisi^Xumafi RaCita (penderita IS<PA

D i Desa Xanggo XgSupaten Dorrvpu

(42)

BAB III

METODE PENEL1TIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini m enggunakan pendekatan kuantitatif dengan

m enggunakan desain survei deskriptif analitik. Teknik pengum pulan data dalam penelitian ini adalah cross sectional studi yaitu rancangan penelitian yang sem ua variabelnya diobservasi atau dikum pulkan sekaligus pada wakiu yang sama (N otoatm odjo, 2005).

B. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan di atas, faktor yang m em pengaruhi terjadinya ISPA pada anak sangat banyak, untuk kerangka konsep hanya m engam bil beberapa faktor saja karena keterbatasan biaya dan waktu. Faktor penyebab tidak diteliti dalam penelitian ini karena dianggap sama sehingga kerangka konsep dapat diuraikan sebagai berikut:

Variabel Bebas V ariabel Terikat

Kondisi fisik rumah

a. Luas ventilasi ---► K ejadian ISPA pada Balita

b. Lantai kedap ari

c. D inding rum ah i i

d. Suhu dan kelem baban satu

rumah ! a. Perilaku

e. K epadatan hunian i

f. K ebiasaan m erokok anggota i b. Tingkat pengetahuan

keluarga 11

(43)

20

Keî: | | = V ariabel yang diteliti r i

!___ ! = V ariabel yang tidak diteliti

C . Definisi Operasional

Tabel 1 Definisi Operasional

No Variabel Devinisi

Operasional Kriteria Obyektif Skala Alat Ukur

1. Luas

ventilasi

Luas ventilasi

rum ah penderita ISPA pada balita di D esa Ranggo M em enuhi syarat jik a 10% -15% luas lantai Tidak M emenuhi syarat < 10 % -l 5% luas lantai N om inal Checklist Rolm eter 2. Kondisi Lantai kedap air Kondis lantai rum ah penderita ISPA pada balita di D esa Ranggo

M emenuhi syarat

kedap air dan tidak lembab

Tidak m em enuhi

syarat tidak kedap air dan lembab.

N om inal checklist 3. KondisiD inding rumah D inding rumah penderita penyakit ISPA pada balita di D esa Ranggo

M em enuhi syarat

jik a tem bok/

pasangan batu bata yang diplaster. Tidak M em enuhi syarat

setengah tem bok

pasangan batu bata tidak plaster. N om inal Checklist dan R olm eter 4. Suhu dan kelem ba ban rumah Suhu dan

kelem baban rumah penderita penyakit ISPA pada balita di Desa Ranggo M em enuhi syarat Jika 20°C-25°C memenuhi syatar 40% - 60% Nominl. Checklist Term om eter

(44)

21

5. Kepadatan

hunian satu rumah

Jum lah pengnuni dalam satu

rum ah penderita

penyakit ISPA

pada balita di D esa Ranggo M em enuhi syarat 8.m 2/orang Tidak m em enuhi syarat < 8m2/orang N om inal Checklist Rolm eter 6. Kebiasaan m erokok anggota keluarga Kebiasaan m erokok pada anggota keluarga penderita ISPA pada balita di Desa Ranggo

Y a : ada anggota

keluarga yang

m erokok dalam

rum ah

Tidak : tidak ada

anggota keluarga

yang m erokok dalam rumah

Nom inal Checklist

D. Populasi Dan Sampel

1. Populasi penelitian

Populasi adalah rum ah balita penderita ISPA yang tercatat di Desa Ranggo K abupaten Dom pu yaitu sebanyak 70 responden (Data puskesm as Ranggo, 2019).

2. Sam pel penelitian

A dapun sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 22 responden dari jum lah penderita ISPA sebanyak 70 penderita yang ada di 6 Dusun.

E. Metode Pengumpulan Data

Pengum pulan data m erupakan kegiatan penelitian untuk m engum pulkan data. Pengum pulan data dalam penelitian di peroleh dari data prim er dan sekunder.

(45)

22

1. D ata prim er

D ata prim er dikum pulkan dengan cara membagilcan kuesioner dan w aw ancara dan langsung dengan responden berdasarkan daftar pertanyaan yang telah tersedia.

2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari Puskesm as Ranggo tahun 2019.

F. Analisis Data

Data hasil penelitian ini dianalisis seeara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel.

(46)

%ementerian ‘Kfseâatan <3{çpu6Ci^Indonesia

(podte^ni^ Xesehatan %emenf{es %upang

<Program S tu d i Kesefiatan Lingkiingan

1/ \f\T A *A/ % 4 - \

fi O

Il Lu

'f

^ \

jj

j—

«■“**?* iC-”

|

li -J

71

j

Il

Æ

II* I - ssi- m il

v

J

C

O

;

1

1

j j

\\

//

% K U P Â N G

X ,

^

(Ba6 IV . J£asiC dan <Pem6akasan

S tu d i Xpndisi Œisi^Rumafi (BaCita (penderita IS<PA

(Di Desa (Ranggo %a6wpaten Dompu

(47)

BABIV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Urnum Lokasi Desa Ranggo

D esa Ranggo m erupakan salah satu dari 6 Desa di wilayah kerja Puskesm as Ranggo K ecam atan pajo K abupaten Dom pu N usa Tenggara Barat yang terletalc ± 10 Km arah Selatah Dom pu . D esa ini terdiri dari 6 Dusun, Sigi Barat ,Sigi Timur, Fupu ,Ranggo, M a n g g a ll, Ladore, dengan jum iah kepala keluarga 788 dengan luas w ilayah 25,0 km 2 dengan batas batas sebagai berikut:

a. Sebelah U tara berbatas dengan wilayah D esa Lepadi K ecam atan Pajo b. Sebelah Tim ur berbatas dengan wilayah K abupaten Bima

c. Sebelah Seîatan berbatas dengan w ilayah D esa Tem balae K ecam atan Pajo

d. Sebelah Barat berbatas dengan w ilayah D esa Lune K ecam atan Pajo

Tabel 2

Jenis dan Jumiah Rumah Balita Penderita ISPA Di Desa Ranggo Kecamatan Pajo Kabupaten Dompu Tahun 2019

No Jenis Rum ah Jum iah %

1 Perm anen 455 68,63

2 Semi Perm anen 23 3,47

3 Panggung 185 27,90

Total 663 100

Sumber : Data Primer Tahun 2019

(48)

24

B. ila sil Penelitian i Luas Ventilas!

Jum lah luas ventilasi rum ah balita Penderita ISP A pada 22 rumah dapat dilihat pada tabel dibaw ah ini :

Tabel 3

Luas Ventilasi Rumah Balita Penderita Ispa di Desa Rangggo Kecamatan Pajo Kabupaten Dompu Tahun 2019

No Ventilasi Frekuensi Persen (% )

1 M em enuhi syarat 17 77,27

2 Tidak M em enuhi Syarat

L

5 22,72

Total 22 100

Sumber : Data Primer Tahun 2019

Tabel 2 M enunjukkan bahwa dari 22 responden terdapat 17 rum ah (77,27 % ) V entilasinya inem enuhi syarat dengan luas Ventilasi yang lebih dari 10% dari luas lantai sedangkan 5 rumah (22,72 % ) tidak m em enuhi syarat dengan luas ventilasinya kurang 10 % dari luas lantai

2 Kondisi Lantai

K ondisi Lantai Rum ah Balita Penderita ISPA pada 22 rum ah dapat dilihat pada tabel di baw ah i n i .

Tabel 4

Kondisi Lantai Rumah Balita Penderita Ispa di Desa Ranggo Kecamatan Pajo Kabupaten Dompu Tahun 2019

No Lantai Frekuensi Persen

1 M em enuhi syarat 15 68,18

2 Tidak M em enuhi syarat 7 31,82

Total 22 100

(49)

25

Tabel 3 M enunjukkan baliwa 22 respondeD terdapat 15 rum ah (68,18% ) Lantai yang m em enuhi syarat dengan kondisi diplester , kedap air, dan tidak lem bab sedangkan 7 rum ah (31,82% ) tidak m em enuhi syarat dengan kondisi tidak diplester/pecah/papan (rum ah panggung) retak, tidak kedap air, kotor dan berdebu.

3 Kondisi Dinding

Kondisi Dinding Rum ah balita Penderita Ispa pada 22 rumah balita penderita ISPA. Adapun hasil anaiisisnya dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini :

Tabei 5

Kondisi Dinding Rumah Balita Penderita ISPA di Desa Ranggo Kecamatan Pajo Kabupaten Dompu Tahun 2019

No Kondisi Dinding Frekuensi Persen (%)

1 M em enuhi Syarat 9 40,90

2 T idak M em enuhi Syarat 13 59,09

Total 22 100

Sumber ;Data Primer Tahun 2019

Tabel 4 M enunjukkan babwa dari 22 responden terdapat 9 rumah (40,90% ) dinding yang m em enuhi syarat dengan kondisi perm anen (tem bok atau pasangan batu bata yang diplester/papan yang kedap air tidak berdebu serta tidak kasar sedangkan 13 rum ah (59.09% ) dinding yang tidak m em enuhi syarat dengan kondisi sem i perm anen setengah tem bok/pasangan

(50)

26

batu bata yang tidak diplester papan yang ùdak kedap air, berdebu, serta kasar.

4. Kondisi Suhu dan kelem baban

Kondisi Suhu dan kelem baban pada 22 Rum ah balita Penderita ISPA dapat dilihat pada tabel di baw ah ini :

Tabel 6

Kondisi Suhu dan Kelembaban Rumah Balita Penderita ISPA di Desa

Ranggo Kecamatan Pajo Kabupaten Doit pu Tahun 2019

No V ariabel M em enuhi syarat Tidak m em enuhi

syarat

Jumlah % jum lah %

1 Suhu 0 0 22 100

2 Kelem baban 1 4,5 21 95,5

Sumber; Data Primer Tahun 2019

Tabel 5 m enunjukkan bahw a dari 22 responden terdapat 22 rum ah (100% ) suhu yang tidak m em enuhi syarat dengan lebih dari 20°c-26°c sedangkan 0 rum ah (0% ) suhu yang m em enuhi syarat dengan kurang dari 20°c-26. dan diketahui ^ahwa dari 22 responden terdapat 1 rumah (4,5% ) yang m em enuhi syarat dengan kelem baban kurang dari 40-60% sedangkan 21 rum ah (95,5% ) tidak m em enuhi syarat dengan lebih dari 40-60% kelem baban.

5 K epadatan H unian

K epadatan Hunian pada 22 rumah Penderita ISPA dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

(51)

27

Tabel 7

Kepadatan Hunian Rumah Baiita Penderit» ISPA di Desa Ranggo Kecamatan Pajo Kabupaten Bompu Tabun 2019

N o Kepadatan Hunian Frekuensi Porsen (%)

1 M emenuhi syarat 2 9.09

2 Tidak M emenuhi syarat 20 90,90

Total 22 100

Sumber; Data Primer Tahun 2019

Berdasarkan tabel 6 diatas dapat diketahui bahw a dari 22 responden terdapat 2 rum ah (9,09% ) kepadatan hunian yang m em enuhi syarat dengan lebih dari 8m2 / orang sedangkan 20 rum ah (90,90% ) kepadatan hunian yang tidak m em enuhi syarat dengan kurang dari 8m2/ orang

6 Kebiasaan M erokok

Kebiasaan M erokok Anggota keluarga pada 22 rum ah baiita Penderita ISPA dapat di lihat pada tabel di baw an ini ;

Tabel 8

Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga di Rumah Baiita Penderita ISPA di Desa Ranggo Kecamatan Pajo Kabupaten

Dompu Tahun 2019

N o K ebiasaan M erokok Frekuensi (% )

1 M erokok 10 45,45

2 Tidak M erokok 12 54,55

Total 22 100

(52)

28

Berdasarkan tabel 7 diatas dapat diketahui bahwa dari 22 responden terdapat 10 rumah (45,45% ) anggota keluarga yang m erokok sedangkan 12 rum ah (54,54% ) tidak kebiasaan merokok.

C . PEMBAHASAN

1. Luas Ventilasi

Berdasarkan hasil penelitian terhadap kondisi fïsik di 22 rumah balita penderita ISPA di Desa Ranggo terdapat 17 rum ah (77,27% ) yang luas ventilasi rum ahnya m em enuhi syarat sedangkan 5 rum ah (22,72% ) tidak m em enuhi syarat. D ikatakan m em enuhi syarat karena luas ventilasinya lebih luas dari 10% luas lantai, sebagaim ana yang di persyaratkan oleh PERM ENK ES 829/M EN K ES/SK / 1999.

M enurut W H O 2007 V entilasi adalah m erupakan tem pat daur ulang udara yaitu tem patnya udara m asuk dan keluar, ventilasi yang di butuhkan untuk penghaw aan di dalam rum ah yakni ventilasi yang m em iliki luas m inim al 10% dari luas lantai rum ah, Lancam ya sirkulasi udaia pada 17 rum ah (77,27% ) yang m em enuhi syarat dalam penelitian ini karena sistem pem asangan daun pintu dan daun jend ela rumah yang baik yang sewaktu w aktu dapat di buka dan di tutup dengan m udah. Sebaliknya .dikatakan tidak m em enuhi syarat karena luas ventilasinya kurang dari 10% luas lantai sehingga ventilasi dari 5 rum ah berada dalam kondisi ventilasi yang buruk„karena ventilasi yang sudah ada ditutup dengan m enggunakan plastik yang tak berlubang dengan alasan agar tidak m asuk debu. Jika sebuah rum ah bervei tilasi buruk, asap dan udara kotor terperangkap di dalam

(53)

29

rumah. ventilasi yang buruk ju g a m enahan kelem baban di dalam rum ah oleh karena itu perlu m em perbaiki ventilasi.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa di D esa R anggo dari 22 responden terdapat 17 rumah m em iliki ventilasi yang m em enuhi syarat, dan 5 rumah yang m em iliki ventilasi yang tidak m em enuhi syarat karena ventilasi tidak sesuai luas lantai, tidak bisa dibuka pada siang hari. Suatu ruangan yang tidak memiliki ventilasi yang baik akan m enim bulkan keadaan Yang m erugikan kesehatan antara lain :

a. K adar oksigen akan berkurang padahal m anusia tidak m ungkin hidup tanpa oksigen dalam udara.

b. K adar karbon dioksida yang bersifat racun bagi m anusia akan meningkat.

c. Ruangan akan berbau, disebabakan oleh bau tubuh, pakaian, pem apasan dan mulut.

d. Kelem baban udara dalam ruangan akan m eningkat disebabkan oleh penguapan cairan oleh kulit dan pem apasan (A ZW A R ,1990)

Akibat dari ventilasi yang tidak m em enuhi syarat m engakibatkan sirkulasi udara tidak m aksimal sehingga rum ah lem bab dan pengap dan berdam pak tim bulnya penyakit ISPA pada balita. D an berdasarkan perm asalahan tersebut m aka di sarankan kepada m asyarakat agar setiap hari harap jendela di buka agar sirkulasi udara bisa m asuk dengan m aksimal supaya tidak terjadi penyakit ISPA pada balita.

(54)

30

2. K ondisi Lantai

B erdasarkan hasil penelitian terhadap kondisi fisik di 22 rumah balita penderita ISPA di D esa Ranggo terdapat 15 rumah (68,18% ) yang kondisi lantai rum ahnya m em enuhi syarat sedangkan 7 rumah (31,82% ) tidak m em enuhi syarat.

D ikatakan m em enuhi syarat karena lantainya kedap air, tidak lembab, tidak pecah dan terbuat dari bah an yang kuat sebagaim ana dipersyaratkan oleh PERM EN K ES NO 829/ M EN K ES/SK /V II/1999, M enurut (Ditjen PPM dan PL 2002), Lantai yang baik adalah lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab, bahan lantainya harus kedap air, tidak kasar dan m udah di bersihkan. ja d i paling tidak lantai perlu diplester dan akan lebih baik lagi kalau di lapisi ubin atau keram ik yang m udah di bersihkan. Kondisi lantai dikatakan m em enuhi syarat pada 15 rum ah dalam penelitian ini karena lantai rumah m ereka dalam keadaan Jcedap air, kering bahkan sebagian dilapisi keram ik sehingga m udah dibersihkan tingginya rata rata m inimum 10 cm dari pekarangan dan 25 cm dari badan jalan. Sebaliknya 7 rumah lantainya dikatakan tidak m em enuhi syarat karena tidak diplester, tidak kedap air, dan lem bab, sehingga m erupakan m edia yang baik untuk perkem bangbiakkan bakteri.atau virus. Lantai rum ah yang tidak m em enuhi syarat dapat m em pengaruhi terjadinya penyakit ISPA karena lantai yang tidak m em enuhi standar m erupakan m edia yang baik untuk perkem bangbiakan bakteri atau virus penyebab ISPA. Sehingga struktur fisik rumah harus benar benar diawasi dan m enjadi perhatian utama.

(55)

31

Sartitasi rum ah adalah usaha kesehatan m asyarakat yang m enitik beratkan pada pengaw asan terhadap struktur fisik dim ana orang m enggunakannya untuk tem pat tinggal, berlindung yang m em pengaruhi derajat kesehatan manusia.

Dari lantai yang tidak m em enuhi syarat seperti lantai dari tanah, lantai yang m asih semen kasar, dapat m enim bulkan debu dan pada m usim hujan biasa m enim bulkan becek. Sedangkan lantai berubin keram ik tidak m enim bulkan debu dan becek.debu yang bertebaran dalam rum ah dapat m enyebabkan penyakit ISPA sehingga di sarankan lantai terbuat dari ubin kalau ekonomi tidak m em ungkinkan agar bisa di sapu atau di bersihkan sesering m ungkin agar tidak teijadi penum pukan debu dalam rum ah sehingga m enyebabkan penyakit ISPA pada Balita

3. Kondisi Dinding

Berdasarkan hasil penelitian terhadap kondisi fisik di 22 rumah balita penderita ISPA di D esa Ranggo terdapat 9 rum ah (40,90% ) yang kondisi dinding rumahnya m em enuhi syarat sedangkan 13 rum ah (59,o9% ) tidak m em enuhi syarat. D ikatakan m em enuhi syarat karena dinding rum ahnya terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, dan tidak berdebu sebagaim ana yang dipersyaratkan oleh PERM EN K ES 829/M EN K ES/SK /V II 1999. Sebaliknya dikatakan tidak m em enuhi syarat karena dinding rum ahnya tidak kuat, tidak kedap air dan berdebu.

Sedangkan D inding Rum ah berfimgsi untuk m endukung atau m enyangga atap, m enahan angin dan air hujan, m elindungi dari pana: dan debu dari luar.

(56)

32

W HO 2009 ju g a m enyebutkan jam ur dan bakteri akan berkem bangbiak pada dinding yang lembab dan kotor. Dinding yang tidak m em enuhi syarat dapat m enyebabkan tim bulnya penyakit karena dinding yang sulit di bersihkan akan m enyebabkan penum pukkan debu, sehingga akan dijadikan m edia yang baik bagi perkem bangbiakan kuman. (Suryanto 2003).

D ari 13 dinding rum ah yang tidak m em enuhi syarat karena dinding yang belum diplester dan berdebu ,dinding rumah yang sulit di bersihkan akan m enyebabkan pem um pukkan debu , sehingga akan dijadikan m edia yang baik bagi perkem biangkan kum an akhir m enjadi penyebab penyakit ISPA pada balita sehingga di sarankan agar dinding rum ah segera diplester dicat dan tidak berdebu supaya tidak m enim bulkan penyakit ISPA pada balita.

4. Kondisi Suhu dan Kelem baban

Berdasarkan hasil penelitian terhadap Kondisi fisik di 22 rumah balita penderita ISPA di D esa Ranggo terdapat 0 rum ah (0,0% ) yang kondisi suhu rum ahnya m em enuhi syarat sedangkan 22 m m ah (100% ) tidak m em enuhi syarat.

Ini berarti bahw a tidak ada satu rumah pun yang kondisi suhunya m em enuhi syarat, sem ua tidak m em enuhi syarat. Hal ini terjadi karena suhu pada bulan penelitian berada diatas suhu standar >25°c. K em ungkinan besar adalah karena pengaruh posisi matahari pada saat itu yang dekat dengan garis katulistiw a sehingga suhu m eningkat lebih tinggi dari suhu normal di tem pat penelitian. Selain penelitian ini dilakukan di siang hari sekitar jam 09.30-12.00 W ITA sehingga bert ;patan dengan suhu udara yang sedang panas.

(57)

33

Dari 22 rumah yang suhu rum ahnya tidak m em enuhi syarat karena suhu pada bulan penelitian berada diatas suhu standar >25 °C, akhim ya m enim bulkan penyakit ISPA pada balita. Karena pengaruh posisi m atahari pada saat itu yang berdekat dengan garis katulistiwa sehingga suhu m eningkat lebih tinggi dari suhu normal di tem pat penelitian sehingga di sarankan agar jen d ela dan pintu dibuka dan ditutup sewaktu w aktu,sesuai dengan kondisi suhu dan kelem baban yang terjadi bila m ungkin diberikan pengatur udara m ekanik seperti kipas angin, AC dan lain-lain.

. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kondisi fisik di 22 rum ah balita penderita ISPA di Desa Ranggo Terdapat 1 rum ah (4,5% ) yang kondisi kelem baban rum ahnya m em enuhi syarat sedangkan 21 rum ah ( 95,5% ) kondisi kelem baban rumahnya tidak m em enuhi syarat .Ini berarti tidak seorang penderita ISPA pun yang kondisi kelem baban rum ahnya m em enuhi syarat, semua tidak m em enuhi syarat ,karena angka kelem baban yang tercatat oleh alat Term om eter lebih besar dari standar yaitu >60% .

Pengukuran kondisi kelem baban ini dilakukan secara iangsung di kam ar balita penderita ISPA dengan m enggunakan alat T erm om eter yang diletakkan di tem pat tidur balita, dalam jang ka waktu selam a 15 m enit setiap pengukuran dan hasil pengukuran tersebut tercacat kondisi kelem baban yang m elam pui standar dan tidak m engutungkan kesehatan. K elem baban rum ah yang tinggi dapat m em pengaruhi penurunan daya tahan tubuh seseorang dan m eningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit terutam a penyakit infeksi, kelem baban dapat jug a m eningkatkan daya tahan tubuh bakteri.

(58)

34

M enurut PERM EN K ES N o.l077/M E N K E S /P E R /20 11. Kelem baban yang dipersyaratkan berkisar antara 40-60% dan buruk jik a berkurang dari 40% atau lebih dari 60% . Suhu udara dan kelem baban ruangan sangat dipengaruhi oleh penghaw aan dan pengcahayaan. Penghawaan yang kurang atau tidak lancar akan m enjadikan ruangan terasa pengap atau sum pek dan akan m enim bulkan kelem baban tinggi dalam ruangan, Kelem baban rum ah perlu diperhatikan karena:

1) Penyakit pem apasan kronis seperti A sthm a, bronkhistis m ad ah kam buh. 2) D aya tahan tubuh terhadap penyakit secara um um m enurun.

3) Perasaan tidak nyam an

4) Jam ur/lum ut m udah tum buh sehingga m em percepat kerusakan bangunan. 5) K elem baban udara dijaga jangan sampai terlalu tinggi m enyebabkan kulit

orang kering, bibir pecah-pecah dan hidung berdarah (Kep M enkes RI no 829/M enkes/SK /V 11/1999).

D ari 21 rumah kondisi kelem baban rumah yang tidak m em enuhi syarat karena suhu udara dan kelem baban ruangan sangat di pengaruhi oleh penghaw aan dan pengcahayaan , penghaw aan yang kurang atau tidak lancar akan m enjadikan ruangan terasa pengap atau sumpek dan akan m enim bulkan penyakit ISPA. Sehingga di sarankan kepada m asyarakat atau penghuni rumah agar di buka pada siang hari. dibuka terus m èneras tapi jangan pula ditutup terus m èneras sebab kalau di buka secara terus m èneras udara terlalu bebas m engalir m aka suhu ruangan akan turan atau akan naik mengikuti suhu yang

(59)

35

terjadi diluar rumah, kalau dingin akan sekaii dan kalau dingin panas akan panas sekaii.

5. K epadatan Hunian Rum ah

Berdasarkan hasil penelitian terhadap kondisi fisik pada 22 rum ah balita penderita ISPA di D esa Ranggo îerdapat 2 rum ah (9,09% ) yang kepadatan huniannya m em enuhi syarat sedangkan 20 rum ah (90,90% ) tidak m em enuhi syarat.

D ikatakan m em enuhi syarat karena setiap orang telah m enem pati luas hunian lebih dari 8m 2 sesuai dengan yang di persyaratkan oleh PERM ENK ES N O 829 /M ENKES/SK/VII/1999 yaitu satu orang m inim al m enem pati luas rum ah 8m2. Dengan kriteria tersebut diharapkan dapat m encegah penularan penyakit dan m elancarkan aktivitas. Sedangkan yang tidak m em enuhi syarat keadaan tem pat tinggalnya padat karena kurang dari 8m 2/ orang sehingga dapat m eningkatkan faktor polusi dalam rum ah yang telah ada. Penelitian m enunjukkan ada hubungan berm akna antara kepadatan dan kem atian dari bronkopneum onia pada bayi, tetapi disebutkan bahwa polusi udara, tingkat sosial, dan pendidikan m em beri korelasi yang tinggi pada faktor ini.

U ntuk kam ar tidur diperlukan luas lantai m inim um 3 m 2/orang dan untuk m encegah penularan penyakit saluran jarak antara tepi tem pat tidur yang satu dengan yang lain m inim um 90 cm. K am ar tid ur sebaiknya dihuni >2 orang, kecuali untuk suami istri dan anak dibaw ah dua tahun.

(60)

36

Jangan m em aksa diri tidur bertiga dengan anak yang sedang sakit sem alam suntuk secara terus m èneras daîam kam ar tidur yang sempit yang kepastiannya tidak m em enuhi syarat karena m erugikan kesehatan

6. K ebiasaan M erokok

Berdasarkan hasil penelitian terhadap kebiasaan m erokok anggota keluarga pada 22 rum ah balita penderita ISP A di D esa Ranggo terdapat 12 rum ah (54,55% ) anggota keluarga tidak m erokok dan 10 rumah (45,45% ) anggota keluarga merokok. D an dam pak asap rokok terhadap balita ,dapat m engham bat asupan Co2 yang m asuk dalam tubuh balita ,dapat m enim bulkan gangguan pem apasan pada balita pneumonia, m aka disarankan supaya anggota keluarga yang m erokok m au berusaha keras untuk berhenti m erokok, lebih- lebih m erokok dalam rumah, apalagi dalam kam ar tidur balita penderita ISPA. K arena m au tidak m au asap rokok tersebut akan terhirup juga oleh balita, alalagi sehari-hari balita selalu berada dalam rum ah sehingga penyakit yang di deritanya semakin parah, m enam bah penderitaan dan m erugikan kesehatan.

(61)

Xpmenterian %esedatan QÿpuôCif^Iîiddnesia

(potiteknif^ %esekatan Kemen^es %upang

C

Program Stucfi %esekatan Lingkungan

/ / • s r

ii

-v"

if h '; Lu il h~ l\ 0 -lA V \ l \ - S I ! w m i 1 0)> \ \ / /

<Ba6 V. (Penutup

S tu d i Xpm fisi Tisi^JRumaU BaCita <Penderita IS<PA

<Di <Desa <î(anggo %aSupaten <Domjm

Referensi

Dokumen terkait

Proyek Akhir ini bertujuan agar pintu mobil etanol yang terbuat dari bahan komposit dapat berfungsi dengan baik, yaitu kaca pada pintu mobil dapat digerakkan naik

Untuk obat-obat antijamur yang harus digunakan dalam waktu lebih lama dari antibakteri, maka formula krim yang ideal adalah yang dapat menjamin jumlah dan laju obat yang terbebas

Hal inilah yang kemudian yang menjadikan pembangunan menjadi kontradiksi untuk dibicarakan dalam berbagai kasus-kasus pembangunan di kawasan negara paska kolonial dan salah

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang sistem informasi administrasi pelatihan dengan manajemen workflow berbasis web, sehingga proses pelaksanan pelatihan dari awal

Suresh dan Shashikala (2011) dalam penelitiannya tentang pengaruh persepsi akan resiko terhadap pembelian secara online pada konsumen di India, mengatakan bahwa konsumen

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini menggunakan model dari Kurt Lewin yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan,

Persentase perkembangan motorik kasar anak melalui kegiatan senam irama dalam kategori sangat tinggi mengalami peningkatan, hal ini di sebabkan karena peneliti

Sekolah Pasraman Sasana Putra Pandawa merupakan sekolah nonformal berbasis agama yang menjadi lembaga alternatif dalam mengatasi permasalahan pendidikan moral dalam konteks