Perlindungan Hukum Atas
Hak
Asasi Anak Memperoleh PendidikanOleh:
Johan JasinAbstract
Child Presence in a family is not only becomes hungering and hope,
but that's God's Mercy and God's trust. As trust, child like adult man, has
basic rights like life rights, talks and have a religion. To enjoy this rights
betterly, child haw other rights.
For example education, that by international world has been poured
in [Jniversal Declaration of Human Right, convention of childt'en right and document of other regional, as reference and obligation banding member
stqte PBB.For Indonesian nation, basis latu, arrangemefit, protection,
enforcer of chlid basic rights in education, met
in
UUD 1945 formulated thr ough UU/ 3 9/ I 9 9 9, UU/ 2 0/2 0 0 3 and UU/ 2 0/2 00 3.The knu and regulation presence indieatei that in formal yuridis of
chlid basic rights to education has been givenprotection, but government has
not optimal to implementi"s
of
their responsibility. The Government with supportfrom all stakeholder must seriously upholds the rule, because successof education will yield quality and excellent human resource that
will
bebuilds and positions this country paralel and can vie with other state in global era.
Kata
Kunci
:
Perlindungan Hukum, Hak Asasi Anak, Pendidikan. PendahuluanBagi suatu keluarga kehidupan
antara suami-istri merupakan bentuk
yang
sangat
ideal
dalam
suatuhubungan kekeluargaan, namun hal ini akan lebih diperindah dengan hadirnya sosok anak dalam keluarga tersebut.
Kehadiran anak merupakan salah satu
faktor
yang
mendorong terwujudnya kebahagiaansekaligus
mempererathubungan keluarga dalam kehidupan
masyarakat, ekonomi, psikologis dan
budaya. Anak juga dikatakan sebagai perrnata keluarga,
dan
generasi akandatang
suatu
bangsa
yang
akan melanjutkan estafet kepemimpinan.Realitas menunjukkan bahwa sesungguhnya banyak persoalan yang
dihadapi
oleh
bangsa
ini
terkaitdengan keberadaan anak tersebut baik menyangkut masalah ke
jiwaan
anakitu sendiri, masalah yang terjadi dalam hubungan sosial budaya serta ekonomi.
Seringkali
terdengar
bagaimanaperkembangan kehidupan anak yang
tidak terlepas dari pengaruh situasi di
sekelilingnya,
sementara merekasendiri
merupakansosok
perekamterbaik
yang
diciptakanoleh
AllahSWT.
Di Indonesia,
terjadikecenderungan
bahwa
anak-anaksemakin banyak
diperkerjakan
di bidang pariwisata, terutanradi
pantai-pantai, dan sering mendapat pelecehan seksual (Http
:
//
www. Elsam. or.Id/
dialrses 29
Maret
2005). Situasi yangdialami oleh seorang anak selama masi
kanak-kanak
mereka
akan
secaralangsung
mempengaruhi kehidupananak
itu
kelak,
sehinga kecendrengankemunduran
dan
kemajuan
,rutu bangsa dapat diprediksi dari bagaimanabangsa
itu
mempersiapkan
danmenyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak mereka.
Dalam
konteks
itulah
untuk memajukanbangsa Indonesia
para pendiri negara memilikitekad
denganmenempatkan pendidikan sebagai salah
satu tujuan
negara sekaligus tugaspemerintah.
Pendidikan
mempunyaifungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradabanbangsa
bermartabatdalam
rangkamencerdaskan
kehidupan
bangsa,bertujuan
untuk
mengembangtanpotensi
peseta
didik
agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwakepada
Tuhan
yang
Maha
u.u,berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif
dan
mandiri
dan
menjadiwarganegara
yang
demokratis sertabertanggung
jawab.
Ini
berarti pendidikan menjadi salah satu agenda penting dan terbesar bangsa yang harus mendapat perhatian serius. pendidikanmenjadi taruhan bagi kemajuan bangsa karenanya harus dinikmati secara adil
oleh
seluruh warga negara. Harapanterwujudnya keadilan
itu
telah
telahditunjukkan
the
founding
fathers bangsa ini ketika konsep mencerdaskankehidupan
bangsa
sebagai cita-cita luhur sekaligus tujuan pendirian negaraIndonesia, dituangkan
ke
dalamPembukaan UUD 1945.
Indonesia
mau tidak
mau,berkewajiban
melaksanakankesepakatan-kesepakatan
yang
telahdilakukan dalam
memberikanperlindungan hak pada anak, selain itu,
pada
tanggal
24
september 2001.Pemerintah Indonesia
jug,
telahmenandatangani
tiga
konvensiinternasional
lainnya,
yakni
dua konvensi mengenai perlindungan hakanak
yaitu
hak
anak
mengenaiketerlibatan
anak
dalam
konflik bersenjata (optionalprotocol
to
the convention of the rights of the child onthe involvement
of
childrenin
armed conflict) yang dibuat di Newyork
pada 2000 dan hak anak mengenai penjualananak, prostitusi anak
dan
pornografianak
(optional
protocol
to
theconvention on the rights of the child on the sale of children, child prostitution,
and child
pornography)yang
jugadibuat
di
New
york
Tahun
2007.Konvesi
lainnya
lagi
mengenaipenghentian pembiayaan
terorisme(international
convention
for
thesuppresion
of
the
financing
of
terrorism) yang dibuatdi
New york
pada desember 1999 (Http
: //
www. Elsam. or. Id/ diakses 29 Maret 200g).Konvensi
tersebutpada
hakikatnyadimaksudkan
untuk
melindungi kepentingan masa depan anak sebagaibagian
yang
tak
terpisahkan dari pembangunan dan eksistensi bangsa.Berdasarkan Keppres Nomor 36/1990, Pemerintah Indonesia telah
meratifikasi konvensi
hak
anak yangmulai
berlakudi
Indonesia sejak 5oktober 1990.
Meskipun
demikiankesungguhan
Indonesia
untukmemenuhi hak-hak
anak
sejak awalsudah meragukan, dengan
mengeluarkan
deklarasi
bahwapemerintah
tidak
akan
menerimakewajiban apapun
untukmemperkenalkan hak-hak yang tidak terdapat dalam
UUD
1945(Http
: //
www. Elsam. or.
Id/
diakses 29 Maret 2008).Menurut Toshiko
Kinositadalam Pan
Mohamad
Faiz,
2006)penyebab
dasar
kelemahan
SDM Indonsia adalah Pemerintah lndonesia selamaini
tidak pernah menempatkanpendidikan sebagai prioritas terpenting.
Menurutnya,
tidak
ditempatkannyapendidikan sebagai prioritas terpenting
dikarenakan masyarakat
lndonesia,mulai dari yang awam hingga politisi
dan
pejabat
pemerintah,
hanyaberorientasi mengejar
materi
untuk memperkayadiri
sendiri
dan
tidak pernahberfikir
panjang danjauh
ke depan".Sejalan dengan pemikiran di
atas,
Pan
MohamadFaiz
(2006)mengatakan bahwa
:
"rendahnya mutu pendidikan setidaknyaterlihat
dari 2(dua) indikator
yaitu
indikator makroseperti
pencapaian
HumanDevelompement
Index
(HDI)
danindikator
mikro
seperti
misalnyakemampuan membaca.
HDI
Indonesia pada Tahun 2005 menduduki peringkat 110dari
177 negaradi
dunia. Bahkanlebih mencemaskan, peringkat tersebut
justru
semakin menurundari
Tahun-Tahun sebelumpya,
jika
Tahun 1997HDI
Indonesia berada diperingkat 99, lalu menjadi peringkat 102 pada Tahun2002,
kemudian merosot kembalimenjadi peringkat 111
Pada Tahun2004.
Dalam
hal
daya
saing, Indonesia menduduki peringkat ke-45dari 47 negara.
Mencermati
fakta
di
atastampaknya pemerintah
Indonesiamemiliki pekerjaan yang tidak ringan
untuk
mempersiapkan sumberdavamanusia
yang
berkualitas.
Dalamkaitan
itu
persoalan dana, komitmen, kebijakandan
perangkatperundang-undangan yang menjadi acuan haruslah
mendapatkan perhatian.
Akan
tetapisejauh manakah substansi pengaturan
hak pendidikan anak itrr menarik untuk menjadi bahan kajian lebih lanjut.
Hak
Pendidikan
Anak
Ketentuan Internasional
Dalam
Dalam Pasal
26
deklarasiUniversal
Hak
Azasi
Manusia
( DUHAM)
Tahun1948
(Peter Baehret
all,
1997:247)
disebutkan bahrva:Pertama, setiap orang berhak mendapat
pengajaran, pengajaran harus
cuma-cuma, setidak tidaknya
tingkatanrendah dan tingkat dasar. Pengajaran
sekolah rendah harus
diwajibkan.Pengajaran
tehnik
harus terbuka bagisemua
orang
dan
pengajaran tinggiharus dapat dimasuki dengan cara yang
sama
oleh
semua orang, berdasarkankecerdasan. Kedua, pengajaran harus ditujukan kearah perkembangan pribadi
seluas-luasnya
serta
untukmemperkokoh
rasa
penghargaanterhadap
hak-hak
manusia
dan kebebasanazasi.
Pengajaran harus mempertinggi saling pengertian, rasasaling
menerima
serta
rasapersahabatan
alltara
sesama bangsa, golongan kebangsaanatau
golonganpenaganut
agatna
sefta
harusmemajukan
kegiatan
PerserikatanBangsa-Bangsa
dalam
memeliharaperdamaian.
Ketiga, Ibr"r
bapakmempunyai hak utama untuk memilih
macam pengajaran yang akan diberikan kepada anak-anak mereka.
Konvensi
Hak Hak
Anak(KI{A)
Tahun 1989 menyatakan bahwahak-hak anak melekat dalam
diri
anakdan merupakan hak asasi manusia yang
menjamin
hak
asasianak.
Menurut konvensiini
yang
dianggap sebagaianak
adalah semua
manusia yangberusia
usial8
Tahun kebawah (Pasal1),
termasuk mereka yang menderitapenyakit mental atau kejiwaan, serta mereka yang secara
fishik
mengalamiketerbatasan.
Konvensi
ini
pula menentukan bahwa pihak pihak yangdianggap
mempunyai
keterkaitandalam
penyediaanhak
pada
anakuntuk tidak
mengesampingkanketentuan yang berada dalam konvensi
ini,
sehingga negara dianggap tidakboleh melepaskan
diri
dari
tanggungjawab
terhadap masalah penyediaanhak pada anak tersebut. Hal
ini
dapat dilihat pada Pasall9
yang menyatakan:
states
parties
shall take
all
appr opri ate le gis lat iv e, adminis tr at iv e,social and
educational measures toprotect
the
child
from
all forms of
physical
or
mental violence, injury or abuse, neglector
negligent treatment,maltreatment or exploitation, including sexual abuse,
while
in
the care of
parent(s),
legal
guardian(s)or
anyother person who has the care
of
the child.Dalam
pemberian
hakpendidikan, Pasal
ini
juga
diperkuatdengan Pasal
23
ayat
(3)
yangmenyatakan.... has effective access to
and
receives education,
training,health
care
services,
sehinggapendidikan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam ketentuan dimaksud,
bahkan ketentuan
ini
mengharuskansemua
pihak serta
masyarakatmenyediakan dan bekerjasama dalam
penyediaan
akses pendidikan
demiterciptanya pendidikan. Ketententuan
ini
terdapatdalam
Pasal24 (e)
to ensure thatall
segments of society, inparticular
parentsand
children, are informed, have access to education andare
supportedin
the
L$eof
basiclcnowledge
of child
health
andnutrition, the
advantages of
breastfeeding,
hygiene
andenvironmental
sanitation
and
the prevention of accidents.Secara tegas Pasal 28 konvensi
ini
memberikan ketentuan yang jelas mengenai masalah pendidikan dengan menyatakan ( Baehr et all, 1997:963-964)
bahwa,Pertama,
setiap negarapeserta
yang
telah
meratifikasikonvensi
ini.
Kedua, States parties shall takeall
appropriate measures toensure
that
school
discipline ri
administeredin
a
mdnner consistentwith
the child's human dignity and in conformity with the present convention(Negara peserta
akan
mengambilsemua
ukuran
yang
sesuai
untuk memastikanbahwa
disiplin
sekolahdiatur
secara
konsisten
denganmartabat anak
itu
dan sesuai dengankonvensi ini).
Ketiga, States partiesshall
promote
and
encourageinternational cooperation
in
mattersrelating
to
education,in
particularwith
a
view
to
contributingto
theelimination of ignorance and illiteracy throughout the
world
and facilitatingaccess
to
scientific
and
technicallonwledge
and
modern
teaching methods.In
this
regard,
particular account shall be taken of the needsof
developing countries.Kepedulian
masyarakatinternasional terhadap pemenuhan hak
kesepakatan
Menteri Negara
AsiaTenggara
di
Bangkok
yangmenyepakati:
Pertama,
peningkatanterhadap akses,dan kualitas pendidikan melalui lingkungan belajar yang ramah anak. Kedua, rnempromosikan program
yang
sistematisdari
pembangunankapasitas
dan
managemen berbasissekolah
dan
pendidikan
berbasismasyarakat
yang
mempromosikankemitraan sekolah
-
masyarakat danpemberdayaan stakeholder pendidikan.
Ketiga,
membagun kemitraan yanglebih
efektif
serta mengkolaborasikandengan
Negara
lain
dalam
upayarnencapai
kualitas
pendidikan
dariperspektif myeluruh.
Bahkan Unesco
dalampertemuan
itu
menegaskan kembali bahwa pada Tahun 2015 semua anakmemiliki
aksest terhadap penddikandasar
yang
berkualitas. Dalam suatu symposium internasional, 500 pesertadari
30
negara
merekomendasikanbahwa
untuk lebih
meningkatkankualitas sistem pendidikan di Asia dan
benua-benua lainnya.
Implikasi
rekomendasi
iniadalah
bahwa
prinsip inklusi
harus merupakan dasarbagi
semua strategiuntuk
meningkatkan standar sistempendidikan
(formal
maupun
non-formal), mengembangkan sekolah yang
ramah terhadap anak demi mencapai
pendidikan unpuk semua.
Ini
harus melibatkan lembaga-lembaga lain yangmenyediakan layanan
bagi
anak dankeluarganya, seperti lernbaga kesehatan
dan
sosial serta organisasi-organisasiyang mendukung kelompok-kelompok
beresiko
serta
menuntut
adanyakomitmen
yang
berkelanjutan untuk mengembangkanjejaring
nasional maupun regional.mewujudkan
halmenurut Sheldon
Shaeffer/IJNESCO
Bangkok
di EENETAsia
Nervsletter 06/2005 (IDP
Norway:
wwr.v.idp-europe.org/indonesia. 2610412008) ada dua hal yang harus dilakukan: Peftama,
Dinas
-
Dinas
Pendidikan
harusrneningkatkan
lagi
angka
siswaterdaftar
di
sekolah dan berkornitmenuntuk mengurangi
jumlah
yang tidak bersekolahdi
beberapa Negara, ini dapat berarti jutaan anak. Dinas harusmelakukan pendataan kelompok anak
yang
tidak
bersekolah,
mungkinterdaftar namun
tidak
belaiar karenakemiskinan,
jender,
kecacatan,keterpencilan, perbedaan bahasa atau
budaya,
atau
penderita
HIV/AIDS.Mereka harus
menjawab
beberapapertanyaan
tentang
anak-anak
ini:Siapakah mereka? Dimanakah tempat
tinggal mereka? Mengapa mereka tidak bersekolah? Dinas Pendidikan harus bekerja dan mengambil langkah untuk
membuat kebijakan yang memudahkan
kelompok ini untuk masuk sekolah dan
tetap
bersekolah.Dinas
Pendidikanjuga
hendaknya menetapkan sebuahkebijakan
umum
mempromosikan sekolah-sekolah yang ramah terhadapanak atau tindakan-tindakan yang lebih nyata seperti subsidi untuk anak-anak
perempuan,
program
pendidikanindividual
untuk
anak
penyandang cacat, pengajaran membaca permulaandalam bahasa
ibu
untuk mereka yangberbahasa
minoritas
atau
undang-undang
yang
melarang diskriminasi terhadap anak yarrg terkena darnpakHIV/AIDS.
Ini berarti
perlumengunakan pendekatan
yangberorientasi
pada
hak-hak
asasiterhadap
perkernbangan pendidikanUntuk
diantaranya, menekankan perrryataan
bahwa semua
orang
memiliki
hakuntuk
mendapatkan pendidikan yang berkualitas.Kedua,
tiap
sekolah
danmasyarakat harus secara aktif mencari
anak-anak yang
tidak
bersekolah danmencari
cara
agar mereka
dapatbersekolah
serta
mengupayakanmereka
tetap
bersekolah. Institusipemerintahan
setempat,
asosiasi orangtua murid dan guru, bahkan paramurid
sendiri dapat
melakukanpemetaan
di
masyarakat. Banyak gurudan
juga
orangtuamurid
tidak
ingin sekolah mereka ditempatioleh
anak-anak yang bermasalah atau sulit diajar karena kemiskinan, ketidakmampuan,
perbedaan
bahasa,
atau
terinfeksiAIDS.
Tujuannya adalah agar orangtua
bertanggung
jawab
terhadappendidikan
baik untuk
anak
sendiri maupun anak-anak tetangga. Para guruseharusnya juga mempunyai keinginan
dan
dapat
memandangkeanekaragaman di dalam sebuah kelas
sebagai satu kesempatan bukan sebagai masalah. Mereka
yang
terkucil
daripendidikan sering
kali
tidak
terlihat;jika
terlihat, mereka
tidakdiperhitungkan,
jika
diperhitungkan, merekatidaklah
dilayani. PendidikanInklusif
sebenarnyaberarti
membuatyang tidak tampak menjadi tampak dan memastikan semua siswa mendapatkan
hak
memperoleh pendidikan d.ngun kualitas yang baik.Menyikapi hasil
hasilsymposium internasional,
deklarasidunia maupun konvensi regional setiap Negara menempuh berbagai kebijakan nasionalnya sesuai konstitusi masing
masing negara.
Hal
tni
berarti setiapnegara
tidak
serNamerta
menerimasepenuhnya
substansi
konvensidimaksud.
Negara
semestinyamemperhatikan pentingnya nilai-nilai
tradisi
dan
budaya sendiri
untukperlindungan dan perkembangan anak
yang
serasi.
Adanya
ketentuaninternasional dimaksud menimbulkan konsekuensi
bahwa
masing-masingnegara
dapat
mengambil
langkah-langkah
sesuai
kepentingan dankemampuan nasionalnya
tanpamengabaikan kerj asama antar Negara.
Untuk
menindak
lanjutiharapan dan
cita
-cita
deklarasi atau konvensi internasional, Indonesia tidakdapat
menghindarkan
diri
darikerjasama antar negara akan tetapi hal
ini
belumterlaksana
secara optimal.Tanggung jawab negara untuk menjalin kerjasama tersebut
pada
hakikatnya hanya dapat diwujudkan apabila adayang merealisasikan.
Artinya
sebagaisuatu kesatuan hukum
yang
bersifatabstrak,
negara tidak
dapatmenjalankan
sendiri tugas
dan kewenangannya. Negara diwakili olehaparat
pemerintahnya
untukmelaksanakan hak dan kewajiban. Menurut Andrey Sujatmoko ( 2005
:
19) bahwa hak dan kewajibannegara
dilaksanakanoleh
segenaporgannya
yang
terdiri
dari
paraindividu.
Merekayang
menjalankan kewenangan negara itu dikenal sebagaiaparatur negara.
Perlindungan hak untuk anak-anak memang harus diakui oleh semua
unsur nasional dan internasional. PBB telah lama mengakui
hak
pendidikananak
baik melaluiDUHAM
maupunkonvensi hak anak Tahun 1989. Selain
ketentuan
di
atas,
konvensi
inimengatur
hak-hak
anak
tanpajenis
kelamin,
asal-usul
keturunanmaupun bahasa. Anak memiliki empat hak dasar (Http :
//
www. Elsam. or.Id/
dial<ses29
Maret
2008),
yaitu:Pertama,
Hak
untuk
berkembang, termasuk di dalamnya adalah hak untuk mendapatkanpendidikan,
informasi,waktu
luang,
berkreasi
seni
danbudaya,juga hak asasi untuk anak-anak
cacat, dimana mereka
berhakmendapatkan perlakuan dan pendidikan
khusus. Kedua, Hak atas kelangsungan
hidup, termasuk
di
dalamnya adalah hak atas tingkat kehidupan yang layak,dan
pelayanan kesehatan. Artinya anak-anakberhak
mendapatkan gizi yang baik, tempat tinggal yang layakdan perwatan kesehatan yang baik bila ia jatuh sakit. Ketiga, Hak partisipasi,
termasuk
di
dalamnyaadalah
hakkebebasan menyatakan
pendapat, berserikatdan
berkumpul serta ikutserta dalam
pengambilan keputusanyang
menyangkut
dirinya.
Jadi,seharusnya orang-orang
dewasakhususnya
orang
tua
tidak
bolehmemaksakan
kehendaknya
kepadaanak
karena
bisa
jadi
pemaksaan kehendak dapat mengakibatkan beban psikologis terhadap diri anak yang padagilirannya dapat
menggangguperkembangan
jiwa
dan
kemandirianberpikir
mereka. Keempat,
Hakperlindungan, termasuk
di
dalamnya adalah perlindu4gan dari segala bentukeksploitasi,
perlakuan
kejam
dansewenang-wenang"
dalam
proses peradilan pidana maupun dalam hallainnya. contoh eksploitasi yang paling
sering kita lihat adalah mempekerjakan anak-anak
di
bawah umur yang dapat men gganggu aktivitas belaj arnya.Pengaturan
Hak
Pendidikan
AnakDalam
Perundang-undanganNasional
Sebagai
tindak lanjutinstrument
internasional,
lahirlahbeberapa
Undang-undang
seperliUndang- Undang
Nomor
20
Tahun1999 Tentang Pengesahan Konvensi
ILO
mengenai usiaminimum
untukdiperbolehan
bekerja
(conventionconcerning ntininrum age
for
adntissionto
employtnent),
Undang-undangNomor 1
Talrun
2000
TentangPengesahan Konvensi
ILO
TentangPelarangan
dan
Tindakan
SegeraPenghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan
Terburuk
Untuk
Anak
(conventionconcerning
the
prohibition
andimmediate actionfor the elimination
of
the
worst
forms
af
child
labour).Meskipun
Undang-undang tersebuttidak
langsung menunjuk kepada hakpendidikan akan tetapi secara tersirat
kedua
undang-undang
itu
akanmeminimalisir,
bahkan
mencegah anak di bawah umur usia sekolah yangbekerja dipekerjakan/terpaksa bekerja
disektor
usahayang
membahayakandirinya,
akibatnya
hak
anak
ituterabaikan.
Hal
mana pada gilirannyaakan
mengganggu
pembangunannasonal khususnya sektor sumber daya
manusia
yang
sangatpenting
bagiupaya memperkuat eksistensi negara
dalam era gloalisasi.
Selain
itu terdapat
beberapaperaturan
perundang-undangannasional yang mengatur mengenai hak
pendidikan anak.
Hal
itu dapat dilihatpada Pasal 28 C ayat (1), dan Pasal 28
E
Undang Undang Dasar
NegaraRepublik Indonesia
Tahun
1945.Apabila
substansi konstitusi tersebuttanggung
jawab
kepada
negaraterutama
pemerintah,
masyarakat,keluarga
dan
orangtua
untuk dapat memenuhi, melindungi dan memajukanhak
asasi
manusia
dalam
bidangpendidikan. Perlindungan
hak
asasidibidang pendidikan oleh negara pada
hakikatnya
adalah
pengembangan potensiguna
meningkatkankemampuan daya saing terutama pada
era
global.
Pengembangan potensisumber
daya
manusia
melaluipendidikan
mempunyai manfaat dari dua sisi. Disatu sisi, sebagai penyiapankader
pemimpin
yang
mampumenempatkan bangsa Indonesia sejajar dengan bangsa lain di dunia. Derasnya
arus globalisasi saat
ini
menjadi salahsatu
faktor
pendorongbagi
negara utamanya pemerintah agar senantiasamenyusun
perencanaan
dan penganggaran yang tepat dan terukursekaligus
mengimplementasikannyasecara konsisten disertai pengawasan
yang ketat.
Hanya
dengan langkahdemikian
perlindungan
hak
asasidibidang
pendidikan
sebagaimanaharapan
konstitusi dapat
terwujud.Sementara
itu
pada
sisi
lain, pemenuhanhak
untuk
memperolehpendidikan sesuai amanah konstitusi
merupakan
suatu
pertanda
bahwanegarq
utamanya pemerintah harusmemberikan perlakuan
yang
samakepada
warga
negara
tanpamempertimbangkan perbedaan laiar belakang kehidupan
politik,
ekonomisosial dan budayanya.
Pengaturan hak asasi manusia
termasuk
hak
untuk
memperolehpendidikan pada
khususnyasebagaimana
tercantum
dalamkonstitusi
mengindikasikan
bahwasecara
normatif
negara
Indonesiamemberikan perlindungan
bagi
hakanak untuk
memperoleh pendidikan, akan tetapi halitu
belumlah memadaikarena masih
membutuhkanimplementasinya. Pengaturan hak asasi
ini
merupakan salah satu syarat bagiadanya suatu negara
hukum.
Pasal 1ayat (3) amandemen ke tiga UUD 1945 dengan tegas mengatur bahwa negara
Indonesia adalah negara
hukum.Pernyataan
ini
secara
eksplisit mengisyaratkan bahwa hukum dalamnegara Indonesia secara
normatif mempunyai kedudukanyang
sangatmendasar
dan
tertinggi
(supreme).Namun dalam
realitasnya terkadangidealitas itu tidak terealisasikan dengan
baik.
Hak
asasi tersebut merupakanbarometer
bagi
keberadaan
dankeberlangsungan suatu negara hukum,
bahkan oleh masyarakat Internasional
pengaturan dan penegakkan hak asasi manusia
dijadikan
sebagai prasyaratdalam memberikan bantuan ekonomi
dan
finansial
kepada negara
lain. Pengaturanhak
asasi manusia untukmemperoleh
pendidikan
dalamkonstitusi
masih
bersifat
singkatsehingga dalam
tataranpengimplementasiannya memerlukan acuan
yang
lebih
mendetail melaluipenjabaran
konstitusi
ke
dalamberbagai peraturan perundang-udangan
dan kebijaksanaan pemerintah.
Dalam konteks
itu
lahirlah beberapa Undang-Undang(
UU
),antara
lain
:
UU
Nomor
39
TahunL999 tentang Hak Asasi Manusia, UU
Nomor
23
Tahun 2002
TentangPerlindungan Anak dan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasonal.
Dalam
ketiga
Undang-Undang tersebut jelaslah bahwa negara, utamanya pemerintah
menjadi
aktorutama
sekaligusmemikul
tanggungjawab yang besar untuk memenuhi l-rak
asasi manusia atas pendidikan guna
mewujudkan salah satu tujuan nasional
yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pasal
9
ayat
(1)
UndangUndang
Nomor
23
Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak(fUPA),
menyatakan bahrva setiap anak berhak
memperoleh
pendidikan
danpengaJaran
dalam
rangkapengembangan
pribadi
dan
tingkat kecerdasannya sesuai dengan minatdan
bakatnya.
Pasal
ini
menjadilandasan mutlak bagi pemenuhan hak pendidikan anak
tersebut,
demikianpula
pada bagian
ketiga" Pasal 48UUPA jelas
dikatakan
bahwapemerintah
wajib
menyelenggarakanpendidikan dasar minimal 9 (sembilan) Tahun untuk semua anak, serta Pasal
49
yang menegaskan bahwa negara, pemerintah, keluarga,dan
orang tuawajib
memberikan kesempatan yangseluas-luasnya
kepada
anak
untuk memperoleh pendidikan. Pengaturanini
secara nyata menunjukkan bahwanegara mengatur
hak
anak
untuk memperoleh pendidikan tanpa harus melihat apakah pendidikan dimaksud harus didapatkan melaluijalur
formal ataupun non-formal serta merupakantanggungawab
bersama
antarapemerintah, masyarakat dan keluarga.
Ketentuan
ini
lebih
diperjelas lagidalam
Pasal
50
yang
menyatakanbahwa
pendidikananak
hendaknyatidak terbatas pada pendidikan formal akademik semata,
tetapi
mencakuppendidikan
mental
dan
spiritualdisegala bidang agar mereka kelak siap
menghadapi masa datang.
Pasal
50
menyatakan bahwapendidikan
sebagaimana dimaksuddalam Pasal
48
diarahkan
pada:Pertama, Pengembangan
sikap
dan kemampuan kepribadian anak, bakat,kemampuan mental dan
fisik
sampai mencapai potensi mereka yang optimal. Kedua, Pengembangan penghormatan atas hak asasi manusia dan keQebasanasasi.
Ketiga,
Pengembangan rasahormat terhadap orang
tua,
identitasbudaya,
bahasa
dan
nilai-nilainya sendiri,nilai-nilai
nasionaldi
mana anak bertempat tinggal, dari mana anak berasal, dan peradaban-peradaban yangberbeda-beda
dari
peradaban sendiri.Keempat, Persiapan
anak
untuk kehidupanyang
bertanggung jawab.Kelima,
Pengembanganrasa
honnat dan cinta terhadap lingkungan hidup.Permasalahan
yang
seringkalimenjadi
kendala
utama
penerapan Undang Undangini
dalam kehidupanberbangsa
dan
bernegara
adalah keterbafasan kemampuan pemerintahmenyiapkan
anggararl pendidikan. Pasal3l
ayat(4)
perubahan keernpatUUD
1945
menentukan
bahwa :negara
memprioritaskan
anggaranpendidikan
sekurang-kurangnya duapuluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional.
Dalam hal
anggaranpendidikan, Indonesia adalah negara yang terendah dalam
hal
pembiayaanpendidikan.
Menurut
laporan
The World Bank Q0A4:2-4)
pada Tahun1992,
menurut UNESCO,
saatPemerintah
India
menanggungpembiayaan
pendidikan
89%
darikeperluan, lndonesia hanya
rnenyediakan
62,8Y,
dari
keperluan dana bagi penyelenggaraan pendidikannasionalnya. Bila dibandingkan dengan negara yang lebih terbelakang seperti
Srilanka,
persentase anggaran yangdisediakan oleh Pemerintah Indonesia merupakan yang terendah.
Rendahnya
anggaran
ituberdampak
kepada
tingkatkemampuan membaca anak Indonesia.
Vincent
Greanery
dalam
,,LiteracyStandards
in
Indonesio
,,menyimpulkan
bahwa
kemampuanpendidikan membaca
anak-anakIndonesia
adalah
paling
rendah dibandingkan dengan anak-anak Asia Tenggara pada umumnya (dalam panMohamad
Faiz,
2006).
padahalkemampuan membaca
merupakanprasyarat
untuk
mempersiapkangenerasi yang mampu menguasai ilmu pengetahuan,
teknologi
dan
seni, sehingga manusia Indonesia mampubersaing guna
meningkatkankemandirian
dan
martabat
bangsadalam
percaturan internasonal. Dariuraian
ini
sangatlahjelas
bahwapendidikan merupakan kebutuhan dasar
dan
sepanjang hayat. Hanya denganpendidikanlah
suatu
bangsa akanberkembang
yang
pada
gilirannyadapat mewuj udkan kesejahteraan hidup
masyarakat.
Bagi para
penganut
teori"ltuman capital",
sebagaimanadideskripsikan
oleh
Walter
W. McMahondan,Terry
G.
Geske (panMohamad
Faiz,
2006) bahwa
nilaipenting
pendidikan adalah
suatuinvestasi sumber daya manusia yang
dengan sendirinya
akan
memberi manfaat moneter ataupun non-moneter.Itulah
sebabnya investasi pendidikan yang diperlukan bagi bangsa Indonesiasebenarnya
harus terlebih
dahulumengarah pada pendidikan dasar dan
bukan pendidikan yang super canggih.
Mencermati pandangan
di
atassangatlah
beralasan
jika
arahkebijaksanaan pembangunan sektor
pendidikan
di
Indonesia harus diawalioleh penguatan sektor pendidikan dasar melalui program wajib belajar 9 Tahun
yang
telah
dicanangkan sejak Tahun1982.
Namun demikian
dari
segikuantitas maupun
kualitaspenyelenggaraan
sektor
pendidikan dimaksud kedepan harus lebih efektifdan efisien.
penyelenggaraanpendidikan dasar berlandaskan kepada
peraturan
perundang-undangan dan kebijaksanaan pemerintah,juga
dapatberpedoman
pada
apa yang
telah dicanangkan LINESCO (pan Mohamad Faiz,2006) bahwa:
proses pendidikan pada pendidikan dasar setidaknya harus bertumpu pada4
(empat) pilar, yaituLearning
to
lqxow (belajar
untuk mengetahui),learning
to
do
(belajar untuk melakukan sesuatu), learning tobe (belajar untuk menjadi seseorang), dan learning
to live
together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).Dalam kaitan itulah pemerintah
Indonesia harus menempatkan sektor
pendidikan sebagai
prioritaspembangunan nasional dengan alokasi
anggaran
yang
sesuai
amanahkonstitusi. Ketersediaan
anggaranpendidikan
yang
memadai diyakinidapat memberikan dampak positif bagi
kinerja
penyelenggaradan
kualitaspendidikan
nasional.
Hal
tersebutsejalan dengan
salah satu
temuanpenting
dari
studi
empiris
terhadapreferensi
pencapaian
HumanDevelopment Index versi UNDp, yaitu
pembiayaan pendidikan di suatu negara terbukti memberikan pengaruh sangat
positif dan signifikan terhadap kinerja pendidikan nasional
di
negara-negarabersangkutan
(Pan
Mohamad
Faiz,2006).
Sebagian
kalangan
sepertidiungkapkan
Pan
Mohamad
Faiz(2006), memandang bahwa
keterbatasan anggaran merupakan akar
utama buruknya pendidikan nasional.
Oleh
karenanya
untuk
mengejarketertinggalan
dari
negaralain
serta memacu peningkatan kualitas sumberdaya
manusiaIndonesi4
diperlukankebijaksanaan
pemerintah
yangkonsekuen
terhadap
pemenuhankewajiban konstitusi untuk memprioritaskan anggaran pendidikan
minimal
20 Yo dari APBN dan APBD sesuai amanah Pasal3l
ayat (4) UUD 1945 danPasal
49
ayat(l)
Undang-Undang
Nomor
20
Tahun
2003Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Amanah
UUD
1945
tersebut padahakikatnya
disatu
sisi
adalahpemberian
kesempatan
seluas-seluasnya kepada
warga
negara untuk memperoleh pendidikan dan pada sisilain sebagai
pencerminan
dariimplementasi salah satu tujuan negara
yang
sekaligus
merupakan
tugaspemerintah,
yakni
mencerdaskan kehidupan bangsa.Meskipun perubahan keempat
UUD
1945 telah menentukan besarnya anggaran pendidikan akan tetapi dalam beberapa tahun terakhirini
Pemerintahdan Pemerintah Daerah menyediakan angggaran untuk sektor pendidikan rata
-
rata hanya di bawah 20 %o dari totalanggaran
APBN
maupun APBD. Haltersebut mengandung konsekuensi baik
secara
politik,
yuridis maupun moral.Dari sudut politik,
kebijakanpemerintah
kurang
populis
dimatarakyatnya terutama
dalam
arenapercaturan
politik rnenjelangpemilihan umum. Sementara itu secara
yuridis
pemerintah dipandang telah melakukan tindakan menyimpang atau melanggar konstitusi. Sedangkan darisudut
pandanganmoral,
pemerintahtelah
mengabaikaninternasional
yang telah
dinyatakanmelalui
DUHAM
dan
ratifikasikonvensi
anak untuk
memajukanpendidikan
yang
menjadi kebutuhanmendasar warganya.
Terkait
dengan
realitas
ini maka pemerhati pendidikan dalam halini
PengurusBesar
Persatuan GuruRepublik lndonesia
(PGRI)mengajukan u.ji materil atas
Undang-Undang
Nomor
18
Tahun
2006Tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) ke Mahkamah
Konstitusi, dengan alasan
bahwaUndang-undang
APBN yangmengalokasikan
anggaran
sektorpendidikan lebih rendah dari 20 persen
bertentangan dengan Pasal
3l
ayat (4)UUD
1945.
Menyikapi
hal
ituMahkamah
Konstitusi
melaluiKeputusannya Nomor
26 Tahm
20A7tangal
1 Mei
2007
menyatakanmenerima permohonan
uji
materil daripemohon. Setelah lahirnya penetapan
Mahkamah
Konstitusi,
Pemerintahsejak tahun
anggaran
2A09menindaklanjuti
amanah
konstitusi. Meskpun demikian tidak semua daerah di Indonesia mengimplementasikannya.Pemenuhan
hak
asasi
ataspendidikan bukanlah persoalan yang
dengan seketika
mudah
teratasi. Penyelenggaraan pendidikan merupakan salah satu persoalan bangsa yang cukup kompleks. Sebabhal
itu terpaut erat dengan persoalan anggaran,sistem
penyelenggaran,
jumlahpenduduk,
kondisi
ekonomi bangsaserta perilaku
masyarakat. Bertitiktolak
dari
problematersebut
sertatanggung jawab yang dibebankan oleh
konstitusi maka sejak
pemerintahanorde
baru,
negara
yang
diwakilipemerintah
berupaya
menindaklanjutnya
melalui
berbagai programsecara
bertahap danberkesinambungan.
Akan
tetapipemenuhan hak asasi anak memperoleh
pendidikan terasa belurnlah optimal
baik
secara
kuantitas
maupunkualitasnya.
Seiring
dengan pertambahanpenduduk
terjadi
pula
peningkatananak usia sekolah dari tahun ketahun,
sementara
tingkat
pendapatanmasyarakat
relatif
rendah,
angkapengangguran
relatif
tinggi,keterbatasan
lapangan
kerja
."rtukondisi
ekonomi
yang
belummenggembirakan. Menyikapi berbagai
persoalan
ini
dibutuhkan
suatu manajemen pemerintahan yang dapatmengatasinya. Departemen atau Dinas
terkait harus bekerjasama
secaraterpadu
dan
konsisten
sertamenghindari perilaku egois. perilaku egois masing-masing Departemen atau Dinas terkait dapat berdampak kepada
penyusunan program
yang
tumpangtindih
dan inefisiensi anggaran.Ole[
karenanya
dibutuhkan
keterpaduandalam
perencanaan, penganggaranserta konsistensi dalam pelaksanaan. Langkah demikian akan meningkatkan
kemampuan
negara,
utamanyapemerintah
untuk
mengembangkanpotensi sumber
dayamanusia
agarmampu
menempatkan
negara
inisejajar
dengan
bangsaIain
dalamsuasana arus globaliasi yang melanda
lingkungan masyarakat Internasional. Penutup
Dalam suatu
keluarg4kehadiran
anak
merupakankebahagiaan
dan
menjadi
pengikathubungan keluarga dalam masyarukat,
ekonomi, psikologis
dan
budaya. Demikian urgensinya kedudukan anaktersebut, sehingga dibuatlah ketentuan
mengenai
hak
khususnya
hakpendidikan
anak
baik
pada
tingkat nasional maupult internasional. Anak adalahsetiap
manusiayang
belumnrencapai
umur
18
tahun,
dan merupakan generasiyang telah
ada sejak dulu, hinggakini
dan akan tetapeksis sebagai penerus kepemimpinan
nasional di masa depan.
Pernyataan
hak-hak
anaksebagaimana
diungkapkan
olehEglantyne
Jebb, menjadi
perhatianPBB sehingga diputuskan adanya hari
anak
internasional.
Hak-hak
anakmelekat
dalam
diri
anak
danmerupakan
hak
asasi manusi4 yangberarti bahwa meskipun
di
berbagaibelahan
dunia anak
masih
menjadikorban
kekerasan,ia
memiliki
hakyang diakui
oleh
seluruh
dunia,termasuk memberi
perlakuan yangsama
dengan
mengesampingkanperbedaan
agama,
suku,
ras, jeniskelamin
dan
budaya.Anak
dengansegala
hak yang
dimilikinya,khususnya
hak
mendapatkanpendidikan harus diwujudkan dalam
kenyataan
oleh
semua
komponenbangsa terutama
pemerintah
olehkarena pemerintah sebagai pengelola kehidupan bernegara memilki tanggung
jawab untuk memajukan perlindungan
hak pendidikan anak baik secara moral,
politik maupun yuridis.
Daftar Rujukan
Aris
Solikhah,
2008, UUPA
,
Benarkan
Menjamin
Hak
Anak?http://ayok.word press. com /2408 I 04
I
Baehr, Peter. et.al.,
1997,
Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Elsam, L,embaga Studi
&
Advokasi Masyarakat, 2008, HTTP://www.ELSAM.oR.ID/DIAKSES 29/O3I2OO8
Faia
Pan Mohamad., 20A6,Menanti
Political
Will
PemerintahDi
SefuorPendidilmn,
http:/
Jurnalhukum.Blogspot.
Com.,
Thursday, October 05, 2006Sujatmoko, Andrey, 2005, Tanggung Jawab Negara Atas Pelanggaran Berat
I{AM
:
Indonesia, Timur Leste dan Lainnya, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.United Nation High Commissioner on Human Rights, Convention On The Rights
of
chitd.Wiranata, I. Cede Arya
8.,
20A5, Hak Asasi (Anak) Dalam Realitas, Quo Yadis ?Dalam Hak Asasi Manusia, Hakikat, Konsep dan Implikasinya
Dalam Perspedif lIukum dan
Masyarakqt,
Refika AditamqBandung
http:
l/
www.Seameo.org/vl/library/dlwelcome/photogallery/mou/bangkok) 261512004
Sekretariat Jenderal MPR R[., 2002, Persandingan Undang Undang Dasar 1945,
Jakarta
Kumpulan Perundangan Perlindungan Hak Asasi Anak , Penerbit Pustaka Yustisia, YogYakarta
Undang-Undang Nomor
39
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusla, PenerbitCitra Umbara, Bandung
Undang-Undang Nomor
20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidiknn Nasonal,