BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam suatu Negara khususnya Indonesia anak memiliki peran yang sangat
penting. Anak merupakan generasi penerus serta masa depan suatu Negara,
berdasarkan Undang-undang Nomer 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak jo
undang Nomer 35 Tahun 2014 tentang tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomer 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 1 butir 1, anak
adalah sesorang yang belum berusia 18 tahun. Dan seorang Anak merupakan
manusia yang di ciptakan oleh Tuhan yang Maha Esa sehingga anak memiliki hak
harus dilindungi. Dalam Pasal 1 butir ke 12 Undang-undang Nomer 23 Tahun 2002
jo Undang-undang Nomer 35 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang
nomer 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menejelaskan bahwa Hak Anak
adalah bagian dari Hak Asasi Manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi
oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah,dan negara.Hak asasi manusia
adalah hak-hak yang melekat pada manusia yang mencerminkan martabatnya, yang
harus memeperoleh jaminan hukum, sebab hak-hak hanya efektif apabila hak-hak itu
dilindungi hukum.1
1
Dalam Undang-undang Dasar 1945 pada Pasal 28A sampai 28J melindungi jelas
tentang Hak asasi manusia dan hak anak merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia
sehingga bisa dibilang bahwa hak yang dimilki seorang anak merupakan Hak
Konstitusional , Hak konstitusional adalah hak-hak yang dijamin oleh konstitusi atau
Undang-undang Dasar, baik jaminan itu dinyatakan secara tegas maupun tersirat.2
Berdasarkan pengertian diatas secara jelas hak yang dimilki seorang anak dapat di
simpulkan sebagai hak asasi anak. Hak asasi anak adalah hak asasi manusia plus
dalam arti kata harus mendapatkan perhatian khusus dalam memberikan
perlindungan, agar anak yang baru lahir akan tumbuh dan berkembang mendapat hak
asasi manusia secara utuh. 3 Dalam Undang-undang Nomer 39 Tahun 1999 Tentang
Hak Asasi Manusia dalam pasal 52 sampai Pasal 66 Menjelaskan Tentang Hak-hak
Anak seperti hak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan Negara
,Setiap anak sejak dalam kandungan berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan
meningkatkan taraf kehidupannya, Setiap anak sejak kelahirannya berhak atas suatu
nama dan status kewarganegaraannya, untuk anak yang cacat fisik dan/atau mental
berhak untuk memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas
biaya Negara, untuk anak yang cacat fisik dan/atau mental berhak untuk terjamin
kehidupannya sesuai dengan martabat kemanusiaan, meningkatkan rasa percaya diri,
dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, dll. Selain Undang-undang Ham Dalam Undang-undang Nomer 23 Tahun
2
I Dewa Gede Palguna, Pengaduan Konstitusional upaya Hukum terhadap Pelanggaran Hak-hak Konstitusional Warga Negara. Jakarta: Sinar Grafika. 2013. Hlm 111.
3
2002 tentang Perlindungan Anak jo Undang-undang Nomer 35 Tahun 2014 tentang
tentang Perubahan atas Undang-undang Nomer 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak pada pasal 4 sampai pada pada pasal 12 menegaskan juga tentang hak-hak
seorang anak seperti hak anak atas identitas , hak untuk dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, Setiap
anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang
tuanya sendiri. Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin
tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak
diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Setiap anak berhak
memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik,
mental, spiritual, dan social, Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai
dengan minat dan bakatnya, dll.
Selain dalam Undang-undang Perlindungan Anak Dunia Internasional juga
melindungi apa yang seharusnya menjadi Hak Anak, pada tanggal 20 Nopember 1959
dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-bangsa telah mengesahkan Hak-hak
Anak.4 secara garis besar Deklarasi ini memuat 10 asas tentang hak-hak anak yaitu:
hak untuk memperoleh perlindungan khusus, kesempatan dan fasilitas yang
memungkinkan mereka berkembang secara sehat dan wajar dalam keadaan bebas dan
4
bermanfaat, memiliki nama dan kebangsaan sejak lahir, mendapat jaminan sosial
termasuk gizi yang cukup, perumahan, rekreasi dan pelayanan kesehatan,
memperoleh pendidikan, perawatan dan perlakuan khusus jika mereka cacat, tumbuh
dan dibesarkan dalam suasana yang penuh kasih dan rasa aman sedapat mungkin di
bawah asuhan serta tanggung jawab orangtua mereka sendiri mendapatkan
pendidikan, dan dalam hal terjadi kecelakaan / malapetaka , mereka termasuk yang
pertama memperoleh perlindungan serta pertolongan, memperoleh perlindungan
terhadap segala bentuk yang menyia-nyiakan anak, kekejaman dan penindasan serta
perbuatan yang mengarah kedalam bentuk diskriminasi.5 Dalam beberapa peraturan
diatas termasuk Undang-undang Dasar masing-masing menjelaskan atau
mencantumkan hak-hak anak yaitu salah satunya ialah setiap anak berhak atas suatu
nama sebagai suatu identitas dan status kewarganegaraan, hal ini diperjelas melalui
Pasal 27 ayat 1 Undang-undang Nomer 23 tahun 2002 jo Undang-undang Nomer 35
Tahun 2014 tentang tentang Perubahan atas Undang-undang Nomer 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak mengatakan bahwa identitas setiap anak harus diberikan
sejak kelahirannya dan pada ayat 2 mengatakan bahwa identitas yang dimaksud pada
ayat 1 dituangkan dalam akta kelahiran,secara tertulis pengertian dari akta kelahiran
penulis tidak menemukan secara jelas, oleh sebab itu Sebelum kita mengetahui arti
dari akta kelahiran kita harus mengetahui pengertian dari akta catatan sipil . akta
catatan sipil ialah alat bukti yang kuat atas peristiwa ( kejadian ) untuk memperoleh
kepastian hukum dari status keperdataan seseorang yang mengalami peristiwa hukum
tersebut dan membantu/memperlancar aktivitas pemerintah dibidang kependudukan
5
dan pencatatn tersebut dilakukan oleh lembaga catatan sipil.6 Berdasarkan Pengertian
diatas penulis menyimpulkan akta kelahiran ialah pencatatan yang di lakukan
lembaga catatan sipil untuk pembuktian yang selengkap-lengkapnya dan
sejelas-jelasnya serta memberikan kepastian hukum yang sebesar-besarnya atas peristiwa
kelahiran. Pendapat lain yaitu Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
mengartikan akta kelahiran adalah bentuk identitas setiap anak yang menjadi bagian
tidak terpisahkan dari hak sipil dan politik warga negara. Hak atas identitas
merupakan bentuk pengakuan negara terhadap keberadaan seseorang di depan
hukum.7
Berdasarkan penjelasan tentang akta kelahiran diatas jelas bahwa akta kelahiran
merupakan hak yang penting bagi seorang anak. namun di Indonesia hak tersebut
masih belum bisa dimiliki semua orang anak di Indonesia, pendapat ini diperkuat
oleh pendapat kemendagri yang mengatakan” Dari 181 kabupaten dan kota seluruh di
seluruh Indonesia, baru delapan daerah yang cakupan angka kepemilikan akta
kelahirannya di atas 75 persen”8.Kabupaten Gunung Kidul Provinsi DIY adalah salah
satu daerah yang memiliki masalah dalam pemenuhan hak anak tersebut berdasarkan
pendapat Kepala Disdukcapil Gunungkidul Eko Subiantoro mengatakan
“Berdasarkan data yang ada per 30 Juni 2015, jumlah warga di Gunungkidul yang
berusia 18 tahun ke bawah ada 184.727 anak. Dari jumlah itu, yang terdata memiliki
6
Djaja s. meliala, Perkembangan Hukum Perdata tentang Orang dan Hukum Keluarga, CV. Nuansa aulia, Bandung, 2009, h. 46.
7
Tim KPAI,http://www.kpai.go.id/tinjauan/akta-kelahiran-adalah-hak-setiap-anak-indonesia-batalkan-uu-yang-persulit-pembuatan-akta-kelahiran/, 5 juni 2013. Diakses pada tanggal 21 september 2015.
8
Kemendagri,jogja.http://jogja.tribunnews.com/2015/10/07/masih-ada-56-juta-anak-yang-akta baru ada 138.612 anak, sisanya sebanyak 46,315 anak belum memiliki surat
tanda kelahiran tersebut, jumlah anak yang belum memiliki KTP sekitar 25%. Kami
akan terus berusaha mendorong warga anak-anak yang belum memiliki akta untuk
segera mengurusnya9. Dengan anak tidak memiliki akta kelahiran akan memiliki
dampak yang sangat bepengaruh terhadap masa depan si anak seperti yang di
kemukakan oleh Mentri Sosial yaitu Khofifah Indar Parawansa “Kalau tidak punya
akta kelahiran anak tidak bisa sekolah, tidak bisa menjadi PNS, TNI, Polri,” selain itu
Mentri Sosial juga mengatakan bahwa 50 juta dari 85 juta jumlah anak Indonesia
tidak memiliki akta kelahiran.Dari data tersebut jelas bahwa Pemerintah daerah
Kabupaten Gunung Kidul Provinsi DIY harus lebih intensif dalam memperjuangkan
hak anak khususnya akta kelahiran Dan Mentri sosial menambahkan “Anak yang
tidak memiliki akta kelahiran juga tidak bisa mendapatkan bantuan program
pemerintah seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP).
“Kalau mereka sudah punya akta kelahiran, kita anggap anak ini sudah memiliki
„SIM‟ untuk mendapatkan berbagai hak dasar mereka,”10
dengan berdasarkan
pernyataan mentri sosisal berikut seharusnya setiap anak harus dan wajib memiliki
hak untuk identitas dalam bentuk akta kelahiran guna memperoleh masa depan yang
baik dan berguna untuk bangsa dan negara.
9
Kepala Dinas Disdukcapil GunungKidul Eko Subiantoro, http://www.harianjogja.com/read/20151010/1/5398/25-anak-di-gunungkidul-belum-memiliki-akta-kelahiran, 9 Oktober 2015, diakses tanggal 11 Oktober 2015.
10
Dari pengaturan yang menjelaskan tentang hak anak khususnya tentang hak anak
dalam memperoleh identitas sebagai hak konstitusional dalam bentuk akta
kelahiranmasih belum terpenuhi secara merata di Indonesia khususnya di Kabupaten
Gunung Kidul, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis merumuskan
masalah yang ada , sebagai berikut :
Apakah yang menjadi faktor penyebab tidak terpenuhinya hak anak dalam
memperoleh akta kelahiran dalam masyarakat Kabupaten Gunung Kidul ?
1.3 Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui penyebab anak di daerah Kabupaten Gunung Kidul tidak
memiliki akta kelahiran
2. Untuk mengetahiu kebijakan Pemerintah Kabupaten Gunung kidul dalam
menyelesaikan permasalahan-permasalahan pembuatan akta kelahiran
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka akta kelahiran merupakan
Hak konstitusional seorang anak yang harus dimiliki setiap anak di Indonesia.
2. Memeberikan wawasan terhadap orang tua, dalam melakukan penyelesaian
1.5 Metode Penelitian
1.5.1 Jenis dan Pendekatan
Penelitian ini merupakan penelitian empiris. Penelitian empris adalah
penelitian hukum yang memakai sumber data primer dan data yang diperoleh
berasal dari eksperimen dan observasi.11 Penggunaan Penelitian empiris untuk
mengetahui apakah yang menjadi faktor belum terpenuhunya hak anak atas
identitas dalam bentuk akta kelahiran di kabupaten Gunung Kidul, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta
Penelitian ini menggunakan pendekatan Socio-Legal research, yaitu
penelitian hukum yang menitikberatkan perilaku individu atau masyarakat dalam
kaitannya dengan hukum.12
1.5.2. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi Pustaka
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku,
literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya
dengan masalah yang dipecahkan13
b. Wawancara
11
http://www.informasi-pendidikan.com/2013/08/pembahasan-penelitian-empiris.html, Agustus 2013, diakses pada tanggal 29 April 2016
12
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm. 134
13
Metode wawancara ini digunakan untuk memperoleh data primer.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat
atau instansi pemerintah terkait melalui dalam hal ini penulis
menggunakan teknik wawancara.14. Wawancara akan dilakukan
kepada :
1. Dinas kependudukan dan catatan sipil Kabupaten Gunung
Kidul
2. Masyarakat Kabupaten Gunung Kidul
2.5.3. Unit Amatan
Yang menjadi unit Amatan dalam penelitian ini ialah :
1. Dinas kependudukan Kabupaten Gunung Kidul
2. Dinas Catatan sipil Kabupaten Gunung Kidul
3. Undang-undang Dasar 1945 pasal 28D
4. Undang – Undang No. 39 Tahun1999 tentang Hak Asasi
Manusia
5. Undang - Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan peraturan
pelaksananya.
6. Undang-undang Nomer 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak Pasal 27
14
7. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang
Pengesahan Convention on the Rights of the Child (Konvensi
tentang Hak-Hak Anak)
1.5.4. Unit analisa
Unit analisa dalam penelitian ini adalah faktor penyebab tidak
terpenuhinya hak anak dalam memperoleh akta kelahiran dalam